KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami telah dapat menyusun “ PROFIL KESEHATAN PROPINSI RIAU TAHUN 2004 “ yang dilaksanakan dengan melibatkan pemegang program maupun pengelola data di Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota.
Profil Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2004 sebagai suatu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan keberhasilan pembangunan kesehatan Propinsi Riau melalui pencapaian Indikator Indonesia Sehat 2010/ Riau Sehat 2008 dan Indikator Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan. Profil ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi sebagai pedoman perencanaan pembangunan kesehatan pada tahun mendatang sehingga program pembangunan kesehatan dapat berjalan secara efektif , efisien dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel).
Kami menyadari bahwa buku Profil Kesehatan ini masih terdapat kekurangan disana sini yang perlu mendapatkan masukan dan kritikan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih kami yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam menyusun dan menyelesaikan Profil Kesehatan Tahun 2004. Semoga keberadaan buku ini dapat kita manfaatkan dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan di Propinsi Riau, sejalan dengan Visi Riau 2020 dalam skenario Pembangunan Riau kedepan.
PEKANBARU, OKTOBER 2005 KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI RIAU
Dr.H. EKMAL RUSDY
ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFRAT LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN ... 1
II. GAMBARAN UMUM ... 3
2.1. Luas Wilayah ... 3
2.2. Kependudukan ... 4
2.2.1 Jumlah Penduduk... 4
2.2.2 Kepadatan Penduduk ... 5
2.2.3 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin... 6
2.3. Tingkat Pendidikan ... 7
III.PROGRAM KESEHATAN PROPINSI RIAU ... 9
3.1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat ... 9
3.2. Program Perbaikan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ... 12
3.3. Program Promosi Kesehatan... 16
3.4. Program Pemberantasasan Penyakit Menular... 19
3.5. Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya ... 25
3.6. Program Kebijkan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan ... 28
Profil Kesehatan Prop.Riau 2004
iii
IV. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN MENUJU RIAU –
SEHAT 2008... 32
I. Derajat Kesehatan ... 32
1.1 Umur Harapan Hidup (Eo)... 33
1.2 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)... 33
1.3 Angka Kematian Bayi (AKB)... 34
1.4 Angka Kematian Balita (AKABA) ... 35
1.5 Angka Kematian Dasar (AKK)... 36
1.6 Angka Kesakitan Penyakit Menular ... 36
1.6.1 Malaria ... 38 1.6.2 DBD ... 41 1.6.3 Filariasis... 44 1.6.4 ISPA... 46 1.6.5 Diare... 47 1.6.6 TBC Paru ... 48 1.6.7 KUSTA ... 49 1.6.8 Frambusai... 50 1.6.9 Rabies ... 50
1.6.10 Infeksi Menular Seksual ... 53
1.7 Pola Penyakit ... 54
1.7.1 Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas ... 54
1.7.2 Pola Penyakit Rawat Jalan Rumah Sakit ... 55
1.7.3 Pola Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit ... 55
1.8 Status Gizi... 57
1.8.1 Status Gizi Ibu Hamil... 61
1.8.2 Status Gizi Bayi ... 60
iv
II. Keadaan Lingkungan Dan Perilaku Kesehatan ... 66
2.1 Lingkungan Sehat ... 66
2.1.1 Kepala Keluarga ( KK ) dengan Jamban Sehat ... 67
2.1.2 Sarana Air Bersih... 67
2.1.3 Sarana Pembuangan Sampah ... 67
2.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 68
2.2. Keadaan Perilaku Masyarakat... 68
2.2.1 Posyandu... 68
2.2.2 Pondok Bersalin ... 69
III. Upaya Kesehatan ... 69
3.1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil ... 69
3.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin... 71
3.3 Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita... 71
IV. Promosi Kesehatan ... 73
V. Situasi Sumberdaya Kesehatan ... 74
5.1 Sarana Kesehatan ... 74
5.2 Tenaga Kesehatan ... 77
5.3 Anggaran Kesehatan ... 79
v
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
I.TABEL INDIKATOR INDONESIA SEHAT ( IIS )
Tabel 1 : Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 2 : Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 3 : Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 4 : Persentase Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas dirinci menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 5 : Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 6 : Jumlah dan Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 7 : Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 8 : Jumlah Kecamatan Rawan Gizi dan Status Gizi Bayi & Balita menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 9 : Persentase Rumah Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 10 : Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 11 : Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 12 : Jumlah dan Presentase Posyandu menurut Strata dan Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 13 : Jumlah Penduduk yang Memanfaatkan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 14 : Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar di Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 17 : Persentase Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 18 : Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 19 : Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 20 : Jumlah Penderita dan Kematian, CFR, KLB, menurut Jenis KLB, Kabupaten, Jumlah Kecamatan dan Desa yang Terserang menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 21 : Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Pelayanan Fe1, Fe3, Imunisai TT1 dan TT2 menurut Kabupaten dan Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 22 : Jumlah Bayi yang Diberi Asi Ekslusif menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 23 : Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 24 : Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formal menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 25 : Persentase Keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 26 : Pesebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja menurut Kabupaten /Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 27 : Jumlah tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 28 : Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
vii Tabel 29 : Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan menurut
Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 30 : Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 31 : Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 32 : Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 33 : Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Kabupaten/Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 34 : Anggaran Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 34 (a) : Anggaran Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 35 : Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 36 : Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 37 : Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 38 : Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 39 : Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal terhadap Jumlah Penduduk diperinci Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel 40 : Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
II. TABEL INDIKATOR SPM
Tabel spm 1 : Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4, Ibu Hamil Risti dan Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 2 : Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang ditangani menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 3 : Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Siswa SD dan Pelayanan Kesehatan Remaja Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 4 : Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten dan Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 5 : Peserta Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 6 : Jumlah Kunjungan Rawat Jalan,Rawat Inap,Pelayanan Gangguan Jiwa di sarana Pelayanan Kesehatan, menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 7 : Persentase Balita Yang Naik Berat Badanya dan Balita Bawah Garis Merah menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm .8 : Cakupan Bayi ,Balita Dan bumil Yang mendapat pelayanan Kesehatan menurut Kabupaten Dan Pukesmas Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 9 : Persentase Akses Ketersedian Darah untuk Bumil Dan Neonatus yg Dirujuk Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 10 : Jumlah Dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Kecamatan Dan Puskemas Kabupaten /Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 11 : Persentase Sarana Kesehatan Dengan kemampuan gawat Darurat Propinsi Riau Tahun 2004
. Tabel spm 12 : Persentase Desa /Kel Dengan KLB Ditangani < 24 Jam dan Kec Bebas Rawan Gizi menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 13 : AFP RATE, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangani menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 14 : HIV/AIDS Ditangani, Infeksi Menular Seksual Diobati dan DBD Ditangani menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
ix Tabel spm 15 : Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya menurut
Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 16 : Persentase Rumah /Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes dan Persentase Rumah Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 17 : Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 18 : Persentase Rumah Tangga Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 19 : Jumlah Bayi yang diberi Asi Ekslusif menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 20 : Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryudium yang Baik menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 21 : Jumlah dan Persentase Posyandu menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 22 : Penyuluhan Pencegahan, Penanggulangan dan Penyalahgunaan NAFZA menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 23 : Kebutuhan, Pengadaan, Ketersediaan Obat Esensial dan Obat Generik Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 24 : Persentase Penulisan Resep Obat Generik menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 25 : Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 26 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan JPKM GAKIN menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 27 : Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 28 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila & Usila menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 31 : Persentase Penderita Malaria Diobati menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 32 : Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 33 : Kasus Penyakit Filaria Ditangani menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 34 : Persentase Cakupan Imunisasi Bayi menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 35 : Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang dapat di cegah dengan Imunisasi PD3I menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel spm 36 : Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Indikator Pelayanan RS
: Indikator Pelayanan Rumah Sakit menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Indikator Pelayanan RS 2
: Indikator Penilaian Pelayanan Rumah Sakit Propinsi Riau Tahun 2004
III. TABEL LINGKUNGAN
Tabel Lingk 1 : Kepemilikan Sarana Pembuangan Kotoran Manusia di Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Lingk 2 : Kepemilikan Sarana Air Bersih di Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Lingk 3 : Kepemilikan Sarana Pembuangan Sampah di Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Lingk 4 : Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Lingk 5 : Kepemilikan Keadaan Sarana Perumahan/Anggota Keluarga Menderita Penyakit akibat Lingkungan Rumah tidak Sehat di Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Lingk 6 : Lingkungan Perumahan yang ada Sarang Vektor di Prop. Riau Tabel Lingk 7 : Kepemilikan Ternak Peliharaan Di Propinsi Riau Tahun 2004
xi
IV. TABEL SARANA PRASARANA
Tabel Sarana 1: Rumah Sakit menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004 Tabel Sarana 2: Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling
menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004 Tabel Sarana 3: Alamat Rumah Sakit Se Propinsi Riau Tahun 2004 Tabel Sarana 4: Alamat Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Sarana 5: Ratio Sarana Kesehatan Dasar Per 100.000 Penduduk menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Sarana 6: Jumlah Dokter Praktek, Balai Pengobatan, Laboratorium Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Sarana 7: Rata – Rata Kunjungan Rawat Jalan Rumah Sakit Daerah Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Sarana 8: Indikator Penilaian Pelayanan Rumah Sakit Propinsi Riau Tahun 2004 Tabel Sarana 9: Jumlah Pedangan Besar Farmasi, Apotik dan Toko Obat menurut
Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Sarana10: Daftar Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Se-Propinsi Riau Tahun 2004
V. TABEL PENYAKIT
Tabel Penyakit 1
: Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Puskesmas Untuk Semua Golongan Umur Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Penyakit 2
: Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan di Rumah Sakit Umur 28 ≤ 1 Tahun Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Penyakit 3
: Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan di Rumah Sakit Umur ≥ 60 Tahun Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Penyakit 4
: Pola Penyakit Penderita Rawat Inap di rumah Sakit Untuk Umur 0 ≤ 28 Hari di Propinsi Riau
Tabel Penyakit 5
: Pola Penyakit Pebderita Rawat Inap di Rumah Sakit Untuk Umur ≥ 60 Tahun di Propinsi Riau Tahun 2004
Tabel Vit A : Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004
: Cakupan Kadar HB Pada Ibu Hamil menurut Kabupaten Propinsi Riau Tahun 2004
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan dibidang lainnya. Kebijakan dasar pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi kesadaraan akan pentingnya hidup sehat.
Upaya pembangunan kesehatan meliputi : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang didukung dengan kesiapan prasarana dan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan sistem informasi kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan bermanfaat untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2010. Indonesia Sehat akan tercapai apabila seluruh Propinsi telah mencapai Propinsi Sehat, demikian pula Propinsi Sehat akan tercapai apabila seluruh Kabupaten/ Kota di Propinsi tersebut telah mencapai Kabupaten / Kota Sehat. Perjalanan menuju Kabupaten Sehat, Propinsi Sehat dan Indonesia sehat akan dimonitor dengan menggunakan indikator yang disebut sebagai Indikator Kabupaten Sehat, Indikator Propinsi Sehat dan indikator Indonesia Sehat. Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota maupun Profil Kesehatan Propinsi mulai tahun ini berisi berbagai data/ informasi yang terkait dengan pencapaian Indikator Kabupaten / Kota Sehat maupun Propinsi Sehat serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari indikator Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.
Profil Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2004 sebagai informasi kesehatan bertujuan untuk memberikan gambaran pencapaian Indikator “Riau Sehat 2008” serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari indikator Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Indikator Riau Sehat digolongkan ke dalam: (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator – indikator untuk mortalitas, morbiditas dan status gizi, (2) indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator – indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses & mutu pelayanan
kesehatan serta (3) indikator proses dan masukan , yang terdiri atas indikator – indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait. Ditambah dengan indikator SPM bidang Kesehatan .
Profil Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2004 menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat Riau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Umur harapan hidup (Eo) tahun 2002 (67,9 tahun) meningkat dibandingkan tahun 1999 ( 67,8 tahun) . Balita dengan status gizi baik tahun 2003 (79,50 persen) juga meningkat bila dibandingkan tahun 2002 (81,46 persen). Cakupan upaya pelayanan kesehatan yang telah mencapai target meliputi : pemberian tablet tambah darah (realisasi 76,19 persen, target 75 persen ), cakupan ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan (realisasi 72,2 persen, target 70 persen) , cakupan pemberian vitamin A pada balita (realisasi 80,17 persen, target 80 persen), imunisasi TT1(realisasi 80,15 persen, target 80 persen) dan imunisasi bayi ( diatas 70 persen ). Cakupan upaya pelayanan kesehatan yang pencapaiannya sedikit dibawah target adalah cakupan pemeriksaan kesehatan ibu hamil K4, imunisasi TT2 dan kunjungan neonatus KN.
Keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan dasar sebanyak 196743 (76,1 %). Kepala Keluarga dan bayi dari keluarga miskin (berumur > 4 bulan) yang mendapatkan paket makanan pendamping ASI guna memenuhi kebutuhan gizinya 99 persen.
Upaya Kesehatan di bidang promosi dalam penyebarluasan informasi kesehatan di Propinsi Riau dilaksanakan melalui radio, televisi, media cetak dan media massa lainnya. Adapun topik yang disampaikan meliputi informasi : JPKM, PHBS, DBD, Malaria, Diare, Obat Generik, NAPZA, SARS, TOGA, Gizi Bumil, Psikologi Anak, HIV/AIDS dan Manfaat ASI.
Dengan tersusunnya Profil Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2004 ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendukung informasi dan sistem manajemen kesehatan yang lebih baik dalam rangka pencapaian Riau Sehat 2008.
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. LUAS WILAYAH
Propinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan. Di daerah perairan terdapat 3.214 pulau besar dan kecil. Diantaranya 743 buah pulau sudah mempunyai nama, sedangkan yang lainya belum mempunyai nama. Sebagian besar pulau – pulau kecil yang terhampar di laut cina selatan belum dihuni penduduk.
Luas wilayah lebih kurang 329.867,61 Km2 , sebesar 235.306 Km2 ( 71,33 persen ) merupakan daerah lautan dan hanya 94.561,61 Km2 (28,67 persen ) daerah daratan. Disamping itu di daerah lautan yang berbatasan dengan negara lain, diperkirakan luas daerah Zona Ekonomi Ekslusif adalah 379.000 Km2.
Keberadaanya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai kelaut Cina Selatan, terletak antara 10 151 Lintang Selatan sampai 40 451 Lintan Utara atau 1000 031– 1090 191 Bujur Timur Green Wich dan 60 501- 10 451 Bujur Barat Jakarta.
Di daerah daratan terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak (300Km) dengan kedalaman 8-12 m, Sungai Rokan (400Km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar (400Km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m, dan Sungai Indragiri (500Km) dengan kedalaman 6-8 m. Keempat sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan Bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina.
Batas – Batas Wilayah Propinsi Riau
- Sebelah Utara : Propinsi Kepulauan Riau
- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi dan Selat Berhala - Sebelah Timur : Propinsi Kepulauan Riau
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 J u m l a h P e n d u d u k 2.2. KEPENDUDUKAN
Penduduk merupakan modal pembangunan tetapi juga beban dalam pembangunan, karena itu pembangunan sumber daya manusia dan pengarahan mobilitas penduduk perlu diarahkan agar mempunyai ciri dan karateristik yang mendukung pembangunan.
2.2.1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004, penduduk Propinsi Riau berjumlah 4.491.393 jiwa menurun 23.7 % dari tahun 2003 ( 5.557.880 jiwa ). Hal ini disebabkan karena berpisahnya 5 kabupaten/ Kota menjadi Propinsi Kepulauan Riau.
Keadaan ini dapat dilihat dari grafik berikut : Gambar 1
Jumlah Penduduk Propinsi Riau 2001 s.d 2004
2.2.2. Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan salah satu ciri demografi Propinsi Riau. Hal ini menjadikan kepadatan penduduk yang berbeda di kabupaten/kota. Dengan berpisahnya 5 Kab/ Kota menjadi Propinsi Kepulauan Riau kepadatan penduduk Propinsi Riau tahun 2004 adalah 51.95 orang per Km² menurun dibandingkan dengan Tahun 2003 ( 59 orang per Km2 ). Kota Pekanbaru yang memiliki luas terkecil dari pada kabupaten/kota lainnya (446.50 Km2 ) memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 1.554,11 orang per Km² meningkat dibandingkan tahun 2003 ( 1.494 orang per Km2 ) . Hal ini disebabkan karena tingkat urban yang cukup tinggi , baik perpindahan penduduk dari Kab/ Kota di Riau ataupun dari Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di Kota Pekanbaru.
Rata-rata jiwa per rumah tangga pada tahun 2004 sebanyak 4 orang per rumah tangga, menurun dibandingkan tahun 2003 (5 orang per rumah tangga).
Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar ini : Gambar 2.
Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau 2004
0 500 1000 1500 2000 Pekanbaru Kampar Rohul Inhu Kuansing Pelalawan Inhil Bengkalis Siak Dumai Rohil K a b /K o ta Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk
Penduduk Laki - laki 3,25% 7,61% 23,76% 51,18% 11,90% 2,30% <1 1 - 4 5 - 14 15 - 44 45 - 64 >=65 Penduduk Perempuan 7,16% 23,01% 54,02% 10,79% 2,09% 2,93% <1 1 - 4 5 - 14 15 - 44 45 - 64 >=65 2.2.3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk perempuan dan laki-laki menurut kelompok umur lebih banyak pada kelompok umur produktif (15-64 tahun) dari pada kelompok umur tidak produktif (0-14 thn dan ≥ 65 thn). Keadaan ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Riau 2004
Tingginya persentase penduduk usia produktif merupakan potensi sumber daya manusia bagi Propinsi Riau. Perbandingan jumlah penduduk usia produktif terhadap jumlah penduduk usia tidak produktif ini menunjukkan rasio beban tanggungan. Rasio beban tanggungan terendah di Pekanbaru (46) dan tertinggi di Kampar (67) yang berarti di Pekanbaru setiap 100 orang usia produktif menanggung 46 orang usia tidak produktif sedangkan di Kab. Kampar setiap 100 orang usia produktif menanggung 67 orang usia tidak produktif.
Di Propinsi Riau penduduk laki-laki berjumlah lebih banyak dari pada penduduk perempuan (sex ratio 106). Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan terdapat di 10 kabupaten/kota sedangkan 1 kabupaten/kota (Kuantan Singingi) mempunyai jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.. Sex ratio dan proporsi usia produktif di Propinsi Riau tahun 2001 s.d 2004 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.
Sex Ratio dan Persentase Usia Produktif Penduduk Riau Tahun 2001 s/d 2004
Tahun Sex Rasio Persentase Usia
Produktif Tidak ProduktifPesentase Usia
2001 105 64,48 35,52
2002 101 65,55 34,45
2003 105 65,19 34,81
2004 106 63,95 36,05
2.3. TINGKAT PENDIDIKAN
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Propinsi Riau Tahun 2004 diketahui persentase penduduk umur 10 tahun keatas yang memiliki ijazah tertinggi SD/MI/Sederajat sebesar 37,7 persen, SLTP/MT/Sederajat sebesar 21,28 persen, SMU/MA/Kejuruan/Sederajat sebesar 23,01 persen dan yang menamatkan perguruan tinggi (Diploma I, II, III, IV dan S2, S3) sebesar 1,58 persen. Distribusi tingkat pendidikan menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.
0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 Tdk punya ijazah SD/M I SLTP/M ts SM U/SMA SM K DIPLI/II Dipl III/IV+ Perempuan Laki - Laki Gambar 4.
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Propinsi Riau 2004
Tingkat pendidikan penduduk perempuan lebih rendah dari pada penduduk laki-laki. Keadaan ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.
Persentase Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin di Propinsi Riau Tahun 2004
Ijazah
Tertinggi yang Dimilki Perempuan Laki-laki
Tidak Punya 25,22 22,50 SD/MI/Sederajat 32,90 28,64 SLTP/MT/Sederajat 20,75 21,60 SMU/MA/Sederajat 15,87 18,04 SM Kejuruan 2,46 5,67 Diploma I/II 0,66 0,51 Diploma III/IV + 2,12 3,04
BAB III
PROGRAM KESEHATAN PROPINSI RIAU
Menyadari keterbatasan sumber daya yang tersedia serta disesuaikan dengan prioritas masalah yang ditemukan dan kecenderungan dimasa mendatang, maka disusun program pembangunan kesehatan di propinsi Riau untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting dilakukan untuk mencapai visi Riau Sehat 2008 adalah :
1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 3. Program Promosi Kesehatan.
4. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 5. Program Pengawasan Obat, Makanan, Bahan Berbahaya 6. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan. 7. Program Sumber Daya Kesehatan.
3.1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan : Meningkatkan status gizi masyarakat. Sasaran :
1. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 10% 2. Menurunnya Prevalensi gizi buruk pada balita 2 %
3. Menurunnya prevalensi Balita dibawah garis merah menjadi < 6
4. Meningkatnya persentase Balita yang naik berat badannya sampai 80 %. 5. Meningkatnya persentase Kecamatan bebas rawan gizi menjadi 80 %.
6. Meningkatnya persentase Balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun menjadi 90 %.
7. Meningkatnya persentase ibu hamil mendapat tablet besi menjadi 90 %.
8. Meningkatnya persentase pemberian makanan pendamping ASI pada bayi bawah garis merah dari keluarga miskin 100 %
9. Meningkatnya persentase balita gizi buruk mendapat perawatan mjd 100 %. 10. Meningkatnya persentase wanita usia subur ( WUS ) yang mendapatkan kapsul
yodium menjadi 80 %.
11. Meningkatnya persentase desa / kelurahan mengalami KLB gizi yang ditangani < 24 jam menjadi 100 %.
12. Meningkatnya persentase bayi yang mendapat Air Susu Ibu ( ASI ) Eksklusif menjadi 80 %.
13. Meningkatnya persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 90 %.
Target Tahun 2004 :
1. Prevalensi gizi kurang pada balita menurun dari 10 % 2. Prevalensi gizi buruk menjadi 5 %.
3. Persentase Balita dibawah garis merah menurun menjadi < 15 % 4. Persentase Balita yang naik berat badannya sampai 80 %.
5. Persentase Kecamatan bebas rawan gizi meningkat menjadi 80 %.
6. Persentase Balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun meningkat menjadi 80 %.
7. Persentase ibu hamil mendapat tablet besi meningkat menjadi 75 %.
8. Persentase pemberian makanan pendamping ASI pada bayi bawah garis merah dari keluarga miskin meningkat menjadi 90 %
9. Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan meningkat menjadi 80 %.
10. Persentase wanita usia subur ( WUS ) yang mendapatkan kapsul yodium meningkat menjadi 80 %.
menjadi 75 %.
12. Persentase bayi yang mendapat Air Susu Ibu ( ASI ) Eksklusif meningkat menjadi 70 %.
13. Persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 75 %. Kegiatan Tahun 2004 :
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita adalah :
1. Peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) dan pemberian makanan Pendamping SI (MP-ASI) khususnya pada bayi yang berusia 6-11 bulan pada keluarga miskin tanpa melihat status gizinya.
2. Pemantauan Status Gizi Balita ( PSG ) yang tujuannya untuk memperoleh gambaran masalah status gizi balita dan teridentifikasinya daerah rawan gizi. 3. Investigasi KLB gizi buruk yang bertujuan untuk melakukan investigasi langsung
ke lokasi KLB gizi buruk agar cepat teratasi kasus tersebut.
4. Peningkatan SDM ahli gizi dengan melakukan kegiatan pembinaan gizi RS , evaluasi program gizi di Kab/Kota , membuat perencanaan program gizi bersama pemegang program di Dinas Kesehatan Kab/ Kota.
5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan LSM agar mendapat dukungan dan peran serta aktif dari mereka dengan dilaksanakannya capacity building.
6. Dukungan sarana dan prasarana dilakukan kegiatan pengadaan dukungan sarana Posyandu, pengadaan alat pengolahan data di Kab/ Kota, pemantauan Indeks Massa Tubuh ( IMT ).
7. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran balita mendapat vitamin A 2 kali per tahun 80 % adalah : pengadaan kapsul vitamin A di Kab/ Kota . Sedangkan program penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil telah dilakukan dengan memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil selama hamil dengan pemberian tablet besi (Fe) paling sedikit 90 tablet selama kehamilan
8. Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), untuk propinsi Riau dari hasil Pemetaan GAKY tahun 1998 dinyatakan sebagai daerah
non endemik. Pemetaan dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Dari Hasil Pemetaan GAKY tahun 2003 diperoleh hasil bahwa Propinsi Riau masih berada pada daerah non endemik.Sehubungan dengan bukan daerah endemis GAKY, maka program yang digalakkan dalam penanggulangan GAKY tersebut adalah Pemantauan Garam Beryodium pada tingkat masyarakat.
3.2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Tujuan : Meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Sasaran :
1. Meningkatnnya persentase Kunjungan Ibu hamil ( K4 ) menjadi 95 %. 2. Meningkatnya persentase persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90 %.
3. Meningkatnya persentase Ibu hamil Risti ( Resiko tinggi ) yang dirujuk menjadi 100 %.
4. Meningkatnya persentase kunjungan neonatus menjadi 90 %. 5. Meningkatnya kunjungan Bayi menjadi 90 %.
6. Meningkatnya persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah yang ditangani menjadi 100 %.
7. Meningkatnya persentase peserta Aktif KB menjadi 70 %. 8. Meningkatnya persentase pelayanan rawat jalan menjadi 15 %. 9. Meningkatnya persentase rawat inap menjadi 1,5 %.
10. Meningkatnya persentase pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum menjadi 15 %.
11. Meningkatnya persentase akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus menjadi 80 %.
menjadi 80 %.
13. Meningkatnya persentase neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani menjadi 80 %.
14. Meningkatnya persentase pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja menjadi 80 %.
15. Meningkatnya persentase pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut menjadi 70 %.
16. Meningkatnya persentase keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan menjadi 100 %.
17. Meningkatnya penduduk yang memanfaatkan Puskesmas menjadi 15 %.
18. Meningkatnya persentase penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit menjadi 1,5 %.
19. Meningkatnya persentase sarana kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan menjadi 100 %.
20. Meningkatnya persentase RS yang menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesial dasar menjadi 100 %.
21. Meningkatnya persentase pelayanan yang menjamin mutu menjadi 90 %.
22. Meningkatnya persentase Puskesmas dengan manajemen yang baik dan terarah manjadi 90 %.
23. Meningkatnya persentase Puskesmas yang terakreditasi menjadi 20 %.
24. Meningkatnya persentase Puskesmas dengan program pelayanan kesehatan dasar dan pengembangan spesifik menjadi 80 %.
Target Tahun 2004 :
1. Persentase Kunjungan Ibu hamil ( K4 ) menjadi 91 %. 2. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 70 %.
4. Persentase kunjungan neonatus menjadi 72 %. 5. Kunjungan Bayi menjadi 70 %.
6. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah yang ditangani menjadi 70 %. 7. Persentase peserta Aktif KB menjadi 50 %.
8. Persentase pelayanan rawat jalan menjadi 10 %. 9. Persentase rawat inap menjadi 1,5 %.
10. Persentase pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum menjadi 5 %.
11. Persentase akses terhadp ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus menjadi 80 %.
12. Persentase ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditangani menjadi 60 %. 13. Persentase neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani menjadi 60 %. 14. Persentase pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja menjadi 60 %. 15. Persentase pelayanan kesehatan prausia lanjut dan usia lanjut menjadi 60 %. 16. Persentase keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan menjadi 75
%.
17. Penduduk yang memanfaatkan Puskesmas menjadi 15 %.
18. Persentase penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit menjadi 0.8 %.
19. Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan menjadi 80 %.
20. Persentase RS yang menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesial dasar menjadi 80 %.
21. Persentase pelayanan yang menjamin mutu menjadi 60 %.
22. Persentase Puskesmas dng manajemen yang baik dan terarah manjadi 60 %. 23. Persentase Puskesmas yang terakreditasi menjadi 5 %
24. Persentase Puskesmas dengan program pelayanan kesehatan dasar dan pengembangan spesifik menjadi 40 %.
Kegiatan Tahun 2004 :
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat agar sesuai dengan target tahun 2004 antara lain :
1. Agar terjalin koordinasi antara program di Dinas Kesehatan Propinsi dan Kab/ Kota dilaksanakan bimbingan tekhnis pelayanan kesehatan dasar.
2. Pendampingan program puskesmas percontohan dilaksanakan untuk menyamakan visi dan misi puskesmas percontohan mengenai puskesmas percontohan, dimana ada 4 tahap pelaksanaan puskesmas percontohan : 1. Sosialisikan puskesmas percontohan ke dalam interen puskesmas dan lintas sektor, 2. Tentukan program unggulan puskesmas percontohan dengan lintas sektor,3.Tentukan tim puskesmas percontohan dengan melibatkan lintas sektor dan 4, tentukan format monitoring dan evaluasi puskesmas percontohan. Kegiatan ini dilaksanakan ke 32 puskesmas percontohan dengan melibatkan tim dari Kabupaten/Kota.
3. Untuk membuat kesepakatan standar Puskesmas Percontohan diadakan kegiatan Temukarya Standarisasi Puskesmas Percontohan.
4. Lokakarya Lintas Sektor Vision 2020.
Kegiatan Lokakarya Lintas Sektor Vision 2020 adalah untuk menyamakan visi dan misi mengatasi kebutaan Tahun 2020, kegiatan ini mengundang Dokter Mata Kabupaten/Kota.
5. Pelatihan Software simpus yang laksanakan setelah dilakukan temukarya standarisasi sistem informasi puskesmas, dimana sistem yang disediakan sudah disepakati antara Kabupaten/Kota.
6. Untuk meningkatkan cakupan KB dilaksanakan kegiatan Peningkatan Kinerja Program KB melalui gerak PKK KB Kes.
7. Dalam rangka peningkatan pelayanan gangguan jiwa dilaksanakan pelatihan kesehatan jiwa usila dan pelatihan kesehatan jiwa remaja.
Uji Coba Program kesga di Puskesmas yang mampu Poned, pertemuan evaluasi MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit ), semiloka gerakan sayang ibu, pertemuan Eliminasi Tetanus Neonatorum dan lain – lain.
9. Untuk meningkatkan pelayanan Rumah sakit ,kegiatan yang dilakukan antara
lain: Pelatihan penatalaksanaan laboratorium , rekam medik, instrument yankes & akreditasi ,manajemen pemeliharaan peralatan dan sarana yankes bagi petugas RS; pengadaan alat kedokteran, kesehatan & KB; pertemuan pembahasan pelaksanaan kegiatan AMP di Kab/ Kota.
3.3. Program Promosi Kesehatan
Tujuan : Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang
kesehatan untuk memelihara , meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungan menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif.
Sasaran :
1. Meningkatnya persentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan 60 %.
2. Meningkatnya keluarga yang menggunakan air bersih di desa menjadi 75 %. 3. Meningkatnya persentase tempat – tempat umum sehat menjadi 50 %.
4. Meningkatnya persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi 65 %.
5. Meningkatnya persentase institusi yang dibina pelayanan kesehatan lingkungan menjadi 70 %.
6. Meningkatnya persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menjadi 80 %. 7. Meningkatnya persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 90 %. 8. Meningkatnya persentase Posyandu Purnama dan mandiri menjadi 40 %.
menjadi 15 %.
10. Meningkatnya persentase jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin dan masyarakat rentan menjadi 100 %.
11. Meningkatnya persentase deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah menjadi 90 %.
12. Meningkatnya persentase pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru/ UKS / Dokter kecil menjadi 100%. 13. Meningkatnya persentase pelayanan kesehatan remaja menjadi 80 %.
Target Tahun 2004 :
1. Persentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan , desa menjadi 60 % , kota meningkat menjadi 70 %.
2. Keluarga yang menggunakan air bersih di desa menjadi 75% dan di perkotaan menjadi 80%.
3. Persentase tempat – tempat umum sehat menjadi 60 %.
4. Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi 45 %. 5. Persentase institusi yg dibina pelayanan kesehatan lingkungan menjadi 55 %. 6. Persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menjadi 60 %.
7. Persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 50 %. 8. Persentase Posyandu Purnama dan mandiri menjadi 20 %.
9. Persentase upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan mjd 10 %. 10. Persentase jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin dan masyarakat
rentan menjadi 60 %.
11. Persentase deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah mjd 50 %. 12. Persentase pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan
13. Persentase pelayanan kesehatan remaja menjadi 60 %.
Kegiatan Tahun 2004 :
Untuk mencapai sasaran program promosi kesehatan yang meliputi antara lain : Peningkatan persentase Posyandu Purnama dan mandiri, peningkatan persentase jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar, peningkatan persentase pemeriksaan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/ guru UKS/ dokter kecil ,persentase upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan, kegiatan yang dilakukan meliputi 20 item kegiatan yang bersumber dari APBD dan 9 kegiatan bersumber dari APBN.
Kegiatan tersebut antara lain : Diklat SBH kursus mahir lanjut, pelatihan analisis kendali biaya dan kendali mutu JPKM, survei kalayakan JPKM di Siak dan Bengkalis, Diklat TOT, Pertemuan koordinasi lintas sektor dalam UKK, Diklat TOT PMR, survei cepat PHBS di Inhil dan Rohil, Opresional sekretariat KPAD , evaluasi program HIV/ AIDS, Sosialisasi Narkoba & HIV/ AIDS ke Tokoh agama dan organisasi wanita, pertemuan regional penyusunan master plan kota sehat, promosi kesehatan langsung pemutaran film, dialog interaktif dan kampaye kesehatan, promosi kesehatan tak langsung dg media cetak, penyuluhan Kadarzi rapat koordinasi PMT As, sosialisasi JPKM , pemantapan UKS, Revitalisasi Posyandu dsb,dua kegiatan tidak bisa dilaksanakan.
Adapun kegiatan program lingkungan sehat sebanyak 19 (sembilan belas) kegiatan yang bersumber dari dana APBN dan APBD Propinsi Riau.
Kegiatan yang bersumber dari APBN sebanyak 14 kegiatan yaitu pengadaan alat pengendalian/ pencemaran lingkungan , persiapan koordinasi program air bersih, surveilance kualitas air, pertemuan penyehatan lingkungan bidang PAB dan sanitasi di Manado, perbaikan kualitas air, penanggulangan KLB, bimtek program, uji konsentrasi dan timbal di Batam , pemberdayaan masyarakat pelaku industri, surveilans limbah industri, bimtek penyuluhan BTKL ke Padang, penyuluhan lingkungan sehat, konsultasi program dan proyek dan penyuluhan dan penyebaran informasi. Untuk Proyek APBN sasaran 16 Kab/ Kota bisa terlaksana. Output dari kegiatan-kegiatan tersebut sebesar 100%.
Dana yang bersumber dari APBD Propinsi Riau sebanyak 5 kegiatan yaitu Pertemuan Evaluasi Klinik Sanitasi, Pelatihan Pemeriksaan Kualitas Air dengan Metode H2S, Survei Pendataan Sanitas Dasar di prop. Riau, Bimtek program kesling dan Sanitasi darurat dalam penanggulangan bencana.. Sasaran kegiatan melalui APBD Propinsi Riau pada 16 Kabupaten / Kota, tetapi karena mulai bulan Juli 2004 propinsi Riau 5 Kabupaten berpisah menjadi Propinsi baru Kepulauan Riau, Pemda menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan hanya untuk 11 Kab/ Kota.
3.4. Program Pemberantasan Penyakit Menular
Tujuan : Mencegah terjadinya dan tersebarnya penyakit menular sehingga tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat serta menurunkan angka kesakitan , kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Sasaran :
1. Menurunnya angka kesakitan malaria per 1000 penduduk
2. Meningkatnya persentase penderita malaria yg diobati sampai dengan 100 %. 3. Menurunnya angka malaria klinis ( AMI ) diluar Barelang Binkar per 1000
penduduk menjadi 5 kasus.
4. Meningkatnya angka Malaria Positif ( API ) di Barelang Binkar per 1000 penduduk menjadi < 1
5. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+
6. Menigkatnya angka penemuan penderita baru BTA ( + ) menjadi 70 % 7. Meningkatnya angka konversi
8. Menurunnya angka kesalahan laboratorium sampai ≤ 5 %
9. Meningkatnya persentase darah donor diskrining terhadap HIV/AIDS. 10. Meningkatnya angka AFP pada anak usia < 15 tahun per 100.000 penduduk. 11. Menurunnya angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk.
12. Meningkatnya persentase penderita DBD yang ditangani menjadi 80 %. 13. Meningkatnya persentase balita dengan diare yang ditangani.
14. Menurunnya angka kematian ( CFR ) di RS
15. Menurunnya prevalensi kusta < 1 per 10.000 penduduk. 16. Meningkatnya angka penemuan kasus pneumonia ( CDR ). 17. Menurunnya angka rabies pada manusia menjadi 0
18. Meningkatnya pencucian luka gigitan HPR 100 %.
19. Menurunnya prevalensi penyakit frambusia < 1 per 10.000 penduduk 20. Menurunnya microfilariasis menjadi 0
21. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji wanita Usia subur ( WUS ) menjadi 100 %.
22. Meningkatnya cakupan imunisasi meningitis menigococcus, tetravalen 23. Meningkatnya ETN kasus TN per 1000 kelahiran hidup sampai 1 orang. 24. Menurunnya BIAS > 90 %
25. Meningkatnya cakupan TT WUS sampai 100 %.
Target Tahun 2004 :
1. Angka kesakitan malaria per 1000 penduduk , 25/ 1000
2. Persentase penderita malaria yang diobati sampai dengan 50 %.
3. Angka malaria klinis ( AMI ) diluar Barelang Binkar per 1000 penduduk menjadi 50 persen.
4. Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+ > 85%. 5. Angka penemuan penderita baru BTA ( + ) menjadi 50 % 6. Angka konversi > 80 %.
8. Prevalensi HIV ( Persentase kasus terhadap penduduk beresiko) < 1 %. 9. Persentase darah donor diskrining terhadap HIV/AIDS 100 %.
10. Angka AFP pada anak usia < 15 tahun per 100.000 penduduk , 18 orang. 11. Angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk, 15 kasus.
12. Persentase penderita DBD yang ditangani menjadi 80 %. 13. Persentase balita dengan diare yang ditangani menjadi 80 %. 14. Angka kesakitan diare ( IR) per 1000 penduduk , 220 kasus. 15. Persentase rumah / bangunan bebas jentik nyamuk aedes 75 %. 16. Angka kematian ( CFR ) di RS 1 %.
17. Persentase kusta < 1 per 10.000 penduduk.
18. Angka penemuan kasus pneumonia ( CDR ) , 20 %. 19. Angka rabies pada manusia menjadi < 10 kasus. 20. Pencucian luka gigitan HPR 100 % menjadi 75 % 21. Prevalensi penyakit frambusia < 1 per 10.000 penduduk 22. Microfilariasis menjadi <3%.
23. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji menjadi 80 %.
24. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji wanita Usia subur (WUS) menjadi 80 %.
25. Cakupan imunisasi meningitis menigococcus, tetravalen 100 %. 26. ETN kasus TN per 1000 kelahiran hidup sampai 1 orang. 27. Menurunnya kasus campak menjadi 50 %.
28. BIAS > 90 %
29. Cakupan TT WUS sampai 80 %.
Kegiatan Tahun 2004 :
1. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja program P2M baik di Propinsi maupun di Kabupaten / Kota salah satunya adalah bimbingan dan pembinaan program P2M.
2. Untuk mengetahui permasalahan program P2M di kabupaten/kota sesuai local specific area dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program tahun 2004 serta perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan datang, telah dilaksanakan Pertemuan Review Program P2M se Propinsi Riau pada tanggal 12 s.d 17 Desember 2004 di Hotel Mona Plaza Pekanbaru. Pertemuan ini dilaksanakan guna mengevaluasi pelaksanaan program P2M tahun 2004 di kabupaten/kota dan memberikan solusi yang tepat sesuai local specific area serta mampu melakukan Sistim Kewaspadaan Dini (SKD), Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Penanggulangan KLB di daerah.
3. Angka kesakitan DBD di Propinsi Riau masih tinggi dan perlu diwaspadai yaitu 20,1 per 100.000 penduduk . Kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan tersebut antara lain :
a) Pokjanal DBD merupakan wadah dalam upaya menggerakkan masyarakat dalam PSN DBD serta gerakan 3 M untuk menanggulangi penyakit demam berdarah.Pertemuan pokjanal dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan peran dan fungsi Pokjanal yang ada di Tingkat Propinsi dan Kab/kota dalam penanggulangan DBD. Pertemuan Pokjanal DBD di setiap tingkatan ( Propinsi maupun Kab/Kota ) secara berkala minimal 2 kali per tahun guna mengevaluasi kegiatan Pokjanal DBD yang telah dilaksanakan
b) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang paling tepat dalam pemberantasan DBD.Dinas Kesehatan Propinsi akan mengirimkan edaran-edaran yang berhubungan dengan penanggulangan DBD ke Kab/Kota (Bupati/Walikota) serta Dinas terkait.
c). Penanggulangan fokus dilakukan bila, dari hasil penyelidikan epidemiologi ditemukan positif jentik, selanjutnya dilakukan penyemprotan rumah dengan
radius 100 meter dari tempat kasus DBD dan dilakukan 2 siklus dengan jarak waktu 1 minggu.
d) Upaya penegakan diagnosa kasus DBD, peran laboratorium sangat di perlukan guna pengambilan tindakan pengobatan lebih lanjut. Disamping peran laboratorium , peralatan untuk penunjang pemeriksaaan DBD yang sangat diperlukan untuk pemeriksaan Torniquet yaitu Tensi Meter khususnya untuk anak-anak.Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun anggran 2004, melalui dana APBD telah diadakan peralatan Tensi Meter Anak. Peralatan ini sangat membantu dalam penegakan diagnosa kasus DBD.Peralatan tensi meter anak yang sudah diadakan sebanyak 200 buah, akan didistribusikan ke Kab/Kota untuk selanjutnya di gunakan untuk pemeriksan DBD di puskesmas-puskesmas khusus untuk kasus DBD pada anak-anak.
4. Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan oleh program P2 Malaria adalah : malariometrk survei dasar , malariometrik survei di daerah Reseltmen di Kampar, magang mikroskopis,insektisida sebagai buffer stock ,pemberantasan malaria /Kejadian Luar Biasa ( KLB ) Malaria di Indragiri Hilir yang menjadi issue nasional.
5. Untuk menurunkan angka kesakitan ISPA, kegiatan yang dilakukan adalah pengadaan peralatan, bahan dan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan program P2 ISPA antara lain logistic ARI Timer . Alat hitung pernapasan digunakan untuk membantu petugas mengklasifikasikan penderita ISPA secara tepat melalui penghitungan frekuensi napas dalam 1 menit. Di tingkat Puskesmas ke bawah diperlukan minimal 3 buah untuk setiap puskesmas dan 1 buah untuk setiap puskesmas pembantu dan posyandu
6. Program pemberantasan penyakit Tuberculosis ( TBC) telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Direcly Observed Treatment Shortcourse), namun sampai program penanggulangan TBC dengan strategi DOTS belum dapat menjangkau seluruh Puskesmas, demikian juga Rumah Sakit pemerintah swasta dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu
elemen penting dalam sistim informasi penanggulangan TB, di Propinsi Riau masih belum ada keseragaman, sehingga data yang di dapat kurang akurat. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang akurat antara lain dengan ; pertemuan validasi data program TB Tk.Propinsi.
7. Untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten / Kota dan Puskesmas , serta meningkatkan kualitas data surveilans epidemiologi telah dilakukan pelatihan pengolahan data sistem surveilans terpadu.Pelatihan ini dilaksanakan dalam rangka mensosialisasikan Kepmenkes RI Nomor : 1116 / MENKES/SK/VIII/2003 tentang penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Kepmenkes Nomor: 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang pedoman penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular terpadu , serta meningkatkan SDM dalam pengolahan data STP tersebut dengan menggunakan Soft ware STP, sehingga data yang berdasarkan dari Puskesmas dapat diolah dengan cepat dan tepat di Kabupaten / Kota dan seterusnya dikrimkan ke Propinsi.
8. Program Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2004 dari APBD disediakan 25 kejadian. Kejadan Luar Biasa (KLB) yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Riau adalah sebanyak 22 kejadian dari 16 Kab/Kota. Distribusi Kejadian Luar Biasa tidak bisa ditetapkan karena KLB sulit diperkirakan.
9. Program AFP ( Akut Flacid Paralysis ), kegiatan yang dilakukan adalah
a). Pelacakan kasus < 48 jam dari tanggal laporan diterima.Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur sensitifitas Program dan keberadaan virus didalam Faeces yang tidak permanen dan dapat hilang seketika.
b) Spesimen Adekuat
10. Kegiatan sero survey tahun 2004 dilaksanakan pada 14 Kabupaten / Kota (Pekanbaru, Bengkalis, Batam, Karimun, Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, Siak, Pelalawan, Kuantan Singingi, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Indragiri Hilir dan Dumai ) dengan mengambil sample yang diperkirakan sebanyak 2.500 SD. 11. Menurut data sistem komputerisasi haji terpadu (siskohat) bidang kesehatan dari
cenderung meningkat dengan persentasi 31,6 % - 40,99 % dan jamaah risti berkisar 33,64% - 40,86%. Dan penyakit yang sering diderita oleh jamaah adalah penyakit kardiovaskuler, saluran pencernaan, saluran nafas, saluran kemih, neuro psikiatri dan penyakit menular. Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam proses penyelenggaraan kesehatan haji baik ditanah air dan di Arab Saudi diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dalam menanggani kegawatdaruratan.Untuk meningkatkan kualitas keterampilan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia dalam penanganan gawat darurat data telah dilakukan Pelatihan Kesehatan Haji Bagi TKHI pada tanggal 24 s.d 26 November 2004 se Propinsi Riau di Pekanbaru. 12. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I ), hanya 7 yang
diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi , disebabkan karena besarnya masalah yang ditimbulkan, keganasan penyakit, efektivitas vaksin, dan kemungkinan pengadaan vaksin .Pada Imunisasi Rutin Pemberian vaksinasi pada bayi terdiri dari imunisasi DPT 1,2 dan 3 ; Polio 1,2,3 dan 4 ; Campak dan Hepatitis 1,2 dan 3. Jumlah bayi yang harus diberi vaksinasi pada tahun 2004 sebanyak 141.525 bayi, sedangkan jumlah Ibu hamil sebanyak 155.679 bumil.
3.5. Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya. Tujuan :
1. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, Napza dan bahan berbahaya.lainnya.
2. Melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi , makanan dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persayaratan mutu dan keamanan.
3. Menjamin ketersediaan , keterjangkauanan dan pemerataan obat bermutu yang dibutuhkan masyarakat.
Sasaran :
1. Meningkatnya persentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan 2. Meningkatnya persentase pengadaan obat esensial
3. Meningkatnya persentase pengadaan obat generik 4. Meningkatnya persentase penulisan resep obat generik 5. Meningkatnya persentase penggunaan obat rasional
6. Meningkatnya proporsi kasus penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan NAPZA
7. Meningkatnya persentase industri terdaftar
8. Meningkatnya persentase obat generik berlogo dalam persediaan obat. Target Tahun 2004 :
1. Persentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan mencapai 50 %. 2. Persentase pengadaan obat esensial menjadi 70 %.
3. Persentase pengadaan obat generik 100%. 4. Persentase penulisan resep obat generik 32%. 5. Persentase penggunaan obat rasional 15 %.
6. Proporsi kasus penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan NAPZA 7. Persentase industri terdaftar
8. Persentase Obat Generik Berlogo dalam persediaan obat menjadi 32 %.
Kegiatan Tahun 2004 :
Dalam rangka mencapai sasaran Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
1. Penyediaan obat pelayanan kesehatan dasar untuk Propinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Pemantuan ketersediaan obat, monitoring serta bimtek pengelolaan obat ke
Gudang Farmasi Kabupaten / Kota.
3. Pelatihan Pengelola Obat di Propinsi dan Kabupaten / Kota se Propinsi Riau. 4. Mengevaluasi dan rekapitulasi laporan mutasi penggunaan obat dari GFK dan
5. Pendidikan Pembuatan Program Laporan mutasi obat untuk Gudang Farmasi Kabupaten / Kota.
6. Mengevaluasi dan rekapitulasi Laporan distribusi obat dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) se Propinsi Riau.
7. Mengevaluasi dan rekapitulasi laporan penggunaan obat generik berlogo disarana apotik.
8. Monitoring penggunaan obat generik berlogo disarana distribusi obat (Apotik) dan monitoring harga obat disarana distribusi obat di Apotik.
9. Monitoring harga obat disarana distribusi obat di Apotik.
10. Pembinaan dan bimbingan teknis ke sarana dsitribusi obat swasta (PBF dan Apotik)
11. Pembinaan dan penyebaran informasi OGB di masyarakat.
12. Pelatihan penggunaan obat rasional untuk tenaga kesehatan di Propinsi dan Kabupaten / Kota.
13. Monitoring / survey penggunaan obat rasional oleh tenaga kesehatan di Propinsi Riau
14. Monitoring kasus penyalahgunaan obat dan Napza di Rumah Sakit se Propinsi Riau.
15. Monitoring evaluasi dan rekapitulasi penggunaan Narkotika dan psikotropika melalui laporan dari sarana distribusi obat.
16. Melaksanakan pemeriksaan setempat terhadap sarana obat yang mengajukan izin. 17. Menelaah permohonan izin sarana obat
18. Pendataan IKOT dan IOT di Kabupaten / Kota.
19. Peningkatan pembinaan dan bimbingan teknis sarana obat tradisional di Propinsi Riau.
20. Monitoring peredaran GAKY di sarana distribusi Kabupaten / Kota 21. Menelaah permohonan izin sarana makmin
22. Pengadaan alkes untuk sarana kesehatan Kabupaten / Kota.
23. Pengadaan alkes untuk sarana kesehatan Rumah Sakit Lancang Kuning.
24. Pemetaan dan pendataan jumlah sarana produksi dan distribusi alkes dan PKRT di Kabupaten / Kota.
25. Pembinaan dan bimbingan teknis kesarana produksi dan distribusi alkes dan PKRT Kabupaten / Kota.
26. Pembinaan dan penyebaran informasi alkes dan PKRT kepada tenaga kesehatan dan masyarakat.
27. Melaksanakan pemeriksaan setempat terhadap sarana alkes dan PKRT yang mengajukan permohonan izin.
3.6. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Tujuan :
1. Mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan agar dapat mencapai visi, misi, tujuan , kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. 2. Berkembangnya sitem informasi kesehatan disemua tingkat.
3. Terwujudnya tenaga kesehatan yang profesional dan merata sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.
4. Terwujudnya manajemen tenaga kesehatan yang baik sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku
5. Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan.
Sasaran :
1. Meningkatnya persentase dokumen perencanaan kesehatan.
2. Meningkatnya persentase Kab/ kota yang membuat Profil Kesehatan
3. Meningkatnya persentase Kab/ Kota yang membuat laporan evaluasi program 4. Meningkatnya persentase Kab/ Kota yang melaksanakan SP2 TP
5. Meningkatnya persentase dokumen laporan evaluasi program
Target Tahun 2004 :
1. Persentase Kab/ kota yang membuat Profil Kesehatan mencapai 100%. 2. Persentase Kab/ Kota yang membuat laporan evaluasi program minimal 50%.
3. Persentase Kab/ Kota yang melaksanakan SP2 TP mencapai 80 %. 4. Persentase dokumen laporan evaluasi program menjadi 100%.
Kegiatan Tahun 2004 :
Kegiatan Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan antara lain :
1. Membuat dokumen perencanaan kesehatan: RENSTRA, AKU,RASK/DASK, RKAKL, Profil Kesehatan Kab/ Kota se Propinsi Riau, dokumen laporan LAKIP dan Laporan Tahunan, Master Plan 2020 serta laporan evaluasi program.
2. Kegiatan dalam bentuk koordinasi dengan program dan Kab/ Kota antara lain : Konsultasi Anggaran dan Perencanaan ; Pemutahiran data kesehatan, Pertemuan Validasi Data
3. Pengadaan Software dan Hardware GIS dan Pelatihan GIS untuk menyiapkan SDM
3.7. Program Sumber Daya Kesehatan Tujuan :
1. Meningkatnya jumlah , mutu , daya saing dan penyebaran SDM Kesehatan serta meningkatnya efektifitas dan efisiensi penggunaan biaya kesehatan
2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, prasarana serta dukungan logistik yang memadai.
Sasaran :
1. Meningkatnya Rasio Dokter per 100.000 penduduk.
2. Meningkatnya Rasio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk 3. Meningkatnya Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk 4. Meningkatnya Rasio Apoteker per 100.000 penduduk 5. Meningkatnya Rasio Bidan per 100.000 penduduk 6. Meningkatnya Rasio Perawat per 100.000 penduduk
7. Meningkatnya Rasio Ahli Gizi per 100.000 penduduk 8. Meningkatnya Rasio Ahli sanitasi per 100.000 penduduk
9. Meningkatnya Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk 10. Meningkatnya Proporsi Puskesmas terhadap 30.000 penduduk.
11. Meningkatnya Jumlah RS yang terakreditasi
12. Meningkatnya Jumlah Puskesmas Percontohan di setiap Kab/ Kota.
Target Tahun 2004 :
1. Rasio Dokter per 100.000 penduduk menjadi 10.
2. Rasio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk menjadi 2. 3. Rasio Dokter Gigi, 5 orang per 100.000 penduduk
4. Rasio Apoteker , 2 orang per 100.000 penduduk 5. Rasio Bidan , 25 orang per 100.000 penduduk 6. Rasio Perawat , 40 orang per 100.000 penduduk 7. Rasio Ahli Gizi , 6 orang per 100.000 penduduk 8. Rasio Ahli sanitasi, 20 orang per 100.000 penduduk
9. Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat, 20 orang per 100.000 penduduk 10. Proporsi Puskesmas, 1 buah Puskesmas terhadap 30.000 penduduk. 11. Jumlah RS yang terakreditasi
12. Jumlah Puskesmas Percontohan di setiap Kab/ Kota terdapat 2 buah Puskesmas Percontohan.
Kegiatan Tahun 2004 :
Pada tahun 2004 ini Kegiatan untuk pemenuhan tenaga dan peningkatan kualitas tenaga dilakukan oleh Subdin Prasarana dan Subbag Kepegawaian.
1. Upaya peningkatan Sumber Daya Kesehatan meliputi terlaksananya perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan kab/kota se-Prop. Riau, terlaksananya
pembangunan laboratorium kimia dasar dan praktek gizi Poltekkes Pekanbaru, tersedianya peralatan laboratorium kimia dasar/gizi tahap I Poltekkes Pekanbaru, tersedianya buku pustaka jurusan gizi 8 paket Poltekkes Pekanbaru, tersedianya peralatan komputer untuk seksi dokter dan paramedik SubDin Prasarkes, tersedianya peralatan laboratorium bahasa Poltekkes Pekanbaru,, terlaksananya pendidikan berkelanjutan gudosen dan regular, terlaksananya konsultasi dan bimbingan teknis pendidikan, terlaksananya pelatihan CI Keperawatan Propinsi Riau, terlaksanaya akreditasi institusi diknakes, terkelolanya institusi pendidikan Pem.prop Riau di Rengat, pengembangan PSIK, terlaksananya bantuan pembangunan STIKES Hangtuah Pekanbaru, tersedianya bantuan operasional pengelolaan institusi pendidikan Pem.prop Riau di Rengat dan tersedianya bantuan pemeliharaan Poltekkes Pekanbaru.
2. Penempatan SDM ke Kab/ Kota antara lain : penempatan dokter, dokter gigi dan bidan PTT.
3. Perencanaan dan pendataan tenaga PNS serta pemutahiran data tenaga PNS. 4. Kegiatan Sarana Kesehatan bersifat pengembangan dan peningkatan sarana
kesehatan di propinsi dan 11 Kab/Kota dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan di Prop. Riau. Jumlah kegiatan sebanyak 21 kegiatan dengan dana APBD, kegiatan tersebut berupa pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit dan Puskesmas.
5. Peningkatan sarana di Balai Pelatihan Kesehatan adalah pengadaan alat penunjang Bapelkes
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Rencana strategis Dinas Kesehatan Propinsi Riau dibuat dengan mempedomani hasil analisis variabel eksternal dan variabel internal dengan melihat peluang dan tantangan serta mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang ada pada Dinas Kesehatan Propinsi Riau.
Disamping itu arah kebijakan umum dari pembangunan Propinsi Riau bidang kesehatan juga sebagai dasar pembuatan renstra ini.
Komponen renstra yang terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran, dan program merupakan suatu rangkaian yang secara berurutan dapat menggambarkan hubungan keterkaitannya yang semuanya bermuara pada pencapaian Visi Dinas Kesehatan Propinsi Riau yaitu
“Riau Sehat 2008”
Penjabaran sasaran dan program akan dimuat dalam rencana kinerja tahunan, melalui berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Riau, oleh karenanya renstra merupakan payung dalam pelaksanaan kegiatan dari tahun ke tahun.
4.2.Saran
Disarankan agar dokumen renstra yang dibuat secara terpadu dan menyeluruh dapat disosialisasi kepada semua jajaran kesehatan, agar dapat dijadikan acuan dalam merencanakan kegiatan setiap tahunnya untuk selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan, dalam mencapai visi yang sudah ditetapkan, sehingga memudahkan dalam melakukan evaluasi kinerja instansi Kesehatan.
BAB IV
PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN
MENUJU RIAU SEHAT 2008
Pencapaian program pembangunan kesehatan Propinsi Riau digambarkan dengan pencapaian Indikator “Riau Sehat 2008” serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari indikator Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Indikator Riau Sehat digolongkan ke dalam: (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator – indikator untuk mortalitas, morbiditas dan status gizi, (2) indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator – indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses & mutu pelayanan kesehatan serta (3) indikator proses dan masukan , yang terdiri atas indikator – indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.
I. DERAJAT KESEHATAN
Derajat Kesehatan dipengaruhi empat faktor ; Lingkungan (fisik, biologi, ekonomi, sosbud), Perilaku, Pelayanan Kesehatan dan Keturunan. Secara umum Derajat Kesehatan Masyarakat Riau dari tahun ke tahun terjadi peningkatan, walaupun pada tahun 2002, angka kematian bayi meningkat dari tahun 1997.
Indikator derajat kesehatan masyarakat secara kuantitatif dapat dilihat dari angka umur harapan hidup (Eo), angka kematian bayi, status gizi dan angka kesakitan. Angka-angka ini didapat dari survei-survei terbatas sehingga angka tersebut tidak dapat digambarkan keadaan per tahunnya. Keadaan ini dapat dilihat yang tertulis pada berikut ini.
1.1.. UMUR HARAPAN HIDUP (Eo)
Derajat kesehatan masyarakat Propinsi Riau pada umumnya telah meningkat pada tahun 2002 jika dibandingkan dengan tahun 1999. Dari sumber data DepKes RI dan BPS Riau, umur harapan hidup dari mereka yang dilahirkan pada tahun 1999 yaitu 67,8 tahun sedangkan mereka yang dilahirkan pada tahun 2000 umur harapan hidupnya 67,9 tahun .
Tabel 1.1
Estimasi Umur Harapan Hidup (Eo) Riau 1992-2002
Tahun Eo Sumber Data
1992 63,98 Lamp. Profil Kes Indonesia 2000, DepKes RI 1997 66,06 Lamp. Profil Kes Indonesia 2000, DepKes RI
1999 67,8 Lamp. Profil Kes Indonesia 2000, DepKes RI
2002 67,9 Indeks Pembangunan Manusia Riau 2002, BPS Riau
1.2. ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (AKI)
Angka Kematian Ibu Maternal menggambarkan status gizi dan kesehatan, tingkat pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu melahirkan dan masa nifas. AKI sampai saat ini baru diperoleh dari survei-survei terbatas. Angka yang di dapat dari berbagai survei tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2.
Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Per 100.000 Kelahiran Hidup Riau
Data AKI SKRT 1980 150 SKRT 1986 450 SKRT 1992 425 SDKI 1994 390 SKRT 1995 373 SDKI 2002-2003 307
Bila dilihat dari tabel di atas, AKI mengalami penurunan dari tahun 1980 – 2002. Keadaan ini mencerminkan status gizi ibu hamil, cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil/ibu melahirkan oleh tenaga kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan serta sosial ekonomi ibu maternal terjadi peningkatan. Meningkatnya