• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum dari SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, yang meliputi penjelasan mengenai matrik SNSE yang berukuran 10 x 10, yang merupakan agregasi dari matrik SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 berukuran 54 x 54, selain itu dibahas pula mengenai hasil interpretasi SNSE, kinerja perekonomian berdasarkan SNSE, kinerja sosial berdasarkan SNSE dan neraca daerah terintegrasi. Adapun klasifikasi SNSE Kabupaten Musi Rawas disusun oleh BPS Kabupaten Musi Rawas bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas, berdasarkan karakteristik dari Kabupaten Musi Rawas sendiri. Penyusunan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, selain itu juga untuk mengidentifikasi hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan sehingga dapat dicarikan pemecahan masalah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat Kabupaten Musi Rawas.

Gambaran umum mengenai SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, dapat dilihat pada Tabel 23 dibawah, dimana dari tabel tersebut menunjukkan bahwa total output seluruh aktivitas ekonomi di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, mencapai Rp. 10,60 triliun yang terdiri dari : (1) output domestik sebesar Rp. 8,36 triliun (diperoleh dari nilai komoditas domestik sebesar Rp. 10,60 triliun dikurangi nilai komoditas impor sebesar Rp. 2,24 triliun); dan (2) nilai komoditas impor sendiri sebesar Rp. 2,24 triliun. Dari output sebesar Rp. 10,60 triliun tersebut, menghasilkan pendapatan regional/PDRB bagi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, sebesar Rp. 7,68 triliun atau sekitar 91,9 persen dari total output domestik. Dari sisi penawaran (supply), PDRB merupakan penjumlahan dari : (1) balas jasa faktor produksi tenaga kerja sebesar Rp. 2,27 triliun; (2) faktor produksi kapital/modal (termasuk penyusutan) sebesar Rp. 5,28 triliun; dan (3) pajak tak langsung neto sebesar Rp. 119,4 miliar. Perhitungan PDRB dari sisi permintaan (demand) merupakan akumulasi dari permintaan : (1) konsumsi rumah tangga

(2)

sebesar Rp. 3,34 triliun; (2) permintaan konsumsi pemerintah sebesar Rp. 670,8 miliar; (3) investasi sebesar Rp. 1,03 triliun; (4) ekspor sebesar Rp. 4,87 triliun dikurangi impor yang berjumlah Rp. 2,24 triliun. Berikut ini disampaikan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 sebagai berikut.

Tabel 23. SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (10 x 10) (Rp Miliar)

Klasifikasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Faktor Produksi Tenaga Kerja 1 2.277,9 2.277,9 Kapital 2 5.287,4 5.287,4 Institusi Rumah tangga 3 2.273,8 1.714,0 22,1 249,1 325,1 121,4 4.705,5 Perusahaan 4 3.220,2 90,9 418,7 167,2 75,0 3.972,0 Pemerintah 5 - 135,4 1.231,0 356,8 119,4 4,9 1.847,6 Sektor Komoditi Domestik 6 2.238,7 561,7 1.998,3 929,0 4.875,5 10.603,1 Komoditi Impor 7 1.103,3 109,1 920,0 109,4 2.241,9 Neraca Lainnya Neraca Kapital 8 628,5 1.818,6 277,1 2.724,2 Pajak Tak Langsung Neto 9 119,4 119,4 Luar Kabupaten 10 4,1 353,2 486,5 254,6 50,7 2.241,9 1.685,8 5.076,9 Jumlah 2.277,9 5.287,4 4.705.5 3.972,0 1.847,6 10.603,1 2.241,9 2.724,2 119,4 5.076,9

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Dari Tabel 23. diatas terlihat bahwa nilai kebocoran wilayah (regional

leakage) yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010, sebesar Rp.

357,3 miliar. Besarnya kebocoran wilayah yang berasal dari pendapatan faktor produksi tenaga kerja yang dikirim ke luar wilayah sebesar Rp. 4,1 miliar (perpotongan antara baris 10 dengan kolom 1). Selain itu juga terdapat kebocoran wilayah yang berasal dari pendapatan faktor produksi modal/kapital yang dikirim ke luar wilayah sebesar Rp. 353,2 miliar (perpotongan antara baris 10 dengan kolom 2). Kedua komponen tersebut merupakan penyebab terjadinya kebocoran wilayah (regional leakage) di Kabupaten Musi Rawas. Selain itu, terdapat pula transfer dari rumahtangga ke luar daerah (capital outflow) sebesar Rp. 486,5 miliar (baris 10 kolom 3), transfer dari perusahaan ke luar daerah sebesar Rp. 254,6 miliar (baris 10 kolom 4), transfer dari pemerintah ke luar daerah sebesar Rp. 50,7 miliar (baris 10 kolom 5), impor sebesar Rp. 2,24 triliun (baris 10 kolom 7) dan piutang ke luar daerah sebesar Rp. 1,68 triliun (baris 10 kolom 8).

(3)

Pada tahun 2010, total pendapatan rumah tangga yang ada di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 4,71 triliun (baris 3) yang bersumber dari : (1) pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 2,27 triliun; (2) pendapatan kapital sebesar Rp. 1,71 triliun; (3) transfer antar rumah tangga sebesar Rp. 22,1 miliar; (4) transfer perusahaan ke rumahtangga sebesar Rp. 249,1 miliar; (5) transfer pemerintah ke rumah tangga sebesar Rp. 325,1 miliar; dan (6) transfer dari luar daerah ke rumahtangga sebesar Rp. 121,4 miliar. Selanjutnya untuk pendapatan institusi perusahaan sebesar Rp. 3,97 triliun (baris 4) bersumber dari : (1) pendapatan modal sebesar Rp. 3,22 miliar; (2) pendapatan rumahtangga sebesar Rp. 90,9 miliar; (3) transfer antar perusahaan sebesar Rp. 418,7 miliar; (4) transfer pemerintah ke perusahaan sebesar Rp. 167,2 miliar; dan transfer dari luar daerah ke perusahaan sebesar Rp. 75,0 miliar. Selain itu, untuk penerimaan pemerintah sebesar Rp. 1,84 triliun (baris 5) bersumber dari : (1) pajak langsung dari rumahtangga sebesar Rp. 135,4 miliar; (2) pajak langsung dari perusahaan sebesar Rp. 1,23 triliun; (3) transfer antar pemerintah sebesar Rp. 356,8 miliar; (4) penerimaan dari pajak tidak langsung sebesar Rp. 119,4 miliar; dan (5) transfer dari luar daerah ke pemerintah sebesar Rp. 4,9 miliar.

5.2. Kinerja Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010

Untuk melihat kinerja ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, yang diturunkan dari kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, maka komponen dapat dilihat berupa : (1) struktur perekonomian; (2) output perekonomian; dan (3) nilai tambah bruto. Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

5.2.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010

Untuk melihat struktur perekonomian Kabupaten Musi Rawas berdasarkan SNSE Tahun 2010, maka dapat dilihat peranan dari sektor-sektor produksi terhadap perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, sebagaimana terlihat pada Tabel 25. dibawah ini.

(4)

Tabel 24. Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 (Juta Rp.)

No Sektor Produksi PDRB Persentase

1 Pertanian - Tanaman Pangan - Tanaman Perkebunan - Peternakan - Kehutanan - Perikanan 3.111.155,0 949,030,0 1.592.067,0 230.822,0 50,581,0 288.655,0 40,48 12,35 20,72 3,00 0,66 3,76 2 Pertambangan - Migas - Non Migas - Penggalian 2.328.220,0 2.067.201,0 0,0 261.019 30,30 26,90 0,00 3,40 3 Industri

- Ind. Makanan dan Minuman

- Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan - Ind. Kertas dan Barang Cetakan - Ind. Pupuk, Kimia dan Brg Karet - Ind. Barang Galian Bukan Logam - Ind. Migas

- Ind. Barang-barang lainnya

716.012,0 496.421,1 47.909.9 883,0 162.575,5 8.222,5 0,0 0,0 9,32 6,46 0,62 0,01 2,12 0,11 0,00 0,00

4 Listrik dan air bersih 6.199,0 0,08

5 Konstruksi 370.234,0 4,82

6 Perdagangan, restoran dan hotel

- Perdagangan - Hotel dan Restoran

403.262,0 387.350,0 15.912,0 5,25 5,04 0,21 7 Angkutan dan komunikasi

- Angkutan Jalan Raya

- Angkutan Sungai, danau dan Penyebrangan - Angkutan Udara

- Jasa Penunjang Angkutan - Komunikasi 40.677,0 29.023,0 323,0 0,0 424,0 10.907,0 0,53 0,38 0,00 0,00 0,10 0,14 8 Lembaga keuangan dan jasa perusahaan

- Bank dan Lembaga Keuangan lainnya - Sewa bangunan 126.557,1 3.708,0 122.849,1 1,65 0,05 1,60 9 Jasa-jasa - Pemerintahan Umum - Jasa Sosial Kemasyarakatan - Jasa-jasa Lainnya 582.508,0 421.473,0 97.869,0 63.266,0 7,58 5,48 1,27 0,82 Jumlah 7.684.824,1 100,00

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010

Dari Tabel 24. diatas, terlihat bahwa komposisi PDRB Kabupaten Musi Rawas masih di dominasi oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan, dimana kedua sektor tersebut memiliki karakteristik teknologi yang berbeda. Sektor pertanian sarat dengan muatan tenaga kerja (labor intensive), sedangkan untuk sektor pertambangan sarat dengan muatan modal (capital intensive). Pada Tabel

(5)

24. diatas terlihat pula, kontribusi sektor pertanian memiliki andil tertinggi bagi penciptaan PDRB di Kabupaten Musi Rawas yakni senilai Rp. 3,11 triliun atau sebesar 40,48 persen, adapun dari sektor pertanian yang paling tinggi peranannya adalah sektor tanaman perkebunan yang mampu memberi kontribusi senilai Rp. 1,59 triliun atau sebesar 20,72 persen dari total perekonomian wilayah Kabupaten Musi Rawas, menyusul kemudian sektor tanaman pangan senilai Rp. Rp. 949,03 miliar atau sebesar 12,35 persen. Kontribusi dari sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai sebesar Rp. Rp. 2,32 triliun atau sebesar 30,30 persen, terdiri dari kontribusi yang berasal dari sektor minyak dan gas bumi sebesar Rp. 2,06 triliun atau 26,90 persen dan sektor penggalian sebesar Rp. 261,01 miliar atau sebesar 3,40 persen. Untuk sektor industri sendiri mempunyai andil terhadap PDRB sebesar Rp. 716,01 miliar atau sebesar 9,32 persen, dengan kontribusi terbesar yang berasal dari sektor industri makanan dan minuman yakni sebesar Rp. 496,42 miliar atau sebesar 6,46 persen dan kontribusi dari sektor industri pupuk, kimia dan bahan karet sebesar Rp. 162,57 miliar atau sebesar 2,12 persen.

Bila kita telaah lebih dalam lagi, berdasarkan sub sektor perekonomian terlihat bahwa kontribusi sektor minyak dan gas bumi merupakan sektor terbesar terhadap penciptaan PDRB Kabupaten Musi Rawas sebesar 26,90 persen, diikuti oleh sektor perkebunan khususnya komoditas karet, kelapa sawit dan kopi juga memberi kontribusi terbesar kedua yakni sebesar 20,72 persen terhadap penciptaan PDRB Kabupaten Musi Rawas tahun 2010. Sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi pemerintah daerah Kabupaten Musi Rawas untuk mendukung pertumbuhan sektor pertambangan dan sektor perkebunan karena selain menjadi basis bagi perekonomian wilayah, sektor tersebut juga dapat dianggap sebagai

leading sector bagi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lainnya. Selain itu,

sektor yang juga memainkan peran yang cukup penting dalam perekonomian di Kabupaten Musi Rawas adalah sektor perdagangan dengan menyumbang kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Musi Rawas sebesar 5,04 persen serta sektor perikanan sebesar 3,76 persen.

(6)

5.2.2. Output Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010

Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu negara/wilayah, dengan memperhatikan besarnya output yang diciptakan oleh sektor-sektor dalam perekonomian wilayah, berarti dapat mengetahui pula prospek sumbangan sektor-sektor yang berpotensi untuk dapat mendorong pembentukan output di suatu daerah (Aris, 2011). Berdasarkan Tabel 25. menunjukkan bahwa besarnya nilai output seluruh aktivitas ekonomi di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 sebesar Rp. 10,60 triliun. Dimana output sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Kabupaten Musi Rawas, dengan kontribusi mencapai Rp. 4,09 triliun atau sebesar 38,58 persen dari total output perekonomian. Sedangkan sektor pertambangan memiliki kontribusi sebesar Rp. 2,58 triliun atau sebesar 24,35 persen dan sektor industri memiliki kontribusi senilai Rp. 1,60 triliun atau sebesar 15,18 persen. Sedangkan untuk sektor-sektor perekonomian lainnya, peranannya terhadap pembentukan output perekonomian di Kabupaten Musi Rawas berjumlah kurang dari 10 persen. Berikut ini disampaikan tabel output dan nilai tambah bruto menurut sektor di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010.

Tabel 25. Output dan Nilai Tambah Bruto Menurut Sektor (Rp Juta)

Sektor

Output Biaya Antara Nilai Tambah Bruto

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pertanian 4.090.723,6 38,58 979.568,6 33,57 3.111.155,0 40,48 Pertambangan 2.582.272,1 24,35 254.052,1 8,71 2.328.220,0 30,30 Industri 1.609.368,2 15,18 893.356,2 30,61 716.012,0 9,32 Listrik dan air bersih 26.012,0 0,25 19.813,0 0,68 6.199,0 0,08 Konstruksi 879.515,3 8,29 509.281,3 17,45 370.234,0 4,82

Perdagangan, restoran dan hotel 460.826,1 4,35 57.564,1 1,97 403.262,0 5,25 Angkutan dan komunikasi 55.415,1 0,52 14.738,1 0,51 40.677,0 0,53 Lembaga keuangan dan jasa

perusahaan 152.068,3 1,43 25.511,2 0,87 126.557,1 1,65 Jasa-jasa 746.914,1 7,04 164.406,1 5,63 582.508,0 7,58

Jumlah 10.603.114,7 100,00 2.918.290,7 100,00 7.684.824,1 100,00 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Selain itu, untuk lebih jelasnya lagi maka berikut ini juga disampaikan komposisi output sektor perekonomian di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010.

(7)

Tabel 26. Komposisi Output Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas 2010

No Sektor Nilai (Juta Rupiah) Persentase (%)

1 Padi 1.000.382,8 9,43 2 Jagung 9.120,3 0,09 3 Tanaman Umbi-umbian 31.379,4 0,30 4 Karet 1.895.005,5 17,87 5 Kopi 37.956,9 0,36 6 Kelapa Sawit 302.096,4 2,85 7 Tanaman Lainnya 87.391,7 0,82

8 Peternakan dan Hasil-hasilnya 314.603,3 2,97

9 Kehutanan 55.319,7 0,52

10 Perikanan 357.467,5 3,37

11 Pertambangan Migas 2.266.365,7 21,37

12 Pertambangan Non Migas 0,0 0,00

13 Penggalian 315.906,4 2,98

14 Industri Makanan dan Minuman 1.199.557,6 11,31

15 Industri barang dari kayu dan hasil

hutan lainnya 120.106,9 1,13

16 Industri kertas dan barang cetakan 1.708,8 0,02

17 Industri pupuk, kimia dan barang dari

karet 270.303,8 2,55

18 Industi barang galian bukan logam

(batubata) 17.691,1 0,17

19 Industri Migas 0,0 0,00

20 Industri barang-barang lainnya 0,0 0,00

21 Listrik, Gas dan Air bersih 26.012,0 0,25

22 Bangunan 879.515,3 8,29

23 Perdagangan 429.689,9 4,05

24 Hotel dan Restoran 31.136,1 0,29

25 Angkutan jalan raya 41.310,3 0,39

26 Angkutan sungai, danau dan

penyeberangan 408,1 0,00

27 Angkutan udara 0,0 0,00

28 Jasa penunjang angkutan 497,0 0,00

29 Komunikasi 13.199,7 0,12

30 Bank dan lembaga keuangan lainnya 21.451,8 0,20

31 Sewa bangunan 130.616,5 1,23

32 Pemerintahan umum 565.279,7 5,33

33 Jasa Sosial kemasyarakatan 112.501,3 1,06

34 Jasa-jasa lainnya 69.133,2 0,65

T O T A L 10.603.114,7 100,00

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)

Berdasarkan Tabel 26. bila dilihat dari komposisi output perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, terlihat. bahwa nilai output dari sektor pertambangan migas dan sektor karet merupakan sektor yang paling dominan kontribusinya dalam menciptakan output perekonomian di Kabupaten Musi Rawas. Sektor pertambangan migas mempunyai nilai output sebesar Rp. 2,26 triliun atau sebesar 21,37 persen, diikuti sektor komoditas karet sebesar Rp. 1,89 triliun atau sebesar 17,87 persen. Selain kedua sektor tersebut, sektor dominan lainnya terhadap

(8)

pembentukan output perekonomian wilayah adalah sektor industri makanan dan minuman sebesar Rp. 1,19 triliun atau sebesar 11,31 persen, sektor komoditas padi sebesar Rp. 1,0 triliun atau sebesar 9,43 persen dan sektor bangunan sebesar Rp. 879,51 milyar atau sebesar 8,29 persen.

5.2.3. Nilai Tambah Bruto Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010

Nilai PDRB Kabupaten Musi Rawas mencerminkan tingkat pendapatan regional Kabupaten Musi Rawas melalui seluruh aktivitas ekonominya. Nilai tersebut diperoleh dari total output dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan oleh seluruh aktivitas ekonomi. Besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB berbeda dengan kontribusi terhadap nilai output. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan tingkat teknologi yang digunakan di masing-masing sektor.

Pada pembahasan ini dijelaskan mengenai kontribusi dari nilai tambah bruto (NTB) di Kabupaten Musi Rawas, dimana terlihat bahwa nilai tambah bruto untuk sektor pertanian sebesar Rp. 3,11 triliun atau sebesar 40,48 persen, sedangkan nilai tambah bruto untuk sektor pertambangan sebesar Rp. 2,32 triliun atau sebesar 30,30 persen dan nilai tambah bruto dari sektor industri sebesar Rp. 716,01 miliar atau sebesar 9,32 persen. Secara total nilai tambah bruto Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010 mencapai Rp. 7,68 triliun dengan sektor yang berkontribusi besar adalah sektor pertambangan migas yaitu sebesar Rp. 2,06 triliun atau sebesar 26,90 persen, disusul sektor karet sebesar Rp. 1,32 triliun atau sebesar 17,25 persen, sektor padi sebesar Rp. 832 miliar atau sebesar 10,83 persen, industri makanan dan minuman sebesar Rp. 496 miliar atau sebesar 6,46 persen dan sektor pemerintahan umum sebesar Rp. 421 miliar atau sebesar 5,48 persen, seperti terlihat pada Tabel 27. dibawah ini..

(9)

Tabel 27. Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan Harga Produsen Tahun 2010 (Juta Rp.)

No Sektor Nilai % 1 Padi 832.425,0 10,83 2 Jagung 7.259,9 0,09 3 Tanaman Umbi-umbian 27.800,2 0,36 4 Karet 1.325.971,3 17,25 5 Kopi 27.594,3 0,36 6 Kelapa Sawit 238.501,4 3,10 7 Tanaman Lainnya 81.545,0 1,06

8 Peternakan dan Hasil-hasilnya 230.822,0 3,00

9 Kehutanan 50.581,0 0,66

10 Perikanan 288.655,0 3,76

11 Pertambangan Migas 2.067.201,0 26,90

12 Pertambangan Non Migas 0,0 0,00

13 Penggalian 261.019,0 3,40

14 Industri Makanan dan Minuman 496.421,1 6,46

15 Industri barang dari kayu dan hasil hutan

lainnya 47.909,9 0,62

16 Industri kertas dan barang cetakan 883,0 0,01

17 Industri pupuk, kimia dan barang dari karet 162.575,5 2,12 18 Industi barang galian bukan logam

(batubata) 8.222,5 0,11

19 Industri Migas 0,0 0,00

20 Industri barang-barang lainnya 0,0 0,00

21 Listrik, Gas dan Air bersih 6.199,0 0,08

22 Bangunan 370.234,0 4,82

23 Perdagangan 387.350,0 5,04

24 Hotel dan Restoran 15.912,0 0,21

25 Angkutan jalan raya 29.023,0 0,38

26 Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 323,0 0,00

27 Angkutan udara 0,0 0,00

28 Jasa penunjang angkutan 424,0 0,01

29 Komunikasi 10.907,0 0,14

30 Bank dan lembaga keuangan lainnya 3.708,0 0,05

31 Sewa bangunan 122.849,1 1,60

32 Pemerintahan umum 421.473,0 5,48

33 Jasa Sosial kemasyarakatan 97.869,0 1,27

34 Jasa-jasa lainnya 63.166,0 0,82

T O T A L 7.684.824,1 100,00

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)

5.3. Kinerja Sosial Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Berbagai kinerja sosial yang dapat digambarkan dalam kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, diantaranya adalah : (1) distribusi upah dan gaji tenaga kerja menurut sektor usaha dan produktivitas tenaga kerja sektoral; (2) distribusi pendapatan tenaga kerja menurut rumah tangga; (3) distribusi balas jasa faktor produksi; (4) distribusi pendapatan rumah tangga (disposable income); (5) distribusi pengeluaran rumah tangga; dan (6) transfer antar institusi. Berbagai indikator kinerja sosial tersebut akan diuraikan lebih terperinci sebagai berikut.

(10)

5.3.1. Distribusi Upah dan Gaji Menurut Sektor dan Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral

Berdasarkan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, terlihat bahwa untuk distribusi upah dan gaji tenaga kerja menurut sektor usaha menunjukkan distribusi upah dan gaji terbesar terdapat pada sektor pertanian, hal tersebut dikarenakan sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi mata pencaharian dominan bagi masyarakat di Kabupaten Musi Rawas. Untuk sektor pertanian sendiri penduduk yang berusaha di sektor perkebunan sebanyak 60 persen, dan sisanya berusaha pada sektor pertanian lain seperti petani tanaman pangan, peternak dan pengembangan sektor perikanan. Pada tahun 2010, di Kabupaten Musi Rawas untuk upah dan gaji yang merupakan imbalan tenaga kerja di sektor pertanian mencapai Rp. 785,37 milyar atau sekitar 0,87 persen dari total upah dan gaji Kabupaten Musi Rawas. Meskipun alokasi upah dan gaji paling besar masuk ke sektor pertanian, akan tetapi produktivitas tenaga kerja sektor pertanian hanya sebesar Rp. 4,03 juta per tenaga kerja, rendahnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tersebut terutama terkait dengan rendahnya nilai tukar hasil pertanian serta banyaknya tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya di sektor ini yakni mencapai 194.695 orang atau sebanyak 75,44 persen dari jumlah tenaga kerja yang ada di Kabupaten Musi Rawas. Bila dilihat dari secara khusus untuk sektor perkebunan, pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor perkebunan sebanyak 116.817 orang atau 45,27 persen dari total tenaga kerja, dan dengan upah dan gaji secara total yang diterima oleh para pekerja pada sektor perkebunan sebesar Rp. 471,22 milyar, sehingga produktivitas tenaga kerja pada sektor perkebunan mencapai Rp. 6,72 juta per tenaga kerja. Jika dilihat dari tingkat produktivitas, maka sektor perkebunan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat produktivitas sektor pertanian lainnya secara umum.

Selanjutnya berdasarkan distribusi upah dan gaji di kabupaten Musi Rawas, yang memiliki pendapatan paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air minum yakni sebesar Rp. 1,99 milyar, hal ini disebabkan sedikitnya tenaga kerja yang bekerja di sektor ini yakni sebanyak 120 orang, dengan tingkat produktivitas mencapai Rp.16,65 juta per tenaga kerja. Selain itu, terlihat pada Tabel 29.

(11)

dibawah, upah dan gaji terbesar diterima oleh para pekerja di sektor pertambangan dan penggalian yakni sebesar Rp. 578,60 miliar, dengan jumlah tenaga kerja pada sektor ini sebanyak 1.807 orang sehingga tingkat produktivitas dari tenaga kerja pada sektor pertambangan dan penggalian menjadi yang paling tinggi yakni sebesar Rp. 320,20 juta per tenaga kerja, kemudian disusul sektor konstruksi bangunan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 39,05 juta per tenaga kerja dan sektor industri dengan tingkat produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 37,43 juta per tenaga kerja. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup besar dengan produktivitas tenaga kerja yang relatif tinggi adalah sektor jasa-jasa dan sektor industri. Berikut ini disampaikan mengenai distribusi upah dan gaji tenaga kerja menurut sektor usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010.

Tabel 28. Distribusi Upah dan Gaji Tenaga Kerja Menurut Sektor Usaha Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

No Sektor Jumlah TK (Orang) Upah & Gaji (Rp. Juta) Produktivitas TK (Rp. Juta/Org) % Jumlah TK % Upah & Gaji % Produktivitas TK 1 Pertanian 194.695 785.379,90 4,03 75,44 34,48 0,87 a. Perkebunan b. Pertanian Lainnya 116.817 77.878 471.227,94 314.151,96 6,72 10,08 45,27 30,18 20,69 13,79 1,44 2,17 2 Pertambangan dan Penggalian 1.807 578.608,20 320,20 0,70 25,40 68,79 3 Industri 5.252 196.564,90 37,43 2,04 8,63 8,04

4 Listrik, Gas dan Air 120 1.998,10 16,65 0,05 0,09 3,58 5 Konstruksi 3.069 119.830,80 39,05 1,19 5,26 8,39 6 Perdagangan 25.427 127.128,00 5,00 9,85 5,58 1,07 7 Angkutan, Pergudangan & Komunikasi 8.413 12.135,30 1,44 3,26 0,53 0,31 8 Keuangan 1.028 18.332,90 17,83 0,40 0,80 3,83 9 Jasa Kemasyarakatan 18.380 437.954,40 23,83 7,12 19,23 5,12 Jumlah 258.071 2.277.932,70 465,46 100,00 100,00 100,00

Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

5.3.2. Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Menurut Rumah Tangga

Berdasarkan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, juga dapat menunjukkan distribusi pendapatan tenaga kerja menurut klasifikasi rumah tangga, dimana berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 untuk rumahtangga diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu : (1) kategori

(12)

rumahtangga pertanian; (2) rumahtangga produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar; (3) rumahtangga tata usaha, penjualan jasa-jasa; dan (4) rumahtangga kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, professional dan teknisi. Penyusunan klasifikasi tersebut berdasarkan data ketenagakerjaan yang diintroduksi ke dalam SNSE Musi Rawas tahun 2010, dimana proporsi tenaga kerja berdasarkan klasifikasi rumah tangga terbesar adalah pada kelompok rumah tangga pertanian.

Berdasarkan Tabel 29. terlihat bahwa distribusi pendapatan tenaga kerja paling besar terdapat pada kelompok rumahtangga pertanian dengan nilai sebesar Rp. 766,17 miliar atau sebesar 34,48 persen dari total pendapatan tenaga kerja, kemudian disusul oleh kelompok rumahtangga produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar dengan nilai sebesar Rp. 621,45 miliar atau 27,28 persen dari total pendapatan tenaga kerja, rumahtangga tata usaha, penjualan, jasa-jasa dengan nilai sebesar Rp. 504,02 miliar, dan yang terakhir adalah rumahtangga kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, professional dan teknisi dengan nilai Rp. 367,07 miliar atau sebesar 16,11 persen.

Tabel 29. Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

No Rumah Tangga Jumlah TK (Orang) Pendapatan TK (Rp. Juta) Pendapatan Ekuivalen TK (Rp. Juta/TK) % Jumlah TK % Pendapatan TK % Pendapatan Ekuivalen 1 Pertanian 194.695 766.170,70 4,03 75,44 34,48 3,82 a. Perkebunan b. Tanaman Pertanian Lainnya 116.817 77.878 471.227,94 314.151,96 4,03 4,03 45,27 30,18 20,69 13,79 3,82 3,82 2 Produksi, Operator Alat

Angkutan, Manual dan buruh kasar

34.734 621.451,80 17,89 13,46 27,28 16,93

3 Tata Usaha, Penjualan, Jasa-jasa

22.679 504.029,90 22,22 8,79 22,13 21,02

4 Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi

5.963 367.071,10 61,56 2,31 16,11 58,23

Jumlah 258.071 2.277.932,70 105,71 100,00 100,00 100,00

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

Dari Tabel 29. diatas terlihat bahwa sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, banyak menyerap tenaga kerja yakni sebesar 116.817 orang atau sebesar 45,27 persen dari total tenaga kerja di Kabupaten Musi Rawas, namun disisi lain pendapatan dari tenaga kerja pada sektor perkebunan belum dapat mendukung untuk memperoleh penghasilan yang relatif cukup baik yakni dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 4,03 juta per tenaga kerja, sehingga dalam usaha

(13)

memperoleh penghasilan yang lebih baik, maka banyak pekerja yang mulai berpindah lapangan pekerjaan dari sektor pertanian khususnya pada sektor perkebunan ke sektor bukan pertanian yang pendapatannya jauh lebih baik. Selain itu, rendahnya pendapatan para petani yang bergantung pada sektor perkebunan diakibatkan dari menurunnya nilai tambah dari sektor pertanian dikarenakan relatif rendahnya harga-harga komoditas sektor pertanian terutama komoditas perkebunan.

5.3.3. Distribusi Balas Jasa Faktor Produksi

Pembahasan mengenai distribusi balas jasa faktor produksi, ditunjukkan oleh analisis pengganda pendapatan pada Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, dimana dapat dilihat pada matrik pendapatan institusi kepada rumah tangga dan perusahaan sebagai pemilik faktor produksi (Lampiran Tabel 2). Tabel 30. Distribusi Balas Jasa Faktor Produksi Berdasarkan Golongan

Masyarakat

Institusi Tenaga Kerja Kapital

Multiplier % Multiplier % Pertanian Buruh 0,7714 5,63 0,0361 2,37 Pengusaha 2,2819 16,65 0,1280 8,41 Bukan Pertanian Golongan Bawah 3,0493 22,25 0,1731 11,38 Penerima Pendapatan 1,0955 7,99 0,0715 4,70 Golongan Atas 3,8150 27,83 0,2445 16,07 Perusahaan 2,6929 19,65 0,8681 57,06 Jumlah 13,706 100,00 1,5213 100,00

Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

Bila dilihat dari Tabel 30. diatas terlihat bahwa untuk distribusi balas jasa faktor produksi tenaga kerja, balas jasa terbesar diterima oleh tenaga kerja yang berasal dari tenaga kerja golongan atas bukan pertanian yakni sebesar 27,83 persen, diikuti oleh balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja golongan bawah bukan pertanian sebesar 22,25 persen. Sedangkan untuk distribusi balas jasa faktor produksi kapital/modal, balas jasa yang diterima dari kapital didominasi oleh perusahaan sebesar 57,06 persen dan modal/kapital yang berasal dari rumahtangga golongan atas bukan pertanian sebesar 16,07 persen serta modal/kapital yang berasal dari golongan bawah bukan petani sebesar 11,38 persen. Sedangkan untuk petani sendiri, baik sebagai buruh maupun pemilik lahan hanya menguasai kapital/modal sebesar 10,78 persen.

(14)

5.3.4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga (Disposable Income)

Total pendapatan seluruh rumah tangga di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 mencapai Rp. 4,71 triliun, dimana pendapatan rumah tangga tersebut berasal dari : 1) upah/gaji sebesar Rp. 2,27 triliun; 2) pendapatan kapital sebesar Rp. 1,71 triliun; dan 3) transfer sebesar Rp. 722,69 miliar. Golongan rumah tangga yang memperoleh pendapatan paling besar adalah rumahtangga golongan atas bukan pertanian, dengan pendapatan sebesar Rp. 1,46 triliun. Sedangkan golongan rumah tangga yang paling kecil pendapatan rumah tangganya adalah rumah tangga buruh pertanian, dengan total pendapatan sebesar Rp. 370,50 miliar. Dari total pendapatan rumah tangga tersebut, sebesar Rp. 3,34 triliun atau sekitar 70,95 persennya digunakan untuk konsumsi. Sedangkan pendapatan rumah tangga yang digunakan untuk pengeluaran transfer, seperti transfer ke rumah tangga lain, transfer ke luar wilayah dan membayar pajak rumah tangga, nilainya sebesar Rp 753,33 miliar atau sekitar 15,99 persen dari total pendapatan. Sehingga diperoleh selisih antara pendapatan dan pengeluaran, yang dapat dianggap sebagai tabungan rumah tangga mencapai Rp 615,19 miliar atau 13,06 persen dari pendapatan.

Rumah tangga golongan atas bukan pertanian merupakan rumahtangga yang mempunyai tabungan terbesar yakni sebesar Rp 326,54 miliar. Rumah tangga golongan atas bukan pertanian dapat memiliki tabungan sebesar 22,32 persen dari total pendapatannya. Adapun sumber-sumber pendapatan rumahtangga dapat berasal dari pendapatan upah/gaji, dan nonupah/nongaji, dimana dalam SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, sumber pendapatan non upah dipisahkan menjadi dua bagian meliputi pendapatan modal dan pendapatan transfer (transfer payment) dari rumah tangga lainnya.

Tabel.31. Struktur Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rp.)

Golongan Rumah Tangga

Pendapatan

Upah/Gaji Kapital Transfer Total Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Pertanian Buruh 136.662,8 46,27 29.648,1 10,04 129.074,9 43,70 295.385,8 100,00 Pengusaha 582.596,0 54,21 294.467,3 27,40 197.678,6 18,39 1.074.741,9 100,00 Bukan Pertanian Golongan Bawah 599.956,0 46,87 488.533,7 38,17 191.443,8 14,96 1.279.933,5 100,00 Penerima Pendapatan 233.299,2 46,47 197.608,0 39,36 71.162,7 14,17 502.069,9 100,00 Golongan Atas 721.278,6 46,43 703.760,3 45,31 128.343,5 8,26 1.553.382,5 100,00 Jumlah 2.273.792,7 48,32 1.714.017,3 36,43 717.703,6 15,25 4.705.513,6 100,00 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

(15)

Jika diperhatikan dari Tabel 31 diatas, terlihat bahwa golongan rumahtangga di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, baik rumah tangga berpendapatan tinggi di pertanian (pengusaha) maupun rumahtangga golongan atas bukan pertanian dalam mencari sumber-sumber pendapatannya cenderung lebih banyak mengandalkan pendapatan yang berasal dari kapital/modal sebagai sumber pendapatan utama. Kontribusi pendapatan modal pada komposisi pendapatan kapital kedua golongan rumah tangga tersebut berada pada kisaran 27 persen – 45 persen, dan pendapatan modal yang paling banyak adalah pendapatan modal golongan rumah tangga atas bukan pertanian yakni sebesar 45,3 persen. Hal tersebut sangat berbeda dengan rumah tangga pengusaha pertanian yang mengandalkan pendapatan terbesar bersumber dari upah/gaji yakni sebesar 54,2 persen, serta rumahtangga golongan bawah bukan pertanian juga mengandalkan pendapatan yang bersumber dari upah/gaji yakni sebesar 46,87 persen. Selain itu juga, terlihat bahwa sebagian rumah tangga yang berpendapatan tinggi baik di pertanian maupun bukan pertanian adalah pemilik modal yang menerima sewa dan bunga dari usaha investasi sumber daya ekonomi yang dimilikinya, sehingga hal tersebut dapat memberikan tanda bahwa apabila seseorang ingin pendapatannya lebih tinggi lagi, maka orang tersebut harus memobilisasi sumber pendapatannya kepada kepemilikan modal. Beberapa cara untuk meningkatkan pendapatan dengan cara menanamkan modal dalam bentuk usaha, menyewakan rumah ataupun properti, dan yang paling mudah adalah mendepositokan sebagian kekayaan atau tabungannya ke bank.

Untuk transfer payment, bagi golongan pendapatan bawah bukan pertanian ataupun buruh baik pada golongan rumah tangga pertanian dan bukan pertanian menjadi salah satu sumber pendapatan utama setelah upah/gaji. Adapun andil transfer payment dalam membentuk total pendapatan rumahtangga mencapai 43,70 persen untuk golongan rumahtangga pertanian dan 14,96 persen untuk golongan rumahtangga bukan pertanian, sedangkan pendapatan kapital bukan merupakan pendapatan yang utama dalam sumber pendapatan mereka.

5.3.5. Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga

Struktur pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, pengeluaran untuk konsumsi terbesar berasal dari rumahtangga buruh pertanian

(16)

sebesar Rp. 279,35 miliar atau 94,57 persen, diikuti rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp. 893,19 miliar atau 83,11 persen dan rumah tangga penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 361,98 miliar atau 72,10 persen. Untuk pengeluaran transfer terbesar berasal dari rumahtangga golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 285,87 miliar atau 22,34 persen, selanjutnya rumahtangga golongan atas bukan pertanian sebesar Rp. 243,80 miliar atau 15,69 persen dan rumahtangga penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 67,50 miliar atau 13,45 persen. Seperti yang terlihat pada Tabel 32. berikut ini.

Tabel 32. Struktur Pengeluaran Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rp.)

Rumah Tangga

Pengeluaran

Tabungan

Konsumsi Transfer Total

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %

Pertanian Buruh 279.359,0 94,57 15.550,0 5,26 294.909,0 99,84 476,8 0,16 Pengusaha 893.193,2 83,11 122.263,7 11,38 1.015.456,9 94,48 59.285,1 5,52 Bukan Pertanian Golongan Bawah 891.084,4 69,62 285.875,7 22,34 1.176.960,1 91,95 102.973,4 8,05 Penerima Pendapatan 361.982,3 72,10 67.506,5 13,45 429.488,8 85,54 72.581,1 14,46 Golongan Atas 916.358,5 58,99 243.800,1 15,69 1.160.158,6 74,69 393.223,9 25,31 Jumlah 3.341.977,3 71,02 734.996,1 15,62 4.076.973,3 86,64 628.540,3 100,00 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

Untuk tabungan, jumlah terbesar berasal dari rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar Rp. 393,22 miliar juta atau 25,31 persen, selanjutnya rumahtangga penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 72,58 miliar atau 14,46 persen dan rumahtangga golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 102,97 miliar atau 8,05 persen, dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin mapan golongan rumahtangga maka akan semakin besar pula jumlah yang dapat mereka tabung.

5.3.6. Transfer Antar Institusi

Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, juga memperlihatkan transfer antar institusi seperti : 1) transfer antar rumah tangga; 2) transfer perusahaan dan pemerintah ke rumah tangga; serta 3) transfer rumah tangga dan perusahaan ke pemerintah. Berdasarkan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, menunjukkan bahwa rumahtangga di Kabupaten Musi Rawas memperoleh total transfer sebesar Rp. 596.27 milyar. Golongan rumah tangga

(17)

yang paling besar memperoleh transfer adalah rumah tangga pengusaha pertanian diikuti oleh rumahtangga golongan bawah bukan pertanian. Selain itu, untuk transfer dari pemerintah ke rumah tangga yang paling besar dinikmati oleh rumahtangga pengusaha pertanian dan rumah tangga buruh pertanian. Seperti terlihat pada Tabel 34. dibawah, dimana transfer yang diterima oleh pemerintah sebesar Rp. 1,72 triliun bersumber dari : (1) pajak langsung yang dibayarkan rumah tangga sebesar Rp. 135,4 milyar; (2) pajak langsung yang dibayarkan perusahaan sebesar Rp. 1,23 triliun; dan (3) transfer antar pemerintah sebesar Rp. 356,77 milyar dimana nilai ini tidak lain adalah nilai transfer pemerintah pusat atau propinsi ke daerah dalam bentuk dana perimbangan.

Tabel 33. Sumber Transfer Institusi di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

No Institusi

Sumber Transfer (Rp. Juta)

Total Transfer Rumah

Tangga Perusahaan Pemerintah

A Transfer ke Rumah Tangga

1 Buruh Pertanian 5.845,3 11.728,2 94.464,4 112.037,90 2 Pengusaha Pertanian 4.911,0 48.422,0 103.741,3 157.074,30 3 Golongan Bawah Non

Pertanian 6.069,2 67.239,5 71.527,6 144.836,30

4 Penerima Pendapatan Non

Pertanian 3.864,7 28.340,7 29.049,0 61.254,40

5 Golongan Atas Non

Pertanian 1.443,8 93.359,5 26.270,3 121.073,60

Jumlah 22.134,00 249.089,90 325.052,60 596.276,50

B Transfer ke Perusahaan 90.905,7 418.706,1 167.200,2 676.812,00

C Transfer ke Pemerintah 135.410,9 1.231.047,2 356.774,4 1.723.232,50

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

5.4. Neraca Daerah Terintegrasi

Tabel SNSE selain dapat menunjukkan kinerja ekonomi dan kinerja sosial seperti yang telah digambarkan diatas, juga dapat membentuk beberapa neraca umum yang terintegrasi berupa : (1) neraca pendapatan dan pengeluaran institusi; (2) neraca kapital; dan (3) neraca luar negeri (luar daerah)

5.4.1. Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Institusi

Neraca pendapatan dan pengeluaran institusi menggambarkan besarnya pendapatan dan pengeluaran secara agregat dari seluruh institusi yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Komponen dari pengeluaran institusi rumah tangga terdiri dari : (1) transfer antar rumah tangga, (2) alokasi pengeluaran

(18)

rumah tangga ke perusahaan, (3) pengeluaran pajak dari rumah tangga, (4) pengeluaran rumah tangga untuk belanja komoditas, (5) tabungan rumah tangga, dan (6) transfer dari rumah tangga ke luar daerah. Sedangkan untuk pengeluaran institusi perusahaan terdiri dari : (1) Transfer dari perusahaan ke rumah tangga, (2) transfer antar perusahaan, (3) pembayaran pajak langsung, (4) tabungan perusahaan, dan (5) transfer dari perusahaan ke luar daerah. Untuk pengeluaran institusi pemerintah terdiri dari : (1) transfer pemerintah ke rumah tangga, (2) transfer pemerintah ke perusahaan, (3) transfer antar pemerintah, (4) pengeluaran pemerintah, (5) tabungan pemerintah, dan (6) transfer pemerintah ke luar daerah. Total nilai pengeluaran seluruh institusi di daerah ini adalah sebesar Rp. 10,525 triliun. Adapun pengeluaran terbesar adalah pengeluaran rumah tangga untuk belanja sebesar Rp. 3,34 triliun, diikuti oleh pengeluaran perusahaan untuk ditabung sebesar Rp. 1,18 triliun.

Komponen pendapatan institusi rumah tangga terdiri dari : (1) pendapatan rumah tangga dari tenaga kerja, (2) pendapatan rumah tangga dari modal, (3) pendapatan transfer antar rumah tangga, (4) pendapatan transfer dari Perusahaan, (5) pendapatan transfer dari pemerintah, dan (6) transfer dari luar daerah ke rumah tangga. Pendapatan institusi perusahaan terdiri dari : (1) pendapatan perusahaan dari modal, (2) pendapatan dari rumah tangga, (3) pendapatan antar perusahaan, (4) pendapatan dari pemerintah, dan (5) transfer dari luar daerah ke perusahaan. Sedangkan pendapatan institusi pemerintah berasal dari : (1) pendapatan pajak langsung dari rumah tangga, (2) pendapatan pajak langsung dari perusahaan, (3) transfer antar pemerintah, (4) penerimaan dari pajak tidak langsung, dan (5) transfer dari luar daerah ke pemerintah. Berdasarkan neraca ini, maka pendapatan institusi paling besar dari pendapatan modal yakni sebesar Rp. 3,22 triliun, diikuti oleh pendapatan rumah tangga yang berasal dari tenaga kerja sebesar Rp. 2,27 triliun, seperti terlihat pada Tabel 34 berikut ini.

(19)

Tabel 34. Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Institusi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Milyar Rupiah)

No Pengeluaran Nilai No Pendapatan Nilai

1 Rumah Tangga 4.705,50 1 Rumah Tangga 4.705,50

a. Transfer Antar RT b. Alokasi Pengeluaran

RT ke Persh.

c. Pengeluaran Pajak dari RT d. Pengeluaran RT untuk belanja Komoditas e. Tabungan RT f. Transfer dari RT ke Luar Daerah 22,1 90,9 135,4 3.342,0 628,5 486,5

a. Pendapatan RT dari Tenaga Kerja

b. Pendapatan RT dari Modal c. Pendapatan Transfer Antar RT d. Pendapatan Transfer dari Persh e. Pendapatan Transfer dari

Pemerintah

f. Transfer dari Luar Daerah ke RT 2.273,8 1.714,0 22,1 249,1 325,1 121,4 2 Perusahaan 3.972,0 2 Perusahaan 3.972,0 a. Transfer Persh ke RT b. Transfer Antar Persh. c. Pembayaran Pajak

Langsung d. Tabungan Persh. e. Transfer dari Persh. ke

Luar Daerah 249,1 418,7 1.231,0 1.818,6 254,6

a. Pendapatan Persh dari Modal b. Pendapatan dari RT.

c. Pendapatan Antar Perusahaan d. Pendapatan dari Pemerintah e. Transfer dari Luar Daerah ke

Persh. 3.220,2 90,9 418,7 167,2 75,0 3 Pemerintah 1.847,6 3 Pemerintah 1.847,6 a. Transfer Pemerintah ke RT b. Transfer Pemerintah ke Persh. c. Transfer Antar Pemerintah d. Pengeluaran Pemerintah e. Tabungan Pemerintah f. Transfer Pemerintah ke Luar Daerah 325,1 167,2 356,8 670,8 277,1 50,7

a. Pendapatan Pajak Langsung dari RT

b. Pendapatan Pajak Langsung dari Persh.

c. Transfer Antar Pemerintah d. Penerimaan dari Pajak Tdk

Langsung

e. Transfer dari Luar Daerah ke Pemerintah 135,4 1.231,0 356,8 119,4 4,9 Total 10.525,1 Total 10.525,1

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

5.4.2. Neraca Kapital

Neraca kapital menggambarkan perbandingan besarnya investasi dan piutang sebagai sisi pengeluaran untuk dalam neraca kapital dengan tabungan dan pinjaman luar wilayah sebagai sisi pendapatan. Berdasarkan neraca kapital SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, tergambar bahwa investasi di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,03 triliun dan nilai piutang sebesar Rp. 1,68 triliun yang berasal dari selisih penerimaan dan pengeluaran transaksi berjalan dan transaksi modal luar negeri.

(20)

Tabel 35. Neraca Kapital Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Rp. Miliar)

No Pengeluaran Nilai No Pendapatan Nilai

1 Investasi Barang Modal Domestik

929,0 1 Tabungan institusi 2 Investasi Barang Modal

Impor

109,4 a. Tabungan Masyarakat 628,5

3 Piutang 1.685,8 b. b. Tabungan Perusahaan 1.818,6

c. c. Tabungan Pemerintah 277,1 2

d. Pinjaman Luar Negeri (Netto) 0,00

Total 2.724,2 Total 2.724,2

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

Berdasarkan Tabel 35. diatas, total pengeluaran neraca kapital Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 sebesar Rp. 2,72 triliun. Pembiayaan sisi pengeluaran dari neraca kapital ini tidak menggunakan dana pinjaman luar negeri, tetapi diperoleh dari tabungan institusi, terutama tabungan masyarakat dan tabungan perusahaan. Total tabungan institusi bernilai Rp. 2,72 triliun yang komponen terbesarnya berasal dari : (1) tabungan perusahaan sebesar Rp. 1,81 triliun; dan (2) tabungan masyarakat sekitar Rp. 628,5 miliar. Untuk tabungan pemerintah sendiri mencapai angka sebesar Rp. 277,1 miliar. Pada neraca diatas juga terlihat bahwa jumlah tabungan rumah tangga merupakan komponen kedua terbesar dari total tabungan institusi. Dari tabungan tersebut paling besar berasal dari golongan atas bukan pertanian (25,31 persen) dan golongan penerima pendapatan (14,46 persen) seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 32.

5.4.3. Neraca Luar Negeri (Luar Daerah)

Neraca luar negeri (luar daerah) dalam Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, menggambarkan besarnya transaksi ekonomi luar negeri dengan berbagai pelaku ekonomi di Kabupaten Musi Rawas. Berdasarkan arah dari arus uang, maka yang menjadi komponen pengeluaran neraca luar negeri ini adalah : (1) nilai ekspor; (2) transfer dari luar; (3) penerimaan faktor produksi dari luar; dan (4) piutang. Sedangkan dari komponen pendapatan terdiri dari : (1) nilai impor; (2) transfer ke luar; (3) pembayaran faktor produksi ke luar; dan (4) hutang, seperti terlihat pada Tabel 36 dibawah ini.

(21)

Tabel 36. Neraca Luar Negeri (Luar Daerah) di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Milyar Rupiah)

No Pengeluaran Nilai No Pendapatan Nilai

1 Ekspor 4.875,5 1 Impor 2.241,9

2 Transfer dari Luar ke RT 121,4 2 Pendapatan TK dikirim ke Luar

Daerah

4,1 3 Transfer dari Luar ke Persh 75,0 3 Pendapatan Modal dikirim ke Luar

Daerah

353,2

4 Transfer dari Luar Ke

Pemerintah

4,9 4 Transfer dari RT ke Luar Daerah 486,5 5 Transfer dari Persh ke Luar Daerah 254,6 6 Transfer dari Pem. ke Luar Daerah 50,7

7 Piutang Luar Daerah 1.685,8

Total 5.076,9 Total 5.076,9

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

Tabel 36. diatas menggambarkan neraca luar negeri (luar daerah) untuk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp. 5,07 triliun, dimana besarnya ekspor dari berbagai sektor berjumlah Rp. 4,87 triliun dan nilai impornya sebesar Rp. 2,24 triliun, sedangkan nilai penerimaan produksi dari luar daerah sebesar Rp. 201,3 miliar yang berasal dari : (1) balas jasa yang diterima daerah dari tenaga kerja yang bekerja di luar wilayah (seperti upah TKI) sebesar Rp. 121,4 miliar; (2) balas jasa yang diterima dari luar daerah akibat dari kegiatan investasi perusahaan di luar wilayah sebesar Rp. 75 miliar; serta (3) penerimaan transfer dari luar ke pemerintah sebesar Rp. 4,9 miliar. Sedangkan pembayaran faktor produksi ke luar berjumlah sekitar Rp. 357,4 miliar berupa : (1) pembayaran faktor produksi tenaga kerja sebesar Rp. 353,2 milyar; dan (2) faktor produksi modal ke luar wilayah sebesar Rp. 4,1 milyar.

5.5. Peran Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Kabupaten Musi Rawas

Output dari tanaman sektor perkebunan mempunyai kontribusi sebesar Rp. 2,23 triliun atau sebesar 54,64 persen dari total output sektor pertanian yang berjumlah Rp. 4,09 triliun, sehingga sektor perkebunan dirasakan sangat penting dalam pembentukan output sektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas, oleh sebab itu perlunya perhatian semua pihak terhadap pengembangan sektor tersebut dalam mendorong pembangunan wilayah di Kabupaten Musi Rawas seperti tergambar pada Tabel 37. Dibawah ini.

(22)

Tabel 37. Output Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

No Sektor Nilai (Juta Rupiah) (%)

1 Padi 1.000.382,8 24,45 2 Jagung 9.120,3 0,22 3 Tanaman Umbi-umbian 31.379,4 0,77 4 Karet 1.895.005,5 46,32 5 Kopi 37.956,9 0,93 6 Kelapa Sawit 302.096,4 7,38 7 Tanaman Lainnya 87.391,7 2,14

8 Peternakan dan Hasil-hasilnya 314.603,3 7,69

9 Kehutanan 55.319,7 1,35

10 Perikanan 357.467,5 8,74

Total Output Sektor Kelompok Pertanian 4.090.723,6 100,00

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)

Selain itu pula, untuk mengetahui secara rinci peranan dari sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, maka perlu dijelaskan mengenai perbandingan kontribusi sektor perkebunan terutama dalam pembentukan nilai output, nilai tambah bruto, dan pendapatan. Dari Tabel 39. dibawah, terlihat bahwa sektor karet merupakan sektor terbesar dalam pembentukan output sektor perkebunan. Artinya sektor karet merupakan sektor utama yang berperan dalam kelompok sektor perkebunan dengan kontribusi sebesar 84,79 persen. Oleh karena itu, sektor komoditas karet memiliki peran penting dalam pengembangan sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Seperti terlihat pada Tabel 38 dibawah ini.

Tabel 38. Distribusi Output Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 No Sektor Kelompok Perkebunan Output (Juta Rupiah) Persentase (%) Jumlah Kepala Rumah Tangga Luas Areal Tanam (Ha) Produktivitas (Juta Rupiah) Rp./KRT Rp/Ha 1 Karet 1.895.005,5 84,79 126.527 329.522 14,98 5,75 2 Kopi 37.956,9 1,70 3.717 40.006 10,21 0,95 3 Kelapa Sawit 302.096,4 13,52 13.722 34.440 22,02 8,77 Total Output 2.235.058,9 100,00 143.966 403.968

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)

Selanjutnya, bila dilihat dari sisi produktivitas sektor perkebunan berdasarkan jumlah kepala rumah tangga, maka sektor kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi diantara sektor yang lain yakni sebesar Rp. 22,02 juta per kepala rumah tangga. Demikian juga pada sisi produktivitas sektor perkebunan berdasarkan luas tanam, maka juga akan terlihat bahwa sektor kelapa sawit

(23)

mempunyai nilai produktivitas tertinggi diantara kedua jenis komoditas perkebunan lainnya yakni sebesar Rp. 8,77 per hektar. Kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa untuk sektor tanaman karet masih belum optimal terutama dalam menghasilkan output baik dilihat berdasarkan luasan areal tanam maupun jumlah kepala keluarga yang mengusahakannya, dan berarti pula bahwa

land rent lahan karet terlihat juga masih rendah dibandingkan dengan sektor

kelapa sawit. Berikutnya juga akan dibahas mengenai nilai tambah bruto sektor perkebunan seperti dijelaskan pada Tabel 39 dibawah ini.

Tabel 39. Distribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

No Sektor Kelompok Perkebunan Output (Juta Rupiah) Persentase Jumlah Kepala Rumah Tangga Luas Areal Tanam (Ha) Produktivitas (Juta Rupiah) Rp/KRT Rp/Ha 1 Karet 1.325.971,3 83,29 126.527 329.522 10,48 4,02 2 Kopi 27.594,3 1,73 3.717 40.006 7,42 0,69 3 Kelapa Sawit 238.501,4 14,98 13.722 34.440 17,38 6,93 Total Output 1.592.067,0 100,00 143.966 403.968

Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)

Dari Tabel 39. diatas terlihat bahwa sektor karet merupakan sektor terbesar dalam pembentukan output sektor perkebunan dengan kontribusi sebesar Rp. 1,32 triliun atau sebesar 83,29 persen dimana sektor komoditas karet memiliki peran penting dalam sektor perkebunan bila dibandingkan dengan sektor perkebunan lainnya. Selanjutnya, bila dilihat dari sisi produktivitasnya, maka output yang berdasarkan tenaga kerja yang mengusahakannya, maka sektor kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi sebesar Rp. 17,38 juta per kepala rumah tangga. Demikian juga pada sisi produktivitas berdasarkan luasan areal tanam, terlihat sektor kelapa sawit juga mempunyai nilai tertinggi diantara kedua jenis komoditas perkebunan lainnya yakni sebesar Rp. 6,93 juta per hektar, sehingga dari kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa sektor tanaman karet di Kabupaten Musi Rawas juga masih belum optimal digarap, hal tersebut dikarenakan sebanyak 38,5 persen dari total lahan yang digarap untuk tanaman karet merupakan lahan yang ditanami tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan juga banyaknya tanaman karet yang rusak.

(24)

5.5.1. Peran Sektor Perkebunan Terhadap Pembentukan Struktur Perekonomian Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai kontribusi masing-masing komoditas perkebunan terhadap pembentukan struktur output, nilai tambah bruto, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, dimana bila dilihat dari sisi pembentukan output perekonomian, komoditas karet mempunyai nilai output terbesar yakni sebesar Rp. 1,89 triliun atau sebesar 36,64 persen, bila dibandingkan dengan komoditas kopi dan kelapa sawit. Sedangkan untuk nilai tambah bruto, komoditas kelapa sawit mempunyai nilai tambah bruto terbesar yakni sebesar Rp. 238,5 milyar atau sebesar 26,65 persen, bila dibandingkan dengan komoditas karet dan kopi. Selain itu, sektor kopi ternyata juga memberikan kontribusi yang paling tinggi dari sisi ekspor dan investasi dengan nilai Rp. 34,9 milyar atau sebesar 32,59 persen, sedangkan untuk nilai balas jasa tenaga kerja terbesar dari berasal dari komoditas kelapa sawit yakni sebesar Rp. 79,1 milyar atau sebesar 8,84 persen, seperti terlihat pada Tabel 40. berikut ini. Tabel 40. Kontribusi Sektor Perkebunan Terhadap Pembentukan Struktur

Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

No Peran Sektor Terhadap Pembentukan

Karet Kopi Kelapa Sawit

Nilai % Nilai % Nilai %

1 Output (Rp Juta) 1.895.005,5 36,64 37.956,9 35,41 302.096,4 33,76

2 Nilai Tambah Bruto (Rp. Juta)

1.325.971,3 25,64 27.594,3 25,74 238.501,4 26,65 3 Ekspor dan investasi (Rp.

Juta)

1.591.906,1 30,78 34.934,9 32,59 275.237,4 30,75

4 Tenaga Kerja (Rp. Juta) 358.755,3 6,94 6.698,7 6,25 79.110,6 8,84

Total 5.171.638,2 100,0 107.184,8 100,0 894.945,8 100,0 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)

Dari hasil analisis diatas, dapat dinyatakan bahwa secara umum sektor komoditas karet apabila ditinjau dari aspek pembentukan output, nilai tambah bruto, ekspor dan investasi ternyata memiliki peran yang sangat besar dan mempunyai arti sangat penting bagi perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, akan tetapi untuk nilai balas jasa tenaga kerja ternyata masih dibawah komoditas kelapa sawit, sehingga dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komoditas karet belum dapat optimal sepenuhnya dinikmati oleh penduduk yang bekerja dan berusaha di sektor karet dikarenakan masih kecilnya nilai dari pengusahaan komoditas karet yakni sebesar 6,94 persen, sedangkan dari total jumlah kepala

(25)

keluarga yang mengusahakan ditemukan kondisi bahwa komoditas karet merupakan komoditas yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Musi Rawas. Selanjutnya analisis berikut akan mengetahui produktivitas dari sektor perkebunan sebagai berikut.

Tabel 41. Produktivitas Sektor Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Sektor (Juta Rupiah/Kepala Rumah Tangga) (Juta Rupiah/Hektar)

PDRB/KRT Ekspor/KRT Output/KRT PDRB/Ha Ekspor/Ha Output/Ha

Karet 10,5 12,6 15,0 4,0 4,8 5,8

Kopi 7,4 9,4 10,2 0,7 0,9 0,9

Kelapa

Sawit 17,4 20,1 22,0 6,9 8,0 8,8

Sumber : Data Sekunder, (diolah)

Dari Tabel 41. diatas, terlihat bahwa produktivitas berdasarkan jumlah kepala rumah tangga, maka untuk komoditas karet memiliki nilai PDRB sebesar Rp. 10,5 juta per kepala rumah tangga, nilai ekspor sebesar Rp. 12,6 juta per kepala rumah tangga, dan nilai output sebesar Rp. 15,0 juta per kepala rumah tangga. Selanjutnya, jika dilihat produktivitas berdasarkan pada luasan areal tanam, maka terlihat bahwa kontribusi sektor karet berdasarkan nilai PDRB sebesar Rp. 4,0 juta per hektar, nilai ekspor sebesar Rp. 4,8 juta per hektar dan nilai output sebesar Rp. 5,8 juta per hektar. Apabila dilihat dari tingkat produktivitas sebagaimana tabel 41 diatas menunjukkan bahwa sektor karet memiliki produktivitas yang masih rendah dikarenakan belum optimalnya pengelolaan sektor karet.

5.5.2. Multiplier Effect Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Berikut ini akan disampaikan pembahasan mengenai analisis multiplier di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, namun sebelumnya perlu dijelaskan bahwa tidak seluruh sektor ekonomi yang tercantum dalam SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 yang akan dibahas, melainkan hanya pada sektor-sektor yang berbasis pertanian terutama sektor perkebunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.

(26)

Tabel 42. Dampak Multiplier dalam Perekonomian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Pengeluaran

Penerimaan

Neraca Endogen

Faktor Produksi Institusi Aktivitas

Produksi 1 2 3 4 5 6 Neraca Eksogen Faktor Produksi Tenaga Kerja 1 1,0508 0,0160 0,1086 0,0160 0,0422 1,2165 Bukan Tenaga Kerja 2 3,3963 1,2015 2,3025 0.1169 0,2538 23,6718 Institusi Rumah Tangga 3 2,2026 0,1306 1,4059 0,0698 0,1459 4,2169 Perusahaan 4 2,6929 0,8681 1,7978 1,2549 0,3292 17,3193 Pemerintahan 5 1,4314 0,3571 0,9288 0,4947 1,3924 7,4069 Aktivitas Produksi 6 0,2216 0,0154 0,1504 0,0113 0,0271 1,64

Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

Secara umum pada Tabel 42. diatas terlihat bahwa dampak multiplier faktor produksi tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca institusi rumah tangga yakni sebesar 2,2026 dan ke neraca faktor produksi tenaga kerja sendiri yakni sebesar 1,0508, sedangkan untuk dampak multiplier faktor produksi bukan tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca faktor produksi bukan tenaga kerja yakni sebesar 1,2015 dan ke neraca perusahaan sebesar 0,8681. Selain itu, untuk dampak

multiplier neraca institusi tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca aktivitas produksi

sebesar 0,1504, sedangkan untuk dampak multiplier neraca institusi perusahaan terbesar terjadi ke neraca perusahaan sendiri sebesar 1,2549 dan dampak

multiplier neraca institusi pemerintah terbesar terjadi ke neraca pemerintah sendiri

sebesar 1,3924.

Tabel 43. Analisis Multiplier SNSE Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas

No Sektor Produksi VAM HIIM GIM OLSM PROM GOM

1 Pertanian - Tanaman Pangan - Tanaman Perkebunan - Peternakan - Kehutanan - Perikanan 1,2845 1,3020 1,2503 1,2123 1,3597 1,2980 0,7652 0,7761 0,7585 0,7277 0,8187 0,7448 0,2823 0,2861 0,2692 0,2642 0,2952 0,2970 1,0076 0,9898 1,1049 0,9852 0,9607 0,9972 2,0827 2,0337 2,1638 2,1148 2,0073 2,0940 5,0784 5,0703 5,0721 4,9388 5,1733 5,1374

Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)

Keterangan :

VAM : Value Added Multiplier PROM : Production Multiplier HIIM : Household Induced Income Multiplier GOM : Gross Output Multiplier

GIM : Government Income Multiplier OLSM : Other Linkage Sector Multiplier

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas mengenai analisis multiplier Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, dimana jika diperhatikan pada data VAM

(27)

(Value Added Multiplier) berdasarkan pada Tabel 43. maka terlihat jelas ada dua sektor basis pertanian yang memiliki angka VAM terbesar yakni sektor tanaman pangan sebesar 1,3020 dan sektor kehutanan sebesar 1,3597. Oleh karena basis perhitungan VAM adalah faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal), maka angka 1,3020 pada sektor tanaman pangan memberi arti jika tanaman pangan diinjeksi neraca eksogennya sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan memberikan dampak kenaikan penerimaan tenaga kerja dan modal (output) sebanyak Rp. 1,30 miliar. Dengan kata lain sektor tanaman pangan dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan kenaikan PDRB di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,30 miliar untuk setiap peningkatan permintaan akhirnya sebesar Rp. 1 miliar. Begitu pula sebaliknya, untuk besaran koefisien VAM pada sektor perkebunan yakni sebesar 1,2503 dimana nilai koefisien VAM sebesar 1,2503 pada sektor tanaman perkebunan memberi arti jika tanaman pangan diinjeksi neraca eksogennya sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan memberikan dampak kenaikan penerimaan tenaga kerja dan modal (output) sebanyak Rp. 1,25 miliar. Dengan kata lain sektor tanaman perkebunan dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan kenaikan PDRB di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,25 miliar untuk setiap peningkatan permintaan akhirnya sebesar Rp. 1 miliar.

Angka multiplier yang penting berikutnya yang akan diulas adalah Other

Linkage Sector Multiplier (OLSM). Pada multiplier ini menggambarkan seberapa

jauh keterkaitan ke belakang suatu sektor produksi dengan sektor-sektor produksi lainnya. Berdasarkan pengolahan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sektor ekonomi berbasis pertanian yang paling erat keterkaitannya dengan dengan sektor-sektor produksi lain dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Musi Rawas adalah industri barang dari kayu dan hasil hutan dengan nilai koefisien OLSM sebesar 1,48 serta industri makanan dan minuman dengan nilai koefisien OLSM sebesar 1,28. Hal tersebut berarti bahwa apabila terjadi kenaikan neraca eksogen di sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan meningkatkan penerimaan pada sektor-sektor produksi yang lain sebesar Rp. 1,48 miliar, begitu pula untuk sektor industri makanan dan minuman dimana apabila terjadi kenaikan neraca eksogen di sektor industri makanan dan minuman sebanyak Rp. 1 miliar maka akan meningkatkan penerimaan pada

(28)

sektor-sektor produksi yang lain sebesar Rp. 1,28 miliar. Untuk nilai multiplier OLSM tertinggi di sektor berbasis pertanian adalah sektor tanaman perkebunan yakni sebesar 1,1049 dan sektor perikanan sebesar 0,9972, sedangkan yang paling rendah adalah sektor kehutanan dengan nilai 0,9607.

Dari nilai HIIM (Household induced income multiplier) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 0,7585 yang berarti bahwa ketika neraca eksogen sektor tanaman perkebunan diinjeksi sebesar Rp. 1 milyar, maka akan memberi dampak kenaikan penerimaan rumah tangga sebanyak Rp. 0,75 milyar. Selain itu, untuk nilai GIM (government income multiplier) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 0,2692 yang berarti bahwa ketika ada injeksi sebesar Rp. 1 milyar terhadap neraca eksogen, maka sektor perkebunan mampu menaikkan penerimaan daerah Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 0,26 milyar. Untuk nilai PROM (production multiplier) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 2,1638, yang berarti bahwa ketika diberi injeksi sebesar Rp. 1 milyar, maka penerimaan produksi regional secara keseluruhan akan meningkat sebesar Rp. 2,16 milyar. Untuk analisis gross output multiplier (GOM) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 5,0721, yang memberi arti bahwa ketika diberi injeksi sebesar Rp. 1 milyar maka diperkirakan total penerimaan ekonomi domestik sektor perkebunan secara agregat akan naik sebesar Rp. 5,07 milyar.

5.5.3. Dekomposisi Nilai Pengganda Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian Analisis ini berusaha memecah nilai multiplier total suatu sektor ekonomi berbasis pertanian ke dalam tiga komponen efek yang menjadi aliran penerimaan perekonomian domestik ketika neraca eksogen suatu sektor industri diberi injeksi (initial injection). Ketiga blok efek yang dimaksud adalah own effect, open loop

effect, dan closed loop effect. Analisis dekomposisi ini dimulai dengan adanya

injeksi terhadap neraca eksogen suatu faktor produksi berbasis pertanian sebesar Rp. 1 milyar, misalnya untuk neraca eksogen sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya (SIHH), apabila dilihat dari Tabel 45 dibawah, maka yang akan merasakan langsung dari injeksi yang diberikan adalah sektor itu sendiri dimana pengusaha akan menikmati efek multiplier dari injeksi tersebut sebesar Rp. 1,06 miliar. Untuk mencapai kenaikan tersebut industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, membutuhkan bahan baku dari sektor-sektor industri lainnya

(29)

sehingga hasil injeksi tersebut berdampak pada kenaikan penerimaan sektor lainnya secara total (own effect) berjumlah Rp. 470 juta dengan perician : (1) sektor produksi kehutanan yang menyediakan kayu hutan naik sebesar Rp. 460 juta; (2) sektor tanaman pangan naik sebesar Rp. 800 ribu; (3) sektor peternakan naik sebesar Rp. 600 ribu; (4) sektor industri makanan dan minuman naik sebesar Rp. 2,1 juta; serta (5) sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet naik sebesar Rp. 6,4 juta. Untuk memahami own effect ini diasumsikan bahwa injeksi pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya hanya berpengaruh pada sektor-sektor lain dalam satu blok yang sama yakni neraca produksi, dan tidak berpengaruh pada neraca-neraca yang berada pada blok lain. Oleh sebab itu, efek ini sama dengan Matrik Invers Leontief pada tabel I-O (input-output) yang menggambarkan keterkaitan antarsektor industri (Roland-Holst dan Tarp dalam Hafizrianda, 2007).

Adapun total open loop effect yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, akibat adanya injeksi Rp. 1 milyar untuk neraca eksogen pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya adalah sebesar Rp. 1,91 miliar yang didistribusikan kepada : (1) penerimaan modal sebesar Rp. 270 juta; (2) perusahaan sebesar Rp. 200 juta; (3) tenaga kerja sebesar Rp. 110 juta; (4) rumahtangga golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 80 juta, pemerintah sebesar Rp. 80 juta dan sisanya sebesar Rp. 140 juta terdistribusi ke institusi-institusi lainnya.

Gambar

Tabel 23. SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (10 x 10) (Rp Miliar)
Tabel 24.  Struktur  Perekonomian  Kabupaten  Musi  Rawas  Berdasarkan  SNSE  Tahun 2010 (Juta Rp.)
Tabel 25. Output dan Nilai Tambah Bruto Menurut Sektor (Rp Juta)
Tabel 26. Komposisi Output Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian halnya beberapa perkampungan yang ada di Kota Semarang yang memiliki lebih dari satu bangunan cagar budaya yang berusia lebih dari 50 tahun, maka layak diusulkan

If you really want the simple life, the choice then is to make more money, or live a life that is simply supported by your current income.. After I paid off the mortgage loan on

Apabila pada saat pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data isian, maka perusahaan akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan jika tidak

07/SU - PRWPPK/BAPPEDA/2013 Kegiatan : Penyusunan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2013 - 2033. Pekerjaan : Penyusunan Rencana Strategis Wilayah

[r]

Sehubungan dengan Pelelangan Umum Pekerjaan Peningkatan Jalan Kota Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Anggaran 2013, untuk Paket Pekerjaan tersebut diatas

Organisasi File : Indexed Sequential Akses File : Random.. Rancangan Struktur Navigasi. Struktur navigasi pada website pengajuan pinjaman ini berfungsi untuk

Tenggara Nomor: 7 Tahun 2010 tanggal 16 Juni 2010 tentang Penyempurnaan Atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 2 Tahun