ANALISIS PENGUJIAN KINERJA UPS STATIS
TERHADAP VARIASI BEBAN PADA BEBERAPA
TINGKAT PEMBEBANAN
SKRIPSI
Oleh
ANGKY KURNIAWAN
04 03 03 016 Y
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
GASAL 2007/2008
ANALISIS PENGUJIAN KINERJA UPS STATIS
TERHADAP VARIASI BEBAN PADA BEBERAPA
TINGKAT PEMBEBANAN
SKRIPSI
Oleh
ANGKY KURNIAWAN
04 03 03 016 Y
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN
PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
GASAL 2007/2008
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
ANALISIS PENGUJIAN KINERJA UPS STATIS TERHADAP VARIASI BEBAN PADA BEBERAPA TINGKAT PEMBEBANAN
yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Depok, Januari 2008
Angky Kurniawan NPM. 04 03 03 016 Y
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
ANALISIS PENGUJIAN KINERJA UPS STATIS TERHADAP VARIASI BEBAN PADA BEBERAPA TINGKAT PEMBEBANAN
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada program studi Teknik Elektro Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian skripsi. Skripsi ini telah diujikan pada sidang ujian skripsi pada tanggal 4 Januari 2008 dan dinyatakan memenuhi syarat/sah sebagai skripsi pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Depok, Januari 2008 Dosen Pembimbing
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Ir. Amien Rahardjo,MT
selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, diskusi dan bimbingan serta persetujuan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Serta segenap rekan – rekan asisten laboratorium TTPL yang telah banyak membantu dalam melakukan pengujian.
Angky Kurniawan Dosen Pembimbing
NPM 04 03 03 016 Y Ir. Amien Rahardjo, MT
Departemen Teknik Elektro
ANALISIS PENGUJIAN KINERJA UPS STATIS TERHADAP
VARIASI BEBAN PADA BEBERAPA TINGKAT
PEMBEBANAN
ABSTRAK
Salah satu peralatan pendukung yang dapat digunakan untuk melindungi berbagai perangkat vital dari ganggguan adalah Uninterruptible Power Supply (UPS). Alat ini dapat berfungsi sebagai stabilizer terhadap terjadinya gangguan dan menjadi sumber daya cadangan (back up) apabila terjadi gangguan pemutusan aliran daya dari penyedia suplai daya utama. Disisi lain, kinerja UPS terhadap berbagai jenis beban dan berbagai tingkat pembebanan belumlah tentu sama. Kinerja tersebut dapat dipandang dari dua kondisi, yaitu kondisi normal dimana UPS berperan sebagai stabilizer terhadap gangguan dan kondisi darurat pada saat terjadi pemutusan aliran listrik dari penyedia suplai daya utama dimana UPS berfungsi sebagai back up suplai daya sementara.
Analisis yang dilakukan adalah menguji, mengamati dan membandingkan karakteristik keluaran UPS pada kondisi normal dan kondisi darurat pada berbagai variasi beban untuk beberapa tingkat pembebanan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada seluruh variasi beban dengan tingkat pembebanan yang berbeda, keluaran UPS statis pada kondisi darurat mengandung tingkat distorsi harmonik arus dan tegangan diatas 80% dengan efek terjadinya peningkatan daya reaktif yang tinggi pada beban resistif. Selain itu, pada pengujian terlihat bahwa UPS kurang dapat bekerja secara optimal pada beban kapasitif atau beban dengan campuran dengan nilai beban kapasitif yang dominan.
Angky Kurniawan Dosen Pembimbing
NPM 04 03 03 016 Y Ir. Amien Rahardjo, MT
Departemen Teknik Elektro
ANALISIS PENGUJIAN KINERJA UPS STATIS TERHADAP
VARIASI BEBAN PADA BEBERAPA TINGKAT
PEMBEBANAN
ABSTRAK
One of the supporter equipments which able to be used to protect various vital peripheral from disturbance is Uninterruptible Power Supply (UPS). This appliance can function as stabilizer to the happening of trouble and back up of power in the event of trouble disconnection of power stream from the main supply. On the other side, UPS performance to various type of load and various rating level is not exactly same. This performance can be looked into two condition, that is normal condition where UPS function as stabilizer and emergency condition at the time of happened disconnection of power stream from the main supply.
Analysis taken is testing, perceiving and comparing characteristic output of UPS at normal condition and emergency condition of at various variation of load for some rating level.
Result of examination indicate that at all load variation some rating level, output of static UPS at condition of produce current and voltage harmonic distortion above 80% which effect to increasing of reactif power at resistif load. Beside that, from the test result, it seen that UPS cannot work optimally at capacitive load or mixture load with dominant capacitive load value
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI . . . ii
PENGESAHAN . . . iii
UCAPAN TERIMA KASIH . . . iv
ABSTRAK . . . v
ABSTRACT . . . vi
DAFTAR ISI. . . vii
DAFTAR GAMBAR . . . x
DAFTAR TABEL . . . xiv
DAFTAR LAMPIRAN . . . xvi
DAFTAR SINGKATAN . . . xvii
DAFTAR ISTILAH . . . xviii
BAB I PENDAHULUAN . . . 1 1.1 LATAR BELAKANG . . . 1 1.2 PERUMUSAN MASALAH . . . 2 1.3 TUJUAN PENELITIAN . . . 2 1.4 BATASAN MASALAH . . . 2 1.5 METODOLOGI PENELITIAN. . . 2 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN . . . 2
BAB II LANDASAN TEORI . . . 4
2.1 PENGERTIAN. . . 4
2.2 KOMPONEN UTAMA UPS . . . 4
2.2.1 Baterai . . . 4
2.2.1.1 Lead Acid . . . 4
2.2.1.2 Nickel Cadmium. . . 5
2.2.2 Penyearah. . . 6
2.2.2.1 Penyearah Setengah Gelombang . . . 6
2.2.2.2 Penyearah Gelombang Penuh . . . 7
2.2.2.3 Penyearah Jembatan. . . 9
2.2.3.1 Inverter Ferroresonant . . . 10
2.2.3.2 Inverter Delta Magnetic . . . 10
2.2.3.3 Inverter-fed L/C Tank. . . 11
2.2.3.4 Quasi-Square Wave Inverter . . . 11
2.2.3.5 Inverter Step Wave. . . 12
2.2.3.6 Pulse-Width Modulation (PWM) Inverter . . . 13
2.2.3.7 Phase Modulation Inverter. . . 14
2.2.4 Penguat Arus Searah (DC Chopper). . . 14
2.3 PRINSIP KERJA UPS . . . 15
2.3.1 UPS Jenis On Line . . . 15
2.3.1.1 Keadaan Input Normal . . . 15
2.3.1.2 Keadaan Bypass. . . 16
2.3.1.3 Keadaan Darurat (Kerja Baterai). . . 17
2.3.2 UPS Jenis Off Line . . . 18
2.4 HARMONIK PADA UPS . . . 19
2.4.1 Analisis Harmonik . . . 20
2.4.2 Faktor Distorsi Harmonik dan Distorsi Harmonik Total . . . 22
2.4.3 Karakteristik Keluaran Harmonik Pada Inverter . . . 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. . . 24
3.1 METODE PENGUKURAN . . . 24
3.2 SKENARIO PEMBEBANAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK UPS PADA KONDISI BYPASS . . . 26
3.2.1 Beban Resistif Murni . . . 27
3.2.2 Beban Induktif Murni . . . 27
3.2.3 Beban Kapasitif Murni. . . 28
3.2.4 Beban Resistif-Induktif . . . 28
3.2.5 Beban Resistif-Kapasitif. . . 28
3.2.6 Beban Dengan Faktor Daya Lag . . . 29
3.2.7 Beban Dengan Faktor Daya Lead . . . 29
3.3 SKENARIO PEMBEBANAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK UPS PADA KONDISI DARURAT . . . 30
3.3.2 Beban Induktif Murni . . . 31
3.3.3 Beban Kapasitif Murni. . . 31
3.3.4 Beban Resistif-Induktif . . . 31
3.3.5 Beban Resistif-Kapasitif . . . 32
3.3.6 Beban Dengan Faktor Daya Lag . . . 32
3.3.7 Beban Dengan Faktor Daya Lead . . . 33
BAB IV ANALISIS HASIL PENGUJIAN . . . 34
4.1 PENGAMATAN PENGARUH VARIASI BEBAN DAN TINGKAT PEMBEBANAN PADA KELUARAN UPS . . . 34
4.1.1 Analisis Parameter Daya . . . 34
4.1.2 Analisis Parameter Tegangan dan Arus . . . 39
4.1.3 Analisis Parameter Harmonik . . . 42
4.2 PENGAMATAN PENGARUH VARIASI FAKTOR DAYA PADA KELUARAN UPS . . . 45
4.2.1 Analisis Parameter Daya . . . 45
4.2.2 Analisis Parameter Tegangan dan Arus. . . 47
4.2.3 Analisis Parameter Harmonik. . . 48
BAB V KESIMPULAN . . . 49 DAFTAR ACUAN . . . 52 DAFTAR PUSTAKA . . . 53 LAMPIRAN 1. . . 54 LAMPIRAN 2 . . . 56 LAMPIRAN 3 . . . 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Perbandingan rugi – rugi antara charge dan discharge . . . 5
Gambar 2.2 Efisiensi pengisian muatan . . . 6
Gambar 2.3 Diagram skematik rangkaian penyearah setengah gelombang. . . 7
Gambar 2.4 Gelobang masukan dan keluaran penyearah setengah gelombang. . . 7
Gambar 2.5 Diagram skematik rangkaian penyearah gelombang penuh . . . 7
Gambar 2.6 Gelombang masukan dan keluaran penyearah gelombang penuh . . . 8
Gambar 2.7 Diagram skematik rangkaian penyearah jembatan. . . 9
Gambar 2.8 Gelombang masukan dan keluaran penyearah jembatan . . 9
Gambar 2.9 Diagram skematik rangkaian inverter ferroresonant . . . 10
Gambar 2.10 Diagram skematik rangkaian inverter Delta Magnetik . . . 11
Gambar 2.11 Diagram skematik rangkaian inverter fed L/C Tank. . . 11
Gambar 2.12 Diagram skematik rangkaian inverter quasi-square wave . 12 Gambar 2.13 Blok diagram rangkaian inverter Step wave . . . 12
Gambar 2.14 Diagram skematik rangkaian inverter Step wave . . . 13
Gambar 2.15 Diagram skematik rangkaian inverter Step wave beserta gelombang keluarannya . . . 13
Gambar 2.16 Diagram skematik rangkaian inverter Pulse-Width Modulation (PWM). . . 14
Gambar 2.17 UPS statis yang menggunakan carrier modulasi fasa . . . . 14
Gambar 2.18 Rangkaian Penguat arus searah . . . 15
Gambar 2.19 Diagram blok UPS on line . . . 15
Gambar 2.20 Aliran daya UPS kondisi normal . . . 16
Gambar 2.21 Aliran daya UPS kondisi bypass . . . 17
Gambar 2.23 Diagram blok off line UPS saat kondisi normal (bypass). . 18
Gambar 2.24 Diagram blok off line UPS saat kondisi darurat . . . 19
Gambar 2.25 Proses pembentukan gelombang terdistorsi harmonik 20 Gambar 2.26 Tampilan gelombang terdistorsi fundamental dengan harmonik ketiga . . . 20
Gambar 2.27 Transformasi pulsa . . . 21
Gambar 2.28 Sinyal sinusoid dan gelombang segitiga pada PWM . . . 22
Gambar 2.29 Contoh keluaran harmonik pada inverter . . . 23
Gambar 3.1 Rangkaian ekivalen hambatan variabel . . . 25
Gambar 3.2 Skema pembebanan beban resistif murni. . . 25
Gambar 3.3 Skema pembebanan beban induktif dan kapasitif murni . . 25
Gambar 3.4 Skema pembebanan beban resistif-induktif . . . 26
Gambar 3.5 Skema pembebanan beban resistif-kapasitif . . . 26
Gambar 3.6 Skema pembebanan untuk kondisi bypass . . . 26
Gambar 3.7 Skema pembebanan untuk kondisi darurat . . . 30
Gambar 4.1 Grafik perbandingan (a) daya semu, (b) daya aktif, (c) daya reaktif, untuk beban resistif murni . . . 35
Gambar 4.2 Grafik perbandingan (a) daya semu, (b) daya aktif, (c) daya reaktif, untuk beban induktif murni . . . 35
Gambar 4.3 Grafik perbandingan (a) daya semu, (b) daya aktif, (c) daya reaktif, untuk beban beban resistif - induktif . . . 36
Gambar 4.4 Grafik perbandingan tegangan pada kondisi normal (bypass) dan kondisi darurat pada (a) beban resistif murni, (b) beban induktif murni, (c) beban resistif - induktif . . . . 39
Gambar 4.5 Grafik perbandingan arus pada kondisi normal (bypass) dan kondisi darurat pada (a) beban resistif murni, (b) beban induktif murni, (c) beban resistif - induktif 40
Gambar 4.6 Grafik perbandingan distorsi harmonik arus total untuk Kondisi normal (bypass) dan kondisi darurat pada (a) beban resistif murni, (b) beban induktif murni, (c) beban resistif – induktif . . . 43
Gambar 4.7 Grafik perbandingan distorsi harmonik tegangan total untuk kondisi normal (bypass) dan kondisi darurat pada (a) beban resistif murni, (b) beban induktif murni,
(c) beban resistif - induktif . . . 43 Gambar 4.8 Grafik perbandingan (a) daya semu, (b) daya aktif,
(c) daya reaktif, untuk kondisi normal dan kondisi
darurat pada variasi faktor daya . . . 45 Gambar 4.9 Grafik perbandingan (a) tegangan, (b) arus untuk
kondisi normal dan kondisi darurat pada variasi faktor daya 47 Gambar 4.10 Grafik perbandingan distorsi harmonik total arus dan
tegangan pada kondisi normal dan kondisi darurat untuk
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Data hasil pengukuran beban resistif murni (kondisi bypass) 27 Tabel 3.2 Data hasil pengukuran beban induktif murni (kondisi bypass) 27 Tabel 3.3 Data hasil pengukuran beban kapasitif murni (kondisi bypass) 28 Tabel 3.4 Data hasil pengukuran beban Resistif-Induktif (kondisi bypass) 28 Tabel 3.5 Data hasil pengukuran beban Resistif-Kapasitif (kondisi bypass) 29 Tabel 3.6 Data hasil pengukuran beban dengan faktor daya lag
(kondisi bypass) . . . 29 Tabel 3.7 Data hasil pengukuran beban dengan faktor daya lag
(kondisi bypass) . . . 29 Tabel 3.8 Data hasil pengukuran beban Resistif Murni (kondisi darurat) 30 Tabel 3.9 Data hasil pengukuran beban induktif murni (kondisi darurat) 31 Tabel 3.10 Data hasil pengukuran beban kapasitif murni (kondisi darurat) 31 Tabel 3.11 Data hasil pengukuran beban Resistif-Induktif (kondisi darurat) 32 Tabel 3.12 Data hasil pengukuran beban Resistif-Kapasitif (kondisi darurat) 32 Tabel 3.13 Data hasil pengukuran beban drngan factor daya lag
(kondisi darurat). . . 33 Tabel 3.14 Data hasil pengukuran beban drngan faktor daya lead
(kondisi darurat) . . . 33 Tabel 4.1 Persentase perubahan parameter daya untuk setiap tingkat
pembebanan pada beban resistif murni . . . 36 Tabel 4.2 Persentase perubahan parameter daya untuk setiap tingkat
pembebanan pada beban induktif murni . . . 37 Tabel 4.3 Persentase perubahan parameter daya untuk setiap tingkat
pembebanan pada beban resistif-induktif . . . 37 Tabel 4.4 Persentase perubahan parameter tegangan dan arus untuk
setiap tingkat pembebanan pada beban resistif murni . . . 40 Tabel 4.5 Persentase perubahan parameter tegangan dan arus untuk
Tabel 4.6 Persentase perubahan parameter tegangan dan arus untuk
setiap tingkat pembebanan pada beban resistif-induktif . . . 41 Tabel 4.7 Persentase perubahan parameter distorsi harmonik total
tegangan dan arus untuk setiap tingkat pembebanan pada
beban resistif murni . . . 44 Tabel 4.8 Persentase perubahan parameter distorsi harmonik total
tegangan dan arus untuk setiap tingkat pembebanan
pada beban induktif murni . . . 44 Tabel 4.9 Persentase perubahan parameter distorsi harmonik total
tegangan dan arus untuk setiap tingkat pembebanan pada
beban resistif-induktif . . . 44 Tabel 4.10 Persentase perubahan parameter keluaran daya UPS pada
variasi faktor daya lag . . . 46 Tabel 4..11 Persentase perubahan parameter tegangan dan arus UPS pada
variasi faktor daya lag . . . 47 Tabel 4.12 Persentase perubahan parameter distorsi harmonik total
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Spesifikasi UPS . . . 54 Lampiran 2 Diagram Skematik UPS Statis . . . 56 Lampiran 3 Data hasil percobaan . . . 58
DAFTAR SINGKATAN
AC Alternating Current DC Direct Current
PLN Perusahaan Listrik Negara PWM Pulse Width Modulation THD Total Harmonic Distortion UPS Uninterruptible Power Supply
DAFTAR ISTILAH
Bypass Kondisi dimana beban terhubung langsung dengan sumber listrik
Darurat Kondisi suplai daya berasal dari baterai UPS
On Line Sistem kerja UPS dengan semua komponennya aktif pada saat suplai daya normal
Off Line Sistem kerja UPS dengan sebagian komponennya pasif pada saat suplai daya normal dan aktif pada saat suplai daya dari baterai
Harmonik gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Dewasa ini, komputer, perangkat komunikasi dan berbagai peralatan elektronik lainnya menjadi suatu perangkat vital yang mendukung kelancaran dan efektifitas hampir seluruh pekerjaan di segala bidang. Proses komputerisasi dan modernisasi peralatan yang ada terus berkembang seiring dengan kebutuhan akan kecepatan untuk menyelesaikan pekerjaan. Pesatnya perkembangan tersebut berdampak pada semakin banyaknya jenis peralatan yang diproduksi dengan tingkat konsumsi daya yang berbeda – beda.
Sebagian besar dari perangkat vital tersebut merupakan peralatan yang sensitif terhadap gangguan kualitas daya, sehingga dibutuhkan peralatan pendukung lainnya yang berfungsi untuk menjamin tetap tersedianya kualitas daya yang baik dan meminimalisir terjadinya gangguan untuk menghindari kerusakan baik pada data maupun perangkat keras dari peralatan vital yang ada. Salah satu peralatan pendukung yang dapat digunakan untuk melindungi berbagai perangkat vital dari gangguan adalah Uninterruptible Power Supply (UPS). Alat ini dapat berfungsi sebagai stabilizer terhadap terjadinya gangguan dan menjadi sumber daya cadangan (back up) apabila terjadi gangguan pemutusan aliran daya dari penyedia suplai daya utama.
Disisi lain, kinerja UPS terhadap berbagai jenis beban dan berbagai tingkat pembebanan belumlah tentu sama. Kinerja tersebut dapat dipandang dari dua kondisi, yaitu kondisi normal dimana UPS berperan sebagai stabilizer terhadap gangguan dan kondisi darurat pada saat terjadi pemutusan aliran listrik dari penyedia suplai daya utama dimana UPS berfungsi sebagai back up suplai daya sementara. Oleh karena itu, pada penulisan skripsi ini akan diteliti dan dianalisis mengenai karakteristik UPS untuk berbagai jenis beban dengan beberapa variasi tingkat pembebanan baik pada kondisi suplai daya normal maupun pada kondisi darurat, dimana suplai daya sementara berasal dari baterai yang terintegrasi pada perangkat UPS.
1.2PERUMUSAN MASALAH
Pada penulisan skripsi ini akan diteliti dan dianalisis mengenai karakteristik kinerja UPS untuk berbagai tingkat pembebanan pada jenis beban yang berbeda baik untuk kondisi normal maupun kondisi darurat.
1.3TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis dan membandingkan kinerja UPS untuk berbagai variasi beban pada kondisi normal dan kondisi darurat.
2. Menganalisis dan membandingkan kinerja UPS untuk berbagai tingkat pembebanan pada jenis beban yang sama untuk kondisi normal dan kondisi darurat.
3. Menganalisis dan membandingkan kinerja UPS untuk berbagai variasi faktor daya.
1.4BATASAN MASALAH
Perangkat UPS yang akan diteliti terbatas pada UPS statis dengan sistem kerja offline berkapasitas maksimal 600 VA untuk merek super powertech.
1.5METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan percobaan pengukuran karakteristik UPS untuk berbagai variasi beban dan berbagai tingkat pembebanan serta melakukan studi pustaka terhadap literatur yang ada.
1.6SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu : Pendahuluan, Uninteruptible Power Supply Statis, Metodologi Penelitian, Analisis Hasil Pengujian dan Kesimpulan..
Bab Satu Pendahuluan berisi mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab Dua Uninteruptible Power Supply Statis berisi teori mengenai bagian – bagian UPS, prinsip kerja UPS dan distorsi harmonik pada UPS. Bab Tiga metodologi penelitian berisi langkah-langkah penelitian pada pengambilan data keluaran yang dihasilkan UPS untuk berbagai tingkat pembebanan pada jenis beban yang berbeda. Bab Empat Analisis Hasil Pengujian berisi analisa perbandingan keluaran UPS pada kondisi normal dan kondisi darurat untuk variasi beban pada beberapa tingkat pembebanan dan variasi faktor daya. Bab Lima Kesimpulan berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis perbandingan keluaran UPS.
BAB II
UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY STATIS
2.1PENGERTIAN [1]
Sistem UPS statis adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk menjamin kontinuitas suplai daya serta melindungi beban dari terjadinya gangguan kualitas daya pada suplai daya utama. Hal tersebut dapat dicapai dengan menggunakan rangkaian solid-state yang menggunakan baterai atau energi kinetis yang memungkinkan sebagai sumber energi alternatif.
2.2KOMPONEN UTAMA UPS
Komponen utama dari sebuah UPS terdiri dari : 2.2.1 Baterai [2]
Baterai adalah sumber listrik arus searah yang dihasilkan oleh suatu proses kimia. Baterai terdiri dari satu atau beberapa sel. Ada dua jenis baterai yang biasa digunakan pada peralatan UPS, diantaranya :
2.2.1.1Lead Acid
Baterai jenis ini memiliki suatu proses kimia sederhana yang terdiri dari elektroda yang terbuat dari timah dan timah dioksida pada suatu larutan asam sulfur. Bila potensial pada kedua elektroda diukur, maka nilai yang akan terbaca adalah 2 V. Reaksi kimia yang terjadi pada baterai jenis ini dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Reaksi pada plat negatif (timah murni) Pb + H2SO4 → PbSO4 + H2
2. Reaksi pada plat positif (timah oksida) PbO2 + H2SO4 → PbSO4 + (2OH)
Dengan menjumlahkan reaksi 1 dan reaksi 2, maka reaksi kimia pada sel baterai dapat dituliskan sebagai berikut :
PbO2 + Pb + 2H2SO4 → 2PbSO4 + 2 H2O
Setelah terjadi proses pelepasan muatan (discharge) secara menyeluruh pada baterai, plat negatif akan tertutup oleh timah sulfat, sedangkan plat positif akan tertutup dengan campuran timah PbO dan PbSO.
Ketika terjadi pengisian baterai kembali (recharge), pada plat negatif timah sulfat akan kembali menjadi timah murni seperti digambarkan pada reaksi sebagai berikut :
PbSO4 + (2H) → H2SO4 + Pb
Sedangkan pada plat positif akan terjadi reaksi :
PbSO4 + (2OH) → PbO2 + 2H2SO4
Sehingga secara keseluruhan reaksi yang terjadi adalah : 2PbSO4 + 2H2O → Pb + PbO2 + 2H2SO4
Efisiensi dari kedua reaksi tersebut adalah sebesar 75 hingga 85 persen, sedangkan rugi – rugi yang terjadi antara proses pelepasan muatan (discharge) dan proses pengisian kembali (recharge) dapat digambarkan pada grafik berikut ini :
Gambar 2.1 Perbandingan rugi – rugi antara charge dan discharge [1]
2.2.1.2Nickel Cadmium
Baterai nickel-cadmium bekerja pada persamaan kimia sebagai berikut : 2NiOOH + 2H2O + Cd discharge ↔charge 2Ni(OH) + Cd(OH)
Plat negatif pada baterai jenis ini menggunakan cadmium hidroksida dengan larutan elektrolit potassium hidroksida dengan sedikit lithium hidroksida untuk meningkatkan siklus performansi baterai pada temperatur tinggi.
Pengisian muatan (charging) pada sel baterai jenis ini cukup efisien hingga mencapai 80 persen. Setelah mencapai 80 persen, efisiensi pengisian muatan menurun. Hal tersebut seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
Gambar 2.2 Efisiensi pengisian muatan [1]
2.2.2 Penyearah (Rectifier)
Penyearah adalah rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah. Adapun komponen yang biasa digunakan sebagai penyearah adalah dioda. Rangkaian penyearah suplai daya dapat dibagi menjadi beberapa rangkaian dasar, diantaranya :
2.2.2.1Penyearah Setengah Gelombang
Bentuk dasar dari rangkaian penyearah setengah gelombang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Diagram skematik rangkaian penyearah setengah gelombang [2]
Ketika masukan tegangan sinusoidal pada A bernilai positif, diode berkonduksi sehingga menghasilkan arus pada beban resistor R. Ketika tegangan masukan bernilai negatif, diode menjadi dicatu mundur (reversed biased) dan menjadi tidak berkonduksi, sehingga tidak ada arus yang melalui beban R. Tegangan keluaran dari diode dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut : Vo = 0, bil Vi < VDO . . . (2.1)
Vo = R/(R + rD) Vi – VDOR/(R + rD) . . . (2.2)
dimana
Vi = Tegangan input
VDO = Tegangan maju diode ≈ 0,7 hingga 0,8 V
Gelombang keluaran dari penyearah setengah gelombang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Gelombang masukan dan keluaran penyearah setengah gelombang [2]
2.2.2.2Penyearah Gelombang Penuh
Bentuk dasar dari rangkaian penyearah gelombang penuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.5 Diagram skematik rangkaian penyearah gelombang penuh [2]
Penyearah gelombang penuh terdiri dari dua penyearah setengah gelombang yang dihubungkan dengan beban R. Kumparan sekunder pada transformator dihubungkan dengan tap tengah untuk memperoleh dua buah tegangan masukan yang sama untuk masing – masing penyearah setengah gelombang. Ketika node A berada pada polaritas positif, D1 akan dicatu maju dan
D2 akan dicatu mundur. Sehingga D1 akan berkonduksi dan arus akan melalui R
kemudian kembali menuju tap tengah pada transformator. Ketika node B berada pada polaritas positif, D2 akan dicatu maju dan D1 akan dicatu mundur. Sehingga
arus yang dikonduksikan oleh D2 akan mengalir melalui R dan kembali menuju
tap tengah pada transformator. Gelombang keluaran dari penyearah gelombang
penuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.6 Gelombang masukan dan keluaran penyearah gelombang penuh [2]
Tegangan keluaran dari penyearah gelombang penuh dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut :
(
)
o s DO t D R V V V R r R = − + + . . . .(2.3)dimana Rt = Resistansi yang berkaitan dengan transformator.
2 m dc t D V R V R r R π = + + . . . .(2.4)
dimana Vm = Puncak tegangan keluaran
2.2.2.3Penyearah Jembatan
Penyearah jembatan adalah implementasi alternatif dari penyearah gelombang penuh. Penyearah ini menggunakan empat buah dioda dan tidak membutuhkan transformator tap tengah. Bentuk dasar dari rangkaian penyearah gelombang penuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.7 Diagram skematik rangkaian penyearah jembatan [2]
Selama setengah siklus positif dari tegangan masukan, Vi bernilai positif
dan arus dikonduksikan melalui dioda D1, Resistor R dan dioda D2. Sementara itu,
dioda D5 dan D4 akan dicatu mundur. Selama setengah siklus negatif, tegangan Vi
akan menjadi negatif, dan diode D5 dan D4 dicatu maju sehingga arus melalui R
dengan arah yang sama pada setengah siklus positif. Gelombang keluaran dari penyearah jenis ini adalah sebagai berikut :
2.2.3 Inverter
Inverter digunakan untuk mengubah daya arus searah menjadi daya arus bolak balik pada tegangan dan frekuensi yang dapat dikendalikan. Tegangan bolak balik yang dihasilkan berbentuk gelombang persegi (non sinusoidal) dan frekuensi yang dihasilkan ditentukan oleh frekuensi penyalaan pada komponen elektronika daya utama inverter.
Inverter selain untuk UPS juga digunakan antara lain untuk: mengatur kecepatan motor induksi, catu daya pada pesawat udara, catu daya transmisi tegangan tinggi arus searah, dan lain-lain. Inverter dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya :
2.2.3.1Inverter Ferroresonant [3]
Bentuk dasar dari rangkaian inverter Ferroresonant dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.9 Diagram skematik rangkaian inverter ferroresonant [2]
Rangkaian diatas terdiri dari sebuah oscillator yang mengontrol SCR switches yang mengumpan transformator ferroresonant dan filter harmonik. Mode operasi saturasi menghasilkan keluaran tegangan yang teratur dan membatasi arus keluarannya. Efisiensi untuk inverter jenis ini bervariasi mulai dari 50 hingga 83% tergantung dari beban yang terhubung, sedangkan respon waktu dari jenis inverter ini adalah sekitar 20 milidetik.
2.2.3.2Inverter Delta Magnetic
Inverter jenis ini biasa digunakan pada sistem tiga fasa. Rangkaian inverter Delta Magnetic dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.10 Diagram skematik rangkaian inverter Delta Magnetik [2]
Modul inverter A1, B1 dan C1 menghasilkan keluaran gelombang persegi yang mengalami pergeseran relatif antarfasa sebesar 120°. Gelombang tersebut dikopel pada sisi primer dari transformator T1 melalui induktor linear. T1 adalah transformator isolasi tiga fasa konvensional.
2.2.3.3Inverter-fed L/C Tank
Bentuk dasar dari rangkaian inverter-fed L/C Tank dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.11 Diagram skematik rangkaian inverter fed L/C Tank [2]
Rangkaian tank berfungsi untuk merekonstruksi keluaran gelombang sinus pada sistem. Pengaturan dapat dilakukan dengan memvariasikan kapasitansi atau induktansi untuk mengontrol resonansi parsial atau faktor daya.
2.2.3.4Quasi-Square Wave Inverter [3]
Inverter gelombang quasi-square menghasilkan suatu bentuk gelombang variabel yang harus difilter dengan mengatur jaringan induktif-kapasitif seri dan paralel untuk mengurangi harmonik dan membentuk keluaran yang sinusoidal. Rangkaian inverter quasi-square wave dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.12 Diagram skematik rangkaian inverter quasi-square wave [2]
Karena pada rangkaian inverter ini terdapat filter, maka respon inverter terhadap perubahan beban menjadi lambat (umumnya berada pada interval 150 hingga 200 milidetik) dengan efisiensi sebesar 80%. Inverter jenis ini memerlukan rangkaian pengatur tegangan dan pembatas arus yang menyebabkan terjadinya kompleksitas rangkaian, sehingga harga inverter jenis ini relatif mahal.
2.2.3.5Inverter Step Wave
Inverter jenis ini merupakan suatu multistep inverter yang mengendalikan suatu transformator gabungan. Konsep umum dari rangkaian inverter jenis ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.13 Blok diagram rangkaian inverter Step wave [2]
Kejernihan dari keluaran gelombang sinus yang dihasilkan oleh inverter ini merupakan fungsi dari sejumlah langkah-langkah diskrit. Pengaturan tegangan dicapai dengan menggunakan sebuah power suplai boost dc-to-dc yang diseri dengan baterai. Gambar (a) dan (b) menunjukkan dua implementasi yang berbeda pada unit satu fasa.
Gambar 2.14 Diagram skematik rangkaian inverter Step wave [2]
Gambar 2.15 Diagram skematik rangkaian inverter step wave beserta gelombang keluarannya[2] Pada kedua gambar diatas, inverter dikendalikan oleh suatu osilator. Adapun respon waktu dari inverter jenis ini adalah sekitar 20 milidetik dengan efisiensi mencapai 85%.
2.2.3.6Pulse-Width Modulation (PWM) Inverter [3]
Bentuk dasar dari rangkaian inverter Pulse-Width Modulation (PWM) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.16 Diagram skematik rangkaian inverter Pulse-Width Modulation (PWM)[2] Rangkaian PWM menggabungkan dua inverter yang mengatur tegangan keluaran dengan memvariasikan lebar pulsa. Keluaran yang dihasilkan dari inverter jenis ini sangat mirip dengan suatu gelombang sinus. Respon waktu pada filter ini mendekati 100 milidetik.
2.2.3.7Phase Modulation Inverter
Sistem ini menggunakan konversi dc-to-ac melalui modulasi fasa dari dua gelombang persegi dengan frekuensi tinggi untuk menghasilkan suatu gelombang keluaran. Rangkaian inverter jenis ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 2.17 UPS statis yang menggunakan carrier modulasi fasa[2]
2.2.4 Penguat Arus Searah (DC Chopper)
Penguat arus searah (DC Chopper), adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk mengubah (menaikkan atau menurunkan) tegangan searah seperti halnya transformator pada tegangan bolak-balik. Pada UPS yang digunakan adalah penguat arus searah naik (chopper step up), yang berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai. Ketika tegangan input dalam kondisi abnormal dan mati. Maka baterai akan mensuplai daya, dengan terlebih dahulu menaikkan tegangannya pada penguat arus searah biasanya dari 82VDC ke 360 VDC, lalu meneruskannya ke inverter (biasa disebut tegangan DC Bus).
Gambar 2.18 Rangkaian Penguat arus searah [3]
2.3PRINSIP KERJA UPS
Menurut cara kerjanya UPS dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 2.3.1 UPS Jenis On Line
UPS jenis On Line yaitu UPS yang bekerja secara menyeluruh semua bagiannya disaat UPS dalam kondisi normal (ada input listrik). Dan jenis ini yang kebanyakan ada dan dipakai saat ini. Karena baik saat normal maupun darurat ( emergency ) output UPS lebih stabil dan halus. UPS bekerja secara bypass disaat UPS dalam kondisi perawatan atau saat ada gangguan.
LINE FILTER SURGE ABSORBER RECTIFIER / CHARGER / CHOPPER INVERTER STATIC SWITCH ISOLATION TRANSFORMER BYPASS BATTERIES MCCB
INPUT POWER OUTPUT
POWER
Gambar 2.19 Diagram blok UPS on line [4]
Dalam sistem kerjanya, UPS jenis ini memiliki tiga keadaan atau sistem operasi :
Dalam kondisi normal, UPS bekerja ketika input listrik menyala. Gambar 2.12, menggambarkan aliran daya ketika UPS dalam kondisi normal.
LINE FILTER SURGE ABSORBER RECTIFIER / CHARGER / CHOPPER INVERTER STATIC SWITCH ISOLATION TRANSFORMER BYPASS BATTERIES MCCB
INPUT POWER OUTPUT
POWER
POWER FLOW
Gambar 2.20 Aliran daya UPS kondisi normal [4]
Penyearah pada unit UPS, termasuk rangkaian penguat arus searah, mengubah input listrik bolak-balik ke listrik searah. Rangkaian penguat( Chopper) menjaga tegangannya konstan, dengan pembatasan arus, untuk mengisi baterai dan juga mensuplai tegangan searah dengan besaran tertentu ke bagaian inverter. Bagian inverter membangkitkan tegangan keluaran sinusoida dengan kualitas baik. Bagian baterai selalu terpelihara dengan keadaan pengisian yang konstan ketika UPS dalam kondisi ini.
2.3.1.2Keadaan Bypass
Jika unit UPS dalam keadaan beban lebih atau terdapat gangguan internal, aliran arus secara otomatis pindah dari unit rangkaian utama ke rangkaian bypass. Arah aliran dapat dilihat pada gambar 2.13.
Perpindahan ini terjadi secara otomatis kurang dari empat milidetik dalam fasa. Waktu perpindahan tidak cukup lama karena akan mengakibatkan interupsi pada banyak beban. Jika aliran arus pindah ke kondisi bypass karena terjadi beban lebih dan kondisi beban lebih berakhir dalam beberapa saat, maka aliran arus secara otomatis kembali ke keadaan operasi normal.
LINE FILTER SURGE ABSORBER RECTIFIER / CHARGER / CHOPPER INVERTER STATIC SWITCH ISOLATION TRANSFORMER BYPASS BATTERIES MCCB
INPUT POWER OUTPUT
POWER
POWER FLOW
Gambar 2.21 Aliran daya UPS kondisi bypass [4]
Jika aliran arus dalam kondisi bypass akibat terjadinya gangguan ( fault
condition ), maka aliran arus harus pindah secara manual dari kondisi bypass ke
kondisi operasi normal, setelah gangguan tersebut diatasi. Biasanya dengan cara mereset saklar RUN/STOP. Dan ini juga berlaku untuk gangguan-gangguan yang tidak fatal.
2.3.1.3Keadaan Darurat (Kerja Baterai)
Ketika daya input arus bolak-balik mengalami gangguan atau mati, maka baterai-baterai UPS segera mensuplai tegangan searah ke bagian inverter UPS. Rangkain ini mengkonversinya menjadi tegangan bolak-balik pada output UPS.
LINE FILTER SURGE ABSORBER RECTIFIER / CHARGER / CHOPPER INVERTER STATIC SWITCH ISOLATION TRANSFORMER BYPASS BATTERIES MCCB
INPUT POWER OUTPUT
POWER
POWER FLOW
Gambar 2.22 Aliran daya UPS kondisi darurat [4]
Proses ini akan terus berlangsung hingga tegangan baterai jatuh (drop). Ketika ini terjadi, baterai akan menghentikan suplai daya ke beban. Baterai-baterai UPS biasanya sanggup memberikan waktu sekitar tujuh menit waktu
backup ( tanpa tambahan bank baterai). Waktu ini tepat ketika unit UPS
beroperasi dengan beban setengah penuh, baterai-baterai dapat memberikan 30 menit waktu backup. Besaran waktu ini tergantung model dan merek UPS, kondisi baterai, tipe beban, temperatur dan variabel lainnya.
2.3.2 UPS Jenis Off Line
UPS jenis Off Line, yaitu UPS yang bekerja secara bypass, dimana saat listrik input dalam keadaan normal, maka bagian inverter tidak bekerja. Sedangkan saat listrik padam, maka inverter bekerja.
Pada UPS jenis off Line, outputnya akan mengalami pemutusan sementara yaitu pada saat transfer switch bekerja. Transfer switch akan bekerja pada saat listrik utama padam. Proses ini terjadi dalam waktu kurang dari 4 milidetik. Meskipun demikian untuk peralatan yang sensitif terhadap gangguan listrik, hal ini akan sangat mungkin dapat mengakibatkan gangguan terhadap sistem peralatan yang digunakan. Pada UPS jenis ini beban (output) dari UPS akan mendapatkan sumber listrik langsung pada saat sumber listrik utama (PLN) ada, baru pada saat llistrik utama PLN padam beban mendapatkan sumber energi listrik dari UPS. Sehingga pada saat sumber listrik utama ada, tegangan output akan sangat bergantung pada input sumber listrik utama PLN. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkanlah metode line interactive untuk mengurangi ganguan yang diakibatkan oleh buruknya sumber listrik utama. Blok diagramnya akan menjadi seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.24 Diagram blok off line UPS saat kondisi darurat [2], [4], [5]
2.4
HARMONIK PADA UPSSalah satu masalah terbesar dalam aspek kualitas daya adalah kandungan harmonik pada sistem listrik. Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya, harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonik ketiga adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan seterusnya. Gelombang-gelombang ini kemudian menumpang pada gelombang murni atau aslinya sehingga terbentuk gelombang cacat yang merupakan jumlah antara gelombang murni sesaat dengan gelombang harmoniknya. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.25 Proses pembentukan gelombang yang terdistorsi harmonik
Sumber harmonik arus dan tegangan mempengaruhi rugi daya, interferensi magnetik (EMI), dan torsi pulsa pada drives motor AC. Beberapa bentuk gelombang periodik dapat ditampilkan dan diset komponen harmoniknya. Dengan transformasi Fourier, komponen ini dapat dipecahkan. Frekuensi masing-masing komponen harmonik adalah suatu pembagian terintegrasi dari pokoknya.
2.4.1 Analisis Harmonik
Gambar 2.13 memperlihatkan suatu gelombang terdistorsi yang telah dipisahkan menjadi gelombang fundamental dan komponen harmonik ketiga.
Penguraian gelombang periodik dengan cara tersebut beracuan pada analisis Fourier seperti ditunjukkan pada persamaan berikut :
( ) ( ) st F s f t e dt ∞ − −∞ =
∫
. . . (2.5) ( ) ( ) st f t F s e dt ∞ −∞ =∫
. . . (2.6)Gambar 2.26 Transformasi pulsa [6]
2 0 1 ( ) 2 o A f x dx π π =
∫
. . . (2.6) 2 0 1 ( ) ( ) 2 n A f x Sin nx dx π π =∫
. . . (2.7) 2 0 1 ( ) ( ) 2 n B f x Cos nx dx π π =∫
. . . (2.8) 2 2 ( ) n n n H = A +B . . . (2.9) 1 tan n n n B A θ = − . . . (2.10) 1 ( ) n o n A f x A B ∞ = + ∑
. . . (2.11) 2 0 2 ( ) ( ) 1, 3, 5, 7... n H f x Sin nx dx n π π = =∫
. . . (2.12)2.4.2 Faktor distorsi harmonik dan distorsi harmonik total
Setelah gelombang periodik dipecah menjadi komponen sinusoidalnya, analisis kuantitatif dari bagian-bagiannya dapat dilakukan. Istilah faktor distorsi digunakan dalam analisis ini. Faktor distorsi harmonik didefinisikan sebagai :
Jumlah kuadrat amplitudo semua harmonik Kuadrat fungsi nonsinusoidal df =
1/2 . 100%
. . . (2.13) Faktor distorsi dapat mengacu baik pada tegangan atau arus. Istilah yang paling umum digunakan adalah total harmonic distortion (THD) yang dapat dihitung baik untuk tegangan maupun arus. Nilai distorsi harmonik total (THD) ditentukan dengan
%
100
.
1 2 2U
U
THD
n n n∑
==
. . . .(2.14) dengan U1 adalah komponen fundamental suatu sinyal dan U2 sampai Un adalahkomponen harmonik
2.4.3 Karakteristik Keluaran Harmonik Pada Inverter
Karakteristik yang diinginkan dari inverter adalah output sinusoidal dengan magnitude dan frekuensi yang dapat dikontrol. Untuk memperoleh hal tersebut, maka suatu sinyal sinusoidal pada frekuensi yang diinginkan dibandingkan pada gelombang segitiga.
Gambar 2.27 Sinyal sinusoid dan gelombang segitiga pada PWM [7]
Sinyal Vtriangular (Vtri) berada pada frekuensi switching (fs)/ Frekuensi carrier Sinyal Control (Vcontrol) memiliki frekuensi modulasi yang merupakan
frekuensi fundamental yang dari tegangan output inverter. Rasio modulasi amplitudo dari gelombang yang dihasilkan adalah :
ma = Vcontrol . . . .(2.15)
Vtri
Sedangkan rasio modulasi frekuensi yang dari gelombang yang dihasilkan adalah ma = fs . . . (2.16)
f1
Tegangan keluaran yang dihasilkan inverter akan mengandung harmonik. Adapun frekuensi dari tegangan harmonik yang terjadi dapat dirumuskan sbb :
fh = (jmf ± k)f1 . . . .(2.17)
dengan orde harmonik :
h = j(mf) ± k . . . (2.18)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. METODE PENGUKURAN
Metode pengukuran yang dilakukan pada percobaan adalah berdasarkan pada kompilasi dari dua standar, yaitu IEC 62040-3 (metode menentukan performansi dan persyaratan test) dan standar nasional kanada CSA C813.1-01 (Metode pengujian performansi untuk Uninterruptible Power Supply) [8]. Dari kompilasi tersebut, nilai – nilai karakteristik yang akan diuji adalah sebagai berikut :
• Tegangan, arus dan daya untuk pembebanan mendekati 25%, 50%, 75% dan 100% dari kapasitas maksimal UPS
• Faktor daya
• Distorsi harmonik total pada arus (THDI)
• Distorsi harmonik total pada tegangan (THDU)
Besaran – besaran yang akan diukur pada UPS berbeban masing – masing dapat diketahui melalui alat ukur daya HIOKI Hi-Power Tester and Analyzer tipe 3169. Melalui alat tersebut akan didapatkan nilai – nilai parameter yang dibutuhkan bagi analisis performansi UPS terhadap berbagai tingkat pembebanan dan berbagai kombinasi jenis beban. Parameter – parameter tersebut adalah nilai tegangan [V], arus [A], daya [W, VAR, VA], faktor daya, frekuensi sistem [Hz], THD [%], persentase [%] dan sudut fasa [°], komponen harmonik tegangan serta bentuk gelombang arus dan tegangan sistem.
Pengukuran dilakukan pada dua kondisi kerja pada UPS yaitu kondisi bypass (dimana suplai daya berasal dari jaringan PLN) dan kondisi darurat (dimana suplai daya berasal dari baterai UPS). Kombinasi jenis beban dan tingkat pembebanan dilakukan dengan menggunakan resistor variabel, induktor variabel dan kapasitor variabel dengan mengatur variasi hambatan hingga diperoleh nilai yang mendekati kombinasi tingkat pembebanan yang diinginkan. Berikut adalah gambar rangkaian ekivalen masing – masing beban :
(a) (b)
(c)
Gambar 3.1 Rangkaian ekivalen (a) Resistor Variabel, (b) Induktor Variabel, (c) Kapasitor Variabel
Gambar 3.2 Skema pembebanan untuk beban resistif murni (a) mendekati 25%, (b) mendekati 50%, (c) mendekati 75%, (d) mendekati 100%
Gambar 3.3 Skema pembebanan untuk beban induktif dan kapasitif murni (a) mendekati 25%, (b) mendekati 50%, (c) mendekati 75%, (d) mendekati 100%
Gambar 3.4 Skema pembebanan untuk beban resistif-induktif pada tingkat pembebanan (a) mendekati 25%, (b) mendekati 50%, (c) mendekati 75%, (d) mendekati 100%
Gambar 3.5 Skema pembebanan untuk beban resistif-kapasitif pada tingkat pembebanan (a) mendekati 25%, (b) mendekati 50%, (c) mendekati 75%, (d) mendekati 100%
3.2. SKENARIO PEMBEBANAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK
UPS PADA KONDISI BYPASS
Untuk kondisi ini, secara umum skema rangkaian pada percobaan dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengambilan data dilakukan untuk beban resistif murni, induktif murni, kapasitif murni, resistif-induktif, resistif-kapasitif dan resistif-induktif-kapasitif dengan tingkat pembebanan untuk masing – masing jenis beban adalah mendekati 25%, 50%, 75%, dan 100% dari kapasitas UPS yang digunakan pada percobaan.
3.2.1.Beban Resistif Murni
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban resistif murni untuk kondisi bypass. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.1 Data hasil pengukuran beban resistif murni (kondisi bypass)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Bypass v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Resistif 25 207.7 0.71 147.6 -1.6 147.6 -0.99 49.8 2.9 2.9 50 207.09 1.4 290.3 -3.1 290.4 -0.99 49.98 2.76 2.77 75 226.65 2.02 457.8 -5.4 457.8 -0.99 49.89 2.89 2.89 100 222.11 2.48 552.9 -6.4 552.9 -0.99 49.87 2.89 2.89
3.2.2.Beban Induktif Murni
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban induktif murni untuk kondisi bypass. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.2 Data hasil pengukuran beban induktif murni (kondisi bypass)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Bypass v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Induktif 25 211.53 0.72 13.8 152.5 153.1 0.09 49.96 2.91 3.36 50 210.87 1.45 23.7 304.2 305.2 0.07 50 2.86 3.56 75 210.24 2.219 31.9 464.8 465.9 0.068 50 2.88 3.22 100 209.7 2.68 40.4 561.2 562.7 0.07 50.13 3.06 3.32
3.2.3.Beban Kapasitif Murni
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban kapasitif murni untuk kondisi bypass. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.3 Data hasil pengukuran beban kapasitif murni (kondisi bypass)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Bypass v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Kapasitif 25 211.46 0.73 -0.4 -152.6 152.6 -0.002 49.9 3.03 16.93 50 211.2 1.45 -1.9 -302 302 -0.006 49.7 2.72 16.16 75 208.28 2.135 -3.6 -438.7 438.7 -0.0082 50.04 2.84 14.47 100 210.98 2.64 -4 -551.6 551.6 -0.007 49.9 2.93 14.78 3.2.4.Beban Resistif-Induktif
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban resistif-induktif untuk kondisi bypass. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 34 Data hasil pengukuran beban Resistif-Induktif (kondisi bypass)
Jenis Beban
Rating Kondisi Bypass
beban v i P Q S
PF F THDU THDI
[%] [V] [A] [W] [VAR] [VA] [Hz] [%] [%]
Resistif-Induktif 25 211.71 0.71 112.1 99 149.6 0.75 49.9 2.87 2.01 50 209.98 1.386 211.3 200 290.9 0.726 49.9 2.86 2.1 75 212.23 2.015 78.1 419.7 426.9 0.183 50 2.91 3 100 206.84 2.78 188.8 543.3 575.2 0.328 49.9 2.89 3.13 3.2.5.Beban Resistif-Kapasitif
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban resistif-kapasitif untuk kondisi bypass. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.5 Data hasil pengukuran beban Resistif-Kapasitif (kondisi bypass) Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Bypass v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Resistif-Kapasitif 25 212.18 0.69 103.7 -103.7 146.7 -0.7 50 2.82 11.9 50 231.29 1.469 236.8 -240.8 337.8 -0.7 50 2.92 10.52 75 210.71 2.17 46.2 -449.5 451.9 -0.1 50 2.93 14.6 100 208.64 2.72 145.1 -542.5 561.6 -0.258 50.15 2.86 13.87
3.2.6.Beban Dengan Faktor Daya Lag
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban dengan faktor daya lag untuk kondisi bypass. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.6 Data hasil pengukuran beban dengan faktor daya lag (kondisi bypass)
Jenis Beban
Faktor Kondisi Bypass
Daya v i P Q S
PF F THDU THDI
[Lead] [V] [A] [W] [VAR] [VA] [Hz] [%] [%]
PF Lead 0.5 231.34 2.107 248.8 418.2 486.6 0.511 49.9 2.82 3.49 0.6 204.99 1.915 228 319.1 392.2 0.58 50 2.72 3.49 0.7 225.89 2.105 353.1 318 475.2 0.743 49.9 3.08 3.28 0.8 229.17 1.6 303.8 205.6 366.8 0.828 49.9 3.08 2.81 0.9 208.42 1.79 336.7 163.2 374.1 0.899 49.9 2.87 2.49
3.2.7.Beban Dengan Faktor Daya Lead
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban dengan faktor daya lead untuk kondisi bypass. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.7 Data hasil pengukuran beban dengan faktor daya lag (kondisi bypass)
Jenis Beban
Rating Kondisi Bypass
beban v i P Q S
PF F THDU THDI
[%] [V] [A] [W] [VAR] [VA] [Hz] [%] [%]
PF Lag 0.5 208.38 1.98 218 -350.8 413 -0.53 50 2.81 4.84 0.6 232.73 2.06 291 -381.3 479.6 -0.6 49.8 2.91 4.48 0.7 205.41 1.94 281 284.3 399.7 -0.7 50 3.19 4.35 0.8 204.81 2.14 341.1 275.6 438.5 -0.78 50 3.05 3.82 0.9 205.39 1.84 337.4 -171.3 378.4 -0.89 50 2.93 3.25
3.3. SKENARIO PEMBEBANAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK UPS PADA KONDISI DARURAT (SUPLAI DAYA DARI BATERAI)
Untuk kondisi ini, secara umum skema rangkaian pada percobaan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.7 Skema pembebanan untuk kondisi darurat
Pengambilan data dilakukan untuk beban resistif murni, induktif murni, kapasitif murni, resistif-induktif, resistif-kapasitif dan resistif-induktif-kapasitif dengan tingkat pembebanan untuk masing – masing jenis beban adalah 25%, 50%, 75%, dan 100% dari kapasitas UPS yang digunakan pada percobaan.
3.3.1.Beban Resistif Murni
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban resistif murni untuk kondisi suplai daya dari baterai. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.8 Data hasil pengukuran beban Resistif Murni (kondisi darurat)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Darurat v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Resistif 25 220.9 0.756 167 -127.5 210.1 -0.79 80.65 87.14 87.04 50 179.93 1.21 219.1 -155 268.4 -0.816 80.66 90.2 90.13 75 144.66 1.291 0.186 -124.1 224.2 -0.833 80.86 94.32 94.33 100 124.97 1.4 175.3 -110.8 207.4 -0.84 81.06 82.93 82.9
3.3.2.Beban Induktif Murni
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban induktif murni untuk kondisi suplai daya dari baterai. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.9 Data hasil pengukuran beban induktif murni (kondisi darurat)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Darurat v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Induktif 25 265.81 0.287 16.4 35.8 39.3 0.415 81.13 95.55 94.86 50 245.87 0.545 11.2 72.7 73.6 0.152 81.14 98.47 85.84 75 245.89 1.027 17.6 110.4 111.8 157.2 81.02 92.16 94.57 100 232.33 1.4 15.6 126.2 127.2 0.123 81.02 88.76 92.19
3.3.3.Beban Kapasitif Murni
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban kapasitif murni untuk kondisi suplai daya dari baterai. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.10 Data hasil pengukuran beban kapasitif murni (kondisi darurat)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Darurat v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Kapasitif 25 229.6 1.43 -1.1 -158.9 158.9 -6.6 81.11 90.54 87.12 50 - - - - 75 - - - - 100 - - - -
Untuk beban jenis ini, pada tingkat pembebanan diatas 25%, data yang terukur tidak bisa terbaca secara akurat, karena daya baterai habis sebelum 1 menit.
3.3.4.Beban Resistif-Induktif
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban resistif-induktif untuk kondisi suplai daya dari baterai. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.11 Data hasil pengukuran beban Resistif-Induktif (kondisi darurat)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Darurat v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Resistif-Induktif 25 206.49 0.56 102.8 108.7 -0.94 81 83.13 86.49 111.23 50 189.3 0.97 163.3 -68.3 177 -0.92 80.96 92.33 85.79 75 215.88 1.037 76.9 66.1 101.4 758.4 81.01 86.4 93.95 100 - - - -
Untuk rating pembebanan diatas 75% tidak dapat diperoleh data yang akurat, karena rata – rata baterai mati sebelum 1 menit.
3.3.5.Beban Resistif-Kapasitif
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban resistif-kapasitif untuk kondisi suplai daya dari baterai. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.12 Data hasil pengukuran beban Resistif-Kapasitif (kondisi darurat)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Darurat v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] Resistif-Kapasitif 25 202.86 1.034 87.1 -164.3 185.9 -0.47 81.01 83.04 85.33 50 163.44 1.6 123 -216.8 249.3 -0.49 80.65 90.15 93.49 75 - - - - 100 - - - -
Untuk rating pembebanan diatas 50% tidak dapat diperoleh data yang akurat, karena rata – rata baterai mati sebelum 1 menit.
3.3.6.Beban Dengan Faktor Daya Lag
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban dengan faktor daya lag untuk kondisi suplai daya dari baterai. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.13 Data hasil pengukuran beban drngan factor daya lag (kondisi darurat)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Darurat v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] PF Lead 0.5 252.6 0.86 31.6 101.2 106 0.29 80.62 94.52 87.42 0.6 232.13 0.97 77.9 48.8 91.9 0.847 80.73 95.86 90.18 0.7 207.84 1.12 109.5 -9.9 109.9 -0.99 80.82 88.49 93.03 0.8 212.85 0.91 96.2 14.8 97.4 -0.988 81.026 89.56 88.38 0.9 184.58 1.145 139.6 -38.1 144.7 -0.96 81.058 84.86 85.91
3.3.7.Beban Dengan Faktor Daya Lead
Pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat performansi UPS pada beban dengan faktor daya lead untuk kondisi suplai daya dari baterai. Berikut adalah data hasil pengukuran pada percobaan :
Tabel 3.14 Data hasil pengukuran beban drngan faktor daya lead (kondisi darurat)
Jenis Beban Rating beban [%] Kondisi Darurat v [V] i [A] P [W] Q [VAR] S [VA] PF F [Hz] THDU [%] THDI [%] PF Lag 0.5 - - - - 0.6 - - - - 0.7 - - - - 0.8 - - - - 0.9 - - - -
Pada beban dengan variasi daya lead, rata – rata baterai mati sebelum waktu satu menit, sehingga tidak dapat diperoleh data yang akurat untuk kondisi ini.
BAB IV
HASIL UJI COBA DAN ANALISIS
Analisis berikut akan dilakukan berdasarkan dua pengamatan, dimana masing – masing pengamatan dilakukan pada kinerja UPS untuk kondisi suplai daya normal dan kondisi suplai daya dari baterai. Pengamatan yang pertama yaitu pengamatan pada pengaruh variasi beban dan tingkat pembebanan terhadap keluaran UPS. Pengamatan yang kedua yaitu pengamatan pada pengaruh variasi faktor daya terhadap keluaran UPS.
4.1. PENGAMATAN PADA PENGARUH VARIASI BEBAN DAN
TINGKAT PEMBEBANAN PADA KELUARAN UPS
Berikut ini akan dianalisis masing – masing parameter keluaran UPS untuk beban resistif murni, induktif murni, dan campuran beban resistif-induktif. Analisis keluaran UPS pada beban kapasitif murni dan campuran beban resistif-kapasitif tidak dapat dilakukan karena pada beban resistif-kapasitif murni arus keluaran yang diserap cukup besar dari UPS cukup besar, sehingga data hanya dapat diperoleh pada tingkat pembebanan mendekati 25%. Diatas tingkat pembebanan tersebut, suplai daya baterai UPS habis sebelum 1 menit sehingga alat ukur harmonik yang digunakan tidak dapat mengukur distorsi harmonik serta parameter lainnya yang terjadi pada kondisi darurat secara akurat. Namun demikian, pada beban kapasitif secara fisik pada percobaan terjadi getaran pada trafo UPS. Disamping itu arus discharge pada beban kapasitif memiliki efek yang dapat merusak UPS, karena setelah daya baterai habis, untuk tingkat pembebanan mendekati 50% terukur arus discharge dari kapasitor sebesar 0,7 A. Sedangkan pada beban resistif-kapasitif, pada kondisi darurat pengujian hanya dapat dilakukan untuk dua kondisi, yaitu kondisi tingkat pembebanan 25% dan kondisi tingkat pembebanan 50%. Untuk tingkat pembebanan diatas kondisi tersebut tidak dapat terukur data yang akurat karena keluaran arus yang besar sehingga UPS hanya bertahan dalam waktu beberapa detik saja.
4.1.1.Analisis Parameter Daya
Berikut adalah grafik perbandingan keluaran daya pada kondisi normal dan kondisi darurat untuk masing – masing variasi beban :
(a) (b)
(c)
Gambar 4.1 Grafik perbandingan (a) daya semu, (b) daya aktif, (c) daya reaktif, untuk beban resistif murni
(a) (b)
(c)
Gambar 4.2 Grafik perbandingan (a) daya semu, (b) daya aktif, (c) daya reaktif, untuk beban induktif murni
(a) (b)
(c)
Gambar 4.3 Grafik perbandingan (a) daya semu, (b) daya aktif, (c) daya reaktif, untuk beban beban resistif - induktif
Persentase perubahan beban yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
[
%perubahan] [
keluarankondisi normal[
] [
keluaran kondisi darurat]
]
x100%keluaran kondisi normal
−
= …(4.1)
Berdasarkan persamaan diatas, diperoleh tabel perubahan persentase perubahan keluaran daya UPS pada kondisi normal dan kondisi darurat sebagai berikut :
Tabel 4.1 Persentase perubahan parameter daya untuk setiap tingkat pembebanan pada beban resistif murni
Tingkat
Pembebanan [%] S [%] P [%] Q [%]*
25 Naik 42.34 Naik 13.14 Naik 7868.75
50 Drop 7.58 Drop 24.53 Naik 4900.00
75 Drop 51.03 Drop 59.20 Naik 2198.15
100 Drop 62.86 Drop 68.61 Naik 1658.73
Tabel 4.2 Persentase perubahan parameter daya untuk setiap tingkat pembebanan pada beban induktif murni
Tingkat
Pembebanan [%] S [%] P [%] Q[%]
25 Drop 74.33 Naik 18.84 Drop 76.52 50 Drop 75.88 Drop 52.74 Drop 76.10 75 Drop 76.00 Drop 44.83 Drop 76.25 100 Drop 77.39 Drop 61.39 Drop 77.51
Tabel 4.3 Persentase perubahan parameter daya untuk setiap tingkat pembebanan pada beban resistif-induktif
Tingkat
Pembebanan [%] S [%] P [%] Q [%]
25 Drop 27.34 Drop 8.30 Drop 135.76 50 Drop 39.15 Drop 22.72 Drop 134.15 75 Drop 76.25 Drop 1.54 Drop 84.25
100 - - -
Pada grafik 4.1 terlihat bahwa untuk beban resistif murni, pada kondisi normal keluaran daya pada UPS sebanding dengan persamaan daya :
S = P + jQ ………. (4.2) dimana daya semu yang terukur adalah sama dengan daya aktifnya, sedangkan daya reaktifnya terukur sangat kecil sekali dengan nilai tertinggi -6,3 Var pada tingkat pembebanan 100%. Untuk kondisi darurat, terlihat bahwa terjadi kenaikan daya reaktif yang sangat tinggi dimana persentase kenaikan tertinggi terjadi pada tingkat pembebanan 25%, padahal seharusnya dengan jenis beban yang resistif tidak ada daya reaktif yang dihasilkan. Adapun persentase kenaikan daya reaktif yang terjadi semakin kecil seiring dengan kenaikan tingkat pembebanan. Hal ini disebabkan karena untuk tingkat pembebanan yang semakin tinggi, resistansi beban yang diberikan semakin kecil. Dari fakta tersebut terlihat bahwa pada saat
kondisi suplai daya berasal dari baterai (kondisi darurat), UPS memiliki sifat kapasitif.
Untuk beban induktif murni, pada kondisi normal keluaran daya pada UPS sebanding dengan persamaan daya 4.1 dimana berdasarkan jenis bebannya, daya semu yang dihasilkan pada keluaran UPS nilainya sama dengan daya reaktif yang dihasilkan oleh beban, sedangkan daya aktif yang terukur sangat kecil sekali dengan nilai tertinggi 40,4 W pada tingkat pembebanan 100%. Bila dianalisis, nilai daya aktif yang muncul tersebut kemungkinan disebabkan oleh resistansi pada kabel penghubung. Kemudian pada kondisi darurat terlihat bahwa terjadi penurunan daya semu dimana tingkat penurunan yang terjadi sebanding dengan kenaikan tingkat pembebanan. Pada kondisi ini terjadi pula penurunan daya reaktif dengan tingkat penurunan yang hampir sama dengan penurunan pada daya semunya. Sedangkan pada daya aktifnya terlihat bahwa pada tingkat pembebanan 25% mengalami kenaikan sebesar 18,84% dan diatas tingkat pembebanan 25% mengalami penurunan.
Untuk campuran beban resistif-induktif, beban resistif dan beban induktif diatur untuk memperoleh tingkat pembebanan yang diinginkan. Untuk campuran beban ini UPS hanya dapat bekerja pada tingkat pembebanan hingga 75%, sedangkan pada tingkat pembebanan 100% UPS hanya dapat menyuplai beban dalam waktu kurang dari 1 menit, sehingga tidak dapat diperoleh data yang akurat pada tingkat pembebanan tersebut. Dari grafik 4.3 diatas terlihat bahwa pada kondisi normal, untuk tingkat pembebanan 25% dan 50% beban resistif yang diberikan lebih besar dari beban induktifnya. Kemudian pada saat kondisi darurat untuk kedua tingkat pembebanan tersebut terjadi penurunan pada masing – masing daya semu dan daya aktif. Selain itu terlihat pula bahwa pada kondisi ini daya reaktifnya berubah menjadi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa keluaran daya reaktif UPS bernilai negatif dan nilainya lebih besar dari daya reaktif pada beban induktif pada kedua kondisi tersebut. Selanjutnya untuk tingkat pembebanan 75% beban induktif yang diberikan lebih besar bila dibandingkan dengan beban resistifnya, sehingga dihasilkan daya reaktif yang lebih besar daripada daya aktifnya. Kondisi ini menghasilkan penurunan daya semu sebesar 76,25%, penurunan daya aktif sebesar 1,54% dan daya reaktif sebesar 84,25%.
Dengan membandingkan ketiga jenis beban tersebut terlihat bahwa untuk kondisi darurat, keluaran daya reaktif (bernilai negatif) dari UPS yang dihasilkan pada beban resistif lebih besar daripada daya reaktif (bernilai negatif) yang dihasilkan pada beban induktif.
4.1.2.Analisis Parameter Tegangan Dan Arus
Berikut adalah grafik perbandingan keluaran tegangan dan arus pada kondisi normal dan kondisi darurat untuk masing – masing variasi beban :
(a) (b)
(c)
Gambar 4.4 Grafik perbandingan tegangan pada kondisi normal (bypass) dan kondisi darurat pada (a) beban resistif murni, (b) beban induktif murni, (c) beban resistif - induktif
(c)
Gambar 4.5 Grafik perbandingan arus pada kondisi normal (bypass) dan kondisi darurat pada (a) beban resistif murni, (b) beban induktif murni, (c) beban resistif - induktif
Berdasarkan persamaan 4.1, diperoleh tabel perubahan persentase perubahan keluaran tegangan dan arus UPS pada kondisi normal dan kondisi darurat sebagai berikut :
Tabel 4.4 Persentase perubahan parameter tegangan dan arus untuk setiap tingkat pembebanan pada beban resistif murni
Tingkat Pembebanan [%] V [%] I [%] 25 Naik 6.36 Naik 6.48 50 Drop 13.12 Drop 13.57 75 Drop 36.17 Drop 36.09 100 Drop 43.98 Drop 44.00
Tabel 4.5 Persentase perubahan parameter tegangan dan arus untuk setiap tingkat pembebanan pada beban induktif murni
Tingkat Pembebanan [%] V [%] I [%] 25 Naik 25.66 Drop 60.14 50 Naik 16.60 Drop 62.41 75 Naik 16.96 Drop 53.72 100 Naik 10.79 Drop 47.76
Tabel 4.6 Persentase perubahan parameter tegangan dan arus untuk setiap tingkat pembebanan pada beban resistif-induktif