• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN MUTU MADRASAH (Studi Kasus tentang Manajemen Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Bendosari Sukoharjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN MUTU MADRASAH (Studi Kasus tentang Manajemen Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Bendosari Sukoharjo)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

199 PENDAHULUAN

Madrasah sebagai suatu Lembaga

Pendidikan menghadapi dua tuntutan

yaitu tuntutan dari masyarakat dan

tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi

tuntutan yaitu tentang masalah

rendahnya mutu pendidikan dan masalah

relevansi terhadap perkembangan

kebutuhan masyarakat di era

industrialisasi dan globalisasi yang

semakin terbuka.

Sejalan tantangan kehidupan global,

pendidikan mempunyai peran strategis

dalam jaman yang maju, keunggulan KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN MUTU MADRASAH (Studi Kasus tentang Manajemen Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Bendosari Sukoharjo)

Setyo Budi Santoso1

Mulyoto 2

Samsi Haryanto 3

1 Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS

2 Dosen Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS

3 Dosen Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS

ABSTRACT

The study aims to: (1) To determine how the implementation of leadership in carrying out its functions to improve the quality of madrasah. (2) To determine how the leadership role of madrasah to face obstacles in performing their duties. (3) To know how the quality and performance can be achieved of madrasah. This study was conducted MTsN Bendosari Sukoharjo, MTsN Bendosari Sukoharjo has achieved a lot of things in terms of both academic and non academic. MTsN Bendosari is located in Sukoharjo district. The research is a descriptive qualitative research it is a research that explains something based on the available data. This research provides data, does analysis and interpretation. The informant of the research were the Principle, the committee, the teachers. The data was collected by interviews, observation and documentation. To test validity of the data or to check the accuracy of the data, some way were used that re prolonging the length of the research’s duration, conducting a continuous observation, doing triangulation, both triangulation of source of the data and the technique of collecting data. The analysis was conducted in three steps. They are : data reduction, data presentation and data verification. The results conclude that: (1) The principal MTsN Bendosari in role of leadership has carried out its role and function as an educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator and Motivator (2) the constraints faced head MTsN Bendosari is still a teacher lack of understanding of the control of the use of instructional media, technological developments and the lack of infrastructure that supports the learning process (3) in the achievement of quality and performance, madrasah make are packed with a variety of programs and activities are fostering intra and extra curricular activities.

Keywords: Leadership, Principals, Quality of Madrasah

▸ Baca selengkapnya: contoh sk wakil kepala madrasah tsanawiyah

(2)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

200 suatu bangsa tidak lagi mengandalkan

kekayaan alam melainkan pada

ke-unggulan sumber daya manusia (SDM).

Mutu sumber daya manusia (SDM)

ditentukan mutu pendidikan, tolok ukur

mutu pendidikan didasarkan pada

kondisi output dan outcome yang

memenuhi syarat dalam menghadapi

tuntutan jaman. Untuk mewujudkan

mutu pendidikan harus ditunjang oleh

komponen pendidikan yang memadai.

Komponen-komponen tersebut menjadi

masukan (input) untuk di proses sehingga

menghasilkan keluaran (output) dan

outcome (dampak) yang unggul.

Di dunia maju, kualitas sumber daya

manusia adalah segala-galanya oleh

karena itu masyarakat akan bersaing

untuk mencari madrasah yang terbaik

bagi putra putrinya. Madrasah yang tidak

mampu menunjukkan kualitas terbaiknya

akan ditinggalkan oleh masyarakat (orang

tua). Meningkatkan kualitas pendidikan

(madrasah) tidaklah mudah, untuk

mencapai kualitas yang baik tidak selalu

identik dengan besarnya dana yang

dikeluarkan, letak sekolah di desa

ataupun di kota, Negeri ataupun swasta

namun sangat ditentukan oleh

bagaimana madrasah memberikan

kualitas pelayanan kepada peserta didik

sehingga menghasilkan peserta didik

yang berkualitas.

Pendidikan sebagai hak asasi setiap

individu anak bangsa, telah diakui dalam

pasal 31 ayat (1) UUD 1945 yang

menyebutkan bahwa setiap warga negara

berhak mendapatkan pendidikan,

sedangkan ayat (3) juga menyatakan

bahwa pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan suatu sistem

pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan serta akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa yang diatur dalam

undang-undang. Oleh karena itu seluruh

komponen bangsa baik orang tua,

masyarakat, maupun pemerintah sendiri

bertanggungjawab mencerdaskan bangsa

melalui pendidikan. Hal ini menjadi salah

satu tujuan bangsa Indonesia yang

diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945

alinea 4

Kondisi lembaga pendidikan

(madrasah) di negara kita saat ini masih

ada beberapa permasalahan klasik yaitu

kurangnya sarana prasarana madrasah,

keadaan gedung sudah rusak, mutu

tenaga pendidik belum memenuhi

kompetensi dan kebijakan-kebijakan

kurang produktif. Disisi lain sangat

menggembirakan yaitu bahwa kesadaran

masyarakat semakin meningkat akan

pentingnya pendidikan yang berkualitas.

Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan

pendidikan dapat tercapai apabila semua

komponen pendidikan memenuhi

per-syaratan. Dari beberapa komponen

pendidikan, yang paling berperan adalah

kepala madrasah. Kepala madrasah yang

bermutu akan mampu menjawab

tantangan perubahan jaman yang

semakin cepat. Dimasa mendatang

permasalahan pendidikan semakin

kompleks, sehingga menuntut kepala

▸ Baca selengkapnya: agenda harian kepala madrasah

(3)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

201 berbagai upaya dalam meningkatkan

kompetensi seluruh komponen

madrasah.

Pendidikan bermutu dihasilkan oleh

kepemimpinan kepala madrasah

bermutu, kepala madrasah bermutu

adalah yang profesional. Kepala

madrasah profesional adalah yang

mampu mengelola dan mengembangkan

madrasah secara komprehensif

(menyeluruh), oleh karena itu kepala

madrasah mempunyai peran sangat

penting dan strategis dalam mewujudkan

visi, misi dan tujuan madrasah. Kepala

madrasah profesional dalam

melaksanakan tugasnya penuh dengan

strategi-strategi peningkatan mutu,

sehingga dapat menghasilkan output dan outcome yang bermutu. Profesionalisme kepala madrasah akan menunjukkan

mutu kinerja madrasah.

Ketercapaian tujuan lembaga

pendidikan madrasah sangat bergantung

dari kecakapan dan kebijakan

kepemimpinan kepala madrasah sebagai

pemimpin pendidikan. Kepala madrasah

merupakan pejabat profesional dalam

mengelola organisasi madrasah sekaligus

bertugas mengatur dan mengelola semua

sumber, organisasi dan bekerjasama

dengan komite madrasah, masyarakat,

lembaga-lembaga lain serta stakeholder yang ada. Kepeminpinan kepala

madrasah dalam mengembangkan dan

mengelola madrasah harus memahami

kebutuhan madrasah yang dipimpinnya

termasuk kebutuhan guru,murid dan

warga madrasah. Kepala madrasah

profesional akan selalu member motivasi

seluruh komponen madrasah untuk

meningkatkan kompetensinya sehingga

kompetensi warga madrasah dapat

meningkat dan berkembang baik. Kepala

madrasah dan guru sebagai tenaga

kependidikan yang profesional tidak

hanya menguasai bidang ilmu, bahan

ajar, dan metode, akan tetapi mampu

memotivasi peserta didik untuk memiliki

keterampilan dan wawasan luas

terhadap pendidikan.

Banyak faktor penghambat

tercapainya kualitas kepemimpinan

kepala madrasah jika dilihat dari

rendahnya kinerja Kepala madrasah.

Berdasarkan pengalaman empirik

menunjukkan bahwa rata-rata kepala

madrasah kurang memiliki kemampuan

akademik, kurang memiliki motivasi diri,

kurang semangat dan disiplin kerja, serta

memiliki wawasan pendidikan sempit.

Fenomena ini disebabkan karena faktor

proses penyaringan kurang memenuhi

kompetensi, kurang prosedural, kurang

transparan, banyak nuansa/muatan,

tidak kompetitif serta faktor-faktor

internal dan eksternal kepala madrasah

dapat menjadi penghambat tumbuh

kembangnya menjadi kepala madrasah

yang professional. Rendahnya

profesionalitas berdampak rendahnya

produktivitas kepala madrasah dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Saya

sangat tertarik mengadakan penelitian di

Madrasah Tsanawiyah Negeri Bendosari

(MTsN Bendosari) karena ada beberapa

(4)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

202 madrasah ini merupakan sekolah

lanjutan tingkat pertama yang berbasis

agama di daerah pedesaan yang

menggunakan teknologi komputer dalam

pembelajaran dan mempunyai prestasi

akademik dan non akademik yang baik.

Disisi lain kepala madrasah dalam

menjalankan kepemimpinannya mampu

menggerakkan para guru, murid dan

warga madrasah untuk selalu

meningkatkan kemampuannya sehingga

hasil prestasi akademik dan non

akademik sangat menonjol. Kepala

madrasah memiliki komitmen dan

motivasi maju yang tinggi.

Madrasah Tsanawiyah Negeri

Bendosari (MTsN Bendosari) disamping

mengembangkan kurikulum Nasional

juga mengembangkan kurikulum muatan

lokal Propinsi, muatan lokal Kabupaten,

muatan lokal madrasah masih ditambah

kurikulum berbasis agama yang menjadi

ciri khas madrasah. Dari madrasah pula

akan dapat diciptakan sumber daya

manusia yang siap dan mampu

berkompetisi dengan situasi lokal

maupun global yaitu melalui pendidikan

di dalamnya. Sebab pendidikan

mempunyai peran yang sangat upaya

sebagai agen dalam perubahan sosial

(agent of social change).

Melalui pendidikan akan diperoleh

konservasi nilai-nilai dan kultur yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dengan

peran dan sifatnya yang kompleks dan

unik tersebut, madrasah sebagai suatu

organisasi memerlukan tingkat

koordinasi yang tinggi. Keberhasilan

madrasah adalah keberhasilan kepala

madrasah. Kepala madrasah yang

berhasil adalah apabila ia mampu

memahami keberadaan madrasah sebagai

organisasi yang kompleks dan unik serta

mampu melaksanakan peranan kepala

madrasah sebagai seorang yang diberi

tanggung jawab untuk memimpin

madrasah. Sehingga kepala madrasah

memiliki peran yang sangat penting

dalam menentukan kemajuan dan

keberhasilan.

Studi keberhasilan kepala madrasah

madrasah dalam memimpin lembaga

sekolah menunjukkan bahwa kepala

madrasah adalah seorang yang

menentukan titik pusat dan irama suatu

madrasah. Kepala madrasah selaku top

leader mempunyai wewenang dan

kekuasaan serta strategi kepemimpinan

yang efektif untuk mengatur dan

mengembangkan bawahannya secara

profesional. Lebih jauh studi tersebut

menyimpulkan bahwa keberhasilan

madrasah adalah keberhasilan kepala

madrasah. Dalam hal ini kepala madrasah

merupakan salah satu komponen

pendidikan yang paling berperan dalam

meningkatkan kualitas (mutu)

pendidikan.

Kepemimpinan yang diterjemahkan

ke dalam istilah sifat-sifat, perilaku

pribadi, pengaruh terhadap orang lain,

pola-pola ionteraksi, hubungan

kerjasama antar peran, kedudukan dari

satu jabatan administratif, dan persepsi

dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh

(5)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

203 memberikan bimbingan dan menciptakan

iklim kerja yang mendukung pelaksanaan

proses administrasi dan proses belajar

mengajar. Kepala madrasah dikatakan

sebagai pemimpin yang efektif bilamana

kepala madrasah mampu menjalankan

proses kepemimpinannya untuk

men-dorong, mempengaruhi dan

mengarah-kan kegiatan dan tingkah laku

kelompoknya. Berbagai upaya harus

dipikirkan dan dilaksanakan oleh kepala

madrasah guna meningkatkan kualitas

(mutu) pendidikan.

Kepala sekolah merupakan salah satu

komponen pendidikan yang paling

berperan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan. Sebagaimana tertuang dalam

Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa:

“Kepala sekolah bertanggungjawab atas

penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga

kependidikan lainnya, dan

pendayaguna-an serta pememliharapendayaguna-an sarpendayaguna-ana dan

prasarana”. Dan Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan Tanggal 16 Mei 2005

Pasal 38 ayat 2 berbunyi:“Kriteria untuk

menjadi kepala SMP/MTsN meliputi: a)

Berstatus sebagai guru SMP/MTsN;

b)Memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTsN; dan d) Memiliki

kemampuan kepimpinanan dan

kewirausahaan di bidang pendidikan.”

Serta Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal

17 April 2007 Tentang Standar Kepala

Sekolah/ Madrasah Pasal 1 ayat berbunyi “Untuk diangkat sebagai kepala sekolah/

madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku nasional.”

Kepemimpinan adalah salah satu

faktor penting dalam suatu organisai,

keberhasilan maupun kegagalan suatu

organisasi ditentukan oleh

ke-pemimpinan seorang pemimpin dalam

menjalankan organisasinya.

Kepemimpin-an lebih tertuju pada gaya seorKepemimpin-ang

peminpin dalam memimpin. Seperti yang

dikemukakan oleh Dr. Kartini Kartono

dalam buku Pemimpin dan

Kepemimpinan (2004:2): “dalam

kepemimpinan ini terdapat hubungan

antar manusia, yaitu hubungan

mempengaruhi (dari pemimpin) dan

hubungan kepatuhan-ketaatan para

pengikut/bawahan karena dipengaruhi

oleh kewibawaan pemimpin. Para

pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.”

Definisi kepemimpinan yang lain

seperti dikutib oleh Fred E, Fieldler dan

Martin M. Chemers dalam Wahjosumidjo

(2002: 21) sebagai berikut:

1. Leadership is the exercises of

authority and the making of decisions

(Dubin;1951). Kepemimpinan adalah

aktifitas para pemegang kekuasaan

dan membuat keputusan.

2. Leadership is the initiation of acts

(6)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

204 group interaction directed toward the

solution of mutual problems

(Humphill; 1954). Kepemimpinan

adalah langkah pertama yang

hasilnya berupa pola interaksi

kelompok yang konsisten dan

bertujuan menyelesaikan

problem-problem yang saling berkaitan.

3. Leaderships is the procces of

influencing group activities toward goal setting and goal achievement (Stogdill;1948). Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas

kelompok dalam rangka perumusan

dan pencapaian tujuan.

Kepala sekolah berasal dari dua kata

yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala

dapat diartikan ketua atau pemimpin

dalam suatu organisasi atau sebuah

lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah

lembaga dimana menjadi tempat

menerima dan memberi pelajaran. Jadi

secara umum kepala sekolah dapat

diartikan pemimpin sekolah atau suatu

lembaga di mana tempat menerima dan

memberi pelajaran. Wahjosumidjo

(2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala

sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.

Sementara Rahman dkk (2006:106)

mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah

adalah seorang guru (jabatan fungsional)

yang diangkat untuk menduduki jabatan

struktural (kepala sekolah) di sekolah”.

Berdasarkan beberapa pengertian di

atas dapat disimpulkan bahwa “kepala

sekolah adalah seorang guru yang

mempunyai kemampuan untuk

memimpin segala sumber daya yang ada

di sekolah, sehingga dapat

didayaguna-kan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama”.

Menurut E. Mulyasa (2004:98),

”kepala sekolah harus mampu

melaksanakan pekerjaannya sebagai

edukator, manajer, administrator dan supervisor (EMAS)”. Dalam perkembangan

yang disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat dan perkembangan zaman,

kepala sekolah juga harus mampu

berperan sebagai leader, inovator,

motivator dan enterpreneur disekolah

nya. Dengan demikian dalam paradigma

baru manajemen pendidikan, kepala

sekolah sedikitnya harus mampu

befungsi sebagai edukator, manajer,

administrator, supervisor, leader,

inovator, motivator (EMASLIM). Mutu sekolah sebagai salah satu indikator

untuk melihat produktivitas dan erat

hubungannya dengan masalah

pengelola-an atau mpengelola-anajemen pada sekolah. Hal ini

dapat dikaitkan dengan pernyataan

”kegagalan mutu dalam suatu organisasi disebabkan oleh kelemahan manajemen”.

(Gaffar, 1994:3 dalam Rohiat).

Sekolah sebagai lembaga sebuah

organisasi dalam memperbaiki mutu

harus melihat seluruh aspek komponen

(7)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

205 sekolah bertanggungjawab terhadap

tugas dan fungsinya masing-masing.

Mclaugklin (1995:31-32) dalam Rohiat

menjelaskan ” Total quality is total in

three sense: it cover every process, every job, and every person.”

Pendidikan nasional yang bermutu

diarahkan untuk pengembangan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab.

METODE

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian

kualitatif diskriftif. Dalam penelitian

kualitatif, penelitian dilakukan dengan

wawancara mendalam (in-deep-interview), pengamatan dan studi kepustakaan.

Teknik cuplikan mengguna-kan purposive

sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis dengan menggunakan

langkah-langkah : reduksi data, (Data reduction), penyajian data (Data display) dan penarikan kesimpulan, verivikasi

(Conclution drawing/verifying). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik validasi dan triangulasi

(triangulation) sumber dan teknik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil temuan dilapangan diketahui

bahwa Kepala Madrasah memiliki peran

yang penting dalam menentukan

keberhasilan suatu Madrasah. Kepala

Madrasah telah melakukan tugasnya

sebagai pemimpin dalam suatu

organisasi sekolah. Kepala MTsN

Bendosari telah mampu dan

mempengaruhi, mengajak guru dan

karyawan MTsN Bendosari untuk

melakukan kegiatan pembelajaran

menuju visi dan misi yang telah

ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang di

jelaskan oleh Kartini Kartono (1994:181)

yang menjelaskan bahwa Pemimpin

adalah seorang pribadi yang memiliki

kecakapan dan kelebihan, khususnya

kecakapan-kelebihan di suatu bidang,

sehingga dia mampu mempengaruhi

orang lain untuk bersama-sama

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

untuk pencapaian beberapa tujuan.

Posisi Kepala Madrasah sebagai

pemimpin, organisator, manajer dan

supervisor pendidikan tidak dapat

dipungkiri lagi. Sebagai pemimpin,

Kepala Madrasah harus dapat

menerapkan orientasi kepemimpinannya

sesuai dengan bawahan yang

dipimpinnnya. Sebagai organisator, ia

dituntut untuk menyusun struktur

organisasi yang tepat, penempatan

personel pada tempat yang tepat, jabatan

pekerjaan dan tugas yang jelas, dan

mekanisme kerja yang pasti dan tegas.

Sebagai Manajer, Kepala Madrasah harus

dapat menerapkan fungsi-fungsi

manajemen mulai dari perencanaan

sampai evaluasi dan pelaporan dengan

lancar. Yang terakhir sebagai supervisor

ia harus dapat membina,

(8)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

206 semua sumberdaya yang ada di sekolah

demi peningkatan mutu pendidikan di

madrasah. Hal ini sesuai dengan yang

yang dijelaskan E. Mulyasa (2004:98),

”kepala sekolah harus mampu

melaksanakan pekerjaannya sebagai

edukator, manajer, administrator dan supervisor (EMAS)”. Dalam perkembangan yang sesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat dan perkembangan zaman,

kepala sekolah juga harus mampu

berperan sebagai leader, inovator,

motivator dan enterpreneur

disekolah-nya. Dengan demikian dalam paradigma

baru manajemen pendidikan, kepala

sekolah sedikitnya harus mampu

befungsi sebagai edukator, manajer,

administrator, supervisor, leader,

inovator, motivator (EMASLIM).

Adapun Pelaksanaan kepemimpinan

kepala sekolah MTsN Bendosari secara

umum sebagai berikut:

a. Kepala sekolah sebagai Educator

(Pendidik)

Kepala madrasah harus memiliki

strategi yang tepat untuk

meningkatkan profesionalisme

tenaga kependidikan di

madrasah-nya. Menciptakan iklim yang

kondusif, memberikan nasehat

kepada warga madrasah,

memberi-kan dorongan kepada seluruh tenaga

kependidikan serta melaksanakan

model pembelajaran yang menarik

dan menjadi contoh yang baik untuk

semua warga madrasah.

Menurut E Mulyasa (2007 : 98),

Kepala Sekolah dalam melaksanakan

fungsinya sebagai educator, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang

tepat untuk meningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan

di sekolahnya. Menciptakan iklim

sekolah yang kondusip, memberikan

nasehat kepada warga sekolah,

memberikan dorongan kepada

seluruh tenaga kependidikan, serta

melaksanakan model pembelajaran

yang menarik, seperti team teaching,

moving class, dan mengadakan

program akselerasi (acceleration)

bagi peserta didik yang cerdas diatas

normal. Kepala sekolah sebagai

educator juga dituntut memiliki

sertifikat profesional melalui

setifikasi. Kepala sekolah sebagai

pendidik wajib mengajar. Kepala

sekolah memiliki jatah waktu

mengajar 6 jam pelajaran dalam

seminggu. Mata pelajaran yang

diampu kepala sekolah sesuai bidang

keahlianya.

b. Kepala sekolah sebagai Manajer

Kepala madrasah harus memiliki

strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga

kependidik-an melelui kerjasama atau

kooperatif, memberi kesempatan

kepada para tenaga kependidikan

untuk meningkatkan profesinya dan

mendorong keterlibatan seluruh

tenaga kependidikan dalam berbagai

kegiatan yang menunjang program

madrasah.

Kepala sekolah MTsN Bendosari

(9)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

207 program kerja sekolah untuk jangka

panjang, menengah, dan pendek

melibatkan guru, komite, pengawas,

dan tokoh-tokoh pendidikan

se-tempat dan tokoh-tokoh masyarakat.

Dalam mengelola tenaga

ke-pendidikan, kepala madrasah juga

melaksanakan kegiatan pemeliharaan

dan pengembangan profesi para guru

dengan memfasiltasi dan

memberi-kan kesempatan yang luas kepada

para guru untuk dapat melaksanakan

kegiatan pengembangan profesi

melalui berbagai kegiatan pendidikan

dan pelatihan, baik yang

dilaksanakan di sekolah maupun

kegiatan pendidikan dan pelatihan di

luar sekolah.

c. Kepala sekolah sebagai

Administrator

Berdasarkan dari hasil temuan di

lapangan bahwa kepala madrasah

MTsN Bendosari membuat

administrasi berupa administrasi

program pengajaran (seperti KTSP,

penetapan KKM, PK 1-10, PG 1-6),

administrasi kesiswaan (S 1-20),

administrasi kepegawaian (PEG 1-19),

administrasi keuangan yang terdiri

dari RAPBS; Buku Kas Umum; Kas

Pembantu (seperti kas gaji, kas BOS,

kas bea siswa); Laporan realisasi

penggunaan anggaran, administrasi

perlengkapan (PERL 1-5).

Administrasi tersebut di atas

ditunjukkan oleh kepala madrasah

yang tersusun secara rapi di almari

kepala madrasah. Kepala madrasah

sebagai seorang administrator juga

membuat administrasi pembelajaran

seperti menyusun program tahunan,

silabus, penetapan KKM, program

semester, rencana pelaksanaan

pembelajaran, program evaluasi,

program perbaikan dan pengayaan,

program bimbingan penyuluhan.

Kepala madrasah MTsN Bendosari

mewajibkan semua gurunya

membuat administrasi kelas dan

administrasi pengajaran.

d. Kepala sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di

madrasah dalam rangka mewujudkan

tujuannya adalah kegiatan

pem-belajaran, sehingga seluruh aktivitas

organisasi madrasah bermuara pada

pencapaian efisiensi dan efektivitas

pembelajaran. Kegiatan supervisi

yang dilakukan di MTsN Bendosari

dilaksanakan 2 kali dalam satu

semester yaitu diawal dan di akhir

semester.

Untuk mengetahui sejauh mana

guru melaksanakan pembelajaran,

secara berkala kepala madrasah

melaksanakan kegiatan supervisi

yang dilakukan melalui kegiatan

kunjungan kelas untuk mengamati

proses pembelajaran secara

langsung, terutama dalam pemilihan

dan penggunaan metode, media yang

digunakan dan keterlibatan siswa

(10)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

208 e. Kepala sekolah sebagai Leader

(Pemimpin)

Kepala madrasah sebagai leader

harus mampu memberikan petunjuk

dan pengawasan, meningkatkan

kemauan tenaga kependidikan,

membuka komunikasi dua arah dan

mendelegasikan tugas. Kemampuan

yang harus di wujudkan kepala

madrasah sebagai leader dapat di

analisis dari kepribadian,

pengeyahuan terhadap tenaga

kependidikan, visi dan misi

madrasah, kemampuan mengambil

keputusan dan kemampuan

ber-komunikasi.

f. Kepala sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan

fungsinya sebagai innovator, kepala

madrasah harus memiliki strategi

yang tepat untuk menjalin hubungan

yang harmonis dengan lingkungan,

mencari gagasan baru,

meng-integrasikan setiap kegiatan,

mem-berikan teladan kepada seluruh

warga madrasah.

g. Kepala sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala madrasah

harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberikan motivasi kepada

para tenaga kependidikan dalam

melakukan berbagai tugas dan

fungsinya. Motivasi ini dapat di

tumbuhkan melalui pengaturan

lingkungan fisik, pengaturan suasana

kerja, disiplin, dorongan,

pengharga-an secara efektif dpengharga-an penyediapengharga-an

berbagai sumber belajar melalui

pengembangan Pusat Sumber Belajar

(PSB).

“Pendidikan bermutu jika sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh

masyarakat (bench mark) dapat dipenuhi.

Apabila suatu sekolah telah mencapai

standar mutu yang kompetitif baik

bertaraf nasional maupun bertaraf

internasional. Peningkatan mutu akan

dapat dipenuhi, jika pembinaan sumber

daya manusia agar terjaga kualitas

profesionalnya”. (Syaiful Sagala:

2009;193)

Kepala madrasah dapat mengetahui

bagaimana proses, pengerjaan dan

perlaksanan sebuah program sesuai

rencana, cara, hasil dan waktu

penyelesaian dapat dipantau agar

memperoleh informasi perkembangan

yang aktual. Antisipasi bisa dilakukan

terhadap hal-hal yang tak sesuai dengan

rencana. Maka sekolah sebagai lembaga

sebuah organisasi dalam memperbaiki

mutu harus melihat seluruh aspek

komponen madrasah, sehingga seluruh

komponen sekolah bertanggungjawab

terhadap tugas dan fungsinya

masing-masing.

Menurut pendapat Mclaugklin

(1995:31-32) dalam Rohiat menjelaskan ”Total quality is total in three sense: it

cover every process, every job, and every person”

Oleh karena itu kepala madrasah

dalam melaksanakan kepemimpinannya

harus mampu untuk melakukan penilaian

atau evaluasi, dengan tujuan untuk

(11)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

209 realitas melalui eksplorasi

pertanyaan-pertanyaan. Sehingga apakah hasil yang

diperoleh sesuai dengan yang

direncanakan? Adakah perbaikan yang

dapat dilakukan?.

Pada tahap ini kepala madrasah

dapat memberikan penghargaan kepada

mereka yang berprestasi dan pembinaan

bagi mereka yang gagal atau kurang

berprestasi. Supervisi kepala madrasah

merupakan jawaban untuk semua itu.

Sebagai seorang manajer/pemimpin

kepala madrasah bertanggung jawab dan

yakin bahwa kegiatan-kegiatan yang

terjadi di madrasah adalah menggarap

rencana yang benar dan mengerjakan

rencana dengan benar. Oleh karena itu

visi dan misi sekolah harus dipahami

terlebih dahulu sebelum menjadi titik

tolak prediksi dan sebelum

disosialisasi-kan. Kepala madrasah dapat membuat

prediksi dan merancang langkah

antisipasi yang tepat sasaran. Selain itu

diperlukan suatu unjuk profesional

seperti kemahiran menggunakan filsafat

pendidikan, psikologi, ilmu

kepemimpin-an serta kepemimpin-antroplogi dkepemimpin-an sosiologi.

Adapun kendala lain yang dihadapi

oleh MTsN Bendosari kurangnya sarana

prasarana yang mendukung dalam proses

pembelajaran seperti belum lengkapnya

laboratorium yang dimiliki MTs

Bendosari. Dan untuk pemenuhan sarana

prasarana MTsN Bendosari, pihak

madrasah melakukan kerja sama dengan

komite madrasah bersama wali murid

dalam hal pemenuhan sarana prasarana

secara bertahap, selain itu pihak MTsN

Bendosari juga sudah mengajukan

bantuan pendidikan berupa sarana

prasarana ke Kementerian Agama dalam

peningkatan mutu madrasah.

Jika dilihat dari uraian diatas,

kendala-kendala yang dihadapi kepala

MTsN Bendosari dalam melaksanakan

kepemimpinannya dapat diatasi dengan

baik terstruktur dan terencana. Hal ini

sesuai pendapat Syaiful Sagala (2009 : 194) yang mengatakan bahwa: “usaha

peningkatan kemampuan profesional

dapat dilakukan dengan memberikan

bantuan profesional kepada para guru

dalam bentuk penyegaran, konsultasi,

bimbingan dan kegiatan yang mungkin dilakukan”.

Berdasarkan hasil studi yang telah

dilakukannya, Southern Regional

Education Board (SREB) (Sumber: adaptasi

dari : The Principal Internship:How Can

We Get It Right?,www.sreb.org.)

mengidentifikasi 13 faktor kritis terkait

dengan keberhasilan kepala sekolah

dalam mengembangkan prestasi belajar

siswa adalah

a. Menciptakan misi yang terfokus pada

upaya peningkatan prestasi belajar

siswa, melalui praktik kurikulum dan

pembelajaran yang memungkinkan

terciptanya peningkatan prestasi

belajar siswa.

b. Ekspektasi yang tinggi bagi semua

siswa dalam mempelajari bahan

pelajaran pada level yang lebih

tinggi.

c. Menghargai dan mendorong

(12)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

210 yang baik, sehingga dapat

memotivasi dan meningkatkan

prestasi belajar siswa.

d. Memahami bagaimana memimpin

organisasi sekolah, dimana seluruh

guru dan staf dapat memahami dan

peduli terhadap siswanya.

e. Memanfaatkan data untuk

mem-prakarsai upaya peningkatan prestasi

belajar siswa dan praktik pendidikan

di sekolah maupun di kelas secara

terus menerus.

f. Menjaga agar setiap orang dapat

memfokuskan pada prestasi belajar

siswa.

g. Menjadikan para orang tua sebagai

mitra dan membangun kolaborasi

untuk kepentingan pendidikan siswa.

h. Memahami proses perubahan dan

memiliki kepemimpinan untuk dapat

mengelola dan memfasilitasi

perubahan tersebut secara efektif.

i. Memahami bagaimana orang dewasa

belajar (baca: guru dan staf) serta

mengetahui bagaimana upaya

meningkatkan perubahan yang

bermakna sehingga terbentuk

kualitas pengembangan profesi

secara berkelanjutan untuk

kepentingan siswa.

j. Memanfaatkan dan mengelola waktu

untuk mencapai tujuan dan sasaran

peningkatan sekolah melalui

cara-cara yang inovatif.

k. Memperoleh dan memanfaatkan

berbagai sumber daya secara bijak.

l. Mencari dan memperoleh dukungan

dari pemerintah, tokoh masyarakat

dan orang tua untuk berbagai agenda

peningkatan sekolah.

m. Belajar secara terus menerus dan

bekerja sama dengan rekan sejawat

untuk mengembangkan riset baru

dan berbagai praktik pendidikan

yang telah terbukti.

Kepala MTsN Bendosari dalam upaya

meningkatkan mutu madrasah

melakukan beberapa kegiatan yang

bersifat kurikuler, ko kurikuler maupun

ekstrakurikuler, peningkatan program

ciri khusus Islami. Selain itu juga

menyediakan berbagai

kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan dalam

pembelajaran seperti pengadaan LCD

proyektor, Laptop, Laboratorium

komputer, ruang multimedia dan

perangkat-perangkat lainnya. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan mutu

sekolah yang akhirnya menjadi sekolah

yang bermutu.

Prestasi sekolah yang baik dihasilkan

oleh sekolah bermutu menurut pemikiran

Edward Sallis, Sudarwan Danim (2006:h)

mengidentifikasi 13 ciri-ciri sekolah

bermutu, yaitu:

a. Sekolah berfokus pada pelanggan,

baik pelanggan internal maupun

eksternal.

b. Sekolah berfokus pada upaya untuk

mencegah masalah yang muncul,

dengan komitmen untuk bekerja

secara benar dari awal.

c. Sekolah memiliki investasi pada

(13)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

211

psikologis” yang sangat sulit

memperbaikinya.

d. Sekolah memiliki strategi untuk

mencapai kualitas, baik di tingkat

pimpinan, tenaga akademik, maupun

tenaga administratif.

e. Sekolah mengelola atau

memperlaku-kan keluhan sebagai umpan balik

untuk mencapai kualitas dan

memposisikan kesalahan sebagai

instrumen untuk berbuat benar pada

masa berikutnya.

f. Sekolah memiliki kebijakan dalam

perencanaan untuk mencapai

kualitas, baik untuk jangka pendek,

jangka menengah maupun jangka

panjang.

g. Sekolah mengupayakan proses

perbaikan dengan melibatkan semua

orang sesuai dengan tugas pokok,

fungsi dan tanggung jawabnya.

h. Sekolah mendorong orang dipandang

memiliki kreativitas, mampu

menciptakan kualitas dan

merangsang yang lainnya agar dapat

bekerja secara berkualitas.

i. Sekolah memperjelas peran dan

tanggung jawab setiap orang,

termasuk kejelasan arah kerja secara

vertikal dan horozontal.

j. Sekolah memiliki strategi dan kriteria

evaluasi yang jelas.

k. Sekolah memandang atau

menempat-kan kualitas yang telah dicapai

sebagai jalan untuk untuk

memperbaiki kualitas layanan lebih

lanjut.

l. Sekolah memandang kualitas sebagai

bagian integral dari budaya kerja.

m. Sekolah menempatkan peningkatan

kualitas secara terus menerus

sebagai suatu keharusan.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data penelitian

tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam Meningkatkan Mutu Madrasah

(Studi Kasus Tentang Manajemen Kepala

Madrasah di MTsN Bendosari Bendosari,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kepala sekolah MTsN Bendosari

dalam menjalankan

kepemimpinan-nya telah melaksanakan peran dan

fungsinya sebagai Edukator, Manajer,

Administrator, Supervisor, Leader,

Inovator dan Motivator dengan

berhasil baik. Selain itu Kepala MTsN

Bendosari memiliki tekad, semangat,

kompetensi/kemampuan diri, serta

suatu keberanian untuk

meng-gunakan kekuatan, menghadapi

hambatan, memanfaatkan peluang,

dan menghadapi tantangan,

disamping itu juga memiliki

kemampuan untuk menjalin

hubungan dengan stakeholder yang

ada.

2. Kendala-kendala yang dihadapi

kepala MTsN Bendosari yaitu masih

adanya beberapa guru yang belum

mengerti atau kurang paham

terhadap penguasaan penggunaan

media pembelajaran dan

perkembangan teknologi dalam hal

(14)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

212 dan komunikasi yang sangat berguna

dalam pembelajaran dan kurangnya

sarana prasarana yang mendukung

dalam proses pembelajaran seperti

belum lengkapnya laboratorium yang

dimiliki MtsN Bendosari.

3. Dalam pencapaian mutu dan

prestasi, madrasah membuat

berbagai program yang dikemas

melalui pembinaan dan kegiatan

bersifat intra maupun ekstra

kurikuler juga melalui bimbingan

karier seperti temuan-temuan dalam

penelitian menunjukkan bahwa

prestasi MTsN Bendosari sangat baik

ditandai dengan prestasi akademik

maupun non akademik di tingkat

kecamatan maupun kabupaten yang

cukup baik. Selain itu adanya

pengakuan masyarakat yang

ditunjukkan dengan atusiasme/

banyaknya siswa yang mendaftar

yang berasal dari luar daerah serta

partisipasi masyarakat maupun

alumni dalam memberikan bantuan

demi kemajuan madrasah dan

pemenuhan sarana prasarana yang

ada. Dalam mengatasi berbagai

kendala-kendala yang ada, Kepala

MTsN Bendosari mengadakan

koordinasi dengan stakeholder yang

ada, pelatihan, diklat, penataran,

workshop, supervisi, rapat-rapat

sekolah, rapat komite, menghadirkan

nara sumber, mengadakan

bimbingan. Kepala madrasah dan

pihak komite juga kooperatif dalam

peningkatan sarana prasarana MTsN

Bendosari dan kepala madrasah juga

mengajukan bantuan ke Kementerian

Agama untuk sarana prasarana

pendidikan. Sehingga kendala yang

ada tidak mengganggu jalannya

program sekolah yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional: Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Kusnandar. 2007. Guru Profesional.

Jakarta: PT Raja Grafindo

Malik Fajar. 2002. School-Based Management, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Maman Ukas. 2004. Manajemen. Bandung: Agini.

Muhammad Surya. Organisasi profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru.

Mulyasa. E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miftah Toha. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grafindo.

Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.

Rohiat. 2008. Kecerdasan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: PT Refika Aditama.

Sadili Samsudin.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia

Soekarto Indarafachrudi. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif. Bogor: Ghalia Indonesia

(15)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

213 Kepandidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV Alpfabeta.

Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta : Usaha Keluarga.

Sutopo, H.B. 2002. Memahami Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Syaiful Sagala. 2002. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : CV Alfabeta.

Toni Bush dan Marianne Coleman. 2006, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan (terjemahan). Gowok Yogyakarta: IRCiSoD.

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan dan Motivasi. -- : Ghalia Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang dan penelitian diatas fuzzy logic dan fuzzy dan fuzzy interference sistem dapat digunakan sebagai metode untuk menilai kinerja dosen dengan terlebih

Pemantauan Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan di atas Kapal Penangkap ikan dan Kapal Pengangkut Ikan, yang selanjutnya disebut Pemantauan, adalah kegiatan

[r]

Hasil penelitian Nurfitriana (2016) yang berjudul “Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Tahun Pertama di Fakultas Psikologi Universitas Muhamma diyah Surakarta”, menemukan

Aktivitas perusahaan yang menggunakan rcklajne berupa papan nama umumnya telah dilakukan oieh setnua perusahaan baik formal maupun intbnnal latrena dalam tial ini reklame tidak

Andiri Mata Oleo itu seorang gadis yang sejak bayi diangkat anak oleh raksasa perempuan. Gadis itu tidak menyadari bahwa dia selalu hadir dalam mimpi-mimpi seorang pemuda

Hasil kristal hidroksiapatit yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan alat instrumentasi FTIR ( Fourier Transform Infrared ) untuk menguji adanya gugus fungsi

suhu tinggi dan terjadi vitrifikasi (penggelasan). Secara teknis, keramik ini mempunyai kualitas yang tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik khusus dalam