• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kti Yosi Meimerdita Lengkap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kti Yosi Meimerdita Lengkap"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Laporan Penelitian, September 2015 Laporan Penelitian, September 2015 Na

Namama : Yo: Yosi Msi Meieimemerdrdititaa N

Niimm : : 771133000011SS1111003366

PENATALAKSAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS DENGAN KASUS PENATALAKSAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS DENGAN KASUS

TUMOR PADA CAPUT F

TUMOR PADA CAPUT FEMUR DAN COLUMEMUR DAN COLUM FEMURIS DI IFEMURIS DI INSTALASINSTALASI RADIOLOGI RSUD SIMEULUE

RADIOLOGI RSUD SIMEULUE Vi + 31

Vi + 31 HalamHalaman + 7 Gambar + an + 7 Gambar + 8 Lampir8 Lampiranan ABSTRAK ABSTRAK

Penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus Tumor adalah teknik pemeriksaan Penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus Tumor adalah teknik pemeriksaan untuk memperlihatkan pelvis yang terdiri dari labrum, femoral head, femur yang untuk memperlihatkan pelvis yang terdiri dari labrum, femoral head, femur yang teretak pada tulang pelvis. Penelitian dilakukan dengan mengamati dan melakukan teretak pada tulang pelvis. Penelitian dilakukan dengan mengamati dan melakukan penatalaksanaan pemeriksaan radiologi pelvis dengan kasus tumor Acetabulum pada penatalaksanaan pemeriksaan radiologi pelvis dengan kasus tumor Acetabulum pada Insatasi Radiologi RSUD Simeulue. Pengamatan dilakukan pada seorang pasien Insatasi Radiologi RSUD Simeulue. Pengamatan dilakukan pada seorang pasien dengan menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) yaitu pasien tidur terlentang dengan menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) yaitu pasien tidur terlentang dengan arah sinar vertical tegak lurus terhadap kaset dan proyeksi Oblique yaitu dengan arah sinar vertical tegak lurus terhadap kaset dan proyeksi Oblique yaitu posisi pasien supine atau tidur terlentang kemudian memiringkan tubuh sedikit kekiri posisi pasien supine atau tidur terlentang kemudian memiringkan tubuh sedikit kekiri dengan arah s

dengan arah sinar vertical inar vertical tegaktegak lurus. Hasil lurus. Hasil penelitian yang penelitian yang dilakukan antara laidilakukan antara lainn yaitu dalam penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor pada caput yaitu dalam penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris harus benar-benar dapat menunjukan letak dan dimana femur dan colum femuris harus benar-benar dapat menunjukan letak dan dimana lokasi tumor yang ter

lokasi tumor yang terjadi. Dari hasil eksjadi. Dari hasil ekspertise ahli radiologi tampak multpertise ahli radiologi tampak multipleiple lusensilusensi batas

batas relatrelatifif tegas, zona transtegas, zona transisi sempit berbisi sempit berbentuk grounentuk ground glass, tanpa reaksi peiostd glass, tanpa reaksi peiostealeal pada cap

pada caput dan cout dan colum oslum os femur femur kiri ykiri yang tampang tampak meluaak meluas sedis sedikit ke akit ke acetabulcetabulumum dapatdapat menyi

menyimpulkampulkann fibrfibrous dyous dysplassplasia, seia, sehingga hingga dapat dapat disimpudisimpulkan lkan bahwa bahwa pasiepasienn menderita tumor tulang khususnya pada

menderita tumor tulang khususnya padacaput femur caput femur dandan colum femuriscolum femuris..

Ka

Kata ta KuKuncinci : R: Radadioiogrgrafafi Ti Tumumoror papada Cda Capaput ut dadan Con Colulum fm fememururisis Pe

(4)

vi vi HALAMAN PERSETUJUAN... i HALAMAN PERSETUJUAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ABSTRAK ... ... ... iviv KATA PENGANTAR ... v KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISI... vi DAFTAR DAFTAR GAMBARGAMBAR ... vii... vii

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN...... 11 A. A. Latar Latar BelakangBelakang ... ... ... 11 B. B. Rumusan Rumusan MasalahMasalah ... ... ... 22 C. C. Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian ... ... 3... 3

D. D. Manfaat Manfaat Penelitian Penelitian ... ... 4... 4

BAB II BAB II TINJAUTINJAUAN PUAN PUSTAKASTAKA...... 55 A. Definisi A. Definisi... ... 55 B. B. Anatomi Anatomi Fisiologi Fisiologi ... ... 6... 6

C. C. Patologi Patologi Tumor Tumor ... ... 11... 11

D. D. Pemeriksaan Pemeriksaan Radiografi Radiografi Pelvis Pelvis ... ... 1212 E. E. Pesawat Pesawat Radiologi Radiologi dan dan Perlengkapan Perlengkapan PemeriksaanPemeriksaan ... 15... 15

F. F. Kerangka Kerangka kerjakerja ... ... ... 1717 BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN...... 1919 A. A. Jenis Jenis Penelitian...Penelitian... ... 19... 19

B. B. Waktu Waktu dan dan Tempat Tempat PenelitianPenelitian ... 19... 19

C. C. Populasi Populasi dan dan SampelSampel ... ... 19... 19

D. D. Teknik Teknik dan dan Pengumpulan Pengumpulan DataData ... 19... 19

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...... 2121 A. A. Hasil Hasil Pengamatan...Pengamatan... 21... 21

B. B. Persiapan Persiapan PenderitaPenderita ... ... 2121 C. C. Persiapan Persiapan dan dan Alat Alat BahanBahan ... 22... 22

D. D. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan PelvisPelvis ... 22... 22

E. E. Pembahasan...Pembahasan... ... 2727 BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP...... 3030 A. A. Kesimpulan Kesimpulan ... ... 31... 31 B. Saran B. Saran... ... ... 3131

(5)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting dalam usaha menegakkan diagnosis tumor tulang. Diagnosis pasti didasarkan pada hasil pemeriksaan patologi anatomi. Sejarah penemuan sinar-x oleh Wilhem Condrad Rontgen seorang ahli fisikawan berkebangsaan Jerman melalui hasil percobaannya pada tanggal 8 november 1895, telah memberikan perkembangan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi termas uk dalam dunia kedokteran. Prinsip dari radiodiagnostik yaitu sinar-x yang mengenai suatu objek akan menghasilkan gambaran radiograf yang dapat membantu menegakkan diagnosisi adanya suatu kelainan penyakit (Rasyad, 2005).

Pemeriksaan secara radiologi ini adalah dengan memanfaatkan sinar-x melalui gambaran organ tubuh manusia pada film rontgen. Dalam ilmu kedokteran khususnya dibidang radiologi, pemanfaatan sinar-x untuk kepentingan menegakkan diagnosis suatu penyakitdikenal deengan radiodiagnostik (Rasyad, 2005).

Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang digunakan pada kelainan patologis maupun traumatis dapat membantu menentukan diagnosis suatu penyakit. Tidak  menutup kemungkinan juga dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya tumor pada tulang. Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuluskletal yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit merupakan benjolan sedangkan setiap pertumbuhan baru dan abnormal disrbut neoplasma. Tumor dapat besifatjinak atau ganas. Tumor adalah istilah kli nis yang menggambarkan suatu pembengkakan, dapat karena oedema, perdarahan, radang dan neoplasia.

(6)

Tumor tulang jinak biasanya berbatas dan memiliki zona transisi antara tulang yang normal dan abnormal. Tumor ini menyebabkan tanda-tanda dan gejala perluasan dan tekanan pada struktur-struktur didekatnya. Jika bersifat kistik, munkin menyebabkan fraktur patologis (Pradip, 2006).

Penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor adalah teknik pemeriksaan untuk memperlihatkan pelvis terutama untuk kasus tumor pada daerah caput femur dan colum femuris yang terdiri dari labrum, femoral head, femur yang terletak pada pelvis.untuk kasus tumor perlu dilakukan pemeriksaanradiologi agar dapat ditegakkan diagnosis yang lebih akurat, tepat dan optimal. Kasus tumor pada caput femur dan colum femuris sering tanpa disadari oleh penderita.

Umumnya penatalaksanaan pemeriksaan radiografi pelvis pada kasus tumor adalah dengan posisi AP (Antero Posterior) dan lateral. Sejauh ini dari kondisi  I praktis dilapangan menganggap teknik pemeriksaan radiografi tersebut cukup untuk menilai berbagai kelainan pelvis. Namun demikian, dari teori yang ada bahwa pemeriksaan radiografi persendian pada kelainan tumor atau patologis perlu dibandingkan dengan persendian yang sehat( Meschan,1968).

Dari penelusuran diatas, maka penulis terdorong untuk mengamati lebih jauh lagi, sehingga masalah ini merupakan pembaharuan pokok dalam penulisan karya tulis ilmiah yang diberi judul : “Penatalaksanaan Pemeriksaan Pelvis Dengan Kasus Tumor Pada Caput Femur Dan Colum Femuris Di Instalasi Radiologi RSUD Simeulue”

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penatalaksanaan pemeriksaan radiografi pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femurisagar dapat menegaggkan diagnosis yang optimal? 2. Bagaimana hasil pemeriksaan radiografi pelvis dengan kasus tumor pada caput femur

dan colum femuris? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui teknik pemeriksaan yang baik pada pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris demi penegakkan diagnosis yang optimal. 2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan radiografi pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris.

2. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan pelvis dengan kasus pada caput femur dan colum femuis.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat untuk peneliti

Adapun manfaat untuk peneliti pada judul ini adalah sebagai pembelajaran, pengkayaan dan masukan ilmu pengetahuan tentang patologis suatu anatomi tulang dan pemeriksaan yang baik tentang pelvis.

b. Manfaat untuk institusi pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi salah satu sumber referensi untuk publikasi dalam pustaka buku dan jurnal bagi institusi pendidikan.

(8)

Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat menambah keilmuan dari segi penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colun femuris.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Penatalaksanan pemeriksaan pelvis dengn kasus tumor adalah teknik pemeriksaan untuk memeperlihatkan pelvis yng terdiri dari labrum, femoral head, femur yang terleetak  pada tulang pelvis. Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskletal yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan,sedangkan setiap pertumuhan baru dan abnormal disebut neoplasma. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas.

Tumor-tumor tulang primer dpat jinak atau ganas, tumor yang jinak yang lebih sering terjadi, tetapi tumor-tumor yang ganas sering kali berakibat fatal. Tumor-ttumor ganas cenderung tumbuh cepat, menyebar dan menginvasi secara tidak beraturan. Tumor-tumor semacam ini paling sering terlihat pada anak-anak remaja dan dewasa muda. Sejumlah neoplasma dan jaringan-jaringan lain dapat menyebar ke tulang melalui aliran paru, tiroid, ginjal dan vesika urinaria.

Tulang yang paling sering tulang primer : 65,8 % bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas, ini berarti setiap dari tiga tumor tulang terdapat satu yang berifat ganas. Tumor gana menempati urutan kesebelas dari seluruh tumor yang ganas yang ada hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas organ. Perbandingan insiden tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama. Tumor jinak tulang primer paling sering ditemukan adalah osteoma 39,3%, osteochondroma 32,5%, kondroma 9,8% dan sisanya adalah tumor tulang jinak yang lain.osteogenik sarkom 48,8% merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering ditemukan diikuti giant cell tumor 17,5%, kondrosarcoma 10% dan sisanya adalah tumor tulang yang ganas lainnya (Rasyad, 2005)

(10)

B. Anatomi Fisiologi

1. Struktur Anatomi Pelvis

Dalam anatomi manusia, pelvis/panggul merupakan bagian dari inferior posterior batang pada perut di daerah transisi antara batang tubuh dan anggota tubuh bagian bawah (paha hingga kaki). Pelvis merupakan kata lain dari cekungan dan merupakan nama bagi panggul , disebut cekungan karena panggul kita bebentuk  cekungan (Syaifuddin, 2007).

Pelvis adalah deaerah batang tubuh yang berada disebelah dorsokaudal terhadab abdomen dan merupakan daerah peralihandari batang tubuh ke ekstremitas inferior. Pelvis bersendi dengan vertebrae lumbalis ke 5 di bagian atas dan dengan kaput femuris kanan dan kiri pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh tulang dan ligamentum dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong member tempat pada vesika urinaria, alat kelamin pelvis, rectum, pembuluh darah limfe dan saraf (Merril, 2005)

2. Kerangka Pelvis

Pada manusia dewasa, panggul terbentuk dipunggung posterior oleh sacrum dan tulang ekor, lateral dan anterior oleh sepasang tulang pinggul (bagian dari tulang kerngka apendikularis). Pada manusia dewasa panggul normal terdiri dari tiga tulang besar dan ekor (3-5) tulang namun, sebelum masa pubertas tulang pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu ilium, ichium, dan pubis. Jadi, sebelum pubertas panggul dapat terdiri dari lebih dari tiga puluh tulang tergantung pada komposisi tulang ekor.

Pelvis merupakan cincin cekung yang menghubungkan colum vertebral ke femur. Fungsi utamanya untuk menyangga berat tubuh bagian tas ketika sedang duduk, bediri, dan beraktifitas. Fungsi skunder nya adalah untuk mengandung (pada

(11)

wanita) ketika hamil dan melindungi viscera pelvis dan abdomino pelvis vscera (bagian inferior saluran kemih, organ reproduksi internal). Tulang panggul saling terhubung satu sama lain pada inferior simphisis pubis dan posterior dengan sacrum pada sendi sacroiliaca untuk membentuk cincin panggul. Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya mobilitas pergerakan.

Ligamen yang paling penting dari sendi sacroiliaca adalah ligamen sacrospinosus dan sacrotuberus yang menstabilkan tulang pinggul pasa sacrum dan mencegah promonotori dan miring kedepan. Sendi antara sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphisis diperkuat oleh serangkaian ligamen (Merril, 2005). Ligamen sacrococcygeal anterior meripakan perpanjangan dari anterior longitudinal ligamen yang berjalan disisi anterior dari badan vertebra. Serat tidak teratur tersebut menyatu dengan periosteum. Setiap sisi panggul terbentuk sebgai tulang rawan yang mengeras tiga tulang utama yang tinggal terpisah melalui masa kanak  – kanak. Ilium , ichuim, pubis. Saat kelahiran seluruh sendi pnggul (area acetabulum bagian atasa femur) masih terbuat dari tulang dan otot. Gerakan menyamping dicapai oleh kontraksi oblique bersama dengan lumborum kuadratus dan otot punggung.

Dasar panggul memiliki dua fungsi salah satunya adalah untuk menutup rongga panggul dan perut, serta menanggung beban dari organ visceral yang lain adalah untuk mengontrol bukaan rectum dan organ urogenital yang menembus dasar panggul dan membuatnya lebih lemah. Untuk melakukan keduanya, dasar panggul terdiri dari beberapa lembar otot jaringan ikat.

(12)

Gambar 2.1. Struktur natomi pelvis 3. Struktur Anatomi Hip Joint

Hip joint merupakan triaxial joint, karena memiliki 3 bidang gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proximal dari ekstremitas inferior. Dibandingkan dengan shoulder joint yang kontruksinya untuk mobilitas, hip joint sngat stabil yang kontruksinya untuk menumpuh berat badan. Selama berjalan, gaya darinekstremitas inferior ditransmisikan keatas melalui hip ke pelvis dan aktifitas ekstremitn inferior lainnya. Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubungan antara pelvic girdle dan hip  join pelvic girdle akan menglami tilting dan rotasi selama gerakan femur. Hubungan

tersebut hamper sama dengan scapula dengan shoulder joint, perbedaanya adalah scapula kiri dan kanan dapat bergerak bebas, sedangkan pelvis hanya dapat bergerak  sebagai satu unit.

Hip join dibentuk oleh caput femur yang konveks bersendi dengan acetabulum yang konkaf. Hip join adalah ball ang socket (speroidal) triaxial joint. Acetabulum dilapisi oleh cartilage hyaline, dan pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yng tertutupo leh membran synovial jaringan fibrocartilago yang melingkar

(13)

datar di acetabulum disebut dengan labrum acetabular yang melekat disekeliling margo acetabulum. Labrum acetabular menutup cartilage hyalin dan sangat tebal pada sekeliling acetabulum daripada pusatnya, hal ini menambah kedalaman acetabulum. Acetabulum teletak dibagian lateral pelvis menghadap ke lateral anterior dan inferior. Ligamen teres femuris merupakan ligamen triangular yang kecil, melekat pada apex fovea capitis dekat pusat caput femur ketepi ligament acetabular. Caput femur secara sempurna ditutup oleh cartilage hyaline. Pada caput femur terdapat lubang kecil yang dinamakn dengan fovea capitis tidak ditutup oleh cartilage hyaline. Caput femur membentuk sekitar 2/3 dari suatu bola. Caput femur berbentuk spherical dan menghadap kearah anterior, medial dan superior.

Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligament iliofemoral, pubofemoral, dan ichiofemoral. Hip joint juga diperkuat oleh ligament transverse acetabular yang ligament teres femuris berfungsi sebagai pengikat caput femur ke bagian bawah acetabulum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam sendi (inta artikular). Stabilisator bagian liar dihasilkan oleh 3 ligamen yang melekat pada colum neck femur yaitu: ligament iliofemorl, pubofemoral dan ichiofemoral. Ligament

iliofemoral disebut juga ligamen “Y”, karena arah serabut mirip huruf Y terbalik. Ligmen iliofemoral merupakan kapsul sendi bagian anterior. Ligament pubofemoral terdiri dari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi bagian median anterior dan bawah. Ligamen ichiofemoral merupakan ligamen merupakan ligament triangular yang kuat pada belakang kapsul.

(14)

Gambar 2.2 struktur anatomi acetabulum

C. Patologi Tumor Jinak Pada Tulang a. Osteoma

Osteoma merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan 39,3% dari seluruh tumor jinak tulang terutama terjadi pada usia 20-40 tahun. Bentuknya kecil tapi dapat menjadi besar tanpa menimbulkan gejala-gejala spesifik. Kelainan ini ditemukanpada tulang tengkorak seperti maksila, mandibula, palatum, sinus paranasalis, dan dapat pula pada tulang-tulang panjang seperti tibia femur dan phalanges.(Sylvia, 2006).

b. Osteoid osteoma

Osteoid osteoma adalah tumor jinak jarang ditemukan 1,8% terutama pada umur 10-25 tahun. Tumor ini lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Gejala yang paling menonjol adalah nyeri pada suatu daerah tertentu dan menghilang dengan pemberian salilsilat. Lokasi osteoid osteoma pada femur 25%, tibia 25%, dan sisanya pada daerah-derah lain seperti pada tulang belakang.

(15)

c. Kondoma

Kondroma disebut juga enkondroma merupakan tumor jinak tulang dengan frekuensi 9,8% dari seluruh tumor jinak tulang. Biasanya ditemukan pada usia dewasa muda tetapi dapat pula pada setiap umur. Gejalanya biasanya berupa benjolanyang tidak nyeri. Lokasi terutama pada os phalanges, os tarsal, costae dan tulang-tulang panjang yang bersifat congenital (penyakit ollier)

d. Osteochondroma

Meripakan toumor jinak tersering kedua 32,5% dari seluruh tumor jinak tulang yang terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Gejala nyeri terjadi bila terdapat penekanan pada bursa atau jaringan lunak  sekitarnya. Benjolan yang keras dapat ditemukan pada daerah sekitar lesi. Lokasi osteochondroma biasanya pada daerah metafisis tulang panjang khususny femur distal, tibia proximal dan humerus proximal. Osteochondroma juga dapat ditemukan pada tulang scapula dan ilium. Tumor bersifat soliter dengan dasar lebar atau kecil seperti tungkai dan bila multiple dikenal dengan diafisis aklasia(eksosotosis herediter multiple), yang bersifat herediter dan diturunkan secara dominan gen mutan (Sylvia, 2006).

D. Pemeriksaan Radiografi Pelvis

Pemeriksaan radiografi pelvis adalah suatu pemeriksaan dari organ-organ tubuh manusia dengan menggunakan sinar-x untuk membuat gambaran radiografi yang dapat dipakai menegakkan diagnosis. Permintaan pemeriksaan harus diperhatikan sebelum pemeriksaan radiografi dilakukan, hal ini untuk mengetahui kebenaran jati diri pasien, jenis pemeriksaan yang dilakukan, dan klinis yang diderita pasien agar tidak terjadi pengulangan foto yang dapat merugikan pasien.

(16)

Pada teori buku (Kennet L. Bontrager ,2001) dalam penatalaksanaan pemeriksaan pelvis terdapat beberapa proyeksi :

1. Proyeksi AP (antero Posterior) a. Alat dan bahan

- Pesawat sinar-x - Film 35x35 cm - Bucky table - Marker b. Pasien

- Pasien harus menanggalkan benda-benda yang dapat mengganggu radiografi misalnya : ikat pinggang dan retsleting pada celana

c. Posisi pasien

- Pasien supine diatas meja pemeriksaan , kedua lengan ditempatkan disisi dan menyilang diatas dada.

- Untuk kenyamanan letakkan bantak dibawah kepala pasien. d. Posisi objek 

- Kaset diatur melintang, tepi kaset diatur sedikit diatas crista iliaca, sehinggan gambaran crista iliaca tidak terpotong.

- Tepi bawah kaset menyesuaikan atau sedikit dibawah symphisis pubis. - MSP tubuh pasien diatur segaris pada pertengahan kaset. Kedua tungkai

lurus, kaki dirotasi kearah internal sejauh 15-20 derajat (colum femuris tampak dalam posisi panjang true AP)

- Pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi. - CR : vertical tegak lurus

(17)

- FFD : 90 cm

- CP : pada MSP setinggi 5 cm dibawah SIAS. - Ekpose : saat pasien tidak bergerak  

- Kriteia radiografi : tampak tulang- tulang pelvis, lumbal 5, os sacrum, coccygeus , caput femur dan trochanter mayor.

2. Proyeksi oblique posterior acetabulum ( Metode Judet) a. Alat dan bahan

- Pesawat sinar-x - Film 35x35 cm - Bucky table - Marker

b. Tujuan pemeriksaan

- Memperlihatkan tulang pelvis khususnya caput femur dan colum femuris untuk mengevaluasi fraktur , tumor, atau dislokasi.

c. Posisi pasien

- Posisi pasien posterior oblique, dengan pasien semi supine, dan kepala diberikan bantal dan diposisikan up side atau down (oblique menjauhi atau mendekati objek yang akan diperiksa), tergantung anatomi yang akan diperlihatkan.

d. Posisi objek 

- Tempatkan pasien 45 derajat posterior oblique kemudian daerah panggul diganjal, caput femuris dan acetabulum ditempatkan pada tengah meja atau kaset, kaset longitudinal segaris.

- CR : vertical tegak lurus

(18)

- FFD : 90 CM

- Eksposi : pada saat tahan nafas e. Kriteria radiografi

- Pada saat down side acetabulum (oblique mendekati objek yang akan difoto), tampak caput femur dan colum femuris ilioischial, iliaca wing juga tampak dengan baik. (RPO Downside). Pada saat upside acetabulum (oblique menjauhi objek yang difoto tampak sisi posterior acetabulum dan colum anterior iliopubis dan foramen obturatur juga tampak.

-E. Pesawat Radiologi Dan Kelengkapan Pemeriksaan. 1. Pesawat Rontgen

Pesawat radiologi yang digunakan untuk pesawat pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor adalah jenis pesawat yang mempunyai kemampuan cukup baik untuk  menghasilkan sinar tembus (sinar – x) yang mempunyai standar penggunaan waktu yang panjang untuk dapat menembus objek yang tebal dilengkapi dengan meja pemeriksaan yang dapat diatur miring untuk lebih memudahkan pada saat mengatur tubuh pasien dalam mengambil posisi pemotretan.

2. Tabung Sinar – X

Merupakan bagian dari pesawat radiologi yang amat penting, Karena didalamnya memuat komponen-komponen utama yang menghasilkan pembangkit sinar x seprti anoda, katoda alat pemusat electron (focusing cup) terpasang didlam tabung kaca yang hampa udara,, dengan minyak (oli) berfungsi sebagai bahan isolasi tegangan tinggi dan juga sebagai pelindung tabung.

Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan (Rasyad,2005):

(19)

a. Mempunyai sumber elekrton.

b. Adanya gaya yang mempercepat gerakan.

c. Adanya lintasan electron yang bebas dalm ruang hampa udara. d. Adanya pemusat berkas electron

e. Adanya penghenti gerakan electron.

3. Kaset

Adalah suatu container yang tahan cahaya yang terisi dua buah intesifir screen (IS) yang memungkinkan untuk memasukkan film rontgen diantara keduanya dengan mudah (Rasyad, 2005).

4. Film Rontgen

Adalah suatu media tempat penggambaran dengan sinr x yang mempunyai lapisan sebagai berikut (Rasyad, 2005):

a. Supercoat, melindungi emulsi film

b. Emulsi film,emulsi silver bromide yang terdiri dari AgBr. c. Substratum, berfungsi sebgai perekat antara emulsi ke film. d. Alas film (film base) terdiri atas folyester base.

5. Intesifier Screen

Adalah alat yang terbuat dari kardus (card board) khusus yang mengandung lapisan tipis emulsi phosphor dengan bahan pengikat yang sesuai yang banyak  digunakan adalah kalsium tungsten ( Rasyad, 2005)

(20)

F. Kerangka kerja

Adapun kerangka kerja penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Diagram kerangka kerja

A. Defenisi Operasional

a. Persiapan pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor adalah salah satu langkah kerja dengan cara menjelaskan kepada pasien dan keluarga bagaimana proses penatalaksanaan pemeriksaan ini berlangsung dan bahan-bahan seperti apa saja yang harus dilepaskan dari tubuh pasien. Kemudian mengatur tube X ray dan mengatur factor ekspose.

b. Penatalaksanaan pemeriksan pelvis dengan kasus tumor pada caput dan colum femuris adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk memperlihatkan gambaran tumor pada caput femur dan colum femuris.

c. Pengertian tumor tulang merupakan kelainan pada system muskuluskletal yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan sedangkan pertumbuhan baru dan abnormal disebut neoplasma.

Persiapan pemeriksaan

Teknik pemeriksaan

Posisi pasien

(21)

d. Hasil pemeriksaan adalah sesuatu yng telah diperiksa atau dikoreksi dan telah diketahui hasinya kemudian diambillah sebuah keseputusan.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini dilaksanakan langsung dengan melakukan pemeriksaan dan mengatur posisi pasien dengan didampingi oleh salah seorang radiografer.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian pelaksanaan pemeriksaan radiografi Caput dan Colum Femuris dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Simeulue di Ruang II yang dimulai pada tanggal 12 Agustus 2015 sampai dengtan selesai.

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dari penatalaksanaan pemeriksaan Caput dan Colum

Femuris adalah dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap satu orang pasien.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, metode yang penulis gunakan dalam teknik  pengumpulan data antara lain yaitu :

a. Studi Kepustakaan

Merupakan metode pengumpulan data dengan memperoleh data-data beberapa buku referensi yang berkaitan dengan penatalaksanaan pemeriksaan radiografi pelvis.

b. Pengamatan (observasi)

Pada umumnya survey bertujuan untuk membuat penilaian suatu kondisi dana penyelengaraan suatu program. Kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Observasi penulisan yaitu dengan cara mengamati langsung jalannya penatalaksanaan pemeriksaan radiografi pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris diinstalasi radiologi RSUD Simeulue.

(23)

Merupakan metode pengumpulan data melalui wawancara yang melibatkan langsung dokter ahli radiologi, dan staf di unit radiologi, disamping konsultasi dengan dosen pembimbing karya tulis di Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi.

(24)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

Adapun penatalaksanaan pemeriksaan radiografi pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris ini digunakan dengan proyeksi AP atau antero posterior dan Oblique. Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang datang diinstalasi radiologi dengan membawa surat pengantar permintaan foto rontgen dari poli bedah. Penderita dalam dugaan tumor dan diletakkan pada brankar serta pasien selalu mengeluh kesakitan saat berkonsultasi dengan dokter. Adapun identitas pasien adalah sebagai berikut:

Nama : Tn. AU

Umur : 56 tahun Jenis kelamin : laki-laki

Tanggal pemeriksaan :1 september 2015 Ruang pemeriksaan : Ruang II

B. Persiapan penderita

Persiapan penderita pada pemeriksaan pelvis pada kasus tumor didaerah caput dan colum femuris tidak dilakukan persiapan secara khusus seperti pemeriksaan radiografi lainnya dengan memakai bahan kontras. Pemeriksaan pelvis dilakukan tanpa menggunakan bahan kontras, melainkan hanya mlepaskan benda-benda yang dapat menghalangi janlannyan sinar-x.

(25)

C. Penatalaksanaan Pemeriksaan Pelvis

Adapun penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris ini hanya dapat digunakan dengan proyeksi AP dan Oblique.

1. Proyeksi AP(Antero Posterior)

Posisi pasien :

- Pasien supine atau tidur terlentang diatas meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakkan disamping tubuh.

Gambar 4.1 proyeksi AP pada pemeriksaan pelvis Posisi objek 

- Kaset diatur melintang. Tepi kaset diatr sedikit diatas krista iliaca sehingga gambaran crista iliaca tidak akan terpotong.

- Tepi bawah kaset diatur agak sedikt kebawah simphisis pubis, mid sagital plane (MSP) tubuh pasien diatur segaris pada pertengahan kaset.

- Kedua tungkai lurus, kaki dirotasikearah internal sejauh 15-20 derajat colum femuris tampak dalam posisipaling panjang (true AP). Tidak lupa pula memberikan kain penutup pada daerah yang akan diperiksa.

(26)

- Kaset : 35x35 cm

- CP : setinggi 5 cm dibawah SIAS(Spina Iliaca Anterior Superior). - CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

- FFD : 90 cm - kV : 83 kV - mA : 125 mA - mAs :12,5 mAs

(27)

Gambar 4.3 hasil gambaran pemeriksaan pelvis

2. Proyeksi Oblique Posisi pasien:

- Pasien supineatau tidur terlentang diatas meja pemeriksaan, kemudian memutar sedikit anggota tubuh kearah sebelah kiri 200. Untuk lebih memperlihatkan caput femur dan colum femuris, maka kaki sebelah kanan ditarik kearah belakang.

(28)

Gambar 4.5 pemeriksaan pelvis proyeksi oblique

Posisi ojek:

- Kaset diatur melintang, tepi kaset diatur sedikit diatas crista iliaca sehingga gambaran crista iliaca tidak terpotong, tepi bawah kaset diatur agak sedikit kebawah shimphisis pubis, MSP tubuh pasien diatur segaris pada pertengahan kaset.

- Kaser 35x35 cm

- CP : Dari MSP 2 inferior dan 2 medial - CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset - FFD : 90 cm

- kV : 83 - mA :125 - mAs : 12,5

(29)

Gambar 4.6 hasil gambaran proyeksi oblique D. Pembahasan

Adapun penatalaksanaan pemeriksaan radiografi pelvis dengan kasus tumor dengan menggunakan proyeksi Antero Posterior, kemudian melakukan pengaturanpasien dengan menggunakan proyeksi oblique kiri untuk lebih memperlihatkan posisi tumor pada daerah caput femur dan colum femuris.

Proyeksi A[ atau antero posterior adalah salah satu pemeriksaan radiografi pelvis yang memperlihatkan gambaran anatomi yaitu caput femur, colum femuris, sacrum. Ilium ,ichium, acetabulum ,foramen obturatur dan shymphisis pubis. Sedangkan proyeksi obliqu

(30)

adalah salah satu pemeriksaan yang memperlihatkan gambar dari sebagian dari tulang pelvis salah satunya adalah acetabulum dan cloum femuris.

Gambaran radiografi dari hasil ekspertise ahli radiolog pada gambar 4.3 dan 4.6 adalah tampaknya multiple lusensi yaitu bercak-bercak hitam yang telah mengenai caput femur dan columna femuralis yang telah meluas ke acetabulum, zona transisi sempit berbentuk ground glass dan belum terlihat reaksi- reaksi periosteal sehingga menyimpulkan bahwa pasien positif menderita tumor tulang pada caut femur dan colum femuralis.

Kelebihan dari pemeriksaan yang didapatkan saat melakukan penelitian adalah dengan proyeksi AP dapat memperlihatkan keseluruhan dari tulang-tulang pelvis, sedangkan proyeksi Oblique dapat lebih memperlihatkan tumor pada daerah caput femur dan colum  femuris. Sedangkan kekurangan dari pemeriksaan ini adalah pasien yang non koopratif harus

diberi penyangga atau pengganjal tubuh agar lebih nyaman. Pada Instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan suatu gambaran radiografi yang optimal, yaitu dengan cara :

a. Mempersiapkan alat seperti kaset, film, marker, alat bantu, dan proteksi radiasi dan kondisi pesawat yang baik.

b. Membuat pasien merasa nyaman dengan memberikan penjelasan tengtang pemeriksaan yang akan dilakukan.

c. Objek yang akan difoto dalam keadaan diam.

d. Menyesuaikan faktor ekspose dengan ketebalan objek yang akan difoto. e. Memperhatikan keadaan cairan developer dan fixer pada prosesing manual

Adapun upaya-upaya yang harus dilakukan pada pemeriksaan pelvis pada kasus tumor pada capur femur dan colum femuris di Instalasi radiologi Rumah Sakit Umum daerah Simeulue guna untuk menekan dosis radiasi yang diterima dengan cara :

(31)

b. Menentukan faktor expose setepat mungkin sesuai dengan objek yang akan di foto.

c. Melakukan pemotretan yang benar agar tidak terjadi pengulangan foto yang dapat merugikan pasien.

(32)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan tentang masalah teknik radiografi pelvis dengan kasus tumor dalam karya tulis ini, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Pemeriksaan Radiografi pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris di RSUD Simeulue lebih banyak dilakukan dengan posisi Antero Posterior (AP) dan Oblique.

2. Gambaran radiografi dari hasil ekspertise ahli radiologi adalah tampak multiple lusensi batas relatif tegas, zona transisi sempit berbentuk ground glass, tanpa reaksi periosteal pada caput dan colum os femur kiri yang tampak meluas sedikit ke acetabulum dengan kesimpulan fibrous dysplasia.

3. Pada pemeriksaan radiografi pelvis yang harus tampak adalah tulang pelvis, vertebrae lumbal 5, tulang sacrum, coccygeus, caput dan colum femur, trochanter mayor.

B. Saran

saran yang perlu dikemukakan dalam melakukan pemeriksaan pelvis dengan kasus tumor pada caput femur dan colum femuris adalah:

1. Untuk mendapat gambaran dalam melakukan yang optimal dan dan kenyamanan pada pasien adalah dengan menggunakan alat bantu, maka sebaiknya alat bantu yang ada di instalasi Rumah Sakit Umum Daerah simeulue dilengkapi demi kelancaran pemeriksaan.

Gambar

Gambar 2.1. Struktur natomi pelvis 3. Struktur Anatomi Hip Joint
Gambar 2.2 struktur anatomi acetabulum
Gambar 2.3 Diagram kerangka kerja
Gambar 4.1 proyeksi AP pada pemeriksaan pelvis Posisi objek 
+5

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud BMN sesuai dengan pasal 1 butir 10 UU No 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang

Hal ini terbukti dengan, manajemen strategis yang ada dapat di uji dengan metode yang disediakan dalam perencanaan sistem informasi strategis baik meliputi: analisis

WLAN merupakanperangkat yang melakukan pentransmisian data menggunakan frekuensi radio (RF) dan sinar inframerah (IR) ,berbeda dengan Wired LAN yang menggunakan kabel atau

(1) Daftar perusahaan dan TDP dinyatakan batal apabial perusahaan yang bersangkutan terbukti mendaftarkan data perusahaan secara tidak benar termasuk telah

Upaya peningkatan produktivitas hasil pertanian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan petani, umur petani, modal usaha, pengalaman berusahatani,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan ekstrakurikuler karawitan di SDN Palur 02. Jenis penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif

Menurut Nawawi (2007:106) bahwa observasi langsung dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek

Faktor produski yang digunakan dalam produksi industri simping di.. Kabupaten Purwakarta adalah modal, tenaga kerja, bahan baku,