• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MELALUI ANGGARAN DESA DI KABUPATEN ACEH SELATAN. Alja Yusnadi 1 1 Dosen Agribisnis Universitas Gajah Putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MELALUI ANGGARAN DESA DI KABUPATEN ACEH SELATAN. Alja Yusnadi 1 1 Dosen Agribisnis Universitas Gajah Putih"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI

MELALUI ANGGARAN DESA DI KABUPATEN ACEH SELATAN

Alja Yusnadi

1

1

Dosen Agribisnis Universitas Gajah Putih

Email : batat.tungang@gmail.com

ABSTRAK

Dengan lahirnya Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa pemerintah sudah

memposisikan desa sebagai struktur pemerintah yang secara mandiri dapat mengurus diri sendiri

termasuk dalam hal keuangan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pemanfaatan

anggaran desa untuk pemberdayaan masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat, menganalisis faktor apa saja yang dapat menjadi penghambat

pemanfatan anggaran desa untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui BUMDes dan

menganalisis strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui BUMDes.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik pengumpulan

data primer dan sekunder. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada strategi penggunaan anggaran

desa dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat desa. Data primer diperoleh dari menyebarkan

kuesioner kepada responden di 260 desa di 18 kecamatan dan dengan melakukan

Focus Group

Discussion

(FGD) dengan melibatkan pemangku kepentingan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten

Aceh Selatan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, Dinas Pertanian dan instansi atau lembaga lain yang terkait dengan penelitian

ini di Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan anggaran desa untuk BUMDes masih sangat

kecil yaitu 1,01% dari total penerimaan anggaran desa atau 1,45% dari total dana desa. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor penghambat dalam pengelolaan BUMDes yaitu, keterbatasan

sumberdaya manusia, ketidakmampuan menemukan sektor usaha, krisis kepercayaan masyarakat,

manajemen yang kurang baik serta kurangnya modal.

Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pengelolaan unit usaha BUMDes di Kabupaten Aceh

Selatan sekitar 2.196 dan menghasilkan nilai Rp. 5.270.400.000. Jumlah pendapatan (kotor) dari usaha

yang dikelola BUMDes sekitar Rp. 791.825.000. BUMDes memerlukan bangunan gedung sebagai

fasilitas untuk menjalankan usaha sekitar 282 unit dan menghasilkan nilai sekitar Rp. 846.000.000.

Dari ketiga indikator tersebut, perputaran uang yang dihasilkan oleh BUMDes sekitar Rp.

6.908.225.000 dari nilai investasi untuk BUMDes sekitar pada tahun 2016 sekitar Rp. 2.248.325.634

Dari analisis SWOT didapat beberapa strategi pemberdayan ekonomi masyarakat melalui

BUMDes yaitu, dengan pemahaman kepala desa terhadap anggaran desa serta peruntukannya menjadi

faktor yang signifikan untuk pengalokasian anggaran desa kepada BUMDes.

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan struktur pemerintah paling bawah yang memiliki banyak dinamika. Tantangan paling besar yang ada di desa adalah kemiskinan, buruknya potret tingkat pendidikan, akses kesehatan, dan sumberdaya manusia membuat kemiskinan seakan tidak mau pergi dari desa. Sejalan dengan itu, pemerintah terus berupaya untuk mengeluarkan kebijakan terbaik agar desa dapat berdaya dan dapat memberdayakan masyarakatnya. Sejak zaman colonial, hingga 71 tahun Indonesia merdeka sudah banyak aturan perundang-undangan yang dikeluarkan untu k mengurus desa.

Pada masa pemerintah kolonial, ada berbagai peraturan yang dikeluarkan terkait dengan desa, diantaranya adalah Undang-undang Ketatanegaraan Hindia Belanda tahun 1854 yang menetapkan Desa bumi putera (pribumi) dibiarkan memilih kepala pemerintahan sendiri sesuai dengan kebiasaan setempat, dan dengan persetujuan penguasa. Dengan Undang-undang dapat ditentukan keadaan dimana penguasa desa ditunjuk oleh pemerintah. Kepala desa bumi putera diberikan hak mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri dengan

memperhatikan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika ketentuan mengenai otonomi tersebut tidak sesuai dengan kondisi sosial dan hak-hak yang dimiliki masyarakat di desa itu, maka pelaksanaan otonomi ditangguhkan. Desa juga diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan dalam batas tertentu dapat memberikan hukuman kepada pelanggar ketentuan yang berlaku. Desa yang sebagian atau seluruhnya berada dalam batas suatu kota dimana telah dibentuk dewan pemerintah daerah atau kota yang otonom sepanjang

dalam batas wilayah tersebut dapat

dihapuskan/diperkecualiakan dari berlakunya aturan otonomi. (Alamsyah, 2011).

Pada zaman orde lama, diterbitkan UU No 19 tahun 1965 tentang desapraja. Desapraja merupakan Kesatuan Masyarakat Hukum yang tertentu batas-batas daerahnya, berhak mengurus rumah tangganya sendiri, memilih penguasanya dan mempunyai harta benda sendiri. Desapraja pada undang-undang tersebut hanyalah nama baru bagi Desa yang sudah ada. Selanjutnya pada masa orde baru, desapraja yang telah diatur sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi dengan terbitnya UU No 6 tahun 1969. Sepuluh tahun berikutnya, pemerintah kembali menerbitkan UU No 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa.

Setelah reformasi, pemerintah bersama dengan DPR kembali menerbitkan UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah Junto UU No 32 tahun 2004, dimana salah satu yang diatur dalam undang-undang tersebut adalah tentang desa.

Wacana untuk memperkuat desa terus bergulir pada pemerintahan berikutnya, program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) diluncurkan selama kurang lebih enam tahun (2008-2014). Dalam program ini, desa dipersiapkan untuk mengurus diri sendiri secara pengelolaan keuangan, dimana pada program ini masyarakat desa mengusulkan program berdasarkan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang)

desa untuk selanjutnya dibawa ke musrenbang

kecamatan untuk mendapatkan perangkingan terbaik. Pada perencanaannya program ini diharapkan dapat

menjadi persiapan bagi aparatur desa dalam

merencanakan, mengelola serta monitoring anggaran yang seterusnya dikelola oleh desa. Pada program ini, pemerintah masih memberikan pendamping yang bernama Unit Pendamping Kecamatan (UPK), unit ini yang kemudian memfasilitasi pemerintah desa dalam pengusulan dan pengelolaan program.

Setelah enam tahun berlalu, pemerintah kembali memperkuat desa melalui Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang desa. Dalam tahapan ini pemerintah sudah memposisikan desa sebagai struktur pemerintah yang secara mandiri dapat mengurus diri sendiri termasuk dalam hal keuangan.

Berdasarkan undang-undang ini dan aturan pelaksananya baik itu melalui peraturan pemerintah (PP), peraturan menteri dalam negeri (pemendagri), peraturan menteri desa, peraturan menteri keuangan, desa diberikan dana transfer dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten. Dana transfer tersebut lebih dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD).

Menurut PP No 60 tahun 2014, ADD tersebut penggunaannya dibagi kedalam tiga kegiatan pokok:

penyelenggaran pemerintahan desa, program

pembangunan fisik dan program pemberdayaan. Didalam program pemberdayaan sebagiannya merupakan program pemberdayaan ekonomi. Berdasarkan Permendagri No 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa,

prinsip pengelolaannyan berdasarkan asas-asas

transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Penggunaan dana desa mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah desa dan rencana kerja pemerintah desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Prioritas

penggunaan dana desa untuk program dan kegiatan dibidang pemberdayaan masyarakat dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan

kapasitas masyarakat desa dalam pengembangan

wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu masyarakat atau kelompok masyarakat dan desa. Kegiatan tersebut antara lain : Peningkatan

(3)

pengembangan atau bantuan alat-alat produksi, permodalan, dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUMDes atau BUMDesa Bersama, maupun oleh kelompok dan atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya.

Sampai penelitian ini dilakukan, pelaksanaan dana desa ini baru berjalan selama dua tahun (2015-2016). Melihat sejarah perkembangannya, aturan tentang desa akan terus diperbaharui sesuai dengan kebijakan pemerintah. Besar harapan, terobosan pemerintah yang memperkuat desa dengan disertai bantuan keuangan dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah desa. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah memanfaatkan dana desa untuk memperkuat perekonomian masyarakat desa melalui pemberdayaan ekonomi.

Untuk melihat apakah dana desa tersebut sudah dioptimalkan pemanfaatannya dibidang pemberdayaan ekonomi, maka dilakukan penelitian di kabupaten aceh selatan. Walaupun tidak bisa mewakili kabupaten lain yang ada di Indonesia, paling tidak hasil dari penelitian yang dilakukan di kabupaten aceh selatan dapat menjadi masukan untuk praktek pengalokasian dana desa di Indonesia.

Aceh selatan sendiri merupakan salah satu kabupaten yang keberadaannya sudah lama di aceh (bukan hasil pemekaran) yang terdiri dari 18 kecamatan dan 260 desa, tentunya dengan keunikan tersendiri.

B. Rumusan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas, maka dalam

penyusunannya hanya terfokus pada optimasi pengunaan dana desa dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat desa serta kesiapan aparatur desa dalam mengelola dana desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut serta latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana optimalisasi pemanfaatan dana desa

untuk pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Aceh Selatan.

2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat

optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk

pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan BUMDes untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Aceh Selatan.

Bagaimana kesiapan aparatur desa dalam mengelola dana desa tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini di laksanakan dengan tujuan :

a. Menganalisis pemanfaatan dana desa untuk

pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

BUMDes untuk meningkatkan ekonomi

masyarakat di Aceh Selatan.

b. Menganalisis Faktor apa saja yang dapat menjadi

penghambat optimalisasi pemanfatan dana desa

untuk pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan BUMDes, Usaha untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat di Aceh Selatan.

c. Menganalisis kesiapan aparatur desa dalam

mengelola dana desa tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan mampu menghasilkan

alternatif dalam pemanfaatan dana desa dalam

membangun roda perekonomian masyarakat desa dan dapat di rekomendasi kepada pihak pemerintah kabupaten Aceh Selatan serta pihak aparatur desa yang berada di wilayah kabupaten Aceh Selatan sebagai pertimbangan dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur desa dalam mengelola dana desa tersebut. TINJAUAN PUSTAKA

A. Optimalisasi

Dalam meningkatkan perekonomian pedesaaan,

pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijakan tentang dana desa, dengan harapan bahwa desa mampu membangun daerah nya sendiri, berbagai paket kebijakan yang telah di lakukan sebelum terbitnya dana desa seperti itu, ada paket PNPM telah berjalan dari tahun 2011 sampai 2014,tapi belum menghasilkan apa yang di inginkan oleh pemerintah.

Pemerintah dalam hal ini dalam mengejar ketertinggalan desa terus berupaya membangun wilayah desa menjadi lebih mandiri melalui suatu terobosan terbaru yaitu dana desa. namun hingga saat ini banyak kendala yang di hadapi pemerintah menyangkut dana desa tersebut, mulai sumber daya manusia yang belum maksimal khusus nya aparatur desa dalam mengelola dana desa tersebut, transparan dan terbuka, selain itu masalah kepercayaan warga desa terhadap aparatur desa juga menjadi masalah sosial yang di hadapi oleh pemerintah hingga pengunaan dana desa itu belum optimal dalam pengunaan nya.

W.J.S.poerdwadarminta (1997:753 ) Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien. Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan. Menurut Winardi (1999 : 363) Optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan sedangkan jika dipandang dari sudut usaha, Optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki.

Dalam hal menyangkut dana desa, pengoptimalisasian pengunaan dana desa terhadap kegiatan pembangunan infrastruktur dan kegiatan pemberdayaan masyarakat

(4)

sering terjadi ketidak adilan. Dimana aparatur desa dalam menyusun rencana pembangunan desa jangka menengah sering banyak menfokuskan dana desa tersebut hanya pada sektor pembangunan saja, sehingga program-program pemberdayaan menjadi terabaikan.

Padahal dalam dana desa tersebut sudah di jelaskan bahwa program kegiatan pemberdayaan masyarakat pedesaan menjadi hal terpenting dalam kegiatan pengunaan dana desa tersebut. pengunaan dana desa dalam pemberdayaan harus bisa menghasilkan di maksimalkan sehingga output yang dihasilkan dalam program-program pemberdayaan dapat di lihat dan dirasakan oleh masyarakat desa.

B. Dana Desa

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Desa berfungsi sebagai ujung tombak di dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang baik di

bidang Pemerintahan, pembangunan, maupun

kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang merupakan pembangunan integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang meliputi kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Pada perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan Pemerintahan dan membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pemberian kewenangan otonomi

daerah kepada Kabupaten/Kota didasarkan atas

desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Hal ini lebih ditegaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 yang menjelaskan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberadaan desa sebagai unit terpenting dalam pemerintahan, dimana di desa terikat suatu persaudaraan yang sangat tinggi, dalam beberapa tahun belakang banyak sebelum Undang-undang desa di sahkan pada tahun 2014. Pembangunan desa sangat tumpang tindih, dimana banyak pembangunan yang di minta oleh

masyarakat tidak atau sulit terelasasi di sebabkan pada saat musrenbang di tingkat kecamatan sampai kabupaten sulit untuk membagi pembangunan antara satu desa dengan desa yang lain, bahkan ada desa yang tidak ada pembangunan sama sekali, selain anggaran yang terbatas di tambah lagi pihak kabupaten terlalu ketat dalam menyeleksi pembangunan yang mana yang lebih di dahulukan.

Dana desa yang di berikan pada setiap desa di harapkan dapat memberikan perubahan pada pembangunan pedesaan, baik itu pembangunan infrastruktur, ekonomi serta pemberdayaan masyarakat dalam mendorong pertumbuhan sumber daya manusia serta ekonomi kreatif.

Dengan pertumbuhan ekonomi kreatif pada warga desa, ini akan membuat desa akan menjadi mandiri kedepan, lapangan kerja terbuka luas, pendapatan warga desa meningkat dan mampu mengatasi masalah kemiskinan yang ada di desa.

Selain untuk pembangunan dana desa juga di gunakan untuk kegiatan pemberdayaan masayarakat yang ada di pedesaan, program-program pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi kreatif masyarakat harus dapat di wujudkan.pemberdayaan untuk meningkat sumber daya manusia aparatur desa perlu di tingkatkan karena untuk menerima dana desa, pemerintah desa wajib memiliki program pembangunan yang tercermin dalam RPJM Desa dan RKP Desa (PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa).

Dengan ada nya Rencana Pembangunan Jangka Menengah ( RPJM ) maka akan tercermin arah pembangunan desa kedepan. perencanaan jangka menengah dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dalam membangun kegiatan ekonomi akan mampu mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat.

C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dikawasan pedesaan, salah satu strateginya adalah memperkuat BUMDes, baik itu penguatan kapasitas kelembagaan, maupun penguatan dari sisi pembiayaan. Undang-unndang desa mengamahkan dalam pasal 87 bahwa pemerintah desa dapat mendirikan BUMDes. BUMDes harus dibangun dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan serta menjalankan usaha di bidang ekonomi atau pelayanan umum untuk kesejahteraan bagi

masyarakat desa.BUMDes di bentuk melalui

musyawarah desa sebagai bahan pengkajian dan pengambilan keputusan terhadap hal yang dianggap

penting dan strategis dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa sesuai dengan pasal 54 ayat (2a) dan pasal 88 ayat (1).

BUMDes merupakan elemen dan instrument penggerak ekonomi masyarakat desa. BUMDes harus dipahami dan

(5)

dilakukan secara maksimal. BUMDes menjadi pusat

perekonomian masyarakat desa untuk

menumbuhkembangkan ekonomi lokal. Keberadaan BUMDes adalah untuk memperkuat ekonomi rakyat desa. (Sutoro Eko, dkk. 2015).

BUMDes menjadi hak desa untuk memanfaatkan aturan UU Desa yang memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk melakukan inovasi dalam pembangunan desa, terutama dalam hal peningkatan perekonomian desadan kesejahteraan bagi masyarakat desa.

BUMDes diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi desa masyarakat yang dikelola secara baik dan professional. Keberadaan BUMDes menjadi harapan masyarakat desa untuk meningkatkan ekonomi desa melalui pengelolaan keuangan desa yang di dasarkan pada Anggaran Pembangunan dan Belanja Desa (APBDes).

APBDes harus menguatkan pada prinsip pembangunan desa dan pemberdayaan kepada masyarakat. Berbagai program dan pembagunan desa seringkali dilakukan oleh

pemerintah, tetapi sering gagal dalam proses

pendampingan hingga masyarakat benar-benar mandiri. Keberadaan APBDes mempunyai peran dalam proses pembangunan pemerintah desa melalui rencana jangka pendek, menengah maupun panjang. Pembangunan desa

sesuai dengan pasal 78 bertujuan untuk

meningkatkankesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar dan

menanggulangi kemisikinan, sarana prasarana,

pengembangan potensi lokal dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Chikamawati, Z. (2015)

Menurut Saragi (dalam Badriyadi, 2012) menyebutkan

ada 4 tujuan pembentukan BUMDes antara lain pertama,

pengembangan usaha dalam rangka pengentasan

kemiskinan. Kedua, mendorong tumbuhnya usaha

masyarakat. Ketiga, penyedia jaminan sosial. Keempat,

penyedia layanan bagi masyarakat desa.

D. Usaha mikro kecil dan menengah Masyarakat (

UMKM )

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau UMKM merupakan kategori bisnis berskala kecil yang dipercaya mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia, terutama saat krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1998 sampai dengan periode 2000an. UMKM dianggap mampu bertahan pada krisis dimana puluhan perusahaan besar mengalami kebangkrutan (Adler H. Manurung, 2008: 2).

Dalam Undang-undang terbaru yang dikeluarkan pemerintah tentang usaha mikro, kecil dan menengah adalah UU No. 20 Tahun 2008 menjelaskan bahwa :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/ atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang .

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupuntidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Dalam undang-undang menjelaskan bahwa tujuan dari usaha mikro dan kecil bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Maka Dampak pertumbuhan mikro masyarakat adalah

tumbuhnya roda ekonomi masyarakat, dengan

pengembangan roda ekonomi yang ada ini akan mampu membangkitkan pembangunan suatu daerah.Dengan adanya dana desa maka peluang usaha mikro, kecil dan menengah masyarakat akan berkembang melalui kegiatan pemberdayaan usaha masyarakat melalui dana desa tersebut.

Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di tengah warga desa diharapkan mampu menyerap lapangan kerja yang tinggi di daerah pedesaan dimana tingkat pengangguran di desa masih tinggi.

Dengan dana desa yang besar yang di alokasikan di kabupaten aceh selatan maka lebih tertuju pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, dimana usaha kecil yang sudah berjalan dapat di kembangkan lebih besar lagi kedepan, dan usaha mikro fomula dapat di bina hingga mampu mandiri ke depan.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Selatan, pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja ( purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Aceh Selatan tersebut merupakan daerah sangat luas dengan 18 kecamatan dan alokasi dana desa yang besar di daerah tersebut. Objek penelitian adalah pada aparatur desa yang mengelola dana desa.

(6)

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

Dilihat dari obyek dan metode analisis yang digunakan, maka penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian deskriptif kualitatif. Tipe penelitian ini berusaha mendeskripsikan gambaran yang senyatanya dari fenomena yang terjadi pada pengelolaan dana desa,

khususnya pengalokasian dana desa terhadap

pemberdayaan ekonomi pedesaan di wilayah kabupaten aceh selatan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu random sampling. Random sampling adalah metode pemilihan sampel yang setiap sampel dalam populasi memiliki kemungkinan (probabilitas) yang sama untuk terpilih.

Dalam teknik pengambilan sampling, peneliti

menggunakan teknik stage sampling, teknik multi-stage sampling adalah suatu teknik random sampling yang di lakukan secara bertingkat mulai dari tingkatan yang paling tinggi ke tingkatan paling rendah.

C. Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan dua jenis data, Data primer dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden terpilih dan data sekunder di dapatkan pada Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Aceh Selatan, Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Selatan, dan instansi atau lembaga lain yang terkait dengantujuan

penelitian, dilengkapi sumber-sumber lain seperti

dari internet, artikel.

Peneliti dalam hal ini menggunakan analisis

SWOT,

Penggunaan analisis SWOT dilakukan

untuk menganalisis faktor-faktor internal pihak

penguna

anggaran

desa

dalam

mengembangkan ekonomi masyarakat sehingga

diketahui apa saja faktor yang menjadi

kekuatan dan kelemahan.

D.

Metode Analisis

Disamping menganalisis faktor internal juga

dilakukan analisis faktor-faktor eksternal untuk

mengetahui peluang dan ancaman yang

dihadapi dalam rangka meningkatkan serta

mengembangkan ekonomi masyarakat.

E.

Analisis Data

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan persepsi ahli terhadap penilaian indikator-indikator utama, yang terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu : faktor internal dan

faktor eksternal pada pengembangan ekonomi

masyarakat melalui dana desa.

Berdasarkan hasil penilaian faktor-faktor internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan identifikasi unsur-unsur

yang dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, kesempatan dan peluang dari stakeholder. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity). Namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat), yang diharapkan mampu untuk menyeimbangkan antara kondisi internal yaitu : kekuatan dan kelemahan dengan kondisi ekternal yaitu peluang dan ancaman yang ada, kemudian

diimplementasikan dalam matriks SWOT, untuk

mendapatkan strategi terbaik (thebest strategy).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan visi, misi dan tujuan, kondisi sekarang, kondisi yang akan datang, strategi dan kebijakan. Dengan demikian, analisis kebijakan dapat dilakukan melalui faktor-faktor strategis analisis SWOT.

Penilaian ahli dari faktor internal-eksternal tersebut akan

menghasilkan kelompok faktor-faktor : Strength,

Weakness, Opportunity, Threat. Kemudian dilakukan analisis matriks SWOT, dengan melakukan interaksi merger (penggabungan) dari kelompok faktor internal (Strength, Weakness), dengan kelompok faktor eksternal (Opportunity, Threat)

Tabel 3.2 Matriks Faktor Internal dan Eksternal

Faktor

Eksternal Strengths (S) Faktor Internal (W)

Opportunity Strategi so (strength-opportunity) Strategi st (strength-Threat) Threats strategi wo (weakness-opportunity) Strategi wt (weakness-Threat)

Hasil kombinasi interaksi strategi : SO, WO, ST dan WT seperti diuraikandiatas menunjukkan sebanyak 4 strategi pilihan yang dapat ditempuh dalammelihat persepsi responden, terhadap berbagai kemungkinan dalam pengambilankeputusan kebijakan yang dapat dilakukan. Hasil interaksi antara strategi internaldan strategi eksternal dapat menunjukkan strategi dominan terbaik untuk solusiyang dipilih sebagai strategi andalan. Dalam analisis matriks SWOT terjadiinteraksi penggabungan

dari strategi yang meliputi kombinasi interaksi

strategiinternal-eksternal yang terdiri dari:

1. Strategi SO (Strength-Opportunity), ciptakan

strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST (Strength-Threat), ciptakan strategi

yang menggunakankekuatan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness-Opportunity), ciptakan

strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menciptakan peluang.

Strategi WT (Weakness-Threat), ciptakan strategi

yang meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman.

(7)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengalokasian Dana untuk Desa Tahun 2016

Berdasarkan Peraturan menteri dalam negri no. 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa, salah satu sumber pendapatan desa adalah dana transfer yang terdiri dari : dana desa, bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah, alokasi dana desa, bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Sejauh ini, desa-desa di Aceh Selatan masih mengandalkan dana transfer seutuhnya sebagai pendapatan desa. Dimulai sejak tahun 2015, dana transfer terus mengalami peningkatan pada tahun 2016, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan grafik dibawah ini.

a. Dana Gampong Per Kecamatan dalam

Kabupaten Aceh Setalan

Gambar. I Dana Gampong Per Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa masing-masing kecamatan yang merupakan penerimaan total desa-desa yang ada di kecamatan tersebut menerima dana transfer yang beragam. Pada tahun 2016 paling tinggi diperoleh oleh kecamatan samadua, meukek dan kluet utara, sementara yang paling rendah adalah kecamatan bakongan, bakongan timur dan trumon timur. Beragamnya besaran penerimaan dana transfer tersebut dipengaruhin oleh jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat keterisoliran suatu desa. Dana Desa/gampong digunakan untuk membiayai gaji kepala desa dan apratur desa.

b. Bagi Hasil Pajak

Gambar 2. Bagi Hasil Pajak Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016

Kelompok dana transfer berikutnya adalah dana bagi hasil pajak. Pada tahun 2016 dana bagi hasil pajak dengan pemerintah daerah didominasi oleh kecamatan

trumon timur, dimana angkanya mencapai Rp.

228.803.168,. Perbedaan signifikan terjadi antara kecamatan trumon timur dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Aceh Selatan yang berada di angka Rp. 14. 007. 336,- (Kecamatan Bakongan) sampai angka Rp. 53. 957. 200,-(Kecamatan Tapaktuan).

Terjadi selisih yang sangat tajam. Hal ini menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong terjadi karena di kecamatan trumon timur banyak terdapat lahan perkebunan sawit. Hal ini mengalahkan kecamatan yang padat penduduk seperti Meukek, Tapaktuan, Kluet Utara.

d. Bagi Hasil Retribusi

Gambar 3. Bagi Hasil Retribusi Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016

Kelompok dana transfer berikutnya adalah bagi hasil retribusi. Pada tahun 2016 Kluet Utara merupakan kecamatan yang menerima dana bagi hasil retribusi yang paling banyak, yaitu sekitar Rp. 88. 250. 358,- dan yang paling sedikit adalah kecamatan Bakongan sekitar Rp. 11. 946. 613.

a. Alokasi Dana Gampong

Gambar 4. Alokasi Dana Gampong Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016

Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan alokasi anggaran yang diperuntukkan membayar gaji aparatur desa. Dalam hal ini kecamatan yang memiliki desa paling banyak akan berbanding lurus dengan penerimaan ADD. Dimulai dari kecamatan Samadua, Meukek, Kluet Utara, dan diakhiri kecamatan Trumon Timur, Bakongan Timur dan Bakongan. 4 ,1 2 8 ,7 2 0 ,2 0 6 4 ,2 0 4 ,0 8 5 ,3 5 7 4 ,8 6 8 ,6 6 5 ,9 3 0 5, 50 8, 33 0, 77 9 5 ,9 6 9 ,5 7 9 ,8 5 3 6 ,0 0 5 ,3 2 2 ,6 2 1 7 ,1 4 5 ,0 9 3 ,3 3 1 7 ,1 8 3 ,6 0 7 ,5 1 4 7, 79 4, 17 0, 08 6 8 ,8 5 4 ,9 2 5 ,0 8 3 8 ,9 6 1 ,2 8 9 ,4 4 3 9 ,3 9 5 ,4 8 7 ,1 0 2 9 ,3 9 9 ,8 8 7 ,4 4 2 1 0 ,1 0 9 ,6 1 9 ,0 9 6 1 2 ,4 2 9 ,5 9 3 ,5 5 0 1 2 ,5 8 2 ,3 1 0 ,2 3 6 1 3 ,6 8 4 ,4 9 6 ,1 8 1 1 6 ,3 1 6 ,9 9 9 ,1 9 0 0 5,000,000,000 10,000,000,000 15,000,000,000 20,000,000,000 B ak o n ga n B ak o n g… Tr u mo n … K lu et … Tr u mo n … K o ta … La b u h a… Tr u mo n K lu et … Sa w an g La b u h a… Ta p ak … La b u h a… K lu et… P as ie R aj a K lu et… M eu kek Sa ma d u a

Pagu Indikatif : Dana Gampong Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan 1 4 ,0 0 7 ,3 3 6 1 5 ,4 1 8 ,1 3 0 1 7 ,9 6 0 ,9 9 4 1 8 ,9 8 1 ,1 9 0 1 9 ,7 9 3 ,5 1 0 2 1 ,7 4 9 ,1 2 4 2 2 ,7 1 7 ,5 2 4 2 3 ,3 9 9 ,8 0 5 2 7 ,9 9 5 ,4 4 5 2 9 ,4 6 8 ,5 5 0 3 1 ,3 9 3 ,0 2 4 3 4 ,2 1 1 ,7 0 1 4 0 ,9 1 3 ,9 4 3 4 3 ,4 1 4 ,5 8 1 4 7 ,8 5 7 ,4 1 1 5 1 ,1 9 9 ,2 6 0 5 3 ,9 5 7 ,2 0 0 2 2 8 ,8 0 3 ,1 6 8 0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 B ak o n ga n B ak o n ga n … K lu et Ti mu r Tr u mo n … K o ta B ah ag ia Tr u mo n La b u h an … K lu et Ten ga h Sa w an g La b u h an … La b u h an H aj i K lu et Sel ata n P as ie R aj a K lu et U ta ra M eu kek Sa ma d u a Ta p ak T u an Tr u mo n …

Pagu Indikatif : Bagi Hasil Pajak Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan 1 1 ,9 4 6 ,6 1 3 1 3 ,3 0 3 ,9 6 2 1 4 ,0 4 1 ,7 9 0 1 4 ,8 4 3 ,7 2 4 1 8 ,5 5 4 ,6 5 5 1 8 ,8 9 5 ,8 4 5 1 9 ,7 9 1 ,6 3 2 2 1 ,2 0 2 ,1 5 2 2 2 ,9 1 5 ,4 6 0 2 5 ,3 8 5 ,7 2 4 2 7 ,5 4 5 ,8 2 4 29 ,5 23 ,2 08 3 3 ,8 3 4 ,9 7 8 3 7 ,4 2 6 ,8 7 2 40 ,3 37 ,2 62 4 8 ,6 3 3 ,4 9 8 4 9 ,5 8 9 ,8 5 0 8 8 ,2 5 0 ,3 5 8 0 50,000,000 100,000,000 B ak o n ga n K lu et… B ak o n g… La b u h a… La b u h a… Sa w an g Ta p ak … Tr u mo n K o ta … K lu et… La b u h a… Tr u mon … M eu kek Sa ma d u a P as ie… K lu et… Tr u mo n … K lu et…

Pagu Indikatif : Bagi Hasil Retribusi Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan

1, 78 7, 03 1, 15 9 1, 85 6, 53 2, 68 4 2, 18 2, 70 7, 22 5 2, 51 1, 47 6, 13 4 2, 59 6, 62 3, 94 6 2, 63 4, 15 7, 59 9 3, 11 3, 39 9, 19 3 3, 13 6, 52 0, 18 2 3, 40 3, 25 0, 04 2 3, 88 5, 79 3, 07 8 3, 99 1, 80 2, 90 1 4, 06 4, 42 5, 91 6 4, 17 8, 81 7, 25 0 4, 42 9, 24 5, 75 6 5, 40 9, 54 2, 03 8 5, 63 2, 75 0, 08 1 5, 99 8, 21 4, 69 3 6, 94 4, 13 4, 83 2 0 1,000,000,000 2,000,000,000 3,000,000,000 4,000,000,000 5,000,000,000 6,000,000,000 7,000,000,000 8,000,000,000 Ba ko ng an Ba ko ng an… Trumo n Ti mur Kl ue t Ti mur Trumo n… Ko ta B aha gi a Trumo n La buh an H aji … Kl ue t Te ng ah Sa w ang La buh an H aji … La buh an H aji Ta pa k Tuan Kl ue t Se la ta n Pa si e Ra ja Kl ue t U ta ra M euk ek Sa ma dua

Pagu Indikatif : Alokasi Dana Gampong Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan

(8)

b. Total Dana Per Kecamatan

Gambar 5. Total Anggaran Per Kecamatan Tahun 2016

Total penerimaan anggaran perkecamatan merupakan gabungan dari penerimaan dari Dana Desa (untuk

pembangunan fisik, pemberdayaan ekonomi,

pemberdayaan/pengembangan masyarakat), Bagi Hasil Pajak dan Retribusi, Alokasi Dana Desa (Untuk gaji Aparatur). Kecamatan yang paling banyak menerima anggaran pada tahun 2016 adalah kecamatan Samadua sekitar Rp. 23.349.760.154,-, diikuti kecamatan Meukek Rp. 19.764.403.263,-, Kluet Utara Rp. 18.346.752.256,-. Sementara kecamatan yang paling sedikit adalah

kecamatan Trumon Timur Rp. 7.309.699.531,-,

kecamatan Bakongan Timur Rp. 6.090.077.961,-, dan yang paling sedikit adalah kecamatan Bakongan Rp. 5.941.705.314,-. Perbedaan signifikan antara kecamatan Samadua dengan kecamatan Bakongan adalah jumlah desa dan jumlah penduduk.

c. Pengalokasian Dana Desa Untuk BUM Desa

Gambar 6. Pengalokasian Dana Desa Untuk BUM Desa Tahun 2016

Salah satu faktor yang dapat diukur untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam skema anggaran desa ini adalah melui BUM Des. Semakin banyak anggaran desa yang dikucurkan untuk BUM Des, maka semakin besar pula usaha desa tersebut untuk memperkuat ekonomi masyarakatnya. Dari gambar diatas dapat dilihat masih ada kecamatan yang belum menganggarkan samasekali

anggaran desa untuk BUM Desa. Trumon Tengah, Kota Bahagia, Bakongan Timur, Kluet Timur, Trumon merupakan kecamatan yang tidak mengganggarkan samasekali.

Sementara kecamatan yang paling banyak

menganggarkan adalah kecamatan Kluet Tengah, mencapai Rp. 520.691.198,-, kecamatan Labuhanhaji Rp. 435.892.466,-, kecamatan Tapaktuan Rp. 320.894.200,-

d. Omset BUM Desa

Gambar 7. Omset BUM Desa Per Kecamatan Tahun 2016

4.1 Pengalokasian Dana untuk Desa Tahun 2015

a. Dana Gampong

Gambar 8. Dana Gampong Per Kecamatan Tahun 2015

b. Bagi Hasil Pajak

Gambar 9. Bagi Hasil Pajak Per Kecamatan tahun 2015

5 ,9 4 1 ,7 0 5 ,3 1 4 6 ,0 9 0 ,0 7 7 ,9 6 1 7 ,3 0 9 ,6 9 9 ,5 3 1 8 ,0 5 1 ,0 7 1 ,8 6 9 8 ,6 3 4 ,7 7 4 ,8 3 9 8 ,6 8 2 ,1 8 9 ,1 9 0 1 0 ,3 1 9 ,1 7 4 ,7 6 1 1 0 ,3 3 9 ,9 5 7 ,9 8 3 1 1 ,2 4 6 ,2 0 5 ,6 5 7 1 2 ,7 8 7 ,6 0 9 ,4 5 1 1 3 ,0 0 1 ,1 1 5 ,5 4 9 1 3 ,5 2 3 ,2 5 2 ,2 0 6 1 3 ,6 4 8 ,0 5 3 ,1 8 4 1 4 ,6 2 1 ,7 1 0 ,0 5 1 1 7 ,9 2 0 ,3 8 6 ,7 9 3 1 8 ,3 4 6 ,7 2 5 ,2 5 6 1 9 ,7 6 4 ,4 0 3 ,2 6 3 2 3 ,3 4 9 ,7 6 0 ,1 5 4 0 5,000,000,000 10,000,000,000 15,000,000,000 20,000,000,000 25,000,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Tr u mo n T imu r Kl u et T imu r Tr u mo n T e n gah Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji T imu r Tr u mo n Kl u et T en gah Saw an g La b u h an H aji B ar at La b u h an H aji Tap ak T u an Kl u et S el at an P as ie R aja Kl u et Ut ar a M e u ke k Sama d u a

Pagu Indikatif : Total Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan

- - 3,0 0 0 ,0 0 0 6 ,0 0 0 ,0 0 0 9 ,9 0 0 ,0 0 0 2 0 ,5 0 0 ,0 0 0 2 2 ,2 0 0 ,0 0 0 2 2 ,4 0 0 ,0 0 0 2 6 ,5 3 5 ,3 3 7 2 7 ,6 0 0 ,0 0 0 2 8 ,8 0 0 ,0 0 0 3 7 ,5 0 0 ,0 0 0 4 0 ,8 0 0 ,0 0 0 5 1 ,0 0 2 ,0 0 0 5 7 ,1 2 5 ,0 0 0 5 8 ,6 0 0 ,0 0 0 6 9 ,5 0 0 ,0 0 0 1 9 9 ,0 0 0 ,0 0 0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 B ak o n gan T imu r Tr u mo n T e n gah Tr u mo n T imu r Tr u mo n B ak o n gan La b u h an H aji Ko ta B ah ag ia Tap ak T u an Kl u et S el at an Kl u et T en gah La b u h an H aji T imu r M e u ke k P as ie R aja Sama d u a Kl u et T imu r La b u h an H aji B ar at Saw an g Kl u et Ut ar a

Total Omset Desa Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan

1 ,8 2 5 ,4 5 7 ,6 3 6 1 ,8 9 3 ,6 9 9 ,0 6 7 2 ,2 2 2 ,5 1 3 ,1 5 1 2 ,5 2 9 ,4 2 7 ,1 7 5 2 ,6 4 2 ,6 6 9 ,6 2 9 2 ,7 0 5 ,5 4 2 ,9 4 7 3 ,1 9 0 ,5 4 3 ,6 1 0 3 ,2 2 5 ,4 9 0 ,6 9 6 3 ,5 0 5 ,9 2 6 ,3 2 0 3 ,9 1 9 ,4 9 8 ,8 2 3 4 ,0 1 5 ,3 1 9 ,3 0 2 4 ,1 3 5 ,3 0 1 ,7 2 9 4 ,1 3 8 ,2 9 9 ,3 3 7 4 ,5 0 7 ,9 6 3 ,5 2 2 5 ,5 1 4 ,8 4 7 ,8 0 7 5 ,6 5 3 ,4 4 7 ,2 5 4 6 ,1 3 9 ,0 1 8 ,4 0 5 7 ,1 2 0 ,0 9 0 ,5 8 8 0 1,000,000,000 2,000,000,000 3,000,000,000 4,000,000,000 5,000,000,000 6,000,000,000 7,000,000,000 8,000,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Tr u mo n T imu r Kl u et T imu r Tr u mo n T e n gah Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji T imu r Tr u mo n Kl u et T en gah Saw an g La b u h an H aji B ar at Tap ak T u an La b u h an H aji Kl u et S el at an P as ie R aja Kl u et Ut ar a M e u ke k Sama d u a

Pagu Indikatif : Dana Gampong Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 1 8 ,1 2 7 ,7 5 3 2 0 ,0 8 1 ,0 4 0 2 1 ,7 1 8 ,5 4 8 2 4 ,5 5 6 ,1 1 0 2 4 ,7 8 0 ,3 6 0 2 5 ,3 9 1 ,1 9 6 2 5 ,5 3 4 ,2 6 2 2 5 ,5 6 8 ,1 2 4 2 9 ,9 5 4 ,0 2 5 3 2 ,7 0 7 ,8 0 8 3 4 ,9 9 4 ,3 4 0 3 7 ,5 9 8 ,6 4 5 3 9 ,0 7 5 ,4 2 4 4 5 ,9 5 9 ,7 8 1 5 3 ,2 9 1 ,1 6 8 5 6 ,5 7 3 ,7 0 6 5 9 ,0 9 7 ,7 6 4 8 3 ,0 9 6 ,4 0 0 0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 90,000,000 B ak o n gan Tr u mo n T imu r Tr u mo n Tr u mo n T e n gah Ko ta B ah ag ia Kl u et T imu r Kl u et T en gah La b u h an H aji T imu r Saw an g B ak o n gan T imu r La b u h an H aji B ar at Kl u et S el at an La b u h an H aji P as ie R aja Sama d u a Kl u et Ut ar a M e u ke k Tap ak T u an

Pagu Indikatif : Bagi Hasil Pajak Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 - - - 3,0 1 9 ,3 4 7 2 3 ,7 5 0 ,0 0 0 2 5 ,0 0 0 ,0 0 0 9 8 ,6 3 5 ,1 9 2 1 0 9 ,9 8 9 ,0 0 0 1 1 4 ,9 8 0 ,0 0 0 1 1 8 ,9 7 1 ,1 1 1 1 2 6 ,0 0 0 ,0 0 0 1 4 8 ,9 0 0 ,0 0 0 2 0 1 ,6 0 3 ,1 2 0 3 2 0 ,8 9 4 ,2 0 0 4 3 5 ,8 9 2 ,4 6 6 5 2 0 ,6 9 1 ,1 9 8 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 Tr u mo n Kl u et T imu r B ak o n gan T imu r Ko ta B ah ag ia Tr u mo n T e n gah Tr u mo n T imu r Kl u et Ut ar a M e u ke k B ak o n gan P as ie R aja Sama d u a La b u h an H aji T imu r Kl u et S el at an La b u h an H aji B ar at Saw an g Tap ak T u an La b u h an H aji Kl u et T en gah

(9)

c. Bagi Hasil Retribusi

Gambar 10. Bagi Hasil Retribusi Per Kecamatan Tahun 2015

d. Alokasi Dana Gampong

Gambar 11. Alokasi Dana Gampong Per Kecamatan Tahun 2015

e. Total Dana Desa

Gambar 12. Total Anggaran Desa Per Kecamatan Tahun 2015

4.2 Perbandingan Dana Desa Tahun 2016 dan 2015

a. Dana Gampong

Gambar 13. Dana Gampong Per Kecamatan Tahun 2015-2016

b. Bagi Hasil Pajak

Gambar 14. Bagi Hasil Pajak Per Kecamatan Tahun 2015-2016

c. Bagi Hasil Retribusi

Gambar 15. Bagi Hasil Retribusi Per kecamatan Tahun 2015-2016

d. Alokasi Dana Gampong

Gambar 16. Alokasi Dana Gampong Per Kecamatan Tahun 2015-2016

1 0 ,0 3 9 ,6 9 4 1 2 ,5 1 9 ,7 0 3 1 2 ,5 7 5 ,2 3 2 1 5 ,4 0 0 ,9 6 8 1 7 ,1 5 9 ,6 4 0 1 7 ,8 6 0 ,5 7 2 1 7 ,9 4 9 ,8 4 0 1 8 ,4 0 4 ,0 1 0 1 9 ,3 3 6 ,6 2 0 2 4 ,4 8 8 ,7 5 0 2 7 ,8 1 3 ,9 8 4 2 8 ,1 5 7 ,6 0 0 3 0 ,2 3 4 ,3 7 4 3 1 ,8 6 0 ,5 5 0 3 3 ,7 0 4 ,6 4 3 4 0 ,6 1 5 ,1 5 0 4 2 ,0 5 6 ,1 4 0 1 1 0 ,3 4 5 ,8 6 5 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 B ak o n gan T imu r B ak o n gan Kl u et T imu r Tr u mo n T imu r Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji T imu r La b u h an H aji B ar at Saw an g Tr u mo n Kl u et T en gah La b u h an H aji Tap ak T u an M e u ke k Kl u et S el at an P as ie R aja Tr u mo n T e n gah Sama d u a Kl u et Ut ar a

Pagu Indikatif : Bagi Hasil Retribusi Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015

1 ,6 1 7 ,5 2 9 ,5 6 0 1 ,6 7 9 ,0 1 4 ,8 7 2 1 ,9 7 3 ,0 0 6 ,1 7 5 2 ,2 7 1 ,5 9 3 ,4 3 3 2 ,3 4 8 ,9 8 6 ,9 1 1 2 ,3 8 3 ,3 5 0 ,6 8 4 2 ,8 1 6 ,2 2 9 ,3 0 9 2 ,8 3 8 ,1 9 6 ,5 2 1 3 ,0 7 9 ,2 6 2 ,1 0 3 3 ,5 1 8 ,4 3 6 ,9 3 0 3 ,6 1 1 ,7 6 6 ,8 7 0 3 ,6 7 8 ,9 4 2 ,8 8 0 3 ,7 8 3 ,8 0 4 ,6 2 0 4 ,0 0 7 ,4 9 3 ,5 8 6 4 ,8 9 4 ,2 4 8 ,2 7 0 5 ,0 9 4 ,4 8 4 ,7 4 3 5 ,4 5 6 ,8 3 1 ,8 4 7 6 ,2 8 5 ,5 8 4 ,2 7 5 0 1,000,000,000 2,000,000,000 3,000,000,000 4,000,000,000 5,000,000,000 6,000,000,000 7,000,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Tr u mo n T imu r Kl u et T imu r Tr u mo n T e n gah Ko ta B ah ag ia Tr u mo n La b u h an H aji T imu r Kl u et T en gah Saw an g La b u h an H aji B ar at La b u h an H aji Tap ak T u an Kl u et S el at an P as ie R aja Kl u et Ut ar a M e u ke k Sama d u a

Pagu Indikatif : Alokasi Dana Gampong Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015

3 ,4 7 3 ,6 3 4 ,6 5 2 3 ,6 1 5 ,4 6 1 ,4 4 1 4 ,2 3 1 ,0 0 1 ,3 3 4 4 ,8 3 8 ,9 8 7 ,0 3 6 5 ,0 5 6 ,8 2 7 ,8 0 0 5 ,1 3 0 ,8 3 3 ,6 3 1 6 ,0 7 2 ,1 6 8 ,8 2 7 6 ,0 8 2 ,7 7 5 ,1 7 3 6 ,6 3 5 ,2 1 1 ,4 3 5 7 ,4 8 6 ,2 9 3 ,7 8 8 7 ,6 8 0 ,0 3 0 ,3 5 2 7 ,8 8 4 ,1 3 1 ,6 2 5 8 ,0 3 0 ,3 6 0 ,3 4 9 8 ,5 8 4 ,9 1 6 ,3 0 3 1 0 ,4 8 8 ,7 6 0 ,5 0 1 1 0 ,9 1 4 ,8 5 1 ,5 6 8 1 1 ,6 8 5 ,1 8 2 ,3 9 0 1 3 ,5 0 1 ,0 2 2 ,1 7 1 0 2,000,000,000 4,000,000,000 6,000,000,000 8,000,000,000 10,000,000,000 12,000,000,000 14,000,000,000 16,000,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Tr u mo n T imu r Kl u et T imu r Tr u mo n T e n gah Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji T imu r Tr u mo n Kl u et T en gah Saw an g La b u h an H aji B ar at La b u h an H aji Tap ak T u an Kl u et S el at an P as ie R aja Kl u et Ut ar a M e u ke k Sama d u a

Pagu Indikatif : Total

Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015

0 2,000,000,000 4,000,000,000 6,000,000,000 8,000,000,000 10,000,000,000 12,000,000,000 14,000,000,000 16,000,000,000 18,000,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Kl u et S el at an Kl u et T en gah Kl u et T imu r Kl u et Ut ar a Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji La b u h an H aji B ar at La b u h an H aji … M e u ke k P as ie R aja Sama d u a Saw an g Tap ak T u an Tr u mo n Tr u mo n T e n gah Tr u mo n T imu r

Pagu Indikatif : Dana Gampong Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015-2016 2015 2016 0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Kl u et S el at an Kl u et T en gah Kl u et T imu r Kl u et Ut ar a Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji La b u h an H aji B ar at La b u h an H aji T imu r M e u ke k P as ie R aja Sama d u a Saw an g Tap ak T u an Tr u mo n Tr u mo n T e n gah Tr u mo n T imu r

Pagu Indikatif : Bagi Hasil Pajak Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015-2016 2015 2016 0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Kl u et S el at an Kl u et T en gah Kl u et T imu r Kl u et Ut ar a Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji La b u h an H aji B ar at La b u h an H aji T imu r M e u ke k P as ie R aja Sama d u a Saw an g Tap ak T u an Tr u mo n Tr u mo n T e n gah Tr u mo n T imu r

Pagu Indikatif : Bagi Hasil Retribusi Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015-2016 2015 2016 0 1,000,000,000 2,000,000,000 3,000,000,000 4,000,000,000 5,000,000,000 6,000,000,000 7,000,000,000 8,000,000,000 B ak o n gan B ak o n gan T imu r Kl u et S el at an Kl u et T en gah Kl u et T imu r Kl u et Ut ar a Ko ta B ah ag ia La b u h an H aji La b u h an H aji B ar at La b u h an H aji … M e u ke k P as ie R aja Sama d u a Saw an g Tap ak T u an Tr u mo n Tr u mo n T e n gah Tr u mo n T imu r

Pagu Indikatif : Alokasi Dana Gampong Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015-2016

(10)

e. Total Per Kecamatan

Gambar 17. Total Anggran Desa Per Kecamatan Tahun 2015-2016

4.3 Pemahaman Aparatur Desa terhadap dana desa.

4.4 Permasalahan BUMDes

Berdasarkan pengamatan dilapangan, tersendatnya

pengelolan BUMDes di pengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, Sumberdaya manusia yang terbatas. Salah satu ciri masyarakat desa adalah terbatasnya sumberdaya manusia yang diukur dari tingkat pendidikan, tidak

banyak yang tamat perguruan tinggi. Untuk

mengantisipasi masalah pertama ini, gampong dapat melakukan pelatihan yang sumber anggarannya dari APBDes. Pada beberapa kasus, keterbatasan ini juga dapat terjadi karena aspek politis, misalnya pengurus atau masyarakat yang memiliki kemampuan tadi berbeda pandangan disaat pemilihan geuchik.

Kedua, Ketidakmampuan menemukan sektor apa yang ingin diusahakan dan kurangnya ide kreatif. Sebagai badan usaha, tentu BUMDes harus memiliki “core bisnis”, sector apa, komoditi apa yang hendak diusahakan. Kalua kita lihat jenis usaha yang dimiliki

oleh BUMDes, hampir delapan puluh persen

menyewakan alat perlengkapan pernikahan, menyewakan hand traktor, dan Pinjam-pijam (karena sedikit sekali yang simpan). Untuk mengatasi persoalan yang kedua ini, bisa dimulai dengan membentuk kepengurusan BUMDes yang solid. Kemudian berkonsultasi dengan pihak ketiga yang dianggap mumpuni dibidang itu, baik dari pemerintah kabupaten seperti BAPPEDA, DPMG, Tenaga Pendamping Desa atau akademisi dari Perguruan Tinggi.

Ketiga, Krisis kepercayaan masyarakat. Masalah yang ketiga ini relative sering muncul. Mungkin, pengalaman

0 10,000,000,000 20,000,000,000 30,000,000,000 B ak o n gan B ak o n ga… Kl u et … Kl u et … Kl u et … Kl u et … Ko ta… La b u h an … La b u h an … La b u h an … M e u ke k P as ie R aja Sama d u a Saw an g Tap ak … Tr u mo n Tr u mo n … Tr u mo n …

Pagu Indikatif : Total Per Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015-2016 2015 2016 .8 .0 1.9 64.9 32.0 .4 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Tidak Menjawab P e rse n ta se

Saya Mengetahui Apa itu Dana Desa

.8 1.9 9.7 56.8 29.3 1.5 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Tidak Menjawab P e rse n ta se

Saya Mengetahui Adanya Peruntukan yang Berbeda untuk Dana Desa Tersebut .8 9.7 1.5 35.9 52.1 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju

P e rse n ta se

Dana Desa Cukup Membantu Desa Dalam Kegiatan Pembangunan Fisik

.4 7.3 9.3 46.3 35.9 .8 .0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Tidak Menjawab P e rse n ta se

Dana Desa Cukup Membantu Desa Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat 6.2 20.8 10.0 44.4 18.1 .4 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Tidak Menjawab P e rse n ta se

Dana Desa Cukup untuk Program Pembangunan Fisik Desa Sebagaimana Diterima pada Tahun 2016

5.4 24.7 13.1 45.9 10.0 .8 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Tidak Menjawab P e rse n ta se

Dana Desa Cukup untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Sebagaimana Diterima pada Tahun 2016

(11)

masa lalu yang kurang baik menyebabkan masyarakat saat sekarang ini sudah kurang percaya kepada BUMDes. Sebenarnya kesalahan itu belum tentu sepenuhnya ditujukan kepada BUMDes. Persoalan itu sering terjadi pada saat simpan pinjam, mulai dari Usaha Ekonomi Desa Pinjam (UED-SP), sampai pada Simpan-Pinjam PNPM, kalua itu yang dimaksud tentu pengelolaannya tidak dibawah BUMDes. Ditambahlagi ada beberapa BUMDes yang pengurusnya tidak pernah melaporkan pertanggungjawaban, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Sebenarnya hal tersebut bisa diantisipasi jika segala sesuatu yang menyangkut BUMDes dilakukan dengan jelas dan transparan, mulai dari perekrutan pengurus, qanun yang mengatur menganai bagi-hasil, berapa persen untuk pengurus, berapa persen untuk gampong.

Keempat, Manajemen yang kurang baik. Poin ini ada kaitan nya dengan sumberdaya manusia tadi. Lebih

spesifik berkaitan dengan internal-kelembagaan

BUMDes. Disisi lain, disaat kita berharap banyak kepada pengurus atau manajemen, disitu pula mereka tidak boleh menerima anggaran yang bersumber dari APBDes. Untuk BUMDes yang belum memiliki penghasilan dari bagi hasil, barangkali agak terkendala dengan situasi ini. Kelima, Kurangnya Modal. Point ini saya dapatkan disaat melakukan Focus Group Discussion dengan Geuchik. Namun permasalahan ini terbantahkan dengan hadirnya anggaran desa. Sebagian aparatur gampong ketika tidak ada aturan yang mewajibkan penyertaan modal, dan dengan kondisi kekinian BUMDes, mereka enggan untuk menganggarkan di APBDes.

Keenam, Pemasaran. Dibeberapa BUMDes, mereka sudah berhasil menemukan “core bisnis”, namun terkendala dalam hal pemasaran. Unntuk kondisi seperti ini, saya kira pemerintah desa melalui BUMDes dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota

dan pihak swasta untuk membantu melakukan

pemasaran.

Jika mengacu dari beberapa kendala tadi, sebenarnya masih ada harapan bagi desa untuk terus berfikir bagaimana agar badan usaha dapat berjalan dengan baik. Masalah-masalah tadi masih dapat diantisipasi. Langkah pertama yang harus kita miliki adalah kemauan untuk

berfikir dan berbuat. Undang-undang desa ini

memberikan kewenangan kepada pemerintah desa, dengan Bahasa lain memandirikan desa. Salah satu wujud kemandirian desa adalah kuatnya ekonomi desa melalui BUMDes.

Pemerintah desa tidak sungkan untuk kembali

membenahi internal-kelembagaan BUMDes,

memeperbaiki manajemen. Mulai dari kepengurusan, dasar hukum (qanun desa/perchik) yang mengatur sekurang-kurangnya tentang kelembagaan, penyertaan modal, skema bagi hasil. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada manajemen, baru kemudian diberikan penyertaan modal, dan jangan lupa dikontrol dan dibina. Jika ini terjadi, sebagian dari tujuan kehadiran dana desa ini sudah kita lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Sherly Gresita. 2013. Akuntabilitas

Pengelolaan

Alokasi

Dana

Desa.

Universitas Muhammadiyah, Malang

AR, Nahfi Hanani. Dkk. 2002. Strategi

Pengembangan Pertanian. PT Rineka

Cipta, Jakarta

Badriyadi. 2012.. Pengelolaan Dana Pinjaman

di Desa Sungai Raya. Jurnal, Pontianak

Bapenas.1993. Pembangunan Ekonomi. Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional,

Jakarta

Chambers, Robert. 1997. Pembangunan Desa

Mulai dari Belakang. LP3ES, Jakarta

Chikamawati, Z. 2015. Peran BUMDes dalam

Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Pedesaan Melalui Penguatan Sumber

Daya Manusia. Sustainable Competitive

Advantage (SCA), 5(1).

Dariah, Atih Rohaeti. (2009). Peran Perguruan

Tinggi dalam Aplikasi Variasi Model

Pemberdayaan Masyarakat Desa di

Jawa Barat.

MIMBAR, Jurnal Sosial dan

Pembangunan

,

25

(2), 143-152

.

Dwipayana, Aridan Suntoro Eko. 2003.

Membangun Good Governance di Desa,

Institute

of

Research

and

(12)

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in

Psychology

and

Education.

3rd

Ed. McGraw-Hill Book Company, Inc,

New York

Hartono, 2008. Pembangunan Partisipatif

Masyarakat

Desa

Implementasinya

Dalam Program Alokasi Dana Desa di

Jawa Tengah. Malang

Hudayana, Bambang dan Tim Peneliti FPPD,

2005,

Peluang

Pengembangan

Partisipasi

Masyarakat

melalui

Kebijakan

Alokasi

Dana

Desa,

Pengalaman Enam Kabupaten, Makalah

disampaikan pada Pertemuan Forum

Pengembangan Partisipasi Masyarakat

(FPPM) di Lombok Barat.

Hutagalung, Simon Sumanjoyo, dkk. 2013.

Optimalisasi

Pembangunan

Desa

melalui

Pelatihan

Perencanaan

Pembangunan Desa bagi Sekretaris

Desa. Prosiding

Pengabdian

FISIP

Unila, Lampung

Jamasy, O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan, &

Penanggulangan Kemiskinan. Blantika,

Jakarta Selatan

Gambar

Gambar 4. Alokasi Dana Gampong Per Kecamatan di  Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016
Gambar 5. Total Anggaran Per Kecamatan Tahun 2016  Total  penerimaan  anggaran  perkecamatan  merupakan  gabungan  dari  penerimaan  dari  Dana  Desa  (untuk  pembangunan  fisik,  pemberdayaan  ekonomi,  pemberdayaan/pengembangan  masyarakat),  Bagi  Hasil
Gambar 17. Total Anggran Desa Per Kecamatan Tahun 2015-2016

Referensi

Dokumen terkait

=encana Pengelolaan 'ingkungan Hidup =7'" yang akan diimpelmentasikan yaitu komponen%parameter lingkungan yang didasarkan hasil kajian dalam $nalisis &ampak

Hasil analisa dari penelitian ini adalah penggunaan internet sebagai media pembelajaran memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar siswa.. Kata kunci: Motivasi belajar,

Tujuan penelitian adalah menilai fisibilitas secara teknis pada tahap perancangan mula berkaitan dengan kebutuhan daya mesin penggerak dan penilaian ketegaran fisik

< (α) 0.05, maka model regresi yang dihasilkan baik (layak) dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Pada 4 tabel.11 menunjukkan hasil uji parsial terhadap masing-masing

Huraian di atas menunjukkan banyak faktor yang mempengaruhi komitmen kerja pengetua dalam melaksanakan tugas, namun sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada sekolah

Dengan adanya pendekatan pembelajaran yang berbeda tersebut peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar pada SKB Kabupaten dan Kota

Kerja sama antar karyawan dalam perusahaan terjalin dengan solid dan teratur sehingga mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job description .Budaya organisasi yang

Bobot telur yang berbeda tidak nyata disebabkan oleh kemampuan metabolisme kedua strain yang relatif sama, sehingga dengan pemberian ransum yang sama