• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA PADA WARGA NEGARA MUDA MELALUI MODEL PROJECT CITIZEN (Studi Kuasi eksperimen di SMA Negeri I Ciwidey, Kabupaten Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA PADA WARGA NEGARA MUDA MELALUI MODEL PROJECT CITIZEN (Studi Kuasi eksperimen di SMA Negeri I Ciwidey, Kabupaten Bandung)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA PADA

WARGA NEGARA MUDA MELALUI MODEL PROJECT CITIZEN (Studi Kuasi eksperimen di SMA Negeri I Ciwidey, Kabupaten Bandung)

Margi Wahono1

Abstrak: Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan penting dalam pengembangan karakter bangsa pada diri siswa sebagai warga negara muda, khususnya sebagai modal awal bagi bangsa dan negara untuk mempertahankan eksistensinya di masa mendatang. Sayangnya, saat ini pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih menggunakan model konvensional dimana pembelajaran berpusat di guru dan hanya mengutamakan aspek kognitif saja, yang dapat menghambat pengembangan karakter bangsa pada warga negara muda melalui PKn. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pembelajaran PKn yang menggunakan model project citizen dibandingkan dengan pembelajaran PKn yang menggunakan model konvensional dalam mengembangkan pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), perbuatan moral (moral action), dan mengembangkan karakter bangsa pada diri siswa di SMA Negeri 1 Ciwidey. Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, bertolak dari strategi “inquiri, discovery, problem solving, research-oriented” yang dikemas dalam model “Project” ala john Dewey. dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut: mengidentifikasi masalah, memilih masalah, mengumpulkan informasi, mengembangkan portofolio kelas, menyajikan portofolio kelas, melakuka refleksi pengalaman belajar. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen Jenis desain kuasi eksperimen yang peneliti gunakan dalam kajian ini adalah desain Pre test and post test, dengan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Hasil penelitian untuk indikator pengetahuan moral pada pre test diperoleh 2,195 post test diperoleh 7,200. Untuk aspek perasaan moral mengalami peningkatan sebesar 7, 268, sementara untuk aspek perbuatan moral mengalami peningkatan sebesar 4, 006. Kedua kelas mengalami perbedaan yang signifikan yaitu untuk kelas eksperimen mengalami peningkatan dari nilai skor rata-rata 189,45 naik menjadi 217, sedangkan untuk kelas kontrol tidak mengalami kenaikan yang signifikan yaitu dari nilai skor rata-rata sebesar 185,58 menjadi 188,65. Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan yang diperoleh, penulis memberikan rekomendasi bahwa penerapan model Project Citizen dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berpengaruh baik digunakan untuk pengembangan karakter bangsa pada warga negara muda.

Kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Project Citizen, karakter bangsa pada warga negara muda.

1Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial

(2)

PENDAHULUAN

Upaya pengembangan karakter melalui pendidikan karakter sebenarnya telah banyak dilakukan, terutama di dunia persekolahan dengan ujung tombaknya melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (civic education). Namun, demikian, menurut Sapriya (2007:2) upaya Pendidikan Kewarganegaraan yang sejak lama itu belumlah optimal dan belum berhasil mencapai harapan. Bahkan hingga saat ini program pendidikan ini malah dipertanyakan keberadaan dan kenyataannya.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh warga negara di masa sekarang ini ialah kemampuan untuk dapat berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu-isu kewarganegaraan. Oleh karena itu dalam proses pembelajarannya diperlukan juga model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk dapat menanggapi serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan isu-isu kewarganegaraan.

Sebagai mata pelajaran yang berupaya mewujudkan warga negara yang baik dan cerdas (smart and good citizen), maka Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus dikemas dalam pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa berpartisipasi. Apabila hal itu terjadi maka kebiasaan yang terjadi di dalam kelas akan terbawa ke lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat, bangsa dan negara.

Berkowitz (1998) menyatakan bahwa kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya saja ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukannya karena ia takut dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau emosi). Memakai istilah Lickona (1992) komponen ini dalam pendidikan karakter disebut “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Menurut Lickona, pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral feeling) dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham.

Masalah utama dalam

pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari-belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan.

(3)

Hal ini berkaitan dengan kritik masyarakat terhadap materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang tidak bermuatan nilai-nilai praktis tetapi hanya bersifat politis atau alat indoktrinasi untuk kepentingan kekuasaan pemerintah. Metode pembelajaran dalam Proses pembelajaran terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan one way method. Guru PKn mengajar lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, di samping masih menggunakan model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih dominan daripada siswa.

Untuk menghadapi kritik masyarakat tersebut di atas, suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai alternatif, yaitu model pembelajaran project citizen, yang diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, serta secara fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki suatu kebebasan berpikir, berpendapat, aktif dan kreatif yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah sosial. Dengan strategi itu pembelajaran diskenariokan untuk melibatkan peserta didik dalam praktek pemecahan masalah sosial, khususnya yang berkenaan dengan berbagai aspek kebijakan publik secara kolektif.

Kaitannya dengan pengembangan karakter bangsa pada warga negara muda, project citizen pun memiliki

peranan yang tepat, dimana project citizen menganggap kaum muda sebagai sumber kewarganegaraan, sebagai anggota yang berharga dari komunitasnya yang bernilai yang gagasan dan tenaganya dapat secara nyata dicurahkan pada masalah-masalah kebijakan publik (Budimansyah, 2009:19).

Definisi Operasional

Karakter Bangsa Pada Warga Negara Muda

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang unik-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang unik-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan sikap Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap negara kesatuan republik Indonesia (2010:7). Komponen utama dari karakter bangsa adalah tata nilai (values) yang dibangun dan ditumbuhkembangkan oleh para warga negaranya. Oleh karena itu, keberhasilan atau kegagalan sebuah bangsa menjadi sangat tergantung pada upaya pembinaan dan pembangunan karakter warga negaranya (Radjasa, 2009:1).

DeVos (dalam Kardiman, 2008:28) mendefinisikan bahwa karakter

(4)

bangsa sebagai berikut: the term “National Charaacter” is used to described the enduring personality characteristic and unicue life style found among the populations of particular national states. Artinya, istilah karakter bangsa digunakan untuk mendskripsikan ciri-ciri kepribadian yang tetap dan gaya hidup yang khas yang ditemui pada penduduk negara bangsa tertentu. Karena terkait dengan masalah kepribadian yang merupakan bagian dari aspek kejiwaan maka diakui oleh Devos bahwa dalam konteks perilaku, karakter bangsa dianggap sebagai istilah yang abstrak yang terikat oleh aspek budaya dan termasuk dalam mekanisme psikologis yang menjadi karakteristik masyarakat tertentu. Proses pembentukan karakter bangsa dimulai dari penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa.

Untuk kemajuan negara Republik Indonesia diperlukan karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi iptek yang semuanya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan sama sebagai jadi diri bangsa (Budimansyah dkk,2010:5). Lickona (2004) menyatakan bahwa secara substantif terdapat tigaunjuk perilaku (operatives values, values in

action) yang satu sama lain saling berkaitan, yakni moral knowing, moral feeling, and moral behavior.Lickona (2004) menegaskan lebih lanjut bahwa karakter yang baik ataugood charakter terdiri atas proses psikologis knowing the good, desiring the good, and doing the good—habit of the mind, habit of the heart, and habit of action.

Proses pembentukan karakter bangsa dimulai dari penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan negara Republik Indonesia diperlukan karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi iptek yang semuanya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan sama sebagai jadi diri bangsa.

Menurut pasal 26 Undang-undang dasar 1945, Warga negara adalah warga suatu Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Warga negara merupakan terjemahan kata citizens (bahasa Inggris) yang mempunyai arti warga negara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air; bawahan atau kaula Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi atau

(5)

perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari organisasi yang bernama negara Sri Lestari (2010). Kalidjernih (2010:166) mendefinisikan warga negara sebagai anggota dari sebuah komunitas politik atau negara yang memiliki serangkaian hak dan kewajiban.

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, terdaapat 18 nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, akan tetapi yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini hanya lima nilai saja yaitu toleransi, semangat kebangsaan, peduli sosial, tanggung-jawab, disiplin. hal itu sejalan dengan pendapat dari Koentjoroningrat yang mengatakan bahwa mentalitas bangsa Indonesia ini mempunyai kelemahan:

1. Sifat mentalitas yang meremehkan mutu

2. Sifat mentalitas yang suka menerabas

3. Sifat mentalitas tak percaya diri sendiri

4. Sifat mentalitas tak berdisiplin murni

5. Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggungjawab yang kokoh

Karakter bangsa pada warga negara muda menurut peneliti di dalam penelitian ini ialah yaitu merupakan aktualisasi tata nilai budaya dan potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya yang menjadi ciri atau suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai

kepribadian masyarakat tersebut. Dalam hal ini karakter dari warga negara yang berusia remaja, yang merupakan generasi baru yang akan mempertahankan eksistensi bangsa dimasa mendatang, yang memiliki karakter yang berpotensi untuk dikembangkan agar menjadi warga negara yang berkarakter sehingga menjadi warga negara yang baik dan cerdas (smart and good citizen). Siswa sekolah menengah atas dapat dikatakan sebagai warga negara muda yang merupakan anggota dari sebuah komunitas politik atau negara yang memiliki serangkaian hak dan kewajiban. Project Citizen

Project Citizen dikembangkan dan didiseminasikan oleh Center for Civic Education melalui jaringan CIVITAS International. Model ini pada dasarnya bertolak dari pendekatan Project John Dewey yang direkonstruksi sebagai social inquiry project dan group investigation yang terfokus pada kajian dan partisipasi warga negara dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik. Tujuan dari model ini adalah berkembangnya kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi masalah, memilih masalah untuk dipecahkan secara kelompok, mengidentifikasi dan memilih pemecahan masalah, merumuskan usulan kebijakan, dan mensosialisasikan usulan kebijakan agar mendapat dukungan luas. Project citizen adalah sebuah model pembelajaran berbasis potofolio, Melalui model ini para siswa bukan hanya diajak untuk memahami konsep dan prinsip keilmuan, tetapi juga

(6)

mengembangkan kemampuannya untuk bekerja secara kooperatif melalui kegiatan belajar praktik-empirik. dengan demikian pembelajaran akan semakin menantang, mengaktifkan dan lebih bermakna.

Budimansyah (2008:184), menjelaskan bahwa tujuan dari project citizen adalah untuk membantu perkembangan berbagai kecakapan kewarganegaraan yang penting bagi kewarganegaraan demokrasi. Berbagai aspek dari program tersebut dan interaksi siswa dengan teman sekelas mereka, perwakilan pemerintah, dan organisasi non-pemerintan pada waktu para siswa melakukan penelitian yang intensif mengenai masalah-masalah masyarakat memungkinkan para siswa untuk menerapkan kecakapan intelektual dan kecakapan pastisipatif.

Menurut Budimansyah (2008:22), project citizen yang diadaptasi di Indonesia memiliki karakteristik substantive dan psiko-pedagogis sebagai berikut:

1. Bergerak dalam konteks substantif dan sosio-kultural kebijakan publik sebagai salah satu koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana interaksi warga negara dengan negara dalam melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab, yang secara kurikuler dan pedagogis merupakan misi utama Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Menerapkan model

“portofolio-based learning” atau “model

pembelajaran berbasis portofolio” dan portofolio-assisted assesment” atau “penilaian berbasis portofolio” yang dirancang dalam desain pembelajaran yang secara demokratis. Kompetensi ini bersifat intergatif yang di dalamnya termasuk seluruh dimensi kompetensi kewarganegaraan (civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic commitment, civic confidence, dan civic Competence). 3. Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi langkah strategi pemecahan masalah dengan langkah-langkah: Identifikasi masalah yang ada di masyarakat, pemilihan masalah, pengumpulan data, Pembuatan portofolio, show case, refleksi. Adapun kemasan portofolionya mencakup panel sajian (portofolio tayangan) dan file dokumentasi (bundel dokumentasi) dikemas dengan menggunakan sistematika identifikasi dan pemilihan masalah, alternatif kebijakan, usulan kebijakan, dan rencana tindakan. Sementara kegiatan show case didesain sebagai forum dengar pendapat (simulated public hearing).

Selain hal tersebut di atas, project citizen tepat diterapkan dipersekolahan tingkat menengah atau usia-usia remaja (berusia 10-15 tahun), karena diusia sekolah menengah para siswa berusaha membentuk identitas mereka sendiri dan para siswa harus diberikan kesempatan untuk membina hubungan mereka

(7)

dengan masyarakat (Budimansyah, 2008:183).

Pada dasarnya project citizen sebagai model pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar, sehingga memiliki kemampuan mengorganisasi informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya atau tugas-tugasnya. Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam model “Project” oleh John Dewey.

Dalam penelitian ini, model project citizen didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk berbagai potensi kebermaknaan siswa, baik berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa, terutama pembinaan tatanan nilai, yaitu kepemimpinan diri pada siswa, agar siswa menjadi a good young citizenship yang berkualitas sebagai warga negara yang cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggung jawab. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat.

b. Memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas.

c. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji. d. Membuat portofolio kelas.

e. Membuat portofolio dengar pendapat (show case).

f. Melakukan refleksi pengalaman belajar.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan kerangka, pola, atau rancangan yang menggambarkan alur dan arah penelitian, yang di dalamnya terdapat langkah-langkah atau tahap-tahap yang menunjukkan suatu urutan kerja.

Penelitian ini merupakan penelitian kelas dengan menggunakan metode quasi esperiment (kuasi eksperimen). Jenis disain kuasi eksperimen yang peneliti gunakan dalam kajian ini adalah disain (Pretest and posttest),

Kelas eksperimen A O X O Kelas kontrol A O O

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ialah observasi dan kuesioner.

Untuk menguji penggunaan model project citizen dalam mengembangkan karakter bangsa pada warga negara muda di sekolah menengah atas, dilakukan analisis kuantitatif melalui statistik uji t, dengan menggunakan SPSS.

Uji “t” dilakukan dengan membandingkan hasil tes (pretes dan postes) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengukuran melalui statistik uji “t” ini,

(8)

kemudian dapat diketahui perbedaan rata-rata hasil tes antar kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang memperlihatkan penggunaan model project citizen dalam mengembangkan karakter bangsa pada warga negara muda di sekolah menengah atas dalam pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dampak Penerapan Pembelajaran

Project Citizen Terhadap

Pengembangan Pengetahuan Moral (Moral Knowing) Siswa di SMA Negeri 1 Ciwidey

Dari hasil pengujian data rata-rata skor pretes karakter bangsa pada warga negara muda terhadap kedua kelas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk data hasil pretes, Dari hasil perhitungan uji t diperoleh 2,195 sehingga data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan untuk data hasil Post Tes, Dari hasil perhitungan diperoleh 7,200, sehingga dapat disimpulkan terdapat perberbedaan secara signifikan setelah penerapan model Project Citizen.

Dampak Penerapan Pembelajaran Model Project Citizen Terhadap Pengembangan Perasaan Moral (Moral Feeling) Siswa Di SMA Negeri 1 Ciwidey

Dari hasil pengujian data rata-rata skor pretes tes kemampuan siswa terhadap kedua kelas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sehingga

kedua kelas tersebut siap menerima materi baru. Sementara itu, untuk data hasil pretes, Dari hasil perhitungan diperoleh 1,329 sehingga data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan untuk data hasil postes, Dari hasil perhitungan diperoleh 8,597 sehingga dapat disimpulkan terdapat perberbedaan secara signifikan setelah penerapan model Project Citizen.

Penerapan Pembelajaran Model

Project Citizen Berdampak Terhadap

Pengembangan Perbuatan Moral (Moral Action) Siswa Di SMA Negeri 1 Ciwidey

Dari hasil penelitian dan pengolahan data, diperoleh hasil untuk data hasil pre test, Dari hasil perhitungan diperoleh 1,460 Sedangkan untuk data hasil post test, Dari hasil perhitungan mengalami peningkatan menjadi 5,466 sehingga dapat disimpulkan terdapat perberbedaan secara signifikan setelah penerapan model Project Citizen.

Perbedaan Antara Siswa Yang Menggunakan Model Project Citizen Dengan Siswa Yang Tanpa Perlakuan Dalam Mengembangkan Karakter Siswa Di SMA Negeri 1 Ciwidey

Berdasarkan analisis terhadap skor rata-rata pre test kemampuan siswa pada kelas yang pembelajarannya dengan model Project Citizen (kelas eksperimen) diperoleh skor sebesar 189,45 dan skor rata-rata pre test siswa yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional sebesar 185,58.

(9)

Dari hasil analisis tersebut, kedua kelas mengalami perbedaan yang signifikan yaitu untuk kelas eksperimen mengalami peningkatan dari nilai skor rata-rata 189,45 naik menjadi 217 sedangkan untuk kelas kontrol tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan cenderung tetap/turun yaitu dari nilai skor rata-rata sebesar 185,58 menjadi 188,65 Ternyata peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki peningkatan karakter bangsa pada warga negara muda dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol.

SIMPULAN

Kesimpulan Umum

Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan yang diperoleh, secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal pengembangan karakter bangsa antara kelas eksperimen yang menerapkan model Project Citizen dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model Project Citizen.

Model pembelajaran portofolio belum pernah dilaksanakan di kelas XI SMAN 1 Ciwidey, Kabupaten Bandung. Penelitian ini merupakan pertama kalinya model pembelajaran Project Citizen dilaksanakan di SMAN 1 Ciwidey, kabupaten Bandung sebagai upaya untuk mengembangkan karakter

bangsa pada warga negara muda. Langkah-langkah pembelajaran Project Citizen berupa identifikasi masalah; memilih masalah untuk dikaji di kelas; mengumpulkan informasi (data); mengembangkan portofolio kelas; menyajikan portofolio dalam diskusi kelas dan penyajian tayangan dan dokumentasi; serta merefleksikan pengalaman belajar telah dilaksanakan secara terencana dan sistematis.

Model pembelajaran Project Citizen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dianggap mampu mengembangkan karakter bangsa pada warga negara muda khususnya dalam lima hal yaitu toleransi, semangat kebangsaan, peduli sosial, tanggung-jawab, disiplin. kelima karakter tersebut merupakan bagian dari 18 nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. hal itu karena dengan menggunakan model ini, siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat langsung merasakan apa yang dipelajarinya, baik di kelas maupun dalam kehidupan di masyarakat, dengan model ini siswa dapat mengungkap masalah yang dikajinya dan dapat memberikan solusi tehadap permasalahan tersebut, dengan kata lain model ini memberikan pengelaman belajar yang baik bagi siswa untuk dijadikan bekal di kehidupan di masyarakat.

Dengan diterapkannya pembelajaran Project Citizen di SMA Negeri 1 Ciwidey, siswa menjadi lebih

(10)

kreatif dan kritis, ini terlihat dari kemampuan siswa memahami fenomena peristiwa di masyarakat, menanggapi masalah yang ada kemudian memecahkan masalah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Selain itu juga siswa lebih berani menyampaikan gagasan, siswa mampu menggali dan menganalisa informasi untuk dipakai membuat keputusan.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model Project Citizen dilakukan dengan Langkah-langkah pembelajaran berupa identifikasi masalah; memilih masalah untuk dikaji di kelas; mengumpulkan informasi (data); mengembangkan Project Citizen di kelas; menyajikan Project Citizen dalam diskusi kelas dan penyajian tayangan dan dokumentasi; serta merefleksikan pengalaman belajar. Penerapan model ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan model konvensional dimana pembelajaran hanya berpusat pada guru saja, yang hanya mengutamakan aspek kognitif saja, sedangan pembelajaran dengan model Project Citizen tidak hanya aspek kognitifnya saja yang tergali, kepekaaan dan kepedulian sosial siswa, serta rasa tanggung jawab dan disiplin siswa pun dapat tergali, sehingga akan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi dan akhirnya akan memiliki karakter yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia.

Kuatnya hubungan antara pembelajaran dengan model project citizen dalam Pendidikan

Kewarganegaraan untuk

mengembangkan karakter pada warga

negara muda khususnya toleransi, semangat kebangsaan, peduli sosial, tanggung-jawab, disiplin dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya model ini lebih menarik bagi siswa karena dalam pembelajarannyat idak hanya aspek kognitifnya saja yang diungkap, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor siswa juga sangat penting untuk mengambangkan karakter bangsa pada diri siswa sebagai warga negara muda.

Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Citizen berpengaruh signifikan terhadap pengembangan karakter bangsa pada warga negara muda di kelas XI SMAN 1 Ciwidey, Kabupaten Bandung. Kesimpulan Khusus

a. Keberhasilan peningkatan karakter bangsa pada warga negara muda dalam hal tanggung jawab, disiplin, peduli sosial, toleransi, dan rasa kebangsaan untuk aspek pengetahuan moral (Moral Knowing) terjadi setelah diterapkannya model Project Citizen. Terdapat perbedaan yang signifikan penngetahuan moral antara siswa yang menggunakan model Project Citizen dengan yang tanpa perlakuan.

b. Keberhasilan pengembangan karakter bangsa pada warga negara muda dalam hal tanggung jawab, disiplin, peduli sosial, toleransi, dan rasa kebangsaan untuk aspek untuk aspek perasaan moral (Moral Feeling) pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ciwidey, terjadi setelah penerapan Model pembelajaran

(11)

Project Citizen. Terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang menggunakan model Project Citizen dengan yang tanpa perlakuan. c. Keberhasilan pengembangan

karakter bangsa pada warga negara muda dalam hal tanggung jawab, disiplin, peduli sosial, toleransi, dan rasa kebangsaan untuk aspek untuk untuk aspek tindakan moral (Moral Action) pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ciwidey, terjadi setelah penerapan Model pembelajaran Project Citizen. Terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang menggunakan model Project Citizen dengan yang tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan pada tahap pengukuran aspek tersebut, siswa dapat melakukannya dengan baik, bagaimana untuk berperilaku moral yang disiplin, bertanggung jawab, peduli sosial, tenggang rasa, dan rasa kebangsaan.

d. Semakin sempurna penerapan model project citizen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), semakin memberikan dorongan terhadap pengembangan karakter bangsa yang baik pada diri siswa sebagai warga negara muda, dengan selalu memperhatikan tahapan-tahapan dalam model ini sebagai modal dasar untuk menciptakan generasi penerus yang memiliki karakter yang baik.

SARAN

Untuk Guru PKn

Model Project Citizen dapat dijadikan sebagai model pembelajaran

alternatif sebagai solusi dalam menciptakan suasana aktif selama pembelajaran PKn, sehingga siswa tertarik serta terangsang untuk mengikuti pembelajaran PKn secara serius, karena selama ini PKn dianggap mata pelajaran yang menjenuhkan.

Untuk Siswa

Siswa dapat menerapkan manfaat dari penerapan model Project Citizen karena Project Citizen sebagai sebuah inovasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengembangkan karakter siswa, melatih tanggung jawab dan kedisiplinan siswa, melatih kreatifitas, melatih siswa untuk memberikan solusi terhadap permasalahan sosial, serta siswa dapat berpartisipasi aktif untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Untuk Sekolah

Model pembelajaran Project Citizen, dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan karakter siswa, tidak hanya oleh mata pelajaran PKn saja, tetapi juga dapat diterapkan oleh mata pelajaran lainnya. Selain itu, hendaknya pihak sekolah memberi dukungan agar project citizen dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Untuk Peneliti Selanjutnya

Hendaknya, untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti mengenai 18 nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia, selain toleransi, semangat kebangsaan, peduli sosial, tanggung-jawab, disiplin. Selain itu, untuk peneliti

(12)

selanjutnya agar menggunakan metode penelitian lain selain kuasi eksperimen, khususnya metode penelitian kualitatif. DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta Branson, M.S. (1998). The Role of Civic

Education. Calabasas: CCE. Budimansyah dkk (2010). MODEL

PENDIDIKAN KARAKTER DI

PERGURUAN TINGGI

Penguatan PKn, Layanan Bimbingan Konseling dan KKN Tematik di Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, Dasim (2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Prodi PKn Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Kalidjernih, FK 2010, Kamus Studi Kewarganegaraan Perspektif Sosiologis Dan Politis, Widya Aksara Press, Bandung

Kardiman, Yuyus (2008). Membangun Kembali Karakter Bangsa

Melalui Situs-Situs

Kewarganegaraan (Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan Manajemen Qalbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient, dan Majelis Taklim di Bandung). Tesis Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan. Lickona, T. (1992). Educating for

Character, How Our Schools Can

Teach Respect and

Responsibility. Bantam Books, New York.

Nasution (2011). Metode Research (penelitian ilmiah). jakarta. Bumi Aksara

Pemerintah Republik Indonesia (2010). Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015.

Proceeding, (2010). Pembinaan Warga Negara Yang Baik Dan Cerdas (Smart And Good Citizen) Pengalaman Indonesia Dan Malaysia. Kerjasama Prodi PKn Sekolah Pascasarjana UPI Dengan Pusat Pengajian Penyelidikan UPSI

Quigley, C.N., Buchanan, Jr. J. H., Bahmueller, C.F. (1991). Civitas: A Frame Work for Civic Education. Calabasas: Center for Civic Education

Sapriya (2007). Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa: Sebuah Kajian Konseptual Filosofis PKn Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Surakhmad, Winarno. (2004). Pengantar penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito. Undang-Undang Republik Indonesia.

No. 20 Tahun 2003. Bandung: Fokus media.

Winataputra, Udin dan Budimansyah, Dasim. (2007). Civic Edcation;

(13)

Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI

Winataputra, Udin. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi. Disertasi. Tidak diterbitkan. PPS UPI

Referensi

Dokumen terkait