• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmu Kesehatan Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmu Kesehatan Anak"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 • 1

VOLUME I Desember ••• 2012 • NOMOR 1

INSIDEN DAN FAKTOR RISIKO MENINGITIS PADA SEPSIS NEONATAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Ayu Setyorini, Retayasa, Kardana

Abstrak

Latar belakang Kurangnya data tentang insiden dan faktor risiko meningitis pada sepsis neonatal di Bali

Tujuan Untuk mengetahui insiden dan faktor risiko meningitis pada sepsis neonatal

Metode Studi kohort retrospektif pada neonatus yang telah terdiagnosis sepsis dan dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal pada periode Juni 2006 – Maret 2008 di RSUP Sanglah Denpasar. Hasil Dari 132 data, didapatkan insiden meningitis pada sepsis neonatal adalah 21,2%. Faktor risiko jenis kelamin, riwayat pecah ketuban ≥ 12 jam sebelum partus, awitan sepsis, berat badan lahir rendah, asfiksia berat tidak terbukti mempengaruhi kejadian meningitis pada sepsis neonata (P > 0,05). Tidak didapatkan perbedaan bermakna gejala klinis, laboratorium maupun mortalitas antara kelompok meningitis dengan tanpa meningitis.

Kesimpulan Tidak adanya faktor risiko, gejala klinis, dan laboratorium yang dapat membedakan kelompok meningitis dengan tanpa meningitis mengharuskan klinisi untuk meningkatkan kewaspadaan dan tetap melakukan analisis cairan serebrospinal dengan atau tanpa perbaikan klinis pada setiap neonatus yang telah terdiagnosis sepsis. ([JIKA. 2012;1:1-5])

Keywords : neonatal meningitis, neonatal septicemia, risk factors

eningitis neonatal adalah infeksi dan inflamasi meningen yang terjadi pada 28 hari pertama kehidupan. Insiden diperkirakan 0,18-0,45 per 1000 kelahiran hidup dan terjadi pada 5-30% dari sepsis neonatal. 1-5 Mortalitas

meningitis pada sepsis neonatal

dilaporkan 23%, jauh lebih besar dari mortalitas akibat sepsis yang sebesar 9%.6

Sebagian besar yang selamat juga

mengalami gangguan perkembangan dan kognitif berat. 7-11 Karena tingginya

mortalitas dan morbiditas serta

perbedaan terapi, maka diagnosis

meningitis neonatal pada sepsis neonatal harus ditegakkan secara dini.

* Dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar, Indonesia

Permintaan Naskah cetak ditujukan kepada: Ayu Setyorini, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah Jl. Pulau Nias, Denpasar 80114. Tel./Fax. +62-361-244038/257387.

M

(2)

JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 •2

Metode

Dilakukan studi kohort retrospektif pada infant 0-28 hari yang dirawat inap di Bagian Neonatologi RSUP Sanglah antara Juni 2006 – Februari 2008 dengan diagnosis sepsis neonatal yang telah dilakukan analisis cairan serebrospinal

dengan atau tanpa kultur cairan

serebrospinal. Indikasi pemeriksaan cairan serebrospinal adalah bila neonatus sudah terdiagnosis sepsis dan pada kasus sepsis awitan lambat. Bila sebelum dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal telah dilakukan tindakan pembedahan saraf

seperti trepanasi atau shunt

intraventrikular maka dikeluarkan dari penelitian. Dengan α 95% dan presisi absolut 15% didapatkan jumlah sampel 132. Data dikumpulkan dari catatan medis. Tujuan primer penelitian adalah mengetahui insiden meningitis pada sepsis neonatal. Tujuan sekunder adalah mencari faktor risiko, manifestasi klinik dan hasil laboratorium yang membedakan sepsis neonatal dengan atau tanpa

meningitis. Sebelum dilakukan

pemeriksaan cairan serebrospinal telah

dilakukan informed consent dan

persetujuan dari orangtua. Penelitian ini telah disetujui oleh komite ethical clearance RSUP Sanglah Denpasar.

Variabel yang diteliti antara lain usia, jenis kelamin, usia kehamilan (cukup atau kurang bulan), berat badan lahir (< atau ≥ 2500 g), lama pecah ketuban sebelum partus (< atau ≥ 12 jam), riwayat demam selama persalinan pada ibu, awitan sepsis (dini atau lambat), riwayat asfiksia, manifestasi klinis (distress napas, kejang, diare, muntah, gangguan suhu), leukosit, neutrofil, trombosit, rasio neutrofil imatur dibandingkan dengan matur/IT-ratio (< atau ≥ 0,2), gukosa darah, luaran meninggal atau hidup, analisis cairan serebrospinal : jumlah sel dan differential, glukosa, dan protein.

Sepsis didefinisikan sebagai adanya kuman pada biakan darah, dikatakan awitan dini bila gejala timbul dalam 72 jam pertama kehidupan dan lambat bila ≥ 72 jam.12 Meningitis bakterial adalah bila ditemukan dua dari : jumlah sel >20/mm3, glukosa cairan serebrospinal <60% serum, dan protein >200 mg/dL. 13,14

Sampel dibagi menjadi dua

kelompok, grup A adalah kelompok sepsis

dengan meningitis, grup B adalah

kelompok sepsis tanpa meningitis. Analisis dilakukan dengan program komputer. Analisis univariat variabel kategorikal dengan 2-sided Pearson Chi-Square atau

(3)

JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 •3

2-sided Fisher’s exact test. Analisis regresi logistik dilakukan pada variabel dengan P < 0,05.

Hasil

Dari 198 catatan medis, 132 memenuhi kriteria eligibilitas. Empat catatan medis tidak dianalisis karena tidak ada hasil kultur darah, 15 karena tidak ada pertumbuhan kuman, dan 47 karena tidak dilakukan analisis cairan serebrospinal.

Insiden meningitis pada sepsis neonatal adalah 21,2%. Usia rata-rata saat

diagnosis meningitis adalah 9,7 hari. Hasil analisis cairan serebrospinal pada kelompok meningitis: rata-rata jumlah sel 56.6 sel/uL; glukosa 38,29 g/dL; protein 152m3 g/dL, dan seluruhnya memiliki rasio glukosa cairan serebrospinal terhadap darah < 0,6. Perbandingan faktor risiko, manifestasi klinis dan laboratorium antara kelompok A dan B ditampilkan dalam tabel 1 di bawah ini.

Table 1. Perbandingan faktor risiko, manifestasi klinis dan laboratorium

Variabel Group A n (%) Group B n (%) RR (IK95%) P Faktor risiko : Laki-laki

Pecah ketuban ≥ 12 jam Sepsis awitan lambat Berat lahir < 2500g Asfiksia berat Manifestasi klinis Kejang Diare Gangguan suhu Distress napas Laboratorium Leukosit <5 / >30 k/uL IT-ratio ≥ 0.2 Trombosit < 150 k/uL Mortalitas 17 (22,3) 5 (25,0) 1 (11,1) 13 (27,1) 14 (19,7) 3 (33,3) 3 (23,0) 12 (30,7) 18 (21,1) 0 (0,0) 3 (30,0) 9 (23,6) 1 (8,3) 59 (77,7) 15 (75,0) 8 (88,9) 35 (72,9) 57 (80,3) 6 (66,7) 10 (77,0) 27 (69,3) 67 (78,9) 11 (100,0) 7 (70,0) 29 (76,4) 11 (91,7) 1,1 (0,9-1,2) 1,2 (0,98-1,34) 0,5 (0,41-0,59) 1,5 (0,99-2,01) 0,8 (0,74-0,86) 1,6 (0,96-2,24) 1,1 (1,00-1,20) 1,7 (0,92-2,48) 0,9 (0,88-0,92) 0,0 (0,00-0,00) 1,4 (0,96-1,84) 1,1 (0,93-1,27) 0,3 (0,21-0,39) 0,70 0,77 0,68 0,21 0,65 0,06 1,0 0,08 0,98 0,12 0,44 0,66 0,45

Mikroorganisme yang diisolasi dari biakan darah ditampilkan dalam tabel 2. Table 2. Mikroorganisme yang diisolasi dari kultur darah kelompok A

Mikroorganisme n (%)

Staphylococcus coagulase positive Enterobacter cloacae Serratia marcesens Serratia liquefaciens Enterobacter spp Flavimonas oryzhibita Streptococcus haemolyticus Klebsiella pneumoniae Pantoea spp 11 (39.3) 4 (14.3) 3 (10.7) 3 (10.7) 2 (7.1) 2 (7.1) 1 (3.6) 1 (3.6) 1 (3.6)

(4)

JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 •4

Diskusi

Insiden pada studi ini serupa dengan yang dilaporkan oleh beberapa penelitian lain.2,15 Dalam studi ini tidak ditemukan hubungan antara berat badan lahir rendah dengan meningitis pada sepsis neonatal. Peran berat badan lahir dalam meningitis masih menunjukkan hasil bervariasi.2,16 Hubungan lebih bermakna pada kelompok dengan berat badan lahir < 1500 g.16,17 Pada penelitian ini tidak ditemukan peran bermakna berat badan lahir sangat rendah karena tingginya mortalitas kelompok tersebut dan sebagian besar belum dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal sebelum meninggal.

Lesi otak sering diakibatkan oleh asfiksia berat.18 Tetapi studi ini tidak menemukan hubungan antara riwayat asfiksia berat dengan meningitis. Juga tidak ada hubungan antara beberapa faktor risiko sepsis dengan kejadian meningitis pada sepsis neonatal.

Beberapa penelitian lain

menemukan bahwa meningitis jarang terjadi pada sepsis awitan dini karena

waktu bagi mikroorganisme untuk

mencapai susunan saraf pusat adalah 2-3 minggu.19,20 Hasil studi ini menemukan bahwa awitan sepsis tidak mempengaruhi kejadian meningitis. Hal ini kemungkinan karena pada neonatus, sawar darah otak

belum matang sehingga waktu yang

dibutuhkan mikroorganisme untuk

mencapai susunan saraf pusat tidak dapat diprediksi. 21

Manifestasi klinis neonatus dengan atau tanpa meningitis pada penelitian ini juga serupa. Hasil yang sama juga telah dilaporkan penelitian lain.22

Angka mortalitas pada penelitian ini tidak setinggi yang dilaporkan oleh penelitian lain.22,23 Hal ini dikarenakan pada sebagian besar neonatus dengan hasil akhir meninggal tidak dapat

dilakukan pemeriksaan cairan

serebrospinal akibat kondisi klinis yang tidak memungkinkan.

Kekuatan studi ini adalah

merupakan studi pertama untuk mencari insiden dan faktor risiko meningitis pada

sepsis neonatal di RSUP Sanglah.

Kekurangan studi ini antara lain tidak dilakukannya pemeriksaan kultur cairan serebrospinal akibat terlalu sedikitnya cairan serebrospinal yang didapatkan, cara pengambilan sulit, dan tidak mendapat persetujuan orangtua untuk

dilakukan pengambilan cairan

serebrospinal ulang. Kekurangan lain adalah tidak dapat ditentukannya status sosial ekonomi keluarga karena data diambil dari catatan medis yang tidak

(5)

JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 •5

terekamnya penggunaan antibiotika pada ibu selama proses persalinan.

Kesimpulan

Studi ini tidak menemukan adanya perbedaan faktor risiko, manifestasi klinis, dan laboratorium meningits dengan tanpa meningitis pada neonatus dengan sepsis. Mengingat tingginya insiden meningitis pada sepsis neonatal, kami simpulkan bahwa analisis cairan serebrospinal harus dilakukan pada neonatus yang telah terdiagnosis sepsis dengan atau tanpa perbaikan klinis.

Kepustakaan

1. Philip AGS. Neonatal meningitis in the new millenium. NeoReviews 2003; 4(3):e73-80.

2. da Silva LPA, Calvaheiro LG, Queiros F, Nova CV, Lucena R. Prevalence of newborn bacterial meningitis and septicemia during pregnancy periode for public health care system participants in Salvador, Bahia, Brazil. The Brazilian Journal of Infectious Disease 2007; 11(2):272-6.

3. Ray B, Mangalore J, Harikumar C, Tuladhar A. Is lumbar puncture necessary for evaluation of early neonatal septicemia? Arch Dis Child 2006; 91:1033-8.

4. May M, Daley AJ, Donath S, Isaacs D. Early onset neonatal meningitis in Australia and New Zealand, 1992-2002. Arch Dis Child Fetal Neonatol Ed 2005; 90:F324-7.

5. Osrin D, Vergnano S, Costello A. Serious bacterial infections in newborn infants in developing countries. Curr Opin Infect Dis 2004; 17:217-24. 6. Malbon K, Mohan R, Nicholl R. Should a neonate

with possible late onset infection always have a lumbar puncture? Arch Dis Child 2006; 91:75-6. 7. Klinger G, Chin C, Beyene J, Perlman M. Predicting

the outcome of neonatal bacterial meningitis. Pediatrics 2000; 106:477-82.

8. Bonsu BK, Harper MB. Utility of peripheral white blood cell count for identifying sick young infants who need lumbar puncture. Ann Emerg Med 2003; 41:206-14.

9. Bedford H, de Louvois J, Halket S, Peckham C, Hurley R, Harvey D. Meningitis in infancy in England and Wales: follow up at age 5 years. BMJ 2001; 323:533-8.

10. Stoll BJ, Hansen NI, Adams-Chapman I, Fanaroff AA, Hintz SR, Vohr B et al. Neurodevelopmental and

growth impairment among extremely low-birth-weight infants with neonatal infection. JAMA 2004; 292(19):2357-65.

11. Chang CJ, Chang WN, Huang LT, Chang YC, Huang SC, Hung PL, et al. Cerebral infarction in perinatal and childhood bacterial meningitis. Q J Med 2003; 96:755-62.

12. Bizzarro MJ, Raskind C, Baltimore RS, Gallagher PG. Seventy-years of neonatal sepsis at Yale: 1928-2003. Pediatrics 2005; 116:595-602.

13. Garges HP, Moody MA, Cotton CM, Smith PB, Tiffany KF, Lenfestey R et al. Neonatal meningitis: What is the correlation among cerebrospinal cultures, blood cultures, and cerebrospinal parameters? Pediatrics 2006; 117(4):1094-100. 14. Puopolo KM. Bacterial and fungal infections. Dalam:

Cloherty JP, Eichenwald EE, Stark AR, editor. Manual of neonatal care, edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004. p 287-313. 15. Okascharoen C, Hui C, Cairnie J, Morrisa AM,

Kirpalanis H. External validation of bedside prediction score for diagnosis of late-onset neonatal sepsis. J Perinatology 2007; 27:496-501. 16. Nel E. Neonatal meningitis: mortality, cerebrospinal

fluid, and microbiological findings. J Trop Ped 2000; 46:237-9.

17. Hoque M, Ahmed NU, Chowdhury A, Darmstadt GL. Septicemic neonates without lumbar puncture: what are we missing? J Trop Ped 2005; 4(6):239-44. 18. Herbst A, Kallen K. Time between membrane rupture and delivery and septicemia in term neonates. Obstet Gynecol 2007; 110:612-8. 19. Griffin MP, Lake DE, Moorman JR. Heart rate

characteristics and laboratory tests in neonatal sepsis. Pediatrics 2005; 115:937-41.

20. Kim KS. Microbial translocation of the blood-brain barrier. Int J Parasitology 2006; 36:607-14.

21. Kim KS. Strategy of Escherichia coli for crossing the blood-brain barrier. J Infect Dis 2002; 186:220-4. 22. Stoll BJ, Hansen N, Fanaroff AA, Wright LL, Carlo

WA, Ehrenkranz RA et al. To tap or not to tap: High likelihood of meningitis without sepsis among very low birth weight infants. Pediatrics 2004; 113(5):1181-6.

23. Shiva F, Mosaffa N, Khabbaz R, Padyab M. Lumbar puncture in neonates under and over 72 hours of age. JCPSP 2006; 16(8):525-8.

Gambar

Table 1. Perbandingan faktor risiko, manifestasi klinis dan laboratorium

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mempelajari pembuatan tepung gaplek dan tiwul; (2) menyusun formula tiwul instan tinggi protein; (3) melakukan

Bumbu dasar kuning adalah salah satu bumbu dasar masakan Indonesia yang berwarna kuning dengan komposisi dasar bawang merah, bawang putih, kunyit dan garam.. Masakan

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh praktik kerja industri dalam pengembangan kreativitas terhadap minat berwirausaha siswa SMKN 8 Bandung yang menjadi

Lansia yang tinggal hanya bersama pasangan dan memenuhi perkembangan tugas keluarga dengan baik, akan memiliki kepuasan pernikahan yang lebih

Hasil pengujian secara simulasi menggunakan perangkat lunak analisis struktur menunjukkan bahwa tegangan mekanik dan translation displacement pada UUTR meningkat dengan

beracun) yang ada di instalasi farmasi. Semua petugas security harus bisa dan mampu mengoprasikan alat appar. Semua peralatan baik yang elektonik maupun yang yang bukan elektronik

Studi etnofarmasi ini dilakukan pada masyara kat Using Kabupaten Banyuwangi yang ber tujuan untuk mengetahui tanaman obat yang berkhasiat sebagai pengobatan di etnis

Manajer Bagian Produksi Bagian Penjualan Start Daftar Pesanan Menentukan Due Date Jenis Mesin Memvalidasi Jenis Pesanan Membuat Daftar Transaksi Transaksi Produk Menentukan