• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Hukum Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Hukum Lingkungan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)“PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA SESUAI UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2009”. Oleh : Wahyu Ardiansyah NIM.11010111150008. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013.

(2) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain. 1 Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan. berdasarkan. prinsip. kehati-hatian,. demokrasi. lingkungan,. desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan.2 Pada kenyataannya dengan adanya kegiatan pembangunan yang membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat memberikan dampak berupa pencermaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial. Kalau kita bandingkan kondisi alam dan lingkungan saat ini dengan kondisi beberapa puluh tahun yang lalu, maka segera terasa perbedaan yang sangat jauh. Pembangunan di satu sisi telah membawa kemajuan yang besar bagi kesejahteraan rakyat, namun di sisi lain. telah terjadi perubahan. lingkungan.. 1. Kementerian Lingkungan Hidup, UU nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta, 2009).halaman 42. 2 Ibid..

(3) Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia saat ini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan di sini merupakan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya3, di mana peningkatan manfaat itu dapat dicapai dengan menggunakan lebih banyak sumber daya. Hakikat pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan mencakup: (1) kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan, perumahan dan lain-lain.; (2) kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat dan lain-lain; serta (3) kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan sosial.4 Pembangunan yang membawa perubahan pesat ini, tentu saja menimbulkan perubahan pada lingkungan. Perubahan pada lingkungan telah melahirkan dampak negatif. Sebagai contoh, pembangunan di sektor perumahan. Dengan menjamurnya perumahan-perumahan yang berdiri di atas lahan-lahan pertanian yang masih produktif mengakibatkan sempitnya arealareal pertanian, sehingga petani tergerak untuk membuka atau menggarap lahan marginal seperti tanah di tepi sungai, di bukit dan di gunung, serta pembukaan lahan baru di kawasan hutan lindung yang dapat berakibat terjadinya erosi tanah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.5 Pembangunan fisik yang tidak didukung oleh usaha kelestarian lingkungan akan mempercepat proses kerusakan alam.6 Kerusakan alam. 3. R.M Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta :Sinar Grafika, 1996) ,halaman 189 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita,” Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara”, (Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 1. 4 Ibid, halaman 2. 5 Arindra CK, Melindungi Lingkungan Selamatkan Pembangunan. Dikutip dari situs www. Pikiran-rakyat.com/cetak/06-4/05/index.htm, terakhir dikunjungi 12 Oktober 2012. 6 Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), halaman 7 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita,” Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara”, (Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 2..

(4) tersebut, sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan dan perilaku manusia itu sendiri yang tidak berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu diupayakan suatu bentuk pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.7 Sedangkan. pembangunan. berkelanjutan. (Sustainable. Development). didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.8 Lahirnya konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan didorong oleh lahirnya kesadaran terhadap masalah-masalah lingkungan dan lahirnya hukum lingkungan sebagai konsep yang mandiri, terdorong oleh kehendak untuk menjaga, membina dan meningkatkan kemampuan lingkungan dan sumber daya alam agar dapat mendukung terlanjutkannya pembangunan. Lingkungan hidup seharusnya dikelola dengan baik agar dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan bagi manusia. Adapun tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:9 a) Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya. b) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana. c) Terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup. d) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi sekarang dan mendatang.. 7. Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya,(Jakarta : Bumi Aksara, 1992) halaman 50 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita,” Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara”, (Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 2 8 Eggi Sudjana dan Riyanto, Penegakan Hukum Lingkungan dalam Perspektif Etika Bisnis Di Indonesia, (Jakarta :Gramedia pustaka utama, 1999), halaman xi sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita, ibid, halaman 4. 9 Pramudya Sunu, Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), halaman 7 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita, ibid, halaman 22..

(5) e) Terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Dengan demikian untuk mewujudkan tujuan di atas selain menyadari bahwa setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, setiap orang juga mempunyai kewajiban untuk memelihara lingkungan hidup, termasuk mencegah dan menanggulangi perusakan lingkungan hidup. Banyak kasus di lapangan seperti pepohonan di hutan ditebang tanpa ada upaya menanam kembali, sumber daya mineral digali dan diserap sementara limbah pertambangan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dibuang sesukanya, penangkapan ikan dengan cara meracuni atau sistem peledakan, sampah-sampah dibuang didaerah aliran air dan sebagainya.. 10. Dari fakta-fakta tersebut,menunjukkan bahwa sampai dengan saat ini hampir sebagian besar orang Indonesia hanya menuntut haknya saja akan lingkungan yang baik dan sehat tanpa ada kemauan untuk menjaga, sebagai unsur penyeimbang hak itu yaitu kewajiban. Hak dan kewajiban ini dapat terlaksana dengan baik kalau subjek pendukung hak dan kewajiban berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Subjek hukum yang berada di pemerintahan mempunyai peran yang sangat strategis yaitu mengeluarkan kebijakan dan mengawasinya. Subjek hukum yang bergerak di sektor dunia usaha berperan langsung untuk mencemari atau tidak mencemari lingkungan hidup. Subjek hukum yang bergerak di sektor pendidikan mempunyai peran penting untuk jangka panjang karena akan membentuk manusia yang seutuhnya agar mempunyai wawasan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan suatu bentuk pengaturan dan hukum yang tegas. Hukum. lingkungan. dalam. pelaksanaan. pembangunan. yang. berwawasan lingkungan berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan agar lingkungan dan sumberdaya alam tidak terganggu kesinambungan dan daya dukungnya. Di samping itu hukum. 10. Irwan Susanto, Implementasi Hukum Lingkungan di Indonesia. Dikutip dari situs http://denmassetyaki.blogspot.com/2012/02/implementasi-hukum-lingkungan-di.html, terakhir dikunjungi 12 Oktober 2012..

(6) lingkungan berfungsi sebagai sarana penindakan hukum bagi perbuatanperbuatan yang merusak atau mencemari lingkungan hidup dan sumber daya alam.11 Tegasnya, hukum lingkungan harus mampu berperan sebagai sarana pengaman bagi terlanjutkannya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dari sudut pandang hukum, banyak orang bertanya : Indonesia telah memiliki perangkat hukum dalam pengelolaan lingkungan tetapi mengapa hukum tersebut tidak dapat mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan. Apakah hukum lingkungan di Indonesia telah efektif ditegakkan ataukah malah sebaliknya tidak efektif dan cenderung hanya menjadi bahan diskusi dalam seminar-seminar lingkungan hidup. Lantas, dimana sebenarnya peran hukum dalam menciptakan keadilan ditengah-tengah masyarakat?. Mengapa kasus-kasus tersebut tidak pernah berhasil menyeret para pelaku perusakan lingkungan kedalam penjara?. Apakah hukum kita yang tidak mampu menjangkaunya ataukah kemauan dari aparat penegak hukum itu sendiri yang tidak ada atau kemampuan sumber daya manusianya yang tidak mampu12. Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendasari kebijaksanaan lingkungan di Indonesia. Instrument kebijaksanaan lingkungan perlu ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan lingkungan demi kepastian hukum dan mencerminkan arti penting hukum bagi penyelesaian masalah lingkungan. Instrument hukum kebijaksanaan lingkungan ditetapkan oleh pemerintah melalui berbagai sarana yang bersifat pencegahan, atau setidak-tidaknya pemulihan, sampai tahap normal kualitas lingkungan. Oleh karena semakin mendesaknya permasalahan lingkungan hidup di Indonesia, bagaimanakah implementasi Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 sebagai dasar hukum pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di Indonesia, untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis merasa perlu untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang. 11. berbentuk. makalah. dengan. judul. “PENEGAKAN. HUKUM. Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya,(Jakarta : Bumi Aksara, 1992) halaman 36 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita,Op.cit., halaman 7. 12 Irwan Susanto, Ibid..

(7) LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA SESUAI UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2009’’ B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa sajakah instrumen penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia yang sesuai dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup? 2. Bagaimana cara instrumen penegakan hukum lingkungan itu bekerja? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penegakan hukum lingkungan di Indonesia. 4. Kendala-kendala apa saja yang mungkin menghambat penegakan hukum lingkungan itu di Indonesia?. C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Bagaimana penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia melalui instrumen-instrumennya. 2. Kendala-kendala. apa saja. yang menghambat penegakan hukum. lingkungan hidup di Indonesia . 3. Solusi atas kendala-kendala tersebut sehingga penegakan hukum lingkungan hidup dapat berjalan secara efektif dan efisien. D. Manfaat Penulisan Makalah Penelitian tentang penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia melalui instrumen-instrumennya diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat secara teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan secara akademis serta dapat menjadi literatur di bidang hukum lingkungan..

(8) 2. Manfaat secara praktis a) Sebagai bahan referensi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dan menegakkan hukum di bidang lingkungan.. b) Sebagai pedoman bagi kalangan pengusaha dalam pengelolaan sumber daya alam dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup..

(9) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lingkungan Hidup Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan millieu sedangkan dalam bahasa Perancis disebut dengan l’environment.13 Berikut ini adalah pengertian dan definisi lingkungan hidup menurut para ahli: 1. Dalam kamus lingkungan hidup yang disusun Michael Allaby, lingkungan hidup itu diartikan sebagai: the physical, chemical and biotic condition surrounding and organism.14 2.. Menurut S.J. McNaughton dan Larry L. Wolf mengartikannya dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organism. 15. 3.. Menurut Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut: Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.16. 4.. Prof. Dr St. Munadjat Danusaputro, SH, ahli hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Padjadjaran mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam. 13. Sartika siahaan, Upaya dan Strategi Pengelolaan lingkungan Hidup, Dikutip dari situs http://sartika-siahaan.blogspot.com/2012_02_01_archive.html, terakhir dikunjungi 12 Oktober 2012. 14 Michael Allaby, Dictionary of the Environment,(London : The Mac Milian Press, Ltd, 1979) sebagaimana dikutip oleh N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Lingkungan,(Jakarta: Erlangga,2004), halaman 4. 15 S.J. McNaughton dan Larry 1_. Wolf, General Ecology Second Edition, (Saunders College Publishing, 1973) sebagaimana dikutip oleh N.H.T. Siahaan, ibid. 16 Otto Soemarwoto, Analisis Mengenal Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press, 2001 sebagaimana dikutip oleh N.H.T. Siahaan, ibid...

(10) ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan dan jasad hidup lainnya.17 Sedangkan dalam Pasal 1 angka 1 Bab I Ketentuan Umum UndangUndang nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. B. Unsur- Unsur Lingkungan Hidup Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka pengertian lingkungan hidup dapat dirangkum dalam suatu rangkaian unsur-unsur sebagai berikut :18 1. Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organism, tanah, air, udara, rumah, sampah, mobil, angin, lain-lain. Keseluruhan yang disebutkan ini digolongkan sebagai materi.sedangkan satuan-satuannya disebutkan sebagai komponen. 2. Daya, disebut juga dengan energi; 3. Keadaan, disebut juga dengan situasi; 4. Perilaku atau tabiat; 5. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada; 6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut dengan jaringan kehidupan. C. Fungsi Lingkungan Hidup Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia.19 Manusia mencari makanan dan minuman serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan atau sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting. 17. St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, (Binacipta, 1980). sebagaimana dikutip oleh N.H.T. Siahaan, ibid.. 18 N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Lingkungan,(Jakarta: Erlangga,2004), halaman 5. 19. Ibid, halaman 3..

(11) bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya. Manusia makan dari tumbuhtumbuhan yang menghasilkan biji-bijian atau buah-buahan. Manusia makan daging dari hewan yang juga merupakan bagian dari lingkungan. Kemudian manusia juga memanfaatkan bagian-bagian dari lingkungan hidup seperti hewan, tumbuhan, air, udara, sinar matahari untuk keperluan hidupnya. Tetapi tidak hanya manusia,makhluk hidup lain seperti hewan dan binatang juga bisa hidup karena lingkungan hidupnya. Burung mencari sumber makanannya dari yang tersedia di lingkungannnya,yakni cacing, air, dan bijibijian. Cacing bisa hidup dan berkembang biak dari tanah dan binatangbinatang yang lebih kecil dan dari daun-daunan atau binatang yang membusuk.Tumbuh-tumbuhan dapat hidup karena air, udara, humus, zat-zat hara dan sebagainya. Dengan demikian dapat kita pahami,bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya, tidak bisa hidup dalam kesendirian. Bagian-bagian atau komponenkomponen lain, mutlak harus ada untuk mendampingi dan meneruskan atau ekstensinya. D. Hubungan Timbal Balik dalam Lingkungan Hidup Seperti telah disinggung sebelumnya, salah satu unsur penting dalam lingkungan hidup adalah adanya interaksi (unsur mempengaruhi) dan unsur ini disebut sebagai unsur yang mekanistis. Disebut demikian, karena melalui unsur itulah terjalin proses saling mempengaruhi antara komponen-komponen lingkungan. Proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya disebut dengan ekosistem. Proses interaksi yang berwujud ekosistem tidak hanya terjadi antara manusia dengan lingkungannnya,namun juga antara makhluk-makhluk lain.contoh manusia bernafas.Pernafasan menghasilkan CO2 dan H2O yang kemudian digunakan tumbuhan untuk fotosintesis. Tumbuhan dimakan kambing.selanjutnya daging kambing dimakan oleh manusia. Melalui contoh ini terlihat proses pendauran (recycling) yakni perputaran zat atau materi melalui proses interaksi..

(12) Dengan uraian ini, maka mengertilah bahwa ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk-makhluk hidup dan lingkungannya sebagai satu kesatuan yang teratur.20 Dengan menyadari bahwa dengan adanya interaksi antara makhluk hidup dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya maka manusia sebagai makhluk yang lebih superior daripada makhluk yang lainnya harus menyadari bahwa dia mempunyai pengaruh dan tanggung jawab yang besar dalam mengelola dan memelihara lingkungan hidup. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan yang harmonis diantara unsur-unsur lingkungan tersebut sehingga dapat terus menunjang kehidupan seluruh makhluk hidup sampai dengan waktu yang tidak terbatas. E. Hukum Lingkungan di Indonesia Berbagai cara telah diupayakan oleh pemerintah termasuk dengan memperbaiki aturan hukum terutama yang terkait dengan Lingkungan Hidup. Salah satu produk hukum terbaru yang disahkan oleh pemerintah adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang yang mulai berlaku sejak Oktober 2009 dan tercatat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 ini menggantikan peran dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 ini diyakini memiliki tingkat kelengkapan dan pembahasan yang lebih komprehensif jika dibandingkan dengan UU No 23 tahun 1997.21 F. Pengertian Penegakan Hukum Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman. 20. 21. Ibid, halaman 8. Ferli,Hidayat, Penerapan UU nomor 32 Tahun 2009 Dalam Penyelesaian Sengketa Hukum. Dikutip dari situs http://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/113/, terakhir dikunjungi 13 Oktober 2012..

(13) perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 22 Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.23 Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam Bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas , dapat pula digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit.24. 22. Jimly, Asshiddiqie, “Pembangunan Hukum Dan Penegakan Hukum Di Indonesia”, Seminar “Menyoal Moral Penegak Hukum” (dalam rangka Lustrum XI Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 17 Februari 2006). 23 Loc.cit. 24 Loc.cit..

(14) BAB III PEMBAHASAN. A. Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia Istilah penegakan hukum dalam Bahasa Indonesia sering membawa kita kepada pemikiran bahwa penegakan hukum selalu dilakukan dengan paksaan (force) sehingga cenderung menggiring kita kepada opini bahwa penegakan hukum hanya bersifat represif saja atau ada yang berpendapat bahwa penegakan hukum hanya berkaitan dengan hukum pidana saja.25 Padahal penegakan hukum memiliki arti yang sangat luas meliputi segi preventif dan represif. Penegakan hukum dalam segi preventif cocok dengan kondisi Negara Indonesia yang unsur pemerintahnya turut aktif dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.26 "Lebih baik mencegah daripada mengobati", merupakan suatu semboyan yang patut diterapkan dalam pelanggaran hukum lingkungan. Oleh karena itu lebih baik bila kita mengartikan penegakan hukum (lingkungan) itu secara luas, baik yang meliputi baik yang preventif maupun yang represif. Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.27 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 mendayagunakan berbagai ketentuan hukum, baik hukum administrasi, hukum perdata, maupun hukum pidana. Ketentuan hukum perdata meliputi penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dan di dalam pengadilan. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di dalam pengadilan meliputi gugatan perwakilan kelompok,. 25. Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), halaman 48 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita,” Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara”, (Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 56-57. 26 Ibid, hal 49. 27 Kementerrian Lingkungan Hidup, Op.cit., halaman 44..

(15) hak gugat organisasi lingkungan, ataupun hak gugat pemerintah. Melalui cara tersebut diharapkan selain akan menimbulkan efek jera juga akan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan generasi masa kini dan masa depan.28 B. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Hukum Administrasi Pengutamaan penegakan hukum melalui sarana hukum administrasi terutama berpijak pada beberapa alasan utama:29 1. Berfungsi sebagai sarana pengendalian, pencegahan dan penanggulangan perbuatan yang dilarang. 2. Instrumen yuridis hukum administrasi yang bersifat preventif dan berfungsi untuk mengakhiri atau menghentikan pelanggaran lingkungan. 3. Bersifat reparatoir (memulihkan pada keadaan semula). 4. Sanksi administrasi tidak perlu melalui proses pengadilan yang memakan waktu lama dan bertele-tele. 5. Sebagai sarana penecagahan dapat lebih efisien dari sudut pembiayaan dan waktu penyelesaian dibandingkan penegakan hukum pidana dan perdata. 6. Biaya penegakan hukum administrasi yang meliputi biaya pengawasan di lapangan dan pengujian laboratorium lebih murah dibandingkan biaya penumpulan bukti, investigasi lapangan, dan biaya saksi ahli untuk membuktikan aspek kausalitas (hubungan sebab akibat) dalam kasus pidana dan perdata. Penegakan hukum administrasi merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum lingkungan (primum remedium). Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, barulah dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata pamungkas (ultimum remedium).Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum 28. 29. Loc.cit. Rosa Vivien Ratnawati, Penegakan Hukum Administrasi di Bidang Lingkungan Hidup, (Kementerian Negara Lingkungan Hidup:Jakarta,2009), hlm. 2-3 sebagaimana dikutip oleh Kartono, “Penegakan Hukum Lingkungan Administratif Dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”.(Jurnal Dinamika Hukum Vol.9, 3 September 1999),halaman 249..

(16) pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila : 1. Aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan telah menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut, namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau; 2. Antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat yang menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam bentuk musyawarah / perdamaian / negoisasi / mediasi, namun upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup.30 Berdasarkan jenisnya ada beberapa jenis sanksi administratif yaitu :31 1. Bestuursdwang (paksaan pemerintahan) Diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari pengusaha guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. 2.Penarikan kembali keputusan dan/atauketetapan yang menguntungkan (izin pembayaran, subsidi dan lain-lain). Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu perlu didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini tidak termasuk apabila keputusan dan/atau ketetapan tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan menurut sifanya “dapat diakhiri” atau diatrik kembali (izin, subsidi berkala). Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum lingkungan dapat bersifat preventif dan represif. Bersifat preventif yaitu berkaitan dengan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku kegiatan, dan 30. 31. Pankga.Penegakan Hukum Lingkungan, Dikutip dari situs http://pangkga.blogspot.com/2012/03 makalah-penegakan-hukum-lingkungan.html, terakhir dikunjungi 13 Oktober 2012. Loc.cit..

(17) dapat juga berupa pemberian penerangan dan nasihat. Sedangkan sifat represif berupa sanksi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku atau penanggung jawab kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran.32 Penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif berawal dari proses pengawasan terhadap pelaku kegiatan dalam pemberian izin lingkungan sebagimana diatur dalam pasal 71, 72, 73, 74 dan 75 Undang-undang nomor 32 tahun 2009. Sedangkan penegakan hukum yang bersifat represif berhubungan dengan sanksi administrasi yang harus diberikan terhadap pencemaran yang diatur dalam pasal 76 sampai pasal 83 Undang-undang nomor 32 tahun 2009. Dalam prakteknya, penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif dimulai dari proses perizinan. Sebelum memperoleh izin, setiap kegiatan usaha wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Ijin tersebut diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini pejabat Bapeda atau Bapedalda. Di dalam izin tercantum rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti syarat mutu limbah yang dapat dibuang dan sebagainya. Pejabat penerbit izin sebelum menerbitkan izin wajib memperhatikan : rencana tata ruang, pendapat masyarakat, pertimbangan dan rekomendasi dari pejabat yang berwenang serta berkaitan dengan usaha tersebut. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah keputusan pemberian izin tersebut wajib diumumkan sehingga memungkinkan peran masyarakat yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses pengambilan keputusan izin.33 Pelanggaran tertentu terhadap lingkungan hidup dapat dijatuhi sanksi berupa : teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, dan pencabutan izin lingkungan.34 Pemberian sanksi yang berbeda-beda itu disebabkan karena bobot pelanggaran peraturan lingkungan hidup bisa 32. 33. Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan,( Jakata:Sinar Grafika, 2005), halaman 48 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita, Op.cit, halaman 2.. Rosa Vivien Ratnawati, Penegakan Hukum Administrasi di Bidang Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Lingkungan Hidup:Jakarta,2009), halaman 20. 34 Siti Kotijah, Hukum Lingkungan dan Penegakannya Dalam UU No.32 Tahun 2009, Dikutip dari situs http://www.sitikotijah.com/2011/07/hukum-lingkungan-dan-penegakannya-dalam.html, terakhir diakses pada 14 Oktober 2012..

(18) berbeda-beda, mulai dari pelanggaran syarat administratif sampai dengan pelanggaran yang menimbulkan korban. Pelanggaran tertentu yang dilakukan oleh usaha dan atau kegiatan yang dianggap berbobot untuk dihentikan kegiatan usahanya, misalnya jika ada warga masyarakat yang terganggu kesehatannya akibat pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Penjatuhan sanksi bertujuan untuk kepentingan efektifitas hukum lingkungan itu agar dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat. C. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Hukum Perdata Ketentuan hukum perdata meliputi penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dan di dalam pengadilan. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di dalam pengadilan meliputi gugatan perwakilan kelompok, hak gugat organisasi lingkungan, ataupun hak gugat pemerintah. Melalui cara tersebut diharapkan selain akan menimbulkan efek jera juga akan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan generasi masa kini dan masa depan. 35 Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2009 proses penegakan hukum Lingkungan melalui prosedur perdata diatur dalam Bab XIII penyelesaian sengketa lingkungan pasal 84 sampai dengan pasal 93. Dalam ketentuan tersebut penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.36 Penyelesaian sengketa diluar pengadilan tersebut tidak berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau mengenai tindakan tetentu guna. 35 36. Kementerian Lingkungan Hidup, Op.cit., halaman 42. Reza,C.N.C., Penegakan Hukum Lingkungan ditinjau Dari Sisi Hukum Perdata dan Pidana Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, Dikutip dari situs http://rezacnc.blogspot.com/2011/04/penegakan-hukum-lingkungan-ditinjau.html, terakhir dikunjungi pada 14 Oktober 2012..

(19) menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak negatif terhadp lingkungan hidup. Dalam penyelesian sengketa diluar pengadilan dapat digunakan jasa orang ketiga baik yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan hidup. Pemerintah dan atau masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak. Ganti rugi setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulakan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan atau melakukan tindakan tertentu. Selain untuk pembebanan. melakukan. tindakan. tertentu,. hakim. dapat. menetapkan. pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut. Penangung jawab usaha dan atau kegiatan yang usaha dan kegiatanya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan atau menghasilakn limbah banhan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan dengan membayar kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, penganggung jawab usaha dan kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dana tau peruskan lingkungan hidup disebabkan oleh : adanya bencana alam, peperangan, adanya kedaan terpaksa diluar tanggung jawab manusia, adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Dalam hal ini terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga, pihak ketiga wajib membayar ganti rugi. Tenggang daluwarsa hak untuk mengajukan gugatan ke pengadilan mengikuti tenggang waktu sebagiamana diatur dalam ketentuan hukum acara perdata yang berlaku dan dihitung sejak saat korban mengetahui adanya pencemaran dan atau peruskan lingkungan hidup. Ketentuan mengenai tenggang waktu daluwarsa tidak berlaku terhadap pencemaran dan atau.

(20) perusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh usaha dan atau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun. Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan perikehidupan masyarakat.Jika diketahui bahwa masyarakat menderita karena akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga mempengaruhi perikehidupan pokok masyarakat, maka instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pola kemitraan, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Hak mengajukan gugatan tersebut terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil. Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan: berbentuk badan hukum atau yayasan; dalam anggaran dasar organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. Tata cara pengajuan gugatan dalam masalah lingkungan hidup oleh orang, masyarakat, dan/atau organisasi lingkungan hidup mengacu pada Hukum Acara Perdata yang berlaku. D. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Hukum Pidana Penegakan hukum dari sisi hukum pidana mempunyai 2 fungsi, yaitu :37 a.. Fungsi Umum Oleh karena hukum pidana merupakan sebagaian dari keseluruhan lapangan hukum,maka fungsi hukum pidana juga sama dengan fungsi hukum. pada. umumnya,. ialah. mengatur. kemasyarakatan. menyelenggarakan tata dalam masyarakat.. 37. Sudharto, Hukum Pidana I, (Yayasan Sudarto: Semarang), halaman 13.. atau.

(21) b.. Fungsi Khusus Fungsi khusus ialah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya,dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang hukum lainnya. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana ini membedakannya dari lapangan hukum lainnya.Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan dalam mempertahankan norma-norma yang diakui dalam hukum.Inilah sebabnya mengapa hukum pidana harus dianggpa sebagai ultimatum remedium yakni obat terakhir apabila sanksi atau upaya–upaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan atau dianggap tidak mempan. Sedangkan dalam rancangan KUHP, tujuan pemidanaan bertujuan :38 a) Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat; b) Memasyarakatkan. terpidana. dengan. mengadakan. pembinaan. sehingga menjadi orang yang baik dan berguna; c) Menyelesaikan. konflik. yang. ditimbulkan. oelh. tindak. pidana,memelihka keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat;dan d) Membebaskan rasa bersalah pada terpidana. Penegakan hukum lingkungan dari sisi hukum pidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 diatur dalam Bab XIV Tentang Penyidikan dan Pembuktian yang masing-masing dijelaskan pada Bagian Kesatu dan Bagian Kedua. Selain itu diatur dalam Bab XV Tentang Ketentuan Pidana a. Penyidikan Ketentuan mengenai penyidikan diatur dalam Pasal 94 sampai dengan pasal 95 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Dalam Pasal 94 ayat (1) disebutkan selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat. 38. Teguh, Prasetyo, Hukum Pidana,(PT Raja Grafindo Persada : Jakarta),halaman14..

(22) pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup. Dalam rangka menjalankan tugasnya tersebut, sesuai pasal Pasal 94 ayat (2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tersebut berwenang: 1.. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;. 2.. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;. 3.. meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;. 4.. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;. 5.. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain;. 6.. melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;. 7.. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;. 8.. menghentikan penyidikan;. 9.. memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat rekaman audio visual;. 10. melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian, ruangan, dan/atau tempat lain yang diduga merupakan tempat dilakukannya tindak pidana; dan/atau 11. menangkap dan menahan pelaku tindak pidana..

(23) Kerjasama antara Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil dan penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia juga dapat dilakukan dengan sesuai dengan pasal 94 ayat (3),(4),(5) dan (6) yaitu dengan cara: 1.. Dalam melakukan penangkapan dan penahanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 94 ayat (2) huruf k, penyidik pejabat pegawai negeri sipil berkoordinasi dengan penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia.. 2.. Dalam hal penyidik pejabat pegawai negeri sipil melakukan penyidikan, penyidik pejabat pegawai negeri sipil memberitahukan kepada penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia memberikan bantuan guna kelancaran penyidikan.. 3.. Penyidik pejabat pegawai negeri sipil memberitahukan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum dengan tembusan kepada penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia.. 4.. Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil disampaikan kepada penuntut umum.. b. Pembuktian Dalam pasal 96 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009,disebutkan bahwa alat bukti yang sah dalam tuntutan tindak pidana lingkungan hidup terdiri atas: a.. keterangan saksi;. b.. keterangan ahli;. c.. surat;. d.. petunjuk;. e.. keterangan terdakwa; dan/atau. f.. alat bukti lain, termasuk alat bukti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.. c. Ketentuan pidana Berikut ini adalah tindak pidana yang merupakan kejahatan di dalam hukum lingkungan sebagaimana diatur dalam pasal 98 sampai dengan pasal 115 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yaitu: 1.. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang.

(24) mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00. (tiga. miliar. rupiah). dan. paling. banyak. Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). 2.. Apabila. perbuatan. sebagaimana. dimaksud. pada. ayat. (1). mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00. (empat. miliar. rupiah). dan. paling. banyak. Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). 3.. Apabila. perbuatan. sebagaimana. dimaksud. pada. ayat. (1). mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). 4. Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 5.. Apabila. perbuatan. sebagaimana. dimaksud. pada. angka. 4. mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling. lama. 6. Rp2.000.000.000,00. (enam) (dua. tahun miliar. dan rupiah). denda. paling. sedikit. dan. paling. banyak. Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). 6.. Apabila. perbuatan. sebagaimana. dimaksud. pada. angka. 4. mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan).

(25) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah). 7. Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 8.. Apabila. perbuatan. sebagaimana. dimaksud. pada. angka. 7. mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling. lama. 6. Rp2.000.000.000,00. (enam) (dua. tahun miliar. dan rupiah). denda. paling. sedikit. dan. paling. banyak. Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). 9.. Apabila. perbuatan. sebagaimana. dimaksud. pada. angka. 7. mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah). 10. Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 11. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada angka 10 hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali. 12. Setiap orang yang. melepaskan dan/atau mengedarkan produk. rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan. peraturan. perundang-undangan. atau. izin. lingkungan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf g UU Nomor 32 Tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit.

(26) Rp1.000.000.000,00. (satu. miliar. rupiah). dan. paling. banyak. Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 13. Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 14. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 UU Nomor 32 Tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan. paling. lama. Rp1.000.000.000,00. 3. (tiga). (satu. tahun. miliar. dan. rupiah). denda dan. paling paling. sedikit banyak. Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 15. Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 16. Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c UU Nomor 32 Tahun 2009dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). 17. Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d UU Nomor 32 Tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). 18. Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang–undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b UU.

(27) Nomor 32 Tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). 19. Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h UU Nomor 32 Tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00. (tiga. miliar. rupiah). dan. paling. banyak. Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). 20. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00. (satu. miliar. rupiah). dan. paling. banyak. Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 21. Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf I Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 22. Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) UU nomor 32 tahun 2009 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 23. Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). 24. Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan.

(28) pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. terhadap. peraturan. perundang-undangan. dan. izin. lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 UU Nomor 32 Tahun 2009, yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 25. Setiap orang yang memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan. dan. pengelolaan. lingkungan. hidup. sebagaimana. dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf j UU Nomor 32 Tahun 2009dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 26. Setiap. penanggung. jawab. usaha. dan/atau. kegiatan. yang. tidak. melaksanakan paksaan pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 27. Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup dan/atau pejabat penyidik pegawai negeri sipil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dalam pasal 116 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 disebutkan bahwa apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha; dan/atau orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. Apabila tindak pidana lingkungan hidup tersebut dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau.

(29) berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara sendiri atau bersama-sama. Kemudian dalam pasal 117 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 disebutkan bahwa jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf b undang-undang ini, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan sepertiga. Terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional (Pasal 118 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009) Dalam pasal 119 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 selain sanksi pidana yang terdapat dalam undang-undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa: a.. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;. b.. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;. c.. perbaikan akibat tindak pidana;. d.. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau. e.. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.. E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Lingkungan Dalam penegakan hukum lingkungan menurut Benjamin van Rooij sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita, ada 6 faktor penting yang menentukan proses penegakan hukum yakni:39 1. 39. Faktor-faktor Sosial, Ekonomi, Politik pada Tingkat Makro.. Widia Edorita,” Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara”, (Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 54-55..

(30) Ada lima faktor pada tingkat makro yang mempunyai pengaruh utama terhadap keputusan penegakan hukum, yaitu: a.. kebijakan umum, melihat kepada otoritas dan prioritas penegakan hukum lingkungan dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan hidup.. b.. Kinerja ekonomi negara akan mempengaruhi penegakan hukum lingkungan.. c.. Ketidakstabilan sosial dan kondisi keamanan dalam negara akan mempengaruhi penegakan hukum lingkungan.. d.. Birokrasi, struktur birokrasi baik yang bersifat sentralisasi, desentralisasi maupun dekosentrasi akan mempengaruhi efektifitas, efisiensi penegakan hukum lingkungan hidup dan kontrol terhadap administrasi baik pusat maupun daerah.. e.. Kesadaran lingkungan pada level negara lebih tinggi di negara maju dibandingkan di negara berkembang. Hal ini dipengaruhi oleh para pembuat keputusan yang tidak memihak pada perlindungan lingkungan hidup.. 2.. Faktor Undang-undang. Merupakan kerangka normatif sebagai basis penegak hukum dalam membuat keputusan dan juga merupakan aturan substantif untuk menentukan apakah sudah terjadi pelanggaran dan aturan prosedural untuk sanksi sebagai reaksi dari pelanggaran.. 3.. Faktor eksternal kelembagaan (Antar Lembaga) a.. Institusi Kepemimpinan, wibawa seorang penegak hukum memberi pengaruh terhadap tegaknya hukum.. b.. Lembaga Pelengkap, dalam penegakan hukum dan penerapan sanksi diperlukan kerjasama dengan badan dan organisasi lain.. c.. Si pengadu atau korban Dalam hal ini pengadu adalah korban dari pencemaran atau perusakan lingkungan. Pengadu bervariasi, muali dari masyarakat sampai LSM atau organisasi pemerintahan. Tingkat keberhasilan pengaduan ditentukan oleh pengalaman pengadu. Semakin parah.

(31) tingkat kerusakan yang diajukan pengadu semakin tertarik pula lembaga penegak hukum untuk mengambil tindakan secara serius. d.. Pelanggar Status pelanggar mempengaruhi penegakan hukum lingkungan. Semakin tinggi status pelanggar semakin besar tekanan pada lembaga untuk tidak melakukan penegakan hukum. Besar kesalahan yang diadukan oleh pengadu bisa dipengaruhi oleh pelanggar karena ada interaksi antara pelanggar dengan penegak hukum.. e.. Lembaga Kembaran Mempengaruhi penegakan hukum karena adanya interaksi dengan lembaga lain yang berfungsi sebagai lembaga penegak hukum di daerah lain.. f.. Publik Umum Lokal Apabila pengaduan sudah menarik perhatian publik lokal dan bisa membuat tindakan yang berbeda dengan lembaga penegak hukum, maka keterlibatan publik lokal mungkin akan mempolitisir pengaduan.. 4.. Faktor Interen Kelembagaan Faktor interen kelembagaan dipengaruhi oleh: a.. sumber-sumber, suatu lembaga memerlukan sumber-sumber untuk mencapai tujuannya. Sumber tersebut sangat dipengaruhi oleh bagaimana tujuan tersebut ditranslasikan dalam tugas. Sumber yang dimaksud tidak hanya dari segi finansial tetapi juga sumber daya manusia.. b.. Stuktur internal, menetapkan siapa yang akan melakukan atau yang mempunyai otoritas terhadap apa yang akan dilakukan dan siapa yang. mempunyai. otoritas. untuk. membuat. keputusan. atas. pengaduan. Dalam struktur internal juga digariskan hubungan pembuat keputusan hubungan tersebut dikontrol melalui manajemen internal. c.. Kepemimpinan.

(32) Dalam lembaga publik terdapat dua kepemimpinan yaitu manajer eksekutif dan manajer personalia. Masing-masing memiliki tugas dan otoritas yang berbeda. d.. Budaya organisasi, merupakan cara yang terpola yang tepat dari pertimbangan tentang tugas inti dan hubungan manusia dengan organisasi. Budaya organisasi dapat membangkitkan semangat kerja dari aparat tanpa perlu dipaksa oleh pimpinan.. 5.. Faktor Kasus Terkait Ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembuatan keputusan. Pertama, tingkat keparahan atau kerusakan yang dihasilkan dari suatu pelanggaran pada resiko tertinggi dan kerusakan aktual. Di sini aparat cenderung menggunakan sanksi penegakan hukum tertinggi. Faktor kedua adalah bukti-bukti yang dapat dikumpulkan terhadap suatu pelanggaran. Jika bukti lemah maka penegakan hukum kurang bisa dilakukan.. 6.. Faktor Aparat Individual Aparat harus membuat keputusan berdasarkan sistem hukum yang berlaku sehingga diharapkan dapat membatu tegaknya hukum lingkungan.. C. Kendala Dalam Penegakan Hukum Lingkungan Usaha menegakkan hukum lingkungan dewasa ini memang dihadapkan sejumlah kendala40. Pertama, masih terdapat perbedaan persepsi antara aparatur penegak hukum dalam memahami dan memaknai peraturan perundang-undangan yang ada. Kedua, biaya untuk menangani penyelesaian kasus. lingkungan. hidup. terbatas.. Ketiga, membuktikan. telah. terjadi. pencemaran atau perusakan lingkungan bukanlah pekerjaan mudah. Era reformasi dapat dipandang sebagai peluang yang kondusif untuk mencapai keberhasilan dalam penegakan hukum lingkungan. Ke depan, perlu exit strategy sebagai solusi penting yang harus diambil oleh pemegang policy dalam penyelamatan fungsi lingkungan hidup41. Pertama, mengintensifkan keterpaduan dan koordinasi antarsektor terkait 40 41. Wira Saputra, Penegakan Hukum Lingkungan (Wirasaputra.word.press.com, 2012) Agus Wariyanto, Kendala Penegakan Hukum Lingkungan (www.suaramerdeka.com, 2007)..

(33) dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Kedua, adanya sanksi yang memadai (enforceability) bagi perusahaan yang membandel dalam pengelolaan limbah sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika ada indikasi tindak pidana, aparat penegak hukum dapat menindak tegas para pelaku/penanggung jawab kegiatan seperti diatur dalam Pasal 94 sampai dengan 120 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan. Lingkungan. Hidup.. Ketiga,. adanya. partisipasi. publik,. transparansi, dan demokratisasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup patut ditingkatkan. Pengelolaan lingkungan hidup akan terkait tiga unsur, yaitu pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Pada gilirannya, dalam pengelolaan lingkungan hidup setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat..

(34) BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan a.. Lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak asasi semua manusia namun di pihak lain adanya pembangunan yang diperlukan untuk kemajuan hidup manusia menimbulkan efek samping yang bersifat negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk melindungi lingkungan hidup tersebut. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan membuat hukum mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Di Indonesia, salah satu instrumen dari hukum perlindungan lingkungan hidup adalah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.. b.. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat tiga macam aspek penegakan hukum lingkungan yaitu penegakan dari aspek hukum administrasi, aspek hukum perdata dan aspek hukum pidana. Penegakan hukum dari aspek hukum administrasi adalah garda terdepan dalam penegakan hukum lingkungan (sebagai premum meridium) namun apabila masih tidak dapat menghentikan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi maka berlaku hukum pidana (sebagai ultimatum meridium).. c.. Esensi dari penegakan hukum lingkungan dalam tiga aspek hukum tersebut adalah sebagai upaya preventif sekligus represif dalam menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang dilakukan dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja. Hal tersebut perlu, karena dalam proses pembangunan, dampak berupa pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sulit dihindari.. d.. Dalam penegakan hukum lingkungan banyak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor sosial, ekonomi, dan politik; Faktor-faktor undang-undang yang berlaku; Faktor-faktor antar kelembagaan; Faktor-faktor internal kelembagaan; Faktor-faktor kasus terkait; Faktor terkait dengan lembaga individual. Semua faktor tersebut mempunyai kaitan satu dengan yang.

(35) lainnya oleh karena itu tidak dapat diabaikan pengaruh satu faktor terhadap faktor lainnya karena menimbulkan efek yang berantai terhadap penegakan hukum lingkungan hidup. e.. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum lingkungan di Indonesia, terdapat berbagai kendala yaitu hambatan yang bersifat alamiah berupa jumlah penduduk Indonesia yang besar dan tersebar di beberapa pulau sehingga berpotensi mempunyai persepsi hukum yang berbeda, kemudian kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah, Para penegak hukum yang belum mantap dalam menguasai seluk belum hukum lingkungan, serta adanya masalah pembiayaan. Berbagai kendala tersebut akan dapat diatasi apabila ada kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan pengusaha dalam menghormati hak dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan Undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.. B. Saran Pada hakikatnya manusia harus memiliki kesadaran yang tinggi dalam menjalankan hukum lingkungan, baik itu mengenai pelestarian maupun pengelolaannya. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki hubungan sosiologis maupun biologis secara langsung dengan lingkungan hidup di mana dia bertempat tinggal. Sebaik apapun hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan, bila tidak ada kesadaran dari manusia sebagai pihak yang menerapkannya maka perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup akan sia-sia. Namun kesadaran dalam menegakkan hukum lingkungan masih dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya strategis untuk menumbuhkan kesadaran hukum tersebut, baik dari sisi mental manusianya maupun dari segi kebijakan. Sinergi keduanya penting, karena kesadaran hukum itu ada yang tumbuh karena memang sesuai dengan nilai yang dianutnya. Selain itu kesadaran hukum juga dapat tumbuh karena takut dengan sanksi yang dijatuhkan. Kesadaran yang semu inilah yang banyak dimiliki oleh masyarakat kita. Lepas dari penyebab kesadaran hukum itu muncul, yang lebih berbahaya adalah apabila kesadaran hukum itu telah ada namun kemudian menurun bahkan hilang karena faktor eksternal, seperti penegakan hukum yang.

(36) tidak tegas dan tebang pilih. Hal ini akan menurunkan kesadaran hukum masyarakat dan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum. Jadi, upaya menumbuhkan kesadaran hukum tidak cukup dengan menuntut masyarakat, tetapi juga harus disertai dengan tauladan dan penegakan hukum. Berkaitan dengan faktor-faktor kesadaran hukum sebagaimana disebutkan diatas, untuk hukum lingkungan, ada beberapa masalah yang perlu dicermati, yaitu:. 1. Pertama "mengetahui", secara yuridis, setelah UU disahkan, sejak itu pula muncul asumsi bahwa masyarakat dianggap mengetahuinya. Asumsi ini terealisasi apabila pasca diundangkan ada aktivitas sosialisasi yang tepat dan kontinyu. Bila tidak, maka dapat dihitung berapa jumlah masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang peraturan tersebut dan jumlahnya dipastikan tidak akan menyentuh masyarakat kalangan bawah, tidak hanya di desa tetapi juga diperkotaan. Akibatnya tidak heran bila ada kegiatan usaha yang tidak memiliki atau bahkan tidak mengetahui perlunya AMDAL.. 2. Kedua, "mengerti", masyarakat tidak cukup hanya sekedar mengetahui saja, tetapi juga harus memahami isi peraturan, seperti apa tujuan dan manfaat dikeluarkannya peraturan tersebut. Hukum lingkungan tentunya bertujuan agar proses pembangunan tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya aturan AMDAL dan perizinan. Adanya aturan ini hendaknya tidak menjadi beban bagi pelaku usaha dan lahan korupsi bagi oknum birokrasi/aparat hukum, tetapi sebagai upaya preventif bersama agar kegiatan usaha tidak merusak lingkungan.. 3. Ketiga, "mentaati", setelah mengetahui dan memahami, maka diharapkan dapat mentaati. Namun hal ini masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bagi pihak yang merasa kepentingannya sama, maka biasanya akan langsung mentaati. Apabila tidak, maka masih ada proses berfikir, bahkan mencari celah bagaimana "menghindari" atau "mensiasatinya".. 4. Keempat, "menghargai", ketika seseorang telah mentaati, maka sikap menghargai suatu peraturan hukum lingkungan itu akan muncul bersamaan dengan kesadaran hukumnya bahwa hukum tersebut memang wajib untuk ditaati demi kepentingan dirinya, masyarakat dan dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan..

(37) Proses menumbuhkan kesadaran hukum lingkungan di atas, jangan sampai terjebak dengan kata "lingkungan" saja, sehingga hanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) saja yang dipahami masyarakat, tetapi juga Undang-undang lain yang berkaitan dengan lingkungan hidup, seperti UU tentang Perikanan, Benda Cagar Budaya, Pertambangan, ZEE, Perindustrian, Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan Pelayaran. Hal ini karena lingkungan hidup itu meliputi tanah, air, udara, ruang angkasa, termasuk manusia dan perilakunya. Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada dasarnya merupakan Undang-undang induk atau Payung "umbrella Act" dibidang lingkungan hidup bagi semua Undang-undang tersebut. Berkaitan dengan uraian diatas, menurut penulis upaya untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:. 1. Meningkatkan program sosialisasi dari tingkat pusat sampai ke desa-desa, khususnya berkaitan dengan hak dan kewajiban serta berbagai permasalahan riil yang dihadapi oleh masyarakat, seperti prosedur AMDAL, perizinan dan dampak positif dan negatif apabila prosedur tersebut tidak dilakukan.. 2. Meningkatkan kesadaran hukum (mental) semua pihak. 3. Menindak. tegas. oknum. pemerintah/aparat. yang. menyalahgunakan. wewenangnya dan menindak tegas pelaku perusakan/pencemaran lingkungan tanpa tebang pilih sehingga masyarakat percaya dengan upaya penegakan hukum lingkungan.. 4. Memangkas proses birokrasi yang panjang dan berbelit-belit. 5. Semakin meningkatkan kualitas dalam pemberian penghargaan dibidang lingkungan, khususnya kriteria penilaian dengan memasukkan kriteria pembangunan berwawasan lingkungan, baik ditingkat nasional maupun di daerah-daerah.. 6. Menghindari penggunaan sarana hukum pidana dalam penegakan hukum lingkungan yang masih dapat menggunakan sarana hukum lain yang lebih efektif. Contohnya Perda tentang pembuangan sampah disembarang tempat dengan sanksi pidana kurungan dan denda yang tinggi yang ternyata tidak efektif..

(38) DAFTAR PUSTAKA. A. Literatur Arief , Barda Nawawi, Perkembangan Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, (Semarang: Badan Penerbit Undip,2010). Asshiddiqie,Jimmly,2006,“Pembangunan Hukum Dan Penegakan Hukum Di Indonesia”, Seminar Menyoal Moral Penegak Hukum dalam rangka Lustrum XI Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 17 Februari 2006. Edorita,Widia,Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara, Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas (Padang,2006). Kartono, Penegakan Hukum Lingkungan Administratif Dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Dinamika Hukum Vol,9, 3 September 1999,Halaman 250. Kim, Soo Woong, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penegakan Lingkungan Hidup, Tesis Sarjana Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Semarang:2009). Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011). Ratnawati ,Rosa Vivien, Penegakan Hukum Administrasi di Bidang Lingkungan Hidup, (Jakarta:Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009). Satjipto, Rahardjo, Ilmu Hukum, (Semarang:PT Citra Aditya Bakti, 2006). Siahaan,N.H.T.,Hukum. Lingkungan. dan. Ekologi. Lingkungan,. Erlangga,2004). Sudharto, Hukum Pidana I, (Semarang:Yayasan Sudarto,1990).. (Jakarta:.

(39) B. Internet C.K.,Arindra,2006, “Melindungi Lingkungan Selamatkan Pembangunan”, dikutip dari situs www. Pikiran-rakyat.com/cetak/06-4/05/index.htm, terakhir dikunjungi 12 Oktober 2012. Hidayat, Ferli, 2010, “Penerapan UU nomor 32 Tahun 2009 Dalam Penyelesaian Sengketa. Hukum”,. dikutip. dari. http://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/113/, terakhir. situs dikunjungi 13. Oktober 2012. Kotijah ,Siti, 2011,”Hukum Lingkungan dan Penegakannya Dalam UU No.32 Tahun 2009”, dikutip dari situs http://www.sitikotijah.com/2011/07/hukumlingkungan-dan-penegakannya-dalam.html,. terakhir. diakses. pada. 14. Oktober 2012. Pankga,2012,”Penegakan. Hukum. Lingkungan”,. http://pangkga.blogspot.com/2012/03. dikutip. dari. situs. makalah-penegakan-hukum-. lingkungan.html”, terakhir dikunjungi 13 Oktober 2012.. Reza,C.N.C., “Penegakan Hukum Lingkungan ditinjau Dari Sisi Hukum Perdata dan Pidana Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009”, dikutip dari. situs. http://rezacnc.blogspot.com/2011/04/penegakan-hukum-. lingkungan-ditinjau.html, terakhir dikunjungi pada 14 Oktober 2012. Saputra,Wira, 2012, “Penegakan Hukum Lingkungan”, dikutip dari situs http://wirasaputra.wordpress.com/2012/01/06/penegakan-hukumlingkungan, terakhir diakses pada tanggal 12 Oktober 2012. Siahaan, Sartika 2012,”Upaya dan Strategi dikutip. dari. Pengelolaan lingkungan Hidup”, situs. http://sartika-. siahaan.blogspot.com/2012_02_01_archive.html, terakhir dikunjungi 12 Oktober 2012..

(40) Susanto,Irwan,2012, “Implementasi Hukum Lingkungan di Indonesia”, Dikutip dari situs http://denmassetyaki.blogspot.com/2012/02/implementasi-hukumlingkungan-di.html. terakhir dikunjungi 12 Oktober 2012. C. Undang-Undang Kementerian Lingkungan Hidup, 2009,Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 Tentang Perlindungan Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup,Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup, 2009,Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup,Jakarta..

(41)

Referensi

Dokumen terkait

UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA No. Pemberian Penjelasan dilaksanakan tanggal 12 Juli 2017, dengan hasil seperti tercantum pada

bahwa parameter fisika-kimia pada kedalaman 1 m yang berkorelasi dengan struktur komunitas fitoplankton adalah turbiditas dan klorofil-a, sedangkan parameter oseanografi

Berdasarkan tabel penilaian di atas dapat dilihat bahwa rata-rata guru peserta pelatihan telah mampu membuat karya seni kaca patri, dengan dikuasainya

Bella Sukma Ananda (0901215), “Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT.. Inti Bumi Perkasa (IBP) Bandung”,

KENYATAAN MEDIA (19 JANUARI 2021) 1. Ini menjadikan jumlah keseluruhan kes positif COVID-19 di Sarawak meningkat kepada 2,367 kes. b) 26 kes lain-lain saringan

KEPALA SEKSI KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA KELURAHAN PEMATANG MARIHAT KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANGSIANTAR. 752 SAWER JULIANSEN

Karakter dan sifat morfologi anggrek yang diamati .... Frekuensi persebaran jenis

Dengan adanya Sistem Informasi Kepagawaian offline ini, perusahaan dapat memanfaatkan sistem ini untuk mengolah data pegawai dan sistem informasi kepegawaian ini