• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sumatera Selatan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

(2)

i

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunia- nsi Sumatera Selatan Triwulan I 2014

dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

Palembang, Mei 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII

Ttd R. Mirmansyah Direktur Eksekutif

(3)
(4)

iii

Daftar Isi

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Grafik ... vii

Daftar Boks ... xi

Indikator Utama ...xiii

1 Ringkasan Umum ... xvii

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional ... 1

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum ... 1

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral ... 2

1.2.1 Sektor Pertanian ... 3

1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 5

Boks A. Sumber Energi Melimpah, Ketahanan Energi di Sumatera Selatan Terjamin ... 6

1.2.3 Sektor Industri Pengolahan ... 7

1.2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ... 7

1.2.5 Sektor Lainnya ... 8

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan ...10

2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan ...17

2.1 Inflasi Secara Umum ...17

2.2 Kondisi Harga di Pasar Internasional ...23

2.3 Survei Pemantauan Harga...25

2.4 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran ...26

Boks B. Dampak El Nino Masih Terbatas, Namun Perlu Diwaspadai ... 27

2.5 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan ...29

Boks C. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Palembang Triwulan I 2014 Meningkat ... 31

3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ...35

3.1 Kondisi Umum ...35

(5)

iv

3.3 Penyaluran Kredit/Pembiayaan ... 38

3.3.1 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral ... 38

3.3.2 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan ... 39

3.3.3 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten ... 40

3.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional ... 42

3.5 Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan ... 43

3.6 Kelonggaran Tarik ... 43

3.7 Perkembangan Bank Umum Syariah ... 44

3.8 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ... 45

3.9 Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) ... 46

3.10 Perkembangan Perkasan ... 48

4 Perkembangan Keuangan Daerah ... 51

4.1 Realisasi APBD Triwulan I 2014 ... 51

4.2 Perbandingan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2013 ... 53

4.3 Perkembangan APBD 2014 ... 54

5 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ... 55

5.1 Ketenagakerjaan ... 55

5.2 Pengangguran ... 56

5.3 Nilai Tukar Petani ... 57

5.4 Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) ... 59

5.5 Tingkat Kemiskinan ... 60

5.6 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen ... 62

5.6.1 Indikator Ketenagakerjaan ... 63

5.6.2 Indikator Penghasilan ... 64

6 Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah ... 65

6.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 65

(6)

v

Daftar Tabel

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK

2000 (%) ... 2

Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) ... 3

Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 2014 (%) ...10

Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 2014 (%) ...11

Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) ...14

Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) ...15

Tabel 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok ...21

Tabel 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Per Kelompok ...22

Tabel 2-3. Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas ...23

Tabel 2-4. Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas ...23

Tabel 2-5. Andil Inflasi Tahunan Per Komoditas ...23

Tabel 2-6. Andil Deflasi Tahunan Per Komoditas ...23

Tabel 3-1. Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Miliar) ...37

Tabel 3-2. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) ...39

Tabel 3-3. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) ...41

Tabel 3-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ...45

Tabel 3-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ....46

Tabel 3-6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan ...48

Tabel 3-7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ...48

Tabel 4-1 Realisasi APBD Pemprov Sumsel Triwulan I 2014 (Rp Miliar) ...52

Tabel 4-2. Perbandingan Persentase Realisasi APBD Sumatera Selatan Sampai Dengan Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2013 ...53

Tabel 4-3 Perkembangan APBD Tahun 2012-2014 (Miliar Rupiah) ...54

Tabel 5-1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2012 Februari 2014 ...55

Tabel 5-2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2012 Februari 2014 ...56

Tabel 5-3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2012 Februari 2014 ...57

(7)

vi

Tabel 5-6. Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ribu ton) ... 59 Tabel 5-7. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun 2011-2013 ... 60 Tabel 5-8. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008 - Maret 2013 ... 61 Tabel 5-9. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumatera Selatan Menurut Daerah, Maret 2009-Maret 2013 ... 62 Tabel 5-10. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Triwulan I 2014 ... 63 Tabel 5-11. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Triwulan I 2014 ... 63 Tabel 5-12. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Triwulan I 2014 ... 64 Tabel 5-13. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Triwulan I 2014 64 Tabel 6-1. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2013 dan 2014 (dalam persentase) ... 67 Tabel 6-2. Volume Perdagangan Internasional ... 68

Tabel 6-3. Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Sumsel

Triwulan I 2014 ... 68 Tabel 6-4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan dan Inflasi Palembang (% yoy) ... 70

(8)

vii

Daftar Grafik

Grafik 1-1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 ... 1

Grafik 1-2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 ... 1

Grafik 1-3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2014 (%) ... 3

Grafik 1-4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan ... 4

Grafik 1-5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar ... 4

Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan ... 5

Grafik 1-7. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumatera Selatan ... 5

Grafik 1-8. Perkembangan Harga Batu Bara ... 5

Grafik 1-9. Perkembangan Harga Minyak Bumi ... 5

Grafik 1-10. Perkembangan Produksi dan Ekspor Batubara di Sumatera Selatan ... 6

Grafik 1-11. Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional ... 7

Grafik 1-12. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional ... 7

Grafik 1-13. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Sumsel ... 8

Grafik 1-14. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan ... 8

Grafik 1-15. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan ... 9

Grafik 1-16. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan ... 9

Grafik 1-17. Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan ... 9

Grafik 1-18. Perkembangan Jumlah Pelanggan ... 9

Grafik 1-19. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama ...11

Grafik 1-20. Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan ...11

Grafik 1-21. Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Selatan ...12

Grafik 1-22. Perkembangan Simpanan Pemda Sumatera Selatan di Perbankan ...12

Grafik 1-23. Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan ...12

Grafik 1-24. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar ...13

Grafik 1-25. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan ...14

Grafik 1-26. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan ...14

Grafik 1-27. Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ...15

Grafik 1-28. Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2014 ...15

(9)

viii

Triwulan I 2014 ... 16

Grafik 1-32. Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan I 2014 ... 16

Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional ... 18

Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional ... 18

Grafik 2-3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang ... 18

Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan ... 18

Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender 2011-2014 ... 19

Grafik 2-6. Disagregasi Inflasi Tahunan ... 20

Grafik 2-7. Disagregasi Inflasi Bulanan ... 20

Grafik 2-8. Disagregasi Inflasi Aktual Vs. Historis ... 21

Grafik 2-9. Inflasi Tradeables Vs. Non Tradeables ... 21

Grafik 2-10. Perkembangan Harga Kedelai Internasional ... 24

Grafik 2-11. Perkembangan Harga Terigu Internasional ... 24

Grafik 2-12. Perkembangan Harga Beras Internasional ... 24

Grafik 2-13. Perkembangan Harga Emas Internasional ... 24

Grafik 2-14. Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Tradisional dan Modern di kota Palembang ... 25

Grafik 2-15. Inflasi Survei Pemantauan Harga dan Inflasi BPS ... 26

Grafik 2-16. Perkembangan Curah Hujan Bulanan ... 27

Grafik 2-17. Perkiraan Curah Hujan April 2014... 27

Grafik 2-18. Produksi dan Luas Panen Padi di Sumsel ... 28

Grafik 2-19. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan ... 29

Grafik 2-20. Perkembangan Nilai Tukar Petani ... 29

Grafik 2-21. Perkembangan Keyakinan Konsumen ... 30

Grafik 2-22. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga ... 30

Grafik 2-23. IKK, IKE, IEK Triwulanan 2012-2014 ... 31

Grafik 2-24 IKK, IKESI dan IEK Bulanan 2013-2014 ... 32

Grafik 2-25. Pembentuk Ekspektasi Konsumen 2013-2014 ... 32

Grafik 2-26. Pembentuk Keyakinan Konsumen 2013-2014 ... 32

Grafik 2-27. Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan ... 33

Grafik 3-1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan ... 36

Grafik 3-2. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi ... 36

Grafik 3-3. Komposisi DPK Perbankan Sumsel Triwulan I 2014 ... 36

Grafik 3-4. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Selatan ... 37

(10)

ix

Grafik 3-6. Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I

2014 ...38

Grafik 3-7. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan ...40

Grafik 3-8. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2014 di Provinsi Sumatera Selatan 40 Grafik 3-9. Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2014 ...40

Grafik 3-10. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ...40

Grafik 3-11. Pangsa Kredit per Kabupaten/Kota Triwulan I 2014 ...41

Grafik 3-12. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan ...43

Grafik 3-13. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan ...43

Grafik 3-14. Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan ...43

Grafik 3-15. Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan ...44

Grafik 3-16. Perkembangan financing-to-deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...44

Grafik 3-17. Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...44

Grafik 3-18. Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...45

Grafik 3-19. Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...45

Grafik 3-20. Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...46

Grafik 3-21. Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...46

Grafik 3-22. Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...46

Grafik 3-23. Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...46

Grafik 3-24. Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan ...47

Grafik 3-25. Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja ...47

Grafik 3-26. Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan ...47

Grafik 3-27. Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan ..48

Grafik 3-28. Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan .48 Grafik 3-29. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan 2011-2014...49

Grafik 3-30. Perkembangan Pemusnahan Uang Lusuh ...49

Grafik 4-1. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Sumatera SelatanTriwulan I 2014 ...53

Grafik 4-2. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Sumatera SelatanTriwulan I 2014 ...53

Grafik 5-1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani ...58

Grafik 5-2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumatera Selatan dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia ...58

Grafik 5-3. Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan ...58

Grafik 5-4. Perkembangan Gini Ratio Sumsel ...62

(11)
(12)

xi

Daftar Boks

Boks A. Sumber Energi Melimpah, Ketahanan Energi di Sumatera Selatan Terjamin ... 6 Boks B. Dampak El Nino Masih Terbatas, Namun Perlu Diwaspadai ... 27 Boks C. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Palembang Triwulan I 2014 Meningkat ... 31

(13)

xii

(14)

xiii

Indikator Utama

A. PDRB & Inflasi I II III IV I II III IV I 129.61 131.26 132.15 133.44 136.39 137.48 141.68 142.84 108.46 3.82 3.94 2.60 2.72 5.23 4.74 7,21 7.04 5.11 3.92 5.84 3.44 3.52 12.25 7.78 9,81 7.73 1.57 4.48 4.90 4.84 3.98 3.91 3.97 4,55 6.79 6.45 4.11 3.25 1.53 1.52 2.69 3.68 3,91 4.78 3.35 6.79 5.57 1.49 3.12 1.83 -0.54 0,43 -1.30 1.30 3.87 2.78 2.11 3.35 3.63 2.86 2,99 4.07 3.46 3.88 2.11 2.52 2.57 2.51 2.54 1,38 1.46 2.26 0.92 1.00 1.63 1.68 1.80 6.24 17,72 17.70 14.40 6.9 6.0 5.8 5.5 6.2 6.0 5.2 6.6 6.3 6.2 6.1 7.4 1.9 1.5 3.1 2.6 12.7 7.9 4.3 (0.2) (2.0) 1.5 1.1 2.4 0.7 1.6 1.6 4.6 4.9 5.8 6.8 8.5 7.5 5.6 5.1 5.7 4.8 6.1 6.5 5.4 7.5 7.2 9.5 6.9 6.7 8.2 7.9 8.7 10.1 12.6 10.8 9.4 5.6 7.4 9.0 10.2 9.7 7.6 8.9 7.0 8.7 8.5 9.0 15.4 12.3 12.0 8.1 9.5 9.2 7.8 7.4 7.7 8.2 9.2 9.6 9.2 9.7 9.3 8.3 7.1 7.1 8.1 9.1 6.0 8.0 8.9 7.0 7.7 5.3 7.6 6.9 6.0 5.8 5.5 6.2 6.0 5.2 6.6 6.3 7.1 6.4 6.8 7.1 7.9 8.7 9.4 9.4 8.0 7.9 9.2 (0.8) 8.3 10.2 3.0 15.9 5.8 6.9 11.3 9.1 11.3 15.7 9.7 8.0 3.4 8.0 7.1 (1.6) 2.8 5.3 4.7 3.5 (5.0) (0.1) (7.4) 10.3 30.9 22.1 10.9 7.8 12.1 14.4 11.8 10.3 6.0 I II III IV I II III IV I 904.40 1,063.22 905.90 818.17 843.97 843.73 724.39 806.91 703.04 131.23 102.96 155.48 139.59 134.82 131.83 145.15 145.49 85.71 Volume ekspor nonmigas (juta ton) 1,520.31 1,157.16 1,412.41 1,903.99 1,167.42 1,222.79 1,558.16 1,556.81 1,631.58

123.25 117.17 158.18 140.63 130.46 164.29 135.09 646.12 139.11

2014

2014

- Jasa

- Pengangkutan dan komunikasi

- Konsumsi Rumah Tangga dan Nirlaba - Keuangan, persewaan dan jasa

- Ekspor barang dan jasa - Investasi

MAKRO

Laju Inflasi

Nilai impor nonmigas (USD Juta)

Volume impor nonmigas (juta ton) Nilai ekspor nonmigas (USD Juta)

Ekspor Impor

2012

INDIKATOR 2013

Indeks Harga Konsumen

Makanan Jadi - Tahunan (yoy) Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Bahan Makanan Perumahan

- Pertambangan & penggalian

- Bangunan

Pertumbuhan Tahunan PDRB Sektoral

2012 2013

- Perdagangan, hotel dan restoran

- Impor barang dan jasa - Industri pengolahan

- Konsumsi Pemerintah

Pertumbuhan Tahunan PDRB Penggunaan - Listrik, gas dan air bersih

(15)

xiv

Total Aset (Rp Triliun) 66.44 65.70 67.93 68.76 69.28 71.18 71.63 70.49 70.61 DPK (Rp Triliun) 53.08 51.89 52.60 53.94 52.76 53.73 53.58 53.69 52.32 - Tabungan 20.27 21.70 21.62 23.86 22.35 22.94 24.04 25.58 24.02 - Giro 9.30 9.57 10.21 9.19 9.04 11.78 10.22 8.79 8.42 - Deposito 23.52 20.62 20.77 20.89 21.38 19.00 19.33 19.32 19.87 Kredit Berdasarkan Penggunaan (Rp Triliun) 53.56 58.53 61.27 62.29 63.34 68.07 73.12 75.60 76.42 - Modal Kerja 22.57 25.38 26.33 26.23 26.85 26.59 28.45 28.21 27.66 - Investasi 12.67 14.02 14.76 15.18 15.23 19.50 21.78 24.05 25.00 - Konsumsi 18.32 19.13 20.18 20.88 21.25 21.98 22.89 23.34 23.76 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Triliun) 53.56 58.53 61.27 62.29 63.34 68.07 73.12 75.60 76.42 Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha 35.24 39.40 41.09 41.41 42.09 46.09 50.23 52.26 52.66 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 8.33 9.59 10.06 11.12 11.21 12.47 12.97 13.38 13.54 Pertambangan dan Penggalian 3.27 3.77 3.91 2.82 2.92 3.49 3.86 3.63 3.76 Industri Pengolahan 6.38 6.96 7.15 7.14 7.03 7.40 8.65 9.04 9.20 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.97 1.33 1.56 1.53 1.52 2.23 3.30 4.29 4.18 Konstruksi 1.96 2.32 3.00 2.77 2.87 3.29 3.43 3.02 2.90 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.27 10.34 10.56 10.87 11.27 13.01 13.68 14.36 14.57 Pengangkutan dan Komunikasi 0.72 0.74 0.74 0.76 0.76 0.82 0.83 0.94 0.81 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.92 2.12 2.22 2.38 2.57 2.74 2.84 2.89 2.95 Jasa-jasa 2.42 2.24 1.89 2.02 1.93 0.64 0.67 0.72 0.75 Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha 18.32 19.13 20.18 20.88 21.25 21.98 22.89 23.34 23.76 Rumah Tinggal 4.66 5.29 4.20 4.39 4.67 5.24 5.49 5.54 5.61 Flat dan Apartemen 0.02 0.02 0.06 0.07 0.07 0.03 0.03 0.03 0.03 Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) 0.68 0.82 0.89 0.95 1.00 1.03 1.08 1.09 1.08 Kendaraan Bermotor 3.45 3.50 3.34 3.19 2.94 2.90 3.03 2.94 3.03 Lainnya 9.51 9.51 11.69 12.29 12.58 12.77 13.25 13.74 14.01 LDR 100.90% 112.80% 116.50% 115.47% 120.04% 126.70% 136.46% 140.82% 146.07% NPL % Gross 1.32 1.19 2.21 2.13 2.39 2.42 2.37 2.26 2.50

Sumber: LBU dan LBUS

I II III IV I II III IV I

BPR/BPRS

Total Aset (Rp Miliar) 880.49 978.76 989.17 1005.52 1022.10 1029.88 994.28 1057.83 1046.97 DPK (Rp Miliar) 551.33 627.01 639.97 629.83 648.21 678.49 609.68 587.78 641.18 - Tabungan 217.00 220.94 226.16 211.04 199.98 203.67 188.19 206.23 193.44 - Deposito 334.33 406.07 413.82 418.79 448.23 474.82 421.50 381.55 447.74 Kredit Berdasarkan Penggunaan (Rp Miliar) 619.77 687.82 723.85 759.15 763.15 779.80 769.76 775.12 783.52 - Modal Kerja 296.95 340.33 361.85 389.37 387.71 402.03 396.99 415.60 406.71 - Investasi 95.52 105.57 121.29 123.70 123.62 129.03 123.68 126.67 119.23 - Konsumsi 227.30 241.92 240.71 246.07 251.82 248.74 249.09 232.85 257.58 LDR 112.41% 109.70% 113.11% 120.53% 117.73% 114.93% 126.26% 131.87% 122.20% Nominal NPL (Rp Miliar) 27.04 29.59 31.14 34.18 45.86 47.98 53.78 47.62 48.33 NPL 4.36% 4.30% 4.30% 4.50% 5.69% 6.15% 6.99% 6.14% 6.17%

*) Data Laporan Bulanan (Labul) BPR Februari 2013

I II III IV I II III IV I

Bank Umum Syariah

Total Aset (Rp Miliar) 3,403.41 3,800.67 4,296.69 4,840.80 5,578.10 5,734.47 5,453.23 5,570.45 6,401.69 DPK (Rp Miliar) 2,178.04 2,345.07 2,701.16 3,051.05 3,430.94 3,280.70 3,201.67 3,538.91 3,379.92 - Tabungan 157.72 147.10 173.98 279.64 201.33 193.68 216.62 244.99 174.86 - Giro 857.62 1,009.96 1,031.70 1,131.63 1,135.46 1,223.23 1,296.54 1,530.26 1,345.49 - Deposito 1,162.70 1,188.01 1,495.49 1,639.78 2,094.16 1,863.79 1,688.51 1,763.66 1,859.57 Pembiayaan (Rp Miliar) 2,719.32 3,193.66 3,426.90 3,803.55 4,039.81 4,269.61 4,310.49 4,429.92 4,186.89 FDR 114.52% 136.19% 126.87% 124.66% 117.75% 130.14% 134.63% 125.18% 123.88% Sumber: LBUS 2013 2013 2014 2014 INDIKATOR 2012 2012 INDIKATOR

(16)

xv

C. Sistem Pembayaran I II III IV I II III IV I 1. Nominal (Rp Miliar) 8,901.37 9,547.50 9,152.97 9,492.04 9,252.38 9,547.88 9,866.25 14,551.92 8,743.49 Warkat (lembar) 215,406 269,906 264,965 292,714 285,786 301,974 297,799 297,387 254,818 2. a. Nominal (Rp Miliar) 143.57 153.99 150.05 158.20 154.21 151.55 156.61 238.56 145.72 b. Volume/Warkat (lembar) 3,474 4,353 4,344 4,879 4,763 4,793 4,727 4,875 4,247 3. a. Nominal (Rp Miliar) 75.38 135.79 117.60 137.62 114.53 121.86 102.34 118.29 90.44 b. Volume/Warkat (lembar) 127.63 106.19 158.21 186.72 156.88 162.40 151.43 187.79 138.71 4. Nominal (Rp Miliar) 143.65 150.67 158.02 199.12 193.48 177.35 202.29 247.04 172.15 Warkat (lembar) 3,584 4,432 4,577 5,406 5,707 5,440 6,421 6,631 5,919 Jumlah hari 62 62 61 60 60 63 63 61 60 5. Nominal (%) 1.61% 1.58% 1.73% 2.10% 2.09% 1.86% 2.05% 1.70% 1.97% Warkat (%) 1.66% 1.64% 1.73% 1.85% 2.00% 1.80% 2.16% 2.23% 2.32% 6. 130.83 41.16 38.82 239.47 459.31 625.68 629.34 468.33 390.67 Aliran uang masuk/inflow 2,038.62 1,896.89 3,454.68 2,560.80 2,160.01 1,371.27 2,223.40 1,598.61 2,478.80 Aliran uang keluar (outflow) 2,602.42 3,125.35 3,511.33 4,180.12 2,508.64 2,809.86 3,847.04 3,382.18 2,468.29 Net Inflow (outflow) (563.80) (1,228.46) (56.65) (1,619.32) (348.62) (1,438.59) (1,623.65) (1,783.57) 10.51 Perputaran Kliring

b.

Mutasi kas (Rp Miliar) a.

a.

Penolakan Cek/BG a.

Rata-rata Harian Kliring

Penolakan Cek/BG b. b. 2012 KETERANGAN 2013 2014 c. b. PTTB Rata-rata Harian RTGS a.

(17)

xvi

(18)

xvii

1

Ringkasan Umum

Abstraksi

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) melambat pada triwulan I 2014 didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga seiring dengan normalisasi sektor pertanian. Namun perlambatan tersebut masih tertahan stabilnya sektor pertambangan dan penggalian dan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan PHR.

Sementara itu, inflasi Sumsel mengalami perlambatan akibat pasokan bahan pangan yang terjaga. Hal tersebut membuat inflasi volatile food menjadi penyumbang deflasi. Sementara itu, inflasi administered price dan inti relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Capaian inflasi yang rendah ini membuat kota Palembang dan Lubuklinggau termasuk dalam lima kota dengan inflasi terendah se-Sumatera.

Kinerja perbankan Sumsel mengalami perlambatan seiring dengan moderasi pertumbuhan ekonomi. Aset menurun seiring dengan penghimpunan dana yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kredit masih tumbuh tinggi. Seiring dengan perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 ini, transaksi pembayaran mengalami perlambatan.

Perekonomian Sumsel pada triwulan II 2014 diperkirakan tumbuh moderat. Sektor utama Sumsel diperkirakan akan melambat walau masih ditopang oleh tingginya konsumsi domestik dan membaiknya investasi. Pertumbuhan ekonomi yang moderat disertai dengan penurunan tren inflasi yang masih berlanjut. Penurunan tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut seiring dengan meningkatnya pasokan bahan pangan.

(19)

xviii

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan ekonomi Sumsel melambat. Pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan I 2014 tercatat 6,3% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2013 sebesar 6,6% (yoy). Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh perlambatan konsumsi rumah tangga akibat normalisasi pertumbuhan sektor pertanian ke polanya. Produksi karet mengalami penurunan di tengah tekanan harga karet internasional yang masih menurun.

Sektor pertambangan dan penggalian relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor utama Sumsel lainnya, yaitu industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) mengalami pertumbuhan pada triwulan I 2014 ini. PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Sumatera Selatan melambat. Inflasi tahunan Sumatera Selatan pada triwulan I 2014 mencapai 5,11% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 7,04% (yoy). Tekanan inflasi sisi penawaran menurun akibat pasokan bahan pangan khususnya beras dan cabai merah yang terjaga. Sementara itu,

inflasi kelompok administered food dan inti relatif stabil dibanding

triwulan sebelumnya.

Tekanan inflasi sisi permintaan dapat dipenuhi melalui pasokan yang terjaga. Masuknya masa panen membuat pasokan bahan pangan melimpah sehingga menjadi penyumbang deflasi pada bulan Februari-Maret. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan seiring dengan normalisasi sektor pertanian sehingga permintaan masyarakat cenderung terkendali.

Perlambatan ekonomi

disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga akibat normalisasi pertumbuhan sektor pertanian

Inflasi Sumsel terus mengarah kepada pola normalnya didukung oleh pasokan bahan pangan yang terjaga.

(20)

xix

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan mengalami perlambatan. Secara umum, kinerja perbankan di Sumsel pada triwulan I 2014 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset mengalami perlambatan sejalan dengan penurunan penghimpunan dana. Namun di sisi lain, kredit masih tumbuh tinggi walaunpun mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Akibat peningkatan BI rate sejak Juni 2013 kenaikan suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan suku bunga kredit

Perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 membuat transaksi pembayaran mengalami perlambatan. Dibandingkan triwulan sebelumnya, transaksi non-tunai melalui kliring dan RTGS mengalami

perlambatan. Sementara itu, transaksi inflow dan outflow relatif

melambat dibanding triwulan sebelumnya dan pada triwulan ini terjadi net inflow.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi pendapatan dan belanja Pemprov Sumatera Selatan pada triwulan I 2014 mengalami perlambatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan masih lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja. Realisasi pendapatan didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah. Sementara itu, realisasi belanja didominasi oleh belanja hibah.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan terindikasi membaik. Jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan diiringi dengan jumlah penganggur yang menurun. Hal ini menyebabkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami penurunan. Kondisi kesejahteraan mengalami perbaikan yang ditunjukkan dengan persentase kemiskinan yang menurun. Namun dengan meningkatnya gini ratio menandakan bahwa perbedaan penghasilan semakin lebar.

Kinerja perbankan mengalami perlambatan

Realisasi pendapatan dan belanja Pemprov Sumsel menurun dibanding tahun lalu

Kesejahteraan terindikasi membaik Transaksi pembayaran melambat seiring dengan perlambatan ekonomi

(21)

xx

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Sumsel di triwulan II 2014 diperkirakan tumbuh moderat. Konsumsi Pemerintah diperkirakan melambat dan

impor diperkirakan meningkat sehingga mendorong

pertumbuhan ekonomi ke bawah. Dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor utama Sumsel yaitu sektor pertanian diperkirakan melambat akibat berakhirnya masa panen dan kegiatan replanting kelapa sawit di beberapa titik. Sektor pertambangan dan penggalian juga diperkirakan melambat sebagai dampak ditertibkannya Izin Usaha Penambangan. Namun konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sejalan dengan masuknya masa liburan sekolah, menjelang bulan puasa, dan kegiatan kampanye pemilu presiden. Membaiknya perekonomian dunia juga diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekspor.

Tren perlambatan inflasi masih akan lanjut hingga triwulan II 2014. Inflasi pada triwulan II diperkirakan akan melambat seiring dengan pasokan bahan pangan yang cukup. Tekanan

administered price diperkirakan masih akan minimal dan kelompok inti diperkirakan masih stabil.

Perekonomian diperkirakan tumbuh moderat.

Trend perlambatan inflasi diperkirakan akan lanjut hingga triwulan II 2014

(22)

1

1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Pertumbuhan ekonomi melambat.

 Pertumbuhan ekonomi melambat yang didorong kinerja sektor pertanian yang tumbuh pada pola normalnya.

 Dari sisi permintaan, perlambatan didorong oleh perlambatan konsumsi seiring dengan perlambatan sektor utama Sumsel.

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Pertumbuhan ekonomi melambat. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2014 melambat menjadi 6,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan kinerja sektor pertanian yang tumbuh pada pola normalnya setelah sebelumnya mengalami peningkatan yang tinggi. Di sisi lain, kinerja sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masih tumbuh tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Angka pertumbuhan ekonomi triwulan ini berada tepat pada kisaran proyeksi laporan sebelumnya, yaitu 6,0 6,5% (yoy).

Secara triwulanan, PDRB Sumatera Selatan pada triwulan I 2014 turun 0,2% (qtq), lebih tinggi dibanding penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,6% (qtq). Pertumbuhan tersebut relatif normal dan merupakan faktor musiman karena dalam triwulan I belum terdapat banyak realisasi kegiatan pembangunan dan baru akan memasuki masa panen. Kinerja triwulan I 2014 sedikit menurun dibandingkan triwulan I 2013 yang tumbuh sebesar 0,1% (qtq).

Grafik 1-1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB

Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Grafik 1-2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000

-1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 15.5 16.0 16.5 17.0 17.5 18.0 18.5 19.0 19.5 20.0 1 2 3 4 I II III IV I 2012 2013 2014 %yoy

Rp Triliun PDRB (Harga Konstan)

gPDRB (RHS) -4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 15.5 16.0 16.5 17.0 17.5 18.0 18.5 19.0 19.5 20.0 1 2 3 4 I II III IV I 2012 2013 2014 %qtq Rp Triliun PDRB (Harga Konstan)

gPDRB (RHS)

(23)

2

Pada triwulan I 2014 ini, terjadi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar. Berdasarkan rekapitulasi liaison dari berbagai narasumber di provinsi Sumsel, dampak perubahan nilai tukar memiliki pengaruh negatif maupun positif. Untuk menyikapi perubahan tersebut beberapa perusahaan telah menerapkan berbagai strategi untuk meminimalkan dan mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi kemudian yang akan mempengaruhi kelangsungan usaha mereka. Diantara beberapa perusahaan tersebut ada yang mengurangi margin keuntungannya atau mengurangi sedikit kualitas produknya tanpa menaikkan harga produknya dengan alasan mempertimbangkan daya beli masyarakat. Beberapa perusahaan yang lain lebih memilih menaikkan harga produknya, bahkan ada beberapa perusahaan yang telah menaikkan harga produknya diawal tahun 2013 sebelum nilai tukar rupiah melemah karena sudah dapat menangkap sinyal-sinyal pelemahan nilai tukar rupiah sebelumnya sehingga tidak perlu menaikkan harga produknya ketika rupiah melemah. Namun disisi lain, depresiasi nilai tukar menjadi keuntungan yang baik bagi beberapa perusahaan. Terutama bagi perusahaan yang aktivitas usahanya lebih banyak melakukan ekspor dibanding impor. Namun demikian, pelaku usaha sepakat bahwa level nilai tukar yang baik untuk kestabilan ekonomi di Sumsel adalah berkisar di level Rp10.000,00 Rp11.000,00 per USD.

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Sektor pertanian melambat setelah triwulan sebelumnya mengalami peningkatan yang tinggi. Kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan walaupun masih tumbuh pada level yang cukup tinggi, yaitu sebesar 7,9% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,7% (yoy). Sektor pertambangan juga tumbuh relatif stabil sebesar 1,6% (yoy). Perlambatan ekonomi Sumsel masih tertahan kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR yang masih mengalami pertumbuhan.

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)

Sektor 2011 2012 2013 2014

I II III IV Total I II III IV Total I

Pertanian 5.3 6.7 6.7 6.0 1.9 5.4 1.5 3.1 2.6 12.7 4.8 7.9

Pertambangan 2.6 3.3 (0.5) (2.4) 1.7 0.5 1.1 2.4 0.7 1.6 1.5 1.6

Industri Pengolahan 5.8 5.5 4.9 6.9 6.7 6.0 8.5 7.5 5.6 5.1 6.7 5.7

Listrik,Gas & Air

Bersih 8.2 9.4 10.3 6.7 6.0 8.0 7.5 7.2 9.5 6.9 7.8 6.7 Bangunan 13.1 9.2 7.9 8.2 10.1 8.9 12.6 10.8 9.4 5.6 9.5 7.4 Perdagangan, Hotel & Restoran 8.0 9.5 11.0 9.8 7.6 9.4 8.9 7.0 8.7 8.5 8.3 9.0 Angkutan & Komunikasi 12.4 13.1 12.3 12.0 8.1 11.3 9.5 9.2 7.8 7.4 8.5 7.7 Keuangan, Persewaan

& Jasa Perusahaan 8.3 8.1 9.2 9.4 9.0 8.9 9.7 9.3 8.3 7.1 8.6 7.1

Jasa - jasa 7.3 8.7 8.5 5.4 8.0 7.6 8.9 7.0 7.7 5.3 7.2 7.6

PDRB 6.5 7.0 6.1 5.5 5.5 6.0 6.2 6.0 5.2 6.6 6.0 6.3

(24)

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

3

Secara triwulanan, sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing turun 3,1% (qtq). Di sisi lain, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 0,3%, dan sektor PHR tumbuh 0,5% (qtq).

Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)

Sektor 2012 2013 2014

I II III IV I II III IV I

Pertanian 1.6 11.5 12.9 (20.3) 1.2 13.2 12.4 (12.5) (3.1)

Pertambangan 1.0 0.5 (0.0) 0.2 0.4 1.8 (1.7) 1.2 0.3

Industri Pengolahan (2.6) 2.8 5.0 1.5 (0.9) 1.8 3.2 1.0 (0.4)

Listrik,Gas & Air Bersih (2.2) 4.4 1.1 2.8 (0.9) 4.1 3.4 0.3 (1.1)

Bangunan (4.0) 4.3 5.0 4.8 (1.8) 2.7 3.6 1.2 (0.1)

Perdagangan, Hotel &

Restoran (1.1) 4.2 3.0 1.4 0.1 2.4 4.6 1.2 0.5

Angkutan & Komunikasi (0.9) 1.8 5.0 2.0 0.5 1.5 3.6 1.6 0.8

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

1.6 1.7 2.5 2.9 2.3 1.3 1.7 1.6 2.3

Jasa - jasa (0.6) 3.4 1.4 3.7 0.2 1.6 2.0 1.3 2.4

PDRB (0.5) 4.2 4.8 (2.8) 0.1 3.9 4.1 (1.6) (0.2)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Sektor pertanian dan PHR masih merupakan sumber pertumbuhan ekonomi Sumsel. Kinerja sektor pertanian dan PHR memberikan kontribusi masing-masing sebesar 1,41% dan 1,38% bagi pertumbuhan ekonomi Sumsel. Sementara, sektor utama Sumsel lainnya, yaitu sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan memberikan kontribusi masing-masing sebesar 0,30% dan 0,97%.

Grafik 1-3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2014 (%) 17.86 1.41 19.31 0.30 17.08 0.97 0.52 0.03 9.22 0.69 15.34 1.38 6.74 0.52 4.74 0.33 9.20 0.70 Struktur PDRB Andil PDRB Jasa - jasa

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Angkutan & Komunikasi

Perdagangan, Hotel & Restoran Bangunan

Listrik,Gas & Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

1.2.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian tumbuh 7,9% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,7% (yoy). Pertumbuhan sektor pertanian masih memberikan

(25)

4

andil tertinggi terhadap total pertumbuhan ekonomi Sumsel triwulan I 2014 sebesar 1,4%. Secara triwulanan, sektor pertanian masih mengalami penurunan sebesar 3,14% (qtq), namun lebih buruk dibandingkan kinerja triwulan I 2013 yang tumbuh 1,2% (qtq). Namun demikian, kinerja sektor ini masih relatif tinggi dibandingkan kinerja sektor pertanian pada periode sebelumnya, sehingga perlambatan lebih disebabkan kembalinya pertumbuhan sektor pertanian ke pola normalnya.

Kinerja pertanian yang melambat disebabkan oleh penurunan sub sektor perkebunan khususnya karet. Harga yang masih belum membaik membuat petani masih menahan produksi sambil menunggu harga yang tepat.

Di sisi lain, perlambatan kinerja perkebunan karet masih tertahan oleh kinerja CPO yang membaik. Harga yang relatif membaik, dan mencapai puncaknya pada Februari 2014, membuat kinerja perkebunan kelapa sawit membaik.

Kinerja tanaman bahan makanan (tabama) juga membaik di akhir triwulan I 2014. Curah hujan yang sudah mulai menurun dan masuknya masa panen membuat kinerja pertanian seperti padi dan cabai merah membaik. Cuaca kondusif mendorong para petani untuk melakukan panen dan penjemuran padi sebelum dijual dapat dilakukan dengan baik. Perbaikan kinerja tabama tercermin dari pasokan yang melimpah yang juga turut mendorong perlambatan inflasi di Provinsi Sumsel. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura juga menginformasikan bahwa luas panen padi periode Januari-Maret 2014 tumbuh dibandingkan luas panen periode yang sama tahun 2013. Luas panen mencapai puncaknya pada Februari 2014.

Grafik 1-4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera

Selatan Grafik 1-5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan

-5 10 15 20 25 -50 100 150 200 250 300 350 400 450 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 2012 2013 2014

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (RHS)

78 80 82 84 86 88 90 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014

Harga CPO Harga Inti Indek "K" (%) - RHS

(26)

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

5

Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Crumb Rubber

Sumatera Selatan Grafik 1-7. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumatera Selatan

-15 -10 -50 5 10 15 20 25 30 35 -10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2012 2013 2014 %yoy Ribu Ton Sumsel Pertumbuhan (RHS) (2) -2 4 6 8 10 -2 4 6 8 10 12 14

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

%yoy Triliun Rupiah Kredit Pertanian

gKredit Pertanian (RHS)

Sumber: Gapkindo Sumsel

1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian relatif stabil pada triwulan I 2014. Pada triwulan ini, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh stabil sebesar 1,6% (yoy). Pangsa sektor ini masih merupakan yang terbesar pada triwulan I 2014 dan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumsel sebesar 0,30%.

Stabilnya kinerja sektor pertambangan sejalan dengan stabilnya kinerja pertambangan migas dan pertambangan batubara. Di tengah tekanan harga batubara internasional yang masih terus mengalami penurunan, permintaan domestik masih kuat terutama untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Sumatera dan beberapa provinsi di Jawa.

Grafik 1-8. Perkembangan Harga Batu Bara

di Pasar Internasional Grafik 1-9. Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

USD/mt Harga Batubara

gHarga Batubara (RHS) % yoy -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 30 40 50 60 70 80 90 100 110

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

USD/barrel WTI

gHarga Minyak (RHS) % yoy

*s.d. 21 Mar '12

(27)

6

Boks A. Sumber Energi Melimpah, Ketahanan Energi di Sumatera Selatan Terjamin Sebagian Besar Cadangan Batubara Nasional Tersimpan di Pulau Sumatera

Provinsi Sumsel memiliki potensi terbesar cadangan Batubara nasional. Menurut sumber Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Sumatera Selatan memiliki kandungan Batubara terbesar secara nasional dimana 52% di Sumatera dan sisanya di Kalimantan. Sedangkan jika dilihat secara provinsi, Sumatera Selatan memiliki 45% cadangan Batubara dari total nasional. Diperkirakan cadangan Batubara Sumatera Selatan sebesar 18 miliar 20 miliar ton berjenis lignit dengan kalori antara 4800 5400 Kcal/Kg. Jenis ini sangat baik untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar PLTU mulut tambang.

Grafik 1-10. Perkembangan Produksi dan Ekspor Batubara di Sumatera Selatan

Sumber: Distamben Sumsel dan Data Cognos

Batubara Solusi untuk Pemenuhan Kebutuhan Listrik Nasional

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, kebutuhan energi di Sumatera Selatan dapat mencapai 1.500 MW menjelang tahun 2020, sedangkan pada saat yang bersamaan dapat terjadi krisis listrik yang hampir merata baik di Sumatera maupun di Jawa. Potensi PLTU berbahan bakar Batubara memiliki prospek yang menjanjikan karena berapapun PLTU yang akan dibangun di Sumatera Selatan akan dapat dipasarkan/diserap oleh kebutuhan listrik Sumatera dan Jawa. Berdasarkan informasi dari sumber terkait, sampai dengan akhir tahun 2016 terdapat rencana pembangunan 11 PLTU di Sumatera Selatan dengan kapasitas mencapai 6.600 MW. Dengan cadangan Batubara yang begitu melimpah sebagai penyuplai sumber energi bagi PLTU tersebut, pasokan energi dapat terjamin hingga ratusan tahun. Dengan kondisi ini persoalan mengenai energi nasional dapat terselesaikan dengan memanfaatkan potensi Batubara yang telah tersedia. Namun kendala utama yang harus dihadapi Pemerintah dalam menggenjot sektor pertambangan Batubara adalah terbatasnya infrastruktur transportasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan tersebut Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendorong pengembangan berbagai infrastruktur seperti pelabuhan Tanjung Api api, rel kereta api, akses jalan darat, dan jaringan transmisi listrik.

(28)

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

7

1.2.3 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I 2014 meningkat, yaitu dari 5,1% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi sebesar 5,7% (yoy). Sektor dengan pangsa terbesar ketiga di Sumsel memberikan andil terhadap pertumbuhan sebesar 0,97%. Pertumbuhan kinerja industri ini sejalan dengan kinerja sektor pertanian yang masih tumbuh tinggi dan sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh stabil. Industri CPO mengalami pertumbuhan akibat harga CPO internasional yang mengalami peningkatan menjadi USD 812,7/metric ton atau tumbuh 7,5% (yoy). Rata-rata harga triwulan I 2014 ini merupakan yang tertinggi sejak triwulan IV 2012. Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel juga mencatat rata-rata harga CPO pada triwulan I 2014 mengalami peningkatan sebesar 41,58% (yoy).

Sementara itu, kinerja pengolahan karet diperkirakan relatif stabil. Walaupun harga internasional mengalami penurunan 26,0% (yoy) atau sebesar USD 243,5 cent/kg, namun pengolahan karet masih tumbuh tinggi seiring dengan pertumbuhan produksi karet pada triwulan IV 2013 yang cukup tinggi. Selain itu, dampak depresiasi rupiah meminimalisasi dampak penurunan harga karet internasional.

Grafik 1-11. Perkembangan Harga Karet di Pasar

Internasional Grafik 1-12. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional

-40 -20 0 20 40 60 80 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 USD cent/kg Harga Karet gHarga Karet (RHS) % yoy -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 150 350 550 750 950 1,150 1,350

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

USD/mt Harga CPO

gHarga CPO (RHS)

% yoy

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

1.2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) masih mengalami pertumbuhan pada triwulan I 2014. Sektor PHR pada triwulan I 2014 ini masih tumbuh tinggi sebesar 9,0% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,5% (yoy). Sektor ini memiliki pangsa 15,3% dan pertumbuhan sektor ini memberikan andil terhadap pertumbuhan sebesar 1,38%.

Sektor PHR didukung oleh kinerja sub sektor perdagangan yang tumbuh sejalan dengan kinerja sektor utama Sumsel yang masih tumbuh tinggi. Data penjualan kendaraan juga masih menunjukkan pertumbuhan terutama untuk mobil. Total

(29)

8

penjualan kendaraan masih tumbuh 6,0% (yoy) atau dengan pertumbuhan mobil sebesar 22,2% (yoy).

Dalam sektor ini, sub sektor perhotelan tumbuh moderat. Tingkat penghunian kamar menunjukkan penurunan terutama pada bulan Januari 2014, setelah perayaan Tahun Baru. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel di Sumsel juga mengalami penurunan 16,5% (yoy) menjadi 163.326 orang wisatawan dari sebelumnya 195.730 orang. Namun demikian, kinerja usaha ini semakin menjanjikan. Hal ini tercermin dari tingkat okupansi rata-rata 60 70%. Berdasarkan hasil liaison, sejumlah pengusaha hotel melakukan ekspansi bisnis tidak hanya di Sumsel, namun juga ke kota-kota besar di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Pengusaha sektor ini juga tidak khawatir terhadap tren pertumbuhan jumlah hotel dan restoran di Sumsel, bahkan memprediksikan semakin tingginya permintaan layanan jasa perhotelan maupun restoran di tahun 2014 karena adanya kegiatan kampanye Pemilu, Pilpres, POM ASEAN, dan kegiatan-kegiatan lain yang dipusatkan di Kota Palembang. Saat ini terdapat 10 (sepuluh) hotel yang sedang dalam proses pembangunan dan 2 4 hotel akan beroperasi di tahun 2014.

Grafik 1-13. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar

Sumsel Grafik 1-14. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan

-20 0 20 40 60 80 0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014 % Ribu Orang Total Wisatawan TPK (RHS)

gTotal Wisatawan (yoy, RHS)

(60.0) (40.0) (20.0) -20.0 40.0 60.0 80.0 -20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

%yoy Ribu Buah Mobil Motor gTotal (RHS)

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sumsel Sumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan

1.2.5 Sektor Lainnya

Kinerja sektor bangunan mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan pertumbuhan konsumsi Pemerintah. Sektor bangunan tumbuh 5,6% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 7,4% (yoy) pada triwulan I 2014. Pertumbuhan sektor ini memberikan andil 0,69% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014. Konsumsi pemerintah yang tumbuh tinggi turut berpengaruh terhadap kinerja sektor ini. Pertumbuhan sektor ini didukung oleh pertumbuhan konsumsi semen sebesar 19,7% (yoy) atau sebanyak 422,2 ton semen.

(30)

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

9

Pertumbuhan sektor ini bukan berasal dari pembangunan rumah retail. Hal tersebut ditandai oleh kredit kepemilikan rumah, apartemen, dan rukan yang mengalami

perlambatan. Dampak ketentuan loan-to-value yang mengatur kemilikan properti

mulai terasa di berbagai jenis terutama kepemilikan rumah untuk seluruh tipe.

Grafik 1-15. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera

Selatan Grafik 1-16. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan

-5 0 5 10 15 20 25 30 0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 % yoy Ribu Ton Sumsel gSumsel (RHS) 0 20 40 60 80 2.0 4.0 6.0 8.0 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 % yoy Rp Triliun Konstruksi

Kepemilikan Rumah, Apartemen, dan Rukan gKonstruksi

gKepemilikan Rumah, Apt, Rukan

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) mengalami sedikit perlambatan dari 6,9%

(yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 6,7% (yoy). Prompt indicator sektor ini menunjukkan

jumlah pelanggan listrik di Sumsel mengalami perlambatan, walaupun secara volume, penjualan listrik mengalami peningkatan. Jumlah listrik yang terpakai pada bulan Februari mengalami peningkatan signifikan sebesar 120,6% (yoy) atau sebesar 583,32 KwH. Sementara itu, jumlah dan volume air di PDAM mengalami sedikit peningkatan atau masing-masing sebesar 10,7% (yoy) dan 7,8% (yoy).

Grafik 1-17. Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera

Selatan Grafik 1-18. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan

-20 0 20 40 60 80 100 120 140 -100 200 300 400 500 600 700 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 2012 2013 2014 %yoy Ribu KwH Penjualan gPenjualan (RHS)

5 10 15 20 25 100 200 300 400 500 600 700 800

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Juta Liter Ribu Pelanggan Penjualan (RHS)

Sumber : PT. PLN WS2JB, diolah Sumber : PT. PDAM Tirta Musi, diolah

Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor industri pengolahan, masih tingginya pertumbuhan sektor pertanian, dan stabilnya sektor pertambangan dan penggalian, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini pada triwulan I 2014 mencatat pertumbuhan sebesar

(31)

10

7,7% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,4%. Sektor ini memberikan andil terhadap pertumbuhan PDRB pada triwulan I 2014 sebesar 0,52%. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan relatif stabil. Sektor ini tumbuh stabil dibandingkan triwulan IV 2013 atau sebesar 7,1% (yoy). Hal tersebut juga sesuai dengan kinerja perbankan yang relatif melambat, walaupun penyaluran kredit masih mengalami pertumbuhan. Pembahasan lebih lanjut sektor ini akan dibahas pada bab mengenai Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran.

Kinerja sektor jasa tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013. Kinerja sektor jasa-jasa tumbuh meningkat menjadi 7,6% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,3% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan kinerja jasa pemerintahan yang meningkat akibat meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah daerah. Sektor ini memberikan andil sebesar 0,7%.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 9,0% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 7,9% (yoy). Namun demikian pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi dan menjadi penopang perekonomian Sumsel. Pangsa konsumsi rumah tangga yang mencapai 64,9% dari total PDRB membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memberikan andil perekonomian sebesar 5,1%.

Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 2014 (%)

Penggunaan 2012 2013 2013 2014

I II III IV I

1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0 8,6 9,6 8,6 9,0 8,9 7,9

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3,3 4,8 4,8 5,0 4,9 4,5 9,0

3. Konsumsi Pemerintah 7,2 5,2 -2,9 9,0 4,3 4,2 10,5

4. Investasi 13,3 9,3 9,9 7,3 8,2 8,5 6,0

5. Ekspor Barang dan Jasa 2,5 7,5 0,8 11,0 6,4 6,4 6,1

6. Impor Barang dan Jasa 15,6 9,8 11,6 12,3 9,8 12,1 7,2

TOTAL 6,0 6,2 6,0 5,3 6,6 6,0 6,3

(32)

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

11

Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 2014 (%)

Penggunaan 2012 2013 2014

III IV I II III IV I

Konsumsi Rumah Tangga 2,7 1,3 2,3 3,0 1,7 1,2 0,3

Konsumsi Lembaga

Swasta Nirlaba 4,8 -4,5 4,8 0,0 5,0 0,4 5,7

Konsumsi Pemerintah -6,4 16,8 -20,8 12,1 5,1 13,4 -16,2

Investasi 6,0 3,5 -7,9 8,7 3,5 6,9 -8,3

Ekspor Barang dan Jasa -0,7 -1,7 -0,5 3,9 9,3 -5,7 -0,9

Impor Barang dan Jasa 6,6 5,0 -2,0 1,8 7,3 1,1 0,1

TOTAL 4,8 -2,8 0,1 4,0 4,1 -1,6 -0,2

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Perlambatan konsumsi rumah tangga sejalan dengan sektor pertanian yang mengalami perlambatan. Kredit konsumsi juga menunjukkan perlambatan dari 14,16% (yoy) menjadi 13,12% (yoy). Perlambatan kredit konsumsi terutama disebabkan oleh perlambatan kredit kepemilikan rumah.

Konsumsi yang masih tinggi ditunjukkan dengan optimisme masyarakat terhadap perekonomian. Pada triwulan I 2014, rata-rata indeks keyakinan konsumen mengalami peningkatan dari 115,56 menjadi 128,81. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat masih optimis terhadap perekonomian. Indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama juga menunjukkan peningkatan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi terhadap barang tahan lama relatif meningkat.

Grafik 1-19. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu

Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik 1-20. Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan

119.2 104.5 116.6 126.1 124.4 112.8 111.0 105.5 122.7 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

90.00 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 2013 2014

IKK IKESI IEK

(33)

12

Grafik 1-21. Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera

Selatan Grafik 1-22. Perkembangan Simpanan Pemda Sumatera Selatan di Perbankan

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

%yoy Triliun Rupiah Kredit Konsumsi gKredit (RHS)

-80.00 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 0 1 2 3 4 5 6 7

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

%yoy Rp Triliun

Dana Simpanan Pemda gSimpanan Pemda

Sementara itu, konsumsi lembaga nirlaba dan konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan. Konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh dari 3,6% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 9,0% (yoy). Hal tersebut sesuai dengan kegiatan kampanye menjelang Pemilu legislatif pada April 2014. Konsumsi pemerintah tumbuh dari 5,8% (yoy) menjadi 10,5% (yoy) pada triwulan I 2014. Pertumbuhan ini disebabkan oleh pergeseran realisasi belanja pemerintah yang rendah pada triwulan IV 2013. Simpanan Pemda juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut menandakan bahwa masih banyak dana yang dicairkan dan realisasi proyek. Investasi mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi pada triwulan I 2014 melambat dari 7,6% (yoy) menjadi 6,0% (yoy). Sementara secara triwulanan turun sebesar 8,3% (qtq). Kondisi tersebut juga dikonfirmasi dari penurunan penanaman modal di Sumatera Selatan terutama modal dalam negeri. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Wilayah VII,

investasi banyak dilakukan adalah investasi replanting perkebunan.

Grafik 1-23. Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan

200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00 1600.00 1800.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 Rp Miliar USD Juta PMA PMDN (RHS)

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Perkembangan ekspor masih melambat dibanding triwulan sebelumnya. Kegiatan ekspor mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, 6,3% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 6,1% (yoy). Secara volume, ekspor luar negeri Sumsel

(34)

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

13

mengalami peningkatan dari penurunan 18% (yoy) menjadi tumbuh 39,8% (yoy). Tumbuhnya volume ini didorong oleh pertumbuhan volume batubara dan karet yang masing-masing tumbuh 80,3% (yoy) dan 18,2% (yoy). Namun akibat lemahnya harga komoditas internasional, nilai ekspor Sumsel mengalami penurunan lebih dalam dari turun 1,4% (yoy) menjadi turun 16,7% (yoy). Penurunan disebabkan oleh penurunan nilai CPO dan karet. Dari sisi volume, ekspor didominasi oleh batubara dengan pangsa 74,8%. Namun secara nilai, ekspor didominasi komoditas karet dengan pangsa 81,2%. Di sisi lain, impor melambat yaitu dari 9,8% (yoy) menjadi 7,2% (yoy). Perlambatan pertumbuhan impor ini diakibatkan depresiasi nilai tukar rupiah dan konsumsi masyarakat yang melambat. Selain itu, komoditas bahan pangan memasuki masa panen sehingga kebutuhan impor bahan pangan belum meningkat.

Grafik 1-24. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar

-8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 10,500 11,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014

Nilai Tukar %yoy (RHS)

Secara triwulanan, ekspor mengalami penurunan sebesar 0,9% (qtq). Sementara impor mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,1%(qtq). Pada triwulan I 2014, kurs rupiah terhadap Dollar AS terdepresiasi sebesar 2,0% (qtq) atau dengan rata-rata Rp 10.610 per USD.

Pertumbuhan nilai ekspor luar negeri non migas mengalami penurunan. Nilai ekspor pada triwulan I 2014 tercatat sebesar USD 703,0 juta, turun 16,7% (yoy) dari USD 844,0 juta di triwulan I 2014. Secara triwulanan, nilai ekspor turun sebesar 12,9% (qtq).

Penurunan nilai ekspor terutama diakibatkan menurunnya nilai ekspor CPO. Nilai ekspor CPO pada triwulan I 2014 sebesar USD 15,0 juta atau turun 81,3% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 80,5 juta. Sementara itu, nilai ekspor komoditas karet juga mengalami penurunan sebesar 14,0% (yoy) atau sebesar USD 570,7 juta. Di sisi lain, ekspor batubara mengalami peningkatan signifikan sebesar 67,0% (yoy) atau sebesar USD 66,4 juta, jauh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 28,7% (yoy).

(35)

14

Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD)

2014 I II III IV I II III IV I II III IV I

Total 1186.9 1261.5 1119.1 1024.6 904.4 1063.2 905.9 818.2 844.0 843.7 724.4 806.9 703.0 Karet 993.8 1098.7 945.4 800.2 710.7 839.7 646.0 579.6 663.5 709.5 604.0 612.2 570.7 Kelapa Sawit 82.3 39.8 35.7 93.6 74.9 90.2 116.1 93.9 80.5 34.7 17.6 72.5 15.0 Batubara 47.6 67.1 67.9 85.0 79.6 51.8 58.4 81.5 39.8 40.8 62.9 58.1 66.4 Lain-lain 63.2 55.9 70.0 45.8 39.2 81.6 85.4 63.2 60.2 58.7 39.8 64.2 50.9 Komoditas 2011 2012 2013

Secara volume, ekspor luar negeri mengalami peningkatan secara tahunan. Berdasarkan volumenya, ekspor pada triwulan I 2014 sebesar 1,63 juta ton, naik 39,8% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,16 juta ton. Selain itu, dibandingkan triwulan sebelumnya, volume ekspor tumbuh 4,8% (qtq) dari sebesar 1,56 juta ton.

Grafik 1-25. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera

Selatan Grafik 1-26. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan

-50 00 50 100 150 00 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

% USD Juta

Nilai Ekspor

Pertumbuhan Tahunan (yoy, RHS) Pertumbuhan Triwulanan (qtq, RHS) -100 -50 00 50 100 150 200 250 00 500 1,000 1,500 2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

% Juta Ton Volume Ekspor

Pertumbuhan Tahunan (yoy, RHS) Pertumbuhan Triwulanan (qtq, RHS)

Dari sisi nilai, perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa meningkatkan pangsa ekspor pada kedua wilayah tersebut. Ekspor ke negara tradisional Amerika Serikat (AS) dan Eropa kembali meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi di kedua wilayah tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa perbaikan perekonomian Amerika Serikat dan Eropa telah memberikan dampak positif bagi ekspor Sumsel. Sementara itu, moderasi ekonomi Tiongkok juga mulai dirasakan dampaknya dengan pangsa ekspor ke Tiongkok yang mengalami penurunan. Pada triwulan I 2014, pangsa negara tujuan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat dan Eropa dengan masing-masing memiliki pangsa sebesar 24,7% dan 18,2%.

(36)

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

15

Grafik 1-27. Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera

Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1-28. Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2014

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% IV I II III IV I 2012 2013 2014 Lainnya ASEAN India Jepang Cina Eropa Amerika Serikat Amerika Serikat 25% Eropa 18% Cina 18% Jepang 7% India 9% ASEAN 8% Lainnya 15%

Nilai impor nonmigas menurun secara tahunan. Nilai impor nonmigas pada triwulan I 2014 tercatat sebesar USD 85,7 juta, turun signifikan 36,4% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 134,8 juta. Secara triwulanan, nilai impor mengalami penurunan akibat impor pupuk yang tinggi pada triwulan sebelumnya, atau sebesar 41,1% (qtq) dari sebesar USD 145,5 juta. Penurunan nilai impor banyak dikontribusikan oleh penurunan pembelian besi dan baja dan gandum.

Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD)

2014 I II III IV I II III IV I II III IV I

Total 115.8 143.7 167.0 205.0 131.2 103.0 155.5 139.6 134.8 131.8 145.1 145.5 85.7 Peralatan Elektrik 2.2 2.0 2.8 5.2 2.2 1.6 1.7 12.2 6.9 11.5 18.5 5.3 5.1

Besi dan Baja 1.6 4.3 1.3 1.1 0.8 0.9 3.4 1.5 2.7 2.7 3.8 3.7 3.3

Peralatan Industri 18.5 28.8 15.6 15.0 8.7 7.1 14.7 24.4 30.7 19.6 33.2 11.3 13.2 Pupuk 14.9 17.7 25.0 19.2 22.9 21.0 27.4 16.7 15.7 14.7 16.2 9.7 10.5

Gandum 3.6 3.1 10.2 22.6 16.7 2.4 2.1 3.0 1.4 1.3 0.1 1.6 0.2

Peralatan Khusus Industri 31.1 32.9 9.1 18.2 8.7 10.4 15.7 14.1 9.6 7.0 6.6 21.6 11.0 Lainnya 43.9 54.9 103.0 123.6 71.2 59.5 90.4 67.7 67.9 75.2 66.8 92.3 42.4

Komoditas 2011 2012 2013

Volume impor pada triwulan I 2014 tercatat 139,1 juta ton atau naik tipis 6,6% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 130,5 juta ton. Peningkatan terutama untuk pupuk dan peralatan khusus industri. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor tercatat turun signifikan sebesar 78,5% (qtq) dari sebesar 646,1 juta ton. Penurunan ini terjadi pada impor pupuk yang tinggi pada triwulan IV 2013.

(37)

16

Grafik 1-29. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera

Selatan Grafik 1-30. Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan

-60 -40 -20 00 20 40 60 80 100 00 50 100 150 200 250

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

% USD Juta Nilai ImporPertumbuhan Tahunan (yoy, RHS)

Pertumbuhan Triwulanan (qtq, RHS) -200 -100 00 100 200 300 400 500 00 100 200 300 400 500 600 700

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

% Juta Ton Volume Impor

Pertumbuhan Tahunan (yoy, RHS) Pertumbuhan Triwulanan (qtq, RHS)

Impor dari Tiongkok masih mendominasi impor Sumsel. Namun pangsa impor dari Tiongkok mengalami penurunan di triwulan I 2014 ini dari 72,2% menjadi 66,1%. Sementara itu, impor dari Eropa mengalami peningkatan terutama untuk komoditas pupuk. Sementara untuk asal barang lainnya yaitu dari ASEAN relatif stabil dibanding periode sebelumnya.

Grafik 1-31. Perkembangan Impor Provinsi Sumatera

Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan I 2014 Grafik 1-32. Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan I 2014

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% IV I II III IV I 2012 2013 2014 Lainnya ASEAN Cina Eropa Amerika Serikat Amerika Serikat 1% Eropa 12% Cina 66% ASEAN 14% Lainnya 7%

(38)

17

2

Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan

Inflasi Provinsi Sumsel menunjukkan trend menurun dan konsisten berada di bawah level inflasi Nasional

 Trend penurunan inflasi diakibatkan tekanan inflasi volatile food yang menurun seiring dengan pasokan bahan pangan yang terjaga.

 Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price dan inti relatif stabil dibanding periode sebelumnya.

2.1 Inflasi Secara Umum

Inflasi Sumatera Selatan mengalami tren menurun selama triwulan I 2014. Pada triwulan I 2014, inflasi Sumsel tercatat sebesar 5,11% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,04% (yoy). Pencapaian inflasi ini lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional yang tercatat sebesar 7,32% (yoy). Inflasi Sumsel tersebut juga lebih rendah dibandingkan provinsi di pulau Sumatera lainnya, seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau yang masing-masing sebesar 7,7% (yoy), 8,6% (yoy), dan 7,8% (yoy).

Sejak Januari 2014, terdapat penambahan kota sampel IHK di wilayah provinsi Sumatera Selatan, yaitu kota Lubuklinggau. Tren penurunan inflasi di Sumsel terjadi di kota Palembang maupun Lubuklinggau. Pada triwulan I 2014 ini, kedua kota mencapai inflasi yang rendah, masing-masing sebesar 5,25% (yoy) dan 3,90% (yoy). Pada Januari 2014, inflasi Sumsel sempat mengalami tekanan akibat masuknya musim hujan yang menyebabkan banjir di beberapa titik di Sumsel. Selain itu, banjir juga melanda Pulau Jawa dan beberapa kota di sekitar Sumsel yang menyebabkan gangguan pasokan dan distribusi. Selain itu, pada Januari 2014, Pemerintah sempat menaikkan harga gas elpiji hingga sebesar 68%. Hal tersebut menyebabkan tekanan

kelompok volatile food dan administered price naik. Namun demikian, masuknya

musim panen untuk komoditas bumbu-bumbuan dan revisi kenaikan harga elpiji membuat tekanan inflasi semakin berkurang. Pada Maret 2014, inflasi mengalami penurunan akibat pasokan yang melimpah.

Realisasi inflasi triwulan I 2014 sebesar 5,11% (yoy) ini lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia sebelumnya sebesar 5,60-6,60% (yoy). Inflasi lebih rendah ini diakibatkan oleh pasokan bahan pangan yang lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya. Selain itu, revisi kenaikan harga elpiji 12 kg juga mengurangi tekanan

(39)

18

Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang

dan Nasional Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional

4,30 8,38 7,32 2,72 7,04 5,11 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 2011 2012 2013 2014 Nasional Sumsel %yoy 0.08 -0.19 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014 Nasional Sumsel %mtm

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Grafik 2-3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang

-1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014 %yoy %mtm 2012: Pasokan Bumbu-bumbuan Baik Tw I-13: Pembatasan Impor Hortikultura Tw II-13: Relaksasi Impor Hortikultura Tw III-13: Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Tw IV-13: Pasokan Sayur dan Bumbu Baik

Jan-14: Banjir dan Elpiji Naik

Tw I-14: Pasokan Bahan Makanan Baik

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014

% yoy Inflasi (%yoy) Proyeksi (Median)

Proyeksi (Batas Atas) Proyeksi (Batas Bawah)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, Proyeksi BI

Inflasi tahun kalender kembali ke normalnya. Inflasi tahun 2014 sudah kembali ke pola normalnya seperti pola tahun 2011-2012. Pola tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan pola lainnya karena adanya beberapa tekanan seperti kenaikan harga

Gambar

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)
Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)
Grafik 2-8. Disagregasi Inflasi Aktual Vs. Historis  Grafik 2-9. Inflasi Tradeables Vs
Tabel 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Per Kelompok  Tahun  Bulan  Umum  Bahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegahterjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, jugauntuk membunuh atau menurunkan

Berdasarkan uraian di atas, maka Komunikasi Antarpribadi dapat di definisikan sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu yang satu (sebagai

Faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi dalam penelitian ini ada sepuluh faktor yang terdiri dari Harga, Kualitas layanan, Kualitas produk (rasa dan varian),

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Penelitian ekstraksi bertingkat petroleum eter-kloroform-metanol dari daun, kulit akar, akar, kulit batang dan batang Fagraea racemosa terhadap pereaksi radikal

Menunjukkan bahwa, Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, semakin baik perusahaan dalam mengelola intellectual capital

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Perancangan kampanye “Cara Pintar Dalam Berhemat Listrik Prabayar” ini memiliki konsep yaitu sebuah kampanye hemat energi yang dapat merangkul konsumen listrik