• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRIVER-PRESSURE-STATE-IMPACT-RESPONSE. Kerangkakerja sebab-akibat untuk menganalisis interaksi antara masyarakat dan lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRIVER-PRESSURE-STATE-IMPACT-RESPONSE. Kerangkakerja sebab-akibat untuk menganalisis interaksi antara masyarakat dan lingkungan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

DRIVER

-

PRESSURE

-

STATE

-

IMPACT

-

RESPONSE

Kerangkakerja sebab-akibat untuk menganalisis

interaksi antara masyarakat dan lingkungan

(2)

KEKUATAN

PENDORONG

Kegiatan dan proses yang berakibat merugikan lingkungan

TEKANAN

Akibat langsung terhadap lingkungan

KEADAAN

Kondisi dan kecenderungan memburuk dikarenakan tekanan pada lingkungan

DAMPAK

Memburuknya kehidupan sebagai akibat dari keadaan

RESPON

Tindakan kearah solusi

Analisis DPSIR Terhadap

kebakaran lahan dan hutan

(3)

PENDORONG

Kebijakan, strategi, dan praktik yang merugikan lingkungan

• Dorongan mengoptimalkan keuntungan korporasi

• Kepentingan Politik jangka pendek

• Desentralisasi pengelolaan hutan - perijinan

• Salah paham tentnang peluang membakar 2 hektar

• Kelemahan pemerintahan (ketidakjelasan kewenangan,

penegakan hukum, perilaku korup)

• Kelemahan penggunaan piranti-piranti

• Kekeroposan kearifan lokal

• Tabrakan antara adat dan administrasi negara

• Pengabaian setelah eksploitasi

(4)

PENDORONG

Kebijakan, strategi, dan praktik yang merugikan lingkungan

• Dorongan mengoptimalkan keuntungan korporasi • Kepentingan Politik jangka pendek

• Desentralisasi pengelolaan hutan – perijinan

• Salah paham tentnang peluang membakar 2 hektar

• Kelemahan pemerintahan (ketidakjelasan kewenangan, penegakan hukum, perilaku korup) • Kelemahan penggunaan piranti-piranti

• Kekeroposan kearifan lokal

• Tabrakan antara adat dan administrasi negara • Pengabaian setelah eksploitasi

• Ketimpangan ekonomi sosial

• Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kelembagaan :

1. Lembaga yang kuat : mengoptimalkan lembaga yang ada / membentuk lembaga baru (adhock)

2. harus ada check and balance

3. multi stakeholder approach (melibatkan masyarakat adat), partisipatif approach

4. Memiliki program restorasi lingkungan yang ditujukan untuk menyelesaikan massalah

lingkungan dan ketimpangan ekonomi sosial serta memperbaiki kekeroposan kearifan lokal

5. Pengakuan adanya hutan adat (sudah ada keputusan MK)

6. Pembagian kewenangan yang jelas (reward and punishment ; insentive)

7. Memiliki kemampuan monev

8. Ruang dialog antara nasional dan lokal dalam hal perijinan konsesi, dan operasional

9. Menghidupkan program risk transfer dengan mitra yang eligible

(5)

PENDORONG

Kebijakan, strategi, dan praktik yang merugikan lingkungan

• Dorongan mengoptimalkan keuntungan korporasi

• Kepentingan Politik jangka pendek

• Desentralisasi pengelolaan hutan – perijinan

• Salah paham tentnang peluang membakar 2 hektar

• Kelemahan pemerintahan (ketidakjelasan kewenangan, penegakan hukum, perilaku korup)

• Kelemahan penggunaan piranti-piranti

• Kekeroposan kearifan lokal

• Tabrakan antara adat dan administrasi negara

• Pengabaian setelah eksploitasi

• Ketimpangan ekonomi sosial

Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kemitraan pendanaan:

1.

Sinergitas program

2.

Potensi mitra :

a. Global : Pro Forest; WWF ; UN institution ; Wetland ; Birdlife ; USAID ;

AUSAID ; TNC ; GIZ ; ADB ; IDB ; APP

b. Nasional : IABI ; FPTPRB ; WALHI ; Jaringan Tambang (JATAM) ; AMAN ; PT.

REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia) ; BURUNG INDONESIA (BI) ; HIPMI ; APSI ; GAPKI

c. Propinsi : HIPMI ; JATAM ;

d. Lokal : Universitas Lokal

(6)

TEKANAN

Kejadian akibat langsung dari kebijakan, strategi dan praktik

• Perluasan deksploitasi lahan dan sumberdaya

• Lahan dan hutan ter/di bakar melebihi

kapasitas penanganan

• Pelanggaran fungsi konversi fungsi lahan

• Kerusakan sistem ekologi

• Peristiwa / kejadian tidak teratasi

• Pengabaian lahan/hutan

(7)

TEKANAN

Kejadian akibat langsung dari kebijakan, strategi dan praktik

Perluasan deksploitasi lahan dan sumberdaya

Lahan dan hutan ter/di bakar melebihi kapasitas penanganan

Pelanggaran fungsi konversi fungsi lahan

Kerusakan sistem ekologi

Peristiwa / kejadian tidak teratasi

Pengabaian lahan/hutan

Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kelembagaan :

1.

Membangun komitmen

2.

Law enforcement

3.

Lembaga yang mampu memberikan database yang valid (BMKG ; LAPAN ; KLHK ;

Kementan)

4.

Lembaga yang mampu mengkoordinasi updating database

5.

Bottom up approach untuk updating database : LSM ; hasil riset universitas

6.

Manajemen bencana karhutla yang koheren dan terintegrasi

7.

People centre EWS untuk bencana karhutla

8.

Memiliki program edukasi publik dalam penggunaan media sosial dalam upaya

people centre EWS

(8)

TEKANAN

Kejadian akibat langsung dari kebijakan, strategi dan praktik

Perluasan deksploitasi lahan dan sumberdaya

Lahan dan hutan ter/di bakar melebihi kapasitas penanganan

Pelanggaran fungsi konversi fungsi lahan

Kerusakan sistem ekologi

Peristiwa / kejadian tidak teratasi

Pengabaian lahan/hutan

Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kemitraan pendanaan:

1.

Sinergitas program

2.

Potensi mitra :

a. Global : Pro Forest; WWF ; UN institution ; Wetland ; Birdlife ; USAID ;

AUSAID ; TNC ; GIZ ; ADB ; IDB ; APP

b. Nasional : IABI ; FPTPRB ; WALHI ; Jaringan Tambang (JATAM) ; AMAN ; PT.

REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia) ; BURUNG INDONESIA (BI) ; HIPMI ; APSI ; GAPKI

c. Propinsi : HIPMI ; JATAM ;

d. Lokal : Universitas Lokal

e. Masyarakat : PRAMUKA ; LSM Lokal Peduli Bencana ;

(9)

KEADAAN

Kondisi buruk lingkungan dan kecenderungan negatif

• Kerusakan dan degradasi ekosistem (kualitas

gambut, unsur hara, kandungan air)

• Menyusut kandungan air

• Hilangnya keragaman hayati

• Ketidakpedulian terhadap ekosistem

(10)

KEADAAN

Kondisi buruk lingkungan dan kecenderungan negatif

• Kerusakan dan degradasi ekosistem (kualitas gambut, unsur hara, kandungan air)

• Menyusut kandungan air

• Hilangnya keragaman hayati

• Ketidakpedulian terhadap ekosistem

• Ketergantungan pada korporasi (brown shield)

• Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kelembagaan :

1. Lembaga yang kuat : mengoptimalkan lembaga yang ada / membentuk lembaga baru (adhock)

2. harus ada check and balance

3. multi stakeholder approach (melibatkan masyarakat adat), partisipatif approach

4. Memiliki program restorasi lingkungan yang ditujukan untuk menyelesaikan massalah

lingkungan dan ketimpangan ekonomi sosial serta memperbaiki kekeroposan kearifan lokal

5. Pengakuan adanya hutan adat (sudah ada keputusan MK)

6. Pembagian kewenangan yang jelas (reward and punishment ; insentive)

7. Memiliki kemampuan monev

8. Ruang dialog antara nasional dan lokal dalam hal perijinan konsesi, dan operasional

9. Menghidupkan program risk transfer dengan mitra yang eligible

10. Membangun trust fund untuk memperbaiki kerentanan, kerusakan hayati

(11)

KEADAAN

Kondisi buruk lingkungan dan kecenderungan negatif

Kerusakan dan degradasi ekosistem (kualitas gambut, unsur hara, kandungan air)

Menyusut kandungan air

Hilangnya keragaman hayati

Ketidakpedulian terhadap ekosistem

Ketergantungan pada korporasi (brown shield)

Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kemitraan pendanaan:

1.

Sinergitas program

2.

Potensi mitra :

a. Global : Pro Forest; WWF ; UN institution ; Wetland ; Birdlife ; USAID ;

AUSAID ; TNC ; GIZ ; ADB ; IDB ; APP ;

b. Nasional : IABI ; FPTPRB ; WALHI ; Jaringan Tambang (JATAM) ; AMAN ; PT.

REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia) ; BURUNG INDONESIA (BI) ; HIPMI ; APSI ; GAPKI ;

c. Propinsi : HIPMI ; JATAM ;

d. Lokal : Universitas Lokal

e. Masyarakat : PRAMUKA ; LSM Lokal Peduli Bencana ;

3. YAYASAN KEHATI ; REDD+ (untuk trust fund program restorasi).

(12)

DAMPAK

Memburuknya hidup dan

penghidupan

• Dampak kesehatan, kematian

• Sosial: polarisasi - konflik

• Ekonomi

• Budaya: kerusakan kearifan lokal

• Kerusakan reputasi

• Biaya tansaksi

• Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kelembagaan :

1. Lembaga yang kuat : mengoptimalkan lembaga yang ada / membentuk lembaga baru (adhock)

2. harus ada check and balance

3. multi stakeholder approach (melibatkan masyarakat adat), partisipatif approach

4. Memiliki program swift recovery yang koheren dan terintegrasi

5. Pembagian kewenangan yang jelas (reward and punishment ; insentive)

6. Memiliki kemampuan monev

7. Ruang dialog antara global, regional , nasional dan lokal dalam hal upaya penanganan

kedaruratan

8. Menghidupkan program risk transfer dengan mitra yang eligible

9. Membangun trust fund untuk upaya kedaruratan agar koheren dan terintegrasi

(13)

DAMPAK

Memburuknya hidup dan kehidupan

• Dampak kesehatan, kematian

• Sosial: polarisasi - konflik

• Ekonomi

• Budaya: kerusakan kearifan lokal

• Kerusakan reputasi

• Biaya tansaksi

• Kriteria yang dibutuhkan untuk merespon aspek kemitraan pendanaan:

1. Sinergitas program

2. Potensi mitra :

a. Global :

b. Regional : ASEAN Emergency Respons

c. Nasional : PMI ; IABI ; IDI ; IBI ; paramedis ; PLANAS ;

d. Propinsi : Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) ; Forum Kerukunan Umat

Beragama ; Forum Pembauran Kebangsaan ; Forum Koordinasi Pencegahan Teroris ; Forum CSR ; Forum PRB ; WAPENA (Wartawan Peduli Bencana) ;

e. Lokal : Forum CSR ; Forum PRB ;

(14)

RESPON

(15)

KEKUATAN

PENDORONG

Kegiatan dan proses yang berakibat merugikan lingkungan

TEKANAN

Akibat langsung terhadap lingkungan

KEADAAN

Kondisi dan kecenderungan memburuk dikarenakan tekanan pada lingkungan

DAMPAK

Memburuknya kehidupan sebagai akibat dari keadaan

RESPON

Tindakan kearah solusi

Analisis DPSIR Terhadap

kebakaran lahan dan hutan

(16)
(17)

Kebijakam, strategi dan tindakan

sebagai respon terhadap karlahut

1. KEKUATAN PENDORONG: Upaya advokasi, intervensi dan reformasi

untuk memperbaiki kebijakan, strategi dan tindakan yang

menimbulkan risiko karlahut

2. TEKANAN: Upaya untuk menghapus, menurunkan, dan mencegah

risiko karlahut

3. KEADAAN: Upaya merehabilitasi dan merestorasi kondisi dan

kecenderungan karlahut

4. DAMPAK: Upaya mengatasi atau mengurangi dampak karlahut

terhadap hidup dan kehidupan

(18)

1. KEKUATAN PENDORONG: Upaya advokasi, intervensi

dan reformasi untuk memperbaiki kebijakan, strategi

(19)

2. TEKANAN: Menghapus, menurunkan, dan

mencegah risiko karlahut

(20)

3. KEADAAN: Upaya merehabilitasi dan

(21)

4. DAMPAK: Upaya mengatasi atau mengurangi

dampak karlahut terhadap hidup dan kehidupan

(22)
(23)

Hasil yang diharapkan

Sampai dengan 15 tahun: Pengurangan secara signifikan risiko dan kerugian akibat bencana

Mencegah timbulnya dan mengurangi risiko Mencegah & menurunkan keterpaparan dan kerentanan

Meningkatkan resiliensi melalui peningkatan kesiapsiagaan, tanggapan dan pemulihan

Mengurangi # kematian rata2 per

100K

Mengurangi # orang terdampak rata2 per

100 K Mengurangi # kerugian ekonomi / GDP Mengurangi # kerusakan infastruktur kunci Meningkatkan jumlah negara dengan strategi dan

rencana PRB

Meningkatkan kerjasama internasional

Meningkatkan # cakupan dan akses

terhadap EWS

1. Memahami risiko bencana

Kebijakan dan praktek harus didasarkan pada pemahaman kerentanan, kapasitas, aparan,karakteristik

bahaya dan lingkungan

Mendorong pengumpulan, manajemen dan akses ke informasi risiko

Gunakan dasar, data berbasis lokasi Statistik kerusakan & kerugian Mengoptimalkan IPTEK Meningkatkan kesadaran

Gunakan informasi risiko untuk kebijakan pembangunan & PRB

2. Penguatan tata kelola risiko

Tata kelola yang diperlukan untuk mendorong kerjasama kemitraan mekanisme, lembaga, untuk pelaksanaan PRB &

SD

Mengarusutamakan & mengintegrasikan PRB di semua sektor

Mengadopsi strategi, rencana, peran tugas Menetapkan insentif bagi kepatuhan, pemantauan & pelaporan

Memberdayakan daerah

Mempromosikan kebijakan, standar, kemitraan

3. Investasi PRB untuk Resiliensi

Investasi publik dan swasta dalam tindakan struktural dan non-struktural untuk meningkatkan ketahanan sebagai pendorong inovasi, pertumbuhan dan penciptaan lapangan

kerja

Mengalokasikan sumber daya untuk semua tingkatan dan sektor

Meningkatkan infrastruktur kritis

Mempromosikan tindakan-tindakan non-struktural, misalnya standar, kesehatan, jaring pengaman sosial, pengungsian

Mengintegrasikan PRB dalam instrumen fiskal & keuangan dan menggali risk sharing & Transfer Meningkatkan ketahanan bisnis

Melindungi mata pencaharian, pariwisata, dll

4. Meningkatkan manajemen risiko

Memperkuat kesiapsiagaan, respon dan pemulihan di semua tingkatan sebagai kesempatan penting untuk PRB

dan integrasinya ke dalam pembangunan

Kesiapan dan kebijakan, rencana, program People-centred multi-hazard, ramalan & EWS Mempromosikan ketahanan masyarakat, layanan infrastruktur

Bantuan & pemulihan pendanaan, koordinasi, prosedur

Mengembangkan hukum, panduan, prosedur, mekanisme

Tujuan

Target

Tindakan Prioritas

(24)

Prioritas 1. Memahami risiko bencana

Kebijakan dan praktek harus didasarkan pada pemahaman kerentanan, kapasitas, paparan, karakteristik bahaya dan lingkungan.

• Mendorong pengumpulan, manajemen dan akses ke

informasi risiko

• Gunakan dasar, data berbasis lokasi

• Statistik kerusakan & kerugian

• Mengoptimalkan

IPTEK

• Meningkatkan kesadaran

• Gunakan informasi risiko untuk kebijakan

pembangunan & PRB

(25)

Prioritas 2: Penguatan tata kelola risiko

Tata kelola yang dibutuhkan dan diperlukan untuk mendorong kerjasama dan kemitraan di mekanisme, lembaga, untuk pelaksanaan PRB & SD

• Mengarusutamakan mengintegrasikan PRB di semua

sektor

• Mengadopsi strategi, rencana, peran tugas

• Menetapkan insentif bagi kepatuhan, pemantauan &

pelaporan

• Memberdayakan daerah

(26)

Prioritas 3. Investasi PRB untuk Resiliensi

Investasi publik dan swasta dalam tindakan-tindakan struktural dan non-struktural untuk meningkatkan ketahanan

sebagai pendorong inovasi, pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja

• Mengalokasikan sumber daya untuk semua tingkatan

dan sektor

• Meningkatkan infrastruktur kritis

• Mempromosikan tindakan-tindakan non-struktural,

misalnya

standar, kesehatan, jaring pengaman sosial, pengungsian

• Mengintegrasikan PRB dalam instrumen fiskal &

keuangan dan menggali risk sharing & Transfer

• Meningkatkan ketahanan bisnis

(27)

Prioritas 4. Meningkatkan manajemen risiko

Memperkuat kesiapsiagaan, respon dan pemulihan di semua tingkatan sebagai kesempatan penting untuk PRB dan integrasinya ke dalam pembangunan

• Kesiapan

dan kebijakan,

rencana,

program

• People-centred

multi-hazard, ramalan & EWS

• Mempromosikan ketahanan masyarakat, layanan

infrastruktur

• Bantuan & pemulihan pendanaan,

koordinasi,

prosedur

• Mengembangkan hukum, panduan, prosedur,

mekanisme

(28)

Kerjasama Internasional

Menuju kemitraan tingkat regional asli dan berkelanjutan

– Bertujuan untuk mendukung negara-negara berkembang

melalui kemitraan regional

– Mengoptimalkan

skema yang ada

Samoa

Pathway, dll.),

kerjasama Selatan

- selatan,

utara-selatan, & kerjasama segitiga

– Pembiayaan untuk memungkinkan kebijakan dan lingkungan

kelembagaan, transfer teknologi, pembangunan kapasitas

Sistem PBB untuk meningkatkan koordinasi :

– POA PBB

– UNDAF

(29)

• KELOMPOK 1 – KAJIAN RISIKO

• KELOMPOK 2 – ASPEK HUKUM DAN

KEBIJAKAN

• KELOMPOK 3 – TATA KELOLA AIR

• KELOMPOK 4 – IPTEK

• KELOMPOK 5 – KELEMBAGAAN, KEMITRAAN,

DAN PENDANAAN

Referensi

Dokumen terkait

Adapun program PPL utama tersebut ialah Penyempurnaan Sistem Informasi Kepegawaian Melalui Update Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK di Kabupaten Bantul

Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Dengan Bantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Pengemasan.. Universitas

Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida diangkat atau sebagian dalam suatu fluida diangkat ke atas oleh

(2012) religiusitas berpengaruh terhadap pertimbangan etis auditor. Akibat adanya inkonsistensi pada hasil penelitian terdahulu, penelitian ini mencoba untuk menguji kembali

Hasil analisis menunjukkan sebaran tiga jenis tumbuhan penghasil minyak kayu putih yang dapat dimanfaatkan sebesar 7.403,6 ha atau sebesar 20,18% dari luas zona yang bisa

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat tentang kandungan logam berat khususnya logam berat

Dari hasil identifikasi moda kegagalan dan akar permasalahan subsistem mesin roll dan mesin pemotong memiliki nilai RPN terbesar yang artinya subsistem ini memiliki

[r]