• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG

CIPTA KARYA

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANGAN

3.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

A. AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL TERKAIT BIDANG CIPTA KARYA

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam

pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya

berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan

pembangunan nasional.

B. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL 2005 – 2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007,

merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada

(2)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka

pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat sertakebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana

(3)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPIJM, yaitu:

RPIJM ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan

dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan

permukiman.

RPIJM ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh

sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

RPIJM ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yangdilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehinggaterwujud kota tanpa permukiman kumuh.

C. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015 – 2019

Tema besar RPIJM ke 3 (2015 – 2019) adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.

Beberapa arahan dalam bidang infrastruktur adalah:

 Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan

dasar masyarakat. Akses kepada sumber-sumber air bersih tercapai 100%

(4)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

 Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana

dan sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Terciptanya kota tanpa permukiman kumuh.

 Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang

 Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi.

 Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan

fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air.

 Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk

mendukung pembangunan pertanian.

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun

MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam

dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

(5)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan KemiskinanIndonesia (MP3KI)

Sesuai dengan agenda RPIJM 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunantingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan padatahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable

livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperanpenting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/ P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

(6)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

Kawasan Ekonomi Khusus

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karyamemiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

B. AMANAT PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN TERKAIT BIDANG CIPTA KARYA

Perangkat peraturan perundangan yang dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, adalah sebagai berikut:

(7)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

A. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada

kabupaten lima puluh kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan

perumahan dan kawasan permukiman pada kabupaten lima puluh kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten lima puluh kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap

pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada kabupaten lima puluh kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada kabupaten lima puluh

kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan

serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada kabupaten lima puluh kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi Sumatera Barat

dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

(8)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahan dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan

provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada kabupaten Lima Puluh Kota.

k. Menetapkan lokasi Kawasan Siab Bangun (Kasiba) dan

Lingkungan Siap Bangun (Lisiba).

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam

menjalankan tugasnya yaitu:

1. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada kabupaten Lima Puluh Kota.

3. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan

dan kawasan permukiman pada kabupaten Lima Puluh Kota.

4. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan

perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada kabupaten Lima Puluh Kota.

5. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan

perumahan dan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

6. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan

bagi MBR pada kabupaten Lima Puluh Kota.

7. Memfasilitasi kerja sama pada kabupaten Lima Puluh antara

pemerintah kabupaten Lima Puluh Kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

(9)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

8. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai

perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada kabupaten Lima Puluh Kota.

9. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh

dan permukiman kumuh pada kabupaten Lima Puluh Kota.

Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman,

pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.

UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yangtidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa

penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan

konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan

pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.

(10)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.

Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:

a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung

dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, system penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai

cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.

c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan

(11)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

B.C Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam

hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.

Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi. Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.

B.D Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

(12)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan

sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu,

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber

dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan

jumlah sampah,

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

B.E Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah

(13)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan,

perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan

pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

A. AMANAT INTERNATIONAL BIDANG CIPTA KARYA

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

C.A Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu

dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan

permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.

Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

C.B Konferensi Rio+20

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang

(14)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002. Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii) kerangka aksi dan instrument pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).

C.C Millenium Development Goal

Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi

tujuan dan sasaran pembangunan millennium (Millenium

Development Goals). Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya.

(15)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.

Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.

C.D Agenda Pembangunan Pasca 2015

Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca 2015, sebagai berikut:

a. Mengakhiri kemiskinan

b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan

gender

c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran

seumur hidup

(16)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik

f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi

g. Menjamin energi yang berkelanjutan

h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan,

dan pertumbuhan berkeadilan

i. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan

j. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif

k. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai

l. Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan

mendorong

m.pembiayaan jangka panjang

Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah:

1. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di

rumah, dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,

2. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses

universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,

3. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals)

dengan pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan sebanyak z%,

4. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah

perkotaan dan dari industri sebelum dilepaskan.

Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk bersama-sama untuk bekerja

(17)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

bukan tentangbantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka kebijakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

3.1.2 ARAHAN PENATAAN RUANG

A. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan

strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW

dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW. c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas

(18)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

B. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2012, beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi Sumatera Barat untuk penyusunan RPIJM Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :

1. Sarilamak ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal

2. Pengembangan jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan yang

menghubungkan simpul – simpul sebagai berikut :

a. Kota Padang – Kota Bukittinggi;

b. Kota Bukittinggi – Kota Payakumbuh;

c. Kota Payakumbuh – Sarilamak – Batas Riau.

3. Pembangunan jalan baru jaringan arteri primer meliputi ruas jalan

dan jembatan yaitu ruas jalan Buluah Kasok – Batas Riau dan jembatan Kelok 9 (Sembilan)

4. Pembangunan jalan baru jaringan jalan kolektor primer meliputi

ruas jalan dan jembatan yaitu ruas jalan Pangkalan Koto Baru – Sialang - Gelugur – Batas Provinsi Riau

(19)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

5. Pengembangan terminal regional Tipe B meliputi terminal

Kabupaten Lima Puluh Kota

6. Peningkatan jaringan transportasi sungai dan danau yang

ditujukan untuk kegiatan pariwisata yaitu Danau Buatan Koto Panjang Kabupaten Lima Puluh Kota (Batas Provinsi Riau)

7. Pengembangan Bandar udara selain Bandar Udara Internasional

Minangkabau di Kabupaten Lima Puluh Kota

8. Arahan pengembangan kawasan lindung meliputi :

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air di Kabupaten Lima Puluh Kota

b. Kawasan perlindungan setempat yaitu kawasan sekitar danau

buatan Koto Panjang

c. Kawasan cagar alam Gunuang Sago di Kabupaten Lima Puluh

Kota

d. Kawasan taman wisata alam Lembah Harau di Kabupaten Lima

Puluh Kota

e. Kawasan tanah rawan longsor termasuk dalam jalur sesar aktif

(patahan semangko) di Kabupaten Lima Puluh Kota sampai wilayah perbatasan Provinsi Riau.

f. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Lima Puluh Kota

g. Kawasan cagar alam geologi yaitu kawasan keunikan bentang

alam berupa kawasan karst di Lembah Harau

h. Kawasan rawan bencana alam geologi meliputi kawasan rawan

gerakan tanah tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota dan kawasan yang terletak disepanjang Patahan Semangko

i. Kawasan lindung lainnya berupa lubuak larangan di Kabupaten

Lima Puluh Kota

9. Arahan pengembangan kawasan budidaya meliputi :

a. Kawasan hutan produksi meliputi kawasan perkebunan di

(20)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

b. Kawasan pertanian pangan meliputi kawasan pertanian lahan

kering dan hortikultura dan kawasan agropolitan di Kabupaten Lima Puluh Kota

c. Kawasan perikanan budi daya air tawar dan budi daya tambak

d. Kawasan pariwisata dengan memperhatikan Destinasi

Pengembangan Pariwisata (DPP) termasuk dalam DPP I

e. Kawasan strategis propinsi meliputi kawasan Poros Barat –

Timur yaitu koridor jalan nasional dari Kota Padang sampai batas Provinsi Riau, kawasan minapolitan dan kawasan Pangkalan Koto Baru

10. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryan

melalui:

a. prasarana perumahan dan permukiman melalui pembangunan

rusunawa (rumah susun sederhana sewa)

b. pengembangan sarana dan prasarana perumahan seperti jalan

poros, jalan lingkungan, jalan setapak dan drainase

c. Penyediaan sarana dan prasarana air minum terutama pada

kawasan rawan air minum di perkotaan dan perdesaan

d. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada

setiap rumah sakit

e. Pembangunan TPA di Rimbo Piobang Kabupaten Lima Puluh

(21)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

C. Arahan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

D. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan

(22)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. Adapun Kabupaten Lima Puluh Kota tidak termasuk dalam Kawasan Perhatian Investasi (KPI)

3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS A. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PULAU

Berdasarkan peraturan presiden Nomor 13 Tahun 2012 Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau Sumatera untuk penyusunan RPIJM Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :

1. Pemantapan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan

Pengumpan Pulau Sumatera yang menghubungkan Jaringan Jalan Lintas Barat Pulau Sumatera, Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Sumatera, dan/atau Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera meliputi jaringan jalan arteri primer: Padang – Bukittinggi – Payakumbuh – Pangkalan – Tanjuang Pauh.

2. Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pengendalian

perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan lindung yang bervegetasi hutan tetap serta rehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi dilakukan di kawasan hutan lindung kabupaten Lima Puluh Kota

3. Pengembangan pengelolaan dan pemertahan fungsi cagar alam

Melampah Alahan Panjang (Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman), Cagar Alam Gunung Sago (Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Tanah Datar) dan Cagar Alam Aia Putih (Kabupaten Lima Puluh Kota)

4. Pemertahanan fungsi dan pelestarian kawasan suaka alam dan

(23)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

dilakukan di Cagar Alam Melampah Alahan Panjang (Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman

5. Penetapan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan

mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana, pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana alam, dan penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana dilakukan pada kawasan tanah longsor di Kabupaten Lima Puluh Kota.

6. Pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan

batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi, rehabilitasi kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi yang terdegradasi, serta pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun di sekitar kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi dilakukan pada keunikan bentang alam berupa ngarai, lembah dan amphiteater di Lembah Harau

7. Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan

hutan sebagai upaya untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan ekosistemnya dilakukan pada kawasan hutan di Kabupaten Lima Puluh Kota

8. Rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami

deforestasi dan degradasi dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Lima Puluh Kota

9. Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan

beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan

(24)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

serta pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai dengan kesesuaian lahan serta pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai dengan kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota

10. Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah

beririgasi menjadi non sawah dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota

11. Pengembangan kawasan agropolitan sebagai pusat pelayanan dan

pusat koleksi-distribusi produksi pertanian dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota

12. Perlindungan luas lahan hortikultura dan mengendalikan alih

fungsi peruntukan lahan hortikultura dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota

13. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan

perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota

14. Pengembangan dan rehabilitasi kawasan peruntukan

pertambangan mineral dan batu bara di Kabupaten Lima Puluh Kota

15. Pengendalian pengembangan kawasan peruntukan pertambangan

pada kawasan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota

Pengendalian pengembangan kawasan peruntukan pertambangan yang berpotensi merusak kawasan berfungsi lindung dan/atau mengubah bentang alam dilakukan di Kabupaten ZLima Puluh Kota.

(25)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

3.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.2.1 RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN (RKP)KABUPATEN LIMA

PULUH KOTA

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu dokumen strategi operasional dan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program – program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RKP memuat arahan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten Lima Puluh Kota yang berbasis pada RTRW dan RPJMD Kabupaten Lima Puluh Kota.

RKP Kabupaten Lima Puluh Kota sedang dalam proses penyusunan. Oleh sebab itu acuan untuk program – program pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman adalah RTRW dan RPJMD.

Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Lima Puluh Kota, rencana penataan dan pengembangannya sebagai berikut:

1. Seiring dengan pengembangan Perkotaan Sarilamak sebagai ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota, maka permukiman di perkotaan Sarilamak ini akan meningkat pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan

(26)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

Siap Bangun (Lisiba) Berdiri Sendiri. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman dihuni;

2. Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;

3. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih;

4. Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai

dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti

penyediaan jaringan drainase dan pemasangan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan permukiman baru harus menghindari pola enclove; serta

5. Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno, bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara. Selanjutnya bangunan dapat dialihfungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi bangunannya.

Terkait dengan permukiman perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota, rencana penataan dan pengembangannya sebagai berikut:

1. Kawasan permukiman perdesaan secara teknis berada pada kawasan yang aman dari kawasan rawan bencana

2. Pengembangan permukiman pedesaan yang mengutamakan akses menuju pusat-pusat pertumbuhan desa.

(27)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

Luas kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah 7,790 Ha atau sekitar 2.32 % dari luas wilayah kabupaten. Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota terletak di pergunungan dan dataran tinggi dan dataran rendah. Setiap lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-masing. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi, pengembangan permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian hortikultura, dan pariwisata. Pada kawasan ini perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campuran, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan penggunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untuk kawasan terbangun.

Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam

(28)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

3.2.2 RENCANA INDUK PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) adalah suatu rencana jangka panjang (15-20tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan airminum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi - dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

Berdasarkan Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2009, Rencana sistem penyediaan air minum Kabupaten Lima Puluh Kota dirancang untuk memenuhi kebutuhan air sampai tahun 2023, Pengembangan SPAM ini direncanakan dalam 4 tahap, yaitu :

1. Tahap I yaitu tahun 2009-2010 2. Tahap II yaitu tahun 2011-2015 3. Tahap III yaitu tahun 2016-2020 4. Tahap IV yaitu tahun 2021-2023

Kegiatan Utama dalam setiap tahap pembangunan meliputi kegiatan :

(29)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

 Penurunan tingkat kehilangan air, diarahkan untuk SPAM

perpipaan dimana kehilangan air pada akhir tahun perencanaan diperkirakan 20%.

 Pengembangan sistem produksi, dilakukan dengan cara

peningkatankapasitas produksi pada sistem lama (optimalisasi dan uprating) dan pembangunan unit produksi baru (pengembangan) yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan air.

 Pengembangan jaringan distribusi, diarahkan untuk jaringan

perpipaan dan Non perpipaan Komunal dengan memperhatikan arah perkembangan wilayah dan minat dari masyarakat sebagai konsumen.

 Pengembangan Sumber Daya Manusia pengelola.

 Peningkatan Kelembagaan dan Organisasi.

Konservasi sumber daya air.

3.2.3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

Visi Kabupaten Lima Puluh Kota dalam bidang sanitasi adalah terwujudnya Kabupaten Lima Puluh Kota yang sehat dengan peningkatan layanan sanitasi yang berwawasan / ramah lingkungan tahun 2017.

Program pengembangan sanitasi di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah:

1. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene dilaksanakan oleh 2 (dua) Dinas dan 1(satu) badan yaitu :

a. Dinas Kesehatan, memiliki dua program yaitu

- Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 4 kegiatan yaitu Kegiatan Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat, Kegiatan

(30)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup sehat, Kegiatan Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh Kesehatan dan Kegiatan monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (Monev).

- Program Pengembangan Lingkungan Sehat dengan 4 kegiatan yaitu Kegiatan Pengkajian Pengembangan Lingkungan, Kegiatan Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat, Kegiatan sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat, dan Kegiatan Monev.

b. Dinas Pekerjaan Umum, memiliki Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan dengan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perdesaan yang lebih dikenal dengan nama Pamsimas ( Program Penyediaan Air Minum Sanitasi yang Berbasis Masyarakat ). Program ini lebih menekankan kepada perubahan perilaku masyarakat menjadi hidup bersih dan sehat.

c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), mempunyai Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota Menengah dan Besar dengan Kegiatan Koordinasi Perencanaan Air Minum, Drainase dan Sanitasi Perkotaan (Pamsimas). Bappeda sebagai koordinator program Pamsimasnya.

2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kabupaten Lima Puluh Kota belum membutuhkan pengelolaan limbah secara Off-site karena mengingat luasnya daerah dengan kepadatan penduduk yang kecil sehingga lebih diintensifkan dengan sistem On-site.

Untuk penentuan zona dan sistem sanitasi sub-sektor air limbah sebagai berikut :

(31)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

1. Koto Baru Simalanggang

2. Sarilamak

3. Guguak VIII Koto

4. Muaro Paiti

- Zona 2 : On site individual / komunal jangka menengah:

1. Koto Tangah Batu Hampa

2. Mungo

3. Batu Balang

4. Sialang

5. Manggilang

6. Pangkalan

- Zona 3 : On site komunal jangka panjang :

1. Simalanggang

2. Koto Tangah Simalanggang

3. Sungai Kamuyang

4. Tanjuang Aro Sikabu

5. Bukik Sikumpa 6. Situjuah Batua 7. Ladang Laweh 8. Tarantang 9. Harau 10. Koto Tinggi 11. Galugua 12. Koto Alam 13. Gunuang Malintang

3. Peningkatan Pengelolaan Persampahan

Penentuan zona dan sistem sanitasi sub-sektor persampahan sebagai berikut :

(32)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

- Zona 1 : Peningkatan cakupan layanan hingga min. 70% (TPS – TPA) + pemilahan sampah berbasis rumah tangga jangka pendek/menengah :

1. Koto Baru Simalanggang 2. Sarilamak

3. Guguak VIII Koto 4. Muaro Paiti

- Zona 2 : Pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat + pemilahan sampah berbasis rumah tangga (TPS – TPA) jangka menengah/panjang :

1. Koto Tangah Batu Hampa 2. Mungo

3. Batu Balang 4. Sialang 5. Manggilang 6. Pangkalan

- Zona 3 : Pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pengangkutan secukupnya (TPA - TPS) jangka menengah ke jangka panjang :

1. Simalanggang

2. Koto Tangah Simalanggang 3. Sungai Kamuyang

4. Tanjuang Aro Sikabu 5. Bukik Sikumpa 8. Sarilamak 9. Tarantang 10. Harau 11. Koto Tinggi 12. Galugua

(33)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

6. Situjuah Batua 7. Ladang Laweh

13. Koto Alam

14. Gunuang Malintang

- Zona 4 : Pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pengangkutan secukupnya (TPA - TPS) jangka panjang berbasis masyarakat :

1. Sungai Beringin 2. Taeh Baruah 3. Piobang 4. Taeh Bukik 5. Batu Hampar 6. Sarik Laweh 7. Suayan 8. Pauah Sangik 9. Sungai Balantik 10. Durian Gadang 11. Andaleh 12. Halaban 13. Ampalu 14. Tanjuang Gadang 20. Situjuah Banda Dalam 21. Situjuah Batua 22. Tungka 23. Taram 24. Bukik Limbuku 25. Koto Tuo 26. Lubuak Balingkok 27. Gurun 28. Solok Bio-bio 29. Pilubang 30. Koto Bangun 31. Durian Tinggi 32. Tanjung Balik 33. Tanjung Pauh 39. Mungka 40. Talang Maua 41. Simpang Kapuak 42. Sungai Antuan 43. Kurai 44. Suliki 45. Limbanang 46. Sungai Rimbang 47. Tanjung Bungo 48. Andiang 49. Koto Tangah 50. Banja Laweh

(34)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

15. Sitanang 16. Batu Payuang 17. Labuh Gunung 18. Balai Panjang 19. Situjuah Gadang 34. Kubang 35. Simpang Sugiran 36. Sungai Talang 37. VII Koto Talago 38. Jopang Manganti 51. Maek 52. Sungai Naniang 53. Baruah Gunuang 54. Pandam Gadang 55. Talang Anau 56. Koto Lamo 57. Lubuak Alai

3.2.4 RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan dan merupakan inti dan pusat pertumbuhan dari Kota Sarilamak.

Penetapan kawasan strategis Kabupaten didasarkan atas sudut pandang pertumbuhan ekonomi, dimana penetapan tersebut berdasarkan beberapa kriteria berikut:

 Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

 Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

ekonomi nasional;

(35)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

 Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan

ekonomi;

 Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi

dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

 Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, kawasan perkotaan Sarilamak yang merupakan Ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota yang tentu saja menjadi pusat kegiatan pemerintahan kabupaten, oleh karena itu, perkembangan kawasan ini tentu saja akan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan kabupaten. Maka dari itu perlu kiranya menetapkan kawasan perkotaan Sarilamak sebagai kawasan stategis guna memacu perkembangan kota. Kawasan ini termasuk ke dalam kawasan strategis berdasarkan aspek ekonomi.

Untuk mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang tertata, berkelanjutan, dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat maka ditetapkanlah RTBL Koridor Jalan Kota Sarilamak melalui Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 66 Tahun 2013.

3.2.5 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Tabel 3.1 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

(36)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2017 - 2021

RENCANA (ADA/TIDAK) PEMBANGUNAN PROGRAM/

KEGIATAN

1. RKP

2. RISPAM

3. SSK

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut. Sampai usia dua tahun, perkembangan anak terpusat pada pengenalan lingkungan, penguasaan gerak fisik, dan belajar

Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan

SISTEM DTMF SEBAGAI PENGENDALI JARAK JAUH PADA RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS ALAT PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK PENGHASIL PUPUK PADAT.. (2016 : xvii + 65halaman + 46gambar

Hubungan Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Intensi Menggunakan Alat Kontrasepsi Setelah Kelahiran Anak Pertama pada Wanita Usia Subur yang

4 Menurut Sanafiah Faisal yang dikutip oleh Spradly mengemukakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sumber informasi sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Pada lansia hal yang menjadi sumber stres bisa berupa : kondisi fisik yang semakin menurun sehingga tidak sekuat pada masa muda dulu dan seringkali diikuti dengan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pendidikan terutama yang menyangkut

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.