BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Dalam arti luas, farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Senyawa awal ini disebut obat dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu mengenai cara mebuat, memformulasi, menyimpang dan menyediakan obat. Farmakologi terutama terfokus pada dua sub yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik.
Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik,seorang farmasis dapat menjadi suatu masalah bagi pasien karena tidaak ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang tidak mengganggu.
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari kiinetik absorbsi, distribusi dan eliminasi (yaitu metabolisme)
Kajian farmakokinetik sangat penting dilakukan untuk menentukan profil obat. Dari data-data yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan dosis yang tepat , cara pemberian obat atau waktu interval pemberian obat dan data waktu eliminasi dapat ditentukan waktu henti obat.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetukan dan menghitung beberapa parameter farmakokinetik oral yaitu tetapan laju
absorbsi (Ka), tetapan laju eliminasi (K), waktu paruh (1/2), Cp maks, Tmaks, volume distribusi (Vd) dan luas daerah dibawah kurva (AUC) dari obat paracetamol terhadap hewan coba tikus (Rattus novegitus) dan untuk membandingkan hasil yang didapatkan dengan literatur yang ada.
C. Maksud Percobaan
Menentukan obat paracetamol di dalam tubuh yang diberikan secara oral dan menentukan volume distribusinya
D. Prinsip Percobaan
Penentuan parameter – parameter farmakokinetik oral yaitu tetapan laju absorbsi (Ka), tetapan laju eliminasi (K), waktu paruh (1/2), Cp maks, Tmaks, volume distribusi (Vd) dan luas daerah dibawah kurva (AUC) dari obat paracetamol terhadap hewan coba tikus (Rattus
novegitus) berdasarkan perhitungan dengan spektrofotometer uv-vis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Umum
Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang dilakukan tubuhterhadap obat yaitu absorbs, distribusi, metabolisme dan eksresi. Dalam arti sempit, farmakokinetik khususnya mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dan obat dan metabolitnya dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dan waktu Broavabilitas (Ba) adalah presebtase obat yang diresorpsi tubuh oleh satu dosis yang diberikan dan tersedia, untuk melakukan efek terapisnya. BA dapat diukur vivo (pad keadaan sesungguhnya pasien) dengan menetukan kadar plasma obat sudah tercapai steady state. Pada keadaan ini terjadi keseimbangan anatara kadar, praktis konstan karena jumlah zat yang diserap dan dieliminasi adalah sama (Tjay,2007)
Pada umumnya obat diberikan dalam bentuk sediaan seperti tablet, kapsul , suspensi dan lain-lain. Suatu bentuk sediaan obat terdiri dari bahan obat dan bahan-bahan pembantu yang tersusun dalam formula dan diikuti dengan petunjuk cara proses pembuatan. Kita mengetahui bahwa sangat banyak sediaan farmasi dengan obat, dosis dan bentuk sediaan yang sama, diproduksi oleh industri-industri farmasi dengan nama-nama yang berbeda. Dengan berbagai alasan dari industri-industri, maka umumnya formula sediaan tersebut berbeda. Pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan
bermunculan laporan, publikasi dan diskusi yang mengemukakan bahwa banyak obat-obat dengan kandungan, dosis dan bentuk sediaan yang sama dan dikeluarkan oleh industri farmasi yang berbeda memberikan kemanjuran yang berbeda. Laporan-laporan dan publikasi-publikasi tersebut menyebabkan munculnya ilmu baru dalam bidang farmasi yaitu biofarmasi (Bourne, 2009).
llmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat. (Shargel & Yu, 2012)
Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat) yang berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi menjadi dua jenis (Neal, 2006) :
a. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan
b. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat dengan berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswara ,2005).
1. Daerah dibawah kurva (Area UnderCurva) adalah integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salah satu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.
2. Volume distribusiadalahsuatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusibukan merupakan volume yang sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah. 3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah
konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dar idarah, serum dan plasma.
4. WaktuPuncak (tmax) adalahwaktu yang dibutuhkan
unsure untuk mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax).
serta parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakologis yang dikendaki.
5. Waktuparuhobat (t½) adalah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan menjadi separuh dari level asli atau level yang dikendaki
6. Tetapanabsorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat
diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan pada tempat absorpsinya
7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.
Penerapan dalam Farmasi. Volume distribusi akan beragam untuk setiap pasien; oleh karena itu, parameter ini dapat digunakan dalam penentuan dosis atau penyesuaian dosis untuk menghasilkan kadar darah yang diharapkan pada setiap pasien. (Ansel, 2004).
NilaiVD < 5 L menunjukkan bahwa obat dipertahankan dalam
kompartemen vascular. NilaiVD < 15 L menunjukkan bahwa obat
terbatas pada cairan ekstraseluler, sedangkan volume distribusi yang besar (VD > 15 L) menunjukkan distribusi di seluruh cairan
tubuh total atau konsentrasi pada jaringantertentu. Volume distribusi dapat digunakan untuk menghitung bersihan obat (Neal, 2006).
Bila suatu obat diberikan secara suntikan intravena, semua dosis yang diberikan masuk kedalam sirkulasi sistemik, tetapi halini mungkin tidak terjadi pada obat-obat yang diberikan peroral.Fraksi dari dosis obat yang masuk kedalam sirkulasi sistemik setelah pemberian secara oral dibandingkan dengan jumlah obat yang
masuksirkulasi sitemik disebut sebagai ketersediaan hayati (bioavailability = F). Proses-proses fisikadan Kimia yang menyebabkan ketersediaan hayati berkurang (F kurangdari 1) meliputi kelarutan obat yang jelek, absorbsi gastrointestinal yang tidak lengkap, dan metabolisme yang cepat pada saat melalui hati sebelum sampai kesirkulasi sistemik (first-pass effect). Nilai F dapat diperoleh dengan menggunakanpersamaan:
F= (AUC)oral (AUC )intravena
Pada saat keluar dari rumah sakit, seseorang pasien mungkin mengubah pengobatan parenteral menjadi pengobatan oral atau topikal untuk pengobatan mandiri dirumah. Dengan demikian, ketersediaan hayati bentuk sediaan yang dipertimbangkan dapat digunakan dalam mengubah bentuk sediaan obat untuk pasien menjadi yang lebih mudah digunakan. (Ansel, 2004).
Bioekuivalensi digunakan dalam menentukan obat paten yang efektif untuk mensubstitusi obat generik, dan untuk membandingkan obat-obat bentuk garam atau ester yang berbeda (Ansel, 2004).
Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu atau dua jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih polar dan larut dalam air sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahap modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan reduksi. Tahap II reaksi melibatkan konjugasi untuk membentuk
glucuronides, asetat atau sulfat.Reaksi ini umumnya menonaktivkan aktivitas farmakologi obat dan membuatnya lebih cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang memiliki kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjal bisa mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui empedu yang diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara oleh paru-paru (Dipiro, 2008).
Obat yang cukup larut lemak untuk dapat diabsorbsisecara oral, dengan cepat terdistribusi keseluruh kompartemen cairan tubuh (O).Banyak obat berikatanlemah dengan albumin plasma, dan terbentuklah keseimbangan antara obat terikat (PB) dan obat bebas (B) dalam plasma.Obat yang terikat pada protein plasma hanya terdapat system vascular dan tidak dapat menimbulkan aksi farmakologik (Neal, 2006).
Proses yang terlihatadalah(Neal, 2006) : a. Eliminasi urin olehfiltrasi glomerulus b. Metabolisme, biasanya oleh hati
c. Ambilan oleh hati danselanjutnya eliminasi melaluiempedu Parameter farmakokinetik
1. Area Under The Curve (AUC) (Tjay, 2007)
Area under the curve (AUC) adalah permukaan dibawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC dapat dihitung secara matematis merupakan
ukuran untuk broavability suatu obat. AUC dapat digunakan untuk membandingkan masing-masing plasma obat bia penentuan kecepatan etiminasi tidak mengalami perbuahan.
( AUC)tn−1 tn
= (Cn−1+Cn)2 (tn-tn-1) 2. Tetapan laju reaksi ( Tjay, 2007)
Orde reaksi menunjukkan cara bagaimana konsentrasi obat atau pereaksi mempengaruhi laju suatu reaksi kimia.
a. Reaksi orde nol
Bila jumlah obat A berkurang dalam suatu jaral waktu yang tetap, t maka laju hilangnya obat A dinyatakan sebagai
dAdt =-k
K0 adalah laju reaksi orde nol dan dinyatakan dalam satuan
massa/waktu A= -kot-Ao
A0 adalah jumlah obat A pada t=0. Berdasarkan persamaan zz
dapat dibuat suaru grafik hubungan antara A terhadap t yang menghasilkan suatu garis lurus. Intersep y adalah sama dengan A0 dan sbp arah garis sama dengan K0.
b. Reaksi Orde Satu
Bila jumalh obat A berkurang dengan laju yang sebanding dengan jumlah obat A yang tersisa, maka laju hilangnya obat A dinyatakan sebagai
dA
dt =-ka (2.3)
K adalah tetapan laju reaksi orde kesatu dan dinyatakan dalam satuan waktu-1 (missal:jam-1) integrasi persamaan 2.3 menghasilkan
persamaan berikut Ln A= -kt + ln Ao (2.4)
Kecepatan eliminasi obat dan dengan demikian juga plasma t1/2 tegantung dari kecepatan biotrans yang diperlukan oleh sejumlah obat/konsentrasi waktu paruh reaksi orde satu. Harga t1/2 untuk reaksi orde kesatu dapat diperoleh dari persamaan berikut
t ½ = 0,693K
waktu paruh reaksi orde nol, berbeda dengan t ½ reaksi orde saru t ½ reaksi orde nol adalah sebanding dengan jumlah atau konsentrasi awal obat dan berbanding terbalik dengan tetapan orde nol Ko: t ½ = 0,5. AoKo
4. Tetapan laju eliminasi (Tjay, 2007)
Laju eliminasi untuk sebagian bessar obat merupakan suatu proses kesatu. Tetapan laju eliminasi, K adalah suatu tetapan laju eliminasi menyatakan jumlah dari laju tiap proses ini :
K = km + ke (4.1)
Pernyataan laju reaksi unntuk gambar 4.1 adalah :
dPB
d t = -kDB
Integritas persamaan 4.2 menghasilkan persamaan berikut: Log DB= −2,3 . +log DBkt
Volume distribusi (rd) (Tjay, 2007)
Volume distribusi menyatakan suatu factor yang harus diperhitungkan dan memperkirakan jumlah obat dalam tubuh dan konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan
BAB III METODE KERJA A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang pengaduk, sendok tanduk, gelas kimia, timbangan analitik, gunting, kanula, kater, spoit, tabung efendrof dan vial
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades, Alkohol, Betadine, parasetamol, NaCMC dan tissue
C. Cara Kerja
1. Siapkan hewan coba (tikus) 2. Dipuasakan selama 8-12 jam 3. Diambil darahnya
4. Ditampung dalam tabung efendrof 5. Disuntikan obat melalui rute oral 6. Kemudian biarkan selama 30 menit
7. Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 120’ 8. Kemudian sampel darah disentrifugasi, ambil larutan jernihnya 9. Diukur absorbannya menggunakan spektro
10.Dicatat datanya dan hitung
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil praktikum
t (jam) Abs Cp Log Cp
2 0,533 2,874 0,458
4 0,641 3,553 0,550
6 0,729 4,106 0,613
10 1,582 9,471 0,976 12 1,023 5,955 0,774 14 0,894 5,144 0,711 16 0,719 4,044 0,606 18 0,495 2,635 0,420 20 0,329 1,591 0,201 Orde 0 a = 13,795 b = - 0,613 r = - 0,996 Orde 1 a = 2,231 b = - 0,101 r = - 0,998 1) k = -b x 2,3 = - (-0,101) x 2,3 = 0,232 jam-1 2) t ½ = 0,693 k = 0,6930,232 = 2,987 jam 3) ka
t (jam) Cp lama Log Cp
baru Cp baru Cp diff
Log Cp diff 2 2,874 2,029 106,905 104,031 2,017 4 3,553 1,827 67,142 63,589 1,803 6 4,106 1,625 42,169 38,063 1,580 a = 2, 231 b = - 0,101 r = - 0,999 y = a + bx = 2,231 + (-0,101)2 = 2,029 y = a + bx = 2,231 + (-0,101)4 = 1,827 y = a + bx = 2,231 + (-0,101)6 = 1,625 ka = - b x 2,3
= - (-0,109) x 2,3 = 0,250 jam-1 4) tmaks = 2,3 log(ka k ) ka−k = 2,3 log(0,250 0,232) 0,250−0,282 = 2,3 log1,0770,018 = 0,0730,018 = 4,055 jam 5) Vd = antilog a(ka−k )f x Do x ka = 0,8 x 500.000 x 0,250antilog 2,231(0,018) = 100.0003,603 = 32.647,730 mL
6) Cp maks = [ A x e-k.tmaks ] - [ B x e-ka.tmaks ]
= [ antilog 2,231xe-0,232x4,055 ]-[ antilog 2,237xe-0,237x4,055 ]
= [ 170,215 x e-0,940 ] - [ 172,583 x e-1,013 ]
= [170,215 x 0,390] – [172,583 x 0,363] = 66,383 – 62,647
= 3,716 µg/mL
[AUC]tntn-1
=
Cpn−1+Cpn 2(tn-tn
-1)
AUC24 = 3,553+2,874(4−2) 2 1 = 6,427 µg menit/ml AUC4 6 = 4,106+3,553(6−4)2 = 7,659 µg menit/ml AUC6 8 = 4,106+8,484 (8−6)2 = 12,590 µg menit/ml AUC810 = 8,484+9,421(10−8) 2 = 17,955 µg menit/ml AUC1012 = 5,955+9,421(12−10) 2 = 15,426 µg menit/ml AUC12 14 = 5,144 +5,955(14−12)2 = 11,099 µg menit/ml AUC1416 = 4,044+5,144 (16−14) 2 = 9,188 µg menit/ml AUC1618 = 2,635+4,044(18−16) 2 = 6,679 µg menit/mlAUC1820 = 1,591+2,635(20−18) 2 = 4,226 µg menit/mL
∑
AUC = 6,427 + 7,659 + 12,590 + 17,955 + 15,426 + 11,099 + 17,955 + 9,188 + 6,679 + 4,226 = 15,649µg menit/ml 8) AUCtn t ∞ =Cpn K = 1,5910,232 = 6,857 µg menit/ml9)
AUCt 0t ∞ = F x Do Vd x K = 0,8 x 500.000 32.647,730 x 0,232 = 400.000 7.574,273 = 52,810 µg menit/ml 10) % AUC ekstrapolasi = AUCtnt ∞ AUCt 0t ∞ x 100 % = 15,649 x 100 %6,857 = 43,9 %Jadi % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 43,9 % B. Pembahasan
Farmakokinetik adalah suatu ilmu yang mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi, dan eliminasi (yakni eksresi dan
metabolisme).Uraian dari distribusi dan eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat.
Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk mencapai tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai membran sel tubuh
Dalam parameter farmakokinetik untuk obat yang diberikan secara intravena akan ditentukan nilai K, t ½ , Vd, dan nilai AUC.Dimana K adalah tetapan laju eliminasi yang merupakan kecepatan eliminasi obat setelah masuk ke dalam system sirkulasi, t ½ adalah waktu paruh yaitu waktu yang diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melarut setengah dari dosis. Sedangkan Vd adalah volume distribusi yaitu volume obat yang terdistribusi dan AUC (Area Under Curva) merupakan nilai yang menggambarkan biovailabilitas obat dari jumlah dosis yang ada, dimana bioavailabilitas obat merupakan jumlah obat yang mencapai system sirkulasi sistemik secara utuh yang memberikan efek.
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk sediaan oral adalah
1) Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.
2) Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.
3) Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat
maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum dan plasma.
4) Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk
mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter
ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang dikendaki.
5) Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan mesnjadi separuh dari leval asli atau level yang dikendaki
6) Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan pada tempat absorpsinya
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa k = 0,232 jam-1,
t1/2 = 2,987, ka = 0,250 jam-1, tmaks = 4,055 jam, Vd = 32.647,730 mL,
Cp maks = 3,716 µg/mL, dan % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 43,9 %
B. Saran
Diharapkan asisten lebih mendampingi pratikannnya dalam melakukan percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Penuntun Praktikum Farmakokinetik”. Universitas Muslim Indonesia : Makassar
Aiache, JM. 1989. Farmasetika II Biofarmasi edisi 2. Airlangga University Press : Surabaya.
Ganiswana Sulistia G. 2005. “Farmakologi dan Terapi, Edisi V”. Bagian Farmakologi Fakultas Kedfokteran UI : Jakarta.
Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi II, Airlangga University Press, Surabaya
Bourne, D. W. A,. 2009. Pharmacocinetics and Biopharceutics. Available online at :
Nugroho, AK., O Della-Pasqua, M Danhof, and JA Bouwstra. 2004. Compartemental Modeling of Transdermal Iontophoretic Transport : in vitro Model Derivation and Application. Pharm.
Res.
Stefanovski D, PJ Moate and RC Boston. 2003. WinSAAM: a windows-based compartmental modeling system. School of Veterinary Medicine, University of Pennsylvania, PA 19348. USA. 52(9):1153-66.
Neal, Michael .J. 2006. “At Glance Farmakologi Medis edisi Lima” Penerbit Erlangga:Jakarta
Hasibuan, Poppy Anjelisa Z., 2008, Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara , Medan
PERHITUNGAN
Dik : Dosis obat 500 mg Larutan stok 5 ml
Berat tikus: (I) 189 gram (II) 207 gram (III) 174 gram (IV) 238 gram Berat rata-rata obat 599,82 mg Perhitungan dosis
Tikus 200 gram = 0,018 x 500 mg = 9 mg Perhitungan larutan stok
larutan stok=5 ml
2 x 9 gram=22,5 mg/ml
Perhitungan volume pemberian tiap tikus 1. 189200 x 2=1,89ml
2. 174200x 2=1,74 ml
3. 207200x 2=2,7 ml
4. 238200 x 2=2,38 ml
BYD=22,5 mg/ml