• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. KONDISI KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN YAPIQ Al- Islamy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. KONDISI KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN YAPIQ Al- Islamy"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KONDISI KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN YAPIQ Al-Islamy

Pada pembahasan kali ini, penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di pondok pesantren YAPIQ Al-Islamy Desa Sindangjawa Kecamatan Dukupuntang. Adapun masalah yang diteliti merujuk kepada fokus permasalahan yang tertera pada bab sebelumnya, yaitu Peran Ustadz dalam meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantrn YAPIQ Al-Islamy. Untuk lebih jelasnya maka penulis akan menyajikan data tentang pembahasan pada masalah yang pertama yakni pada fokus permasalahan mengenai bagaimana kondisi kedisiplinan Santri di pondok pesantren YAPIQ Al-Islamy.

Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan santri di Pondok Pesantren YAPIQ, penulis melakukan serangkaian wawancara dengan subjek penelitian. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa secara umum kondisi kedisiplinan santri di Pondok Pesantren YAPIQ dalam keadaan yang cukup. Hal ini didapatkan dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara dan pengataman selama di lapangan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Pengasuh Pondok sebagai berikut :

“Kalau masalah kedisiplinan di pondok pesantren ini Alhamdulillah semua santri sudah cukup baik dalam hal disiplin, karena dapat dilihat dari kerapihan pakaian yang dikenakan santri, serta dalam hal menaati peraturan yang ada di lingkungan pondok pesantren seperti mengikuti aktivitas kesehariannya baik dalam melakukan kegiatan pembelajaran (KBM) yang ada di pondok, melaksanakan tugas ibadah

secara tepat waktu, dan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya

(2)

kesopanan, kejujuran, serta tingkah lakunya jugapun semuanya sudah cukup menyenangkan, karena para santri selalu diberikan pengarahan setiap waktu pembelajaran. Tetapi yang namanya santri dari berbagai daerah, dan latar belakang santri yang berbeda-beda, jadi kadang masih ada juga santri yang melanggar dan tidak menaati tata tertib yang sudah ditetapkan di lingkungan pondok. Tapi diperkirakan 80% santri yang mondok disini itu sudah menaati peraturan yang telah ditentukan” (Wawancara dilakukan dengan K.H. Hariri, MHT pada tanggal 06 Juli 2018 Pukul 10.30 WIB).

Hal tersebut juga senada dengan apa yang telah diungkapkan oleh Ustad Cucu Sukarya Ruslani, S.Pd.I sebagai berikut:

“Kalau mengenai masalah kedisiplinan santri di pondok pesantren ini sih Alhamdulillah sudah dalam kondisi yang cukup, karena mayoritas semua santri disini itu sudah bisa diatur dan dapat mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. Terlihat dari keseharian yang dilakukan oleh para santri, seperti bangun pagi, kemudian mengikuti kegiatan di sekolah formal serta setelah itu mengikuti kegiatan pembelejaran di pondok”(Wawancara dengan pembimbing pondok pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 14.25 WIB)

Selanjutnya sama halnya dengan yang di ungkapkan oleh santri “IAS’ kelas VIII MTs (DTW) bahwa:

“Kalau kondisi kedisiplinan disini ada sebagian santri yang disiplin dalam mematuhi peraturan tapi ada juga yang tidak disiplin dalam melaksanakan tata tertib di pondok. Biasanya pelanggaran yang dilakukan sama santri itu terkadang suka keluar tanpa izin dan terlambat dalam melaksanakan solat berjama’ah” (Wawancara pada tanggal 07 Juli 2018 pukul 13.45 WIB).

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa keadaan kedisiplinan santri di pondok pesantren YAPIQ Al-Islamy ini secara umum sudah dalam kondisi yang cukup karena santrinya telah melaksanakan peraturan pondok sesuai dengan yang

(3)

telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari kerapihan pakaian yang dikenakan santri, serta dalam hal menaati peraturan yang ada di lingkungan pondok pesantren seperti mengikuti aktivitas kesehariannya dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang ada di pondok, melaksanakan tugas ibadah, dan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya yang ada di lingkungan pondok pesantren YAPIQ. Lalu dalam hal kesopanan, kejujuran, serta tingkah lakunya juga semuanya sudah cukup menyenangkan, karena para santri selalu diberikan pengarahanmengenai kedisiplinan. Namun karena santrinya dari berbagai daerah, dan latar belakang santri yang berbeda-beda, jadi terkadangmasih ada juga santri yang melanggar dan tidak menaati tata tertib yang sudah ditetapkan di lingkungan pondok. Namun hampir 80% santri yang mondok disini sudah mampu menaati peraturan yang telah ditentukan.

Data ini penulis dapatkan setelah mengamati selama beberapa kali dalam melakukan penelitian di lapangan dan didapatkan dari hasil wawancara dengan berbagai pihak yang terkait. Kondisi kedisiplinan santri mengacu pada indikator-indikator kedisiplinan yang telah penulis dapatkan sebelumnya. Indikator-indikator-indikator tersebut dijadikan acuan oleh penulis untuk melakukan pengamatan sebagai penguat data yang telah penulis dapatkan.

Kondisi kedisiplinan santri di lingkungan pondok pesantren YAPIQ sudah dikatakan cukup, hal ini mengacu pada indikator:

1. Pelaksanaan tata tertib di pondok pesantren YAPIQ. Dalam hal ini penulis mendapatkan bahwa santri sudah cukup dalam melaksanakan segala tata tertib yang berlaku. Hal ini didasarkan pada beberapa indikator yang ada bahwasannya sudah banyak yang dilaksanakan oleh para santri. Seperti halnya datang tepat waktu baik pada saat melaksanakan sholat berjama’ah maupun dalam kegiatan belajar mengajar di pondok, berpakaian yang rapih memakai sarung dan peci, serta berperilaku sopan, dll. Dengan mengacu pada indikator

(4)

ini penulis mendapatkan bahwa para santri sebagian besar sudah melaksanakan tata tertib dengan cukup. Meskipun masih ada jugayang belum mematuhi tata tertib dengan baik, tetapi hanya sebagian kecil saja yang masih melanggar tata tertib pondok.

2. Taat terhadap kebijakan yang berlaku di pondok, melalui indikator kedua ini penulis mendapatkan keadaan yang real dari lokasi penelitian yaitu bahwasannya para santri sudah berusaha untuk melaksanakan kebijakan yang diterapkan dengan baik, seperti sudah memiliki kesadaran diri akan pentingnya kedisiplinan dan berusaha untuk menjaga kondisi lingkungan pondok agar tetap kondusif. Data ini penulis dapatkan dari hasil wawancara kepada para santri. Dengan melaksanakan kebijakan pondok santri dituntut untuk selalu berdisiplin dan berkesinambungan.

Dari pencapaian indikator di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedisiplinan santri di pondok pesantren YAPIQ dalam kondisi yang cukup, dan dapat dikatakan bahwa Ustad di pondok sudah cukup berhasil dalam pencapaian kedisiplinan santri. Namun masih butuh peningkatan peran agar hasil yang didapatkan dapat maksimal.

B. PERAN USTADZ DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN YAPIQ AL-ISLAMY

Pondok Pesantren YAPIQ Al-Islamy merupakan salah satu pondok pesantren yang sangat menerapkan kedisiplinan kepada para santrinya.Dalam menerapkan prinsip kedisiplinan peran Ustadz di pondok pesantren YAPIQ Al-Islamy memiliki pengaruh yang sangat besar karena Ustad merupakan sosok figur yang dapat yang dapat memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip kedisiplinan kepada para santrinya.

Untuk mengetahui bagaimana peran Ustad dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren YAPIQAl-Islamy, penulis melakukan serangkaian wawancara dengan pihak yang terkait. Dari hasil penelitian yang diperolehbahwa peran Ustad

(5)

dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren YAPIQAl-Islamy adalah sebagai berikut :

a. Mengajar atau mendidik

Tugas ustad sebagai seorang pengajar/pendidik disini memberikan penjelasan tentang apa, mengapa, dan bagaimana dalam melaksanakan suatu fungsi dan tugas terutama yang berhubungan dengan kebijakan atau kebijaksanaan yang diberikan dalam menghadapi berbagai kemungkinan (Mantja Willem, 1997: 6).

Hal ini sebagaimana yang telah dikemukan oleh K.H Hariri selaku pengasuh pondok sebagai berikut:

“Dalam mengajarkan para santri agar melaksanakan kebijakan atau kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebagai seorang ustad memberikan suatu pembiasaan yang dilakukan oleh para santrinya agar disiplin. Pembiasaan dalam artian ini dijadikan sebagai salah satu alat pendidikan yang sangat penting dan perlu diterapkan serta ditanamkan pada santri sebagai permulaan atau bentuk latihan yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar dapat menjadi suatu kebiasaan yang berdampak pada perbuatan yang baik, selain itu agar santri dapat menghargai dan mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Pembiasaan ini bertujuan untuk menerapkan kepada santri agar bisa hidup berdisiplin yang dilakukan secara terprogram, oleh karena itu secara otomatis santri akan dapat menaati segala peraturan-peraturan yang sudah ditentukan” (Wawancara pada tanggal 06 Juli 2018 Pukul 09.30).

Hal diatas sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Ustadz Cucu Sukarya Ruslani, S.Pd.I selaku pembimbing pondok mengatakan bahwa :

“Dalam mengajarkan atau mendidik santri agar berlaku disiplin para ustad harus diberikan suatu metode pembiasaan kepada santri. Pembiasaan ini dilakukan dengan caramembiasakan para santri dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-harinya di pondok. Seperti bangun pagi (bangun shubuh) pada waktu yang sudah ditentukan,

(6)

dan melakukan solat berjama’ah secara tepat waktu” (Wawancara pada tanggal 30Juli 2018 pukul 10.15 WIB).

Kemudian dari penuturan santri ‘YS’, dan ‘IAS’ bahwa: “Peran Ustad disini dalam mengajarkan kedisiplinanbiasanya ustad selalu mengoprek-oprek santrinya agar memiliki kebiasaan disiplin. Misalnya: mengoprek-oprek pada saat jam-jam shubuh para santri dibangunkan untuk melakukan solat berjam’ah, dan mengoprek-oprek pada waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) di pondok” (Wawancara dengan Santri ‘YS’, dan ‘IAS’ pada tanggal 31 Juli 2018 pukul 09.45 WIB).

b. Memberikan Keteladanan

Dalam melaksanakan kedisiplinan santri, selain melakukan pembiasaan kepada para santri akan lebih efektif jika ditunjang dengan keteladanan dari pengasuh pondok ataupun Ustad/guru. Karena dalam pelaksanaan pembiasaan kedisiplinan santri pasti tidak terlepas dari keteladanan. Dimana ada pembiasaan disana ada keteladanan.

Teladan atau modelling adalah contoh perbuatan dan tindakan sehari-hari yang sengaja dilakukan agar ditiru. Metode keteladanan merupakan alat pendidikan yang utama dan paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk tingkah laku atau akhlak (moral spiritual) dan sosial anak yang digambarkan dengan suri tauladan yang baik. Sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

Artinya:“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al-Ahzab ayat 21) (M. Fuad Anwar, 2015: 93).

Dalam hal ini, contoh atau teladan disiplin yang ada dalam diriseorang Ustad sangatlah penting dan berpengaruh dalam menerapkan prinsip kedisiplinan yang baik pada santrinya karena Ustad merupakan panutan atau teladan bagi anak para santrinya.

(7)

Menurut penuturan dari selaku Ustad Ruslani selaku pembimbing pondok pada saat wawancara, bahwa: “Pribadi Ustad merupakan hal yang paling penting karena akan menjadi acuan dan cerminan bagi para santrinya karena pada dasarnya sikap anak (santri) akan meniru apa yang dilihat dan dialaminya. Contoh tauladan yang ditunjukkan ustad seperti dengan cara berpenampilan yang rapih, datang tepat waktu ketika sholat berjama’ah, dan berbicara sopan serta bertingkah laku yang baik. Maka hal ini akanmembangun perilaku disiplin santri sedikit demi sedikit” (Wawancara pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 11.15 WIB).

Hal ini sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh santri ‘YS’ menurut penuturan ‘YS’ ketika diwawancarai mengatakan bahwa: “Ustad di pondok selalu memberikan contoh tauladan yang baik kepada para santrinya, selalu datang tepat waktu ketika sholat berjama’ah dan selalu menunjukkan sikap yang baik sehingga dapat dijadikan

sebagai contoh tauladan bagi para santrinya” (Wawancara pada tanggal 12 Juli 2018

pukul 09.46 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh, bahwa peran Ustad dalam meningkatkan kedisiplinan santri di pondok bukan hanya mengajar atau mendidik saja namun juga sebagai sosok yang dapat memberikan dan dijadikan sebagai teladan atau pribadi yang mampu mempertunjukkan kepada anak didiknya (santri) tentang sesuatu pesan yang disampaikan agar dapat dipahami dan dimengerti serta ditiru.

c. Memberikan Pengawasan atas ketertiban santri

Memberikan pengawasan atas ketertiban santri termasuk tugas dari seorang ustad dalam memimpin atas jalannya ketertiban santri. Pengawasan ini bertujuan untuk mempertegas aturan-aturan yang sudah ditetapkan di lingkungan pondok dengan memberikan pengawasan terhadap santri yang dapat diikuti dengan adanya hukuman-hukuman yang berlaku. Dalam hal ini ustad memiliki kewajiban untuk menjalankan tugasnya dalam memimpin agar berjalannya ketertiban atau kedisiplinan santri. Peraturan kedisiplinan santri di pondok pesantren YAPIQ telah direncanakan dengan

(8)

sedemikian rupa sehingga proses pelaksanaan dalam kedisiplinan santri yang sudah diterapkan menimbulkan ketertiban, kerapihan, dan keteraturan. Dimana ada pelanggar peraturan maka akan dihukum. Oleh karena itu peran ustad dalam memberikan pengawasan atas ketertiban santri disini sangatlah penting.

Menurut Cece Wijaya A. Tabrani Rusyam (2003: 42)Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pengawasan harus terus menerus dilakukan, terlebih lagi dalam situasi-situasi yang sangat memungkinkan bagi siswa (santri) untuk berbuat sesuatu yang melanggar tata tertib.

Hal ini sesuai dengan penuturan dari Ustad Cucu Sukarya Ruslani, S.Pd.I selaku pembimbing pondok yang mengatakan bahwa:

“Untuk memberikan pengawasan kepada para santri maka yang dilakukan oleh seorang Ustad adalah selalu memantau berbagai aktifitas yang dilakukan oleh para santri dan selalu mengoprek-ngoprek santri agar melaksanakan segala peraturan yang ada di pondok karenadari suatu aktivitas ke aktivitas lain, dari pagi sampai pagi lagi. Semua kegiatan sudah tertata rapih dan terjadwal dengan baik. Mulai dari bangun tidur pagi, solat shubuh berjama’ah di mushollah, sarapan, berangkat sekolah (pendidikan formal) dan seterusnya. Bahkan dalam kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan pun semua berjalan dengan schedule yang telah ditetapkan. Itu semua tidak terlepas dari pengawasan dari seorang pembimbing” (Wawancara pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 11.35 WIB).

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan santri ‘YS’ dan ‘IAS’ bahwa:

“Tugas ustad di pondok ini selalu memberikan pengawasan dan memantau disetiap aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh para santrinya. (Wawancara pada tanggal 12 Juli 2018 pukul 13.15 WIB).

Berkaitan dengan mendisiplinkan santri, peran ustadz dalam meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren YAPIQ Al-Islamy juga memakai beberapa

(9)

upaya. Digunakannya upaya-upaya tersebut agar para santri mau mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan di pondok. Upaya yang digunakan juga diusahakan sesuai dengan karakteristik santri itu sendiri. Adapun berbagai upaya yang digunakan ustadz dalam mendisiplinkan santri itu berupa teguran, hukuman, serta motivasi hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ustad Ruslani selaku pembimbing pondok :

“Untuk upaya itu ada teguran, ada hukuman serta ada motivasi juga. Disini dalam tata tertib santri juga sudah dijelaskan terkait dengan berbagai peraturan, ketertiban serta sanksi yang diberikan bagi yang melanggar. Jadi hukumannya juga ada, tapi sifatnya tidak berupa hukuman fisik. Dalam buku tata tertib semua sudah ada ketentuannya, untuk pemberian hukumannya juga sudah lengkap sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya dan ini langsung dibuat oleh ketua pondok yang diketahui atau di tanda tangani oleh pengasuh pondok” (Wawancara dengan Ustad Ruslani pada 06 Juli 2018 pukul 14.25 WIB).

Sejalan dengan hal tersebut K.H Hariri juga memberikan pendapat terkait dengan upaya untuk mendisiplinkan santri adalah dengan memberikan nasehat atau teguran. Seperti yang diungkapkan oleh beliau bahwa :

“Untuk upaya yang saya gunakan adalah dengan memberikan nasehat atau teguran secara langsung. Nasihat tersebut bisa dalam bentuk pemberian penjelasan mengenai suatu ayat Al-Qur’an atau hadist yang mengajarkan tentang prinsip agar berlaku disiplin dan pemberian motivasi yang membuat para santri memiliki kesadaran diriuntuk selalu mematuhi tata tertib yang berlaku sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT.”(Wawancara dengan pengasuh pondok pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 13.25 WIB).

Ada juga pendapat yang diungkapkan oleh para santri yang bernama ‘YS’ dan ‘IAS’ mereka mengungkapkan bahwa terkait dengan peran yang dilakukan oleh ustad dalam upaya untuk mendisiplinkan para santrinya yang digunakan adalah dengan memberikan hukuman kepada santri yang melanggar peraturan pondok entah itu tidak mengikuti

(10)

solat berjama’ah atau yang lainnya, hukumanyang diberikan itu bukan berupa hukuman fisik melainkan hukuman yang mendidik. Seperti apa yang telah dipaparkan oleh mereka sebagai berikut :

“Untuk mendisiplinkan santri peran yang dilakukan oleh ustad adalah dengan memberikan hukuman yang mendidik. Contohnya ada santri yang melanggar peraturan seperti halnya tidak melaksanakan sholat berjamaah, hukuman yang diberikan adalah disuruh berdzikir dan apabila ada santri yang keluar tanpa izin maka hukuman yang diberikan adalah di ta’zir. Hukuman yang diberikan ini sesuai dengan kesalahan yang

dilakukannya” (Wawancara dengan para santri pada tanggal 12 Juli 2018 pukul 13.00

WIB).

Dalam dunia pendidikan memang tidak seharusnya menggunakan hukuman yang berat untuk anak. Tetapi hal ini semata-mata hanya memberikan efek jera bagi santri agar tidak melakukan kesalahan yang sama yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Namun, hal ini bertujuan hanya untuk mendidik kedisiplinan bagi semua santri yang ada di lingkungan pondok agar mematuhi dan menaati peraturan atau tata tertib di pondok.

Tidakdapat dipungkiri bahwa disiplin ini merupakan elemen terpenting untuk membentuk pribadi santri dalam menaati segala aturan atau norma-norma yang berlaku di lingkungan tempat iatinggal. Dalam menerapkan prinsip kedisiplinan ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan agar setiap individu dapat mengetahui segala tindakan yang dilakukan. Berikut pondok pesantren YAPIQ Al-Islamy telah merumuskan tujuan kedisiplinan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh K.H. Hariri, MHT selaku pengasuh pondok pesantren YAPIQ yang mengatakan bahwa :

“Dalam menerapkan kedisiplinan santri di pondok pesantren YAPIQ ini bertujuan untuk membentuk pola pikir, sikap, dan tingkah laku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh pondok pesantren YAPIQ serta memiliki kepekaan sosial terhadap lingkungannya, selain itu diharapkan santrinya agar dapat

(11)

mempergunakan waktunya dengan sebaik mungkin (tepat waktu) dalam melaksanakan berbagai kegiatan atau aktivitas di pondok pesantren YAPIQ terutama kedisiplinan dalam hal beribadah” (Wawancara dilakukan pada tanggal 06 Juli 2018 Pukul 10.30 WIB).

Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Ustad Ruslani selaku Pembimbing Pondok pesantren YAPIQ yang mengatakan bahwa :

“Dengan adanya penerapan kedisiplinan santri dalam lingkungan pondok pesantren YAPIQ ini tidak lain tujuannya adalah untuk membentuk karakter dan kepribadian santri yang taat pada peraturan, serta mencetak para santri agar mampu memiliki sikap yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang telah dilakukan dan dapat tepat waktu dalam menjalani kehidupan sehari-hari di pondok pesantren YAPIQ baik menjalani aktivitas dalam beribadah, belajar, makan ataupun kegiatan yang lainnya. Sehingga totalitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari di pondok pesantren YAPIQ ini akan lebih terarah dan tertata dengan baik”(Wawancara dilakukan pada tanggal 06 Juli 2018 Pukul 11.15 WIB).

Dalam hal kedisiplinan tentunya memiliki beberapa wewenang atau peraturan yang harus dan wajib di patuhi, dilaksanakan serta dilaksanakan. berikut sebagaimana yang telah dikemukakan oleh pengasuh Pondok bahwa pondok pesantren YAPIQ memiliki peraturan kedisiplinan yang harus dilakukan oleh para santrinya. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh K.H. Hariri selaku Pengasuh Pondok dalam wawancaranya sebagai berikut :

“Peraturan yang ada di lingkungan pondok pesantren YAPIQ meliputi anak-anak santri wajib mengaji pada tiap-tiap waktu yang sudah dijadwalkan, santri harus mengikuti kegiatan sholat berjama’ah, santri setiap hari jum’at setelah melakukan sholat jum’at bersama para santri wajib mengikuti kegiatan ziarah kubur, setiap hari jum’at ba’da maghribnya santri wajib membaca surat yasin dan tahlil bersama-sama, setiap ba’da isya setiap santri wajib mengikuti kegiatan jam’iyah hadiyu (istighosyah),

(12)

do’a dan dzikir bersama. Setiap malam ahad anak santri wajib mengikuti kegiatan belajar baca deba’iyah (marhabanan) dan belajar khitobah (berpidato). Setiap hari ba’da ashar santri wajib mengikuti kegiatan pembelajaran khosidah dan pada setiap hari minggu pagi santri wajib mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pencak silat bagi santri laki-laki dan bagi santri perempuan wajib mengikuti kegiatan ekstrakulikuler muhadasah Bahasa Arab” (Wawancara dengan KH. Hariri selaku Pengasuh Pondok Pesantren YAPIQ pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 10.30 WIB).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa peraturan yang ada di pondok pesantren YAPIQAl-Islamy ini merupakan suatu kebijakan yang diterapkan guna untuk mendisiplkan para santrinya agar lebih tertib, teratur dan terarah.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Ustadz dalam meningkatkan kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren YAPIQ Al-Islamy

Faktor pendukung dalam menciptakan suasana yang disiplin salah satunya adalah kesadaran diri atau motivasi yang ada dalam diri santri itu sendiri dan dibantu oleh keikutsertaan atau kerjasama baik dari pengasuh pondok maupun kepala pondok dalam menerapkan prinsip disiplin yang baik.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Ustad Ruslani seperti berikut:

“Hal yang paling utama dalam mendukung kedisiplinan santri adalah kesadaran yang ada pada diri santri itu sendiri, karena kalau segala sesuatu atas kesadaran diri sendiri tanpa paksaan ia akan lebih memahami dirinya sendiri bahwa disiplin itu dianggap sangat penting untuk kebaikan dan keberhasilan dirinya. Sehingga akan menjadi motif yang sangat kuat dalam mengatur perilakunya agar disiplin” (Wawancara dengan pembimbing pondok pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 11.25 WIB).

Sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh K.H Hariri, MHT bahwa:

“Selain kesadaran diri, yang dapat menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan kedisiplinan santriharus didukung juga oleh keikutsertaan dari berbagai pihak baik

(13)

dari pengasuh pondok, ustad maupun kepala pondok yang ikut andil dalam mendisiplinkan santri-santrinya dan dalam memberikan peringatan ataupun hukuman kepada santri”(Wawancara dengan pembimbing pondok pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 10.25 WIB).

Selain faktor pendukung dalam mendisiplinkan santri adapun yang menjadi faktor penghambat dalam menciptakan suasana disiplin diantaranya adalah latar belakang santri yang berbeda-beda dan. Hal ini juga yang menjadi hambatan dalam menciptakan suasana kedisiplinan bagi para santri. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Ustad Ruslani selaku pembimbing pondok yang menyatakan bahwa:

“Salah satu yang dapat menghambat pelaksanaan disiplin disebabkan karena latar belakang santri yang beraneka ragam,namun dari latar belakang santri yang berbeda-beda ini maka harus dilakukan proses latihan berdisiplin melalui kebiasaan sehari-hari dalam melakukan disiplin secara berulang-ualngselain itu baik dari ustad, pengasuh, maupun kepala pondokjuga harus dapat memahami dari masing-masing latar belakang atau karakteristik yang ada pada diri santri” (Wawancara pada tanggal 06 Juli 2018 pukul 11.26 WIB).

Dari analisis datatersebut dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang bisa menghambat perilaku disiplin adalah dari latar belakang santri itu sendiri yang mempengaruhi kondisi kedisiplinannya. Oleh karena itu agar tidak menjadi penghalang lagi maka diperlukannya proses latihan dan kebiasaan dalam melakukan disiplin secara berulang-ulang melalui praktik-praktik disiplin sehari-hari agar terbentuk dalam diri akan pentingnya prinsip disiplin.

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan pengawasan yang sudah dilakukan oleh pondok pesantren Al- Ihya’ Kalire jo merupakan upaya untuk membentuk para santri-santrinya agar bisa mempunyai

Pada wawancara pertama ini, peneliti mengajukan lima pertanyaan secara umum kepada peserta didik terkait dengan pendapat tentang berlangsungnya pembelajaran daring, peran

Hal ini mencerminkan bahwa santri MTs Pondok Pesantren Al- Mu’minien Lohbener Indramayu yang memiliki regulasi tinggi maka semakin rendah delinquency (kenakalan

Deskripsi Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian Santri Putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang. Besar korelasi antara nilai konsep diri dengan kemandirian

Selain itu terkait permasalahan penggunaan hisab di Pondok Pesantren Darul Ulum tersebut, Ust Susilo berpendapat bahwa penggunaan metode hisab maupun rukyat pada dasarnya

Hubungan positif ini sesuai hipotesis yang diajukan bahwa semakin tinggi intensitas dzikir maka semakin tinggi pula kontrol diri remaja awal santri... kontrol diri,

Kegiatan- kegiatan yang kami terapkan dalam membentuk sikap kemandirian santri yaitu melalui kedisiplinan, bahwa santri setiap harinya harus menjalankan tata tertib

Avan Fauri, salah satu santri kelahiran kota Gresik mengungkapkan : “Sebelum masuk pesantren Mukmin Mandiri ini secara financial saya masih bergantung kepada orang tua