1
STUDI SANITASI LINGKUNGAN NELAYAN TRADISIONAL DI
KENAGARIAN PUNGGASAN UTARA KECAMATAN LINGGO
SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Oleh
Mella Junita*, Slamet Rianto, M.Pd **, Rozana Eka Putri, S.Pd., M.Si
**
*)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera BaratABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikondisi sanitasi lingkungan nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti dilihat dari: 1) kondisi lingkungan sosial, 2) kondisi jamban, 3) kondisi pengelolaan sampah, 4) kondisi perumahan atau tempat tinggal. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga nelayan tradisional yang ada di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti yang berjumlah 214 KK. Sampel responden ditentukan dengan menggunakan teknik
proporsional random sampling dengan proporsi 50% sehingga sampel responden berjumlah 108 KK. Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Lingkungan sosial nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo sari Baganti termasuk kategori cukup baik dengan persentase 73,14%, 2) Jamban di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kategori tidak baik dengan persentase 46,5%, 3) Pengelolaan sampah di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kategori kurang baik dengan persentase 58,59%, 4) Perumahan atau tempat tinggal di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kategori kurang baik dengan persentase 58,59%.
Kata Kunci : Sanitasi Lingkungan, Kondisi Lingkungan Sosial, Kondisi jamban, Pengelolaan Sampah, Perumahan atau Tempat Tinggal.
2
ENVIRONMENTAL SANITATION STUDY OF TRADITIONAL FISHERMEN
DI KENAGARIAN PUNGGASAN UTARA KECAMATAN LINGGO SARI
BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Oleh
Mella Junita*, Slamet Rianto, M.Pd **, Rozana Eka Putri, S.Pd., M.Si
**
*)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera BaratABSTRACT
This study aims to determine the environmental sanitation of traditional fishermen in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti views of : 1 ) the social environment , 2 ) the condition of latrines , 3 ) waste management , 4 ) the condition of housing or shelter. This research is descriptive . The population of this study are all traditional fishing family head 's in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti totaling 214 households . The sample of respondents was determined using proportional random sampling technique with a proportion of 50 % that the sample of respondents numbered 108 families . The results of the study found that : 1) the social environment of traditional fishermen in North Punggasan kenagarian districts Linggo Baganti cider category quite well with the percentage of 73.14 %, 2) Toilet in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti category is not well with the percentage of 46.5 % , 3) Waste management in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti including unfavorable category with a percentage of 58.59 % , 4) Housing or shelter in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti including unfavorable category with a percentage of 58.59 % .
Keywords: Environmental Sanitation, Social Environmental Condition, Condition latrine, Waste Management, Housing or Shelter.
3
PENDAHULUANMenurut Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manjusia dan mahluk hidup lainnya.
Setiap mahluk hidup tergantung pada lingkungan, begitu pula kehidupan keluarga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, antara lain lingkungan yang bersifat
fisik. Rendahnya tingkat kebersihan
lingkungan keluarga banyak ditemukan pada keluarga miskin. Tuntunan dalam komonitas penghuni wilayah-wilayah khusus, seperti pemukiman kumuh, perumahan nelayan,
daerah aliran sungai. Permasalahan
rendahnya tingkat kebersihan keluarga
merupakan permasalahan yang selalu
dihadapi masyarakat yang berpenghasilan rendah yaitu keluarga yang memiliki mata pencarian sebagai nelayan.
Juwono (1998) mengatakan
nelayan adalah orang yang bekerja dalam sumber daya hewani air sebagai sumber kehidupan. Nelayan dapat digolongkan menurut beberapa kategori berdasarkan lokasi kerja nelayan dibedakan menjadi nelayan pedalaman dan nelayan laut. Nelayan pedalaman adalah nelayan yang bekerja di perairan pedalaman seperti sungai, danau, dan rawa-rawa. Nelayan laut adalah nelayan yang bekerja diperairan laut. Penduduk yang bermata pencarian nelayan pada umumnya bermukim dan mempunyai rumah yang berbatasan dengan laut.
Permasalahan yang mendasar pada
masyarakat nelayan tradisional adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia seperti ini mengakibatkan masyarakat nelayan belum sepenuhnya mampu mengelola lingkungan secara baik dan benar. Sesuai dengan terselenggaranya Negara dari kerusakan dan sanitasi lingkungan. Hal ini terlihat dari
banyaknya masyarakat yang belum
memenuhi kriteria lingkungan sehat dan pola hidup sehat seperti pekarangan rumah yang dekat dengan tempat ternak hewan, jamban disembarangan tempat dan selain itu
banyak yang membuang sampah di
sembarangan tempat.
Timbulnya berbagai macam
penyakit disebabkan oleh buang air besar
disembarangan tempat, sampah yang
menumpuk, dan saluran air mandi yang tergenang. Oleh sebab itu masyarakat sangat
berperan dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Adanya pengetahuan yang dimiliki seseorang menentukan prilaku yang
menjaga kebersihan lingkungan.
Pengetahuan tentang penting lingkungan bersih dapat menciptakan pola hidup sehat. Pengetahuan lingkungan bisa menimbulkan kesadaran nelayan terhadap lingkungan.
Visi Rencana Strategis yang ingin dicapai Depkes adalah “Masyarakat yang Mandiri dan Berkeadilan“. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani,
2. Melindungi kesehatan masyarakat
dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan,
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumberdaya kesehatan,
4. Menciptakan tata kelola keperintahan
yang baik.
Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010-2014, yaitu:
1. Meningkatkan pemberdayaan
masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan
yang merata, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti,: dengan
pengutamaan pada upaya promotif dan preventif
3. Meningkatkan pembiayaan
pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan social kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan
pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan,
pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
4
6. Meningkatkan manajemen kesehatan
yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.
Di Kenagarian Punggasan Utara masih banyak terlihat kurangnya partisipasi dan kerja sama masyarakat dalam mengelola lingkungan, hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang melakukan buang air besar disepanjang pinggir pantai, sampah yang berserakan, rumah yang dekat dengan kandang ternak, serta air limbah rumah tangga dan limbah kamar mandi yang langsung ke tanah.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Studi Sanitasi Lingkungan
Nelayan Tradisional di Kenagarian Punggasan Utara Kecamatan Linggo Sari Baganti”.
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan pembatasan
masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab diatas, maka penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini tertuju pada pengungkapan masalah yang terjadi pada masa sekarang sebagaimana adanya, penelitian ini akan mendeskripsikan kajian sanitasi lingkungan nelayan dalam mengelola tempat tinggal.
Sesuai dengan pembatasan
masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab diatas, maka penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini tertuju pada pengungkapan masalah yang terjadi pada masa sekarang sebagaimana adanya, penelitian ini akan mendeskripsikan kajian sanitasi lingkungan nelayan dalam mengelola tempat tinggal.
Sampel penelitian diambil dengan
menggunakan teknik Proporsional Random
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan proporsi 50%. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto(1998) bahwa penelitian yang jumlah populasinya kurang dari seratus maka seluruh sampel di ambil, dan bila jumlah sampel lebih dari seratus maka jumlah sampel diambil 10-15% atau 25-30% atau lebih.
Data Menggunakan skala Buttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dinyatakan. Jawaban dapat dibuat tertinggi satu dan terendah nol (Sugiyono, 2010:96).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan geografis daerah secara umum merupakan gambaran gejala kondisi
keruangan suatu daerah, serta aspek
kehidupan dapat dibagi atas dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Kecamatan Linggo Sari Baganti
secara geografis terletak pada
100049’23”BT’- 101004’23”’ BT dan 1038’14
LS”- 1058’14” LS.
Adapun batas-batas Kecamatan
Linggo Sari Baganti yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan
kecamatan Ranah Pesisir
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Pancung Soal
c. Sebelah Timur berbatasan dengan
Bukit Barisan kabupaten Solok
d. Sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Indonesia PEMBAHASAN
Berdasarakan hasil penelitian,
diperoleh gambaran sebagai berikut:
Pertama: kondisi lingkungan sosial nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria cukup baik dengan persentase 73,14%. Hal ini dapat dilihat dari kesukaan masyarakat dalam melakukan gotong royong 53% (tidak baik), hubungan antar masyarakat 77,25% (cukup baik), contoh hubungan dalam masyarakat 75,5% (cukup baik), komunikasi dalam masyarakat 78% (cukup baik), cara penyelesaian perselisihan yang baik 87,5% (baik),
hubungan antara masyarakat tempat
penelitian dengan masyarakat tetangga 56,25% (kurang baik), dan pengaruh adat istiadat dalam rumah tangga 84,5% (baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Ismail (2011) lingkungan sosial dalah hubungan
interaksi antara masyarakat dengan
lingkungan. Jika nilai sosial tentang
lingkungan berubah atau terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat terhadap lingkungan juga berubah atau bergeser. Itulah sebabnya masyarakat dan nilai sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan buruknya lingkungan social.
5
Kedua: kondisi jamban nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria tidak baik dengan persentase 46,5%. Hal ini dapat dilihat dari tempat BAB masyarakat 60,75% (kurang baik), jenis kamar mandi dan jamban 46,75% (tidak baik), jumlah kamar mandi 39,25% (tidak baik), tempat pembuangan limbah rumah tangga 38% (tidak baik), kebersihan jamban 29,5% (tidak baik), bangunan jamban umum yang ada 53,25% (tidak baik), pandangan masyarakat terhadap rumah yang tidak ada jamban 25,75% (tidak baik), tempat mandi 69,25% (cukup baik), jarak jamban sumur 37,75% (tidak baik), dan tipe jamban masyarakat 64,75% (cukup baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) Jamban merupakan tempat pembuangan kotoran manusia. Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh manusia, dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Kotoran manusia disini adalah tinja dan air seni. Tinja bisa menyebabkan penyebaran penyakit, beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing.Pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan menurut Sukarni (1994:98) adalah sebagai berikut:
1. Tidak boleh mengotori rumah
pemukiman.
2. Tidak mengotori air pemukiman.
3. Tidak mengotori air tanah.
4. Kotoran tidak boleh terbuka
sehingga dapat dipakai sebagai
tempat lalat bertelur dan
berkembang biak.
5. Kakus harus terlindung dari orang banyak.
6. Jarak kakus dan sumur tidak kurang
dari 10 meter.
Ketiga: kondisi pengelolaan sampah nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria kurang baik dengan persentase 58,59%. Hal ini dapat
dilihat dari cara masyarakat dalam
mengelolah sampah 72,5% (cukup baik), jumlah tempat sampah 37,75% (tidak baik), jumlah TPS yang ada dikampung 25% (tidak
baik), pendapat masyarakat dalam
pengolahan sampah yang baik 90% (sangat
baik), keinginan masyarakat dalam
mengelolah sampah demi meningkatkan kebersihan 83,75% (baik), cara pengolahan sampah yang umum dilakukan 51,75% (tidak baik), memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk 56,75% (kurang baik), dan pemisahan antara sampah organik dan anorganik 51,25% (tidak baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Suyono (2000) Sampah adalah sebagai suatu benda atau hal-hal yang dipandang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang
sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan bau yang sampai mengganggu kelangsungan hidup.
Menurut Manik (2007) jenis
sampah berdasarkan zat pembentuknya, dibedakan sebagai sampah organik dan sampah anorganik. Dalam pengelolaan sampah yang umum dilakukan menurut yaitu:
1. Pembakaran
Pengelolaan sampah dengan sistem pembakaran adalah dengan
pembuangan sampah di TPA
(Tempat Pembuangan Akhir),
kemudian dibakar. Pembakaran
sampah harus dilakukan ditempat tertutup dengan mesin dan peralatan
yang khusus dirancang untuk
pembakaran sampah.
2. Penumpukan (Dumping)
Sistem dumping ialah
pembuangan sampah dengan
penumpukan di atas tanah terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpukan begitu saja, tanpa ada
perlakuan. Cara ini dapat
berpengaruh buruk pada
masyarakat berupa sumber
penyakit, dan tempat binatang bersarang.
3. Penimbunan Berlapis
Pengelolaan sampah dengan cara penimbunan berlapis adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan sampah dengan
tanah. Cara ini memberikan
dampak positif, antara lain sampah
tidak berserakan, tidak
menimbulkan bau, serta
6
4. Pengomposan
Pengelolaan sampah dengan
cara pengomposan merupakan
pemanfaatan sampah organik
menjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan, sampah harus
dipilah-pilah sehingga sampah
organik dan anorganik terpisah.
Dalam pengelolaan sampah
menurut Entjang (1993) ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1) Pengumpulan, 2) Penyimpanan, 3) Pembuangan.
Keempat: kondisi perumahan atau tempat tinggal nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria cukup baik dengan persentase 70,04%. Hal ini dapat dilihat dari jenis rumah yang dimiliki masyarakat 68,5% (cukup baik), jenis lantai rumah 68,5% (cukup baik), jenis atap rumah 67,25% (cukup baik), jenis ventilasi rumah 82% (baik), besar rumah 49,75% (tidak baik), jumlah kamar yang dimiliki 57,75% (kurang baik), status rumah yang dimiliki 91% (sangat baik), keadaan rumah yang dimiliki 74% (cukup baik), keadaan ruang tamu 50,75% (tidak baik), tempat belajar dirumah anak-anak 63,5% (kurang baik), keluar dan masuknya cahaya matahari 77% (cukup baik), dan jenis penerangan yang dimiliki masyarakat 90,5% (sangat baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga,
dan rumah juga lambang sosial. Rumah
merupakan satu struktur fisikal yang memberi ruang dan perlindungan kepada
keluarga, rumah yang menyediakan
perserikatan kepada anggota keluarga untuk tinggal bersama sebagai satu unik. Di rumah anggota keluarga menjalankan kegiatan mereka seperti berinteraksi satu sama lain, mendapat kasih sayang, memelihara anak-anak, dan menerima tamu.
Syarat-syarat pendirian rumah yang sederhana yang harus diperhatikan oleh anggota keluarga:
1) Halaman rumah ditanami tamaman
yang menarik
2) Ruang tamu dilengkapi dengan
perlengkapan sederhana
3) Ruang makan dilengkapi dengan
peralatan makan
4) Ruang tidur dilengakapi dengan
tempat tidur
5) Memiliki ruang belajar untuk
anak-anak belajar
6) Ruang dapur dilengkapi oleh
alat-alat dapur yang sederhana
7) Meniliki kamar mandi dan kamar
kecil.
BPS Sumatera Barat (2004) tentang survei sosial ekonomi nasional bahwa secara umum kualitas rumah tinggal ditentukan oleh jenis bahan bangunan yang digunakan
secara nyata menjaminkan tingkat
kesejahteraan penghuninya. Fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga
mencerminkan tingkat kesejahteraan.
Keadaan dan kualitas serta fasilitas
lingkungan memberikan sumbangan dalam
kenyamanan hidup sehari-hari bagi
masyarakat. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kondisi lingkungan sosial nelayan
tradisional di kenagarian
Punggasan Utara kecamatan
Linggo Sari Baganti termasuk kriteria cukup baik dengan tingkat
pencapaian jawaban responden
(TCR) adalah 73,14% artinya kondisi lingkungan sosial nelayan tradisional dilihat dari kerja sama, interaksi serta pergaulan dalam bermasyarakat cukup baik.
2. Kondisi jamban nelayan tradisional
di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria tidak baik dengan
tingkat pencapaian jawaban
responden (TCR) adalah 46,5% artinya kondisi jamban nelayan tradisional dilihat dari tempat
pembuangan kotoran manusia,
sarana pembangunan, dan
pemeliharaan jamban tidak baik.
3. Kondisi pengelolaan sampah
nelayan tradisional di kenagarian
Punggasan Utara kecamatan
Linggo Sari Baganti termasuk kriteria kurang baik dengan tingkat
pencapaian jawaban responden
(TCR) adalah 58,59% artinya
kondisi pengelolaan sampah
7
sarana pengelolaan, pemeliharaan, dan pengolahan sampah kurang baik.4. Kondisi perumahan atau tempat
tinggal nelayan tradisional di
kenagarian Punggasan Utara
kecamatan Linggo Sari Baganti
termasuk kriteria cukup baik
dengan tingkat pencapaian jawaban responden (TCR) adalah 70,04% artinya kondisi perumahan atau tempat tinggal nelayan tradisional dilihat dari sarana pembangunan, pemeliharaan, dan pemanfaatan perumahan atau tempat tinggal cukup baik.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Pesisir
Selatan untuk lebih meningkatkan kondisi lingkungan sosial kearah
yang lebih baik, agar lebih
memperhatikan lingkungan sosial dan meningkatkan kerja sama antar
masyarakat dengan membentuk
organisasi dalam masyarakat.
2. Bagi pemerintah kecamatan Linggo
Sari Baganti sebaiknya mengadakan perlombaan antar kampung agar masyarakat terpacu untuk menjaga kebersihan dan pemerintah juga
harus lebih memperhatikan
kehidupan nelayan tradisional
terutama tentang perekonomian dan
kesehatan masyarakat supaya
kondisi kehidupan dan perumahan
atau tempat tinggal nelayan
tradisional lebih memadai dan lebih baik.
3. Bagi nelayan tradisional untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan,
ketertiban, dan kenyamanan
lingkungan dan mematuhi aturan
dari pemerintah tidak hanya
mengandalkan pemerintah supaya tercipta lingkungan yang bersih, tertib dan nyaman sebagaimana yang diharapkan bersama.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa dijadikan bahan rujukan dan pedoman yang bermanfaat dan
menambah wawasan pembaca
hendaknya. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Daldjoeni. 2001. http://www.Sanitasi
Lingkungan.co.id. diakses 16 Juli 2013.
Entjang. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Bandung: PT Citra Aditia Bakti Hayati Sri,dkk. 2007. Geografi SMP Kelas
VII. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. http://mohismail.blogspot.com/2011/10/apak ah-lingkungan-sosial-itu.htm http://azisthediver.blogspot.com/2009/11/nel ayan-tradisional-secara-umum-disebut.html
Juwono,Semedi Pujo. 1998. Ketika Nelayan Harus Sandar Dayung. Jakarta: Kophalindo
Kusnadi. 2002. Nelayan Strategi Adaptasi dan jaringan Sosial. Humaniora Utama Press. Bandung.
Kusnadi. 2002. Masyarakat Nelayan
Indonesia. Jakarta: Aneka Cipta.
Manik. 2007. Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: Djambatan.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Limbah
Rumah Tangga. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat: ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Rahmadanis. 2007. Prilaku Keluarga Dalam
Menjaga Kebersihan Lingkungan Pantai Di Seluruh Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah. Padang UNP.
Ruslan. 2009. Pengertian Sampah.
Darihttp://www.ipaunipersal.co.cc. Diakses pada 16 juli 2013
8
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito Bandung
Sunu. 2000. Melindungi Lingkungan.
Jakarta: Grasindo.
Suyono. 2008. Pengertian Sampah. dari
http://kebersihan