• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN. Dosen Pembimbing : Mastur Toyib, Drs, MM.MPd PENYUSUN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN. Dosen Pembimbing : Mastur Toyib, Drs, MM.MPd PENYUSUN :"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing : Mastur Toyib, Drs, MM.MPd

PENYUSUN :

1. Aidah

2. Alia Rosna Arlaeli

3. Dewi Purnama Sari

4. Dewi Maharani

5. Lilis Lisnawati

6. Santi Susanti

DIV Kebidanan Bhakti Pertiwi Indonesia

Tahun 2015

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.

Dari dua kalimat diatas kita sudah menemui tiga buah istilah, yaitu evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam penggunaannya hanya tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkan dan sementara orang yang lainnya membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melalui contoh-contoh di bawah ini :

a. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita dan kita disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang” kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang sangat khusus.

b. Pasar merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibeli. Seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning dan kulitnya halus. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan manis, sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasanya.

Dari contoh-contoh diatas ini dapat kita simpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan, kita melakukan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Pada contoh pertama kita memilih nama pensil yang lebih

(3)

panjang, sedangkan contoh kedua kita menentukan dengan pikiran kita atas jeruk yang baik, yaitu rasanya yang manis.

Untuk dapat mengadakan penilaian, kita melakukan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut, dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita melakukan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatkah kita menyatakan “ini pensil panjang, dan ini pensil “pendek”. Maka pensil yang panjang itulah yang kita ambil.

Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tiidak menggunakan “ukuran manis”, tetapi menggunakan ukuran besar, kuning dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunya wujud seperti kayu penggaris yang sudah ditera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman.

Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu. Setelah itu kita menilai dan menentukan pilihan, mana jeruk yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil.

Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang terstandar (meter, kilogram, takaran dan sebagainya) dan ukuran tidak standar (depa, jengkal, langkah dan sebaginya), dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar dan halus kulitnya)

Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita ituah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita dapa mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif

Menilai adalah mengambil suatu keputusun terhadap suatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai.

Di dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedangkan penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah

(4)

diperoleh kata indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Dibuku ini ketiga istilah tersebut digunakan bergantian tanpa mengubah makna.

2. Penilaian Pendidikan

Meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai, jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Yang dibahas dalam buku ini terutama adalah evaluasi pendidikan dalam institusi pendidikan, tetapi mengkhususkan evaluasi hasil belajar. Apabila disinggung sedikit tentang evaluasi hal-hal lain, tentu terkait dengan prestasi atau hasil belajar, baik langsung maupun tidak. Pembicaraan tentang evaluasi dalam lingkup yang lebih luas, disajikan dalam buku lain, yaitu Evaluasi Program. Dalam buku tersebut dibahas secara panjang lebar bagaimana gutu menelusuri terjadinya prestasi belajar siswa melalui latar belakang serta faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhinya.

Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.

(5)

Umpan Balik

Menurut pengertian lama, pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas kegiatan belajar-mengajar adalah satu-satunya faktor penentu bagi hasilnya. Pendapat seperti itu kini sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar. Karena prestasi merupakan hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaanya sangat kompleks.

Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi.

Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan dilihat sebagai berikut :

Input

Input adalah bahan mentah yang dimasukan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suati tingkat sekolah (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.

Output

Yang dimaksud sebagai output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seoarang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian, sebagai alat penyaring kualitas.

(6)

Input Output  Transformasi

Transformasi dapat diibaratkan sebagai sebuah mesin yang berproses mengubah bahan mentah menjadi susuatu agar berada dalam keadaan matang. Menurut kamus inggir-indonesia, kata transform terdiri dari dua kata, trans (terjemahan-perubahan) dan form (bentuk). Jadi trasformasi dalam pembelajaran diartikan sebagai proses pergantian atau perubahan bentuk atau pengolahan sesuatu agar berubah menjadi bentuk lain. Transformasi yang sedang kita bicarakan ini adalah transformasi dalam arti umum sebagaimana yang dipahami oleh umum yaitu pergantian bentuk antara sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan di sebuah lembaga pendidikan. Siswa yang sedang belajar diumpamakan sesuatu yang dimasukan ke dalam pemrosesan untuk diubah dari “belum tahu atau belum dapat” agar menjadi”sudah tahu atau sudah dapat”.

Ketika siswa pertama masuk sekolah, keadaanya masih “mentah” yang diubah atau diproses agar menjadi matang. Dalam istilah transformasi bahan mentah yang akan diolah tersebut dikenal sebagai “masukan” yang dalam bahasa inggrisnya disubut input. Oleh karena keadaanya masih mentah, disebut “masukan mentahbahasa inggrisnya raw input. Sesudah diolah dan berubah bentuk menjadi matang, lalu dikeluarkan dari alat transformasi, disebut keluaran dalam bahasa inggris adalah output. Dalam keseluruhan transformasi sebetulnya output saja belum mencerminkan keluaran yang sesungguhnya. Ibarat dalam kelulusan, nilai siswa baik semua, bahkan mungkin cumlaude (lulus dengan pujian), tetapi masih diragukan, apakah nilai yang bagus tersebut sudah mencerminkan kinerja yang bagus di masyarakat atau tidak. Untuk contoh, nilai siswa lulusan sekolah

(7)

Input Transformasi Output

menengah kejuruan teknik otomotif semua 8 bahkan 9, tetapi ketika diserahi sepeda motor rusak, tidak dapat menemukan apa penyebabnya. Siswa ini outputnya baik, tetapi tidak dapat menunjukan kemampuannya dalam praktek. Kemampuan melaksanakan tugas di lapangan ini disebut keluaran nyata atau outcome. Jadi harapan lembaga pendidikan, siswa bukan hanya mempunyai output baik, tatapi outcomenya harus baik.

Dalam proses transformasi, selain siswa sebagai bahan yang diolah, masih ada 2 (dua) masukan lain. Yang pertama berfungsi membantu atau memperlancar terjadinya proses, sedangkan yang kedua berupa lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya proses. Masukan-masukan lain tersebut juga disebut input, tetapi berbeda peran,. Agar tidak kacau dalam mengartikan, karena statusnya berbeda, namanya pun berbeda.

a. Siswa yang akan diubah dalam proses, yang akan diubah dari mentah menjadi matang disebut “masukan mentah” yang dalam bahasa inggris disebut “raw input”

b. Masukan pendukung terjadinya proses ini disebut masukan instrumental. Faktor-faktor yang masuk dalam masukan instrumental ada 4 (emapat) yaitu (1)guru, (2)materi, (3)sarana pendidikan dan (4)pengelolaan manajemen atau pengaturan. Keempat masukan tersebut karena fungsinya membantu atau sebagai alat, disebutk” masukan instrumental” atau masukan pembantu dalam bahasa inggris disebut Instrumental input.

c. Masukan lain lagi adalah lingkungan, baik berupa benda, alam, maupun manusia. Masukan lingkungan ini dalam bahasa inggris disebut Environmental input.

(8)

Pengertian riil dari transformasi sebenarnya bukan hanya “pengolahan” peserta didik dari masuk sampai lulus, tetapi meliputi semua bentuk proses, mulai dari proses yang paling sempit dan singkat, yaitu proses pembelajaran di kelas, di laboratorium atau di tempat praktik selama satu penggalan jam pelajaran atau penggalan waktu tertentu. Di dalam proses pembelajaran di kelas atau di tempat lain, guru, instruktur atau apapun namanya. Bertugas membimbing peserta didik yang sedang belajar. Mereka melakukan usaha mengubah bentuk subjek yang di bimbing agar menjadi sebagaimana diinginkan, yaitu mencapai tujuan pembelajaran. Setiap guru atau instruktur harus memahami peranyang penting tersebut. Jika ilmu pengetahuan atau kemampuan peserta didik sesudah keluar dari kelas attau laboratorium masih sama dengan ketika masuk (sebelum memulai kegiatan) ini artinya mutu peserta didik masih sama dengan semula, tidak mengalami perubahan. Guru kelas atau guru pembimbing laboratorium harus merasa bersalah jika peserta didik tidak mengalami perubahan, bahkan harus merasa berdosa karena sudah menahan peserta didik berlama-lama di kelas atau di laboratorium tetapi kemampuannya sama dengan ketika masuk.

Ketika lulus dari sekolah, siswa dipandang sudah “matang” karena sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu yang diperoleh ketika mengikuti pelajaran di sekolah. Dengan mengingat bahwa yang terlibat dalam proses transformasi, yaitu pengubahan bentuk dari mentah menjadi matang, terdapat banyak faktor yang mengetahui, maka mutu atau tingkat

(9)

kematangan aspek-aspek yang digarap dalam transformasi sangat tergantung dari kinerja setiap faktor yang memengaruhi tersebut.

Sebagai pemikiran logis dari uraian tersebut, maka dalam mengadakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran, guru atau instruktur harus selalu menyadari dan bermaksud mencapai tujuan pembelajaran, yaitu mengubah mutu peserta didik seperti yang diharapkan, mestinya, guru yang menyaksikan ketika siswa keluar dari kelas tidak terjadi perubahan dibandingkan ketika masuk merasa sedih, karena tidak berhasil mengubah masukan mentah menjadi matang. Setiap guru yang sedang dan sudah terlibat dalam proses transformasi harus menyadari, jika mutu transformasi dalam satu pertemuan itu baik, ramgkaian proses transformasi tentu juga baik, kemudian pada akhir pendidikan akan terkumpul proses transformasi yang baik.

Untuk lebih jelasnya, perlu kita sepakati pengertian penilaian pendidikan yaitu suatu upaya untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan kegiatan pendidikan, dengan maksud untuk mengetahui peran masing-masing input. Oleh karena masing-masing sudah ditentukan bagaimana kondisi harapanya, maka dalam mengevaluasi diharapkan agar evaluasi dapat berperan aktif memperbaiki mutu pendidikan, marilah kita cermati masing-masing.

a. Masukan Mentah (Raw Input)

Meskipun masukan instrumental penting sekali kedudukannya sebagai penentu mutu keberhasilan keluaran, aka tetapi masukan mentah itu sendiri berperan sangat penting dan menentukan. Dalam kegiatan kegiatan penilaian ingin mengetahui aoakah ketika mengikuti proses transformasi mereka bersungguh-sungguh dan aktif berfikir sehingga setelah selesai mengikuti proses transformasi, masukan tersebut sudah berubah menjadi keluaran yang berbeda dari semula, dalam arti kondisinya lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang ditetakan. b. Masukan instrumental (instrumental Input)

(10)

Dalam penilaian, penilaian ingin mengetahui apakah unsur-unsur yang ada dalam masukan tersebut sudah berfungsi sebagaimana yang seharusnya oleh karena ada beberapa unsur dalam masukan instrumental, yaitu guru, meteri kurikulum, sarana pendidikan, dan pengelolaan, maka dalam penilaian perlu dicermati kinerja masing-masing unsur tersebut. Penilaian harus dilakukanterhadap masing-masing faktor tersebut secara rinci. Hasil dari penilaian rinci tersebut didasarkan atas kondisi yang diharapkan, artinya yang baik untuk masing-masing bagian dari faktor faktor itu. Untuk kondisi guru yang diharapakan, sudah ada pedoman dari kementrian pendidikan nasional yang dikenal dengan persyaratan guru profesional. Ada sepuluh persyaratan guru profesional yaitu : (1) menguasai materi yang diajarkan, (2) menguasai teori pendidikan, (3) dapat menguasai pengelolaan kelas, (4) menguasai interaksi belajar mengajar, (5) mampu memilih dan menggunakan metode mengajar, (6) mampu memilih dan menggunakan alat pelajaran, media pembelajaran, dan alat peraga. (7) mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar, (8) mampu melaksanakan bimbingan dan konseling, no 9 dan 10 belum ada.

1. Masukan Guru

Penilaian terhadap masukan guru dilakukan untuk mengetahui apakah kinerja guru ketika menyajikan materi di kelas atau di laboratorium sudah baik, artinya menggunakan metode yang tepat, penjelasan yang diberikan kepada siswa. Apakah guru dapat menguasai kelas dengan baik, artinya, mana siswa yang memperhatikan dan mana yang tidak, apakakah guru memberikan bimbingan ulang kepada siswa yang belum mengerti, dan sebagainya. Dengan kata lain. Dalam menilai masukan guru, penilai ingin mengetahui apakah guru tersebut sudah berperan dengan benar dalam membantu siswa yang sedang belajar,

(11)

yaitu mengubah dirinya dari masukan mentah menjadi suatu yang sedang mengarah pada terjadinya keluaran yang bermutu.

2. Masukan Materi Kurikulum

Dalam menilai masukan materi kurikulum, penilai bermaksud mengetahui apakah materi kurikulum yang diberikan kepada siswa cukup lengkap, sesuai dengan tingkat kematangan siswa dan kebutuhan peserta didik ketika hidup di masyarakat, apakah urutan materi kurikulum sudah baik sehingga tidak loncat-loncat ketika disajikan dan sebagainya.

3. Masukan Sarana dan Prasarana

Dalam menilai masukan sarana dan prasarana, penilai bermaksud mengetahui apakah sarana dan prasarana yang memang dibutuhkan untuk mendukung terselenggaranya proses pembelajaran sudah tersedia dengan lengkap dan sudah siap digunakan, apakah mutu atau kualitas sarana atau peralatan yang ada cukup memadai, dalam arti meningkatkan mutu pembelajaran jika dibandingkan dengan tanpa peralatan, apakah sarana atau peralatan yang tersedia sudah dapat dimanfaatkan dengan baik, melibatkan siswa sehingga siswa menjadi aktif, dan pertanyaan yang relevan lainnya.

4. Masukan Pengelolaan

Dalam menilai masukan pengelolaan, penilai bermaksud mengetahui apakah pengelolaan yang mendukung pembelajaran sudah baik, misalnya jadwal pelajaran yang disusun oleh pengelola sudah tepat, penugasan atau penunnjukan guru yang bertugas sudah sesuai dengan keahlian atau latar belakang pendidikan personil yang bersangkutan dan sebagainya.

(12)

Dalam kegiatan penilaian, penilai ingin mengetahui apakah hal-hal yang merupakan unsur dalam lingkungan yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran sudah berfungsi dengan baik atau belum. Berbicara tentang lingkungan yang berpengaruh terhadap pembelajaran, kita dapat memisahkan atas tiga lingkup lingkungan yang langsung mengarah pada siswa. Tiga lingkup dimaksud dapat dipisahkan menjadi lingkungan fisik (non manusia) dan beberapa manusia adalah sebagai berikut.

1) Lingkungan di dalam keluarga

Dalam melakukan penilaian, penilai bermaksud mengetahi apakah siswa di rumah disediakan tempat belajar yang nyaman, dengan keluasan ruang, penerangan dan ventilasi yang cukup, apakah waktu belajar tidak terganggu dengan kegiatan lain di rumah, apakah buku-buku yang diperlukan oleh siswa disediakan oleh orang tua dan lain sebagainya. Yang berupa manusia, apakah ada ayah, ibu, kakak, paman atau saudara yang dapat memberikan bantuan kepada siswa ketika sedang belajar? Apakah lingkungan keluarga cukup nyaman, keadaan tentram sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan tenang dan tenteram.

2) Lingkungan di sekolah

Dalam melakukan penilaian, penilai bermaksud mengetahui apakah ruang-ruang kelas yang ada di sekolah tersedia dengan baik untuk kepentingan belajar siswa, dalam arti kondisi ruangan nyaman, tenang, bersih sehingga memberikan suasana belajar yang menyenangkan. Yang berbentuk manusia, apakah guru kelas (guru mata pelajaran), atau guru lain, serta kepala sekolah, dapat memberikan bantuan kepada siswa ketika mereka memang memerlukan ? ketika siswa menjumpai kesulitan, apakah ada orang membantu?

(13)

dalam melakukan penilaian, penilai bermaksud untuk mengetahui apakah di sekitar rumah siswa, di tempat bermainm di tempat bergaul dengan teman, atau di tempat yang sering dikunjungi ada sarana yang dapat mendukung keberhasilan belajar, misalnya air terjun, gunung gamping, kebun bibit, jembatan timbang, jembatan baley, hutan, dan lain-lain, baik bersifat alami maupun buatan manusia, yang dapat membantu menambah wawasan siswa dalam belajar. Disamping benda-benda atau alam yang mendukung keberhasilan belajar, lingkungan di luar sekolah dan rumah diharapkan ada juga lingkungan manusiam antara lain pejabat setempat, teman belajar kelompok, teman aktif di masjid atau gereja, teman kelompok seni, olahraga dan lain-lain kegiatan.

Apabila guru sudah selesai melakukan penilaian atau evaluasi terhadap transformasi, dan memperoleh data yang lengkap dari berbagai masukan, secara tidak langsung guru yang bersangkutan tahu unsur mana dari masukan-masukan, secara tidak langsung guru yang bersangkutan tahu unsur mana dari masukan-masukan tersebut, yang belum berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan semula. Harapannya, sesudah semua unsur dalam masukan direncana dengan baik dan berjalan sesuai dengan rencana, pasti proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, pasti hasil belajar siswa pun akan baik. Dalam proses transformasi, data yang terkumpul dari kegiatan evaluasi atau penilaian tersebut dikenal dengan nama yang lebih umum, yaitu balikan atau umpan balik. Yaitu suatu yang berfungsi memberikan gambaran tentang hal-hal yang sudah dan sedang dikerjakan. Dengan adanya balikan maka

(14)

guru dapat mengetahui dengan pasti, apa kelemahan dari kegiatan yang telah dilakukan.

Cara-cara yang digunakan oleh guru dapat bermacam-macam, antara lain yang sudah banyak diperoleh dari pengalaman adalah melalui tes tertulis atau lisan. Dengan hadirnya kebijakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang mengarahkan pembelajaran pada kepemilikan kompetensi yang lengkap pada diri siswa, maka guru dapat melakukan bermacam-macam cara penilaian, karena sasaran atau objek yang dinilai juga bemacam-macam. Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini disampaikan pada bab-bab lain.

Umpan balik (feedback)

Yang dimaksud sebagai umpan balik atau balikan adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekalu untuk memperbaiki input maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan.

Penyebab-penyebab tersebut antara lain : a. Input yang kurang baik kualitasnya b. Guru dan personal yang kurang tepat c. Materi tidak atau kurang cocok

d. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai

e. Kurangnya sarana penunnjang

f. Sistem administrasi yang kurang tepat.

Oleh karena itu, penilaian di sekolah meliputi banyak segi, yang secara garis besar dilihat dari calon siswa, lulusan dan proses pendidikan secara menyeluruh.

(15)

Jika seblum membeli jeruk kita tidak memilih dahulu mana jeruk yang baik dibandingkan dengan yang kurang baik, maka akan memperoleh jeruk seadanya.

Mungkin baik, tetapi juga kemungkinan tidak baik. Yang jelas kita belum tentu memperoleh jeruk yang berkualitas baik jika tidak didahului dengan kegiatan menilai.

Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunya makna ditinjau dari berbagai segi.

a. Makna bagi Siswa

Dengan diadakanya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 (dua) kemungkinan.

1) Memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali. 2) Tidak Memuaskan

Jika siswa puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia akan belajar lebih giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang diterimanya.

b. Makna bagi guru

1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui siswa mana yang bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, maupun siswa-siswa yang belum berhasil menguasai mater. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.

(16)

2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pelajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jia sebaian besar dari siswa memperoleh nilai jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam belajar.

c. Makna bagi sekolah

1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajr yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.

2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang. 3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun,

dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah. Apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.

Secara rinci dan sesuai dengan urutan kejadiannya, dalam proses transformasi ini penilaian dibedakan atas tiga jenis, yakni sebelum, selama, dan sesudah terjadi proses dalam kegiatan sekolah. Dalam hal ini para pelaksana pendidikan selalu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan tujuannya selalu diarahkan pada siswa secara perseorangan (individual) maupun secara kelompok (perkelas atau per angkatan).

Sehubungan dengan perincian ini, yang bisa dilakukan oleh pendidik adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai satu ungkapan penilaian yang akan dicari jawabannya.

Sebelum Kegiatan Belajar

Sebelum guru memulai dengan memberikan pelajaran di awal tahun, pertanyaan yang dilontarkan adalah :

1. “apakah yang akan dicapai oleh siswa, melalui pelajaran saya ini” 2. “Untuk mengarah ke pencapaian tujuan, apakah siswa sudah

mempunya bekal berupa kemampuan ataupun sebagian dari yang akan dicapai sehingga guru tidak perlu memberikan bahan seluruhnya?”

(17)

a. “Bagaimana kemampuan siswa secara individual dan siapa saja yang sudah menguasai sebagian tujuan, serta seberapa?”

b. “Bagaiman kemampuan kelompok siswa yang diajar secara umum?”(tinjauan kelompok).

Selama Kegiatan Belajar

yang dimaksud dengan “selama kegiatan belajar” adalah satu jarak waktu mulai pengajaran berlangsung hingga saat berakhirnya pemberian pengajaran oleh guru. Jarak waktu dapat dilihat dalam satu satuan waktu pendek, yakni satu pertemuan atau satu satuan waktu panjang, seperti satu smester. Selama satu penggalan waktu tersebut guru harus secara terus-menerus mengajukan beberapa pertanyaan :

1. “Apakah yang dicapai oleh siswa melalui pelajaran saya ini?” (pertanyaan ini selalu harus diingat agar menjiwai setiap langkah kegiatannya)

2. “Apakah langkah yang saya ambil sudah benar, tidak salah langkah?” menyangkut semua orang (kelompok) atau hanya beberapa individu saja?”

Sesudah Kegiatan Belajar

Jika guru sudah selesai memberikan pelajaran (satu pertemuan atau satu smester) ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. “dengan selesainya pelajaran saya ini, apakah tujuan yang dicapai oleh siswa sudah tercapai?”

a. “Seberapa jauh pencapaian tiap siswa?” b. “Berapa orang kah yang sudah mencapai?”

2. “Seandainya belum tercapai, bagian yang mana saja yang belum tercapai?? (baik oleh individu maupun oleh kelompok).

3. “Seandainya belum tercapai, faktor-faktor apakah yang menyebabkan ?” (penghambat bagi individu maupun kelompok). 4. Tujuan dan Fungsi Penilai

Dengan mengetahi makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan. Maka dari itu beberapa tujuan atau fungsi penilaian, yaitu :

(18)

1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. 2) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. 3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

b. Penilaian Berfungsi Diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cuckup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula penyebabnya. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.

c. Penilaian Berfungsi sebagai Penempatan

Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat. Adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan satu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berbeda dalam kelompok yang sama dalam belajar.

(19)

Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana satu program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelum ini, keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

5. Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan

Apakah sebenarnya kepandaian itu? Seorang siswa yang pandai matematika, tidak dapat dengan mudah dibedakan dari siswa lainnya, hanya dengan melihat anak tersebut. Kita tidak dapat melihat siswa pandai atau siswa bodoh. Kepandaian itu tidak dapat disaksikan dari luar.

Untuk dapat menentukan siswa mana yang lebih pandai dari yang lain, maka bukan kepandaiannya yang diukur. Kita dapat mengukur kepandaian dengan gejala yang tampak atau memancar dari kepandaianya, salah satu contoh adalah bahwa anak yang pandai biasanya dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Ciri-ciri penilaian dalam pendidikan, antara lain adalah sebagai berikut.

a. Ciri Pertama dari penilaian dalam pendidikan, yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal.

Sehubungan dengan tanda-tanda anak pandai atau intelegen, seoarah ahli ilmu jiwa pendidikan bernama Carl Witherington, mengememukakan pendapatnya sebagai berikut.

1) Kemapuan untuk bekerja dengan bilangan.

2) Kemampuan untuk mengunakan bahsa dengan baik.

3) Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain)

4) Kemampuan untuk mengingat-ingat.

5) Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan)

(20)

Dalam kenyataannya ada orang yang memiliki kemampuan umum rata-rata tinggi, rata-rata rendah, dan ada yang memiliki kemampuan khusus tinggi. Misalnya, kemampuan rata-rata rendah tetapi kemampuan berfantasi tinggi dan menjadi seniman ulung. Meskipun aspek-aspek intelegensi yang dikembangkan oleh carl witherington tersebut masih berlaku, dalam arti masih ada yang mengakui kebenarannya, namun ada penemuan yang lebih mutahir yang dikemukan oleh David Lazear dalam bukunya Seven Ways Of Teaching tentang aspek-aspek yang menunjukan tingkat kecerdasan seseoarang. Memang ketika kita memahami teori yang dikemukakan oleh Whiterington, kita merasakan kurang lengkapnya bukti bahwa seseoarang menunnjukan kelebihan dalam kecerdasan.

Menurut David Lazear 7 (tujuh) indikator atau aspek yang dikategorikan sebagai petunjuk tentang tinggi-rendahnya intelegensi seseoarang, yaitu :

1. Kemampuan Verbal

2. Kemampuan mengamati dan rasa ruang 3. Kemampuan gerak kinetis-fisik

4. Kemampuan logika/matematika

5. Kemampuan dalam hubungan intra-personal 6. Kemampuan dalam hubungan inter-personal, dan 7. Kemampuan dalam musik/irama

Mengingat bahwa aspek-aspek tersebut perlu dikenal oleh semua guru yang harus berperan mengembangkan pribadi siswa melalui rincian aspek-aspek indikator tersebut dan sekaligus mengevaluasi. Penulis berpendapat bahwa teori baru tersebut perlu juga diketahui dan dipelajari oleh para guru sehingga disajikan dalam buku ini. Adapun rincian dari aspek-aspek atau indikator intelegensi dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan verbal (verbal linguistic), meliputi : a) Analisis lingusistik

b) Mengenal kembali dan mengingat

(21)

d) Menjelaskan sesuatu dalam proses belajar-mengajar e) Meyakinkan sesorang agar bersedia melakukan sesuatu f) Memahami perintah dengan tepat

2) Kemampuan mengamati a) Khayalan

b) Menyusun kerangka pikir

c) Menemukan jalam dalam konsep ruang d) Memanipulasi imajinasi

e) Meninterprestasikan grafik/bagian/model f) Mengenal hubungan objek dalam ruang

g) Memiliki persepsi yang cermat melalui bebagai sudut pandangan

3) Kemampuan gerak kinetis fisik, melipui : a) Mengatur/mengelola gerak refleks b) Mengatur/mengelola gerak terencana c) Memperluas kesadaran melalui tubuh d) Peduli hubungan antar bagian

e) Meningkatkan fungsi tubuh

4) Kemampuan logika/matematika, meliputi: a) Mengenali pola-pola abstraksi

b) Pertimbangan induktif c) Pertimbangan deduktif

d) Cerdas dalam menangkap hubungan dan kaitan e) Menyelesaikan kalkulasi kompleks

f) Pertimbangan ilmiah

5) Kemampuan dalam hubunganintra-personal, meliputi: a) Konstrentasi dalam berfikir

b) Keberhati-hatian

c) Melakukan metakognisi

d) Kesadaran dan ekspresi berbagai perasaan e) Kesadaran atas dirinya

f) Tingkat pemikiran-pnalaran

6) Kemampuan dalam hubungan inter-personal, meliputi : a) Mencipta dan mengelola sinergi

b) Daya melampaui perspektif orang lain c) Bekerja sama dalam kelompok

d) Mengenal dan membuat sesuatu yang berbeda dengan lainnya

e) Komunikasi verbal dan nonverbal 7) Kemampuan dalam musik/irama, meliputi :

a) Struktur musik

b) Skematis dan mendengarkan musik c) Sensitif terhadap suara

d) Kreatif dalam melodi dan irama e) Sensitif dalam nada

(22)

Selanjutnya tentang macam tingkat intelegnsi dibandingka dengan kelompok besar umat manusia digambarkan sebagai berikut :

 1% luar biasa, mempunyai IQ antara 30 hingga 70  5% dungu, mempunyai IQ antara 70 hingga 80  14% bodoh, mempunyai IQ antara 80 hingga 90  60% normal, mempunyai IQ antara 90 hingga 110  14% pandai, mempunyai IQ antara 110 hingga 120  5% sangat pandai, mempunyai IQ antara 120 hingga 130  1% genius, mempunyai IQ lebih dari 130

Yang dikatakan 1% luar biasa masih terbagi atas :  Idiot yang mempunyai IQ antara 0 sampai 25  Imbesil yang mempunyai IQ antara 26 sampai 50  Debil yang mempunyai IQ antara 51 sampai 70

Apabila digambarkan dengan kurva, maka akan tampak lebih jelas seperti berikut :

b. Ciri Kedua dari penilaian pendidikan, yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitaf artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran setelah itu diiterprestasikan ke bentuk kualitatif.

Contoh :

Dari hasil pengukuran, Tiko mempunyai IQ 125, sedangkan Tini 105. Dengan demikian. Maka tiko digolongkan sebagai anak sangat pandai sedangkan tini sebagai anak normal.

c. Ciri Ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran IQ-nya 80, menurut unit pengukurannya termasuk anak dungu.

d. Ciri Keempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu lain.

Contoh:

Hasil ulangan matematika yang diperoleh miranti hari senin adalah 80. Hasil hari selasa 90. Tetapi hasil ulangan hari sabtu hanya 50.

(23)

Ketidak tepatan hasil penilaian miranti disebabkan karena banyak faktor. Mungkin pada hari sabtu miranti sedang risau hatinya menghadapi malam minggu.

e. Ciri Kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu: 1) Terletak pada alat ukurnya

Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. Sebagai contoh, kita akan mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang terbuat dari bahan elastis, dan cara mengukurnya ditarik-tarik. Tentu saka pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik karena gambaran tentang panjangnya meja tidak dapat diketahui dengan pasti. Tentang bagaiman syarat-syarat alat ukur yang digunakan dalam pendidikan, akan dibicarakan di bagian lain secara lebih lengkap.

2) Terletak pada orang yang melakukan penilaian Hal ini dapat berupa:

a) Kesalahan pada waktu melakukan penilaian karena faktor subjektif penilai telah memengaruhi hasil pengukuran tulisan yang jelek dan tidak jelas, mau tidak mau sering memengaruhi subjektivitas penilai. Jika pada waktu mengerjakan koreksi, penilai sendiri sedang risau. Itulah sebabnya pendidik harus sejauh mungkin dari hal ini. b) Kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara

“murah” atau “mahal”. Ada guru yang memberikan nilai 2 (dua) untuk siswa yang menjawab salah dengan alasan untuk menulis upah menulis. Tetapi ada yang memberikan 0 (nol) untuk jawaban serupa.

c) Adanya hallo-effect yakni adanya kesan penilai terhadap siswa. Kesan-kesan itu dapat berasalah dari guru lain maupun dari guru itu sendiri pada kesempatan memegang mata pelajaran lain

(24)

d) Adanya pengaruh hasil yang telah diperooleh terdahulu. Seorang siswa pada ulangan pertama mendapat angka 10 sebanyak 2 kali. Untuk ulangan ketiga dan seterusnya, guru sudah terkena pengaruh ingin memberi angka lebih banyak dair yang sebenarnya. Walaupun seandainya pada waktu ulangan tersebut ia sedang mengalami nasib sial, yakni salah mengerjakan.

e) Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angka-angka hasil penilaian.

3) Terletak pada anak yang dinilai

a) Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati seseoarang akan sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian. Misalnya, suasana hati yang kalut, sedih atau tertekan akan memberika hasil kurang memuaskan, sedang suasana hati gembira dan cerah, akan memberikan hasil baik.

b) Keadaan fisik ketika siswa sedang dinilai. Kepala pusing, perut mulas atau pipi sedang membengkak karena sakit gigi, tentu saja memengaruhi cara siswa memecahkan persoalan. Pikirannya sangat sukar untuk berkonsentrasi. c) Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peranan terhadap

hasil penilaian. Tanpa adanya suatu sebab fisik maupun psikis, adakalanya seperti ada “gangguan” terhadap kelancaran mengerjakan soal-soal.

4) Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung

a) Suasana yang gaduh, baik di dalam maupun di luar ruangan, akan mengganggu konsentrasi siswa. Demikian pula tingkah laku kawan-kawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka bekerja dengan cukup serius atau tampak seperti hanya main-main akan memengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal.

b) Pengawasan dalam penilaian. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa yang suka melihat ke kanan dan ke kiri. Namun

(25)

adakalanya, keadaan sebaliknya. Yaitu pengawasan yang longgar justru membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan percaya pada diri sendiri.

Evaluasi Bab 1

1. Seorang guru mengadakan ulangan harian kepada siswa-siswanya. Setelah beberapa kali ulangan diperoleh nilai rapor. Apada waktu kenaikan kelas, kepada siswa-siswa “pandai” diberi hadiah secara bertingkat menurut urutan prestasinya sedangakan kepada siswa-siswa yang “tidak naik” diberi nasihat.

a. Coba pisahkan, manakah pekerjaan mengukur dan manakan pekerjaan menilai

b. Dapatkah kita mengategorikan anak yang “tidak naik” ini sebagai anak “bodoh”? beri alasan!

2. Apabila masukan siswa yang diterima dalam suatu sekolah tergolong baik karena dari tes intelegensi diketahui, dapatkah siswa tersebut pada akhir tahun tidak naik kelas? Coba terangkan!

3. Berdasarkan makna penilaian ditinjau dari segi siswa, guru, dan sekolah, baikkah kiranya jika guru memberikan ulangan tiap hari? Coba tinjaulah dari berbagai segi tersebut, apa keuntungan dan kerugiannya!

4. Bandingkan antara aspek-aspek intelegensi menurut Witherington dengan David Lazear!

5. Cobalah mengenali lingkungan anda untuk mendaftar orang-orang yang memiliki intelegensi tinggi secara umum dan beberapa orang yang hanya menonjol di aspek-aspek tertentu!

(26)

BAB 2

SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI

1. Subjek Evaluasi

Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu antara pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.

Contoh:

a. Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka sebagai subjek evaluasi adalah guru.

b. Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala maka sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului oleh suatu latiahan melaksanakan evaluasi tersebut.

c. Untuk melaksanakan evaluasi serhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandarisasikan maka subjeknya adalah ahli-ahli psikologi. Disamping alatnya yang harus bersifat rahasia, maka subjek evaluasi haruslah seorang yang betul-betul ahli karena jawaban dan tingkah laku orang yang dites harus diiterprestasikan dengan cara tertentu.

Tidak setiap orang dapat menafsirkan jawaban tes kepribadian ini, sehingga hanya orang yang telah mempelajari tes secara mendalam yang dapat melakukannya. Demikian juga dengan tes intelegensi, subjek pelakunya harus seorang ahli.

Dalam keterangan ini, penulis mengkategorikan pelaksanaan evaluasi sebagai subjek evaluasi, ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang dievaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai objek misalnya : prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjeknya.

2. Objek Evaluasi

Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi. Apapun yang ditentukan oleh evaluator atau penilai untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek

(27)

evaluasi. Pada waktu evaluator ingin menilai berat badan siswa, naja yang menjadi objek evaluasi adalah berat badan siswa, sedang angka yang menunnjukan beberapa berat badan siswa dimaksud, misalnya 34 kilogram, 40 kilogram dan sebagainya adalah hasil evaluasi. Jika evaluastor ingin menilai keterampilan siswa dalam menggunakan termometer, maka yang menjadi objek evaluasi adalah benar tidaknya gerakan tangan siswa ketika memegang alat, kemampuan siswa untuk menentukan berapa lama termometer diletakan di bagian badann, kemudian juga kemampuan siswa dalam membaca skala yang ada pada termometer. Gambaran tentang benar salanya menggunakan termometer adalah hasil evaluasi.

Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi yang ada di bab 1, maka yang menjadi objek evaluasi adalah semua unsur atau komponen yang ada dalam transformasi tersebut. Agar diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang mutu dan kebenaran kinerja transformasi, maka yang dijadikan objek evaluasi adalah semua aspek yang terkait dengan kinerja transformasi, yaitu (1) masukan mentah, (2) masukan instrumental, (3) masukan lingkungan (4) proses transformasi itu sendiri dan (5) keluaran, yaitu hasil dari transformasi. Masukan mentah sebagai objek evaluasi

Dalam transformasi pembelajaran, siswa berstatus sebagai objek didik. Ahli-ahli pendidikan angkatan lama berpendapat bahwa siswa adalah objek pendidikan, kini pendapat seperti itu ditentang oleh ahli-ahli pembaharuan. Dalam kegiatan pendidikan siswa adalah subjek yang aktif, bukan sekedar objek pasif yang dapat diperlakukan dan diarahkan menurut kehendak. Dalam berbicara tentang objek evaluasi ini mungkin ada pembaca yang terkacaukan pengertiannya. Siswa yang dalam proses pembelajaran berstatus sebagai subjek, dalam evaluasi dia merupakan objek evalausi, karena dicermati untuk diketahui kinerjanya ketika mengikuti pembelajaran. Sekali lagi jangan keliru.

Dalam proses pendidikan, siswa berstatus sebagai subjek didik-siswa aktif belajar

Dalam evaluasi, kinerja berstatus sebagai objek evaluasi-kinerja siswa dicermati dan diperhatikan oleh evaluator.

Aspek-aspek yang menjadi objek evaluasi berkenaan dengan siswa sebagai masukan mentah, masukan instrumental, dan masukan lingkungan dapat

(28)

dikembangkan dari apa yang sudah disampaiakn di bab1, apabila evaluatpr merasa kurang tepat atau masing menginginkan hal-hal yang dievaluasi, silahkan mendaftar lagi hal-hal lain menurut kebutuhan, beberapa hal yang perlu dibicarakan dalam objek evaluasi adalah :a) Penilaian dalam KBK (b) penilaian tiga ranah psikologis.

3. Sasaran Evaluasi

Apabila kita kembali kepada diagram di bab 1, kita akan ingat kembali apa yang menjadi sasaran dari penilaian. Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.

Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian untuk unsur-unsurnya meliputi, input, transformasi dan output a. Input

Calon siswa sebagai pribadi yang utuh dapat ditinjau dari beberapa segi menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengugkur. Aspek yang bersifat rohani setidaknya mencakup 4(empat) hal.

1) Kemampuan

Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.

2) Kepribadian

Kepribadian adalah suatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu. Informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.

3) Sikap-sikap

Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun, karena sikap ini merupakan suatu yang paling menonjol dan sangan dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui

(29)

keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude tes. Oleh karen tes ini berupa skala. Maka disebut sikap attitude scale.

4) Intelegensi

Untuk mengetahui tingkat intelegensi ini diguanakan tes intelegensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan binet dan simo yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Selain itu adalagi tes-tes lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ orang tersebut. IQ bukanlan intelegensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi seseorang. Dengan pengertian ini maka kurang benarlah jika ada orang mengatakan “IQ jongkok” karena IQ adalah berupa angka. Mestinya IQ rendah diartikan bahwa angkanya rendah.

Berkenaan dengan hubungan antara sikap dan kepribadian, A.N. Oppenheim dalam bukunya Questionnnaire Design and Attitude Measurement mengahukan gambar seperti tertera pada halaman selanjutnya. Dari gambar ini jelas bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang ada dalam diri manusia dan sangat dalam letaknya sehingga sangat susah dilihat.

b. Transformasi

telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain :

a) Kurikulum/materi

b) Metode dan cara penilaian c) Sarana pendidikan

d) Sistem administrasi

e) Guru dan personal lainnya. c. Output

Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkap pencapaian/prestasi belajar mereka selama

(30)

mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapai ini disebut tes pencapaian atau achievement test.

Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi efektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya, dapat kita saksikan, yakni para lulusannya hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampialan. Juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau instrospeksi, telah berakitab merosotnya ahklak para lulusan. Yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlah bangsa.

Evaluasi Bab 2

1. Dari objek-objek evaluasi yang telah disebutkan, jenis tes manakah ayang bisal dilakukan di sekolah? Bilamanakah jenis-jenis tes yang lain dilaksanakan

2. Seorang gru telah menyerahkan soal tes dan diperbanyak oleh bagian pengajaran, pada waktu pelaksanaan tes tersebut tidak sempat menunggu, tetapi ditunggu oleh staf tata usaha.

Dalam keadaan demikian ini, siapakah yang disebut subjek evaluasi? Jelaskan jawaban anda.

3. Bagaimanakah cara guru mengetahui dari tujuan yang belum dicapai oleh siswa secara individual

4. Sebelum, selama dan setelah pengajaran selesai, guru selalu mengajukan pertanyaan. “apakah yang akan dicapai oleh siswa melalui pelajaran saya ini”? dalam pertanyaan tersebut, apakah tujuan yang ingindicapai siswa itu sama? Jelaskan jawan anda!

(31)

Tujuan

Evaluasi KBM

BAB 3

PRINSIP DAN ALAT EVALUASI 1. Prinsip Evaluasi

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanaya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:

a. Tujuan pembelajaran

b. Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan c. Evaluasi.

Triangulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Penjelasan dari bagan triangulasi adalah demikian. a. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian anak panah yang menunnjukan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa kbm mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM menunjukan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.

b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah pengumpulan data untuk mengukur mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Dilain sisi, jika dilihat dari langkah dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dengan evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan dalam nomor 1, KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula dalam nomor 2 bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. sebagai misal, jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitik beratkan

(32)

pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa. Bukannya aspek pengetahuan.

Kecenderungan yang terdapat dalam praktek sekarang ini adalah bahwa hasil belajar hanya dilakukan dengan tes tertulis. Menekankan aspek pengetahuan saja, hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek lain, kurang mendapatkan perhatian dalam evaluasi.

Secara garis besar, maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu tes dan bukan tes (non tes).

Selanjutnya tes dan non tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi berhubung oleh penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam tentang tes itu sendiri, maka disi akan diterangkan masalah nontes terlebih dahulu.

2. Alat Evaluasi

Dalam pengertian umum, alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseoarang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan serta lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrumen” dengan demikian alat evaluasi juga dikenal denga instrumen evaluasi.

Untuk memperjelas pengertian alat atau instrumen, terapkan pada dua cara mengupas kelapa, yangsatu menggunakan pisau parang, yang satunya lagi tidak. Tentu saja dengan pisau parang hasilnya akan lebih baik dan lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan cara yang pertama. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik, sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.

Contoh pertama:

Jika yang dievaluasi suatu keterampilan siswa dalam membaca, maka hasil evaluasinya berupa gambaran tentang tingkat keterampilan siswa dalam membaca.

Dengan pengertian tersebut, alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam menggukan alat tersebut evaluator menggukan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi. Seperti disebutkan diatas, ada dua teknik evaluasi, yaitu teknik nontes dan teknik tes.

a. Teknik Nontes

Yang tergolong teknik nontes adalah 1) Skala bertingkat (rating scale);

(33)

4 5 6 7 8

1

Sangat tidak suka 2 Tidak suka 3 Biasa 4 Suka 8 Sangat suka 2) Kuesioner (quisionair)

3) Daftar cocok (check list) 4) Wawancara (interview) 5) Pengamatan (observation) 6) Riwayat hidup

1) Skala bertingkat (rating scale);

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.

Sebagai contoh, skor atau biji yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8 digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor 5.

Biasanya angka-angka yang digunakan direapkan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian, skala ini dinamakan skala bertingkat. Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.

Contoh:

Skala sikap yang pernah disinggung di bagian terdahulum pada umumnya disajikan dalam bentuk bertingkat seperti dicontohkan di atas.

2) Kuesioner (quisionair)

Kuesioner (quisionair) juga sering dikenal sebagai angket, pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri. Pengalaman,

(34)

pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain.

Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi. a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawabm maka ada:

(1) Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dikirmkan dan diisi langsung oleh responden

(2) Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirim dan diisi bukan oleh responden. Kuesioner tidak langsung biasaya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, dan sebagainya.

b) Ditinjau dari segi cara menjawab, maka ada:

(1) Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

Contoh:

Tingkat pendidikan yang sekarang anada ikuti adalah :

SD SLTP SLTA

Perguruan Tinggi

(2) Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka ragam, misalnya, keterangan alamat responden, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan meminta pendapat seseorang.

Contoh:

Untuk membimbing mahasiswa ke arah terbiasa membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara? Jawab!

3) Daftar cocok (check list)

Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat) dimana responden yang

(35)

dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok () di tempat yang sudah disediakan.

Contoh:

Berilah tanda () pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.

No Pernyataan Penting Biasa Tidak

Penting 1 Melihat pemandangan indah

2 Olahraga tiap hari 3 Melihat film 4 Belajar menari 5 Tulisan bagus

Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkatm responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.

4) Wawancara (interview)

Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawacara ini responden tidak diberi kesembapan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh suubjek evaluasi. Wawancara dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

a) Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oelh patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi

b) Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Dalam hal ini, responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. Jawaban itu kadang-kadang bersifat memimpin dan mengarahkan, dan jawaban sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok.

5) Pengamatan (observation)

Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti srta pencatatan

(36)

secara sistematis. Ada 3 macam observasi

a) Obeservasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal in pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang diraskan orang-orang dalam kelompok yang diamati.

Contoh:

Untuk mengamati kehidupan mahasiswa penyewa kamar, pengamat menjadi mahasiswa dan menyewa kamar.

b) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipanm, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada diluar kelompok, dengan demikianm pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.

c) Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok, dalam hal ini, ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai denangan tujuan evaluasi.

6) Riwayat hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup. Maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.

b. Teknik Tes

Apakah sebenarnya tes itu? Ada bermacam-macam rumusan tentang tes. Didalam bukunya yang berjudul evaluasi pendidikan, Amir Daien Indrakusuma mengatakan demikian:

”tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseoarang, dengan cara yang boleh dikatakan

(37)

tepat dan cepat”

Selanjutnya, di dalam buku teknik-teknik evaluasi Muchtar Bukhori mengatakan:

“Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.”

Definisi terakhir yang dikemukakan disini adalah definisi yang dikutif Webster’s Collegiate.

“Test=any series of questions or exercieses or other means of measurng the skill, knowledge, intelegence, capacities of aptitudes or an individual or group”

Yang lebih kurang artinya:

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”

Kutipan ini disajikan dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation. Yang di dalam buku tersebut diterangkan pula bahwa pengertiannya dipersempit dengan menyederhanakan definisi menjadi demikian:

“Tes is comprehensive assesment of an individual or to an entire program evaluation effort”

Artinya:

“Tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasu program”

Dari beberapa kutipan dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain. Tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Mengingat betapa pentingnya tes ini, maka uraian yang lebih terperinci akan disampaikan secara terpisah pada bab-bab lain.

Apabila rumusan yang telah disebutkan di atas dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran, dalam bagian ini hanya

(38)

akan dibicarakan tes untuk mengukur keberhasilan siswa.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi menjadi 3 yaitu”

1) tes diagnostik 2) tes formatif, dan 3) tes sumatif

keterangan masing-masing tes adalah sebagai berikut. 1) Tes diagnostik

Seorang guru yang baik, tentu akan merasa bahagia apabila dapat membantu siswanya dapat mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Untuk mengetahui apakah bantuan yang diberikan sudah memadai, maka diadakan suatu penilaian. Namun, informasi hasil penilaian ini tidak akan ada gunanya seandainya tidak digunakan untuk bahan pertimbangan bagi tindakan selanjutnya

Seperti halnya seoarng dokter, sebelum menentukan obat apa yang akan diberikan kepada pasien, dokter melakukan pemeriksaan secara teliti dahulu. Misalnya, memeriksa denyut nadi, suara nafas, reaksi lutut, urine, darah, dan sebagainya. Demikian juga seorang guru terhadap siswa, guru harus mengadakan tes yang maksudnya untuk mendiagnosis. Tes ini disebus tes diagnostik.

Tes diagnostik adalah tes yang digunkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakaukan penganganan yang tepat. Dengan mengingat bahwa sekolah sebagai sebuah transformasi, maka letak tes diagnostik dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Tes diagnostik ke1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon siswa sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah. Dalam pembicaraan tes secara umum, tes ini disebut tes penjajakan masuk yang dalam istilah inggris disebut entering behaviur test. Dalam penggalan kecil, tes diagnostik ke-1 dilakukan

Output

(39)

untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar untuk dapat menerima pengetahuan lanjutannya. Pengetahuan dasar ini biasa disebut dengan pengetahuan bahan prasyarat (preruqisite) oleh karena itu tes ini disebut juga tes prasayarat atau prereuisite test. Test diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di satu kelas atau semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik, sedang atau semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik, sedan atau kurang. Ini semua memerlukan informasi yang dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes diagnostik. Dengan demikian, tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan (placement Test).

Test diagnostik ke-3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, sebaiknya sesekali melakukan tes diagnostik. Untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang diberikan belum dikuasai oleh siswa Test diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.

2) Tes formatif

Dari kata form yang merupakan dasar dari istilah formati, maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertenu. Dalam hal ini, tes formatif dapat juga dipandadang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.

Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.

(40)

Evaluasi formatif mempunyai manfaat bai bagi siswa, guru mapun program itu sendiri:

a) Manfaat bagi siswa

 Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi program secara menyeluruh

 Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahi bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor tinggi sesuai yang diharapkan, maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian, maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Disamping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar giat, agar mempertahankan atau memperoleh nilai yang lebih baik.  Usaha perbaiakanm dengan umpan balik (feed back) yang

diperoleh setelah melakukan tesm siswa mengetahui kelemahan-kelemahanya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian mana yang belum dikuasainya. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk meningkatkan penguasaan materi.

 Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan. Keterampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang masih dirasakan sulit.

b) Manfaat bagi guru

Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru:

 Mengetahui sampai sejauh mana materi yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini juga akan menentukan apakah guru perlu mengganti metode pengajaran (strategi)

Gambar

Tabel Analisis Item Untuk Perhitungan Validitas Item
Tabel Persiapan Untuk menghitung Validitas Item Nomor 6 No Nama X Y 1 Hartati 1 8 2 Yoyok 0 5 3 Oktaf 1 3 4 Wendi 1 5 5 Diana 1 6 6 Paul 0 4 7 Susana 1 7 8 Helen 1 8 Ketrangan:
Tabel untuk menghitung kesejajaran skor faktor 1 dengan skor total
Tabel Analisis Item Tes Matematika
+6

Referensi

Dokumen terkait