• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

BAB 1

GAMBARAN UMUM

1.1

Geografis

Provinsi Banten terletak pada 105⁰01′11″ BT - 106⁰07′12″ BT dan - 05⁰07′50′ LS - 07⁰01′01′ LS. Luas wilayah Provinsi Banten adalah 9.663 km2. Provinsi Banten terdiri dari 8 kabupaten/ kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 155 kecamatan. Secara administratif, Provinsi Banten berbatasan dengan:

- Laut Jawa di sebelah utara - DKI Jakarta di sebelah timur

- Samudera Hindia di sebelah selatan - Selat Sunda di sebelah barat

1.2

Demografi

Jumlah penduduk di Provinsi Banten mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Provinsi Banten berjumlah 10.632.200 jiwa dengan kepadatan penduduk1.100 jiwa/km2. Dalam kurun waktu empat tahun terjadi pertumbuhan penduduk di Provinsi Banten sebesar 10,09 %, sehingga pada tahun 2014 jumlah penduduk meningkat menjadi 11.704.900 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.211 jiwa/km2.

Tabel 1-1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Banten

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah penduduk (jiwa) 10.632.200 10.943.800 11.198.600 11.452.500 11.704.900 Kepadatan penduduk

(jiwa/ km2) 1.100 1.133 1.159 1.185 1.211

Pertumbuhan penduduk (%) 2,93 2,33 2,27 2,2

Laju pertumbuhan (%) 2,43

(2)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

BAB 2

TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI

2.1

Kelembagaan TPJK Provinsi Banten

Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Banten terakhir dibentuk pada tahun 2009 melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 601.05/Kep.242-Huk/2009 tahun tentang Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Pemerintah Provinsi Banten. Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Pemerintah mempunyai fungsi pelaksana koordinasi dan rekomendasi hasil pembinaan jasa konstruksi sebagai bahan kebijakan.

Dalam melaksanakan pembinaan jasa konstruksi di Provinsi Banten, kelembagaan pembina jasa konstruksi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Banten nomor 601.05/Kep.242-Huk/2009 dapat dilihat pada tabel 2-1 berikut.

Tabel 2-1 Susunan dan Personalia TPJK Pemerintah Provinsi Banten berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 601.05/Kep.242-Huk/2009 tahun 2009

Kelembagaan TPJK Pembina TPJK Provinsi Banten Pengarah 1

Pengarah 2

Gubernur Provinsi Banten Wakil Gubernur Provinsi Banten Ketua

Sekretaris

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Banten Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Sekretariat 1. Kepala Sub-Bagian Tata Usaha UPT Balai Pembinaan Jakon

Provinsi Banten

2. Kepala Seksi Bina Usaha Konstruksi UPT Balai Pembinaan Jakon Provinsi Banten

3. Kepla Seksi Penyelenggaraan Konstruksi UPT Balai Pembinaan Jakon Provinsi Banten

4. Staf Pelaksanaan pada Unit Pelaksanaan Teknis UPT Balai Pembinaan Jakon Provinsi Banten

Anggota 1. Staff Ahli Gubernur bidang Pengembangan Kawasan Wilayah

Provinsi Banten

2. Kepala Bappeda Provinsi Banten

3. Kepala Dinas SDA dan Perekonomian Provinsi Banten 4. Kepala Dinas Kominfo Provinsi Banten

5. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten 6. Kepala Dinas Perindustriand an Pertambangan Provinsi Banten 7. Kepala Dinas Sosial Provinsi Banten

8. Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekda Provinsi Banten 9. Sekretaris Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten 10. Kepala Balai Pembinaan Jasa Konstruksi Dinas Bina Marga dan

Tata Ruang Provinsi Banten

11. Kepala Bagian Penyusunan Pedoman Pelaksanaan pada Biro Administrasi Pembangunan Provinsi Banten

(3)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH 2.1.1 Pelaksanaan tugas dan fungsi TPJKP

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TPJK Provinsi Banten mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Nomor 601.05/Kep.242-Huk/2009, dimana tim pembina harus melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam lingkup pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan.

Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi Banten nomor 601.05/Kep.242-Huk/2009, maka TPJK Provinsi Banten mempunyai tugas:

1. melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan konstruksi bagi aparatur dalam wilayah provinsi;

2. melaksanakan pengawasan tertib penyelenggaraan konstruksi;

3. menyelenggarakan sistem data dan informasi di bidang jasa konstruksi.

2.1.2 Organisasi dan tata kerja

Struktur kelembagaan yang direkomendasikan menurut Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ adalah ketua dijabat oleh Asisten Sekretaris Daerah, sekretaris dijabat oleh Dinas Pekerjaan Umum, dan sekretariat terdiri atas unsur Pemerintah Daerah, sedangkan struktur keanggotaan diserahkan pada kewenangan daerah. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 601.05/Kep.242-Huk/2009, struktur kelembagaan TPJK Provinsi Banten dinilai baik karena kelembagaan TPJK telah sesuai dengan rekomendasi Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ, dimana kelembagaan TPJK Provinsi Banten terdiri dari ketua oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Sekretariat Daerah, sekretaris oleh Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ruang, dan anggota oleh unsur-unsur pemerintah daerah.

2.1.3 Fasilitas

Dalam mendukung kinerja TPJK Provinsi Banten, fasilitas seperti ruang khusus (secretariat), komputer, printer, telepon, dan sebagainya sangat dibutuhkan. Fasilitas TPJK Provinsi Banten dinilai cukup memadai dalam mendukung kinerja TPJK. Namun, TPJK Provinsi Banten belum prasarana dan fasililitas khusus seperti ruang khusus dalam menjalankan fungsinya.

(4)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH 2.1.4 Sistem informasi

Dalam menyediakan informasi-informasi terkait pembinaan jasa konstruksi, maka dibutuhkan sistem informasi yang dapat diakses oleh pemangku kepentingan jasa konstruksi baik penyedia jasa, pengguna jasa, maupun masyarakat. Namun, TPJK Provinsi Banten belum memiliki sistem informasi baik yang berdiri sendiri maupun terintegrasi dengan sistem informasi pusat/daerah. Oleh sebab itu, sebaiknya TPJKP mengadakan sistem informasi, sehingga pemangku kepentingan jasa konstruksi dapat mengakses informasi terkait jasa konstruksi.

Informasi-informasi tentang TPJKP dapat diakses melalui Sistem Informasi Pembinaan Jasa Konstruksi (SIPJAKI) yang telah dikembangkan oleh TPJK nasional (BP Konstruksi Kementerian PU). Sebagai salah satu instansi TPJKN seharusnya data diperbaharui oleh TPJKP.

2.2

Proses pembinaan TPJKP terhadap pemangku kepentingan

konstruksi

Berdasarkan PP No. 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, bentuk pembinaan jasa konstruksi terdiri dari pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. Pembinaan ini dilakukan oleh TPJK kepada semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Pihak-pihak yang menjadi sasaran pembinaan jasa konstruksi oleh TPJK terdiri dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi (LPJKP), pengguna jasa, penyedia jasa, perguruan tinggi, masyarakat pengguna dan pihak yang terkena dampak konstruksi baik dalam pengadaan, proses konstruksi, dan pemanfaatan bangunan konstruksi.

2.2.1 Pengaturan

Program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap pemangku kepentingan konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2-3. Berdasarkan table tersebut, program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap pemangku kepentingan konstruksi dinilai kurang baik karena terdapat 5 substansi pengaturan yang dilaksanakan dengan kategori kurang baik, sementara 12 substansi pengaturan lainnya belum dilaksanakan.

(5)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Tabel 2-3 Program Pengaturan TPJK Provinsi Banten terhadap Pemangku Kepentingan Konstruksi

Sumber: hasil survei 2015

2.2.2 Pemberdayaan

Pembinaan TPJK terhadap pemangku kepentingan jasa konstruksi melalui program pemberdayaan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi, pengembangan usaha jasa konstruksi, dukungan lembaga keuangan dalam memperoleh pendanaan, dukungan lembaga pertanggungan dalam hal jaminan pertanggungjawaban resiko, dan peningkatan kemampuan teknologi sistem informasi dan pengembangan teknologi. Program pembinaan pemberdayaan ini dilakukan terhadap penyedia jasa, pengguna jasa, masyarakat, LPJKP, dan TPJK kabupaten/ kota.

1. Pemberdayaan penyedia jasa

Pembinaan jasa konstruksi terhadap penyedia jasa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penyedia jasa terhadap hak dan kewajibannya dalam bidang jasa konstruksi. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap

Deskripsi Dilaksanakan Tidak

Dilaksanakan Keterangan

Arahan pembinaan pengadaan √ kurang baik

Arahan pembinaan kontraktual √

Arahan pembinaan green contruction √

Arahan pembinaan investasi √

Arahan pembinaan kelembagaan TPJKP

Arahan pembinaan SIPJAKI √ kurang

Arahan pembinaan SBU √ kurang

Arahan pembinaan SIUJK √

Arahan pembinaan SKA √ kurang

Arahan pembinaan SKT √ kurang

Arahan pembinaan penyusunan Amdal √

Arahan pembinaan penyusunan RKL √

Arahan pembinaan penyusunan RPL √

Arahan pembinaan penerbitan IMB √

Arahan pembinaan SMM √

Arahan pembinaan SMK3 √

Arahan pembinaan tertib pemanfaatan bangunan

(6)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

penyedia jasa dinilai kurang baik. Penyedia jasa yang menjadi sasaran dari program pemberdayaan adalah tenaga terampil konstruksi dan konsultan, dimana substansi pemberdayaan yang diberikan hanya pemberdayaan SDM.

Tabel 2-4 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Banten terhadap Penyedia Jasa Program Pemberdayaan Penyedia Jasa Sumber Daya Manusia Pembiayaan/ Manajemen Keuangan Asuransi Pertanggung jawaban Teknis Badan Usaha - - - - Tenaga Ahli - - - - Tenaga Trampil √ - - - Konsultan √ - - -

Sumber: hasil survei 2015

2. Pemberdayaan pengguna jasa

Berdasarkan PP No 30 Tahun 2000, pembinaan jasa konstruksi dilakukan terhadap pengguna jasa guna untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran akan hak dan kewajiban pengguna jasa dalam pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Program pemberdayaan TPJK Provinsi Banten dinilai kurang baik karena pelaksanaan pembinaan yang dilakukan belum mencakup semua sasaran pengguna jasa dan hanya mencakup satu substansi yaitu pemberdayaan SDM. Yang menjadi sasaran pemberdayaan pengguna jasa adalah pemerintah provinsi, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Pelayanan Pengadaan (ULP), dan Pejabat Pembuat Keputusan (PPK).

Tabel 2-5 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Banten terhadap Pengguna Jasa

Program Pemberdayaan Pengguna

Jasa Pengadaan Kontrak

Administrasi Kontrak

Perselisihan Kontrak

Pemerintah Provinsi √ - - -

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) √ - - -

Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) √ - - -

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) √ - - -

Swasta - - - -

(7)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

3. Pemberdayaan masyarakat

Pembinaan jasa konstruksi terhadap masyarakat dilakukan untuk menumbuhkembangkan pemahaman akan peran strategis jasa konstruksi dalam pembangunan nasional, kesadaran akan hak dan kewajiban guna mewujudkan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan. Program pemberdayaan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap asosiasi profesi, asosiasi perusahaan, perguruan tinggi, dan LSM belum dilaksanakan. Substansi pemberdayaan yang diberikan kepada masyarakat terdiri dari substansi SMM dan SMK3 yang dilakukan melalui workshop/ sosialisasi.

Tabel 2-6 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Banten terhadap Masyarakat Program Pemberdayaan Masyarakat Dilaksanakan Tidak dilaksanakan Keterangan Asosiasi Profesi √ Asosiasi Perusahaan √ Perguruan Tinggi √ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) √ Bentuk Pemberdayaan: - SMM √ Workshop/Sosialisasi - SMK3 √ Workshop/Sosialisasi - UU Jasa Konstruksi √ - Penyuluhan UU Aturan Jasa Konstruksi √ - Penyuluhan Pemanfaatan Jasa Konstruksi √ - Penyuluhan Bantuan

Teknis Jasa Konstruksi

Sumber: hasil survei 2015

4. Pemberdayaan LPJKP

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Banten terhadap Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah berupa workshop.

(8)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

5. Pemberdayaan TPJK kabupaten dan kota

Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Banten sejauh ini belum melakukan pemberdayaan terhadap Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) kabupaten dan kota.

2.2.3 Pengawasan

Proses pengawasan dilakukan untuk mencapai tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi. Proses pengawasan sejauh ini belum dilaksanakan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap pemangku kepentingan konstruksi.

Tabel 2-7 Program Pengawasan TPJK Provinsi Banten terhadap Pemangku Kepentingan Jasa Konstruksi

Pengawasan Dilaksanakan Tidak

dilaksanakan Keterangan

- Penerbitan SBU √

- Penerbitan SKA √

- Penerbitan SKT √

- Evaluasi Penerbitan SIUJK √

- Evaluasi Penerbitan IMB √

- Evaluasi Tertib SMM √

- Evaluasi Tertib SMK3 √

- Evaluasi Tertib Pemanfaatan Bangunan

(9)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

2.3

Kegiatan pembinaan/ bantuan TPJK

2.3.1 Pembinaan TPJKP kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi Banten

Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Banten melakukan pembinaan kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi Banten (LPJKP). Dalam rangka peningkatan kinerja lembaga telah dilakukan kerjasama pelatihan/ koordinasi/ kemitraan kebutuhan lembaga. Sedangkan dalam sistem informasi telah dibuat website mengenai jasa konstruksi Banten yang beralamat di http://www.lpjk.org.

Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap LPJK Provinsi Banten terdiri dari:

1. Pengaturan

Bentuk pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap LPJK Provinsi Banten adalah berupa:

- Perda perizinan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi

- Perda penyelenggaraan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi

2. Pemberdayaan

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap LPJK Provinsi Banten adalah berupa:

- Workshop pelatihan tenaga ahli - Workshop pelatihan tenaga terampil - Workshop pelatihan konsultan

- Workshop pelatihan keuangan/ pertanggungan kontraktor

3. Pengawasan

Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap LPJK Provinsi Banten adalah berupa pengembangan/ peningkatan kemampuan teknologi (litbang) kontraktor yang terdiri dari SMM, SMK3, green construction.

(10)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH 2.3.2 Pembinaan TPJKP terhadap penyedia jasa

Berdasarkan Surat Edaran Kemendagri No. 601/ 476/ SJ, 13 Maret 2016, Tim Pembina Jasa Konstruksi melakukan pembinaan kepada penyedia jasa. Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap penyedia jasa terdiri dari:

1. Pengaturan

Bentuk pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap penyedia jasa adalah berupa:

- Perda perizinanan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi, dan diseminasi elektronik

- Perda penyelenggaraan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi, dan diseminasi elektronik

2. Pemberdayaan

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Banten terhadap penyedia jasa adalah berupa:

- Sosialisasi pelatihan tenaga ahli - Sosialisasi pelatihan tenaga terampil - Sosialisasi pelatihan konsultan

3. Pengawasan

Berdasarkan hasil survei bentuk pengawasan seperti pelatihan keuangan/ pertanggungjawaban dan pengembangan/ peningkatan kemampuan teknologi (litbang) di Provinsi Banten tidak dilakukan kepada penyedia jasa.

(11)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

BAB 3

POTRET INDUSTRI JASA KONSTRUKSI

3.1

Peran Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Provinsi Banten

Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki peran strategis terhadap pembangunan daerah. Kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian sangat signifikan karena sektor ini merupakan katalisator bagi sektor-sektor lain seperti sektor jasa, transportasi, perdagangan, dan industri. Semakin besar sumbangan suatu sektor terhadap PDRB, maka semakin besar pengaruh sektor tersebut terhadap perekonomian daerah. Besar kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Banten cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Pada tahun 2010, sektor konstruksi memberi konstribusi sebesar 2,69% terhadap PDB. Pada tahun 2011, kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB meningkat menjadi 2,75%. Pada tahun 2012, konstribusi sektor konstruksi terhadap PDB mengalami peningkatan sebesar 5,56%, sehingga pada tahun tersebut sektor konstruksi memberi kontribusi sebesar 8,31% terhadap PDB. Kontribusi sektor konstruksi ini kemudian meningkat menjadi 8,54% pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 9,15%. Jadi, dalam rentang tahun 2010 sampai 2014 rata-rata peran sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Banten adalah sekitar 6,3 %.

Tabel 3-1 Kontribusi Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Provinsi Banten

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 PDRB Total 88.552.190 94.198.170 310.385.590 332.517.420 350.699.730 PDRB Konstruksi 2.382.120 2.594.270 25.805.840 28.383.590 32.091.410 Konstribusi Sektor Konstruksi terhadap PDRB (%) 2,69 2,75 8,31 8,54 9,15

(12)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

3.2

Peran Sektor Konstruksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di

Provinsi Banten

Sektor konstruksi merupakan sektor yang menyediakan lapangan perkerjaan bagi masyarakat baik masyarakat yang berpendidikan, semi-berpendidikan, dan tidak berpendidikan. Penyerapan tenaga kerja di bidang konstruksi dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor konstruksi pada tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 4,65 % dari total angkatan kerja di Provinsi Banten. Jumlah tenaga kerja konstruksi cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 227.432 jiwa menjadi 277.458 jiwa pada tahun 2014.

Besar penyerapan tenaga kerja bidang konstruksi dapat dilihat pada tabel 3.2. Pada tahun 2010 penyerapan kerja sektor konstruksi di Provinsi Banten adalah sebesar 4,28 % dari total angkatan kerja sebesar 5.309.462 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 4,45% dari total angkatan kerja sebesar 5.210.224 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 5.210.224 jiwa menjadi 5.125.057 jiwa. Sementara itu, jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan dari tahun 2011 menjadi 237.977 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi pada tahun 2012 adalah sebesar 4,64%. Pada tahun 2013 penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 4,66% dari total angkatan kerja 5.146.305 jiwa. Kemudian pada tahun 2014 terjadi peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja menjadi 5,2% dari total angkatan kerja 5.338.045 jiwa.

Tabel 3-2 Peran Sektor Konstruksi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Banten Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Angkatan Kerja 5.309.462 5.210.224 5.125.057 5.146.305 5.338.045 Tenaga Kerja Konstruksi 227.432 231.911 237.977 239.824 277.458 Penyerapan Tenaga Kerja Konstruksi (%) 4,28 4,45 4,64 4,66 5,2

(13)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Sektor konstruksi yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan kepada masyakarat akan mengurangi tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan akan mampu menurunkan tingkat penggangguran, sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan penyerapan tenaga kerja konstruksi cenderung diikuti juga oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi.

Tabel 3-3 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi dengan rata-rata sebesar 6,29 % mampu menyerap tenaga kerja dengan rata-rata 242.920,4 jiwa di Provinsi Banten. Dengan kata lain, setiap pertumbuhan ekonomi sektor konstruksi mengalami peningkatan sebesar 1% di Provinsi Banten, maka rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap adalah sekitar 38.620 jiwa.

Tabel 3-3 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Bidang Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Banten

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Tenaga Kerja Konstruksi 227.432 231.911 237.977 239.824 277.458 Pertumbuhan Ekonomi Sektor

Konstruksi (%) 2,69 2,75 8,31 8,54 9,15

Sumber: Statistik Indonesia

3.3

Tenaga Kerja dan Badan Usaha Sektor Konstruksi di Provinsi Banten

3.3.1 Tenaga Kerja dan Upah Pekerja

Tenaga kerja konstruksi terdiri dari tenaga kerja tetap dan harian lepas. Tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Banten mengalami peningkatan sebesar 142,02 % dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Banten sebanyak 10.316 orang, pada tahun 2011 sebanyak 23.764 orang, pada tahun 2012 sebanyak 24798 orang, pada tahun 2013 sebanyak 25.335 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 24.967 orang.

Jumlah tenaga kerja konstruksi harian lebih besar dibanding jumlah tenaga kerja tetap konstruksi. Tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Banten dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 90,58 %. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Banten sebanyak 15.421.641 orang, pada tahun 2011 sebanyak 24.960.221

(14)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

orang, pada tahun 2012 sebanyak 25.261.955 orang, pada tahun 2013 sebanyak 27.337.419 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 29.390.151 orang.

Tabel 3-4 Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Banten

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Tenaga Kerja Tetap

(orang) 10.316 23.764 24.798 25.335 24.967

Tenaga Kerja Harian

(orang) 15.421.641 24.960.221 25.261.955 27.337.419 29.390.151 Sumber: Statistik Indonesia

3.3.2 Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil di Bidang Jasa Konstruksi di Provinsi Banten

Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang jasa konstruksi di Provinsi Banten dapat dilihat dari jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil di bidang jasa konstruksi. Jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil bidang jasa konstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah disertifikasi keahliannya dapat dilihat pada table di bawah ini.

Table 3-5 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja ahli di Provinsi Banten didominasi oleh tenaga ahli utama. Pada tahun 2010 jumlah tenaga ahli konstruksi di Provinsi Banten berjumlah 3.336 orang. Pada tahun 2011 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi11.955 orang. Selanjutnya, pada tahun 2012 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 3.782 orang, kemudian menurun pada tahun 2013 menjadi 388 orang. Pada tahun 2014 jumlah tenaga ahli konstruksi menurunmenjadi 568 orang.

Sementara itu, tenaga kerja terampil secara kuantitas mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 sampai 2014 jumlah tenaga terampil di Provinsi Banten secara berurutan adalah 7.674 orang pada tahun 2010, 6.477 orang pada tahun 2011, 6.513 orang pada tahun 2012, 7.735 orang pada tahun 2013, dan !Syntax Error, ) orang pada tahun 2014. Tenaga kerja terampil di Provinsi Banten lebih didominasi oleh tenaga terampil tingkat I.

(15)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Tabel 3-5 Tenaga Kerja Konstruksi Menurut Kualifikasi

Tahun Tenaga Kerja Ahli Tenaga Kerja Terampil

Muda Madya Utama Total Tingkat I Tingkat II Tingkat III Total 2010 266 2.723 7.014 10.003 1.753 3.542 85 5.380 2011 396 3360 8.199 11.955 3.196 3.196 85 6.477 2012 423 3478 8.323 12.224 3.214 3.214 85 6.513 2013 105 735 665 1.505 5.005 5.005 !Syntax Error, ) 2014 48 99 98 245 6.368 6.368 !Syntax Error, ) Sumber: Statistik Konstruksi

3.3.3 Badan Usaha Jasa Konstruksi di Provinsi Banten

Badan usaha konstruksi dibedakan berdasarkan skala dan bidangnya. Berdasarkan skala badan usaha jasa konstruksi dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu kecil, menengah, dan besar. Sedangkan berdasarkan bidangnya badan usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi bidang gedung, sipil dan khusus.

Berdasarkan skalanya, badan usaha lebih didominasi oleh badan usaha skala kecil. Pada tabel 3-6 jumlah badan usaha skala kecil pada tahun 2010 sampai tahun 2014 lebih banyak dibanding skala sedang dan skala besar. Pada tahun 2014 jumlah badan usaha kecil di Provinsi Banten adalah 1.880 badan usaha, sedangkan badan usaha menengah berjumlah 534 dan badan usaha besar berjumlah 26.

Jumlah badan usaha skala kecil meningkat dari 2.152 badan usaha pada tahun 2010 menjadi 1.880 badan usaha pada tahun 2014. Badan usaha skala sedang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Dalam jangka waktu tersebut, badan usaha skala sedang peningkatan dari 202 pada tahun 2010 menjadi 534 pada tahun 2014. Badan usaha besar meningkat menurun dari 24 badan usaha pada tahun 2010 menjadi 26 badan usaha pada tahun 2014.

Pada tabel 3-6 badan usaha di Provinsi Banten yang bergerak pada bidang konstruksi lebih didominasi oleh bidang gedung dan sipil. Pada tahun 2010 badan usaha bidang gedung berjumlah 1.092 menurun menjadi 1.081 pada tahun 2013. Badan usaha bidang sipil mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 2.143 menjadi 2.592 pada tahun 2014. Sementara itu, badan usaha bidang khusus meningkat dari 193 pada tahun 2010 menjadi 273 pada tahun 2014.

(16)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Tabel 3-6 Badan usaha jasa konstruksi di Provinsi Banten

Tahun Jenis/ Golongan Bidang

Kecil Sedang Besar Total Gedung Sipil Khusus Total 2010 2.152 202 24 2.378 1.092 1.093 193 2.378 2011 2.244 306 30 2.580 1.032 1.031 205 2.268 2012 1.873 525 28 2.426 1.094 1.093 239 2.426 2013 1.865 521 27 2.413 1.081 1.079 253 2.413 2014 1.880 534 26 2.440 1.083 273 1.356 Sumber: Statistik Konstruksi

3.4

Pasar Jasa Konstruksi

Pasar jasa konstruksi dapat diartikan sebagai nilai konstruksi yang dikerjakan dalam suatu wilayah. Besarnya pasar jasa konstruksi akan berpengaruh pada besarnya kontribusi sektor konstruksi terhadap PDRB baik di tingkat kota, provinsi maupun nasional. Tabel 3-7 menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi di Provinsi Banten didominasi oleh pembangunan di bidang sipil, kemudian diikuti oleh pembangunan konstruksi di bidang gedung.

Nilai konstruksi bidang gedung, sipil, dan khusus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Nilai konstruksi bidang gedung pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 1,63 triliun kemudian meningkat sebesar 19,33 % menjadi Rp 1,95 triliun pada tahun 2014. Peningkatan nilai konstruksi bidang sipil adalah sebesar 71,34 % yaitu besar nilai konstruksi pada tahun 2010 sejumlah Rp 4,16 triliun meningkat menjadi Rp 7,13 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi bidang khusus juga mengalami peningkatan, namun tidak sebesar peningkatan nilai bidang gedung dan sipil. Nilai konstruksi bidang khusus dalam jangka waktu 2010 sampai 2014 mengalami peningkatan sebesar 72,35 %, dimana besar nilai konstruksi bidang sipil pada tahun 2010 adalah Rp 1,58 triliun kemudian meningkat menjadi Rp 2,72 triliun pada tahun 2014. Nilai-nilai konstruksi ini menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi semakin luas dan pembangunan infrastruktur semakin meningkat.

(17)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Tabel 3-7 Nilai Konstruksi Berdasarkan Bidang yang Diselesaikan Tahun 2010-2014 di Provinsi Banten

Tahun

Nilai Konstruksi yang Diselesaikan (juta rupiah)

Total

Gedung Sipil Khusus

2010 1.634.935 4.161.141 1.577.671 7.373.747 2011 1.738.513 4.945.276 1.733.185 8.416.974 2012 1.843.146 5.793.830 2.107.404 9.744.380 2013 1.918.211 6.541.549 2.443.948 10.903.708 2014 1.950.888 7.129.546 2.719.057 11.799.491 Sumber: Statistik Konstruksi

Pendanaan jasa konstruksi berasal dari APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pendanaan dari sumber-sumber ini akan mepengaruhi sektor konstruksi di suatu daerah. Berdasarkan tabel 3-8 di bawah, nilai jasa pelaksanaan konstruksi yang dibiayai oleh APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan sektor strategis yang semakin berpotensi dalam meningkatkan perekonomian daerah. Dalam rentang waktu tahun 2010 sampai 2014 pendanaan konstruksi nasional didominiasi oleh pembiayaan dari APBD. Nilai konstruksi yang bersumber dari pendanaan APBD di Provinsi Banten mengalami peningkatan 89,38 % dari tahun 2010 yang bernilai Rp 4,73 triliun menjadi Rp 8,95 triliun pada tahun 2014.

Nilai konstruksi yang bersumber dari APBN di Provinsi Banten mengalami peningkatan sebesar 44,41 % dari Rp 0,45 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 0,66 triliun pada tahun 2014. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari BUMN dan BUMD yang berjumlah Rp 0,29 triliun mengalami mengalami peningkatan sebesar 16,01 % menjadi Rp 0,34 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi dari pendanaan luar negeri meningkat dari dari Rp 0,15 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 0,16 triliun pada tahun 2014. Salah satu sumber pendanaan konstruksi adalah pihak swasta. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari sumber pendanaan lain ini berjumlah Rp 1,76 triliun, kemudian menurun menjadi Rp 1,7 triliun pada tahun 2014.

(18)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Tabel 3-8 Nilai Konstruksi Pendanaan Jasa Konstruksi di Provinsi Banten

Tahun

Sumber Pendanaan Jasa Konstruksi (juta rupiah)

APBN APBD BUMN dan BUMD Luar Negeri Lain-lain 2010 454.087 4.725.103 288.987 148.480 1.757.090 2011 540.847 5.960.090 302.752 139.273 1.474.012 2012 590.421 7.106.861 321.580 147.713 1.577.805 2013 630.278 8.128.337 335.240 153.781 1.656.072 2014 655.740 8.948.498 335.240 156.449 1.697.329 Sumber: Statistik Konstruksi

3.5

Keuangan Daerah

Keuangan daerah menjadi kunci utama dalam melakukan pembangunan daerah yang menjadi bagian integral dari prinsip otonomi dan pengaturan sumberdaya nasional. Menurut PP No. 58 Tahun 2005, keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Keuangan daerah merupakan suatu kesatuan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD juga dapat diartikan sebagai rincian sumber pendapatan dan pengeluaran daerah yang akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. APBD terdiri dari 3 komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. APBD sebagai kontrol dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan di daerah agar tidak terjadi pemborosan dan penyelewengan. Pengelolaan APBD di Provinsi maupun Kabupaten/ Kota tidak boleh melebihi anggaran penerimaan sesuai dengan amanat UU No. 25 tahun 1991 yang mendorong adanya efisiensi pengeluaran dan memastikan ketersediaan sumber pembiayaan.

3.5.1 Pendapatan

Pendapatan daerah diartikan sebagai semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan

(19)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Asli Daerah, Dana Perimbangan dan pendapatan lain-lain daerah yang sah. Dari Tabel 3-9 di bawah, Provinsi Banten mengalami kenaikan pendapatan dari tahun ke tahun. Pendapatan Provinsi Banten bertumbuh sebesar 20,27 % dari tahun 2013 ke tahun 2014, hal ini juga terjadi pada pendapatan kabupaten atau kota di dalam Provinsi Banten. Pendapatan kabupaten/kota bertumbuh sebesar 18,65 % dari tahun 2013 ke tahun 2014. Pertumbuhan pendapatan kabupaten/kota lebih besar jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan Provinsi. Pendapat suatu daerah sangat dipengaruhi oleh Dana perimbangan yang berasal dari APBN. Sebagian besar Kabupaten/ Kota di Indonesia mengandalkan Dana Perimbangan untuk membiayai belanja daerahnya.

Tabel 3-9 Pendapatan Daerah di Provinsi Banten (juta rupiah)

Uraian Pendapatan

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

APBD Provinsi 2.377.317 2.924.695 3.902.075 5.718.701 6.878.072 APBD Total Kab./Kota 6.759.701 9.055.147 14.625.235 12.406.572 14.720.124

Sumber: LGF Anggaran (Ringkas)

Dana APBN yang diberikan oleh Pusat ke Provinsi Banten merupakan dana perimbangan yang diberikan untuk mendorong pembiayaan kegiatan khusus yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat. Dana perimbangan yang berasal dari APBN ini terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

Tabel 3-10 Dana Perimbangan Provinsi Banten (juta rupiah)

Tahun DBH DAU DAK

2010 335.853 460.384 45.180

2011 370.536 381.979 13.661

2012 355.852 530.833 29.687

2013 457.361 617.081 14.135

2014 405.819 728.490 16.718

Sumber: LGF Anggaran (Ringkas)

Dana Bagi Hasil di Provinsi Banten ini naik dari Rp 0,34 triliun tahun 2010 menjadi Rp 0,41 triliun tahun 2014. Dana bagi hasil yang didapatkan dari penerimaaan pajak bumi bangunan, perolehan atas hak atas atanah dan

(20)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

bangunan serta sumberdaya alam. Keberadaan DBH menunjukkan bahwa upaya pengurangan kesenjangan vertikal antara daerah dengan pusat. Dana Alokasi Umum yang dialokasikan untuk Provinsi Banten pada tahun 2010 sebesar Rp 0,46 triliun meningkat secara kontinyu sampai tahun 2014 menjadi Rp 0,73 triliun. DAU yang diberikan oleh pusat kepada Provinsi Banten merupakan upaya pemeratakan keuangan daerah untuk membiayaan kegiatan daerah sebagai tugas desentralisasi dari pemerintah pusat. Keberadaan DAU harus digunakan oleh Pemerintah Provinsi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat. Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang diberikan kepada Provinsi Banten ini menunjukkan peningkatan dari Rp 0,05 triliun (2010) menjadi Rp 0,02 triliun (2014) yang digunakan untuk mendanai urusan khusus menjadi urusan daerah dan priorotas nasional. Pengelolaan dana perimbangan untuk daerah yang bersumber dari pusat ini seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk daerah melakukan kegiatan efektif dan bermanfaat untuk kemaujuan pembangunan daerahnya.

3.5.2 Belanja

Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pengeluaran daerah dihitung melalui belanja langsung dan tidak langsung. Pengeluaran daerah terhadap sektor jasa konstruksi dapat dilihat melalui belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dna jasa, serta belanja modal.

Dalam kurun waktu 5 tahun, pengeluaran Provinsi Banten meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Nilai belanja yang dikeluarkan oleh Provinsi Banten pada tahun 2010 adalah Rp 3,49 triliun, Rp 2,51 triliun tahun 2011, Rp 4,13 triliun tahun 2012, Rp 6,05 triliun tahun 2014, dan Rp 7,35 triliun tahun 2014.

Nilai belanja yang diperoleh dari belanja tidak langsung dan belanja langsung di Provinsi Banten cenderung meningkat dari tahun 2010 sampai

(21)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

2014. berjumlah Rp 1,76 triliun pada tahun 2010, Rp 1,15 triliun tahun 2011, Rp 2,04 triliun tahun 2012, Rp 3,22 triliun tahun 2014, dan Rp 4,02 triliun tahun 2014. Belanja langsung yang diperoleh dari belanja pegawai, barang/jasa, dan modal di Provinsi Banten bernilai Rp 1,72 triliun pada tahun 2010, Rp 1,36 triliun tahun 2011, Rp 2,09 triliun tahun 2012, Rp 2,84 triliun tahun 2014, dan Rp 3,33 triliun tahun 2014. Untuk pengadaan barang dan jasa, Pemerintah Provinsi Banten mengeluarkan belanja sebesar Rp 1,23 triliun pada tahun 2010, Rp 1,81 triliun tahun 2011, Rp 3,18 triliun tahun 2012, Rp 2,89 triliun tahun 2014, dan Rp 4,11 triliun tahun 2014.

Berdasarkan pendapatan dan belanja, Provinsi Banten memiliki selisih lebih antara realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran atau yang disebut dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). SiLPA di Provinsi Banten bernilai Rp 0,57 triliun pada tahun 2010, Rp 0,16 triliun tahun 2011, Rp 0,26 triliun tahun 2012, Rp 0,36 triliun tahun 2014, dan Rp 0,76 triliun tahun 2014.

Tabel 3-11 Pengeluaran Daerah dan SiLPA tahun 2010-2014 di Provinsi Banten (juta rupiah)

Uraian Pengeluaran

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Belanja Tidak Langsung 1.764.097 1.146.904 2.039.583 3.216.559 4.022.623

Belanja Langsung 1.721.198 1.364.363 2.094.492 2.835.444 3.326.779

Belanja Pegawai 130.439 108.064 142.946 178.983 159.273

Belanja Barang dan jasa Total Kab./Kota 1.227.218 1.812.063 3.183.333 2.886.217 4.105.577 Belanja Modal Total Kab./Kota 1.340.744 2.185.371 4.058.902 3.744.277 4.871.364 Total Belanja 3.485.295 2.511.267 4.134.075 6.052.003 7.349.402 SiLPA TA sebelumnya 572.000 157.450 264.000 364.303 759.418 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas)

Gambar

Tabel 1-1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk  di Provinsi Banten
Tabel 2-1 Susunan dan Personalia TPJK Pemerintah Provinsi Banten berdasarkan  Surat Keputusan Gubernur Nomor 601.05/Kep.242-Huk/2009 tahun 2009
Tabel 2-3 Program Pengaturan TPJK Provinsi Banten terhadap Pemangku  Kepentingan Konstruksi
Tabel 2-4 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Banten terhadap  Penyedia Jasa  Program  Pemberdayaan  Penyedia Jasa  Sumber Daya Manusia  Pembiayaan/ Manajemen Keuangan  Asuransi  Pertanggung jawaban Teknis  Badan Usaha  -  -  -  -  Tenaga Ahli  -  -  -  -
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cilacap Samudera Fishing Industry Kendari telah mengikutsertakan sejumlah 50 orang dari 150 orang tenaga kerjannya kedalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Para PNS lingkungan Kecamatan dan Kelurahan wajib apel pagi setiap hari senin di Halaman Kantor Kecamatan Kebayoran Baru, dan akan diberikan teguran kepada yang tidak ikut apel

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas

Untuk mengetahui pengaruh Service Quality, Perceived Price Fairness, dan Customer Satisfaction secara simultan dan signifikan terhadap Customer Loyalty pada

Untuk informasi lebih lanjut mengenai memasang ulang Windows menggunakan drive pemulihan USB, lihat bagian Pemecahan Masalah dari Manual Servis produk Anda di

WLD2 Bulak Banteng-Dukuh Kupang PP

kecil, sedang atau besar baik yang berada pada lokasi tersendiri maupun yang berlokasi pada pusat perbelanjaan/mall dapat melayani makan ditempat/dine in dibatasi