• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Penyusun Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah Tahun 2015 Kota Balikpapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Penyusun Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah Tahun 2015 Kota Balikpapan"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, penyusunan buku Sistem Informasi Pembangunan Daerah Kota Balikpapan Tahun 2015 dapat diselesaikan tepat waktu oleh Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah berdasarkan Surat Keputusan .

Penerbitan Buku tersebut merupakan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pada pasal 274 bahwa perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi yang dikelola dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah yang menekankan kualitas perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah perlu didukung oleh ketersedian data dan informasi pembangunan daerah yang akurat, muktahir dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan tersedianya buku ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Balikpapan dan pihak lain yang berkepentingan dalam upaya mendukung peningkatan kualitas perencanaan pembangunan di Kota Balikpapan.

Penyusun

Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah Tahun 2015

(3)

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Dasar Hukum... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 4

1.4 Sasaran dan Manfaat ... 4

1.5 Ruang Lingkup ... 5

BAB II Gambaran Umum Balikpapan 2.1 Wilayah Administrasi ... 6

2.2 Iklim dan Kualitas Udara ... 8

2.3 Topografi Wilayah ... 10

2.3.1 Ketinggian Tempat ... 10

2.3.2 Kemiringan Lereng ... 12

2.3.3 Kedalaman Efektif Tanah ... 12

2.4 Geologi ... 13

2.4.1 Geomorfologi ... 13

2.4.2 Stratigrafi ... 14

2.4.3 Struktur Geologi ... 16

2.5 Tata Ruang Wilayah dan Pertanahan ... 17

2.5.1 Tata Ruang Kota ... 17

2.5.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ... 17

2.6 Komposisi Rencana Pola Ruang Kota Balikpapan ... 86

BAB III Pemerintahan dan Demografi 3.1 Aparatur Pemerintah Daerah ... 90

3.2 Perangkat Daerah ... 93

(4)

3.5.1 Angkatan Kerja ... 99

3.5.2 Kondisi Ketenagakerjaan ... 100

3.6 Kemiskinan... 101

3.7 Program Bantuan Kelurga Miskin... 102

3.8 Kesejahteran Sosial ... 105

BAB IV Perekonomian Dan Keuangan 4.1 Perekonomian Daerah ... 107

4.2 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi ... 108

4.3 Pendapatan Per Kapita Kota Balikpapan ... 111

4.4 Inflasi ... 112

4.5 Sumber Daya Alam Dan Jasa – Jasa ... 117

4.6 Pertanian ... 118

4.6.1 Pertanian Tanaman Pangan Dan Holtikultura ... 118

4.6.2 Potensi Sumber Daya Perkebunan ... 122

4.6.3 Potensi Sumber Daya Peternakan ... 123

4.6.4 Potensi Sumber Daya Kelautan ... 123

4.7 Industri, Perdagangan dan Koperasi... 127

4.8 Kepariwisataan ... 128

4.9 Keuangan ... 132

4.10 Keuangan Daerah ... 136

BAB V Infrastruktur Dan Fasilitas Kota 5.1 Infrastruktur Kota ... 140

5.1.1 Jaringan Jalan ... 140

5.1.2 Jaringan Drainase ... 142

5.1.3 Jaringan Kebersihan ... 143

5.1.4 Jaringan Pemakaman... 145

(5)

5.2.1 Fasilitas Kesehatan ... 151

5.2.2 Fasilitas Pendidikan ... 156

5.2.3 Fasilitas Peribadatan ... 162

5.2.4 Fasilitas Olah Raga ... 164

5.2.5 Kebudayaan Nasional ... 165

5.2.6 Fasilitas Perdagangan Dan Jasa ... 165

5.2.7 Fasiltas Hiburan ... 169

5.2.8 Jasa Perjalanan ... 169

5.2.9 Perumahan dan Permukiman ... 173

5.2.9.1 Program Umum Pembangunan Perumahan dan Permukiman ... 175

5.2.10 Fasilitas Transportasi ... 179

5.2.11 Angkutan Darat dan Sungai ... 179

BAB VI Penutup 6.1. Kesimpulan... 189

(6)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SIPD) adalah jaringan yang mengumpulkan data secara terpadu di daerah dan pusat dengan menggunakan teknologi informasi, sebagai dukungan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah. Berdasarkan Fungsi data bagi pembangunan daerah ditinjau dari teori Rational Choice Theory bahwa Data sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan program dan kegiatan pembangunan secara rasional, efektif dan efisien dan Deliberative democracy model, data adalah sebagai media akuntabilitas publik yang memungkinkan masyarakat mengevaluasi kinerja pemerintah, mengevaluasi program-program pembangunan, dan sekaligus mengevaluasi capaian-capaian pembangunan. Data SIPD terdiri dari 8 kelompok data (Data Umum, Sosial Budaya, Sumber Daya Alam, Infrastrukstur, Ekonomi, Keuangan Daerah, Politik/Hukum/Keamanan dan Insidensial), 31 Jenis data dan 2691 Elemen data.

Sehubungan dengan kebutuhan akan data untuk pembangunan pusat dan daerah terdapat sejumlah kondisi faktual bahwa ketersedian data merupakan suatu hal yang tidak mudah disediakan, hal-hal ini dikarenakan :

 Data-data pembangunan daerah tidak lengkap dan tersebar di masing-masing SKPD serta jarang diperbaharui.

 Bappeda menghadapi kendala dalam mengumpulkan data untuk kepentingan penyusunan perencanaan pembangunan daerah karena:

(a) Lemahnya koordinasi antara Bappeda dan SKPD dalam pengumpulan data, dan (b) Minimnya SDM dan pendanaan di Bappeda untuk pengelolaan data.

Terkait dengan kondisi faktual tersebut berimplikasi pada Perencanaan Pembangunan daerah yang tidak didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014. Hasilnya, perencanaan pembangunan daerah sering tidak tepat sasaran. Situasi ini juga membuat Ditjen Bina Bangda mengalami kesulitan dalam melakukan pembinaan pembangunan daerah. Seperti halnya pemerintah daerah, Ditjen

(7)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 2 Bina Bangda tidak memiliki instrumen yang cukup untuk mengukur capaian-capaian substantif program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah.

Sehubungan dengan kondisi tersebut, ketersedian data di daerah perlunya perkuatan dalam pengadaannya yang didukung oleh regulasi pemerintah untuk mendukung kebutuhan data untuk pembangunan baik di pusat maupun daerah. Sejalan hal itu, dukungan akan ketersedian data telah di atur pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 31, Bahwa Perencanaan Pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dan pasal 33 ayat 1 dan 2, Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan daerah didaerahnya. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Kepala Bappeda. Data dan informasi yang digunakan dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah mencakup berbagai hal seperti : Penyelenggaraan pemerintah daerah; Organisasi dan tatalaksana pemerintahan daerah ; Kepala Daerah, DPRD, Perangkat daerah dan Pegawai negeri sipil daerah; Keuangan daerah; Potensi sumber daya daerah ; Kependudukan ; Produk hukum daerah; Informasi dasar kewilayahan dan Informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pada pasal 274 mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi yang dikelola dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD). Hal ini semakin memperkuat posisi SIPD sebagai bahan rujukan dalam proses penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah. Namun penggunaan aplikasi SIPD sebagai acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah difokuskan kepada pemanfaatan informasi yang dihasilkan berdasarkan pengolahan data yang telah diinput oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, faktor kelengkapan, kemutakhiran, keakuratan dan validitas data menjadi unsur yang penting dalam proses pengumpulan dan penginputan elemen data yang kemudian akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan analisa data dalam aplikasi SIPD.

Sejalan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 2014, bahwa pembagian peran dalam pengelolaan SIPD yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi dan Kota/Kabupaten sebagai :

1. Mengkoordinasikan pembentukan tim; 2. Mengkoordinir rapat koordinasi;

(8)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 3 3. Melakukan pembinaan, evaluasi dan fasilitasi pengumpulan data;

4. Berkoordinasi dengan tim SIPD pusat/Provinsi;

5. Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis bagi SKPD.

1.2. DASAR HUKUM

Dasar hukum yang melandasi penyusunan Buku Data Pengembangan Sistem Informasi Daerah Kota Balikpapan, Tahun 2015, dan dilaksanakan berdasarkan beberapa perundangan dan peraturan :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Bab X Pasal 274 yang menyatakan bahwa Perencanaan Pembangunan Daerah didasarkan pada data/informasi yang dikelola dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

4. Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaaan Rencana Pembangunan Daerah;

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 25 Tahun 2002 tentang Pedoman Kebutuhan Teknis Sistem Komunikasi dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemda.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD);

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Sistem Informasi PembangunanDaerah memiliki maksud untuk meningkatkan ketersediaan data dan informasi yang dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan hasil pembangunan. Sedangkan tujuan

(9)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 4 dari Sistem Informasi PembangunanDaerah berdasarkan permendagri Nomor 8 Tahun 2014 adalah :

1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah melalui penguatan data dan informasi pembangunan daerah yang akurat, mutakhir dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Mengoptimalkan pengumpulan, pengisian, evaluasi serta pemanfaatan data dan informasi pembangunan daerah melalui Sistem Informasi Pembangunan Daerah.

1.4. SASARAN DAN MANFAAT

Ditinjau dari sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan penyusunan Sistem Informasi PembangunanDaerah adalah :

1. Terbangunnya basis data dan sistem informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan hasil pembanguan.

2. Meningkatnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam penyusunan, pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi pembangunan.

3. Meningkatnya dayaguna, hasilguna dan ketepatan dalam penyediaan data pembangunan. Sehubungan dengan sasaran yang akan dicapai diharapkan pula manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan dalam menetapkan kebijakan, strategi dan prioritas perencanaan

pembangunan.

2. Sebagai input dan sarana pendukung teknis peningkatan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pembangunan.

3. Sebagai bahan masukan dan sarana kontrol penetapan dan pemanfaatan Rencana Tata Ruang Wilayah.

4. Sebagai sarana kontrol tumpang tindih penggunaan lahan.

a. Sebagai bahan informasi bagi promosi daerah dan penanaman modal.

b. Sebagai bahan sarana pelaporan dan pertanggung jawaban Walikota Kota Balikpapan.

(10)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 5

1.5. RUANG LINGKUP PENYUSUNAN

Ruang Lingkup Penyusunan dan Penyajian data Pengembangan Sistem Informasi Daerah Kota Balikpapan Tahun 2013 dengan menyajikan himpunan informasi, data spasial tahun 2013dan peta dengan penguraian dalam 6 (enam) Bab pada kerangka penulisan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN.

Berisikan tentang Latar Belakang, Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan, Sasaran dan Manfaat serta Ruang Lingkup Penyusunan.

II. Kondisi Fisik Kota Balikpapan.

Berisikan tentang Tabel, Peta dan uraian mengenai Kondisi Fisik Kota : Wilayah Administrasi, Iklim, Geologi, Topografi Wilayah, Rencana Tata Ruang Wilayah dan Lingkungan Hidup.

III. Pemerintahan dan Demografi.

Berisikan tentang uraian : Kondisi Pemerintahan serta Kondisi Demografi Kota Balikpapan, Ketenagakerjaan, Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial.

IV. Perekonomian dan Keuangan

Berisikan tentang tabel-tabel uraian hal-hal yang termasuk dalam Perekonomian Daerah : PDRB, Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita, Sumber Daya Alam dan Jasa-jasa, serta uraian Keuangan Kota Balikpapan.

V. Infrastruktur dan Fasilitas Kota.

Berisikan Tentang Tabel, Peta dan Uraian Mengenai Infrastruktur Kota dan Fasilitas Kota.

(11)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 6

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA BALIKPAPAN

2.1. WILAYAH ADMINISTRASI

Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5 BT - 117,5 BT yang luasnya sekitar 50.330,57 Ha atau sekitar 503,3 Km² dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara.

 Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Makasar.

 Sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar.

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Panajam Paser Utara.

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 1996, maka sejak 24 Pebruari 1997 Kota Balikpapan dimekarkan dari 3 (tiga) Kecamatan menjadi 5 (lima) Kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Balikpapan Timur 2. Kecamatan Balikpapan Selatan 3. Kecamatan Balikpapan Tengah 4. Kecamatan Balikpapan Utara 5. Kecamatan Balikpapan Barat

Sehubungan dengan pemekaran wilayah kecamatan tersebut, maka melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur No. 19 Tahun 1996, maka sejak tanggal 15 Oktober 1996, 7 (tujuh) Kelurahan persiapan menjadi Kelurahan definitif dan pada tanggal 17 Mei 1996 ditetapkan pula melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur perubahan status Desa Manggar Baru menjadi Kelurahan Manggar Baru. Dengan demikian maka wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan, yaitu :

1. Manggar 2. Manggar Baru 3. Lamaru 4. Teritip 5. Prapatan 6. Klandasan Ulu 7. Klandasan Ilir 8. Damai 9. Gunung Bahagia 10. Sepinggan 11. Telaga Sari 12. Gunung Sari Ilir 13. Gunung Sari Ulu 14. Mekar Sari 15. Karang Rejo 16. Sumber Rejo 17. Karang Jati 18. Gunung Samarinda 19. Muara Rapak 20. Batu Ampar 21. Karang Joang 22. Baru Ilir 23. Margo Mulyo 24. Marga Sari 25. Baru Tengah 26. Baru Ulu 27. Kariangau

Sebagaimana pemekaran wilayah Kecamatan dan Kelurahan diatas, Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Balikpapan Nomor 8 Tahun 2012, maka Balikpapan resmi dimekarkan dari 5 kecamatan menjadi 6 Kecamatan yakni:

(12)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 7

1. Kecamatan Balikpapan Selatan 2. Kecamatan Balikpapan Tengah 3. Kecamatan Balikpapan Utara 4. Kecamatan Balikpapan Barat 5. Kecamatan Balikpapan Timur 6. Kecamatan Balikpapan Kota

Sehubungan dengan pemekaran kecamatan tersebut, maka melalui Perda Balikpapan Nomor 7 Tahun 2012 ditetapkan pemekaran 7 kelurahan baru. Dengandemikian maka pada saat ini wilayah Balikpapan terdiri dari 34 (tiga puluh empat) kelurahan yakni :

1. Manggar 2. Manggar Baru 3. Lamaru 4. Teritip 5. Prapatan 6. Klandasan Ulu 7. Klandasan Ilir 8. Damai 9. Gunung Bahagia

10. Kelurahan Damai Bahagia 11. Sepinggan

12. Sepinggan Baru

13. Sepinggan Raya 14. Telaga Sari 15. Gunung Sari Ilir 16. Gunung Sari Ulu 17. Mekar Sari 18. Karang Rejo 19. Sumber Rejo 20. Karang Jati

21. Gunung Samarinda 22. Gunung Samarinda baru 23. Muara Rapak 24. Batu Ampar 25. Karang Joang 26. Baru Ilir 27. Margo Mulyo 28. Marga Sari 29. Baru Tengah 30. Baru Ulu 31. Kariangau 32. Damai Baru 33. Graha indah 34. Sungai Nangka

Tabel II-5. Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci Per Kecamatan, Dan Kelurahan

No Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)

Perairan/Laut *) Darat A Balikpapan Timur 9.242 13.715,80 1. Manggar 2. Manggar Baru 3. Lamaru 4. Teritip 3.525,50 383,60 4.855,50 4.951,20 B Balikpapan Selatan 20.030 4.795,57 1. Gn. Bahagia 2. Sepinggan 3. Damai Baru 4. Sungai Nangka 5. Damai Bahagia 6. Sepinggan Raya 891,72 2.502,00 - - - -

(13)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 8

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Perairan/Laut *) Darat C Balikpapan Kota 1. Prapatan 2. Telaga Sari 3. Klandasan Ulu 4. Klandasan Ilir 5. Damai Baru 314,12 253,48 89,00 143,50 601,75 D Balikpapan Tengah 997 1.107,38 1. Gn. Sari Ilir 2. Gn. Sari Ulu 3. Mekar Sari 4. Karang Rejo 5. Sumber Rejo 6. Karang Jati 114,10 182,52 128,66 120,50 220,50 341,10 E Balikpapan Utara 13.216,62 1. Gn. Samarinda 2. Muara Rapak 3. Batu Ampar 4. Karang Joang 5. Gn. Samarinda baru 6. Graha Indah 573,80 352,72 2,980,70 9.309,40 - - F Balikpapan Barat 3.749 17.995,20 1. Baru Ilir 2. Margo Mulyo 3. Marga Sari 4. Baru Tengah 5. Baru Ulu 6. Kariangau 58,90 184,53 66,50 57,04 95,48 17.532,75 Kota Balikpapan 16.010 50.330,57

2.2. IKLIM DAN KUALITAS UDARA

Keadaan iklim Kota Balikpapan dalam menentukan kondisi air/sumber air dilakukan pencatatan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang mana hasil pendataan tersebut dapat dijabarkan mengenai data-data tentang suhu udara, kecepatan angin, curah hujan dan sinar

(14)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 9

matahari. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel II-8. Rata-rata suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Tahun 2010 – 2014

No. Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 1. 2. 3. 4. 5. 6. Suhu Udara (oC) o Rata-rata o Maksimum o Minimum Kelembaban Udara (%) Tekanan Udara (mbs) Kecepatan Angin (Knot) a. Arah terbanyak b. Kecepatan rata-2(knot) Curah Hujan (mm/th) Penyinaran Matahari (%) 27,1 34,1 23,0 85,0 1011,2 - S 6,0 2998,0 52,5 26,9 34,7 22,0 88,7 1.009,9 - SW 4,8 2953,2 45,83 26,8 34,8 22,5 87,0 1.010,3 - SW 4.5 2914,3 52,42 26,8 34,8 24,5 84,2 1.010,4 - SW 4.2 2906.3 47,17 26,7 34,7 24,0 85,7 1.009,4 - SW 4.6 2947,0 45,27

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balikpapan

Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 suhu udara rata-rata Kota Balikpapan berkisar 26,7oC. Kelembaban udara di Kota Balikpapan tahun 2014 berkisar 85,7 %tekanan udara berkisar antara 1.009,4 milibars. Kecepatan rata-rata angin diwilayah Kota Balikpapan adalah 4,6 Knot dengan arah angin terbanyak ke arah SW (South West). Sedangkan curah hujan tertinggidi Kota Balikpapan antara 2.947 mm per tahun dan penyinaran matahari rata-rata 45,27%.

Balikpapan memiliki pola hujan monsunal dengan puncak hujan terjadi pada bulan DJ (Desember-Januari) ~220 mm untuk Balikpapan. Adapun hujan minimum terjadi di bulan Agustus ~100 mm Balikpapan. Di bulan Maret, Balikpapan lebih rendah yaitu ~300 mm. Sedangkan untuk mengetahui Curah Hujan di Balikpapan pada 2008 - 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel II-8 Informasi Curah Hujan 2008 - 2015

Tahun Curah hujan Hari hujan Curah hujan maksimum ( mm ) Tanggal 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 3785,3 2212,8 2998,0 2953,2 2914,3 2906,3 2947,0 2841,7 252 212 239 130 142 248 136 128 164,8 132.0 119,7 119,6 148.0 519,9 494,7 700 20 Jun2008 01 Jul 2009 21 Feb2010 29 Jun2011 24 Mei 2012 7 Agustus 2013 Desember 2014 5 Februari 2015

(15)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 10 Sumber Data : Badan Meteorologi dan Geofisika

Berikut tabel mengenai keadaan cuaca dan iklim Kota Balikpapan Tahun 2015 Tabel II-9. Informasi Klimatologi Kota Balikpapan Tahun 2015

No Uraian Jumlah Rata2 Jan 2014 Feb 2014 Mar 2014 Apr 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 Agt 2014 Sept 2014 Okt 2014 Nov 2014 Des 2014 1. Suhu Udara (OC)  Rata-rata 27,6 27,3 27,6 27,8 27,2 27,3 26,7 26,4 26,0 26,9 26,4 27,8 27,08 2. Kelembaban Udara (%) 85 83 86 85 82 80 81 80 80 85 86 86 83,3 3. Tekanan Udara rata-rata (Mbs) 1011 1010 1011 1010 1010 1009 1011 1011 1011 1012 1010 1010 1010,5 4. Arah Angin N E SW SW SW NW/N NW SW SW S W W SW 5. Kecepatan Angin (knots) 4 5 3 5 4 6 5 6 6 5 6 6 5,1 6. Kecepatan Angin Maksimal (knots) 25 27 26 27 23 31 26 20 25 17 29 30 31 7. Arah Angin Maksimal SW NE W SW SW SW SW SW NE W SW W SW 8. Curah Hujan 223 205 57 81 87 52 12 18 44 109 279 494 138,4 9. Lama matahari bersinar % rata2 (08:00 – 16:00) 46 47 49 56 51 53 60 64 55 64 41 39 52,08

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balikpapan, 2014

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada Januari – Desember 2014 suhu minimum dan maksimum udara Kota Balikpapan berkisar 27,8oC – 26,0oC. Kelembaban udara berkisar 80,0% – 86,0%, penyinaran matahari rata-rata (08:00 – 16:00) 41% – 64%. Kecepatan angin berkisar 3 Knot – 6 Knot, sedangkan curah hujan berkisar antara 12 mm – 494 mm, tekanan udara rata-rata 1010,50 milibars.

2.3. TOPOGRAFI WILAYAH 2.3.1. Ketinggian Tempat

Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut terutama didaerah tropis dapat menentukan banyak sedikitnya curah hujan dan tinggi rendahnya suhu. Ketinggian juga berhubungan dengan konfigurasi lapangan (fisiografi dan geomorfologi wilayah).

Unsur – unsur curah hujan, suhu dan konfigurasi lapangan mempengaruhi peluang pembudidayaan komoditi potensi dan ketersediaan air, dinamika hidrologi dan kerentanan tanah terhadap erosi, berarti pula berpengaruh terhadap pemanfaatan tanah suatu wilayah apakah diarahkan sebagai wilayah lindung atau budidaya. Semakin tinggi wilayah, komoditi yang dapat diusahakan dan dapat diproduksi semakin terbatas sehinga pembudidayaan tersebut tidak optimal. Semakin tinggi wilayah konfigurasi lapang semakin kasar dan semakin terjal keadaan lerengnya, sehinga pembudidayaan wilayah tersebut akan mengakibatkan erosi

(16)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 11 dan memperbesar aliran air permukaan yang berarti akan memperluas tanah kritis dan menggangu kestabilandebit air.

Pada umumnya garis-garis ketinggian tersebut adalah sebagai berikut :

 0-7 m diatas permukaan laut, wilayah pada ketinggian ini mempunyai fisik sebagai berikut Kota Balikpapan umumnya berbukit-bukit dan hanya sebagian yang landai yakni didaerah sepanjang pantai serta daerah-daerah yang berada diantara perbukitan yaitu tempat-tempat yang berupa dataran yang sempit.

 Topografi wilayah ini merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan rata - rata (100 – 150) dengan perbedaan antara puncak bukit dan lembah rata-rata kurang dari 100 meter Ketinggian wilayah ini dari permukaan laut berkisar antar 0 - 80 meter.

Untuk mengetahui keadaan luas daerah berdasarkan ketinggian tempat dalam wilayah Kota Balikpapan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II-10. Luas Daerah Berdasarkan Ketinggian Tempat Yang Dirinci Pada Tiap Kecamatan dan Kelurahan di Kota Balikpapan.

No. Kecamatan/ Kelurahan Luas Wilayah (Ha) 0 - 10 M Ketinggian (diatas permukaan laut/Ha) 10 - 20 M > 20 M

A Balikpapan Timur 13.715,80 9.690,30 3.525,50 -- 1. Manggar 2. Manggar Baru 3. Lamaru 4. Teritip 3.525,50 383,60 4.855,50 4.951,20 -- 383,60 4.355,50 4.951,20 3.525,50 -- -- -- -- -- -- -- B BalikpapanSelatan 4.795,57 31,00 47,82 4.771,25 1. Perapatan 2. Telaga Sari 3. Klandasan Ulu 4. Klandasan Ilir 5. Damai 6. Gunung Bahagia 7. Sepinggan 314,12 253,48 89,00 143,50 601,75 891,72 2.502,00 -- -- 31,00 -- -- -- -- -- - 47,82 -- -- -- -- 314,12 253,48 64,68 143,50 601,75 891,72 2.502 C Balikpapan Tengah 1.107,38 114,10 -- 993,28 1. Gn. Sari Ilir 2. Gn. Sari Ulu 3. Mekar Sari 4. Karang Rejo 5. Sumber Rejo 6. Karang Jati 114,10 182,52 128,66 120,50 220,50 341,10 114,10 -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- 182,52 128,66 120,50 220,50 241,50 D BalikpapanUtara 13.216,62 1.515,70 1.912,52 -- 1. Gn. Samarinda 2. Muara Rapak 3. Batu Ampar 4. Karang Joang 573,80 352,72 2,980,70 9.309,40 -- -- 1.515,70 -- 573,80 352,72 986,00 -- -- -- -- --

(17)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 12

No. Kecamatan/ Kelurahan Luas Wilayah (Ha) 0 - 10 M Ketinggian (diatas permukaan laut/Ha) 10 - 20 M > 20 M

E BalikpapanBarat 17.495,20 25,48 -- 17,969,72 1. Baru Ilir 2. Margo Mulyo 3. Marga Sari 4. Baru Tengah 5. Baru Ulu 6. Kariangau 58,90 184,53 66,50 57,04 95,48 17.532,75 -- -- 25,48 -- -- - -- -- -- -- -- - 58,90 57,04 70,00 184,53 66,50 17.532,75 Kota Balikpapan 50.330,57 11.376,58 5.485,84 23.734,25

Sumber Data : Badan Pertanahan Nasional Balikpapan

2.3.2. Kemiringan Lereng

Lereng didefinisikan sebagai hasil beda ketinggian antara dua tempat (kedudukan) dengan jarak datar yang dinyatakan dalam persen, oleh karena suatu wilayah dapat dikelaskan berdasarkan lereng. Luas wilayah berdasarkan kelas lereng di kota Balikpapan adalah sebagai berikut :

 0 – 2 % = 6.976 Ha

 2 – 15 % = 5.709 Ha

 15 – 40 % = 12.394 Ha

 > 40 % = 18.171 Ha

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Balikpapan mempunyai kelas lereng > 40 % yakni seluas 18.171 Ha. Tingkat kemiringan / lereng tanah diatas 40% inilah merupakan salah satu kendala bagi pengembangan fisik kota. Hal ini terutama berkaitan dengan tingkat kestabilan lereng dan tatanan keseimbangan debet air permukaan. Kemiringan ini dampak pada topografi Balikpapan yang hampir seluruhnya berbukit (85%), terutama dibagian utara wilayah kota.

2.3.3. Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, selain itu juga menentukan jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman. Kedalaman efektif tanah adalah suatu kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap air, yakni ; lapisan pasir, kerikil, batu lignit. Ini sangat ditentukan dari tingkat pelapukan humus yang ada dipermukaan dan jenis batuan induk yang melapuk menjadi tanah (soil).

Penyebaran kedalaman sedimen tanah di Kota Balikpapan dapat dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu :

 Kedalaman efektif antara 30 cm sampai 60 cm, seluas + 50 % dari luas wilayah kota.

(18)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 13

 Kedalaman efektif diatas 90 cm, seluas + 10% dari luas wilayah kota.

Data tersebut menunjukkan, sebagian besar wilayah Kota Balikpapan mempunyai kedalaman efektif tanah 30-60 cm, yang menyebabkan terbatasnya kemampuan tumbuh kembang tanaman.

2.4. Geologi

Dalam pembahasan geologi Kota Balikpapan meliputi geomorfologi, stratigrafi, serta struktur geologinya berdasarkan data lapangan dan data sekunder.

2.4.1. Geomorfologi

Topografinyaberupa daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan rata-rata 10 – 15 % dengan relief kurang dari 100 meter. Wilayah terbangun Kota Balikpapan umumnya pada ketinggian 0 – 80 meter dari permukaan laut. Kemiringan lereng 0 – 8 % memiliki area luas sekitar 64 % dari seluruh area Kota Balikpapan, sedangkan sisanya 36 % merupakan wilayah yang mempunyai kemiringan > 25 % dan kemiringan antara 8 – 25 %. Kondisi kemiringan yang demikian memberikan gambaran mengenai potensi fisik serta karakteristik wilayah yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan infrastruktur Kota Balikpapan.

Berdasarkan kemiringan lereng dan kontrol struktur geologi yang berkembang, wilayah Kota Balikpapan dapat dibagi menjadi tiga satuan geomorfik, yaitu satuan perbukitan bergelombang sedang, satuan perbukitan bergelombang lemah, dan satuan dataran alluvial. Sebaran dari ketiga satuan ini secara umum relatif sejajar dengan sebaran struktur lipatan yang berkembang, yaitu relatif timurlaut-baratdaya.

A. Satuan Geomorfik Perbukitan Bergelombang Sedang

Satuan geomorfik ini menempati area dengan luas  55 % , mempunyai kemiringan lereng rata-rata 15 – 40 % dengan beda tinggi  10 – 30 meter . Satuan geomorfik ini menempati sebagian besar di bagian utara - barat laut yang merupakan daerah hutan lindung, sebagian di timur laut meliputi sebagian dari Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Timur. Litologi penyusun satuan geomorfik ini adalah perselingan antara batupasir kuarsa, batupasir, batulempung, serpih, dan sisipan batubara dengan dikontrol struktur geologi berupa antiklin dan sinklin dengan kemiringan sayap-sayapnya yang relatif landai sampai sedang.

B. Satuan Geomorfik perbukitan Bergelombang Lemah

Satuan geomorfik ini membentuk pola perselingan dengan Perbukitan bergelombang sedang yang membujur barat daya – timur laut dengan luas  30 %, umumnya mempunyai

(19)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 14 kemiringan lereng 5 – 15 % dengan beda tinggi  3 – 15 meter. Satuan geomorfik ini menempati bagian tengah daerah telitian yaitu lembah Sungai Wain, Daerah Gunung Bahagia sampai Gunung Binjai yang masuk kedalam wilayah Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Timur dengan litologi penyusun batupasir kuarsa, batupasir dengan konkresi/nodul besi, serpih, batulanau, sisipan batubara dan dikontrol struktur geologi berupa homoklin yang merupakan sayap antiklin atau sinklin dengan kemiringan landai sehingga membentuk suatu lembah homoklin.

C. Satuan Dataran Alluvial

Satuan ini tersebar sebagian besar di bagian pantai dan lembah-lembah sungai dengan luas

 15 % material penyusunnya merupakan endapan kerakal – lempung yang belum terkonsolidasi atau bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil pengendapan aktivitas sungai dan air laut. Kemiringan lereng umumnya 0 – 5 % dengan beda tinggi  0 – 2 meter. Menempati pantai sebelah timur dari Sepinggan hingga Teritip, lembah-lembah disekitar Sungai Wien, Sungai Somber, dan Sungai Manggar Besar dan sebagian pantai di Teluk Balikpapan.

2.4.2. Stratigrafi

Menurut Hidayat dan Umar (1994), wilayah Kota Balikpapan tersusun atas empat satuan batuan, berurut-turut dari yang paling muda ke tua adalah Satuan Endapan Pasir (Endapan Aluvial), Formasi Kampungbaru, Formasi Balikpapan, dan Formasi Pulaubalang. Pengamatan yang dilakukan selama penelitian, batuan yang terdapat di Kota Balikapapan menunjukkan variasi yang relative sama dengan apa yang telah ditemukan para peneliti terdahulu, umumnya terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir dengan sisipan nodul-nodul besi, serpih, batulempung, dan sisipan batubara. Oleh karena penamaan satuan batuan dalam pembahasan tentang batuan dan stratigrafi secara detil akan mengacu pada penelitian yang telah ada.

A. Satuan Endapan Pasir (Endapan Aluvial)

Satuan ini berupa material lepas berukuran lempung sampai kerakal sebagai hasil endapan sungai, rawa, pantai dan delta. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras diatas bidang erosi terhadap satuan batuan dibawahnya. Satuan ini sebagian besar tersebar di sepanjang pantai timur dari wilayah Kota Balikpapan, terutama di daerah Manggar, Lamaru, dan Teritip, demikian juga di kiri-kanan Sungai Wien dan Sungai Somber.

(20)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 15

B. Formasi Kampung Baru Sebaran

Satuan ini mempunyai sebaran yang paling luas di wilayah Kota Balikpapan, terutama di bagian utara dan tengah, meliputi wilayah Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, sebagian Kecamatan Balikpapan Tengah, dan Kecamatan Balikpapan Timur.

Batuan penyusun

Satuan ini terdiri dari perselingan batulempung, batulanau, batupasir kuarsa, serpih dengan sisipan batubara, lignit, dan napal. Pada beberapa lapisan mengandung nodul atau konkresi besi oksida dan batugamping. Satuan ini diendapkan secara selaras dan sebagian menjari dengan satuan di bawahnya. Singkapan batubara yang cukup tebal (> 3 m) dapat dijumpai di Dusun Gunung Binjai.

Umur dan Lingkungan Pengendapan

Formasi ini mempunyai umur Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan pengendapan darat – laut dangkal dengan fasies delta dan fasies laut dangkal (Moss dan Chambers, 1998). Formasi Kampung Baru diendapkan secara selaras diatas Formasi Balikpapan.

C. Formasi Balikpapan Sebaran

Formasi Balikapapan sebagian besar tersebar di bagian baratlaut dan baratdaya wilayah Kota Balikpapan, meliputi daerah Kecamatan Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Tengah dan sebagian Kecamatan Balikpapan Barat.

Batuan penyusun

Bagian atas satuan ini tersusun didominasi oleh batupasir kuarsa, dengan sisipan-sisipan batulempung, batulanau, dan serpih. Sedangkan pada bagian bawah disusun oleh perselingan batulanau, batupasir, dan batulempung dengan sisipan napal, batupasir gampingan, batubara. Pada beberapa lapisan batupasir mengandung fragmen-fragmen batubara. Batubara pada satuan ini umumnya relatif lebih tipis dibanding pada Formasi Kampung Baru. Kenampakan yang paling umum pada satuan ini adalah batupasir kuarsa yang sebagian besar memperlihatkan struktur silang siur (cross bedding).

Umur dan Lingkungan Pengendapan

Formasi ini mempunyai umur Miosen Tengah – Miosen Akhir bagian bawah dan diendapkan pada lingkungan pengendapan darat – transisi – laut dangkal dengan fasies delta (Moss dan Chambers, 1998).Formasi ini mempunyai hubungan selaras dengan formasi dibawahnya yaitu Formasi Pulau Balang.

(21)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 16

D. Formasi Pulau Balang Sebaran

Satuan ini tersingkap di Pulau Balang serta bagian ujung baratlaut wilayah Kota Balikpapan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Batuan penyusun

Satuan ini secara regional terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir gampingan, batulanau dengan sisipan batubara. Di lapangan sebagian besar batuan penyusun satuan ini lapuk dan tertutup vegetasi yang lebat. Oleh karena itu data-data batuan yang di dapatkan di lapangan sangat terbatas.

Umur dan Lingkungan Pengendapan

Formasi ini mempunyai umur Miosen Awal dan merupakan formasi tertua yang terdapat di Kota Balikpapan, diendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan fasies delta (Moss dan Chambers, 1998), dan memiliki hubungan terhadap formasi dibawahnya yakni Formasi Pamaluan.

2.4.3. Struktur Geologi

Dari kenampakan di lapangan menunjukkan bahwa perlapisan batuan di daerah telian telah mengalami perlipatan secara lemah, membentuk struktur antiklin dan sinklin. Di beberapa tempat terlihat adanya kekar-kekar dan patahan (sesar) kecil.

A. Lipatan

Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan serta dengan studi refensi yang telah ada, geologi Kota Balikapan dikontrol oleh dua sumbu antiklin dan dua sumbu sinklin. Sumbu-sumbu lipatan tersebut secara umum berarah timur laut-baratdaya, oleh karena itu lapisan-lapisan batuan yang ada umumnya miring ke tenggara dan barat laut.

B. Kekar

Daerah ditemukannya kekar sering berasosiasi dengan terdapatnya zona patahan atau longsoran. Daerah yang banyak terkekarkan kemungkinan besar memang akan berkembang menjadi patahan atau bahkan mempengaruhi terjadinya patahan atau longsoran. Lokasi yang banyak didapatkan kekar antara lain di Tanjungbatu, P. Babi dan sekitarnya, depan SPBU J. Mayjen Soetoyo, Telaga Sari dan di Perum Daksa. Berdasarkan data-data yang diambil langsung di lapangann, penafsiran kelurusan-kelurusan sungai serta data-data survey pendahuluan, pada umumnya kekar-kekar dan patahan-patahan berarah timurlaut-baratdaya dan tenggara barat aut.

(22)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 17

C. Sesar

Data sesar naik ditemukan beberapa tempat, diantaranya di depan SPBU Jl. Mayjen Soetoyo. Data yang nampak adalah patahan-patahan, kekar-kekar, serta sesar naik mikro dengan kedudukan bidang sesar N235E/68. Juga ditemukan data sesar di Kampung Damai 3 dengan kedudukan bidang sesar N240E/70.

2.5. TATA RUANG WILAYAH DAN PERTANAHAN 2.5.1. Tata Ruang Kota

Guna mengantisipasi perkembangan pemanfaatan ruang yang tidak terarah dan teratur dibutuhkan suatu penataan ruang. Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992, yang dimaksud penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pada tingkat administrasi kota, produk perencanaan tata ruang yang dibutuhkan berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau Rencana Umum Tata Ruang Kota (RURTK) yang digunakan untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan serta menjaga keserasian pembangunan antar-sektor, dalam rangka penyusunan pengendalian program-program pembangunan kota dalam jangka panjang.

RTRW ini dijabarkan lagi ke dalam rencana-rencana yang sifatnya lebih rinci, yaitu Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Rencana Teknis Ruang Kota (RTRK) atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Penyusunan rencana tata ruang kota ini perlu diserasikan dengan UU No. 22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang menjamin daerah untuk mendapatkan otonomi dan perimbangan keuangan yang lebih luas. Selain itu, dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tahun 2003, otoritas daerah harus dapat berkompetisi dengan dunia internasional untuk dapat mengembangkan wilayahnya. Untuk itu, pemerintah kota hendaknya mengarahkan kebijakan kota yang dapat menarik minat investor domestik maupun asing pada sektor-sektor strategis yang dimiliki oleh Kota Balikpapan. Dengan demikian pemerintah kota dapat mengantisipasi perkembangan yang akan terjadi melalui persiapan disegala aspek, baik teknis maupun non teknis, seperti sistem perhubungan udara, darat, dan laut, telekomunikasi, perdagangan, sistem perbankan, kemampuan SDM aparat pemerintah dan masyarakat, serta kesadaran menghadapi tuntutan perkembangan daerah Kota Balikpapan.

2.5.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Untuk mewujudkan rencana pemanfaatan ruang Daerah Kota Balikpapan yang serasidan optimal serta sesuai dengan ketentuan daerah dan kemampuan daya dukung lingkungan, maka dilakukan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

(23)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 18 Balikpapan. Penyusunan rencana tata ruang juga dimaksudkan untuk mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang memanfaatkan ruang dan kebijakan-kebijakan pendukungnnya mengenai kawasan yang harus dilindungi, kawasan budidaya, sistem pusat-pusat pemukiman, jaringan prasarana utama, serta wilayah-wilayah yang diprioritaskan pengembangannnya.

Dalam konteks penyelenggaraan penataan ruang di daerah, Kota Balikpapan sebagai suatu daerah otonom sudah memiliki suatu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota yang bisa dijadikan panduan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, sebagaimana yang telah dimaksud dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Terbitnya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang merupakan sebuah langkah reformasi di bidang penataan ruang yang cukup signifikan, telah memberi kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota untuk melakukan peningkatan diri sesuai dengan potensi sumber daya, karakteristik, dan budaya (kearifan lokal) masing-masing. Undang-undang tersebut antara lain mengamanatkan pentingnya penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pertimbangan untuk mitigasi bencana, persyaratan minimal ruang terbuka hijau 30 persen di kawasan perkotaan, pengenaan sanksi yang tegas, dan lahirnya Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang Penataan Ruang. Selain itu, Undang-Undang juga memerlukan dukungan Pemerintah Daerah dalam implementasi dan perundang-undangan di tingkat yang lebih rendah.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan telah disusun pada tahun 1994, untuk jangka waktu perencanaan 1994 – 2004. RTRW tersebut telah disahkan sebagai Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 6 tahun 1996. Hal ini berarti pada tahun 2004 ini adalah tahun terakhir berlakunya RTRW tersebut. Selanjutnya dilakukan proses penyusunan RTRW Kota Balikpapan Tahun 2005 – 2015 dan ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 5 tahun 2006tentang Rencana Tata Ruang Kota Balikpapan tahun 2005 – 2015.

Pada tahun 2011-2012, Pemerintah Kota Balikpapan telah melakukan revisi Perda Nomor 5 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Kota Balikpapan tahun 2005 – 2015, tertanggal 14 Desember 2006 dengan menghasilkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Kota Balikpapan tahun 2012 – 2032.

Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan KAWASAN NON BUDIDAYA

1. Kawasan Lindung

Keberadaan suatu kawasan lindung memerlukan suatu kegiatan pengelolaan untuk mempertahankan keutuhan yang ada. Selain itu kegiatan pengelolaan kawasan lindung diharapkan dapat mencegah kerusakan fungsi lingkungan, memperbaiki kawasan lindung yang rusak serta menambah kawasan lindung yang ada. Pengelolaan kawasan lindung adalah meliputi kegiatan perencanaan pemanfaatan dan pengendalian ruang untuk kawasan

(24)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 19 lindung. Kegiatan perencanaan yang dapat dilakukan pada kawasan lindung mencakup penetapan batas-batas kawasan yang berfungsi lindung dengan menggunakan kriteria tertentu. Kawasan lindung yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:

1. Kawasan Hutan Lindung

2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya 3. Kawasan Perlindungan Setempat

4. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

5. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya 6. Kawasan Rawan Bencana

7. Kawasan Konservasi Laut dan Pesisir 8. Kawasan Jalur Pengungsian Satwa

Adapun kegiatan perencanaan yang dilakukan terhadap kawasan lindung yang ada di Kota Balikpapan dapat dilihat pada pembahasan di bawah ini.

2. Kawasan Hutan Lindung

Keberadaan hutan lindung di Kota Balikpapan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 416/Kpts-II/1995 dan SK. Menteri Kehutanan No. 267/ Kpts-II/ 1996. Hutan Lindung di Kota Balikpapan memiliki luas total sebesar 19.604,76 Ha atau seluas 38,95 % luas Kota Balikpapan. Kota Balikpapan memiliki 2 hutan lindung yang berada di Kecamatan Balikpapan Utara, Balikpapan Barat dan Balikpapan Timur yaitu Hutan Lindung Sungai Wain dan Hutan Lindung Sungai Manggar. Hutan Lindung Sungai Wain sendiri berada di Kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat tepatnya di kelurahan Karang Joang dan Kelurahan Karingau. Sedangkan Hutan Lindung Sungai Manggar berada di Kecamatan Balikpapan Utara dan Kecamatan Balikpapan Timur. Pengembangan Hutan Lindung Sungai Wain diarahkan untuk pengembangan kegiatan wisata alam seperti kebun raya, ekowisata dan lain-lain. Adapun Hutan Lindung Sungai Manggar diarahkan untuk pengembangan kegiatan agroforestry. Berikut dapat dilihat bagaimana rencana hutan lindung yang ditetapkan untuk masing-masing Hutan Lindung yang ada di Kota Balikpapan.

Hutan Lindung Sungai Wain merupakan hutan lindung terbesar di Kota Balikpapan dengan total luas mencapai 19.604,76 Ha. Sebesar 9.782,80 Ha bagian dari Hutan Lindung Sungai Wain berada di Kelurahan Kariangau - Kecamatan Balikpapan Barat dan

(25)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 20 Kelurahan Karang Joang - Kecamatan Balikpapan Utara. Kawasan tersebut dilindungi dengan sabuk hijau seluas 1.745,23 Ha dan 259,35 ha dari lahan rencana Kawasan Hutan Produksi. Kawasan sabuk hijau Hutan Lindung Sungai Wain berada di Kelurahan Karingau kecamatan Balikpapan Barat.

Hutan Lindung Sungai Manggar memiliki luas total sebesar 6.169,40 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung seluas 4.999 Ha terletak di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara dan kawasan sabuk hijau seluas 1.170,40 Ha tersebar di Kelurahan Teritip dan Kelurahan Manggar; Kecamatan Balikpapan Timur.

Kawasan perluasan hutan lindung Sungai Wain yang memanfaatkan lahan eks hutan produksi perhutani seluas 1.402,39 Ha yang terletak di Kelurahan Kariangau Kecamatan Balikpapan Barat.

Tabel II-1. Rencana Hutan Lindung Kota Balikpapan

No. Hutan Lindung

Lokasi Luas Prosentase (%)

Kecamatan Kelurahan (Ha) Kawasan thdp

Kota

1 Hutan Lindung S. Wain

a. SK.Menteri Kehutanan No. 416/Kpts-Il/1995 Balikpapan Utara Karangjoang 9,782.80

Balikpapan Barat Kariangau

b. Sabuk Hijau/ Green Belt HL. S.Wain 500 m Balikpapan Utara Karangjoang 1,745.23

c. Sabuk Hijau Rencana Kaw. Hutan Produksi Balikpapan Barat Kariangau 259.35

Jumlah 11,787.37 60.13

2 Perluasan HL. S. Wain (Eks. Hutan Produksi)

a. Hasil Tim Terpadu Kehutanan 2011 Balikpapan Barat Kariangau 1,402.39

b. Sabuk Hijau/ Green Belt Perluasan Balikpapan Barat Kariangau 245.60

HL. S.Wain 500 m

Jumlah 1,647.99 8.41

3 Hutan Lindung S. Manggar

a. SK.Menteri Kehutanan No. 267/Kpts-II/1996 Balikpapan Utara Karangjoang 4,999.00

Kel. Teritip

b. Sabuk Hijau/ Green Belt HL. S.Manggar Balikpapan Timur Kel. Teritip 1,170.40

500 m Kel. Manggar

Jumlah 6,169.40 31.47

Total 19,604.76 100.00 38.95

Sumber : Badan Pengelola Hutan Lindung S. Wain dan S. Manggar; Badan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, 2010, RTRW Prov. Kalimantan Timur 2008 -2028, Bappeda Kota Balikpapan, 2011 dan Tim Terpadu Kehutanan 2011

(26)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 21 Adapun visualisasi dari tabel diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar II-1. Rencana Hutan Lindung Kota Balikpapan

Untuk mengetahui sebaran hutan lindung di Kota Balikpapan maka dapat dilihat pada peta rencana hutan lindung pada peta di bawah ini.

Gambar II-2. Peta Rencana Kawasan Hutan Lindung Kota Balikpapan Kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan hutan lindung diarahkan :

(27)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 22 a. Untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir dan menjaga fungsi hidrologis tanah

untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan permukaan.

b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada, yang dapat mengganggu fungsi lindung.

c. Pengembalian fungsi hidro-orologi hutan yang mengalami kerusakan (rehabilitasi dan konservasi).

d. Pencegahan dilakukannya budidaya, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung.

Untuk itu disekitar kedua kawasan hutan lindung tersebut perlu adanya kawasan penyangga (Buffer Zone), sehingga tidak langsung dengan kawasan budidaya intensif (misalnya kawasan industri). Pola kawasan penyangga ini pemanfaatan ruangnya tetap seperti semula atau kawasan pertanian tanaman keras/tanaman hutan.

3. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. Dalam peraturan pemerintah No. 26 Tahun 2008 disebutkan bahwa kawasan lindung dapat diartikan sebagai wilayah yang ditetapkan mempunyai fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Dalam hal ini, kawasan resapan air di Kota Balikpapan merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan Hutan Sungai Manggar dan Hutan Sungai Wain dan Kota Balikpapan yang merupakan kawasan bawahannya. Luas total dari kawasan resapan air yang ada di Kota Balikpapan adalah sebesar 920,25 Ha atau sebesar 1,828 % dari luas total Kota Balikpapan.

Tabel II-1. Rencana Kawasan Resapan Kota Balikpapan

No. Kawasan Resapan Lokasi Luas Prosentase (%)

Kecamatan Kelurahan (Ha) Kawasan thdp Kota

1 Kawasan Resapan Air Hutan Lindung S. Wain

Balikpapan Barat Kariangau 256.23

Jumlah 256.23 27.84

2 Kawasan Resapan Air Hutan Lindung S. Manggar

Balikpapan Timur Lamaru 171.75

Manggar 492.27

Jumlah 664.02 72.16

Total 920.25 100.00 1.828

(28)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 23 Dari tabel diatas, kawasan resapan air di Kota Balikpapan terdiri dari Kawasan Resapan Air Manggar dan Kawasan Resapan Air Sungai Wain. Kawasan Resapan Air S. Manggar yang terletak di Kelurahan Manggar dan Lamaru Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai luas sebesar 660,02 Ha. Kawasan resapan air Sungai Manggar mempunyai luas yang lebih besar daripada Kawasan resapan air Sungai Wain yang hanya mempunyai luas 256,23 Ha. Adapun visualisasi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar II-3. Rencana Kawasan Resapan Air Kota Balikpapan

(29)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 24

4. Kawasan Perlindungan Setempat

Status kawasan perlindungan setempat sebagai kawasan lindung tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008. Dimana kawasan perlindungan setempat adalah terdiri atas sempadan pantai , sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan pantai berhutan bakau serta sempadan jalan tol. Dalam hal ini kawasan di Kota Balikpapan yang termasuk dalam kawasan perlindungan setempat bagi Kota Balikpapan adalah kawasan sempadan sungai, pantai, kawasan waduk dan embung, kawasan pantai berhutan bakau serta kawasan sempadan jalan tol. Di bawah ini merupakan uraian lebih lanjut tentang kawasan perlindungan setempat yang ada di Kota Balikpapan.

a. Kawasan Sempadan Pantai

Sebagai suatu wilayah yang berbatasan langsung dengan laut tentu saja menjadikan Kota Balikpapan memiliki kawasan pantai yang memerlukan kegiatan penataan ruang dalam kegiatan pemanfaatan ruangnya. Kawasan pantai sebagai kawasan perlindungan setempat bagi Kota Balikapan ditetapkan dengan kriteria di bawah ini;

1. Merupakan daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat, atau;

2. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

Sebagaimana yang telah tercantum dalam peraturan pemerintah No. 26 Tahun 2008 disebutkan bahwa peraturan zonasi sempadan pantai disusun dengan memperhatikan: 1. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau

2. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan utnuk mencegah abrasi

3. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai; 4. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

5. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis dan estetika kawasan.

Kawasan sempadan pantai Kota Balikpapan mempunyai luas sebesar 317.76 Ha atau sebesar 0.63% dari luas total Kota Balikpapan. Kawasan ini terletak berada di kelurahan yang mempunyai pantai yaitu Kelurahan Karingau, Kelurahan Baru Ulu, Kelurahan Baru Tengah, Kelurahan Margasari di Kecamatan Balikpapan Barat; Kelurahan Prapatan, Kelurahan Klandasan Ulu, Kelurahan Klandasan Ilir, Kelurahan Damai, Kelurahan Sepinggan di Kecamatan Balikpapan Selatan; Kelurahan Manggar, Kelurahan Lamaru, Kelurahan Teritip di Kecamatan Balikpapan Timur.

Berdasarkan kecamatannya, kawasan pantai terbesar adalah terletak di Kecamatan Balikpapan Timur tepatnya sebesar 94,88% dari luas total kawasan pantai yang ada di Kota

(30)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 25 Balikpapan adalah terletak di Kecamatan Balikpapan Timur. Kawasan Pantai terbesar yang ada di Kota Balikpapan adalah Kawasan Pantai Manggar dan Kawasan Pantai Lamaru. Kegiatan perencanaan yang direncanakan dalam kegiatan pengembangan kawasan pantai Kota Balikpapan adalah diarahakan untuk pengembangan kawasan wisata, kawasan perikanan, kawasan transportasi laut serta kawasan lindung bagi Kota Balikpapan. Berikut merupakan rencana kawasan pantai yang ada di Kota Balikpapan.

Tabel II-2. Luas Rencana Kawasan Pantai di Kota Balikpapan

No.

Lokasi Luas Prosentase (%)

Kecamatan Kelurahan (Ha) Kawasan thdp

Kota

1 Balikpapan Barat

Pantai Kaw. Kariangau Kariangau 157.49

Jumlah 157.49 49.56

2 Balikpapan Selatan

Pantai dari Melawai - Prapatan 106.57 Kawasan Zona I Klandasan Ulu

Klandasan Ilir Gunung Bahagia Damai Sepinggan Jumlah 106.57 33.54 3 Balikpapan Timur

Pantai dari Batakan- Manggar 53.69

Teritip

Jumlah 53.69 16.90

Total 317.76 100.00 0.63

Sumber: Hasil Analisis Tim Perencana RTRW KotaBalikpapan, 2011

(31)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 26 Dari visualisasi luas rencana kawasan pantai di Kota Balikpapan diatas dapat dilihat bahwa kawasan pantai melawai merupakan kawasan pantai terkecil di Kota Balikpapan yang hanya mempunyai luas sebesar 23 Ha sedangkan Pantai Manggar dan Lamaru adalah kawasan pantai terbesar yang memiliki luas sebesar 456,38 Ha. Untuk mengetahui sebaran kawasan pantai yang ada di Kota Balikpapan maka dapat dilihat pada peta di bawah ini

Gambar II-6. Peta Rencana Kawasan Sempadan Sungai dan Pantai Kota Balikpapan

b. Kawasan Sempadan Sungai

Sebagai bagian dari kawasan perlindungan setempat dalam kegiatan penataan ruang wilayah sungai adalah merupakan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 200 km2.

Kota Balikpapan mempunyai beberapa sungai besar karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan wilayah perairan laut. Beberapa sungai yang berada di Kota Balikpapan seperti Sungai Kemantis, Sungai Lempasuang, Sungai Berengam, Sungai Tengah, Sungai Pudak, Sungai wain, Sungai Somber, Sungai Klandasan Besar, Sungai Klandasan Kecil, Sungai Sepinggan Besar, Sungai Sepinggan Kecil, Sungai Manggar Besar, Sungai Manggar Kecil, Sungai Teritip, Sungai Aji Raden, dan Sungai Selok Api.

(32)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 27 Adapun sungai yang mempunyai luas terbesar adalah Sungai Wain namun jika dilihat berdasarkan kecamatan maka Kecamatan Balikpapan Barat merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah sungai terbesar di Kota Balikpapan yaitu sebesar 74,08 % dari luas total kawasan sungai yang ada. Kawasan sempadan sungai di Kota Balikpapan memiliki luas sebesar 817,791 Ha atau seluas 1,6 % dari total luas Kota Balikpapan. Berdasarkan letak dan bentuk sungainya, kawasan sungai di Balikpapan dapat dibedakan menjadi:

1. Kawasan Sungai Bertanggul yang meliputi S. Pandansari, S.Klandasan Besar, S.Klandasan Kecil, S. Sepinggan Besar, S. Sepinggan Kecil,

2. Kawasan Sungai Tidak bertanggul yang meliputi Sungai Kemantis, S. Tempadung, S. Berenga, S. Tengah, S. Pudak, S. Tanjung Batu, S. Wain, S. Somber, S. Manggar Kecil, S. Manggar Besar, S. Ajiraden, S. Tertip, S.Selok api

Rencana kawasan sungai Kota Balikpapan diarahkan untuk penyediaan air bersih, perikanan, transportasi serta kawasan lindung. Di bawah ini dapat dilihat bagaimana rencana yang diberlakukan terhadap kawasan sungai yang ada di Kota Balikpapan.

Tabel II-3. Luas Rencana Kawasan Sungai di Kota Balikpapan

NO. SUNGAI LUAS PROSENTASE KETERANGAN

Kawasan ThdKota

I. Kec.Balikpapan Barat

1 S. Kemantis

Badan Sungai 11.64 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 0 m - ha Merupakan kaw. bakau

2 S. Tempadung

Badan Sungai 55.55 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 0 m - ha Merupakan kaw. bakau

3 S. Berenga

Badan Sungai 1.55 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 0 m - ha Merupakan kaw. bakau

4 S. Tengah

Badan Sungai 4.48 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 0 m - ha Merupakan kaw. bakau

5 S. Seluk Pudak

Badan Sungai .69 ha Terletak pada kaw. industri

(33)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 28

NO. SUNGAI LUAS PROSENTASE KETERANGAN

Kawasan ThdKota

6 S. Sanrumukti

Badan Sungai .56 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 0 m - ha Merupakan kaw. bakau

7 Sungai Wain

Badan Sungai 40.17 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 0 m 2.87 ha Merupakan kaw. bakau

8 S. Somber

Badan Sungai 3.24 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 100 m 1.13 ha Merupakan kaw. bakau

industri

Jumlah 592.87 ha 71.22

II. Kec.Balikpapan Utara

1 S. Somber

Badan Sungai 24.97 ha Terletak pada kaw. industri

GSS 100 m 14.42 ha Merupakan kaw. bakau &

industri

Jumlah 39.39 ha 4.73

III. Kec.Balikpapan Selatan

1 S. Klandasan Besar

Badan Sungai 5.04 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 10 m 3.64 ha penduduknya

2 S. Klandasan Kecil

Badan Sungai 0.58 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 6 m - ha penduduknya

3 S. Sepinggan Besar

Badan Sungai 8.34 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 6 m 2.23 ha penduduknya

4 S. Sepinggan Kecil

Badan Sungai 0.43 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 6 m 3.99 ha penduduknya

5 S. Batakan Kecil

Badan Sungai 0.35 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 6 m - ha penduduknya

(34)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 29

NO. SUNGAI LUAS PROSENTASE KETERANGAN

Kawasan ThdKota

IV. Kec.Balikpapan Timur

1 S. Batakan

Badan Sungai 1.30 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 6 m 14.93 ha penduduknya

2 S. Manggar Besar

Badan Sungai 106.46 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 6 m - ha penduduknya

3 S. Manggar Kecil

Badan Sungai 0.89 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 50 m 8.14 ha penduduknya

4 S. Teritip

Badan Sungai 1.27 ha Terletak pada kaw. rendah

GSS 50 m 13.70 ha penduduknya

5 S. Aji Raden

Badan Sungai 3.10 ha Terletak pada kaw. rendah

GSS 50 m 19.62 ha penduduknya

6 S. Selok Api

Badan Sungai 0.08 ha Terletak pada kaw. rendah

GSS 50 m - ha penduduknya

Merupakan kaw. bakau

Jumlah 169.48 ha 20.36

V. Kec.Balikpapan Tengah

1 S. Pandansari

Badan Sungai 0.73 ha Terletak pada kaw. padat

GSS 6 m 5.36 ha penduduknya

Jumlah 6.09 ha 0.73

Total 832.42 ha 100.00 1.65

Sumber: RTRW 2012-2032 Kota Balikpapan

c. Kawasan Sempadan Sungai

Kota Balikpapan direncanakan mempunyai tiga buah waduk dan 61 embung dengan buffer zone nya. Pengembangan waduk di Kota Balikpapan diarahkan untuk mengatasi kekurangan air bersih di Kota Balikpapan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas/ daya tampung waduk sehingga mampu memenuhi kebutuhan air bersih sampai pada saat musim kemarau berakhir. Pengembangan kawasan Waduk Manggar juga harus diikuti reboisasi dan atau rehabilitasi kawasan Hutan Lindung Sungai

(35)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 30 Manggar khususnya daerah yang termasuk ke dalam DAS Sungai Manggar untuk menjaga daerah tangkapan sehingga menjaga ketersediaan air yang masuk kawasan waduk Sungai Manggar.

Sedangkan pengembangan embung Kota Balikpapan mempunyai fungsi utama sebagai pengendali banjir. Kawasan embung Kota Balikpapan terdapat di 61 kawasan seperti perumahan Korpri, Sepinggan I, Sepinggan II, Kawasan Batu Ampar dan lain-lain. Luas Kawasan Waduk dan Bendali di Kota Balikpapan direncanakan sebesar 3.168,804 Ha atau sebesar 6,18 % dari luas total Kota Balikpapan.

Kawasan sempadan waduk/ embung ini direncanakan selebar 100 m kecuali pada kawasan padat penduduknya direncanakan cukup untuk jalan inspeksinya. Kawasan sekitar waduk/ embung meliputi kelurahan Kariangau di Kecamatan Balikpapan Barat; kelurahan Muara Rapak, Kelurahan Batu Ampar, kelurahan Karangjoang di Kecamatan Balikpapan Utara; kelurahan Karangrejo, kelurahan Gunungsari Ulu di Kecamatan Balikpapan Tengah; kelurahan Gunung Bahagia , kelurahan Sepinggan di Kecamatan Balikpapan Selatan; kelurahan Lamaru, kelurahan Teritip di Kecamatan Balikpapan Timur. Pemanfaatan Kawasan Waduk dan Embung di Kota Balikpapan diarahkan sebagai sumber air baku, wisata dan ruang terbuka hijau bagi Kota Balikpapan. Adapun untuk mengetahui lokasi waduk dan embung yang ada di Kota Balikpapan dapat dilihat pada peta rencana kawasan waduk dan embung Kota Balikpapan di bawah ini.

(36)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 31

d. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan Hutan Bakau sebagaimana dimaksud dalam hal ini adalah merupakan koridor di sepanjang pantai yang mempunyai lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, dikur dari garis air surut terendah ke arah barat. Sebagai kawasan yang memiliki pantai maka Kota Balikpapan memiliki potensi sebagai salah satu wilayah untuk pengembangan kawasan hutan bakau. Kawasan hutan bakau di Kota Balikpapan terdapat di Kecamatan Balikpapan Barat dan Balikpapan Timur.

Luas kawasan hutan bakau yang ada di Kota Balikpapan adalah sebesar 1.878,19 Ha atau 3,73 % dari lus kota Balikpapan. Pemanfaatan kawasan lindung di Kota Balikpapan di arahkan untuk pengembangan kawasan lindung Mangrove, sebagai pengembangan habitat hewan mangrove, serta wisata alam dan perikanan.

Kawasan hutan bakau yang ada di Kota Balikpapan diantaranya adalah hutan bakau yang berlokasi di Sungai Tempadung dan Sungai Berenga, hutan mangrove Kemantis, hutan mangrove Sungai Wain, hutan mangrove Sungai Somber, hutan mangrove Margo Mulyo, hutan mangrove Margasari, hutan mangrove Sungai Batakan, hutan mangrove Sungai Sepinggan, hutan mangrove Sungai Manggar, hutan magrove Pantai Lamaru serta hutan mangrove Teritip. Pada Peta dan tabel di bawah ini dapat dilihat bagaimana luas rencana hutan bakau tersebut.

(37)

Tim Pengelola SIPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan | No 32

Tabel II-4. Luas Rencana Kawasan Hutan Bakau di Kota Balikpapan

NO. KAWASAN

MANGROVE

Lokasi LUAS PROSENTASE (%)

KETERANGAN

Kelurahan (Ha) Kawasan Thd Kota

I. Kecamatan Balikpapan Barat

1 S. Kemantis Kariangau 80.44 ha

Hutan Mangrove alami dikembangkan sebagai ekowisata

2 S. Tempadung Kariangau 351.89 ha Hutan Mangrove alami

3 S. Berenga Kariangau 128.03 ha Hutan Mangrove alami

4 S. Tengah Kariangau 71.62 ha Hutan Mangrove alami

5 S. Seluk Pudak Kariangau 38.41 ha Hutan Mangrove alami

6 S. Sanrumukti Kariangau 42.23 ha Hutan Mangrove alami

7 S. Wain Kariangau 519.43 ha Hutan Mangrove alami

8 Margomulyo Margomulyo 16.645 ha Hutan Mangrove alami

dikembangkan sebagai ekowisata

Baru Tengah 0.253 ha

9 Margasari Margasari 6.531 ha Reboisasi Mangrove

10 S. Somber Baru Ulu 12.424 ha Hutan Mangrove alami

Jumlah 1,267.89 ha 67.51

IV. Kecamatan Balikpapan Tengah

1 Karangjati Karangjati 0.94 ha

Jumlah 0.94 ha 0.05

III. Kecamatan Balikpapan Timur

1 S. Manggar Besar Manggar 76.39 ha

Manggar Baru 81.72 ha

Lamaru 88.95 ha

Jumlah 247.05 ha 13.15

2 Hutan Bakau Teritip Teritip 45.04 ha Hutan Mangrove alami

potensi dikembangkan sebagai ekowisata

Jumlah 45.04 ha 2.40

IV. Kecamatan Balikpapan Utara

1 S. Somber Batu Ampar 100.08 ha Hutan Mangrove alami

Karangjoang 3.11 ha

Kariangau 184.61 ha

Muara Rapak 29.46 ha

Jumlah 317.26 ha 16.89

Total 1,878.19 ha 100.00 3.73

Gambar

Gambar II-2. Peta Rencana Kawasan Hutan Lindung Kota Balikpapan  Kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan hutan lindung diarahkan :
Gambar II-6. Peta Rencana Kawasan Sempadan Sungai dan Pantai Kota Balikpapan  b.  Kawasan Sempadan Sungai
Gambar II-7. Peta Rencana Kawasan Waduk dan Bendali Kota Balikpapan
Tabel II-5. Luas Rencana Kawasan Sempadan Jalan Tol di Kota Balikpapan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh apa saja yang sebenarnya yang terjadi di kedai kopi khususnya di Padang Bulan, apalagi kesan negatif dari

Setelah model SWAT dikalibrasi dan divalidasi (aliran permukaan, sedimen, konsentrasi hara dan pestisida dalam air sungai atau waduk yang merupakan keluaran model

Sub Branch Manager memimpin dan bertanggung jawab terhadap pencapaian kinerja dan pengelolaan bisnis, serta segala aktivitas kegiatan operasional Kantor Cabang Pembantu (Sub

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang tingkat jual beli saham terhadap pendapatan anggota kelompok studi pasar modal (KSPM) FEBI dalam berinvestasi di pasar modal

Oleh sebab itu dalam studi ini, pengolahan tekanan tinggi atau High pressure processing (HPP) secara tersendiri serta kombinasi dengan panas (HPTP) diinvestigasi

a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan peserta Praktek Kerja Pengabdian Masyarakat yang menjadi bimbingannya. Melakukan observasi atau survey desa sasaran yang telah