• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

di

RSUP. H. ADAM MALIK

MEDAN

Disusun oleh :

SITI RAHMAH, S.Farm. 073202094

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Lembaran Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

di

RSUP H.Adam Malik Medan

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara Medan

Disusun oleh :

SITI RAHMAH, S.Farm 073202094

RSUP H. Adam Malik Medan

Pembimbing,

Dra. Azizah Nasution, M.Sc. Apt. Dra.Evarida Saragih, Apt. Staf Pengajar Fakultas Farmasi Staf Intalasi Farmasi

USU Medan RSUP H. Adam Malik Medan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt 131 283 716

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati ingin menyampaikan penghargaan dan terima aksih kepada :

1. Bapak Drg. H. Armand P. Daulay, M.Kes., selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Bapak Dr. M. Nur Rasyid Lubis, Sp.B., selaku Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Bapak Dr. H. Djamaluddin Sambas, Selaku Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Ibu Drg. Ridawaty Harahap, M.A.R.S., selaku Kepala Bidang Diklat RSUP H. Adam Malik Medan dan beserta staf.

5. Ibu Dra. Isma Sani Pane, M.Si., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan.

6. Kepala Instalasi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan.

7. Bapak Drs. Parlaungan Butar-butar, M.M., Apt., selaku Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) RSUP H. Adam Malik Medan.

8. Ibu Dra. Ratna Panggabean, Apt., selaku Kepala Intalasi Gas Medis RSUP H. Adam Malik Medan.

(4)

9. Ibu Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt., selaku Kepala Pokja Farmasi Klinis di RSUP. H. Adam Malik Medan.

10. Ibu Dra. Evarida Saragih, Apt., selaku Pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUP. H. Adam Malik Medan.

11. Prof. Dr. H. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan sekaligus Dosen Pembimbing Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan.

12. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan.

13. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt, selaku Pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUP H. Adam Malik Medan.

14. Seluruh Apoteker, Asisten Apoteker dan Staf Instalasi Farmasi yang telah banyak membantu penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya demi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Farmasi.

Medan, Juli 2008

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

RINGKASAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ... 4

2.1 Defenisi Rumah Sakit ... 4

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 5

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit... 5

2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan... 6

2.3.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah ... 6

2.3.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta ... 9

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanannya ... 9

2.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan ... 10

2.4 Rekam Medik ... 10

2.5 Pola Organisasi Rumah Sakit... 11

2.6 Pelayanan Yang Diberikan Di Rumah Sakit... 14

2.6.1 Pelayanan Medik Dan Keperawatan... 14

(6)

2.6.3 Instalsi CENTRAL STERILIZED SUPLY DEPARTMENT ... 18

2.6.4 Instalasi Gas Medis ... 20

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK MEDAN... 23

3.1 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan ... 35

3.1.1 Kepala Instalasi Farmasi ... 38

3.1.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi ... 38

3.1.3 Tata Usaha Farmasi ... 39

3.2 Instalasi CENTRAL STERILIZED SUPPLY DEPARTMENT (CSSD) ... 42

3.2.1 Misi Organisasi ... 43

3.2.2 Kedudukan ... 43

3.2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi ... 43

3.2.3.1 Tugas Pokok ... 43

3.2.3.2 Fungsi... 44

3.3 Instalasi Gas Medis ... 46

3.3.1 Prosedur Pemesanan Gas Medis ... 50

3.3.2 Prosedur Pendistribusian Gas Medis ... 50

3.3.3 Permasalahan Gas Medis ... 50

3.3.4 Prosedur Tetap Instalasi Gas Medis... 51

3.3.5 Monitoring Gas Medis ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan... 53

4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit... 54

(7)

4.2.2 Kelompok Kerja Apotek ... 57

4.2.3 Kelompok Kerja Farmasi Klinis ... 60

4.2.4 Kelompok Kerja Perencanaan dan Evaluasi ... 63

4.3 Instalasi CENTRAL STERILIZED SUPPLY DEPARTMENT (CSSD) ... 69

4.4 Instalasi Gas Medis ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik ... 25 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik... 37 3. Struktur Organisasi Instalasi CENTRAL STERILIZED... 46

SUPPLY DEPARTMENT (CSSD) RSUP H. Adam Malik

4. Struktur Organisasi Instalasi Gas Medis RSUP H. Adam Malik ... 48 5. Prosedur Pemesanan Gas Medis ... 50

(9)

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. PKP ini bertujuan untuk memberikan perbekalan, keterampilan dan keahlian kepada calon Apoteker dalam mengelola perbekalan di Rumah Sakit dan melihat secara langsung peran Apoteker dalam pelayanan Kefarmasian di Rumh Sakit. Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan pada tanggal 16 Juni sampai dengan 12 Juli 2008 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKP di Rumah Sakit meliputi : melihat fungsi dan tugas Rumah Sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, melihat peran Apoteker dalam mengelola perbekalan Farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke Depo-depo Farmasi dan Apotek untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di Rumah Sakit, melakukan visit eke ruang Rawat Inap untuk memberikan informasi dan konseling kepada pasien rawat inap. Selain itu juga melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) untuk melihat system sterilisasi di RSUP. H. Adam Malik Medan dalam rangka penurunan angka infeksi nosokomial dan melihat sistem distribusi Gas Medis di RSUP. H. Adam Malik Medan.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan diperlukan manusia untuk dapat hidup produktif. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat untuk tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi “Pharmaceutical care” (asuhan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

(11)

Upaya peningkatan sumber daya manusia untuk ditempatkan sebagai tenaga kerja kesehatan yang handal ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, salah satunya adalah Praktek Kerja Profesi bagi calon apoteker. Praktek Kerja Profesi (PKP) ini dilaksanakan di beberapa instansi diantaranya adalah di rumah sakit, yaitu di RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit umum RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas. Selain sebagai tempat pelayanan juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan mahasiswa di bidang kesehatan.

Penerapan Praktek Kerja Profesi (PKP) di RSUP H. Adam Malik Medan merupakan salah satu program pendidikan tingkat apoteker yang bertujuan untuk meningkatkan penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas di bidang kesehatan. Latihan kerja profesi ini meliputi:

1. Penerimaan materi mengenai RSUP H. Adam Malik Medan secara umum, Instalasi Farmasi, Gas Medis dan CSSD.

2. Peninjauan pada beberapa kelompok kerja (Pokja) dan depo farmasi yang merupakan bagian dari instalasi farmasi dengan memperhatikan peranan apoteker pada bagian tersebut.

3. Pelaksanaan studi kasus di Rawat Inap Terpadu (Rindu) A, di Rawat Inap Terpadu (Rindu) B dan mengikuti kegiatan visite tenaga medis sebagai pendekatan peranan farmasi klinis.

(12)

Setelah pelaksanaan PKP ini diharapkan para calon apoteker dapat memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai tugas dan fungsi apoteker di sarana kesehatan, khususnya dalam lingkup kerja rumah sakit.

(13)

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan secara multi disiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik, perbekalan farmasi dan alat kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/MenKes/SK/XI/ 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik.

Pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan medis spesialistik penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah dan kesehatan anak. Pelayanan medis spesialistik luas adalah pelayanan medis spesialistik dasar ditambah dengan pelayanan spesialistik telinga, hidung dan tenggorokan, mata, syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anestesi, rehabilitasi medis, patologi anatomi. Pelayanan medis subspesialistik luas adalah pelayanan subspesialistik di setiap spesialisasi yang ada contoh: endokrinologi, gastrohepatologi, nefrologi, geriatri dan lain-lain.

(14)

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan, dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut rumah sakit umum berdasarkan SK MenKes RI No. 983/MenKes/SK/XI/1992 mempunyai fungsi:

a. Menyelenggarakan pelayanan medis

b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan nonmedis c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut : 1. Rumah sakit berdasarkan kepemilikan

2. Rumah sakit berdasarkan pelayanan

(15)

2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Di negara kita ini, rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit vertikal yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit militer dan rumah sakit BUMN.

Rumah sakit swasta terdiri atas rumah sakit hak milik dan rumah sakit nirlaba. Rumah sakit hak milik adalah rumah sakit bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari laba. Rumah sakit yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan pada umumnya bukan untuk membuat laba, tetapi adalah nirlaba. Rumah sakit nirlaba, mencari laba sewajarnya saja, dan laba yang diperoleh rumah sakit ini digunakan sebagai modal peningkatan sarana fisik, perluasan dan penyempurnaan mutu pelayanan untuk kepentingan penderita.

2.3.1.1 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Berdasarkan SK MenKes RI No. 983/MenKes/SK/XI/1992 tanggal 5 Oktober 1992 rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan pada unsur pelayanan dan ketenagaan fisik yang terdiri dari :

A. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subpesialistik luas. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum kelas A ini adalah sebagai berikut: 1. Direktur yang dibantu oleh sebanyak-banyaknya 4 wakil direktur

(16)

3. Wakil Direktur Penunjang Medis

4. Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian 5. Wakil Direktur Umum dan Keuangan 6. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional 7. Dewan Penyantun

8. Satuan Pengawas Interen

B. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik.

Rumah sakit ini dibedakan 2 jenis berdasarkan adanya fungsi sebagai tempat tenaga medis fakultas kedokteran yaitu Rumah Sakit Umum Pendidikan dan Rumah Sakit Umum Non Pendidikan.

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum kelas B adalah sebagai berikut: 1. Direktur yang dibantu oleh sebanyak-banyaknya 3 wakil direktur 2. Wakil direktur pelayanan medis dan keperawatan

3. Wakil direktur penunjang medis dan pendidikan 4. Wakil direktur umum dan keuangan

5. Komite medis dan staf medis fungsional 6. Dewan penyantun

(17)

C. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum kelas C ini adalah sebagai berikut: 1. Direktur

2. Seksi keperawatan 3. Seksi pelayanan

4. Sub bagian kesekretariatan dan rekam medis 5. Sub bagian keuangan dan program

6. Instalasi

7. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional 8. Dewan Penyantun

9. Satuan Pengawasan Intern

D. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.

Susunan organisasi rumah sakit umum kelas D ini adalah sebagai berikut: 1. Direktur

2. Seksi pelayanan

3. Sub bagian kesekretariatan dan rekam medis 4. Sub bagian keuangan dan program

5. Instalasi

(18)

2.3.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 806 b/MenKes/SK/1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta yaitu :

1. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan rumah sakit berdasarkan pembedaan tingkatan dan kemampuan pelayanannya.

2. Rumah Sakit Umum Swasta adalah rumah sakit umum yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

3. Klasifikasi rumah sakit umum swasta adalah :

a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum.

b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 (empat) cabang.

c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik.

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanannya

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit ini terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis kesakitan, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan diagnosis dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik

(19)

bedah maupun non bedah, seperti rumah sakit kanker, bersalin, psikiatri, pediatrik, mata, lepra, tuberkulosis, ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitasi dan penyakit kronis.

2.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis, yaitu rumah sakit pendidikan dan nonpendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan residensi dalam bidang medik dan non medik seperti sarjana kedokteran, program pendidikan apoteker, program pendidikan dokter spesialis, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain, perawat, sarjana akuntansi, komputer dan perpustakaan. Dalam rumah sakit demikian, residen melakukan pelayanan/perawatan penderita dibawah pengawasan staf medik rumah sakit. Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas disebut rumah sakit non pendidikan.

2.4 Rekam Medik

Rekam medik adalah sejarah rinkas jelas dan akurat dari kehidupan dan kondisi penderita, ditulis dari susut pandang medik. Setiap Rumah Sakit dipersaratkan mengadakan dan memelihara Rekam Medik dari setiap pasien, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Suatu Rekam Medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologi. Sejarak family pribadi, sejalah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik Sinar-X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan medik atau bedah,

(20)

patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut dan temuan otopsi (Siregar, 2004).

Kegunaan Rekam Medik adalah :

• Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan rawatan penderita.

• Merupakan suatu sarana komunikasi antara doctor dan setiap professional yang berkontribusi pada perawatan penderita.

• Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan penaganan/pengobatan selama dirawat di Rumah Sakit.

• Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita.

• Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, Rumah Sakit dan praktisi yang bertanggung jawab.

• Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan. • Sebagai dasar perhitungan biaya dengan mengguanakan Rekam Medik,

bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita (Siregar, 2004).

2.5 Pola Organisasi Rumah Sakit

Pola organisasi Rumah Sakit dinegara kita ini pada umumnya terdiri atas Badan Pengurus Yayasan Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan Penasehat, Badan Penyekenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, Wakil Direktur, Komite Medik, Satuan Pengawas, dan berbagai bagian dari Instalasi. Tergantung

(21)

pada besarnya Rumah Sakit dapat terdiri atas satu sampai empat wakil Direktur. Wakil Direktur pada umumnya terdiri atas Wakil Direktur Pelayanan Medik, Wakil Direktur Penunjang Medik dan keperawatan, Wakli Direktur Keuangan dan Administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada dibawah Koordinasi Komite Medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis dari semua disiplin yang ada disuatu Rumah Sakit. Komite Medik adalah Wadah Non Struktural yang keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua SMF.

Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua Staf Medis Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di Rumah Sakit. Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.

PFT adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Pembentukan suatu PFT yang efektif akan memberikan kemudahan dalam pengadaan sistem formularium yang membawa perhatian staf medik pada obat yang terbaik dan membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi yang tepat bagi pengobatan penderita tertentu. Panitia ini difungsikan rumah sakit untuk mencapai terapi obat yang rasional.

PFT ini meningkatkan penggunaan obat secara rasional melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat,

(22)

pengadaan, penggunaan, dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita dan staf profesional.

Ketua PFT dipilih dari dokter yang diusulkan oleh komite medik dan disetujui pimpinan rumah sakit. Ketua adalah seorang anggota staf medik yang memahami benar dan pendukung kemajuan IFRS, dan ia adalah dokter yang mempunyai pengetahuan mendalam di bidang farmakologi klinik. Sekretaris panitia adalah kepala IFRS atau apoteker senior lain yang ditunjuk oleh kepala IFRS. Susunan anggota PFT harus mencakup dari tiap SMF yang ada di rumah sakit.

Formularium Rumah Sakit

Rumah sakit kelas A dan B diharuskan memiliki formularium. Hal ini diyatakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.085/Men- Kes/Per/I/1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

Formularium rumah sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit, terdiri dari obat-obatan yang tercantum Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan beberapa jenis obat yang sangat diperlukan oleh rumah sakit serta dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan (SK Dirjen YanMed No. 0428/YanMed/RSKS/SK/89 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989).

(23)

Penyusunan formularium rumah sakit merupakan tugas PFT. Adanya formularium diharapkan dapat menjadi pegangan para dokter staf medis fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah upaya menata manajemen kefarmasian di rumah sakit.

2.6 Pelayanan Yang Diberikan di Rumah Sakit 2.6.1 Pelayanan Medik dan Keperawatan

Pelayan medik dilakukan oleh berbagai staf medik fungsional sesuai dengan jenis dan status penyakit penderita tertentu. Staf medik fungsional pada umumnya terdiri atas :

1. Dokter umum, dokter gigi

2. Dokter spesialis dan subspesialis dari disiplin : bedah umum; bedah saraf, bedah jantung dan toraks, bedah tulang, bedah urologi, anastesi, bedah obstetrik, dan ginekologi, bedah mata, bedah gigi dan mulut, bedah plastik, bedah otolaringkologi, bedah proktologi, penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan anak, kardiologi, THT, mata, kulit dan kelamin, saraf, psikiatri dan psikologi, paru, kedokteran nuklir, onkologi, rehabilatasimedik, gigi dan mulut, rawat darurat, rawat intensif, farmakologi klinik, ortopedi, alergi, penyakit infeksi, endokrinologi, geriatrik, imunologi, gastrointerologi, nefrologi, rematologi, akupuntur, terapi fisik dan terapi okupasional.

(24)

2.6.2 Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis (Siregar, 2004).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara rasional, disamping ketentuan masing-masing rumah sakit.

Berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, fungsi pelayanan kefarmasian dibagi atas :

A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

(25)

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

B. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

b. Mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan. e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga. f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

g. Melakukan pencampuran obat suntik. h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral. i. Melakukan penanganan obat kanker.

j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah. k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

(26)

Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR)

Yang dimaksud dengan PPOSR adalah pengelolaan obat yang dilaksana- kan secara efektif dan efisien dimana pemanfaatan atau efikasi, keamanan (safety) dan mutu (quality) obat terjamin; serta penggunaan obat secara 4 Tepat 1 Waspada, artinya harus diberikan dengan indikasi yang tepat, untuk penderita yang tepat dengan jenis obat yang tepat dan diberikan dengan regimen dosis yang tepat serta senantiasa waspada terhadap kemungkinan terjadinya efek obat yang tidak diinginkan.

Kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat dimulai dari:

1. Pemilihan jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan, baik diagnostik, terapetik, paliatik maupun rehabilitatif.

2. Perencanaan untuk mengadakan obat dan alat kesehatan tersebut dalam jenis, jumlah, waktu dan tempat yang tepat.

3. Pengadaan berdasarkan pertimbangan dana yang tersedia dilakukan skala prioritas pengadaan yang tepat.

4. Penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat masing-masing obat dan alat kesehatan.

5. Penyaluran kepada unit-unit pelayanan dan penunjang yang membutuhkan obat dan alat kesehatan tersebut di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Pusat, Instalasi Rawat Jalan, dan Instalasi Rawat Inap.

6. Penulisan resep oleh dokter (Prescribing Process). 7. Peracikan oleh farmasis (Dispensing Process).

(27)

9. Penggunaan oleh penderita (Consuming Process).

10. Pemantauan khasiat dan keamanan obat oleh dokter, perawat, farmasis dan penderita.

2.6.3 Instalasi CENTRAL STERILIZED SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)

Instalasi CSSD merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan sterilisasi yang bertujuan untuk melayani semua kebutuhan steril dan unit–unit yang membutuhkan yaitu alat-alat medik dan alat-alat lainnya yang diperlukan untuk tindakan steril.

CSSD di Rumah Sakit bertujuan :

- Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna.

- Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan Rumah Sakit. - Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang

dihasilkan.

Fungsi utama CSSD adalah menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsinya adalah menerima, memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, sampai proses distribusi (Hidayat, 2003).

(28)

Ketersediaan ruangan CSSD yang memadai merupakan suatu keharusan untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja CSSD. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang di CSSD maka ruangan CSSD dibagi menjadi 5 bagian:

1. Daerah Dekontaminasi: terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi, dan pembersihan.

2. Daerah Pengemasan Alat: untuk melakukan pengemasan terhadap alat bongkar pasang, maupun pengemasan dan penyimpanan alat bersih.

3. Daerah Prossesing Linen: Linen diinspeksi, dilipat, dan dikemas untuk persiapan sterilisasi. Selain linen pada daerah ini dipersiapkan pula bahan-bahan seperti kain kassa, cotton swabs, dll.

4. Daerah Sterilisasi: tempat dimana proses sterilisasi dilakukan.

5. Daerah penyimpanan barang steril: sebaiknya letaknya berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Tersedia mesin sterilisasi dua pintu dimana pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.

Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat steril terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril (Hidayat, 2003).

Resistensi Mikroba

Agar suatu antibiotik efektif, antibiotik tersebut harus mencapai targetnya, berikatan dan mengganggu fungsinya. Resistensi bakteri terhadap senyawa

(29)

mikroba dapat diakibatkan oleh (1) obat tidak mencapai targetnya, (2) obat tidak aktif, atau (3) target berubah.

Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan, termasuk Rumah Sakit. Diseluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap Rumah Sakit mengalami infeksi nosokomial dimulai dari kuman yang keluar dari sumber melalui tempat tertentu masuk kedalam tubuh pasien lain. Karena banyak pasien di Rumah Sakit rentan terhadap infeksi (terutama ODHA yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan mendapatkan sakit tambahan. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularannya lagi.

2.6.4 Instalasi Gas Medis

Penggunaan gas medis pada sarana pelayanan kesehatan diatur berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1439/Menkes/SK/XI/2002.

Defenisi:

a. Gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan.

b. Instalasi pipa gas medis adalah seperangkat prasarana perpipaan beserta peralatan yang menyediakan gas medis tertentu yang dibutuhkan untuk menyalurkan gas medis ke titik outlet di ruang tindakan dan perawatan

(30)

c. Sentral gas medis adalah seperangkat prasarana beserta peralatan dan atau tabung gas/liquid yang menyimpan beberapa gas medis tertentu yang dapat disalurkan melalui pipa instalasi gas medis

d. Instalasi gas medis (IGM) adalah seperangkat sentral gas medis, instalasi pipa gas medis sampai outlet

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 143/Menkes/SK/XI/2002 tentang penggunaan gas medis pada sarana pelayanan kesehatan antara lain:

- Gas Oksigen (tabung 1m3, 2m3, 6m3) - Oksigen cair (tangki)

- Gas N2O (tabung 25 kg) - Gas CO2

- Udara Tekan (UT) - Siklopropana (C3H6) - Helium

- Vaccum (suction)

- Mixture gas yang terdiri dari: 1. O2 + N2

2. O2 + CO2 3. He + O2

(31)

Penyimpanan Gas Medis

1. Tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang penutup kran dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi bencana.

2. Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing-masing gas medis dibedakan tempatnya.

3. Penyimpanan tabung gas medis yang berisi dan tabung gas medis yang kosong dipisahkan untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian. 4. Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan oli

atau sejenisnya.

5. Gas medis yang sudah cukup lama disimpan, agar dilakukan uji/test kepada produsen untuk mengetahui kondisi gas medis tersebut.

Pendistribusian Gas Medis

1. Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan troly yang biasanya ditempatkan dekat dengan pasien.

2. Pemakaian gas diatur melalui flowmeter pada regulator. 3. Regulator harus dites dan dikalibrasi.

4. Penggunaan gas medis sistem tabung hanya bisa dilakukan 1 tabung untuk 1 orang.

5. Tabung gas beserta troly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi (higienis).

(32)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT PUSAT

H. ADAM MALIK MEDAN

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 547/Menkes/SK/VI/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H. Adam Malik Medan, RSUP H. Adam Malik adalah sarana kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai fungsi:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis.

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis. 3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan. 5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. 6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. 7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

(33)

RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Umum kelas A yang digunakan oleh Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara sebagai tempat pendidikan calon dokter, spesialis dan sub spesialis dan digunakan oleh lembaga pendidikan lain sebagai tempat pendidikan dan lahan praktek.

Susunan Organisasi RSUP H. Adam Medan terdiri dari : a. Direktur

b. Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Pendidikan c. Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian d. Wakil Direktur Umum dan Keuangan

e. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional f. Dewan Penyantun

g. Satuan Pengawasan Intern

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada Gambar 1.

A. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan

Direktur RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai tugas memimpin, merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(34)

B. Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Pendidikan

Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Pendidikan mempunyai tugas mengelola pelayanan medis, asuhan dan pelayanan keperawatan pada Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap Terpadu A, Instalasi Rawat Inap Terpadu B, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Intensif, Instalasi Bedah Pusat, kegiatan pendidikan dan pelatihan serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Pendidikan mempunyai fungsi:

1. Menyelenggarakan penyusunan kebutuhan tenaga dan fasilitas pelayanan medis dan keperawatan serta kegiatan pendidikan dan pelatihan.

2. Menyelenggarakan penyusunan penyediaan fasilitas pelayanan medis dan keperawatan serta kegiatan pendidikan dan pelatihan.

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan medis dan keperawatan serta kegiatan pendidikan dan pelatihan.

4. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian penerimaan serta pemulangan pasien.

5. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian penggunaan fasilitas, kegiatan pelayanan medis dan keperawatan serta kegiatan pendidikan dan pelatihan.

6. Menyelenggarakan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Pendidikan membawahkan :

1. Bidang Pelayanan Medis 2. Bidang Keperawatan

(35)

3. Bidang Pendidikan dan Pelatihan 4. Instalasi Rawat Jalan

5. Instalasi Rawat Inap Terpadu A 6. Instalasi Rawat Inap Terpadu B 7. Instalasi Rawat Darurat

8. Instalasi Rawat Intensif 9. Instalasi Bedah Pusat 10. Instalasi Hemodialisa 11. Instalasi Kardiovaskuler

Bidang Pelayanan Medis membawahkan :

1. Seksi Ketenagaan dan Pengendalian Mutu Pelayanan Medis 2. Seksi Pengembangan Fasilitas Pelayanan Medis

3. Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pelayanan Medis Bidang Keperawatan membawahkan :

1. Seksi Asuhan Keperawatan 2. Seksi Profesi Keperawatan 3. Seksi Logistik Keperawatan

Bidang Pendidikan dan Pelatihan membawahkan : 1. Seksi Pendidikan dan Pelatihan Medis 2. Seksi Pendidikan dan Pelatihan Paramedis 3. Seksi Pendidikan dan Pelatihan Nonmedis

(36)

C. Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian

Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian mempunyai tugas mengelola pelayanan penunjang medis pada Instalasi Radiologi, Instalasi Rehabilitasi Medis, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Patologi Klinik, Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi Sterilisasi Pusat, Instalasi Diagnostik Terpadu, Instalasi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit, Kegiatan penelitian dan pengembangan serta urusan ketatausahaan dan kerumah tanggaannya.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian mempunyai fungsi:

1. Menyelenggarakan penyusunan kebutuhan tenaga dan fasilitas pelayanan penunjang medis, penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit serta kegiatan penelitian dan pengembangan.

2. Menyelenggarakan penyusunan penyediaan fasilitas pelayanan penunjang medis, penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit serta kegiatan penelitian dan pengembangan.

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan penunjang medis, penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit serta kegiatan penelitian dan pengembangan.

4. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian pasien, kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit serta kegiatan penelitian dan pengembangan.

(37)

5. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian penggunaan fasilitas dan kegiatan pelayanan penunjang medis, penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit serta kegiatan penelitian dan pengembangan.

6. Menyelenggarakan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian membawahkan :

1. Bidang Penunjang Medis

2. Bidang Penelitian dan Pengembangan 3. Instalasi Radiologi

4. Instalasi Rehabilitasi Medis 5. Instalasi Farmasi

6. Instalasi Gizi

7. Instalasi Patologi Klinik 8. Instalasi Patologi Anatomi 9. Instalasi Sterilisasi Pusat 10. Instalasi Diagnostik Terpadu

11. Instalasi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit 12. Instalasi Bioelektromedik

13. Instalasi Gas Medis

14. Instalasi Kesehatan Lingkungan 15. Instalasi Bank Darah

Bidang Penunjang Medis membawahkan :

1. Seksi Ketenagaan dan Pengendalian Mutu Penunjang Medis 2. Seksi Pengembangan Fasilitas Penunjang Medis

(38)

3. Seksi Pemeliharaan Fasilitas Penunjang Medis Bidang Penelitian dan Pengembangan membawahkan :

1. Seksi Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Medis 2. Seksi Penelitian dan Pengembangan Penunjang Medis 3. Seksi Penelitian dan Pengembangan Keperawatan

D. Wakil Direktur Umum dan Keuangan

Wakil Direktur Umum dan Keuangan mempunyai tugas mengelola kegiatan kesekretariatan, perencanaan dan informasi, keuangan, akuntansi, teknik sipil, pemulasaraan jenazah, tata usaha rawat pasien dan memberikan pelayanan kesekretariatan, penyusunan program dan informasi, keuangan dan akuntansi kepada semua satuan organisasi di lingkungan Rumah Sakit.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Wakil Direktur Umum dan Keuangan mempunyai fungsi:

1. Menyelenggarakan penyusunan program kegiatan kesekretariatan, perencanaan dan informasi, keuangan dan akuntansi serta kegiatan pemulasaraan jenazah, teknik sipil dan tatausaha rawat pasien.

2. Membimbing pelaksanaan kegiatan kesekretariatan, perencanaan dan informasi, keuangan dan akuntansi serta kegiatan pemulasaraan jenazah, teknik sipil dan tatausaha rawat pasien.

3. Mengkoordinasikan dan memberikan pelayanan kesekretariatan, perencanaan dan informasi, keuangan dan akuntansi.

(39)

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyediaan seluruh kebutuhan sumber daya yang diperlukan rumah sakit.

5. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan kesekretariatan, perencanaan dan informasi, keuangan dan akuntansi serta kegiatan pemulasaraan jenazah, teknik sipil dan tatausaha rawat pasien.

Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahkan : 1. Bagian Sekretariat

2. Bagian Perencanaan dan Informasi 3. Bagian Keuangan

4. Bagian Akuntansi

5. Instalasi Pemulasaraan Jenazah 6. Instalasi Teknik Sipil

7. Instalasi Tata Usaha Pasien Bagian Sekretariat membawahkan :

1. Subbagian Tata Usaha 2. Subbagian Kepegawaian 3. Subbagian Rumah Tangga 4. Subbagian Perlengkapan

Bagian Perencanaan dan Informasi membawahkan : 1. Subbagian Penyusunan Program dan Laporan 2. Subbagian Rekam Medis

3. Subbagian Hukum dan Publikasi

(40)

Bagian Keuangan membawahkan : 1. Subbagian Penyusunan Anggaran 2. Subbagian Perbendaharaan 3. Subbagian Mobilisasi Dana Bagian Akuntansi membawahkan :

1. Subbagian Akuntansi dan Keuangan 2. Subbagian Akuntansi dan Manajemen 3. Subbagian Verifikasi

E. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional (SMF)

Komite medis adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua SMF atau yang mewakili SMF yang ada di RSUP H. Adam Malik. Komite Medis berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur RSUP H. Adam Malik Medan.

Komite medis mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam standar pelayanan medis, pengawasan dan penilaian mutu pelayanan medis, hak klinis khusus kepada SMF, program pelayanan, pendidikan dan pelatihan kerja serta penelitian dan pengembangan. Komite Medis juga memberikan pertimbangan kepada Direktur tentang penerimaan tenaga medis untuk bekerja di rumah sakit dan bertanggung jawab tentang pelaksanaan etika profesi.

Pembentukan Komite Medis ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik atas usulan direktur dan mempunyai masa kerja tiga tahun. Dalam

(41)

melaksanakan tugas, Komite Medis dibantu oleh Panitia-Panitia antara lain Panitia Infeksi Nosokomial, Panitia Rekam Medis, Panitia Farmasi dan Terapi, Panitia Peningkatan Mutu Pelayanan. Keanggotaan SMF dalam Panitia, jumlah dan jenis Panitia ditetapkan dengan keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik.

Berdasarkan SK Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. YM. 01.01.5.3.1757 tentang Penetapan Sub Komite Medik RSUP H. Adam Malik Medan, yang ditetapkan pada tanggal 29 Maret 2006, sub komite medik RSUP H. Adam Malik Medan terdiri atas:

1. Sub Komite Standard dan Peningkatan Mutu Pelayanan Medik 2. Sub Komite Etika dan Pengembangan Profesi

3. Sub Komite Kredensial

4. Sub Komite Farmasi dan Terapi 5. Sub Komite Rekam Medik 6. Sub Komite Penelitian

7. Sub Komite Pengembangan Program Pelayanan 8. Sub Komite Pengendalian Infeksi Rumah Sakit 9. Sub Komite Transfusi Darah

Sub Komite Farmasi dan Terapi adalah satu tim yang beranggotakan dokter, apoteker dan perawat yang bertugas membantu Direktur rumah sakit untuk menentukan kebijaksanaan penggunaan obat dan pengobatan. Sub Komite Farmasi dan Terapi mempunyai tugas untuk memberikan saran kepada direktur tentang kebijaksanaan farmasi dan terapi di rumah sakit, menyusun formularium yang setiap tahun diadakan evaluasi dan bila dianggap perlu mengusulkan

(42)

perubahan dan penyempurnaan serta mengadakan pemantauan dan penulisan resep dan penggunaan obat generik di rumah sakit dan monitoring efek samping obat.

SMF terdiri dari para dokter umum dan dokter gigi, para dokter spesialis dan sub spesialis, dari disiplin bedah, bedah ortopedi, bedah syaraf, kesehatan anak, kebidanan dan penyakit kandungan, penyakit dalam, jiwa, syaraf, kulit dan kelamin, telinga, hidung dan tenggorok, mata, gigi dan mulut, jantung, paru, anestesi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, kedokteran kehakiman dan spesialis lain yang diakui pemerintah.

SMF mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, penelitian, pengembangan, pendidikan dan pelatihan. Dalam melaksanakan tugasnya SMF menggunakan pendekatan tim dan dikelompokkan menurut disiplin keahliannya atau dikelompokkan dengan cara lain berdasarkan pertimbangan khusus. Setiap jenis SMF dikoordinasikan oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggota SMF dan merupakan atasan langsung dari anggota SMF yang diangkat oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan atas usul Direktur RSUP H. Adam Malik.

F. Dewan Penyantun

Dewan penyantun adalah kelompok pengarah/penasehat yang keanggotaannya terdiri dari unsur kesehatan dan tokoh masyarakat. Dewan penyantun mengarahkan Direktur dalam melaksanakan misi rumah sakit dengan

(43)

memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Dewan penyantun ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik atas Usul Direktur untuk masa kerja 3 (tiga) tahun.

G. Satuan Pengawasan Intern

Satuan Pengawasan Intern (SPI) adalah kelompok fungsional yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan sumberdaya Rumah Sakit. Satuan Pengawas Intern berada di bawah Direktur dan bertanggungjawab kepada Direktur.

3.1 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. OT. 01.01.11. 249, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggungjawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian.

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan peracikan, penyimpanan, penyaluran obat-obatan dan bahan kimia serta penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan, dan alat kesehatan.

Instalasi Farmasi bertugas membantu Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik Medan.

(44)

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Instalasi Farmasi RSUP H.Adam Malik sesuai SK Direktur RSUP H.Adam Malik Medan No. OT.01.01.11.249 mempunyai fungsi:

- Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian

- Melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik serta melaksanakan evaluasi dan SIMRS (Sistim Informasi Manajemen Rumah sakit) Instalasi Farmasi

- Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi di gudang Instalasi Farmasi dan memproduksi obat-obat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit

- Mendistribusikan perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerja/instalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik Medan baik untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-instalasi penunjang lainnya

- Melaksanakan fungsi pelayanan Farmasi Klinis

- Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. OT.01.01.11.249 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik tanggal 26 Maret 2005, IFRS dipimpin oleh seorang kepala instalasi. Dalam melaksanakan kegiatan IFRS, kepala instalasi dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha, empat kelompok kerja dan

(45)

tiga depo. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada gambar 2.

Wadir Penunjang Medis & Penelitian

Ka. Instalasi Farmasi Wa. Ka. Instalasi Farmasi

Tata Usaha Farmasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Pokja Perbekalan

Pokja Apotek Pokja Farmasi Klinis Pokja Perencanaaan & Evaluasi Depo Farmasi Rindu A Depo Farmasi Rindu B Depo Farmasi CMU Lt.III Depo Farmasi IGD

(46)

3.1.1 Kepala Instalasi Farmasi

Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mempunyai tugas membantu Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian untuk merencanakan, menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian melalui Bidang Penunjang Medis. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi Farmasi dibantu oleh beberapa kelompok kerja dan depo farmasi. Job Kualifikasi kepala Instalasi Farmasi adalah seorang apoteker yang terdaftar dan mempunyai surat ijin kerja.

3.1.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi

Wakil Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menggantikan tugas kepala Instalasi Farmasi apabila kepala Instalasi Farmasi berhalangan hadir. Wakil Kepala

(47)

Instalasi adalah merupakan pembantu utama Kepala Instalasi Farmasi dan bertanggungjawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi.

3.1.3 Tata Usaha Farmasi

Tata usaha farmasi berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian Instalasi Farmasi.

Instalasi Farmasi mempunyai Pokja-pokja (Kelompok Kerja) antaralain :

1. Pokja perbekalan

Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi, peracikan, pembuatan, pengemasan kembali, perbekalan farmasi serta administrasi perbekalan farmasi.

2. Pokja Apotek

Pokja Apotek dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian

(48)

terhadap pasien rawat jalan, rawat inap dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Apotek.

3. Pokja Farmasi Klinis

Pokja Farmasi Klinis dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan Farmasi Klinik dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Farmasi Klinis.

4. Pokja Perencanaan dan Evaluasi

Pokja Perencanaan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIMRS Instalasi Farmasi serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Perencanaan dan Evaluasi.

Dan Instalasi Farmasi juga memiliki Depo-depo, yang mana Depo-depo ini merupakan perpanjangan tangan dari Instalansi Farmasi yang bertujuan untuk

(49)

mempermudah dan lebih mendekatkan pelayanannya ke pasien. Adapun Depo-depo tersebut yaitu :

Depo Farmasi Rindu A

Depo Farmasi Rindu A dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Rindu A secara sistem One Day Dose Dispensing (ODDD), sistem floor stock dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi Rindu A.

Depo Farmasi Rindu B

Depo Farmasi Rindu B dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Rindu B secara sistem One Day Dose Dispensing (ODDD), sistem floor stock dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi Rindu B.

Depo Farmasi IGD

Depo Farmasi IGD dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Instalasi RSUP H. Adam Malik , yang

(50)

bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk kebutuhan pasien IGD secara system One Day Dose Dispensing (ODDD), sistem floor stock dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi IGD.

Depo Farmasi CMU Lantai III

Depo Farmasi CMU Lt. III dipimpin oleh seorang Apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien Instalasi Bedah Pusat (IBP) dan Instalasi Perawatan Intensif (IPI) secara sistem One Day Dose Dispensing (ODDD), sistem floor stock dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi CMU Lt. III.

3.2 INSTALASI CENTRAL STERILIZED SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 547/Men- Kes/SK/UI/1994, tertanggal 13 Juni 1994 Pasal 26 Instalasi CSSD berada dibawah Wadir Penunjang Medis dan Penelitian. Pada pasal 35 SK Menkes 547 tersebut di atas menyatakan bahwa Instalasi CSSD merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan Pelayanan Suci Hama.

(51)

3.2.1 Misi Organisasi

Membantu Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kebutuhan steril dan berusaha mencegah dan mengurangi terjadinya nasokomial serta menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

3.2.2 Kedudukan

- Kepala Instalasi CSSD adalah salah seorang pelaksana yang merupakan pembantu Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian bertanggung jawab dan bertugas untuk membantu menyelenggarakan kebutuhan steril. - Dalam melaksanakan tugasnya kepala Instalasi Sterilisasi Pusat

bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian.

- Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

1. Seorang wakil kepala

2. Pokja penyediaan, pokja sterilisasi dan pokja distribusi 3. Pokja tata usaha dan rumah tangga

3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi 3.2.3.1 Tugas Pokok:

Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat bertugas membantu Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian. Sterilisasi Pusat merupakan fasilitas untuk

(52)

menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kebutuhan steril dan berusaha mencegah dan mengurangi terjadinya nosokomial serta menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

3.2.3.2 Fungsi:

1. Menyelenggarakan penyediaan kebutuhan Instalasi Sterilisasi Pusat untuk menunjang unit-unit lain dalam pelayanan kebutuhan steril.

2. Menyelenggarakan kegiatan sterilisasi dan distribusi (pelayanan) kepada unit-unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril.

3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sterilisasi yang dilakukan oleh unit sterilisasi pusat maupun bekerjasama dengan unit lain.

4. Bekerjasama dalam suatu tim untuk mencegah dan mengurangi terjadinya nosokomial.

5. Menyelenggarakan administrasi di lingkungan sterilisasi pusat.

Pelayanan Sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk Pelayanan Medik di Rumah Sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit.

Tujuan pelayanan CSSD adalah melayani semua kebutuhan steril dari unit yang memerlukan. Mengatur dan menyediakan kebutuhan steril dan peralatan kedokteran untuk tindakan pembedahan di RSUP H. Adam Malik Medan.

(53)

Pelayanan CSSD yang baik selain akan meningkatkan kinerja rumah sakit, menurunkan infeksi nosokomial, mempercepat proses penyembuhan dan mendukung pelayanan lain di rumah sakit, juga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan rumah Sakit.

Dalam menunjang tugas dan fungsi instalasi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu:

a. Pokja Penyediaan

Pokja penyediaan ini bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan penyediaan dan penerimaan kebutuhan steril di instalasi CSSD.

b. Pokja Pencucian dan Sterilisasi

Pokja pencucian dan sterilisasi ini bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian dan sterilisasi kebutuhan di instalasi CSSD mulai dari pembilasan atau pencucian, pengeringan, pengemasan paket, sterilisasi dan penyimpanan.

c. Pokja Distribusi

Pokja distribusi ini bertugas dalam membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pendistribusian kebutuhan steril untuk unit IGD, IBP, IPI, Poliklinik, Rindu A, Rindu B.

Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di instalasi CSSD.

(54)

Kepala CSSD

Gambar 3. Struktur Organisasi Instalasi CENTRAL STERILIZED SUPPLY

DEPARTMENT (CSSD) RSUP H. Adam Malik Medan

3.3 Instalasi Gas Medis

Pada tanggal 26 Februari 2005 didirikan Instalasi Gas Medis di RSUP H. Adam Malik, sesuai dengan SK Direktur No. OT.01.01.11.173 tentang Organisasi dan Tata Kerja Gas Medis RSUP H. Adam Malik.

Tujuan didirikannya Instalasi Gas Medis adalah:

1. Agar pelaksanaan pelayanan gas medis dapat segera dan tepat waktu sampai kepada pasien yang membutuhkannya.

Wa.Ka. Instalasi Tata Usaha Pokja Penyediaan Pokja Pencucian/Sterilisasi Pokja Distribusi

(55)

2. Perkembangan teknologi berdampak pada mutu dan kualitas pelayanan.

Instalasi Gas Medis dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh seorang wakil kepala instalasi dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua orang kepala pokja yang meliputi kepala pokja perbekalan dan pendistribusian gas medis dan kepala pokja pelayanan dan pemantauan penggunaan gas medis. Disamping itu, terdapat delapan orang staf yang terdiri dari empat orang PNS dan empat orang tenaga honorer. Waktu jaga dibagi dalam dua shift.

Administrasi dan pengelolaan gas medis:

1. Perencanaan Gas Medis : Instalasi Gas Medis 2. Pemesanan Sementara Gas Medis : Instalasi Gas Medis

3. Pengadaan Gas Medis : Panitia Pengadaan Barang Rumah Sakit 4. Penerimaan Gas Medis : Panitia Penerima Barang Rumah Sakit 5. Pendistribusian Gas Medis : Instalasi Gas Medis

6. Monitoring dan Evaluasi : Instalasi Gas Medis

Sistem pelayanan gas medis dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan menggunakan oxygen gas cylinder (cara konvensional), misalnya tabung 6 m3. Cara kedua adalah dengan menggunakan instalasi gas medis tangki (oksigen cair), merupakan tangki double wall yang dilengkapi dengan sistem vacum sehingga tidak terjadi perpindahan panas dari luar tangki ke dalam tangki.

Jenis gas medis yang sering dilayani di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan meliputi:

(56)

- Gas N2O - Gas N2 - Gas CO2

- Udara Tekan (UT)

Wadir Penunjang Medis & Penelitian

Ka. Instalasi Gas Medis Wa.Ka. Instalasi Gas Medis

Tata Usaha Gas Medis

Pokja Perbekalan & Pendistribusian Gas Medis

Pokja Pelayanan & Pemantauan Penggunaan Gas Medis

Gambar 4. Struktur Organisasi Instalasi Gas Medis RSUP. H. Adam Malik

Dalam menunjang tugas dan fungsi Instalasi Gas Medis, dibentuk 2 pokja yaitu:

1. Pokja Perbekalan dan Pendistribusian Gas Medis Pokja ini mempunyai tugas:

a. Merencanakan kebutuhan gas medis. b. Menerima dan menyimpan gas medis.

(57)

d. Mengawasi dan memonitor penyaluran gas medis.

e. Mengevaluasi dan membuat laporan tentang penerimaan dan penyaluran gas medis.

2. Pokja Pelayanan dan Pemantauan Gas Medis Pokja ini mempunyai tugas:

a. Melaksanakan koordinasi dengan dokter dan perawat tentang pengaturan pemakaian gas medis oleh pasien.

b. Bekerja sama dengan perawat dalam pendataan pasien yang menggunakan gas medis.

c. Mencatat setiap pemakaian gas medis oleh pasien.

d. Melaksanakan koordinasi dengan Pokja Perbekalan dan Pendistribusian gas medis tentang kebutuhan gas medis.

e. Memberikan data pemakaian gas medis oleh pasien kepada petugas verifikasi guna penagihan biaya pemakaian gas medis.

f. Membuat laporan tentang penggunaan gas medis oleh pasien.

g. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan diklat dan litbang di lingkungan Instalasi Gas Medis.

(58)

3.3.1 Prosedur Pemesanan Gas Medis

Instalasi Gas Medis

Memesan gas medis dengan surat pesanan sementara melalui fax dan telepon

Gas Medis datang

Diterima oleh panitia penerima

Dilaporkan kepada panitia pengadaan barang

Gas Medis disimpan

Gambar 5. Prosedur Pemesanan Gas Medis

3.3.2 Prosedur Pendistribusian Gas Medis

Pemesanan dilakukan oleh perawat melalui telepon dari ruang perawat ke nomor 645, dan telepon diterima oleh petugas Instalasi Gas Medis, kemudian petugas medis mengkonfirmasi pemesanan gas medis tersebut lalu gas medis didistribusikan ke ruang yang membutuhkan.

3.3.3 Permasalahan Gas Medis

1. Bila order gas datang terlambat ke rumah sakit dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.

2. Bila stok kosong (untuk N2O) di PT. Aneka Gas Industri Medan pelayanan di kamar operasi akan terganggu.

(59)

3. Untuk O2 cair, jika gas sudah dipesan tetapi stok dari pabrik tidak cukup untuk didistribusikan ke seluruh wilayah kota Medan dan harus berbagi dengan rumah sakit lain.

4. Untuk O2 silinder: tabung 1m3 dan 2m3 rumah sakit belum memiliki buffer stok tabung kecil yang sesuai dengan yang diinginkan dan petugas cenderung memberanikan diri untuk memindahkan isi tabung 6 m3 ke tabung 1m3 dan 2m3

3.3.4 Prosedur Tetap Instalasi Gas Medis

1. Pemesanan gas medis harian.

2. Pemesanan gas medis dalam tabung 6m3. 3. Penyimpanan gas medis.

4. Pendistribusian gas medis. 5. Pengembalian tabung kosong. 6. Penerimaan oksigen cair. 7. Pelaporan gas medis.

8. Pencatatan penggunaan gas medis sentral dan tabung 6m3 di ruangan. 9. Penggunaan tabung oksigen kecil.

10. Evaluasi pelayanan gas medis.

11. Pemesanan gas medis dari ruang instalasi.

12. Penggunaan tabung kecil (selama pasien ditransfer).

13. Pemesanan oksigen (tabung kecil) dari kemotoran (Ambulance) atau untuk Kejadian Luar Biasa (KLB)

(60)

15. Pemeliharaan regulator oksigen pada tabung dan outlet

3.3.5 Monitoring Gas Medis

1. Pemantauan rutin harus selalu dilakukan setiap pukul 08.00 WIB oleh petugas untuk melihat level minimum dan gas medis harus sudah dipesan kemudian dicatat pada buku laporan.

2. Kondisi Instalasi Gas Medis sebaiknya lebih representatif dan fasilitas dilengkapi.

3. Buffer stok bentuk tabung harus diadakan oleh pihak Direksi. 4. Instalasi Gas Medis dilibatkan sebagai panitia pengadaan.

(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit umum kelas A yang dan merupakan pusat rujukan untuk wilayah yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

Sejak tanggal 1 juli 2007, pelayanan kesehatan untuk pasien yang berasal dari keluarga miskin di RSUP H. Adam Malik Medan tidak lagi mengacu kepada DPHO melainkan pada formularium yang dikeluarkan oleh MenKes dengan SK nomor 417/MenKes/SK/IV/2007 tanggal 1 juli 2007 dan pengadaannya dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pada tanggal 23 Agustus 2007, formularium ini dilengkapi lagi dengan berbagai obat yang belum terdapat pada formularium sebelumnya. Formularium ini lebih dikenal dengan nama Pedoman Pelaksanaan (ManLak) yaitu berisi obat-obat yang boleh diresepkan oleh dokter kepada pasien dan farmasi hanya melayani obat-obat yang terdapat pada formularium tersebut.

Dalam rangka pengadaan obat untuk pasien ASKES rawat jalan dan rawat inap, RSUP H. Adam Malik Medan berpedoman kepada DPHO, dan untuk AKHP (Alat Kesehatan Habis Pakai) dan obat-obatan all in tarif disediakan oleh Rumah Sakit.

(62)

4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi memiliki Pokja-pokja (Kelompok Kerja) yaitu Pokja Perbekalan, Pokja Apotek, Pokja Farmasi Klinis dan Pokja Perencanaan dan Evaluasi. Dan Instalasi Farmasi juga memiliki Depo-Depo yang merupakan perpanjangan tangan dari Instalasi Farmasi untuk mempermudah pelayanannya kepada pasien. Adapun Pokja-pokja (Kelompok Kerja) tersebut adalah :

4.2.1 Kelompok Kerja Perbekalan

Pokja perbekalan melaksanakan tugasnya mulai dari perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribuasian perbekalan Farmasi meliputi AKHP, reagensia, radiofarmasi dan instrumen serta melakukan kegiatan produksi dan repacking sediaan farmasi.

Perbekalan Farmasi yang masuk diterima oleh Panitia Penerima Barang, bersama-sama dengan Bendaharawan Barang kemudian diperiksa keadaan Perbekalan Farmasi, bila memenuhi syarat Perbekalan Farmasi diserahkan ke Instalasi Farmasi melalui Pokja Perbekalan. Kemudian dibuat berita acara, petugas Pokja Perbekalan menerima dan mencatat pada buku penerimaan Perbekalan Farmasi. Penyimpanan dan penyusunan perbekalan Farmasi dilakukan sesuai dengan:

- sifatnya (obat termolabil di lemari es) - bentuk sediaan (oral, injeksi, infus, salep) - bahan baku obat (mudah menguap/terbakar)

Gambar

Gambar           Halaman
Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Pokja
Gambar 3. Struktur Organisasi Instalasi CENTRAL STERILIZED SUPPLY  DEPARTMENT (CSSD) RSUP H
Gambar 4. Struktur Organisasi Instalasi Gas Medis RSUP. H. Adam Malik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Brahim (2007: 39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan

Undang-Undang penagihan pajak tersebut diharapkan kegiatan penagihan pajak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya karena telihat jelas bahwa tujuan dibuatnya Undang-Undang

i Fiksi atau bukan, kartun satir bertemakan kota ala Benny & Mice menjadi menarik untuk diperbincangkan dengan memban- dingkannya pada imaji-imaji romantis

dilakuka pe eliia ariasi orfologis uda g galah hasil persila ga populasi Pro oli ggo da Mahaka a g tersedia di UKBAP BBUG Sa as.. Baha da

Sesuai dengan tujuan dari perancangan ini yaitu membuat suatu perangkat lunak yang dapat memberikan informasi geografi mengenai rute jalan terpendek antara kota yang satu dengan

Berdasarkan dari kerangka kerja LORI ( Learning Object Review Instrument ) terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam media yang dibuat yang terdiri dari: 1) Aspek

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, Membantu anak

Untuk perbandingan nilai N gain keterampilan generic sains fisika peserta didik tiap indikator dapat dilihat pada Gambar 2 dengan keterangan indikator KGS 1 :