• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Seuramoe

PRIORITAS

SINABANG – Gubernur Aceh yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Provinsi Aceh, Drs Darmawan MM, atas nama pemerintah Aceh mengucapkan terima kasih atas dukungan USAID PRIORITAS dalam meningkatkan mutu pendidikan di Aceh. “Terima kasih atas dukungan USAID PRIORITAS yang ikut membantu meningkatkan mutu pendidikan di Aceh,” kata Darmawan saat mengunjungi stan USAID PRIORITAS pada acara puncak peringatan Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) ke-56 di Sinabang, Kabupaten Simeulue (14-17/9).

Darmawan didampingi oleh Bupati Simeulue, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, dan Kakanwil Kemenag Aceh. Mereka berkesempatan menyaksikan demo pembelajaran sains dan matematika oleh siswa MTsN Susoh dan SD 2 Lembah Sabil yang mewakili 143 sekolah mitra USAID PRIORITAS.

“Dengan menggunakan Hukum Paskal ini, sebuah jembatan dapat digerakkan ke atas dan dikembalikan ke posisi semula,” jelas Badriatul Istiqamah, siswa kelas 2 MTsN Susoh di hadapan pejabat provinsi dan kabupaten/kota. “Apakah bisa dilakukan secara otomatis?” tanya Hasanuddin Darjo, kepala Dinas Pendidikan Aceh. Siswa MTsN Susoh itu

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Kunjungi kami di:

www.prioritaspendidikan.org

Daftar Isi:

Guru Garis Depan Banyak Belajar di Stan USAID PRIORITAS

Halaman. 2

...

27,4 % Guru di Aceh Belum Pernah Pelatihan

Halaman. 3

...

Guru dan Dosen Tingkatkan Keterampilan Sains Siswa

Halaman. 4

...

Bupati Pidie Jaya Sahkan Perbup PPG

Halaman. 5

...

Dekan FKIP Unsyiah: Rekrut Guru yang Berkualitas

Halaman. 7

...

Mini Bus dan Beasiswa Wujudkan Kemitraan Dengan Dunia Usaha dan Praktik yang Baik lainnya

Halaman. 7 - 11

Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

pun langsung menjelaskan secara tepat dan singkat aplikasi Hukum Paskal yang membuat kagum yang menyaksikannya. “Tentu bisa Pak, karena secara otomatis tekanan zat cair yang ada dalam wadah tertutup ini diteruskan ke segala arah dengan sama rata,” jelasnya sambil menunjukkan injeksi dan selang kecil. Rombongan kemudian menjumpai Salman Al Farizi yang sudah bersiap untuk mendemokan pembelajaran matematika, menghitung berat benda dengan timbangan sederhana dan perhitungan bilangan menggunakan tutup botol bekas. “Berat kedua benda ini adalah sama,” kata siswa kelas 3 tersebut setelah meletakkan kedua benda dalam timbangan sederhana dan menghitungnya. Secara spontan pula para pejabat yang hadir memberi apresiasi tepuk tangan kepada Salman. Dalam kegiatan tersebut, USAID PRIORITAS juga menjadi salah satu narasumber seminar yang mengambil tema Mewujudkan Pendidikan Aceh yang Berkualitas dan Berintegrasi. Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Aceh, Ridwan Ibrahim menjadi pembicara dengan memaparkan program dan hasil kerja USAID PRIORITAS yang dikaitkan dengan peningkatan kualitas pendidikan Aceh.***

ISSN 2460 - 3880

Edisi XII Juli - Sept, 2015

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

”Terima Kasih USAID PRIORITAS”

Siswa MTsN Susoh menjelaskan hasil karya siswa saat Gubernur Aceh (diwakili Sekda Aceh), Bupati Simeulue dan Kadis Pendidikan mengunjungi stan USAID PRIORITAS.

(2)

S E

2

Edisi XII / Juli - September 2015

Seuramoe Utama

Seuramoe

PRIORITAS

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students.

Penanggungjawab: Ridwan Ibrahim; Tata Letak dan Editor:Teuku Meldi Kesuma; Tim Redaksi: Tim USAID PRIORITAS Aceh; Alamat: Komplek Dolog Desa Tanjung, Jl. Tanjung Indah Utama No 1 Desa Tanjong - Banda Aceh 23371. Telepon: (0651) 8011166, Fax(0651) 8011167. Kritik & Saran: tkesuma@prioritas.or.id. Sumbangan Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan

dengan tulisan dalam format JPG.

SINABANG – Sebagai salah satu peserta dalam Kegiatan Puncak Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) ke-56 Aceh di Kabupaten Simeulue (14-17/9), USAID PRIORITAS menampilkan banyak informasi tentang proses pembelajaran dan manajemen serta berbagi pengalaman langsung dengan fasilitator daerah dan kepala sekolah mitranya. Kesempatan besar tersebut dimanfaatkan oleh guru garis depan (GGD) di kabupaten tersebut. “Kami mendapatkan banyak informasi tambahan dari stan USAID PRIORITAS yang menampilkan proses pembelajaran secara utuh,” kata Ofri Yadi Putra dari Universitas Negeri Yogyakarta

yang ditugaskan di pedalaman Simeulue. “Rencana pelaksanaan pembelajaran, media pembelajaran, serta hasil karya siswa ini secara jelas mengambarkan proses pembelajaran. Ditambah lagi dengan foto-foto saat pembelajaran di dalam kelas yang membuat kami memahami apa yang seharusnya dilakukan oleh siswa,” jelas Ofri.

Ofri awalnya belum tahu banyak tentang USAID PRIORITAS karena keterbatasan informasi di wilayah kerjanya. “Tetapi setelah melihat apa yang ditampilkan di sini, kami langsung dapat simpulkan bahwa program ini sangat penting untuk anak bangsa ini dalam menghadapi persaingan global ke depan,” katanya. “Pembelajaran menjadi lebih menarik, relevan, dan efektif sehingga belajar menjadi menyenangkan

dan semua yang ada di lingkungan siswa adalah media pembelajaran bagi mereka. Program ini menjelaskan caranya dalam modul pelatihan yang saya lihat tadi, termasuk yang mengagumkan adalah menumbuhkan budaya baca di sekolah,” lanjutnya.

Sebagai bahan pembelajaran, Ofri dan kawan-kawan dihadiahi newsletter Prioritas Pendidikan dan Seuramoe Prioritas secara lengkap untuk menjadi salah satu referensi dalam mengajar. “Kami akan mengunduh modul-modul pelatihan USAID PRIORITAS untuk dapat terus belajar walaupun kami bertugas di pelosok desa dengan fasilitas yang serba terbatas,” kata Ofri saat ditawarkan mengunjungi website

www.prioritaspendidikan.org untuk

mengambil lebih banyak lagi referensi pembelajaran dan manajemen sekolah yang dapat dibagi kepada sekolah dan teman-teman GGD lainnya.***

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

3

Edisi XII / Juli - September 2015

Seuramoe Provinsi

Foto: Mashadi / DC Pidie

USAID PRIORITAS/Teuku Meldi

Seuramoe

PRIORITAS

BANDA ACEH – Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Aceh, Drs Ramli Rasyid MSi

mengungkapkan bahwa dari 128.486 guru di Aceh, ada 35 ribu atau 27,4 % lebih guru sudah mengabdi selama 17 tahun tapi belum pernah mendapatkan pelatihan. “Dari 128.486 guru di Aceh, 90.000 guru di bawah naungan dinas pendidikan dan selebihnya di bawah Kementerian Agama. Di Kemenag masih banyak guru bakti atau tenaga kontrak. Dari keseluruhan itu, tahun 2014 sebanyak 27,4 persen guru belum mendapatkan pelatihan, padahal mereka 17 tahun mengabdi sebagai guru, bahkan sebelumnya mencapai 37,4 persen,” jelas Ramli.

Pada kegiatan Lokakarya 2 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang diikuti oleh 56 peserta dari unsur anggota DPRK, dinas pendidikan dan Kemenag mewakili 9 kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Hotel Oasis, Banda Aceh (17-18/9).

Ramli kembali mengingatkan bahwa kebijakan berdasar data adalah sesuatu yang mahal. “Tapi, akan lebih mahal lagi jika kebijakan diambil tidak berdasar data, karena akan menghasilkan kebijakan yang kurang baik dan bisa saja tidak tepat sasaran,” ingat Ramli. “Oleh sebab itu, data PKB ini sangatlah kita butuhkan dan ini menjadi mahal karena kita dapat mengetahui guru apa, siapa namanya, di mana mengajarnya, dan pelatihan apa yang dibutuhkannya,” lanjutnya sembari berharap anggota dewan yang mengikuti kegiatan tersebut dapat mendukung menindaklanjuti hasil PKB tersebut.

Sementara itu, Mark Heyward PhD, penasihat tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS,

menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan rencana strategis

pengembangan keprofesian berkelanjutan berbasis kebutuhan pada jenjang

KKG/MGMP. “Kami mengundang DPRK untuk mengetahui proses analisis ini, sehingga DPRK sudah mengetahuinya sejak awal,” kata Mark. Dalam lokakarya ini, peserta akan menemukan formulasi harga satuan yang efisien dan

mengidentifikasi potensi pembiayaan pelatihan dari APBK dan non-APBK

(BOS dan tunjangan sertifikasi guru). “Kami mengharapkan dari

kegiatan ini dapat lahir draf rencana strategis pengembangan

keprofesian berkelanjutan guru yang terintegrasi dalam

perencanaan daerah seperti renstra atau renja,” jelas

Mark.*** BANDA ACEH – Di tengah

kesibukannya, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Drs Hasanuddin Darjo MM menyempatkan diri untuk bersilaturami dengan pimpinan dan staf USAID PRIORITAS Aceh di kantor USAID PRIORITAS Banda Aceh (1/9). Darjo disambut langsung oleh Koordinator

Provinsi USAID PRIORITAS Aceh Ridwan Ibrahim yang langsung memperkenalkan staf dan memaparkan program USAID PRIORITAS terkini beserta data-data perkembangannya.

Darjo menyampaikan terima kasih atas peran serta USAID PRIORITAS dalam

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

membantu peningkatan mutu pendidikan di 9 kabupaten dan 143 sekolah mitranya. Ia berharap adanya keberlanjutan program oleh pemerintah daerah setelah USAID PRIORITAS selesai pada 2017. “Biasanya, jika jangka waktu

pengembangan satu program telah selesai, selesai pula program dijalankan oleh penerima manfaat. Oleh sebab itu, USAID PRIORITAS bersama dinas pendidikan harus dapat menjadikan program ini sebagai tradisi bagi guru,” katanya. Mengenai fasilitator daerah (fasda) yang menjadi harapan keberlanjutan program, Darjo memberikan arahan agar mereka dapat dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah daerah sebagai aset. “Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat memfasilitasi keberlanjutan peran fasda dan mendiseminasikan praktik yang baik ini bersama fasda yang telah memiliki basis ilmu yang kuat dan kemauan untuk memajukan sekolah di daerahnya,” lanjut Darjo.

Ia juga berharap program ini dapat didiseminasikan sehingga mengimbas ke sekolah lainnya dan merambah secara cepat, “sebab program ini sudah terbukti secara nasional dapat meningkatkan pembelajaran siswa,” tuturnya. “Model pembelajaran di sekolah harus masif, tidak digunakan oleh kelompok tertentu saja, mudah diikuti dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi,” kata Darjo. Model seperti inilah yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.***

Ketua PGRI Aceh,

Drs Ramli Rasyid MSi

Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Aceh, Ridwan Ibrahim menyerahkan modul pelatihan secara simbolis kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Hasanuddin Darjo.

Guru Garis Depan Banyak Belajar

di Stan USAID PRIORITAS

Kadisdik Aceh Kunjungi

Kantor USAID PRIORITAS

Ketua PGRI Aceh: 27,4 % Guru di Aceh Belum Pernah Pelatihan

1

2

3

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Foto: (1) Berdiri dari kiri, Kadis Pendidikan Aceh Hasanuddin Darjo, Gubernur Aceh (diwakili oleh Sekda Aceh), Darmawan, Bupati Simeulue, Riswan NS dan Ketua DPRK Simeulue, foto bersama setelah mengunjungi stan USAID PRIORITAS. (2) Bupati Semeulue, Riswan NS memperhatikan demo media pembelajaran matematika oleh Salman, siswa SDN 2 Lembah Sabil, Abdya. (3) Badriatul Istiqamah, siswa MTsN Susoh, Abdya, mendemokan media pembelajaran sains pada pengunjung stan USAID PRIORITAS.

Dokumentasi USAID

PRIORITAS dalam

Pameran Hardikda

Aceh

(3)

S E

2

Edisi XII / Juli - September 2015

Seuramoe Utama

Seuramoe

PRIORITAS

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students.

Penanggungjawab: Ridwan Ibrahim; Tata Letak dan Editor:Teuku Meldi Kesuma; Tim Redaksi: Tim USAID PRIORITAS Aceh; Alamat: Komplek Dolog Desa Tanjung, Jl. Tanjung Indah Utama No 1 Desa Tanjong - Banda Aceh 23371. Telepon: (0651) 8011166, Fax(0651) 8011167. Kritik & Saran: tkesuma@prioritas.or.id. Sumbangan Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan

dengan tulisan dalam format JPG.

SINABANG – Sebagai salah satu peserta dalam Kegiatan Puncak Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) ke-56 Aceh di Kabupaten Simeulue (14-17/9), USAID PRIORITAS menampilkan banyak informasi tentang proses pembelajaran dan manajemen serta berbagi pengalaman langsung dengan fasilitator daerah dan kepala sekolah mitranya. Kesempatan besar tersebut dimanfaatkan oleh guru garis depan (GGD) di kabupaten tersebut. “Kami mendapatkan banyak informasi tambahan dari stan USAID PRIORITAS yang menampilkan proses pembelajaran secara utuh,” kata Ofri Yadi Putra dari Universitas Negeri Yogyakarta

yang ditugaskan di pedalaman Simeulue. “Rencana pelaksanaan pembelajaran, media pembelajaran, serta hasil karya siswa ini secara jelas mengambarkan proses pembelajaran. Ditambah lagi dengan foto-foto saat pembelajaran di dalam kelas yang membuat kami memahami apa yang seharusnya dilakukan oleh siswa,” jelas Ofri.

Ofri awalnya belum tahu banyak tentang USAID PRIORITAS karena keterbatasan informasi di wilayah kerjanya. “Tetapi setelah melihat apa yang ditampilkan di sini, kami langsung dapat simpulkan bahwa program ini sangat penting untuk anak bangsa ini dalam menghadapi persaingan global ke depan,” katanya. “Pembelajaran menjadi lebih menarik, relevan, dan efektif sehingga belajar menjadi menyenangkan

dan semua yang ada di lingkungan siswa adalah media pembelajaran bagi mereka. Program ini menjelaskan caranya dalam modul pelatihan yang saya lihat tadi, termasuk yang mengagumkan adalah menumbuhkan budaya baca di sekolah,” lanjutnya.

Sebagai bahan pembelajaran, Ofri dan kawan-kawan dihadiahi newsletter Prioritas Pendidikan dan Seuramoe Prioritas secara lengkap untuk menjadi salah satu referensi dalam mengajar. “Kami akan mengunduh modul-modul pelatihan USAID PRIORITAS untuk dapat terus belajar walaupun kami bertugas di pelosok desa dengan fasilitas yang serba terbatas,” kata Ofri saat ditawarkan mengunjungi website

www.prioritaspendidikan.org untuk

mengambil lebih banyak lagi referensi pembelajaran dan manajemen sekolah yang dapat dibagi kepada sekolah dan teman-teman GGD lainnya.***

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

3

Edisi XII / Juli - September 2015

Seuramoe Provinsi

Foto: Mashadi / DC Pidie

USAID PRIORITAS/Teuku Meldi

Seuramoe

PRIORITAS

BANDA ACEH – Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Aceh, Drs Ramli Rasyid MSi

mengungkapkan bahwa dari 128.486 guru di Aceh, ada 35 ribu atau 27,4 % lebih guru sudah mengabdi selama 17 tahun tapi belum pernah mendapatkan pelatihan. “Dari 128.486 guru di Aceh, 90.000 guru di bawah naungan dinas pendidikan dan selebihnya di bawah Kementerian Agama. Di Kemenag masih banyak guru bakti atau tenaga kontrak. Dari keseluruhan itu, tahun 2014 sebanyak 27,4 persen guru belum mendapatkan pelatihan, padahal mereka 17 tahun mengabdi sebagai guru, bahkan sebelumnya mencapai 37,4 persen,” jelas Ramli.

Pada kegiatan Lokakarya 2 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang diikuti oleh 56 peserta dari unsur anggota DPRK, dinas pendidikan dan Kemenag mewakili 9 kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Hotel Oasis, Banda Aceh (17-18/9).

Ramli kembali mengingatkan bahwa kebijakan berdasar data adalah sesuatu yang mahal. “Tapi, akan lebih mahal lagi jika kebijakan diambil tidak berdasar data, karena akan menghasilkan kebijakan yang kurang baik dan bisa saja tidak tepat sasaran,” ingat Ramli. “Oleh sebab itu, data PKB ini sangatlah kita butuhkan dan ini menjadi mahal karena kita dapat mengetahui guru apa, siapa namanya, di mana mengajarnya, dan pelatihan apa yang dibutuhkannya,” lanjutnya sembari berharap anggota dewan yang mengikuti kegiatan tersebut dapat mendukung menindaklanjuti hasil PKB tersebut.

Sementara itu, Mark Heyward PhD, penasihat tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS,

menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan rencana strategis

pengembangan keprofesian berkelanjutan berbasis kebutuhan pada jenjang

KKG/MGMP. “Kami mengundang DPRK untuk mengetahui proses analisis ini, sehingga DPRK sudah mengetahuinya sejak awal,” kata Mark. Dalam lokakarya ini, peserta akan menemukan formulasi harga satuan yang efisien dan

mengidentifikasi potensi pembiayaan pelatihan dari APBK dan non-APBK

(BOS dan tunjangan sertifikasi guru). “Kami mengharapkan dari

kegiatan ini dapat lahir draf rencana strategis pengembangan

keprofesian berkelanjutan guru yang terintegrasi dalam

perencanaan daerah seperti renstra atau renja,” jelas

Mark.*** BANDA ACEH – Di tengah

kesibukannya, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Drs Hasanuddin Darjo MM menyempatkan diri untuk bersilaturami dengan pimpinan dan staf USAID PRIORITAS Aceh di kantor USAID PRIORITAS Banda Aceh (1/9). Darjo disambut langsung oleh Koordinator

Provinsi USAID PRIORITAS Aceh Ridwan Ibrahim yang langsung memperkenalkan staf dan memaparkan program USAID PRIORITAS terkini beserta data-data perkembangannya.

Darjo menyampaikan terima kasih atas peran serta USAID PRIORITAS dalam

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

membantu peningkatan mutu pendidikan di 9 kabupaten dan 143 sekolah mitranya. Ia berharap adanya keberlanjutan program oleh pemerintah daerah setelah USAID PRIORITAS selesai pada 2017. “Biasanya, jika jangka waktu

pengembangan satu program telah selesai, selesai pula program dijalankan oleh penerima manfaat. Oleh sebab itu, USAID PRIORITAS bersama dinas pendidikan harus dapat menjadikan program ini sebagai tradisi bagi guru,” katanya. Mengenai fasilitator daerah (fasda) yang menjadi harapan keberlanjutan program, Darjo memberikan arahan agar mereka dapat dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah daerah sebagai aset. “Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat memfasilitasi keberlanjutan peran fasda dan mendiseminasikan praktik yang baik ini bersama fasda yang telah memiliki basis ilmu yang kuat dan kemauan untuk memajukan sekolah di daerahnya,” lanjut Darjo.

Ia juga berharap program ini dapat didiseminasikan sehingga mengimbas ke sekolah lainnya dan merambah secara cepat, “sebab program ini sudah terbukti secara nasional dapat meningkatkan pembelajaran siswa,” tuturnya. “Model pembelajaran di sekolah harus masif, tidak digunakan oleh kelompok tertentu saja, mudah diikuti dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi,” kata Darjo. Model seperti inilah yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.***

Ketua PGRI Aceh,

Drs Ramli Rasyid MSi

Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Aceh, Ridwan Ibrahim menyerahkan modul pelatihan secara simbolis kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Hasanuddin Darjo.

Guru Garis Depan Banyak Belajar

di Stan USAID PRIORITAS

Kadisdik Aceh Kunjungi

Kantor USAID PRIORITAS

Ketua PGRI Aceh: 27,4 % Guru di Aceh Belum Pernah Pelatihan

1

2

3

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Foto: (1) Berdiri dari kiri, Kadis Pendidikan Aceh Hasanuddin Darjo, Gubernur Aceh (diwakili oleh Sekda Aceh), Darmawan, Bupati Simeulue, Riswan NS dan Ketua DPRK Simeulue, foto bersama setelah mengunjungi stan USAID PRIORITAS. (2) Bupati Semeulue, Riswan NS memperhatikan demo media pembelajaran matematika oleh Salman, siswa SDN 2 Lembah Sabil, Abdya. (3) Badriatul Istiqamah, siswa MTsN Susoh, Abdya, mendemokan media pembelajaran sains pada pengunjung stan USAID PRIORITAS.

Dokumentasi USAID

PRIORITAS dalam

Pameran Hardikda

Aceh

(4)

4

Edisi XII / Juli - September 2015 Edisi XII / Juli - September 2015

5

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe

PRIORITAS

Guru dan Dosen Tingkatkan

Keterampilan Sains Siswa

Pertemuan Konsorsia LPTK

Tingkat Provinsi

Bupati Pidie Jaya Sahkan Perbup PPG

Kabupaten Bireuen Susun

Grand Design Pendidikan Inklusi

Wabup Bener Meriah

Blusukan ke

Pelatihan Guru

Foto: Sri Wahyuni / DC Aceh Jaya

BANDA ACEH - Proses pembelajaran sains yang tidak dilengkapi dengan media, alat, dan sumber belajar yang relevan sesuai dengan tuntutan kurikulum, mendorong guru dan dosen LPTK untuk berkolaborasi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam peningkatan proses sains dalam pembelajaran IPA melalui penerapan investigasi kelompok siswa.

Untuk itu, guru sekolah mitra LPTK dan dosen Unsyiah serta UIN Ar Raniry Banda Aceh melakukan penelitian bersama yang berfokus pada penerapan investigasi kelompok agar dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan peningkatan keterampilan proses sains siswa melalui penerapan investigasi kelompok siswa kelas VI di MIN Rukoh Kota Banda Aceh.

BANDA ACEH – Sebanyak 21 peserta dari 6 LPTK mitra dan konsorsia USAID PRIORITAS kembali mengelar pertemuan rutin untuk membahas berbagai hal yang menyangkut dengan perkuliahan sehingga dapat menginspirasi LPTK-LPTK untuk meningkatkan kualitasnya.

Dalam pertemuan tersebut, pimpinan LPTK saling berbagi pengalaman dalam proses belajar mengajar di universitas mereka. Semuanya telah menerapkan pembelajaran aktif atau kontekstual. Contohnya, Universitas Almuslim Bireuen telah melakukan lesson study dalam meningkatkan proses perkuliahannya. Sementara itu, Fakultas Tarbiyah UIN Ar Raniry dan Universitas Serambi Mekkah telah melakukan kuliah di luar kelas dan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

Pertemuan ini juga menjadi ajang presentasi oleh tim peneliti penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara bersama antara LPTK dan sekolah lab/mitranya. Empat tim melakukan presentasi yang bertajuk Peningkatan

Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III SD Negeri 54 Kota Banda Aceh

Melalui Penggunaan Media Big Book, Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMPN 8 Kota Banda Aceh Melalui Metode SQ3R, Penerapan PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Kelas IX SMPN 8 Banda Aceh, dan Peningkatan Keterampilan Proses Pembelajaran Sains Melalui Penerapan Investigasi Kelompok Siswa Kelas VI MIN Rukoh Kota Banda Aceh. Hasil PTK

memberikan ide untuk semua LPTK dalam meningkatkan proses pembelajaran/perkuliahan di sekolah lab/mitra mereka. ***

BANDA ACEH - USAID PRIORITAS kembali mempertemukan sekolah mitra LPTK untuk membahas rencana pendampingan yang akan dilakukan oleh para fasilitator dari perguruan tinggi (3/9/15). Kegiatan tersebut diikuti oleh 37 orang (dari unsur kepala sekolah dan fasilitator LPTK). Ada beberapa kesepakatan, misalnya kesepakatan menggunakan model

lesson study untuk pendampingan di

sekolah mitra LPTK, dan disepakatinya dua siklus pendampingan, yaitu satu kali siklus untuk perencanaan

(mengembangkan RPP) dalam

kelompok, dan dua kali untuk mengajar di kelas. Para peserta juga sepakat menggunakan metode pendampingan dengan cara 1-2 guru akan mengajar dalam kelas-kelas dan yang lainnya sebagai pengamat. Setelah itu dilanjutkan dengan refleksi pembelajaran. Pendampingan akan dilakukan pada medio Oktober hingga November 2015.***

“Dalam proses pembelajaran IPA, awalnya guru tidak menggunakan LKS yang dibuat sendiri dan kelihatannya siswa kurang antusias dalam kegiatan praktikum,” jelas Herda Linda yang juga guru SDN 16 Banda Aceh. Pencapaian kriteria

ketuntasan minimal (KKM) pembelajaran IPA hanya mencapai 60 persen dari 34 siswa,” tuturnya.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam 2 siklus tersebut menghasilkan traktor pegas yang dirangkai sendiri oleh siswa. “Pada siklus 1 dengan 2 tindakan, kami melihat

kemampuan siswa bertanya, diskusi, dan membuat kesimpulan masih rendah,” kata Mawardi, dosen UIN Ar Raniry. Dia mengakui bahwa guru cenderung melakukan evaluasi yang lebih bersifat kognitif dengan memberikan soal esai pada siswa.

Pada siklus kedua, tim melakukan 3 kali tindakan dalam pembelajaran merangkai listrik sederhana. “Dari hasil tersebut, didapati siswa mengalami peningkatan

dalam keterampilan proses sains untuk membuat perencanaan, pertanyaan, pengamatan, berkomunikasi, dan lebih baik dalam penyusunan laporan hasil kegiatan,” jelas Mawardi. Didapati keterampilan proses sains siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan model investigasi kelompok dan mengalami meningkat dari 38,23 persen pada siklus satu menjadi 91,18 persen pada siklus dua.

“Dari kolaborasi ini, kami menyimpulkan bahwa perencanaan dalam setiap kegiatan pembelajaran sains sangatlah penting. Penelitian tindakan kelas yang berkolaborasi antara guru dan dosen menghasilkan pola pembelajaran yang lebih baik bagi pencapaian tujuan yang lebih tepat sasaran,” kata Aisah, guru MIN Rukoh Banda Aceh.

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam PTK di Aceh tersebut, dipaparkan pada Konferensi Nasional Hasil Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi Guru dan Dosen, di Jakarta (8/9). Acara yang dihadiri dosen-dosen perwakilan 16 LPTK dan guru-guru dari tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS itu, membahas berbagai temuan dan hasil penelitian yang berhasil memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas.***

Gambar Kiri: katrol sederhana hasil karya siswa.

Gambar kanan: siswa bekerja dalam kelompok kecil

Mahasiswa LPTK memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

USAID PRIORITAS/ Ismail

MEUREUDU – Bupati Pidie Jaya. Aiyub Abbas sahkan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2015 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. “Dengan adanya peraturan yang bersumber pada pendataan yang lengkap seperti ini, dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan ke depan dan memprioritaskan guru berdasarkan kebutuhan,” jelas bupati di ruang kerjanya didampingi oleh Sekretaris Daerah Pidie Jaya, Iskandar dan Kepala Dinas

Pendidikan Pidie Jaya, Roeslan Abdul Gani. “Kita perlu menyesuaikan antara

kebutuhan dengan jumlah guru sehingga tidak terjadi penumpukan guru terutama di kabupaten. Harus ada pemerataan mutu pendidikan yang lebih baik untuk seluruh anak didik hingga ke desa, jadi jangan sampai terjadi kekurangan guru di desa,” lanjut bupati.

Di Pidie Jaya, pada jenjang SD dari 598 rombongan belajar (rombel) terjadi kelebihan guru kelas sebanyak 14 guru

dan kekurangan guru PAI dan penjas sebanyak 53 orang. Untuk jenjang SMP dari 574 guru yang tersedia dengan kebutuhan guru hanya 348 orang maka terjadi kelebihan guru sebanyak 226 orang. Kelebihan guru didominasi pada mata pelajaran (mapel) IPA, IPS dan PAI. Hal tersebut bertolak belakang dengan kebutuhan guru mapel sosial budaya, TIK, Bimbingan Konseling dan Muatan lokal yang masih kekurangan sebanyak 36 guru. Data guru yang disusun dan

dianalisis bersama tim dinas pendidikan, kemenag dan USAID PRIORITAS tersebut bersumber dari hasil pengolahan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kemdikbud dan Software SIMPK-DAPODIK yang dikembangkan USAID PRIORITAS.

Dari analisis yang dilakukan terbukti ketidak merataan

penyebaran guru di Pidie Jaya karena masih adanya kekurangan guru (PNS) mapel tertentu, adanya penumpukan guru pada sekolah atau lokasi tertentu, dan terjadi kekurangan pemenuhan jam mengajar bagi 38 persen guru di Pidie Jaya.***

BIREUEN – Bersama dengan USAID PRIORITAS, Kabupaten Bireuen memulai tahapan penyusunan grand design

pendidikan inklusi di Matang Raya Bireuen pada 25-26 Agustus 2015. Sebanyak 70 peserta dari unsur dinas pendidikan, DPRK komisi pendidikan, MPD, Bappeda, BPM, pemerhati pendidikan, organisasi masyarakat, dan 22 sekolah yang menjadi sekolah percontohan untuk pendidikan inklusi di kabupaten tersebut turut terlibat dalam kegiatan ini.

Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Dengan pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Nasrul Yuliansyah, kepala Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, menjelaskan para peserta akan menyusun program dan kegiatan pendidikan inklusi hingga jangka panjang sebagai pedoman bersama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, “Selama dua hari ini kita akan menyusun

program dan rencana kegiatan jangka pendek, menengah, dan panjang pelaksanaan pendidikan

inklusi ini,” jelas Nasrul. “Secara bersama, kita juga akan menyusun pendanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama empat tahun ke depan,” lanjut dia. Para peserta diharapkan akan

membangun komitmen, kemitraan, dan melakukan sosialisasi pendidikan inklusi secara lebih luas, terutama oleh kelompok kerja kepala sekolah (K3S) sekolah inklusi, serta kelompok kerja guru bimbingan khusus.

Spesialis gender dan pendidikan inklusi USAID PRIORITAS, Wiwit Arianti pada kesempatan yang sama berharap, “Setiap anak berkebutuhan khusus mendapat pelayanan pendidikan yang sama dengan anak didik yang lainnya.” Grand design tersebut akan menjadi pedoman bagi kelompok kerja (pokja) pendidikan inklusi di Kabupaten Bireuen untuk memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan tanpa adanya

diskriminasi.***

Bupati Pidie Jaya, Aiyub Abbas didampingi Kadisdik, Roeslan Abdul Gani (kiri) dan Sekda, Iskandar (kanan)

USAID PRIORITAS/ Mashadi

Rapat Pokja Penyusunan Grand

Design Inklusi Kab. Bireuen USAID PRIORITAS/ Herawati

REDELONG – Rusli M. Saleh, wakil bupati Bener Meriah, melakukan kunjungan secara mendadak (blusukan) ke pelatihan tingkat sekolah modul 3 jenjang SMP/MTs mitra USAID PRIORITAS di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah (31/8). Kegiatan yang diikuti oleh 5 SMP dan 3 MTs masing-masing diwakili 15 guru mapel.

Saat meninjau satu per satu kelompok, wabup berdialog dan menanyakan hasil karya yang sedang diselesaikan di setiap meja. “Dengan pelatihan modul 3, artinya semua guru di delapan sekolah ini sudah dapat membuat RPP yang baik dan benar,” kata Rusli. Wabup berharap hasil dari pelatihan tersebut dapat ditunjukkan saat unjuk karya tingkat kabupaten nantinya. Dengan begitu, hal tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi sekolah lainnya,” jelas Rusli yang telah mengagendakan unjuk karya praktik yang baik bersamaan dengan ulang tahun kabupaten pada Januari 2016. Dalam pelatihan ini, selain materi peningkatan kemampuan literasi pada siswa dan revitalisasi pengelolaan program MGMP, peserta memperoleh materi mengembangkan perangkat penilaian autentik, penyiapan dokumen portofolio bagi siswa, dan

pendampingan guru melalui model

lesson study.***

Seuramoe PPG & Pelatihan

Seuramoe LPTK

Rapat Kerja dengan

Sekolah Lab/Mitra

LPTK

(5)

4

Edisi XII / Juli - September 2015 Edisi XII / Juli - September 2015

5

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe

PRIORITAS

Guru dan Dosen Tingkatkan

Keterampilan Sains Siswa

Pertemuan Konsorsia LPTK

Tingkat Provinsi

Bupati Pidie Jaya Sahkan Perbup PPG

Kabupaten Bireuen Susun

Grand Design Pendidikan Inklusi

Wabup Bener Meriah

Blusukan ke

Pelatihan Guru

Foto: Sri Wahyuni / DC Aceh Jaya

BANDA ACEH - Proses pembelajaran sains yang tidak dilengkapi dengan media, alat, dan sumber belajar yang relevan sesuai dengan tuntutan kurikulum, mendorong guru dan dosen LPTK untuk berkolaborasi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam peningkatan proses sains dalam pembelajaran IPA melalui penerapan investigasi kelompok siswa.

Untuk itu, guru sekolah mitra LPTK dan dosen Unsyiah serta UIN Ar Raniry Banda Aceh melakukan penelitian bersama yang berfokus pada penerapan investigasi kelompok agar dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan peningkatan keterampilan proses sains siswa melalui penerapan investigasi kelompok siswa kelas VI di MIN Rukoh Kota Banda Aceh.

BANDA ACEH – Sebanyak 21 peserta dari 6 LPTK mitra dan konsorsia USAID PRIORITAS kembali mengelar pertemuan rutin untuk membahas berbagai hal yang menyangkut dengan perkuliahan sehingga dapat menginspirasi LPTK-LPTK untuk meningkatkan kualitasnya.

Dalam pertemuan tersebut, pimpinan LPTK saling berbagi pengalaman dalam proses belajar mengajar di universitas mereka. Semuanya telah menerapkan pembelajaran aktif atau kontekstual. Contohnya, Universitas Almuslim Bireuen telah melakukan lesson study dalam meningkatkan proses perkuliahannya. Sementara itu, Fakultas Tarbiyah UIN Ar Raniry dan Universitas Serambi Mekkah telah melakukan kuliah di luar kelas dan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

Pertemuan ini juga menjadi ajang presentasi oleh tim peneliti penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara bersama antara LPTK dan sekolah lab/mitranya. Empat tim melakukan presentasi yang bertajuk Peningkatan

Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III SD Negeri 54 Kota Banda Aceh

Melalui Penggunaan Media Big Book, Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMPN 8 Kota Banda Aceh Melalui Metode SQ3R, Penerapan PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Kelas IX SMPN 8 Banda Aceh, dan Peningkatan Keterampilan Proses Pembelajaran Sains Melalui Penerapan Investigasi Kelompok Siswa Kelas VI MIN Rukoh Kota Banda Aceh. Hasil PTK

memberikan ide untuk semua LPTK dalam meningkatkan proses pembelajaran/perkuliahan di sekolah lab/mitra mereka. ***

BANDA ACEH - USAID PRIORITAS kembali mempertemukan sekolah mitra LPTK untuk membahas rencana pendampingan yang akan dilakukan oleh para fasilitator dari perguruan tinggi (3/9/15). Kegiatan tersebut diikuti oleh 37 orang (dari unsur kepala sekolah dan fasilitator LPTK). Ada beberapa kesepakatan, misalnya kesepakatan menggunakan model

lesson study untuk pendampingan di

sekolah mitra LPTK, dan disepakatinya dua siklus pendampingan, yaitu satu kali siklus untuk perencanaan

(mengembangkan RPP) dalam

kelompok, dan dua kali untuk mengajar di kelas. Para peserta juga sepakat menggunakan metode pendampingan dengan cara 1-2 guru akan mengajar dalam kelas-kelas dan yang lainnya sebagai pengamat. Setelah itu dilanjutkan dengan refleksi pembelajaran. Pendampingan akan dilakukan pada medio Oktober hingga November 2015.***

“Dalam proses pembelajaran IPA, awalnya guru tidak menggunakan LKS yang dibuat sendiri dan kelihatannya siswa kurang antusias dalam kegiatan praktikum,” jelas Herda Linda yang juga guru SDN 16 Banda Aceh. Pencapaian kriteria

ketuntasan minimal (KKM) pembelajaran IPA hanya mencapai 60 persen dari 34 siswa,” tuturnya.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam 2 siklus tersebut menghasilkan traktor pegas yang dirangkai sendiri oleh siswa. “Pada siklus 1 dengan 2 tindakan, kami melihat

kemampuan siswa bertanya, diskusi, dan membuat kesimpulan masih rendah,” kata Mawardi, dosen UIN Ar Raniry. Dia mengakui bahwa guru cenderung melakukan evaluasi yang lebih bersifat kognitif dengan memberikan soal esai pada siswa.

Pada siklus kedua, tim melakukan 3 kali tindakan dalam pembelajaran merangkai listrik sederhana. “Dari hasil tersebut, didapati siswa mengalami peningkatan

dalam keterampilan proses sains untuk membuat perencanaan, pertanyaan, pengamatan, berkomunikasi, dan lebih baik dalam penyusunan laporan hasil kegiatan,” jelas Mawardi. Didapati keterampilan proses sains siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan model investigasi kelompok dan mengalami meningkat dari 38,23 persen pada siklus satu menjadi 91,18 persen pada siklus dua.

“Dari kolaborasi ini, kami menyimpulkan bahwa perencanaan dalam setiap kegiatan pembelajaran sains sangatlah penting. Penelitian tindakan kelas yang berkolaborasi antara guru dan dosen menghasilkan pola pembelajaran yang lebih baik bagi pencapaian tujuan yang lebih tepat sasaran,” kata Aisah, guru MIN Rukoh Banda Aceh.

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam PTK di Aceh tersebut, dipaparkan pada Konferensi Nasional Hasil Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi Guru dan Dosen, di Jakarta (8/9). Acara yang dihadiri dosen-dosen perwakilan 16 LPTK dan guru-guru dari tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS itu, membahas berbagai temuan dan hasil penelitian yang berhasil memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas.***

Gambar Kiri: katrol sederhana hasil karya siswa.

Gambar kanan: siswa bekerja dalam kelompok kecil

Mahasiswa LPTK memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

USAID PRIORITAS/ Ismail

MEUREUDU – Bupati Pidie Jaya. Aiyub Abbas sahkan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2015 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. “Dengan adanya peraturan yang bersumber pada pendataan yang lengkap seperti ini, dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan ke depan dan memprioritaskan guru berdasarkan kebutuhan,” jelas bupati di ruang kerjanya didampingi oleh Sekretaris Daerah Pidie Jaya, Iskandar dan Kepala Dinas

Pendidikan Pidie Jaya, Roeslan Abdul Gani. “Kita perlu menyesuaikan antara

kebutuhan dengan jumlah guru sehingga tidak terjadi penumpukan guru terutama di kabupaten. Harus ada pemerataan mutu pendidikan yang lebih baik untuk seluruh anak didik hingga ke desa, jadi jangan sampai terjadi kekurangan guru di desa,” lanjut bupati.

Di Pidie Jaya, pada jenjang SD dari 598 rombongan belajar (rombel) terjadi kelebihan guru kelas sebanyak 14 guru

dan kekurangan guru PAI dan penjas sebanyak 53 orang. Untuk jenjang SMP dari 574 guru yang tersedia dengan kebutuhan guru hanya 348 orang maka terjadi kelebihan guru sebanyak 226 orang. Kelebihan guru didominasi pada mata pelajaran (mapel) IPA, IPS dan PAI. Hal tersebut bertolak belakang dengan kebutuhan guru mapel sosial budaya, TIK, Bimbingan Konseling dan Muatan lokal yang masih kekurangan sebanyak 36 guru. Data guru yang disusun dan

dianalisis bersama tim dinas pendidikan, kemenag dan USAID PRIORITAS tersebut bersumber dari hasil pengolahan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kemdikbud dan Software SIMPK-DAPODIK yang dikembangkan USAID PRIORITAS.

Dari analisis yang dilakukan terbukti ketidak merataan

penyebaran guru di Pidie Jaya karena masih adanya kekurangan guru (PNS) mapel tertentu, adanya penumpukan guru pada sekolah atau lokasi tertentu, dan terjadi kekurangan pemenuhan jam mengajar bagi 38 persen guru di Pidie Jaya.***

BIREUEN – Bersama dengan USAID PRIORITAS, Kabupaten Bireuen memulai tahapan penyusunan grand design

pendidikan inklusi di Matang Raya Bireuen pada 25-26 Agustus 2015. Sebanyak 70 peserta dari unsur dinas pendidikan, DPRK komisi pendidikan, MPD, Bappeda, BPM, pemerhati pendidikan, organisasi masyarakat, dan 22 sekolah yang menjadi sekolah percontohan untuk pendidikan inklusi di kabupaten tersebut turut terlibat dalam kegiatan ini.

Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Dengan pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Nasrul Yuliansyah, kepala Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, menjelaskan para peserta akan menyusun program dan kegiatan pendidikan inklusi hingga jangka panjang sebagai pedoman bersama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, “Selama dua hari ini kita akan menyusun

program dan rencana kegiatan jangka pendek, menengah, dan panjang pelaksanaan pendidikan

inklusi ini,” jelas Nasrul. “Secara bersama, kita juga akan menyusun pendanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama empat tahun ke depan,” lanjut dia. Para peserta diharapkan akan

membangun komitmen, kemitraan, dan melakukan sosialisasi pendidikan inklusi secara lebih luas, terutama oleh kelompok kerja kepala sekolah (K3S) sekolah inklusi, serta kelompok kerja guru bimbingan khusus.

Spesialis gender dan pendidikan inklusi USAID PRIORITAS, Wiwit Arianti pada kesempatan yang sama berharap, “Setiap anak berkebutuhan khusus mendapat pelayanan pendidikan yang sama dengan anak didik yang lainnya.” Grand design tersebut akan menjadi pedoman bagi kelompok kerja (pokja) pendidikan inklusi di Kabupaten Bireuen untuk memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan tanpa adanya

diskriminasi.***

Bupati Pidie Jaya, Aiyub Abbas didampingi Kadisdik, Roeslan Abdul Gani (kiri) dan Sekda, Iskandar (kanan)

USAID PRIORITAS/ Mashadi

Rapat Pokja Penyusunan Grand

Design Inklusi Kab. Bireuen USAID PRIORITAS/ Herawati

REDELONG – Rusli M. Saleh, wakil bupati Bener Meriah, melakukan kunjungan secara mendadak (blusukan) ke pelatihan tingkat sekolah modul 3 jenjang SMP/MTs mitra USAID PRIORITAS di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah (31/8). Kegiatan yang diikuti oleh 5 SMP dan 3 MTs masing-masing diwakili 15 guru mapel.

Saat meninjau satu per satu kelompok, wabup berdialog dan menanyakan hasil karya yang sedang diselesaikan di setiap meja. “Dengan pelatihan modul 3, artinya semua guru di delapan sekolah ini sudah dapat membuat RPP yang baik dan benar,” kata Rusli. Wabup berharap hasil dari pelatihan tersebut dapat ditunjukkan saat unjuk karya tingkat kabupaten nantinya. Dengan begitu, hal tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi sekolah lainnya,” jelas Rusli yang telah mengagendakan unjuk karya praktik yang baik bersamaan dengan ulang tahun kabupaten pada Januari 2016. Dalam pelatihan ini, selain materi peningkatan kemampuan literasi pada siswa dan revitalisasi pengelolaan program MGMP, peserta memperoleh materi mengembangkan perangkat penilaian autentik, penyiapan dokumen portofolio bagi siswa, dan

pendampingan guru melalui model

lesson study.***

Seuramoe PPG & Pelatihan

Seuramoe LPTK

Rapat Kerja dengan

Sekolah Lab/Mitra

LPTK

(6)

Pelatihan untuk Fasda Percepat

Peningkatan Mutu Pendidikan di Daerah

Mini Bus dan Beasiswa Wujud

Kemitraan dengan Dunia Usaha

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe

PRIORITAS

Dekan FKIP Unsyiah:

Rekrut Guru yang Berkualitas

6

Edisi XII / Juli - September 2015 Edisi XII / Juli - September 2015

7

negeri dituntut setiap tahun harus mengikuti pelatihan. Kami bersyukur USAID PRIORITAS telah membantu untuk mempercepat melakukan pelatihan-pelatihan bagi guru kami yang ada di setiap daerah,” jelasnya.

Pelatihan Modul III MBS itu sendiri difokuskan untuk

mengetahui sejauh mana program budaya baca telah berjalan di sekolah mitra USAID PRIORITAS. Selain itu, diharapkan ada strategi kegiatan baru untuk meningkatkan budaya baca di sekolah, rumah, atau masyarakat serta rencana baru dalam pengembangan budaya baca di sekolah, dan berbagi tindakan nyata antara kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dalam mengelola program budaya baca di sekolah dan masyarakat. Dalam waktu dekat, akan dibagikan ribuan buku membaca kelas awal untuk mempercepat anak membaca dan menumbuhkan minat baca bagi siswa.

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh “SAYA sudah mendapatkan beasiswa

dari PT Tunggal Perkasa Plantation tahun lalu dan tahun ini saya berharap akan mendapatkannya kembali. Ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus belajar dan berprestasi di sekolah,” kata Rahma, siswa kelas III SMPN 1 Sampoiniet. Dia adalah salah seorang di antara enam siswa yang mendapatkan beasiswa PT Tunggal Perkasa Plantation 3.

Anak putus sekolah masih menjadi permasalahan utama di Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Kebanyakan mereka putus sekolah pada jenjang SMP dan SMA. Banyak anak yang memiliki prestasi belajar yang bagus, tetapi putus sekolah karena masalah kemiskinan dan alasan jarak sekolah yang jauh dengan tempat tinggal mereka. Persoalan di atas mendorong kami untuk mencari jalan keluar. Kami mendiskusikan permasalahan tersebut dengan dunia industri di kecamatan kami. Salah satunya adalah PT Tunggal Perkasa Plantation 3 Kuala Crak Monk. Setelah pengajuan usulan dan beberapa kali pertemuan, PT Tunggal Perkasa Plantation menyisihkan sebagian dana program coorporate social

responsibilty (CSR) untuk menyediakan

bus sekolah dan beasiswa. Untuk siswa yang rumahnya jauh dari sekolah, perusahaan menyediakan mini bus untuk antar jemput siswa. Satu buah minibus melayani siswa dari empat desa ke sekolah. Minibus juga menunggu siswa sampai jam pelajaran sekolah selesai. Selain menyediakan transportasi bagi siswa, perusahaan memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi di sekolah. Ada sepuluh siswa peringkat pertama dan kedua dari lima rombel di sekolah kami yang mendapatkan beasiswa.

Masing-masing siswa mendapatkan beasiswa sebesar Rp 750 ribu per tahun. Kriteria penerima beasiswa perusahaan diserahkan kepada sekolah. Salah satu kriteria yang dipakai sekolah untuk menentukan penerima beasiswa adalah siswa yang mendapatkan peringkat kelas pertama sampai ketiga, dan siswa tersebut masuk dalam kategori siswa yang kurang mampu.

Dampaknya, kini sudah tidak ada lagi siswa yang putus sekolah di kecamatan kami. Keterlambatan siswa datang ke sekolah juga menurun. Hampir tidak ada lagi siswa yang datang terlambat dengan alasan rumah yang jauh dan tidak ada kendaraan yang melewati tempat tinggal mereka. Motivasi belajar siswa pun meningkat dengan diberikannya beasiswa kepada siswa yang berprestasi, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mendapat prestasi yang terbaik di kelasnya.***

DEKAN FKIP Unsyiah Dr Djufri mengatakan, pendidikan di Aceh mulai menuju ke arah yang lebih baik, tetapi masih perlu merekrut guru yang berkualitas, “LPTK dapat mendidik mahasiswanya dengan kualitas yang baik yang nantinya menjadi pendidik

berkualitas. Karena itu, dalam kesempatan ini sangat penting jika kita dapat

melakukan pemetaan guru sebagai pendidik dengan lebih baik,” jelasnya saat menghadiri rapat kaji ulang dan persiapan

pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) di Banda Aceh (19/8) yang dihadiri oleh perwakilan 9 kabupaten, FKIP Unsyiah, dan FTK UIN Ar Raniry. Seperti diketahui, USAID PRIORITAS akan membantu 9 kabupaten mitranya di Aceh untuk pendataan guru guna melihat kebutuhan pelatihan bagi guru. Dalam waktu dekat, pemda melalui dinas pendidikan akan menyiapkan data-data guru yang berguna untuk pemetaan PKB tersebut.***

MBS di SMPN 1 Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya

Oleh Sri Indrayati, Kepala SMPN 1 Sampoiniet

“Persoalan siswa mendorong kami mencari jalan keluar melalui dunia

industri setempat”

Sri Indrayati - Kepala SMPN 1 Sampoiniet, Aceh Jaya

Gambar atas: siswa menaiki bus secara tertib setelah jam pelajaran sekolah selesai. Gambar kanan: foto bersama siswa penerima beasiswa.

USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni

USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni

Dekan FKIP Unsyiah,

Dr. Djufri

BANDA ACEH – Untuk melanjutkan program peningkatan mutu sekolah dalam menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran, USAID PRIORITAS kembali melatih 62 fasilitator pembelajaran pada pelatihan tingkat provinsi Aceh modul 3 SD/MI di Aceh Besar (5-9/09). Para peserta yang berasal dari 5 kabupaten dan 2 LPTK, yaitu Pidie, Aceh Tengah, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Jaya, FKIP Unsyiah, dan FTK UIN Ar Raniry, dilatih untuk dapat menerapkan hasil pelatihan dan melatih di kabupatennya masing-masing dalam mengembangkan sekolah bermutu.

Ridwan Ibrahim, koordinator Provinsi Program USAID PRIORITAS Aceh, menyebut pelatihan tingkat provinsi ini merupakan bagian dari upaya terus-menerus meningkatkan kualitas pendidikan dasar. “Setelah berhasil menerapkan paket pelatihan modul 1 dan 2, kini kami menggulirkan paket pelatihan modul 3 yang berorientasi pada

peningkatan kemampuan literasi,” tutur

Ridwan di sela-sela pelatihan. Menurut dia, upaya

mendorong tingkat kemampuan literasi siswa sekolah dasar ditempuh secara terpadu melalui proses

pembelajaran dan pengembangan budaya baca. Literasi mencakup kemampuan siswa membaca dengan pemahaman yang pada akhirnya mampu menghasilkan karya tulis orisinal. Guru didorong untuk lebih kreatif sehingga strategi pembelajaran lebih bervariasi untuk memberi kesempatan siswa membaca dalam proses pembelajaran dan lebih intensif memeriksa pemahaman murid dalam membaca. “Siswa didorong untuk mampu menuliskan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik,” tambahnya. Ridwan menambahkan, USAID PRIORITAS akan memberikan buku-buku bacaan untuk siswa kelas awal ke sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi siswa di sekolah mitra.

Dr Muhibbuthabry, wakil rektor 1 UIN Ar Raniry, menyampaikan bahwa para dosen dan fasda menjadi motor penggerak perubahan bagi guru untuk

mempersiapkan anak-anak Aceh yang mampu bersaing di dunia global ke depan.

Ia juga menyampaikan apresiasi karena UIN Ar Raniry telah dilibatkan dalam pelatihan dan dilatihnya banyak dosen, “LPTK adalah pabrik pencetak guru. Karena itu, dosen sebagai pelaksana produksi harus dapat mencetak guru yang siap untuk mendidik dan membentuk karakter siswa yang lebih baik” jelasnya. Salah seorang peserta pelatihan, Endang Mayuzar, merasakan peningkatan materi pelatihan dari modul 1 hingga 3 dalam pembelajaran sudah cukup baik. “Kesinambungan antara modul sudah sangat baik dan saya yakin dapat diterapkan di sekolah sehingga model pembelajaran dapat berubah,” jelas Kasi Kurikulum SD/SMP Dinas Pendidikan Bener Meriah itu. “Kami akan melakukan diseminasi ke SD dan SMP lainnya di Bener Meriah dengan model yang sama, walaupun anggaran terbatas,” katanya. Mengenai penggunaan buku berjenjang dalam pembelajaran, Ida Mulyani, guru SDN 3 Percontohan, Bireuen, menyebut buku tersebut membuatnya menjadi lebih jelas dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa dan menarik minat baca mereka. ”Implementasi strategi membaca terbimbing, membaca bersama, membaca mandiri, dan menilai kemampuan membaca siswa dengan menggunakan buku bacaan berjenjang ini sangat membantu saya sebagai guru dalam mendampingi anak yang memiliki kemampuan membaca berbeda,” katanya.

BANDA ACEH - Pada saat membuka kegiatan Pelatihan untuk Pelatih Modul III Manajemen Berbasis Sekolah Jenjang SD/MI di

Aceh Besar (10/9), Kakanwil Kemenag Aceh, Daud Pakeh menjelaskan bahwa pelatihan untuk fasilitator

daerah (fasda) merupakan cara cerdas untuk mempercepat peningkatan mutu di daerah, “Fasilitator yang dilatih diharapkan akan menjadi ujung tombak di daerahnya masing-masing untuk

melatih guru-guru yang lain sehingga kita tidak perlu menurunkan fasilitator dari provinsi,”

lanjutnya. Daud mengakui banyak guru yang belum tersentuh pelatihan, “Padahal, pegawai

Kakanwil Kemenag Aceh,

Daud Pakeh

Fasda berlatih membaca bersama dengan menggunakan Buku Besar sebelum melakukan praktik di sekolah

USAID PRIORITAS/ Mashadi

Seuramoe Praktik yang Baik

Modul 3 Tingkatkan

Kemampuan Literasi

Siswa di Aceh

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

(7)

Pelatihan untuk Fasda Percepat

Peningkatan Mutu Pendidikan di Daerah

Mini Bus dan Beasiswa Wujud

Kemitraan dengan Dunia Usaha

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe

PRIORITAS

Dekan FKIP Unsyiah:

Rekrut Guru yang Berkualitas

6

Edisi XII / Juli - September 2015 Edisi XII / Juli - September 2015

7

negeri dituntut setiap tahun harus mengikuti pelatihan. Kami bersyukur USAID PRIORITAS telah membantu untuk mempercepat melakukan pelatihan-pelatihan bagi guru kami yang ada di setiap daerah,” jelasnya.

Pelatihan Modul III MBS itu sendiri difokuskan untuk

mengetahui sejauh mana program budaya baca telah berjalan di sekolah mitra USAID PRIORITAS. Selain itu, diharapkan ada strategi kegiatan baru untuk meningkatkan budaya baca di sekolah, rumah, atau masyarakat serta rencana baru dalam pengembangan budaya baca di sekolah, dan berbagi tindakan nyata antara kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dalam mengelola program budaya baca di sekolah dan masyarakat. Dalam waktu dekat, akan dibagikan ribuan buku membaca kelas awal untuk mempercepat anak membaca dan menumbuhkan minat baca bagi siswa.

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh “SAYA sudah mendapatkan beasiswa

dari PT Tunggal Perkasa Plantation tahun lalu dan tahun ini saya berharap akan mendapatkannya kembali. Ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus belajar dan berprestasi di sekolah,” kata Rahma, siswa kelas III SMPN 1 Sampoiniet. Dia adalah salah seorang di antara enam siswa yang mendapatkan beasiswa PT Tunggal Perkasa Plantation 3.

Anak putus sekolah masih menjadi permasalahan utama di Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Kebanyakan mereka putus sekolah pada jenjang SMP dan SMA. Banyak anak yang memiliki prestasi belajar yang bagus, tetapi putus sekolah karena masalah kemiskinan dan alasan jarak sekolah yang jauh dengan tempat tinggal mereka. Persoalan di atas mendorong kami untuk mencari jalan keluar. Kami mendiskusikan permasalahan tersebut dengan dunia industri di kecamatan kami. Salah satunya adalah PT Tunggal Perkasa Plantation 3 Kuala Crak Monk. Setelah pengajuan usulan dan beberapa kali pertemuan, PT Tunggal Perkasa Plantation menyisihkan sebagian dana program coorporate social

responsibilty (CSR) untuk menyediakan

bus sekolah dan beasiswa. Untuk siswa yang rumahnya jauh dari sekolah, perusahaan menyediakan mini bus untuk antar jemput siswa. Satu buah minibus melayani siswa dari empat desa ke sekolah. Minibus juga menunggu siswa sampai jam pelajaran sekolah selesai. Selain menyediakan transportasi bagi siswa, perusahaan memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi di sekolah. Ada sepuluh siswa peringkat pertama dan kedua dari lima rombel di sekolah kami yang mendapatkan beasiswa.

Masing-masing siswa mendapatkan beasiswa sebesar Rp 750 ribu per tahun. Kriteria penerima beasiswa perusahaan diserahkan kepada sekolah. Salah satu kriteria yang dipakai sekolah untuk menentukan penerima beasiswa adalah siswa yang mendapatkan peringkat kelas pertama sampai ketiga, dan siswa tersebut masuk dalam kategori siswa yang kurang mampu.

Dampaknya, kini sudah tidak ada lagi siswa yang putus sekolah di kecamatan kami. Keterlambatan siswa datang ke sekolah juga menurun. Hampir tidak ada lagi siswa yang datang terlambat dengan alasan rumah yang jauh dan tidak ada kendaraan yang melewati tempat tinggal mereka. Motivasi belajar siswa pun meningkat dengan diberikannya beasiswa kepada siswa yang berprestasi, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mendapat prestasi yang terbaik di kelasnya.***

DEKAN FKIP Unsyiah Dr Djufri mengatakan, pendidikan di Aceh mulai menuju ke arah yang lebih baik, tetapi masih perlu merekrut guru yang berkualitas, “LPTK dapat mendidik mahasiswanya dengan kualitas yang baik yang nantinya menjadi pendidik

berkualitas. Karena itu, dalam kesempatan ini sangat penting jika kita dapat

melakukan pemetaan guru sebagai pendidik dengan lebih baik,” jelasnya saat menghadiri rapat kaji ulang dan persiapan

pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) di Banda Aceh (19/8) yang dihadiri oleh perwakilan 9 kabupaten, FKIP Unsyiah, dan FTK UIN Ar Raniry. Seperti diketahui, USAID PRIORITAS akan membantu 9 kabupaten mitranya di Aceh untuk pendataan guru guna melihat kebutuhan pelatihan bagi guru. Dalam waktu dekat, pemda melalui dinas pendidikan akan menyiapkan data-data guru yang berguna untuk pemetaan PKB tersebut.***

MBS di SMPN 1 Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya

Oleh Sri Indrayati, Kepala SMPN 1 Sampoiniet

“Persoalan siswa mendorong kami mencari jalan keluar melalui dunia

industri setempat”

Sri Indrayati - Kepala SMPN 1 Sampoiniet, Aceh Jaya

Gambar atas: siswa menaiki bus secara tertib setelah jam pelajaran sekolah selesai. Gambar kanan: foto bersama siswa penerima beasiswa.

USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni

USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni

Dekan FKIP Unsyiah,

Dr. Djufri

BANDA ACEH – Untuk melanjutkan program peningkatan mutu sekolah dalam menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran, USAID PRIORITAS kembali melatih 62 fasilitator pembelajaran pada pelatihan tingkat provinsi Aceh modul 3 SD/MI di Aceh Besar (5-9/09). Para peserta yang berasal dari 5 kabupaten dan 2 LPTK, yaitu Pidie, Aceh Tengah, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Jaya, FKIP Unsyiah, dan FTK UIN Ar Raniry, dilatih untuk dapat menerapkan hasil pelatihan dan melatih di kabupatennya masing-masing dalam mengembangkan sekolah bermutu.

Ridwan Ibrahim, koordinator Provinsi Program USAID PRIORITAS Aceh, menyebut pelatihan tingkat provinsi ini merupakan bagian dari upaya terus-menerus meningkatkan kualitas pendidikan dasar. “Setelah berhasil menerapkan paket pelatihan modul 1 dan 2, kini kami menggulirkan paket pelatihan modul 3 yang berorientasi pada

peningkatan kemampuan literasi,” tutur

Ridwan di sela-sela pelatihan. Menurut dia, upaya

mendorong tingkat kemampuan literasi siswa sekolah dasar ditempuh secara terpadu melalui proses

pembelajaran dan pengembangan budaya baca. Literasi mencakup kemampuan siswa membaca dengan pemahaman yang pada akhirnya mampu menghasilkan karya tulis orisinal. Guru didorong untuk lebih kreatif sehingga strategi pembelajaran lebih bervariasi untuk memberi kesempatan siswa membaca dalam proses pembelajaran dan lebih intensif memeriksa pemahaman murid dalam membaca. “Siswa didorong untuk mampu menuliskan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik,” tambahnya. Ridwan menambahkan, USAID PRIORITAS akan memberikan buku-buku bacaan untuk siswa kelas awal ke sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi siswa di sekolah mitra.

Dr Muhibbuthabry, wakil rektor 1 UIN Ar Raniry, menyampaikan bahwa para dosen dan fasda menjadi motor penggerak perubahan bagi guru untuk

mempersiapkan anak-anak Aceh yang mampu bersaing di dunia global ke depan.

Ia juga menyampaikan apresiasi karena UIN Ar Raniry telah dilibatkan dalam pelatihan dan dilatihnya banyak dosen, “LPTK adalah pabrik pencetak guru. Karena itu, dosen sebagai pelaksana produksi harus dapat mencetak guru yang siap untuk mendidik dan membentuk karakter siswa yang lebih baik” jelasnya. Salah seorang peserta pelatihan, Endang Mayuzar, merasakan peningkatan materi pelatihan dari modul 1 hingga 3 dalam pembelajaran sudah cukup baik. “Kesinambungan antara modul sudah sangat baik dan saya yakin dapat diterapkan di sekolah sehingga model pembelajaran dapat berubah,” jelas Kasi Kurikulum SD/SMP Dinas Pendidikan Bener Meriah itu. “Kami akan melakukan diseminasi ke SD dan SMP lainnya di Bener Meriah dengan model yang sama, walaupun anggaran terbatas,” katanya. Mengenai penggunaan buku berjenjang dalam pembelajaran, Ida Mulyani, guru SDN 3 Percontohan, Bireuen, menyebut buku tersebut membuatnya menjadi lebih jelas dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa dan menarik minat baca mereka. ”Implementasi strategi membaca terbimbing, membaca bersama, membaca mandiri, dan menilai kemampuan membaca siswa dengan menggunakan buku bacaan berjenjang ini sangat membantu saya sebagai guru dalam mendampingi anak yang memiliki kemampuan membaca berbeda,” katanya.

BANDA ACEH - Pada saat membuka kegiatan Pelatihan untuk Pelatih Modul III Manajemen Berbasis Sekolah Jenjang SD/MI di

Aceh Besar (10/9), Kakanwil Kemenag Aceh, Daud Pakeh menjelaskan bahwa pelatihan untuk fasilitator

daerah (fasda) merupakan cara cerdas untuk mempercepat peningkatan mutu di daerah, “Fasilitator yang dilatih diharapkan akan menjadi ujung tombak di daerahnya masing-masing untuk

melatih guru-guru yang lain sehingga kita tidak perlu menurunkan fasilitator dari provinsi,”

lanjutnya. Daud mengakui banyak guru yang belum tersentuh pelatihan, “Padahal, pegawai

Kakanwil Kemenag Aceh,

Daud Pakeh

Fasda berlatih membaca bersama dengan menggunakan Buku Besar sebelum melakukan praktik di sekolah

USAID PRIORITAS/ Mashadi

Seuramoe Praktik yang Baik

Modul 3 Tingkatkan

Kemampuan Literasi

Siswa di Aceh

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

(8)

SUATU tantangan besar bagi kami di SDN 16 Tanah Jambo Aye untuk mengajar siswa kelas V yang belum lancar membaca. Delapan puluh persen siswa kelas tersebut masih kurang lancar membaca dan hal ini mendorong saya sebagai guru bahasa Indonesia untuk mempercepat peningkatan kemampuan membaca mereka. Permainan kartu huruf dan kartu kata menjadi solusi bagi siswa agar lebih cepat lancar membaca dan memahami bacaan.

Pertama, saya mempersiapkan beberapa kartu huruf untuk beberapa kelompok. Permainan kartu diawali dengan membentuk kalimat-kalimat dari gambar yang saya tampilkan. Misalnya saya menampilkan gambar bunga maka setiap kelompok akan berlomba siapa yang lebih dulu membentuk kata bunga. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi tanggung jawab untuk memegang beberapa kartu huruf. Kelompok yang paling banyak lebih dulu merangkai huruf menjadi kata akan mendapatkan bintang. Kedua, untuk memperlancar siswa membentuk kata menjadi suatu kalimat

maka saya telah mempersiapkan kartu kata untuk setiap kelompok, setiap kelompok mendapatkan beberapa

kartu kata yang dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok secara merata. Saya menyebutkan satu kalimat, dan setiap kelompok menyusun kartu kata menjadi satu kalimat tersebut, permainan ini membangkitkan gairah siswa untuk mengenal kalimat dan membaca sambil bermain. Di akhir pembelajaran, setiap siswa diberikan tugas untuk membuat kartu kalimatnya dan pada pertemuan berikutnya kami bermain kartu kata sebelum pembelajaran bahasa Indonesia dimulai.

Saat ini, dengan dukungan kepala sekolah dan guru lainnya maka setiap 15 menit sebelum dimulainya pembelajaran di pagi hari, semua siswa diwajibkan untuk membaca dan mengunjungi perpustakaan. Guru piket dan guru lainnya juga ikut membantu siswa untuk belajar membaca lancar dan memahami bacaan.*** Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 16 Tanah Jambo Ayee, Kab. Aceh Utara

Oleh Ainul Mardhiani, Guru SDN 16 Tanah Jambo Ayee

USAID PRIORITAS/ Cut Rahmawati

USAID PRIORITAS/ Cut Rahmawati

Gambar atas: siswa menggunakan kartu kata untuk menyusun kalimat. Bawah: Siswa menempelkan kalimat di papan tulis.

PIDIE – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie, Murthalamuddin mengingatkan perlunya sumber belajar yang bervariasi dalam pembelajaran PAKEM dan kontekstual. “Siswa membutuhkan variasi sumber belajar, sehingga tidak selalu belajar di dalam kelas. Jika sekolah kita berdekatan dengan sawah, ajak siswa belajar IPA di sawah atau di lingkungan sekolah. Jika sekolah di dekat pasar, ajak mereka ke pasar misalnya untuk mengetahui cara membuat mie dan siswa langsung dapat mewawancarai pembuat mie,” jelas Murthalamuddin di hadapan pemangku kepentingan bidang pendidikan, para fasilitator daerah (fasda), kepala sekolah, dan guru pada kegiatan USAID

PRIORITAS Stakeholder Coordination

Meeting di aula dinas pendidikan (3/9).

Kadisdik menjelaskan, semua pihak berkewajiban membentuk karakter anak menjadi yang lebih baik. “Selain

mempunyai fungsi sebagai pendidik, kita juga sebagai orang tua bagi anak-anak kita. Kita harus membentuk karakter dan melatih otak anak-anak kita sehingga mereka mampu mengungkapkan perasaan yang benar. Perilaku dan karakter anak mencontoh orang tuanya. Contohnya, banyak orang tua yang melanggar peraturan dan lampu lalu lintas saat berkendaraan dengan anaknya. Ini adalah contoh kecil yang tidak kita sadari yang dapat membentuk karakter buruk pada anak,” tegasnya.

Ia juga berharap para fasda sebagai ujung tombak perubahan pembelajaran dan manajemen di sekolah dapat menularkan ilmunya pada sekolah-sekolah lainnya. “Setiap pagi sebelum ke kantor, saya menyempatkan diri ke sekolah. Banyak yang harus kita benahi di sekolah. Kami sangat berharap fasda dapat menularkan ilmunya kepada sekolah-sekolah lain,” tukasnya.

Kadisdik Pidie,

Murthalamuddin

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

DALAM pembelajaran IPA kali ini, saya mengajak

siswa kelas IV untuk memanfaatkan tumbuhan obat sebagai media pembelajaran sekaligus untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebelumnya, siswa sudah ditugaskan dari rumah untuk membawa kunyit, jahe, asam jawa, gula aren, serai, dan tumbuhan yang biasa digunakan

untuk obat-obatan. Siswa saya bagi dalam lima kelompok. Setiap anggota kelompok diminta memilih salah satu tanaman obat dan mencari informasi manfaatnya untuk kesehatan dari bahan bacaan yang disediakan guru. Setelah selesai, setiap anggota kelompok

mengumpulkan hasil temuannya di kelompok. Kemudian perwakilan

kelompok saling mempresentasikan

hasil karya mereka ke kelompok lainnya.

Pembelajaran ini tidak hanya selesai setelah siswa presentasi. Bahan-bahan tumbuhan obat seperti kunyit, asam jawa, gula aren, dan beberapa bahan yang dibawa oleh siswa dibersihkan bersama-sama. Di sinilah inti pembelajarannya, bahan-bahan yang mereka bawa dalam pembelajaran IPA tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jamu yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Di setiap kelompok, siswa mendapat panduan cara membuat jamu. Semua siswa tampak asyik bekerja sama membersihkan bahan-bahan kerja kelompok mereka, memotong beberapa bagian, memprosesnya dalam blender yang sudah disediakan, dan memasaknya. Mereka bisa langsung menikmati hasil karyanya dan merasakan manfaat dari sumber daya alam untuk kesehatan tubuh.***

Pembelajaran IPA di MIN Ulee Gle, Kabupaten Pidie Jaya

Oleh Raudhatul Fuad SPd, Guru MIN Ulee Gle

Siswa bekerja sama membuat jamu.

USAID PRIORITAS/ Mashadi

PEMBELAJARAN dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa kami terapkan di MIN Seunuddon Aceh Utara untuk siswa kelas 1. Salah satunya dengan menggunakan lantai kelas siswa untuk media belajar berhitung dan menciptakan budaya antri secara tertib.

Untuk menanamkan budaya tertib, kami juga mewajibkan siswa menyerahkan atau mengumpulkan tugas secara tertib mengikuti garis lantai. Selama ini saat mereka naik ke jenjang yang lebih tinggi para siswa masih tidak terbiasa antri dan saling berebutan saat menyerahkan tugas. Setelah pengenalan angka dan dilanjutkan dengan perhitungan dasar, masing masing kelompok memanfaatkan lantai kelas (ubin) untuk penjumlahan sambil mengisi lembar kerja (LK) yang telah disiapkan. Misalnya 7 + 3 maka setiap kelompok menandai 7 petak ubin dan 3 petak ubin. Mereka jumlahkan secara keseluruhan dan mengisi hasilnya pada LK.

Bagi kelompok yang lebih dulu selesai maka semua siswa kelompok tersebut berdiri pada garis yang dipersiapkan di lantai kelas untuk antri menyerahkan hasil secara bersama sehingga diikuti oleh kelompok lainnya yang lebih dahulu selesai mengisi LK.

Budaya antri secara tertib ini kami wajibkan untuk setiap kegiatan di kelas. Misalnya saat menyelesaikan tugas-tugas pribadi maka semua siswa akan mengikuti garis yang ada pada lantai kelas saat menyerahkan tugas sehingga siswa tidak saling berebutan di depan meja guru. Kami melihat belajar angka dan perhitungan dasar serta menciptakan budaya antri menyerahkan jawaban secara tertib ini dilakukan dengan sangat menyenangkan bagi siswa. Mereka belajar

Oleh Rusdawati SPdI, Guru MIN Seunuddon, Kab. Aceh Utara

Siswa antri menyerahkan tugas sesuai dengan alur pada ubin lantai kelas

Belajar Membuat

Kalimat dengan

Kartu Huruf dan Kata

Kadisdik Pidie: Sumber Belajar Perlu Bervariasi

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe Praktik yang Baik

Seuramoe Praktik yang Baik

Seuramoe

PRIORITAS

Belajar IPA

Bonusnya Minum Jamu

Lantai Kelas untuk Media Berhitung

dan Ciptakan Budaya Tertib

Gambar

Gambar Kiri: katrol sederhana  hasil karya siswa.
Gambar Kiri: katrol sederhana  hasil karya siswa.
Gambar atas: siswa menggunakan kartu kata  untuk menyusun kalimat. Bawah: Siswa  menempelkan kalimat di papan tulis.
Gambar atas: siswa menggunakan kartu kata  untuk menyusun kalimat. Bawah: Siswa  menempelkan kalimat di papan tulis.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian pembaca mengenai sampul dan ilustrasi yang terdapat pada buku #88 Love Life memiliki kategori baik, karena responden yang menjawab tampilan sampul, bahan sampul

Kemudian setelah mekanik sistem pengukur kedalaman selesai dibuat, maka dilakukan proses kalibrasi sensor rotary encoder, untuk mengetahui respon rotary encoder terhadap

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS) adalah terciptanya suatu Sistem Informasi Pengawasan yang terintegrasi antara sistem perencanaan,

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Peserta mampu membuat Rencana Usaha yang realistis dengan mengukur Kemampuan Diri dan Kemampuan Usaha.. Peserta memahami Visi, Misi, & Goal

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual pada remaja yang pada dasarnya

Penelitian ini masuk kedalam studi kepustakaan (Library Research). Hasil dari penelitian ini adalah, 1) Wakaf konten youtube ini sebagai salah satu instrumen

banyak permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di Indonesia. Permasalahan tersebut tidak akan terjadi jika setiap guru mampu menghayati kompetensi