• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN GAHARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN GAHARU"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN GAHARU

(Aquilaria spp) TINGKAT SEMAI UMUR 4 TAHUN DI HUTAN ADAT DI

KAMPUNG LONG BAGUN ULU KECAMATAN LONG BAGUN

KABUPATEN MAHAKAM ULU

Oleh :

ALEXIUS NYANGUN

Nim : 130500003

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN

MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

STUDI PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN GAHARU

(Aquilaria spp) TINGKAT SEMAI UMUR 4 TAHUN DI HUTAN ADAT DI

KAMPUNG LONG BAGUN ULU KECAMATAN LONG BAGUN

KABUPATEN MAHAKAM ULU

Oleh :

ALEXIUS NYANGUN

Nim : 130500003

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN

MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

STUDI PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN GAHARU

(Aquilaria spp) TINGKAT SEMAI UMUR 4 TAHUN DI HUTAN ADAT DI

KAMPUNG LONG BAGUN ULU KECAMATAN LONG BAGUN

KABUPATEN MAHAKAM ULU

Oleh :

ALEXIUS NYANGUN

Nim : 130500003

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN

MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Studi Pengukuran Tinggi Dan Diameter Anakan Gaharu (Aquilaria Spp) Tingkat Semai Umur 4 Tahun Di Hutan AdatDi Kampung Long Bagun Ulu Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu

Nama : ALEXIUS NYANGUN

NIM : 130500003

Program studi : Pengelolaan Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui

Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan

Agustina Murniyati, S. Hut, MP NIP. 19720803 199802 2 001

Mengesahkan

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003

Lulus ujian pada tanggal : Pembimbing

Ir. Rita Yuliani

NIP. 19630708 199203 2 002

Penguji I

Ir. Rudy Nurhayady, MP NIP. 19590111 198703 1 002

Penguji II

Ir. Gunanto

(5)

ABSTRAK

ALEXIUS NYANGUN. Studi Pengukuran Tinggi dan Diameter anakan Gaharu (Aquilaria Spp) Tingkat Semai Umur 4 Tahun di Hutan Adat Di Kampung Long Bagun Ulu Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu (di bawah Bimbingan Rita Yuliani).

Penilitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 14 Juli sampai tanggal 14 Agustus 2016. Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata diameter dan tinggi gaharu (A. malaccensis) tingkat semai di hutan adat kampong Long Bagun Ulu.

Data diameter diperoleh dari pengukuran dengan dua kali pengukuran yaitu diameter 1 dan diameter 2 menggunakan vienir caliper sedangkan untuk mengukur tinggi menggunakan alat meteran. Pengambilan data dengan mengguanakan metode jalur. Gaharu (A. malaccensis) tingkat semai sebagai objek dalam penelitian ini berjumlah 77 tanaman gaharu. Mengolah data mengguanakan rumus rata-rata, standar devisiasi dan koefisien variasi.

Hasil pengukuran tanaman gaharu (Aquilaria malacensis) sebanyak 77 tanaman gaharu dengan jarak tanam 5 meter x 5 meter adalah diameter terbesar 0,90 cm dan diameter terkecil 0,40 cm dan nilai diameter rata-rata 0,66 cm dengan simpangan baku 0,12 dan koefisien variasi 18%. Adapun tinggi tertinggi 104 centi meter dan tinggi terendah 37 centi meter dengan nilai rata-rata 70,3 centi meter, dengan simpangan baku 11,8 dengan koefisien variasi 17%.

(6)

RIWAYAT HIDUP

ALEXIUS NYANGUN. Lahir pada tanggal 01 Januari 1993, di Long Melaham provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara, atas pasangan suami istri Bapak Paulus Yulius Bang dan ibu Flora ubung.

Mulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 003 Long Bagun Ulu Kecamatan Long Bagun pada tahun 2000, hingga lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang berikutnya tahun 2007, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 23 Sendawar di Ujoh Bilang, lulus pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun yang sama, melanjutkan kembali pada Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Sendawar di Ujoh Bilang hingga lulus pada tahun 2013. Dan pada tahun yang sama melanjutkan Kejenjang Perguruan Tinggi pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dengan memilih jurusan Pengelolaan Hutan.

Pada tanggal 3 Maret sampai 3 April 2016 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. INHUTANI I Wilayah Tarakan Unit Manajemen Hutan Pimping Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil dari pengamatan penulis di kelurahan Long Bagun Ulu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ir. Rita Yuliani, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan bimbingan, sejak pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian hingga terselesaikan karya ilmiah ini

2. Bapak Ir. Rudy Nurhayady, MP selaku penguji 1 dan bapak Ir. Gunanto selaku dosen penguji 2.

3. Bapak Ir. Hasanudin MP. Selaku Direktur politeknik Pertanian Negeri Samarida

4. Ibu Agustina Murniyati S,Hut.MP. Selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan.

5. Kedua Orang Tua dan Keluarga tercinta yang banyak memberikan bantuan baik berupa moril maupun material kepada penulis demi keberhasilan penulis menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Adik Matius Anyang, kakak Yunus Irang dan ayahanda Paulus Yulius Bang

yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian.

7. Teman-teman yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata Penulis menyatakan bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR TABEL……….. iv

DAFTAR GAMBAR………. vi

I. PENDAHULUAN………. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA……….…….. 3

A. Tinjauan Umum Lokasi Pengamatan……….……. 3

B. Tinjauan umum tentang gaharu (Aquilaria malacensis).….. 3

C. Factor - Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan……... 7

D. Pengukuran Tinggi dan Diameter……… 8

III. METODE PENELITIAN………... 12

A. Tempat dan Waktu………. 12

B. Alat dan Bahan……… 12

C. Prosedur penelitian………. 13

D. Pengolahan Data……… 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 16

A.

Hasil……….. 16

B.

Pembahasan……… 17

V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 19

A. Kesimpulan……….. 19

B. Saran……… 19

DAFTAR PUSTAKA……… 20

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Lampiran Halaman 1. Pengambilan data diameter tanaman gaharu

(Aquilaria malacensis)……… ... 29 2. Pengambilan data tinggi tanaman gaharu

(Aquilaria malacensis)……….………… ... 29 3. ..Penomoran tanaman gaharu (Aquilaria malacensis)………. 30 4. Lokasi penelitian tanaman gaharu

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tubuh Utama Halaman

1. Distribusi diameter tanaman gaharu (Aquilaria malacensis).. ... 16 2. Distribusi tinggi tanaman gaharu (Aquilaria malacensis)…… ... 17

Lampiran 3. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 1………. ... 21 4. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 2………. ... 21 5. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 3……… ... 22 6. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 4……… ... 22 7. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 5……… ... 23 8. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 6……… ... 23 9. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 7……… ... 24 10. Hasil pengukuran diameter anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 8……… ... 24 11. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 1……… ... 25 12. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 2……… ... 25 13. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 3……… ... 26 14. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 4……… ... 26 15. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(11)

16. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 6……… ... 27 17. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(Aquilaria malacensis) pada jalur 7……… ... 28 18. Hasil pengukuran tinggi anakan gaharu

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Gaharu (Aquilaria malaccensis) merupakan salah satu kelompok tumbuhan penghasil aromatik bernilai komersil tinggi dalam bentuk gubal gaharu dan kamedangan. Tingginya permintaan pasar serta tingginya harga jual menjadikan kelompok tumbuhan ini dikhawatirkan pemanfaatannya akan melebihi daya dukungnya di alam. Hal ini dikarenakan pola panenan alam yang terjadi adalah dengan cara menebang keseluruhan tegakan hanya untuk mengambil gubal gaharunya, sedangkan laju pertumbuhan untuk setiap jenis gaharu belum banyak diketahui (Soehartono and Newton, 2002).

Pada tahun 1994, konvensi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) di Amerika Serikat menetapkan bahwa pohon gaharu spesies Aquilaria malaccensis masuk ke dalam Appendix II, yaitu tanaman yang dibatasi perdangannya. Penetapan tersebut dikarenakan populasi tanaman penghasil gaharu semakin menyusut di alam yang disebabkan para pengusaha gaharu tidak dapat mengenali dengan tepat mana tanaman yang sudah mengandung gaharu dan siap dipanen. Untuk mencari pohon penghasil gaharu, para pengusaha menebang puluhan pohon yang salah atau tidak menghasilkan gaharu sehingga jumlah pohon tersebut sangat berkurang.

Pada tahun 2004, Indonesia mengajukan agar semua penghasil gaharu alam yaitu genus Aquilaria dan Gyrinops dimasukkan ke dalam daftar Appendix II untuk membatasi perdagangannya sehingga perdagangan gaharu harus memiliki izin dari CITES dan dalam kuota tertentu. Hal ini dilakukan untuk memastikan spesies pohon gaharu alam dapat berkembang dan tersebar dengan baik.

(13)

Persebaran pohon Aquilaria spp sebagai penghasil gaharu di Sumatera setidaknya memiliki 30 titik cluster dan di Kalimantan 98 titik (Soehartono and

Newton, 2000). Bagaimana penyebaran alami pohon penghasil gaharu masih

belum dapat dijelaskan dengan baik.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh dosis mikoriza dan tingkat naungan yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquilaria malaccensis), dan untuk mengetahui pertumbuhan tinggi dan diameter anakan gaharu (Aquilaria malacensis) yang lainnya pada umur 4 tahun.

Hasil yang diharapkan penelitian ini agar dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan anakan gaharu di lokasi tersebut dan sebagai masukan untuk pengembangan pohon gaharu genus Aquilaria malacensis khusunya di daerah Kalimantan Timur.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gaharu (Aquilaria malacensis)

Gaharu (Aquilaria malacensis) Budidaya tanaman gaharu sudah mulai dilakukan di beberapa tempat, dan menunjukan prospek yang sangat baik. Pengelolaan tanamannya tidak berbeda dengan tanaman lainnya. Perawatan yang intensif dapat memacu pertumbuhan sehingga seperti di Vietnam sudah bisa dilakukan inokulasi pada tanaman usia 4 tahun. Pada paduan pengelolaan tanaman gaharu, biasanya tanaman sudah siap untuk dinokuladi pada usia 6 tahun (Anonim 2010).

Gaharu (Aquilaria malacensis) tumbuh baik di jenis tanah Podsolik merah kuning, tanah lempung berpasir, dan tidak baik tumbuh ditanah tergenang,rawa,ketebalan solum tanah kurang 50 cm, tanah dengan pH< 4. Dan khusus jenis Aquilaria malaccensis yang berkualitas dan bernilai jual tinggi akan berpeluang meningkatkan tingkat produksi gaharu (Sumarna 2002).

1. Klasifikasi Tanaman Gaharu

Menurut (Sumarna 2002) dalam system klasifikasi, tanaman gaharu

mempunyai penggolongan sebagai berikut : Divisi : Termatophta Sub-Divisi : Angiospermae Kelas : Dikotiledonae Ordo : Myrtales Famili : Thymeleaceae Genus : Aquilaria

(15)

Dalam perdagangan, gaharu dikenal sebagai produk agarwood, aloewood, atau eaglewood. Rata-rata kuota yang dimiliki Indonesia sekitar 300ton/tahun. Kuota ini diperoleh dari pembagian permintaan pasar oleh negara – negara produsen gaharu. Hanya saja hingga saat ini produksi gaharu Indonesia baru terpenuhi sekitar 10-20% atau sekitar 25-40 ton/tahun sehingga masih sangat jauh dari kuota ekspor. Kondisi ini sangat berdampak terhadap harga jual gaharu yang saat ini mencapai Rp 5 juta/kg. Memperhatikan kuota permintaan pasar atas komoditas gaharu yang terus meningkat maka pembudidayaan Gaharu memiliki prospek yang tinggi dalam upaya mempersiapkan era perdagangan bebas di masa mendatang

(Sumarna, 2002).

2. Sifat-Sifat Morfologi Tanaman

Batang tanaman dari kelompok Aquilaria malaccensis dapat mencapai tinggi 35-40 m, diameter sekitar 60 cm, dan berkayu keras. Kulit batangya licin berwarna putih atau keputih-putihan. Daun lonjong memanjang dengan panjang 5-8 cm, lebar 3-4 cm, berujung runcing, dan berwarna hijau mengkilat. Bunga berada di ujung ranting atau ketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polong berbentuk bulat telur atau lonjong, berukuran panjang sekitar 5 cm, dan lebar 3 cm. Biji bulat atau bulat telur yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna kemerahan (Sumarna, 2002).

3. Pembungaan

Menurut Sumarna (2002), Perbungaan tanaman Gaharu muncul

diujung ranting, ketiak atas dan ketiak tangkai. Warna bunganya yaitu putih, kuning terang, atau kuning dan panjangnya mencapai 5 mm serta memiliki bulu yang halus. Kelopak bunga gaharu berbentuk bulat oval sampai

(16)

lonjong, menumpul dan berbulu tebal di kedua sisi permukaannya. Bagian mahkota biasanya lebih panjang dari benang sari, berbentuk oval sampai lonjong dan berambut tebal. Panjang benang sarinya sendiri mencapai 1 sampai 1,5 mm, kepala sari berukuran 0,5 mm. bakal buahnya memiliki bulu tebal dengan kepala putik mementol. Buah gaharu berada dalam polongan, berbentuk bulat oval atau lonjong, ukuran buahnya sekitar 5 cm dengan lebar 3 cm. Terdapat 1 sampai 2 biji pada setiap buah, bijinya sendiri berbentuk bulat oval yang tertutup oleh bulu bulu halus berwarna kemerahan.

4. Syarat Tanah

Menurut Anonim (2012), Pohon penghasilan gaharu tumbuhan di

daratan rendah, lereng-lereng bukit samapai ketinggian 750 mdpl. Jenis tanah : podsolik merah kuning, lempung berpasir, drainase sedang, baik tipe iklim A-B kelembaban 80%, suhu udara 22-28 0C curah hujan 2000/4000 mm/tahun ph 4-7 intensitas cahaya 40-50 %.

B. Factor Mempengaruhi Pertumbuhan

Menurut Anonim (2012), Organisme penggangu tanaman (OPT)

merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia OPT tanaman secara garis besar antara lain hama dan penyakit. Hama menimbulkan gamngguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, moluska dan vertebrata. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, nematode, dan tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga pada musim hujan masalah penyakit akan muncul sementara pada musim kemarau banyak masalah hama.

(17)

1. Factor klimatis

Yaitu factor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atmosfer yang mempengaruhi kehidupan tanaman maupun semua factor yang tidak berhubungan dengan atmosfer yang mempengaruhi keadaan tanaman seperti radiasi matahari, temperature dan angin.

2. Faktor edafis

Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah, seperti tekstur dan struktur tanah, zat hara tanah air tanah, keadaan tanah, serta bahan organic yang terkandung dalam tanah.

3. Faktor fisiografis

Yaitu faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi vegetasi hutan seperti kelerengan, kedudukan terhadap laut dan pegunungan.

4. Faktor biotis

Yaitu faktor-faktor tumbuhan dan hewan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan hutan seperti organisme penyakit, selain faktor-faktor diatas, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon atau tanaman yaitu radiasi matahari, karbondioksida, air tanah, oksigen dan zat hara.

C . Pengukuran Tinggi dan Diameter

1. Pengukuran Tinggi

Pengukuran tinggi pohon dari sebuah komunitas dilakukan dengan tujuan dalam penaksiran volume suatu komunitas. Tinggi pohon merupakan salah satu karakteristik pohon yang mempunyai arti penting dalam penafsiran hasil hutan, puncak pohon terhadap permukaan tanah, pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Pengukuran

(18)

yang baik dilakukan adalah pohon yang telah ditebang dan pohon-pohon yang berdiri, khususnya untuk penafsiran yang berhubungan dengan volume (Faldiansah, 2011).

2. Pengukuran diameter dengan Vernier Kaliper

Menurut (Anonim, 2011), Vernier Kaliper sering disebut juga sigma

atau jangka sorong adalah sebuah alat ukur yang dapat dipakai untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, ketebalan dan kedalaman celah. Vernier Kaliper ini dapat mengukur dengan tingkat akurasi sampai dengan 0,05 mm (didapat dari jumlah strip pada skala slider ada 20 strip, berarti 1mm : 20 adalah 0,05 mm). dalam aplikasi pemakaian Vernier Kaliper yang perlu diperhatikan selain dari pemakaian yang tepat, juga pada cara pembacaan skala yang ditunjukan oleh meter. Dalam Vernier Kaliper ada dua skala yang saling terkait dan mendukung keakuratan data yang akan kita dapatkan Ada dua besaran yang perlu diperhatikan dalam kontek pengukuran tinggi dan panjang (Suharlan dan Soejono, 1985) untuk dapat membedakannya, maka

dicoba memberikan pengertian secara defenitif sebagai berikut :

a. Tinggi adalah jarak terpendek antara suatu titik dengan proyeksi bidang vertikal dan horizontal.

b. Panjang adalah jarak antara dua titik yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus.

Sebagai komponen untuk menentukan volume kayu, tinggi pohon dibedakan beberapa macam notasi antara lain yaitu :

a. Tinggi pohon sebenarnya, yaitu jarak antara titik pucuk pohon yang proyeksinya pada bidang vertical.

(19)

b. Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atau sampai permulaan tajuk, yaitu jarak antara titik lepas cabang atau permulaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang vertikal.

c. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang saat itu laku dijual dalam perdagangan.

d. Tinggi tonggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan, tinggi tonggak ini antara 130 centi meter tergantung nilai kayu, biaya transportasi dan permintaan.

Tinggi pohon dapat diukur jika pohon masih berdiri. Tapi sering ditentukan sesudah ditebang (ini lebih sukar ditentukan pucaknya dan pengukurannya pun tidak bias lurus karena cabang). Dalam hal ini pengukuran tinggi pada pohon yang telah ditebang harus diingat bahwa ini benar jika pohon tersebut tadinya berdiri tegak lurus.

Menurut Suharlan dan Soejono (1985),kesalahan dalam pengukuran

tinggi pohon berdasarkan sumber penyebabnya dapat dibedakan empat macam, yaitu :

- Kesalahan alat, sumber utamanya yaitu pada pembagian skala alat, tingkat ketilitian alat dan kedudukan alat pada waktu menukur.

- Kesalahan si pengukur, Kesalahan si pengukur pada saat penggunaan alat ukur.

- Faktor lingkungan, misalnya pada kondisi lapangan, topografi, cuaca dan lain-lain.

- Kesalahan karena keadaan pohonnya, misalnya tajuk pohon terlalu besar dan lebar serta pohon keadaan miring.

(20)

3. Pengukuran Diameter

Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan keliling (k) lebih banyak dilakukan setelah itu dikonversi ke diameter (d) dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran yaitu :

D= k1 + k2 : n

Dimana :

d = diameter

k = keliling

n = jumlah pengukuran

Diameter adalah panjang garis antara dua titik pada lingkaran melalui titik pusat lingkaran tersebut.

Gambar 1. Pengukuran Diameter

A

(21)

4. Pengukuran tinggi

Pengukuran tinggi bibit anakan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dimulai dari leher akar sampai pada ujung daun yang tertinggi. (WARJIANTO 2014).

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di bawah naungan di kampung Long Bagun Ulu Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu dan waktu yang diperlukan dalam penelitian ini 1 bulan, mulai tanggal 14 Juli – 14 Agustus 2016, meliputi orientasi lapangan dan pengambilan data baik data primer maupun data sekunder.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a) Meteran, untuk mengukur tinggi anakan gaharu. b) Vernier Caliper, untuk mengukur diameter.

c) Alat tulis, untuk mencatat data dari pengukuran diameter dan tinggi. d) Kalkulator ,untuk menghitung data yang didapat dari hasil pengukuran

diameter dan tinggi.

e) Kamera, untuk dokumentasi

f) Parang, untuk membersihkan lahan tempat yang akan diamati.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Gaharu Genus Aquilaria malacensis spp sebanyak 80 anakan bibit tanaman dengan jarak tanam 5 meter x 5 meter.

(23)

C. Prosedur penelitian

Adapun prosedur penelitian ini mempunyai urutan kerja sebagi berikut : 1. Orientasi lapangan

Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi pendahuluan yang bertujuan untuk menentukan system kerja dalam penelitian, serta memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi areal penelitian.

2. Studi literatur

Dilakukan guna memperoleh pemahaman terhadap obyek yang akan diamati.

3. Mempersiapkan alat – alat yang diperlukan

Persiapan dilakukan untuk mengetahui kondisi alat yang akan digunakan masih dalam kondisi yang baik atau tidak rusak serta cara penggunaannya.

4. Pengambilan data tanaman sebanyak 80 anakan bibit gaharu dengan cara :

a. Pengukuran diameter

dalam proses pengukuran diameter anakan bibit gaharu alat yang dipergunakan adalah Venier Caliper dan dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran ( k1 dan k2 ).

b. Pengukuran tinggi

Pengukuran tinggi anakan bibit gaharu menggunakan alat meteran pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali yaitu, dari permukaan tanah ke bebas cabang dan dari permukaan tanah ke tajuk.

5. Melakukan penandaan dan penomoran anakan bibit gaharu.

Kegiatan penandaan ini dilakukan agar tidak terjadi pengukuran ulang dan kegiatan penomoran menggunakan spidol dan ajir tanaman.

(24)

D. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan rumus rata-rata berdasarkan petunjuk Pambudhi, 1985 (Kamariah, 1993) sebagai berikut :

Dimana :

= parameter ( tinggi,diameter ) rataan

= jumlah berdasarkan frekuensi parameter (tinggi,diameter)

= jumlah individu pengamatan

Untuk mengetahui koefisien variasi (Cv) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Cv =

Dimana : Cv = coefisien variasi S = simpangan baku = rata-rata (diameter,tinggi)

Mengingat ukuran disperse absolut mudah menimbulkan kekaburan, maka sering digunakan ukuran disperse relatif.Diantara ukuran disperasi relative yang terkenal ialah Koefisien Variasi ( coefisien of variation ) yaitu dalam persen (%). Persentase dan standar deviation terhadap nilai rata-rata X (diameter/tinggi) dan untuk klasifikasi dan koefisien variasi ialah sebagai berikut (Nugroho, 1998).

CV = 0 – 10% ( kecil beragam ) CV = 10 – 20% ( cukup ) CV = 20 – 30% ( besar )

(25)

CV = 30% ( sangat besar )

Rumus Koefisien variasi adalah CV =

x 100%

Dimana :

CV = Koefisien Variasi

Sd = Standar Devisiation (Simpangan baku) = Rata-rata (diameter,tinggi).

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tinjauan umu tempat penelitian

Areal tanaman gaharu (A. malaccensis), memiliki luas 2 hektar. Terletak di dalam hutan adat kampung Long Bagun Ulu, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu dan lokasi pengamatan ini juga merupakan lahan yang diberikan izin oleh pemerintah kampong Long Bagun Ulu kepada bapak Yunus Irang untuk mengelola dan menanam bibit gaharu (A. malaccensis) pada lahan tersebut. Secara garis besar tanah di lokasi pengamatan terdiri dari jenis tanah laterit karena memiliki warna merah bata.

Jenis gaharu yang ditanam adalah gaharu (Aquliaria malaccensis), dan bibit tersebut diberikan kepada masyarakat sejumlah 1000 bibit anakan per lahan dengan jarak tanam 5 meter x 5 meter, dan yang ditanam mencapai 800 bibit anakan gaharu, dan 200 bibit anakan gaharu yang tersisa untuk persiapan penyulaman. Untuk sampai ke tempat lokasi penelitian dari pusat kota Kabupaten Mahakam Ulu, memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan sepada motor melewati jalan yang belum disemenisasi/aspal hanya dihambur batu-batu karang dan juga keadaan jalan yang masih banyak tanjakan hutan dimana banyak bebagai jenis tumbuh-tumbuh yang tumbuh-tumbuh di dalam lokasi penelitian yang berukuran bervariasi seperti pepohonan dan gulma. (kondisi lokasi dapat dilihat di lampiran pada gambar 7 dan 8).

(27)

2. Diameter

Hasil pengukuran diameter anakan gaharu (A. malaccensis) tingkat semai umur 4 tahun di hutan adat Kampung Long Bagun Ulu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Table 1. Distribusi diameter tanaman gaharu (Aquilaria malacensis) Kelas interval

(cm)

f X fx (xi- Mean)^²

f(xi-Mean)^2 0,40 – 0,49 4 0,45 1,78 0,04 0,18 0,50 – 0,59 25 0,55 13,63 0,01 0,31 0,60 – 0,69 18 0,65 11,61 0,00 0,00 0,70 – 0,79 19 0,75 14,16 0,01 0,15 0,80 – 0,89 10 0,85 8,45 0,04 0,35 0,90 – 0,99 1 0,95 0,95 0,08 0,08 Jumlah 77 50,57 1,08 Keterangan : f = frekuensi x = nilai tengah Nilai terendah = 0,90 Nilai tertinggi = 0,40 Rata-rata = =0,66 cm Standar devisiasi = = = 0,12 cm Koefisien variasi = x 100% = 18 %

(28)

3. Tinggi

Hasil pengukuran tingggi anakan gaharu (A. malaccensis) tingkat semai umur 4 tahun di hutan adat Kampung Long Bagun Ulu dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Table 3. Distribusi tinggi tanaman gaharu (Aquilaria malacensis) Kelas interval (cm) f x fx (xi-Maen)^2 f(x-x rata)^2 35 – 46 1 41 41 886 886 47 – 58 10 53 525 316 3.156 59 – 70 29 65 1.871 33 964 71 – 82 27 77 2.066 39 1.049 83 – 94 8 89 708 332 2.660 95 – 106 2 101 201 914 1.828 Jumlah 77 5.411 10.544 Keterangan : f = frekuensi x = nilai tengah Nilai terendah = 0,37 Nilai tertinggi = 1,04 Rata-rata = = 1,155 meter Simpangan baku = = = 11,8 meter Koefisien variasi = x 100% = 17%

(29)

B. Pembahasan

1. Diameter

Berdasarkan hasil pengamatan ada beberapa penjelasan dan teknik cara membudidayakan tanaman gaharu yang dapat dijadikan suatu perbandingan terhadap tanaman gaharu yang telah penulis teliti, salah satunya menurut ( Anonim, 2012) teknik inokulasi dengan inokulan terhadap

pohon gaharu berbeda sesuai dengsan bentuk inokulannya. Pada pelaksanaan penginokulansian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batang. Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur pohon tersebut berkisar 4-5 tahun atau diameter batamng sudah mencapai 8-10 cm.

Adapun hasil pengukuran untuk diameter gaharu (A. malaccensis) tingkat semai yang telah penulis teliti sebanyak 7 anakan gaharu dan berumur 4 tahun dengan jarak tanam 5 meter x 5 meter hanya memperoleh data statistik sebesar adalah 0,66 cm untuk nilai diameter rata-rata dengan simpangan baku sebesar 0,12 dan kofisien variasi sebesar 18%.

2. Tinggi

Penelitian diameter gaharu (Aquilaria malacensis) sebanyak 77 anakan gaharu dengan jarak tanam 5m x 5m. Dari hasil pengukuran tinggi tanaman gaharu (Aquilaria malacensis) didapatkan data statistik nilai tinggi 70,3 cm untuk nilai rata-rata tinggi dengan simpangan baku sebesar 11,8 dan koefisien variasi 17%.

Pada statistic diameter dan tinggi terlihat bahwa nilai koefisien variasi masing-masing yaitu 18% dan 17% nilai koefisien variasi tersebut terletak antara 18-17%,maka ini berarti bahwa nilai terendah dengan nilai tertinggi

(30)

memiliki nilai kesenjangan yang besar. Sehingga dapat diartikan bahwa tanaman gaharu (Aquilaria malacensis) yang di tanam dalam areal pengukuran memiliki pertumbuhan yang tidak seragam.

Pertumbuhan yang tidak seragam tersebut dikarenakan adanya persaingan untuk memperoleh baik cahaya matahari maupun unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman gaharu (Aquiularia malacensis).

Ruchaemi (2002), Semakin baik keadaan tempat tumbuh untuk suatu

jenis pohon maka akan semakin baik pula pertumbuhannya. Tergantung dari tempat tumbuh dapat saja dalam suatu areal pertumbuhan,produksi masa kayu suatu jenis yang sama sangat berbeda walaupun umurnya sama.

Faktor yang menentukan percepatan pertumbuhan diameter dan tinggi adalah udara,keadaan tempat tumbuh dan perlakuan terhadap tanaman ( Anonim, 2013).

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengukuran pada Gaharu (A. malacensis) tingkat semai di hutan adat kampung Long Bangun Ulu, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi hutan yang ada di desa Long Bagun Ulu termasuk hutan sekunder karena vegetasi dalam proses perkembangan.

2. Sampling merupakan tatanan cara dalam penarikan contoh yang metode pengukurannya hanya dilakukan pada sebagian elemen dari populasi, pendugaan karakteristik suatu populasi berdasarkan sampel yang diambil dari populasi tersebut yang digunakan untuk memperoleh memperoleh nilai dugaan dari populasi yang sedang dipelajari.

3. Didapatkan data statistic diameter rata-rata sebesar 0,66 cm, standar devisiasi 0,12 cm dan koefisien variasi sebesar 18%.

4. Pengukuran tinggi didapatkan data statistic tunggi rata-rata sebesar 70,3 cm, Standar devisiasi 11.8 dan koefisien variasi sebesar 17%.

B. Saran

Faktor-faktor seperti keadaan tempat tumbuh dan perlakuan terhadap tanaman serta pemberantasan terhadap serangan hama dan penyakit akan sangat penting untuk diperhatikan, untuk memperoleh pertumbuhan yang mendekati seragam dan mengurangi nilai kesenjangan besar terhadap nilai pohon terendah dengan nilai pohon tertinggi.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

JULIUS,2010 http://juliusthh07.blogspot.co.id/2010/02/pengukuran-lbds-dan-volume-pohon.html

SOEHARTONO AND NEWTON, 2002. Laju pertumbuhan tanaman gaharu (Aquilaria malacensis).

SUMARNA, 2002. Hubungan kondisi tajuk pohon induk terhadap pertumbuhan.

SUSILO, 2003. Bahwa Reaksi Pohon Penghasil Gaharu Tidak Sama Baik Waktu Maupun Jenis Gubal Gaharu Yang Akan Dihasilkannya.

SANTOSO DKK, 2007. Bagian Tanaman Penghasil Gaharu Yang Digunakan Adalah Bagian Kayu Yang Membentuk Gubal Resin, Sebagai Produk Metabolit Sekunder.

SURATA, 2001 DALAM FAJERIANI 2007. Pohon Gaharu Tumbuh Di Daerah Tropis Dengan Penyebarannya Di Asia, Mulai Dari India, Pakistan, Myanmar, Srilanka, Laos, Kamboja, Thailand, Cina Selatan, Malaysia Dan Indonesia.

TARIGAN, 2004. Taksonomi Tanaman Gaharu (A. Malaccensis Lamk.)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Taksonomi Tanaman Gaharu (A. Malaccensis Lamk.)Diunduh pada tanggal 04 Agustus 2016.

WULANDARI, 2000. Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lamk.) Merupakan Nama Perdagangan Dari Produk Kayu (Incense) Yang Dihasilkan Oleh Beberapa Spesies Pohon Penghasil Gaharu.

(33)

Gambar 1.Pengambilan data diameter tanaman gaharu (Aquilaria malacensis)

(34)

Gambar 3. Penomoran tanaman gaharu (Aquilaria malacensis)

Gambar

Gambar 1. Pengukuran Diameter
Table 3. Distribusi tinggi tanaman gaharu (Aquilaria malacensis)  Kelas interval  (cm)  f  x  fx  (xi-Maen)^2  f(x-x rata)^2      35  –  46   1  41  41  886  886      47  –  58   10  53  525  316  3.156      59  –  70   29  65  1.871  33  964      71  –  8
Gambar 2. Pengambilan data tinggi tanaman gaharu (Aquilaria malacensis)
Gambar 3. Penomoran tanaman gaharu (Aquilaria malacensis)

Referensi

Dokumen terkait