• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERPUSTAKAAN DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI: SEBUAH TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERPUSTAKAAN DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI: SEBUAH TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERPUSTAKAAN DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI:

SEBUAH TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI

Zeni Istiqomah

Mahsiswa Manajemen Informasi dan Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

zeni.istiqomah@gmail.com Abstrak

Di era keterbukaan informasi, kebutuhan akan informasi masyarakat semakin meningkat. Dengan bantuan internet akses informasi semakin dipermudah. Melalui komputer, hand phone, ipad dan teknologi lainnya, informasi dapat kita peroleh. Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi harus mampu melayani kebutuhan informasi penggunanya, apalagi dengan kehadiran teknoogi informasi pola perilaku masyarakat sedikit berubah terutama dengan kehadiran NetGen. Agar perpustakaan mampu bersaing dengan lembaga penyedia informasi lain, perpustakaan diharapkan mampu menyediakan kebutuhan informasi penggunanya dan mampu meningkatkan layanannya.

Kata kunci: perpustakaan,teknologi informasi,konsep perpustakaan, library 3.0, net generasi. A. PENDAHULUAN

Di abad milenium ini, perkembangan teknologi semakin pesat dan canggih. Hal ini berpengaruh pada budaya masyarakat indonesia. Kebutuhan akan informasi masyarakat kini semakan tinggi, dulu informasi hanya sebagai pelengkap atau bisa dikatakan orang masih bisa hidup tanpa adanya informasi. Di era kini informasi terus dicari, karena informasi kini telah menjadi kebutuhan masyarakat.

Informasi akhir-akhir ini mudah sekali diakses, kita tidak harus pergi ke perpustakaan. Dengan bermodal hand phone pintar, tablet, ataupun ipad kita bisa mengakses informasi di manapun kita berada. Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi harus tanggap dengan budaya masyarakat yang seperti ini. Apalagi generasi muda saat ini, pola perilaku sedikit berbeda dengan perilaku orang dulu. Mereka tergolog dalam NetGen, yang menuntut pelayanan yang serba cepat dan tepat. Agar perpustakaan tidak jauh ditinggalkan oleh para penggunanya,

dipersiapkan perpustakaan untuk menghadapi masyarakat NetGen. Makalah ini berupa paparan atau gagasan tentang apa yang perlu dipersiapkan perpustakaan menghadapi masyarakat pengguna di era ini.

B. KEBUTUHAN INFORMASI

(INFOR-MATION NEEEDS)

Perkembangan peradaban dewasa ini, membuat masyarakat tidak bisa lepas dengan kebutuhan informasi. Informasi yang dulunya sebagai pelengkap, kini menjadi sebuah kebutuhan. Informasi merupakan alat untuk mengambil keputusan baik yang besifat privat maupun publik. Tanpa adanya informasi yang pasti, kita tidak akan bisa membuat keputusan yang maksimal. Sebagai dosen/mahasiswa misalnya, memerlukan informasi yang pasti untuk menunjang proses pembelajaran, penelitian, membuat makalah ataupun tugas akhir. Petani misalnya, memerlukan informasi penting terkait dengan permasalahan dibidang pertanian yang dihadapinya serta pemasaran produknya. Begitu pula dengan

(2)

customer yang dilayaninya. Hampir semua sektor membutuhkan informasi dan informasi yang dibutuhkan sangat beragam.

Seiring dengan perkembangan teknologi terutama internet, kita semakin dipermudah dalam memperoleh informasi. Hanya saja dibutuhkan kejelian dalam memilih informasi yang kita butuhkan, karena informasi yang kita dapat dari internet itu beragam dan banyak. Perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia dan pengelola informasi harus bisa menyediakan informasi yang diperlukan oleh para penggunanya, baik yang tersedia diperpustakaan secara fisik maupun yang bisa diakses via internet.

C. KEEBERAGAMAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN

Tujuan dari perpustakaan yaitu menyediakan kebutuhan informasi bagi penggunanya. Semua tergantung dari lembaga induk yang membawahinya, misalnya perpustakaan perguruan tinggi berarti perpustakaan tersebut harus menyediakan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh seluruh civitas akademika di perguruan tinggi tersebut. Begitu pula dengan perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum, harus menyediakan informasi yang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya.

Pengguna perpustakaann, dimana dalam UU No. 43 tahun 2007 disebut sebagai pemustaka, dalam suatu perpustakaan sangat beragam. Misalnya untuk perpustakaan perguruan tinggi, di sini yang dilayani bukan hanya mahasiswa saja, namun juga dosen, staff dan karyawan, dan pengunjung dari luar. Untuk itu pihak pustakawan harus memberikan pelayanan yang sesuai.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, maka berkembang pula sifat dan karakter para pemustaka. Ada

yang menuntut pelayanan serba cepat, ada yang lebih suka koleksi digital/elektronik, ada pula yang masih tetap menyukai buku teks (teks books). Menurut Tapscott (2009), menjelaskan bahwa ada beberapa kategori generasi dan demografi akibat dari pengaruh teknologi informasi terutama di Amerika Serikat. Kategori tersebut yaitu:

1. Generasi Baby Boom (1946-1964; setelah perang dunia, jumlah bayi melonjak drastis; kehidupannya dipengaruhi tivi) 2. Generasi X (1965-1976; jumlah bayi agak

menurun; setelah bayi dewasa sulit cari kerja karena hampir semua pekerjaan sudah diambil kakak-kakaknya; dipengaruhi tivi dan internet).

3. Generasi Net/ Generasi Z (1977-1997; waktu tumbuh dewasa, teknologi internet sudah menjadi bagian hidupnya).

4. Generasi Kemudian/Next Generation (1998-sekarang), kita belum tahu karakternya setelah dewasa nanti.

Hal ini sedikit berbeda dengan perkembangan masyarakat di Indonesia. Perkembangan masyarakat di Indonesia tidak merata dan internet mulai masuk di Indonesia dan meluas tahun 1995an. Menurut Djunaedi (2013), perkembangan generasi di Indonesia sebagai berikut:

a. Generasi Baby Boom; ada, meskipin tidak merata yaitu tahun 1950-1975an.

b. Generasi X; ada juga, meskipun tidak merata yaitu tahun 1975-1993an.

c. Generasi Net/ Net Gen/Generasi Z; ada juga, meskipun tidak merata yaitu 1994-sekarang.

d. Generasi kemudian/next generation Sebagai pustakawan kita harus paham tentang perbedaan antar generasi

(3)

ini, karena setiap generasi punya karakter sendiri-sendiri terutama dalam hal pelayanan. Karakter generasi Baby boom tentu berbeda dengan generasi NetGen. Menurut Tapscott (2009:34-36 dan 73-96), ada delapan karakter NetGen, yaitu:

a) Mereka menginginkan kebebasan: bebas memilih sampai bebas berekspresi.

b) Mereka suka merubah yang sudah standar untuk disesuaikan dengan dirinya (customize, personalize)

c) Mereka suka mengkaji sesuatu dengan seksama, tidak mudah menerima begitu saja.

d) Mereka menekankan pada kejujuran dan keterbukaan dari perusahaan yang menawari mereka produk atau pekerjaan.

e) Mereka mencampur “rekreasi” sambil bekerja, atau sebaliknya bekerja sambil rekreasi, dimana saja, kapan saja. f) Mereka generasi yang terbiasa

berkolaborasi dan bersilaturahmi, berjejaring.

g) Mereka menginginkan kecepatan (tidak hanya di videogame).

h) Mereka adalah inovator (berdasar informasi dan pengetahuan yg melimpah di internet).

Generasi NetGen sering juga disebut generasi Z, di mana generasi ini lahir di saat teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat. Mahasiswa sekarang ini banyak yang tergolong generasi ini, di mana teknologi telah menjadi bagian hidup mereka. Dapat dikatakan NetGen ini sangat bergantung dengan teknologi, karena mereka merupakan penduduk asli dunia digital/

Dengan melihat karakter pemustaka yang seperti ini perpustakaan harus tanggap, apalagi dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat. Pengguna perpustakaan perguruan tinggi rata-rata mahasiswa yang kebanyakan tergolong generasi NetGen, untuk itu perpustakaan harus berbenah diri. Perpustakaan dituntut harus mampu melayani semua kalangan yang membutuhkan informasi, namun untuk generasi NetGen perpustakaan harus meningkatkan pelayananya, dari yang semula manual kini harus berbasis teknologi. Dari yang semula internal akses kini harus eksternal akses, sehingga masyarakat mengguna semakin mudah dalam memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Hal ini dilakukan juga untuk tetap mempertahankan eksistensi perpustakaan sendiri di tengah maraknya lembaga penyedia informasi lain, jika perpustakaan tidak mengikuti arus pengguna maka perpustakaan tersebut akan ditinggalkan oleh para penggunanya.

D. KONSEP PERPUSTAKAAN MASA KINI

Berdasarkan UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa perpustakaan merupakan salah satu lembaga penyedia informasi yang diperuntukan untuk para penggunanya, baik untuk keperluan pendidikan, penelitian, maupun yang lainnya.

Perkembangan perpustakaan di era ini sangat cepat, sesuai dengan cirinya “Library is the growing organism” (perpustakaan merupakan organisasi yang berkembang). Perkembangan ini tentunya tidak bisa

(4)

reformasi dunia perpustakaan sendiri. Perpustakaan yang dulunya serba manual (segala kebutuhan pemustaka dilayani oleh pustakawan), di mana katalogisasi sebagai tulang pokok kualitas pelayanan perpustakaan. Kini perpustakaan harus berganti arah yaitu pelayanan yang berbasis teknologi informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih, perpustakaan dituntut untuk lebih aktif, dinamis, cepat, tepat dan akurat dalam segala hal baik dalam pelayanan maupun penelusuran sumber informasi. Hal ini dilakukan untuk menghadapi net generasi yang menuntut pelayanan yang serba cepat dan lebih aktif. Selain itu, penyesuaian ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi perpustakaan di tengah maraknya lembaga lain yang bidangnya menyerupai perpustakaan.

Dalam layanan informasi perpustakaan, semula pengguna hanya dapat menemukan informasi yang ada di perpustakaan tersebut secara manual, kemudian berkembang dengan memanfaatkan komputer dan intranet dapat ditelusur melalui OPAC, dan berkembang lagi dapat diakses melalui internet atau yang sekarang dikenal dengan istilah Library 1.0. Dengan cara ini pemakai sudah banyak yang terpuaskan karena dapat dengan cepat menemukan informasi yang mereka butuhkan.

Kemudian muncul yang namanya library 2.0 yang sebenarnya berawal dari web 2.0. Web 2.0 sendiri pada dasarnya merupakan istilah pemasaran yang diperkenalkan oleh penggiat internet (komersial dan nonkomersial) untuk menandai tren dan pola penyebaran informasi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Inti dari library 2.0 adalah perubahan orientasi kepada pemakai. Yaitu suatu model yang menganjurkan perubahan yang beralasan dan terus menerus, dengan mengundang partisipasi pemakai dalam mengkreasikan layanan, baik secara fisik maupun maya sesuai dengan keinginan mereka, yang didukung oleh evaluasi layanan secara konsisten. Layanan tersebut juga berusaha untuk mendapatkan pengguna baru

dan layanan yang lebih baik dan terbaru melalui penawaran pengembangan kepada pemakai. Setiap komponen berusaha sendiri untuk meningkatkan layanan yang lebih baik kepada pengguna.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan hadirnya jaringan internet di Indonesia, perpustakaan menghadapi tantangan yang semakin berat. Seakan internet menjadi pesaing dunia perpustakaan. Melalui internet kita bisa mengakses informasi dalam bentuk teks, gambar, audio maupun video, yang bisa diakses di manapun kita berada. Bahkan akhir-akhir ini banyak ebook yang secara gratis bisa di akses melalui internet. Kebanyakan orang bahkan lebih suka memanfaatkan internet dari rumah dari pada harus datang ke perpustakaan. Melihat kondisi ini, perpustakaan harus mulai berbenah, agar tetap eksis. Konsep library 2.0 kini sudah mulai ditinggalkan. Kini munculah istilah baru yang dinamakan library 3.0. Konsep ini memang belum terlalu dikenal di Indonesia, namun sudah banyak diterapkan di dunia internasional. konsep library 3.0 merupakan tranformasi lanjutan setelah konsep library 2.0. Dengan tranformasi web yang akan berciri semantik serta ontologi maka web juga berkembang menjadi Web.3.0. Melalui web Semantic ini, berbagai perangkat lunak akan mampu mencari, membagi, dan mengintegrasi informasi dengan cara yang lebih mudah. Layanan opac di konsep one stop service. Virtual Reference Service untuk melayani pengguna yang jauh dari perpustakaan. GeoTagging ini membantu pengguna untuk menemukan informasi spesifik yang terletak di lokasi tertentu. Ontologies adalah teknik untuk memberikan hubungan semantik kaya antara istilah dan pikiran pengetahuan. Ubiquitous contents, konsep ini mengarah pada berbagai bentuk informasi dapat diakses dimana saja tanpa terbatas waktu dan dapat mengggunakan perangkat apa saja. Menurut Ida dalam Keswara (2013), konsep perpustakaan 3.0 ini merupakan interaksi antara user dan perpustakaan secara online, termasuk dalam berjejaring dan terkoneksi antarperpustakaan sehingga semua informasi

(5)

dapat diakses tanpa harus menunggu pustakawan dan perpustakaan sebagai pusat informasi juga wajib berkembang seiring perkembangan teknologi informasi (TI).

E. TANTANGAN YANG DIHADAPI PERPUSTAKAAN

Perkembangan teknologi informasi berpengaruh pada perilaku pengguna perpustakaan. Seiring dengan perubahan perilaku pengguna, perpustakaan sebisa mungkin harus bisa mengikuti arus dari pengguna, agar perpustakaan tidak ditinggalkan nantinya. Perpustakaan dikatakan berhasil, mana kala perpustakaan itu mampu memenuhi kebutuhan para penggunanya. Pengguna potensial perpustakaan, terutama perpustakaan perguruan tinggi adalah NetGen/generasi Z, yang dalam layanan selalu menuntut kecepatan, ketepatan, dan wujudnya kebanyakan digital. Melihat kondisi seperti ini, perpustakaan harus tanggap baik untuk peningkatan layanan, maupun fasilitas yang dibutuhkan pengguna.

Perkembangan komputer semakin canggih, bahkan akhir-akhir ini muncul yang namanya ipad, tablet, handpone cerdik, dan sejenisnya. Teknologi ini semakin memudahkan seseorang dalam mengakses informasi. Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi setidaknya harus mampu mengimbangi teknologi seperti ini, agar kiprahnya tidak semakin tergeser. Penggunaan teknologi informasi di perpustakaan merupakan salah satu alternatif bagi pihak perpustakaan. Informasi yang disediakan perpustakaan harus mudah diakses, baik dari perpustakaan sendiri maupun dari manapun kita berada. Perpustakaan, terutama di Indonesia sebaiknya mulai mengarah ke library 3.0, sebuah konsep yang sudah berjalan di luar negeri. Dalam konsep ini terdapat web semantic, yang melalui web ini berbagai perangkat lunak akan mampu

pelayanan terhadap NetGen, juga sebagai bentuk perwujudan pemanfaatan teknologi di perpustakaan.

Peningkatan layanan perpustakaan, sudah menjadi kewajiban dari setiap perpustakaan. Untuk menghadapi NetGen selain menerapkan konsep library 3.0, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan perpustakaan, yaitu:

1. Optimasi sistem automasi perpustakaan dan pengembangan perpustakaan digital. 2. Mulai memperhatikan pengadaan sumber

elektronik atau koleksi digital

3. Peningkatan pengetahuan, keterampilan hard skills dan soft skills pustakawan 4. Peningkatan fasilitas bagi generasi digital

seperti, colokan listrik, wifi/hotspot, kecepatan data internet, perabotan yang informal dan santai, fasilitas audio video. 5. Dalam mendesain penataan ruangan

hendaknya memberikan ruang lebih bagi pemustaka agar dapat saling berinteraksi dan kolaborasi.

Menurut Wulansari (2011) strategi pelayanan perpustakaan juga harus dikembangkan, karena NetGen menuntut pelayanan yang cepat dan mudah, biasanya mereka menyukai sesuatu yang bisa diakses secara online. Beberapa strategi pelayanan yang bisa diterapkan, antara lain:

1. Net generation merupakan pengguna yang cerdas dan mandiri dalam menggunakan teknologi informasi. Layanan perpustakaan harus mempertimbangkan hal ini.

2. Menyediakan layanan perpustakaan yang dapat diakses melalui mobile phone, misalnya pertanyaan sederhana tentang jam layanan perpustakaan, memesan project room, dll.

(6)

generation merupakan pengguna yang multitasking, jadi mereka dapat bertanya dan menunggu jawaban dari pustakawan sambil mengerjakan aktifitas yang lain. 4. Mengembangkan program literasi

informasi melalui tutorial, latihan, dan panduan yang mudah dipahami oleh pengguna dengan permainan yang interaktif dan menarik. Net generation merupakan pengguna yang cerdas dan terampil dalam menggunakan teknologi informasi. Namun mereka tetap membutuhkan arahan dari pendidik (dalam hal ini dosen dan pustakawan) agar tidak tenggelam dalam hal-hal yang bersifat non-edukatif, tetapi juga dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk keperluan akademisnya, dengan memanfaatkan sumber informasi yang berkualitas dapat dipertanggungjawabkan dan memanfaatkannya secara etis.

Dalam meningkatkan layanan perpustakaan, tentu tidak dapat lepas dengan peran pustakawan. Dalam hal pustakawan juga harus meningkatkan kinerjanya, agar mampu memberikan layanan yang maksimal. Dengan penerapan konsep library 3.0 Pustakawan dituntut harus proaktif terhadap penggunaan alat dan teknologi terbaru untuk menciptakan sistem perpustakaan virtual. Menurut Shapiro dan Hughes dalam Pendit (2007), ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki pustakawan dalam era digitalisasi yaitu:

a. Tool literacy, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan alat teknologi informasi, baik secara konseptual maupun praktikal, keteranpilan pmenggunakan perangkat lunak, perangkat keras, multimedia, dsbnya.

b. Resource literacy, yaitu kemampuan memahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkan informasi terutama dari jaringan informasi yang selalu berkembang.

c. Social-structural literacy, pemahaman yang benar bagaimana informasi

dihasilkan oleh berbagai pihak dalam masyarakat.

d. Reserach literacy, kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset e. Publishing literacy, kemampuan

menerbitkan informasi dan ide ilmiah pada kalagan luas dengan memanfaatkan komputer dan internet

f. Emerging technology literacy, kemampuan terus menerus menyesuikan diri dengan perkembangan teknologi dan bersama komunitasnya menentukan arah pemanfaatan teknologi informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu.

g. Critical literacy, kemamuan mengevaluasi sercara kritis terhadap untung ruginya menggunakan teknologi telematikan dalam kegiatan ilmiah.

Dengan kolaborasi yang bagus antara perpustakaan, pustakawan, sistem serta konsep sebuah perpustakaan, diharapkan perpustakaan akan lebih disegani oleh masyarakat pengguna sehingga perpustakaan nantinya diharapkan benar-benar menjadi pusat informasi dari segala penjuru.

F. SIMPULAN

Terkait dengan perkembangan teknologi informasi, berkembang pula pola perilaku masyarakat. Masyarakat di era ini lebih memandang informasi sebagai kebutuhan. Informasi tersebar dimana-mana baik melalui media internet, buku, televisi, maupun radio. Pengaksesan informasi sekarang ini lebih mudah, dengan bantuan hand phone pintar, ipad, tablet, maupu komputer kita sudah bisa mengakses informasi.

Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi, harus paham mengenai masyarakat pengguna yang dilayaninya, terutama dengan kehadiran NetGen. Perpustakaan harus meningkatkan strategi pelayananya agar kiprah perpustakaan tidak tergantikan dengan lembaga penyedia informasi lainnya.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Depdibud. 2008. “Undang-Undang Republik Indonesia No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan”dalamhttp://kelembagaanfiles. pnri.go.id/pdf/about_us/official_archives/ public/normal/UU_43_2007_perpustakaan. pdf diakses Rabu, 23 Februari 2012 pukul 11.24 WIB.

Djunaedi, Achmad.2013. Memahami Perbedaan Karakteristik Antar Generasi. MIP: Bahan kuliah Isu-Isu Kontemporer.

Keswara, Ratih. 2013. “Perpustakaan 3.0 solusi kurangnya pustakawan”. http://nasional. sindonews.com/read/2013/09/06/15/780186/ perpustakaan-3-0-solusi-kurangnya-pustakawan.

Pendit, Putu laksman. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Sagung Seto.

Prasetiawan, Imam Budi. 2011.Keberaksaraan Informasi (Information Literacy) bagi SDM Pengelola Perpustakaan di Era Keterbukaan

Informasi. Jakarta: Pelatihan Penmgelola Perpustakaan di lingkungan Kementrian Perindustrian.

Pram .2012. “Era keterbukaan informasi dan plagiarisme Sebuah pandangan dari pustakawan”, di unduh dari http://

pram-perpus.blogspot.com/2012/01/era-keterbukaan-informasi-dan.html diakses

Jumat, 23 Mei 2014 pukul 12.35 WIB.

Priyatma, Johanes Eka. 2014. Perpustakaan 3.0 Perpustakaan Masa Depan dan Masa Depan Perpustakaan. Yogyakarta: Seminar Tantangan Perpustakaan di Era Digital (Digital Natives go to the Libraries: a Challenge) Universitas Sanata Dharma.

Sismalib. 2013. “Tantangan dan Strategi Perpustakaan Dalam Penyediaan Layanan Bagi Generasi Digital” di unduh dari http:// sismalib.wordpress.com/2013/06/23/ tantangan-dan-strategi-perpustakaan-dalam-penyediaan-layanan-bagi-generasi-digital/ di akses Jumat, 23 Mei 2014 pukul 12.36 WIB. Setiyaningsih, Heni. Library 3.0: Konsep Masa Kini,

diunduh dari http://henisetiyaningsih.blogspot. com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

diakses Senin 26 Mei 2014 Pukul 09.12 WIB Suwanto, Sri Ati . “Layanan perpustakaan elektronik

dengan konsep Library 2.0”. /repository.petra. ac.id/15260/1/net_generation1.pdf Jumat, 23 Mei 2014 pukul 12.45 WIB.

Tapscott, Don. 2009. Grown Up Digital, di unduh dari http://dontapscott.com/books/grown-up-digital/ di akses Senin, 26 Mei 2014.

Wulansari, Diah. 2011. “Mengembangan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan Net Generation” di unduh dari digilib. undip.ac.id/index.php/component/content/ article/38-lain/artikel/55-mengembangan- perpustakaan-sejalan-dengan-kebutuhan-net-go diakses Jumat, 23 Mei 2014 pukul 12.350 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Konsep klasifikasi terbimbing/supervised penginderaan jauh konvensional adalah relasi (bukan fungsi) antara informasi terlatih dengan hasil klasifikasi. Proses tersebut

Metode yang digunakan adalah time cost trade off dengan tujuan utama agar proyek tersebut dapat terselesaikan lebih cepat dari waktu yang telah direncanakan dan

Budaya Indonesia merupakan sumber inspirasi dalam penciptaan suatu karya seni. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah wayang. Wayang mengandung nilai artistik,

Dalam Forex kononnya ada 3 level, newbie – intermediate – advance. Namun, pada saya ada 2 level je sebenarnya, iaitu WINNERS & LOSERS. Anda baru tapi dapat ilmu & tunjuk

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Good Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Laporan Statistik Keputusan Penilaian Akhir ini disediakan adalah berdasarkan kepada keputusan yang telah disahkan dalam Mesyuarat Jawatankuasa Peperiksaan PTSS

Artinya: Syahnya nikah dengan mendahulukan qabul dan mengakhirkan ijab itu karena tercapainya / tersampaikannya maksud.. Hal ini dilatarbelakangi ketika qabul didahulukan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Abadi V Puspasari Nilasari Kartasura Sukoharjo mengenai hubungan gerakan sholat dengan keluhan nyeri