• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB –

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB –"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA

DAN OPINI MAHASISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Tentang Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini

Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh : DEDI SYAHPUTRA

080904004

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita.Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 2008-2011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas kesempatan dan berkat yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU. Skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1).

Dalam penulisan penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada kedua orang tua peneliti yang selalu mendukung dan membantu peneliti baik dukungan moril, materil dan juga untuk Mbak tersayang Novrianti dan Sri Puspita serta Adik-adik tercinta Venny Lia Lidya, Putri Devi, dan Dimas Hidayatullah, terlebih untuk setiap doa yang senantiasa mengiringi setiap langkah dalam hidup peneliti.

2. Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Ibu Drs. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

Kepada Alm. Bapak Drs. T. Nur Alamsyah, yang selama hidupnya pernah menjadi dosen wali peneliti, dan senantiasa memperkenalkan, mengajari, membimbing, dan memotivasi peneliti ketika duduk di bangku perkuliahan.

6. Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung. MS.i selaku dosen wali pengganti peneliti yang juga senantiasa selalu mengajari dan mengarahkan peneliti selama duduk di bangku perkuliahan.

7. Kepada Ibu Dra. Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing peneliti yang senantiasa memberikan motivasi dan membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Kepada Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga telah membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D, dan Ibu Dra. Heristina Dewi M.Pd selaku ketua dan sekretaris Departemen Etnomusikologi, FIB-USU dan Kak Adri sebagai pembantu pimpinan Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga, demi kelancaran dan kesuksesan peneliti untuk mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU.

10. Kepada rekan-rekan mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuisioner penelitian.

(5)

12. Sahabat-sahabat tersayang Anita Tandiono, Elvina Tjiong, Suci Al-Fallah, M. Arie Kurnia Purba, Mawi Anna, Lia Febrianti, Jefri Haris, Inda Sari Melia, yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti, juga sebagai teman ngobrol, teman tertawa, teman bersama. Untuk sahabat-sahabat penulis yang juga menjadi motivasi saat penulis melaksanakan penelitian, Sylviana Uli F Sihite, Kariza Siahaan, Bintang Oktavia , Sondang Mariana, Melisa Angelina, Dama Paundra Falatehan, Irmina Sagala, dan Ika Damayanti.

13. Juga Sahabat-sahabat yang peneliti sayangi Dian Sasmi Wulandari, T. Yudha Afriyansyah, Sri Wahyuni, M. Aulia Muda, Rafli Ardhi Your, Gerry Syahputra dan Bang Icung yang senantiasa telah menghibur dan memberi motifasi pada peneliti ketika peneliti sedang merasa kesusahan saat menghadapi proses penelitian.

(6)

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, peneliti memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti juga mengharapkan ide, saran, kritik dari pembaca untuk perbaikan yang lebih baik ke depannya. Semoga skripsi ini dapat memenuhi harapan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Maret 2012 Peneliti

NIM : 080904004 DEDI SAYAPUTRA

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Pembatasan Masalah ... 7

I.4. Tujuan Penelitian ... 8

I.5. Manfaat Penelitian ... 8

I.6. Kerangka Teori ... 9

I.6.1. Komunikasi Massa ... 9

I.6.2. Teori Agenda Setting ... 10

I.6.3. Media Massa dan Televisi ... 11

I.6.4. Opini Publik ... 14

I.6.5. Berita ... 15

I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel... 16

I.8. Hipotesis ... 22

BAB II. LANDASAN TEORI II.1. Komunikasi Massa ... 23

II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 23

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ... 24

II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 26

II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa... 28

II.2. Teori Agenda Setting ... 30

II.3. Media Massa dan Televisi ... 33

II.3.1. Media Massa ... 33

II.3.2. Televisi ... 35

II.4. Opini Publik ... 37

II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik ... 37

II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik ... 39

II.4.3. Kekuatan Opini Publik ... 42

II.5. Berita ... 43

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU ... 44

III.1.2. Departemen Etnomusikologi ... 50

III.2. Metodologi Penelitian ... 56

III.2.1. Metode Penelitian ... 56

III.2.2. Lokasi Penelitian ... 56

III.3. Populasi dan Sampel ... 57

(8)

III.3.2. Sampel ... 58

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 61

III.5. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal ... 65

IV.1.1. Karakteristik Responden ... 65

IV.1.2. Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia ... 69

IV.1.3. Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU ... 84

IV.2. Analisis Tabel Silang ... 95

IV.3. Uji Hipotesis ... 98

IV.4. Pembahasan ... 100

BAB V. PENUTUP V.1. Kesimpulan ... 104

V.2. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ... 19

Tabel 2 Daftar Pelopor Pendiri FIB-USU ... 45

Tabel 3 Populasi ... 57

Tabel 9 Stasiun Televisi yang Paling Sering Ditonton Oleh Responden ... 69

Tabel 10 Stasiun Televisi yang Paling Sering Dipilih Responden Untuk Menonton Berita... 71

Tabel 11 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menyajikan Berita Menuru Responden... 73

Tabel 12 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menayangkan Pemberitaan Konflik Antara Indonesia dan Malayasia ... 75

Tabel 13 Pernah Atau Tidak Pernahkah Responden Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia ... 77

Tabel 14 Tingkat Keseringan Stasiun Televisi yang Dipilih Oleh Responden Dalam Menayangkan Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia ... 78

Tabel 15 Tingkat Kejelasan Isi Berita yang Disampaikan ... 80

Tabel 16 Tingkat Kemenarikan Isi Berita yang Disampaikan Menurut Responden ... 81

Tabel 17 Tingkat Kepahaman Responden Terhadap Berita yang Disampaikan ... 82

Tabel 18 Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Berita yang Disampaikan ... 84

Tabel 19 Perasaan Responden Ketika Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daera Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia ... 86

Tabel 20 Tindakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ... 87

Tabel 21 Ada atau Tidak kah Tindakan yang Dilakukan oleh Pemerintah dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ... 88

Tabel 22 Tingkat Ketegasan Pemerintah Indonesia dalam Merespon, Menghadapi, atau Menangani Kasus Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ... 89

(10)

Tabel 24 Pihak yang Patut Disalahkan Atas Terjadinya Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut

Responden... 92 Tabel 25 Dapat Berakhir atau Tidak Dapat Berakhirkah Konflik Antara

Indonesia dan Malaysia Di Masa yang Akan Datang Menurut

Responden... 94 Tabel Silang

Tabel 26 Hubungan Tingkat Kepahaman Responden Penelitian Dengan

Perasaan Responden... 95 Tabel 27 Stambuk Responden dan Opini Responden Mengenai Pihak

yang Patut Disalahkan Terkait Konflik Pencaplokan

Lagu Daerah Rasa Sayange Yang Dilakukan Oleh Malaysia... 96 Tabel 28 Tingkat kredibilitas pada Stasiun Televisi

dan Ada atau Tidakkah Tindakan yang Dilakukan Pemerintah

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Lampiran 2. Tabel Fortron Cobol

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Departemen Etnomusikologi FIB-USU Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Departemen

(13)
(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita.Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 2008-2011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Tidak hanya dikenal sebagai negara yang bertetangga. Indonesia dan Malaysia juga dikenal bangsa yang serumpun, yakni sebuah bangsa yang berasal dari nenek moyang yang sama. Tidak hanya memiliki kesamaan nenek moyang, Indonesia dan Malaysia adalah bangsa yang juga memilik kesamaan, mulai dari bahasa, warna kulit, warna rambut, warna mata, kesamaan budaya, serta topografi daerahnya. Tidak hanya itu, salah satu suku yang terdapat di Indonesia juga merupakan suku yang terbesar yang ada di Malaysia, yakni Melayu, hampir diseluruh pulau sumatera penduduknya adalah Melayu dan tersebar di beberapa bagian wilayah di pulau Kalimantan. Suku Melayu merupakan suku terbesar dan merupakan bangsa asli negara Malaysia. Hal inilah yang menjadi persamaan mencolok antara bangsa Indonesia dan Malaysia. Namun pada kenyataannya tidak begitu, justru negara yang jaraknya sangat berdekatan itu memiliki permasalahan yang sangat kompleks, sehingga dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan bangsa serumpun ini. Begitu banyak masalah yang timbul, hal tersebut tidak hanya timbul di waktu belakangan ini. Beberapa kejadian konflik yang berkepanjangan tersebut, menjadi catatan sejarah perjalanan kedua bangsa yang memiliki akar suku bangsa melayu tersebut.

(16)

dikenal sebagai

menggabungkan

tidak sesuai denga ditentang oleh Presiden

merupakan dan

terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di

Indonesia. Pada

adalah Kerajaan

kemudian dinamaka

Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia, Presiden berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia.

Sejak demonstrasi anti-Indonesia di menyerbu gedung KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), merobek-robek

fot

(17)

Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi

anti-Indonesian yang menginjak-inja

balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nam

Namun tidak hanya sampai pada pristiwa konfrontasi, pertentangan antara Indonesia dan Malaysia berujung, itu adalah sebuah babak permulaan saja, tahun demi tahun berlalu, namun masih tetap ada saja pertentangan yang timbul.

Bahkan di tahun – tahun belakangan ini begitu banyak ketegangan terjadi, mulai dari sengketa perebutan wilayah, seperti Pulau Sipadan dan Ligitan. Tidak hanya terlibat dalam perebutan dan sengketa wilayah, konflik ketegangan antar kedua bangsa serumpun ini juga terjada di berbagai bidang, seperti halnya peng-klaiman beberapa situs warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, seperti halnya saat malaysia meng-klaim kepemilikan Tari Pendet, Reog Ponorogo, alat musik Angklung, kesenian Batik, masakan Rendang, bahkan kini negeri itu juga mencaplok lagu daerah Rasa Sayange yang berasal dari Maluku, Indonesia.

Khusus pada penelitian ini peneliti mengambil permasalahan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang sejatinya adalah lagu daerah Maluku, letak kontroversinya adalah Lagu ini digunakan oleh Departemen Pariwisata untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara

(Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu

(18)

adalah salah. Gubernur melihat bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata

Malaysia

membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia. Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. 'Rasa Sayange' diketahui direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962

Tentang bukti rekaman "Rasa Sayange", bukti lagu tersebut direkam oleh Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh Perum PNRI (Percetakan Negara Republik Indonesia) Cabang Surakarta yang dahulunya adalah PN (Percetakan Negara) Lokananta. Ini dikenal sebagai rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu "Rasa Sayange" adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu

(19)

setiap daerah, demontrasi besar-besaran yang malah justru mempersatukan sebagai bangsa yang kehilangan akar budayanya seolah-olah menjadi makanan setiap hari di media massa.

Media massa sangat berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan sikap khalayak. Setiap pemberitaan dalam media akan memunculkan perubahan yang signifikan. Media memberikan begitu banyak informasi mengenai lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh. Media mempengaruhi kebiasaan konsumsi, media memberikan model dan contoh (positif dan negatif) yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Media menolong kita untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan. Pada tingkat yang lain, adalah juga jelas bahwa media massa sekarang mendorong dan mempengaruhi fungsi institusi-institusi sosial yang menonjolkan, seperti dalam bidang politik, pemerintahan, sistem keadilan dan bisnis.

Begitu besar pengaruh media hingga dapat membentuk opini pada masyarakat, dengan mengkonsumsi berita yang dimuat oleh media opini-opini yang ada pada masyarakat khususnya pada mahasiswa akhirnya membentuk pola pikir pada diri mahasiswa tersebut.

(20)

dan menampung pandangan atau opini dari mahasiswa dalam bentuk penelitian secara langsung. Selaku masyarakat intelektual, mahasiswa hendaknya tidak hanya memberikan opini namun juga dapat memberikan saran yang terbaik dalam memandang dan memahami permasalahan ini. Serta tentunya peneliti sangat ingin mengetahui sejauh mana mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini mengkonstruksikan, menilai, dan memahami permasalahan yang dimuat dalam pemeberitaan media televisi itu sendiri, apakah mahasiswa tersebut, dapat mencerna dan menelaah isi yang disampaikan atau hanya sebagai bahan informasi saja. Serta yang terakhir adalah bertujuan untuk mengetahui apakah media mampu membentuk, mempengaruhi opini pada diri mahasiswa dan respondennya. Dan yang menjadi alasan mengapa peneliti mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya-USU adalah peneliti mengharapkan selaku mahasiswa Ilmu Budaya, hendaknya responden secara jeli dapat memahami hal ini dan dapat memberikan masukan demi terciptanya jalan keluar. Hal ini dikarenakan menyangkut dengan masalah perebutan warisan budaya Indonesia.

(21)

I.2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

“sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia media massa (televisi).

2. Penelitian ini difokuskan pada opini mahasiswa mengenai konflik Indonesia dan Malaysia yang diberitakan oleh media massa (televisi).

(22)

I.4. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU

I.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang berhubungan dengan opini mahasiswa pasca pemberitaan mengenai konflik antara Indonesia dengan Malaysia di media massa dan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan yang sedang terjadi saat ini yang di terbitkan oleh media Massa. Bahwa kita harus menjaga keutuhan bangsa, baik menjaga hubungan antar masyarakatnya, kebudayaan serta wilayah dan aset-aset bangsa sehingga tetap menjadi negara yang berdaulat dan harus bisa mempertahankan wilayah serta aset negara kita.

3. Manfaat Akademis

(23)

I.6. Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian, teori digunakan sebagai landasan yang digunakan untuk menjelaskan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dan memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah peneliti akan disoroti (Nawawi, 2001:39).

I.6.1. Komunikasi Massa

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin

“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)

Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.

(24)

berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4)

Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

I.6.2. Teori Agenda Setting

Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu - isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.

(25)

Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu - isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi mendasar dari teori ini adalah

1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.

2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya.

I.6.3 Media Massa Dan Televisi

Media massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media).

Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “message

communicated through a mass medium to large number of people”, suatu

(26)

Everett M, Rogers mengatakan ada dua jenis media massa yaitu, media massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern adalah media massa yang menggunakan teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan, yaitu: surat kabar, majalah, buku, film, radio, televisi. Sedangkan media massa tradisional diantaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun (Effendi, 1990: 20).

Televisi adalah sebuah sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang (hitam-putih) ma

tele "jauh" dari visio ("penglihatan") dari sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”

Pada ta mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan, 2008: 6)

Menurut Scornis dalam bukunya Television and Society ; An Incuest and

Agenda (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar,

(27)

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-17 pada tanggal ke-17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)

Pada dasarnya televisi mempunyai sifat sebagai berikut, dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau besar. (Morrisan, 2008: 11)

Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100)

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat.

(28)

I.6.4. Opini Publik

Opini menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda (Sastropoetro, 1990:41)

Dan William Albing berpendapat bahwa opini itu dinyatakan kepada suatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan suatu yang lain dari kebiasaan, ketidak cocokan dan adanya perubahan penilaian.

Dalam effective public relations, opini publik adalah sebuah ekspresi energi sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini publik menyatakan bahwa opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama.

Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R.P. Abelson bukanlah perkara yang mudah karena berkitan dengan unsur-unsur pembentuknya (Cutlip,2006:262), yaitu :

1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang

berakar dari beberapa faktor, yakni :

a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang/masyarakat.

b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan.

c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat).

(29)

I.6.5. Berita

Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno, 2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita.

Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:

1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :

a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi

aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.

b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih

merupakan berita pendukung.

2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal

yang ada di bawah suatu permukaan.

3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau

penelitian penulisnya/reporter.

5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat

(30)

Unsur-Unsur Berita

Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu : (1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? (2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?

(3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu? (4) When - kapan terjadinya?

(5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi? (6) How - bagaimana terjadinya?

(7) What next - terus bagaimana?

I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa ( Nawawi, 1995: 40 ).

Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995: 57 )

(31)

harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.

c. Karakterakteristik Responden

(32)

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dibentuk model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas ( X )

Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

Variabel Terikat ( Y )

Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi

FIB-USU.

Karakteristik

(33)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut :

Tabel 1

Operasional Variabel

Konsep Teoritis Operasional Varibel

Variabel Bebas (X)

Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

a. Frekuensi Pemberitaan b. Kejelasan Isi Pesan c. Penyajian Pesan

d. Pemahaman Tentang Isi Pesan

Variabel Terikat (Y) Opini Mahasiswa

a. Kepercayaan (belief).

Kepercayaan terhadap isi pemberitaan di media massa

b. sikap (attitude).

Sikap mahasiswa terhadap pemberitaan c. Persepsi (perception).

Persepsi mahasiswa terhadap pemberitaan pencapokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan Malaysia Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

(34)

Berdasarkan operasional variabel yang disusun, maka dapat di ambil defenisi operasional variabelnya yakni dimana defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional variabel adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin mengukur variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)

Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X), Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

a. Frekuensi Pemberitaan, seberapa sering pemberitaan akan hal konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) diangkat.

b. Kejelasan Isi Pesan, pemberitahuan akan isi informasi secara jelas, dan terpercaya.

c. Penyajian Pesan, bagaimana pesan tersebut disajikan melalu pemberitaan di media massa.

(35)

2. Variabel Terikat (Y), Opini Mahasiswa Etnomusikologi FIB-USU

a. Belief, kepercayaan mengenai suatu hal atau apa yang diyakini

responden sebagai suatu kebenaran.

b. Attitude, apa yang sebenarnya dirasakan responden untuk menjadi

sikapnya dalam menghadapi pemberitaan di media massa.

c. Perception, yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, dan nilai-nilai yang dianut dan berita berkembang.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan

b. Usia, yaitu umur responden

(36)

I.8. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.

(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Komunikasi Massa

II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin

“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)

Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.

(38)

Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah :

1. Komunikator Terlembagakan.

Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka proses pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat sistematis dan terperinci.

2. Pesan Bersifat Umum.

Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria pengting atau menarik.

3. Komunikannya yang Anonim dan Heterogen.

Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim ( tidak dikenal ) dan heterogen ( terdiri dari berbagai unsur )

(39)

Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan.

Di dalam komunikasi antarpersonal, yang menentukan efektivitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada “ apanya “ tetapi “ bagaimana “. Sedangkan pada komuniaksi massa menekankan pada “ apanya “(Ardianto, 2004:7-8)

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah.

Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena proses pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.

7. Stimulasi Alat Indra “ Terbatas “.

Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya mendengarkan, sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan indra pengelihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda ( Delayed ).

(40)

II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa

fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :

a. Penafsiran ( Interpretation )

Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak, serta dilengkapi perspektif ( sudut pandang ) terhadap berita atau tanyangan yang disajikan.

b. Pertalian ( Linkage )

Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

c. Penyebaran Nilai-nilai ( Transmission Of Values )

Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa itu memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan oleh mereka.

d. Hiburan ( Entertainemnt )

Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.

e. Fungsi Informasi

(41)

f. Fungsi Pendidikan

Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah dengan melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku bagi pembaca atau pemirsa.

g. Fungsi Mempengaruhi

Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel dan sebagainya.

h. Fungsi Proses Pengembangan Mental.

Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman kesadaran manusia.

i. Fungsi Adaptasi Lingkungan

Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa, ia bisa lebih mengenal bagaimana keadaan lingkungannya melalui media massa.

j. Fungsi Memanipulasi Lingkungan

Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

k. Fungsi Meyakinkan ( To Persuade )

- Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.

- Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang

(42)

II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:

1. Komunikator

a. Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik

b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka.

c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran informasi tersebut.

2. Media Massa

Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai

(43)

Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :

a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi.

b. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat.

c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. (Bungin, 2006:85) 3. Informasi Massa

Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

4. Gatekeeper

Merupakan penyeleksi informasi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan.

5. Khalayak

(44)

6. Umpan Balik

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai sifat tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional (Bungin, 2006:71).

II.2. Teori Agenda Setting

Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu - isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.

(45)

Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu - isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi mendasar dari teori ini adalah

1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut. 2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih

kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya.

Kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak

Dalam agenda setting, yang menentukan kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak dijelaskan dalam konsep need for orientation

(McCombs, Maxwell & Reynolds: 2002). Konsep ini menyediakan penjelasan teoritis untuk keragaman di dalam proses agenda-setting, melampau kategori isu

obtrusive (isu yang dialami langsung) dan unobtrusive (tidak dialami langsung) oleh khalayak.

Need for orientation didasarkan pada konsep psikolog Edward Tolman

general theory of cognitive mapping yang menyatakan bahwa manusia

membentuk peta di dalam pikirannya untuk membantu mengarahkan lingkungan ekseternalnya. Konsep ini mirip dengan gagasan Lippmann tentang pseudo-environment – lingkungan yang diciptakan oleh media. Selanjutnya konsep need

for orientation juga menyatakan bahwa ada perbedaan individu dalam

(46)

akan latar belakang informasi terhadap isu tertentu (McCombs, Maxwell & Reynolds: 2002).

Secara konseptual, need for orientation diefinisikan dalam dua konsep, yaitu relevansi dan ketidakmenentuan; yang peran masing-masing terjadi secara berurutan. Relevansi adalah yang pertama kali menentukan apakah media akan mempengaruhi agenda atau tidak. Bila individu merasa media dianggap memiliki tingkat relevansi yang tinggi terhadap informasi yang dibutuhkan individu, besar kemungkinan media akan berpengaruh kuat terhadap individu tadi. Sedangkan pada tahap kedua, ketidakmenentuan menunjukkan apakah individu sudah memiliki/menentukan terhadap isu yang menjadi agenda media. Dalam konteks pemilihan umum, ketidakmenentuan ini bisa diligat pada posisinya sebagai

decided/undecided voters. Media akan sangat berpengaruh terhadap individu yang memiliki tingkat relevansi dan ketidak menentuan yang tinggi.

Di samping faktor need for orientation itu, riset belakangan juga menunjukkan bahwa dampak agenda-setting terjadi secara kuat di kalangan yang terdidik. Di samping tingkat pendidikan, kredibilitas juga menentukan tingkat pengaruh media dalam agenda-setting.

(47)

II.3. Media Massa dan Televisi

II.3.1. Media Massa

Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakat sementara peran lainnya adalah menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial. Dari segi makna, “media massa” adalah alat/sarana untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan hiburan. Sedangkan dari segi etimologis, “media massa” adalah “komunikasi massa” yang memiliki arti sebutan lumrah di kalangan akademis untuk studi “media massa”.

Ada beberapa bentuk media massa yang kita kenal sekarang ini, yaitu:

1. Surat Kabar

Koran (dariKrant, daricourant) atau

surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut yang beris

berupa eve

kabar juga biasa berisi lewat gambar berkenaan dengan masalah-masalah tertent hiburan lainnya

2. Majalah

(48)

apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa (Ardianto, 2004:112). Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap berbeda dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:

a. Penyajian lebih dalam.

b. Nilai aktualitas lebih lama, berbeda dengan surat kabar yang aktualitasnya hanya satu hari nilai aktualitas majalah bisa sampai satu minggu.

c. Gambar atau foto lebih banyak dikarenakan memiliki jumlah halaman yang lebih banyak.

d. Cover, menarik atau tidaknya suatu majalah ditentukan pada tipe dari majalahnya serta konsistensi majalah tersebut dalam menampilkan ciri khas majalahnya.

3. Radio

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes, keunggulan radio adalah dimana saja, dan sangat beragam. Kekuatan radio dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara.

4. Televisi

(49)

media massa lainnya, fungsi televisi juga memberi informasi, mendidik, membujuk, dan menghibut.

5. Film

Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya. Seperti halnya televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi film dapat terkandung unsur informatif maupun edukatif bahkan persuasi (Ardianto, 2004:136).

6. Komputer dan Internet

Menurut Laquey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia (Ardianto, 2004:142). Dewasa ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan (Ardianto, 2004:57-58).

II.3.2. Televisi

Televisi adalah sebuah sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang (hitam-putih) ma

tele "jauh" dari visio ("penglihatan") dari sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”

(50)

Nipkow

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-17 pada tanggal ke-17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)

, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan, 2008: 6)

Pada dasarnya televisi mempunyasi sifat sebagai berikut, dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat diliaht dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau besar. (Morrisan, 2008: 11)

Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100)

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat.

(51)

II.4. Opini Publik

II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik

Istilah Opini Publik diserap secarah utuh dari bahasa inggris – public

opinion, yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Istilah

Opini Publik itu digunakan antara lain oleh Omi Abudrrahman ( 1986 ), Kartadi Suhandang ( 1973 ) dan M.O. Tambunan ( 1994 ). Namun, pakar yang lain seperti Astrid Susanto ( 1975 ) dan Anwar Arifin ( 1998 ) lebih suka menggunakan istilah

pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public opinion (Sunarjo, 2005:22)

Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika Serikat. Pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan politik dan komunikasi politik tatkala Alquin menyerukan, “ vox populi, vox dei “( suara rakyat adalah suara Tuhan ).

(52)

Adapun beberapa faktor defenisi Pendapat umum yakni sebagai berikut (Arifin, 2010:119)

1. Adanya Isu ( Presence of an issue ). Pertama-tama harus terdapat konsensus yang sesungguhnya bahwa pendapat umum berkumpul di sekitar suatu isu ( issue ). Dalam ungkapan sehari-hari, pendapat umum sering muncul sebagai istilah yang sangat umum, yang melukiskan sesuatu seperti sikap bersama ( collective attitude ) atau suasana hati masyarakat (

public mood ). Carlyle berpendapat bahwa “ pendapat umum adalah

kebohongan yang paling besar di dunia “. Untuk tujuan kita, isu dapat didefenisikan sebagai suatu situasi kontemporer dimana mungkin terdapat ketidak pastian.

2. Hakikat Masyarakat ( The Nature of Publics ). Yakni harus ada kelompok orang yang dapat dikenal yang berkepentingan dengan persoalan tersebut. Ini adalah masyarakat. Gagasan mengenai suatu masyarakat yang digunakan disini dipopulerkan oleh Jhon Dewey, terutama dalam bukunya

The Public and its Problems ( Masyarakat dan Masalahnya ).

3. Kompleks Preferensi pada Masyarakat. Yakni mengacu pada totalitas pendapat para masyarakat tentang suatu isu. Hal tersebut mencakup gagasan pendistribusian pendapat menurut arah dan intervensinya ( setuju atau menolak arah tindakan yang disarankan berkaitan dengan isu tersebut. Masyarakat yang menaruh perhatian pada isu dengan sendirinya akan terbagi ke dalam dua atau lebih sudut pandang yang berbeda.

4. Ekspresi Pendapat ( Expression of Opinion ). Kata-kata yang diucapkan atau dicetak merupakan bentuk yang paling biasa dari ekspresi pendapat, tetapi sewaktu-waktu gerak-gerik - kepalan tangan, lambaian tangan, bahkan tarikan nafas orang banyak, sudah cukup untuk menunjukan ekspresi orang tersebut.

5. Jumlah Orang yang Terlibat ( Number of Persons Involved ). Adanya besaran masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu.

Adapun yang menjadi karakteristik opini publik menurut Hendley Cantril (

Gauging Public Opinion ) dalam Arifin ( 1998 : 119-120 ) dari lembaga penelitian Opini Publik dari Universitas Princeton mengumpulkan prinsip yang merupakan karakteristik opini publik adalah sebagai berikut :

1. Opini publik sangat peka ( govoeling ) terhadap peristiwa-peristiwa penting.

(53)

3. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwanya dari pada oleh kata-kata, kecuali kata-kata itu sendiri merupakan suatu peristiwa.

4. Pernyataan liasan dan garis-garis tindakan merupakan hal yang teramat penting dikala opini belum terbentuk dan dikala orang-orang berada dalam keadaan suggestible dan mencari keterangan dari sumber-sumber terpercaya.

5. Pada umumnya opini publik tidak mendahului keadaan-keadaan darurat, ia hanya mereaksi keadaan itu.

6. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan pribadi.

7. Opini atau pendapat tidaklah bertahan lama, kecuali jika orang-orang merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut dan jika pendapat yang dibangkitkan oleh kata-kata diperkuatkan oleh peristiwa-peristiwa.

8. Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, opini tidaklah mudah diubah.

9. Jika suatu pendapat didukung oleh suatu mayoritas yang tidak terlalu kuat dan jika pendapat tidak mempunyai bentuk kuat pula, maka fakta yang nyata ada kecenderungan mengalihkan pendapat dari arah penderitaan.

10.Pada saat kritis, rakyat menjadi lebih peka ( govoeling ) terhadap kemampuan pemimpinnya dan apabila mereka mempunyai kepercayaan terhadapnya, maka mereka akan rela untuk lebih banyak memberikan tanggung jawab dari pada biasanya, akan tetapi apabila kepercayaan mereka itu kurang, maka toleransi merekapun berkurang dari biasanya (Arifin 1998 : 119-120).

II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik

Gorge Carslake Thompson dalam “The Nature Of Public Opinion” (Sastropoetro, 1990:106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu :

1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau merekapun boleh tidak setuju.

2. Mereka dapat berbeda dalam pemikiran atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.

3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.

(54)

mempunyai opini yang tegas, mendasarkan kepada rational grounds atau alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh orang lain”.

Kemudian dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu:

1. Difusi, apakah pendapat yang ditimbulkan merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan.

2. Persistence,kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu karena disamping itu, pendapatpun perlu diperhitungkan.

3. Intensitas, ketajaman terhadap isu

4. Reasonableness, atau suatu pertimbangan yang tepat dan beralasan. Menurut R.P. Abelson (1998) unsur-unsur pembentukan opini adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang

berakar dari beberapa faktor, yakni :

a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang/masyarakat.

b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan.

c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat).

(55)

Dengan demikian maka proses pembentukan opini publik tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut (Ruslan, 1999:56)

Gambar 2

Proses Pembentukan Opini Publik

Pada bagan “proses pembentukan opini publik” menggambarkan mulai dari persepsi seorang sehingga terbentuknya suatu opini publik, yaitu berakar dari latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk suatu opini publik, apakan nantinya mendukung, atau menentang atau berlawanan. Pendirian merupakan apa yang dirasakan seseorang dan timbul attitude sebagai sikap yang dapat tersembunyi dalam diri seseorang, dan dapat dalam bentuk simbol, bahasa tubuh, verbal, mimik muka, serta makna daru suatu warna yang dipakainya.

Opini seseorang itu kemudian secara akumulatif dapat berkembang menjadi suatu konsensus (kesepakatan), dan ter-kristalisasi jika masyarakat dalam

Faktor

Persepsi Opini Konsensus Opini Publik

Sikap

Cognitive Behavior

(56)

kelompok tertentu mempunyai kesamaan visi, ide, nilai-nilai yang dianut, latar belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai dikemudian hari akan terbentuk menjadi opini publik.

II.4.3. Kekuatan Opini Publik

Telah dikemukan bahwa opini publik atau pendapat umum sebagai satu kesatuan pernyataan suatu hal yang besifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan (Eddy Yehuda, Drs.,M.S.-http://humasbdg.wordpress.com/2008/04/12/kekuatan-opini-publik/) :

1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi di tengah masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya. 2. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma

sopan santun dan asusila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua, maupun antara yang muda dengan sesamanya.

3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga.

4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan.

(57)

II.5. Berita

Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno, 2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita.

Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu( Romli, 2003:3 )

1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :

:

a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi

aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.

b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih

merupakan berita pendukung.

2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal

yang ada di bawah suatu permukaan.

3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau

penelitian penulisnya/reporter.

5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat

(58)

Unsur-Unsur Berita

Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu : (8) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? (9) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?

(10) Where - di mana terjadinya peristiwa itu? (11) When - kapan terjadinya?

(12) Why - mengapa peristiwa itu terjadi? (13) How - bagaimana terjadinya?

(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU

Pendirian Fakultas Sastra diawali dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor: 190/1965 terhitung mulai tanggal 25 Agustus 1965. Pada awal berdirinya Fakultas Sastra belum mempunyai gedung sendiri dan masih menumpang di Fakultas Hukum, hanya memiliki 1 jurusan yakni jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah mahasiswa 45 orang. Kemudian pada awal tahun 1966 Fakultas Sastra memperoleh gedung sendiri yang terletak di bahagian depan Sekolah TK Dharma Wanita USU, tetapi gedung ini sangat kecil, setahun kemudian Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung eks PU di Jalan Prof. Muhammad Yusuf, tetapi masih juga sangat minim dan tidak memenuhi syarat untuk perkuliahan karena ruangannya hanya 4, 2 ruang untuk perkuliahan dan 2 ruang untuk administrasi

(60)

Kotamadya Medan berupa 1 unit gedung untuk perkuliahan/praktek jurusan Etnomusikologi. Tahun 1990 Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung dari Universitas Sumatera Utara berupa eks gedung BAAK dan Perpustakaan Pusat USU

Terakhir pada tahun 2001 Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung lagi yakni gedung eks USU Press yang setelah direnovasi direncanakan untuk ruang perkuliahan dan ruang Administrasi Program Studi D3 Pariwisata. Akhirnya pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pendiri dan pelopor berdirinya Fakultas Sastra USU

Tabel II

Daftar Pelopor Pendiri FIB-USU

Sumber:

1 Alm. Prof. Mahadi, S.H. 2 Dr. Septy Ruzui

3 Alm. Drs. Sabaruddin Ahmad 4 Alm. T. Mahmuddin

5 Dr. Rustam Amir Effendi, M.A. 6 Alm. Drs. Burhanuddin ch. Usman 7 Alm. Prof. A.Hamid Hasan Lubis 8 Alm. Drs. Chairuddin Rahman 9 Drs. Danil Ahmad, DPFE

10 Alm. Drs. Syahdan Manurung, DPFE 11 Drs. Abubakar

(61)

Dengan meningkatnya kebutuhan Sarjana Sastra dalam berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan maka Fakultas Sastra USU selanjutnya membuka jurusan-jurusan/program studi Strata 1 (S1) dan Diploma 3 (D3) sebagai berikut:

- 1965, dibuka jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dengan jumlah mahasiswa 50 orang.

- 1968, dibuka jurusan Sejarah tetapi belum ada kegiatan karena mahasiswanya belum ada dan pada tahun 1970 barulah pertama kali menerima mahasiswa.

- 1979, dibuka jurusan Sastra Daerah: a. Bahasa dan Sastra Melayu b. Bahasa dan Sastra Batak

- 1979, dibuka jurusan Etnomusikologi (satu-satunya yang ada di Indonesia sampai tahun 1989)

Jurusan ini banyak sekali mendapat perhatian dan bantuan terutama dari Ford Foundation Jakarta antara lain beasiswa bagi mahasiswa dan staf pengajar serta bantuan tenaga konsultan.

(62)

- 1980, dibuka Program Studi D3 Pariwisata, Bahasa Jepang, dan Bahasa Inggris, tetapi SK Pembentukan Program Studi ini baru terbit pada tahun 1987 sesuai dengan SK Dirjend. Dikti Depdikbud RI Nomor :

a. 23/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3 Bahasa Jepang.

b. 25/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3 Pariwisata.

c. 26/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3 Bahasa Inggris.

- 1984, dibuka Program Studi D3 Perpustakaan

- 2000, dibuka Program Studi S1 Sastra jepang sesuai dengan SK Ditjend. Dikti Nomor: 295/Dikti/Kep/2000 untuk kelas Reguler dan Ekstensi.

- 2001, dibuka Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan untuk kelas Reguler dan Ekstensi.

(63)

Adapun Visi, Misi, dan Tujuan yang dimiliki oleh Fakultas Ilmu Budaya – USU adalah sebagai berikut:

Visi :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara menjadi

Institusi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang terkemuka bertaraf nasional dan internasional dalam bidang kebudayaan berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa.

Misi:

1. Menyelenggarakan pendidikan dalam bidang ilmu budaya yang

bermutu tinggi dan mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional.

2

.

Mengembangkan penelitian dalam bidang ilmu budaya yang mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bermanfaat untuk kepentingan umat manusia

3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat berwawasan budaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan.

4. Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan untuk pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

(64)

Tujuan: 1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang ilmu bahasa, sastra, seni, sejarah, perpustakaan dan informasi, dan pariwisata, yang berkualitas dan berkarakter, dan menjunjung tinggi nilai-nilai akademik.

2. Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang ilmu budaya.

3. Menghasilkan karya pengabdian yang bermanfaat.

4. Membangun kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

5. Membangun pusat layanan informasi kebudayaan bertaraf nasional dan internasional.

6. Mengembangkan tata pamong fakultas yang transparan, akuntabel, dan demokrat.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Konsep
Tabel 1
Gambar 2  Proses Pembentukan Opini Publik
Tabel 3 Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana unsur-unsur pelayanan yang perlu dilakukan perbaikan agar sesuai dengan harapan pelanggan karena berkategori kurang baik yaitu : Serviceability, Pelanggan

Guru meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta diberi kesempatan bertanya tentang apasaja yang berkaitan dengan informasi yang mereka

We've only scratched the surface of what can be done with transit data feeds systems like GTFS, but you now know enough to explore the many online options available to you We

mengajar, siswa adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik

Gunungapi Gamalama adalah salah satu gunungapi yang menyimpan potensi sumber daya alam dan memiliki tanah yang subur, tetapi di lain sisi gunungapi Gamalama

hanya pada harta kekayaan dari para sekutu yang di kontribusikan (di inbreng) ke dalam Firma, melainkan juga termasuk harta pribadinya yang berada DI LUAR FIRMA. – Hal ini yg

Kalau masih belum mendingan ya pasti dokter ngasih obat lagi, kalau sudah mendingan paling hanya dikasih obat antibirnik trus ya kalau sudah gak sakit sama sekali

Setelah kegiatan pelatihan selesai dilaksanakan, untuk memastikan keberhasilan pelatihan ini dalam melatih para guru merancang dan mengembangkan multimedia pembelajaran, maka