• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS SURAKARTA | SOLEKHAH | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 4015 8937 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS SURAKARTA | SOLEKHAH | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 4015 8937 1 SM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

 

IM MUHAMM

FAK

MPLEMEN MADIYAH

KULTAS K

UNIV

NTASI PEM PROGRAM

J

SITI

K

KEGURU

VERSITA

SUR

MBELAJAR M KHUSUS

JURNAL

Oleh:

SOLEKH

K8410055

UAN DAN

AS SEBEL

RAKART

2014

RAN TEMA S KOTA BA

HAH

ILMU PE

LAS MAR

TA

ATIK DI SD ARAT SURA

ENDIDIKA

RET

D

AKARTA

(2)

PENGESAHAN

Jurnal ini telah disahkan oleh dosen pembimbing skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta Juni 2014

PembimbingI

Drs. BasukiHaryono, M.Pd

NIP. 19500225 197501 1 002

PembimbingII

SianyIndriaLiestyasari, S.Ant, M.Hum

(3)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS SURAKARTA

Oleh : Siti Solekhah ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pelaksanaan pembelajaran tematik, (2) Permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, dan (3) Strategi pemecahan masalah dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di SD Muhammadiyah Program Khusus.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Teknik sampling menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi pasif, dan studi dokumen. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan metode interaktif terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, intepretasi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tematik masih memerlukan perbaikan dari berbagai sisi. (1) Pelaksanaan pembelajaran tematik diawali dengan persiapan, yakni guru membuat RPP dan menyiapkan media pembelajaran. Selanjutnya proses pembelajaran menggunakan metode diskusi dan permainan. Terakhir yakni evaluasi yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. (2) Permasalahan dalam pembelajaran tematik muncul dari siswa yang sulit mengubah pemahaman dari pembelajaran KTSP menjadi pembelajaran tematik. Dari segi orang tua siswa, belum memahami konsep pembelajaran tematik, sedangkan guru mengalami kesulitan menyusun RPP dan hasil evaluasi tematik. (3) Strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran tematik yakni guru membantu siswa beradaptasi dengan konsep tersebut. Selain itu guru mengikuti pelatihan dari pemerintah dan diskusi internal sekolah untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada. Sedangkan sekolah memberikan sosialisasi kepada orang tua tentang pembelajaran tematik.

Simpulan dari penelitian ini bahwa pembelajaran tematik dapat membantu anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui pendekatan saintifik, berpikir kritis dan diskusi kelompok. Kreatifitas guru dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran tematik, khususnya yang berasal dari siswa.

(4)

THEMATIC LEARNING IN IMPLEMENTATION OF SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS SURAKARTA.

Oleh : Siti Solekhah ABSTRACT

The objectives of this study were to understanding (1) The implementation thematic learning, (2) problems in their learning theme, and (3) strategy in their learning problem solving thematic learning in primary school Muhammadiyah Program Khusus.

This research method using descriptive qualitative research strategy with case studies. Sampling techniques using purposive sampling techniques and snowball sampling. Technical data collection to use an interview in-depth, the observation are passive, and a study documents. The Validity is data using triangulation source and triangulation method. Analysis of data using interactive methods consists of data collection, reducing data, intepretasi data, and the withdrawal conclusion.

The results showed that the thematic learning still requires improvements of the various sides. (1) Implementation of thematic learning begins with the preparation, the teachers make lesson plans and prepare instructional media. Furthermore, the learning process using the method of discussion and games. Last seen the evaluation of cognitive, affective and psychomotor. (2) Problems in thematic learning of students who appear difficult to change the understanding of learning SBC into thematic learning. In terms of the student's parents do not understand the concept of thematic learning, while teachers have difficulty preparing lesson plans and thematic evaluation results. (3) problem-solving strategies in thematic learning that teachers help students adapt to the concept. Besides the training of teachers of government schools and internal discussions to find a way out of the problem. While schools provide outreach to parents about thematic learning.

Conclusions from this research that the thematic learning can help children construct knowledge through a scientific approach, critical thinking and group discussion. Teacher’s creativity can solve various problems in thematic learning, particularly from students.

(5)

A. PENDAHULUAN

Piaget mengatakan bahwa anak

usia 7-11 tahun berada pada usia

sekolah dasar yang biasa dinyatakan

dengan masa operasi konkrit yang

secara umum telah mampu

mengembangkan kemampuan

berfikir sistematis, namun hanya

ketika mereka dapat mengacu kepada

obyek-obyek dan aktivitas-aktivitas

konkrit (William Crain, 2007:171).

Seharusnya pembelajaran yang

diterapkan mampu memenuhi

karakteristik dan kebutuhan anak

usia sekolah dasar tersebut. Akan

tetapi masih ada berbagai

permasalahan yang ada di

pembelajaran sekolah dasar. Antara

lain, disebutkan bahwa sistem

pendidikan di Indonesia masih

menekankan pada pengetahuan yang

harus dihapal, bukan pada

pengembangan berpikir kreatif siswa.

kondisi gurumemberi kontribusi

permasalahan pembelajaran, yakni

masih banyak guru-guru di Indonesia

yang melakukan pekerjaan lain, di

luar mengajar, untuk mendapatkan

penghasilan tambahan. Keadaan ini

dinilai sebagai salah satu faktor

penyebab kualifikasi minimal guru

yang tidak terpenuhi, yang mencakup

lebih dari separuh jumlah guru di

Indonesia.

Sedangkan berdasarkan

wawancara dengan seorang guru

Sekolah Dasar di Tasikhargo,

Jatisrono, Wonogiri bernama Budi

Setiawan, S.Pd, mengatakan bahwa

permasalahan pembelajaran di SD

antara lain, ada beberapa guru yang

sudah tua sehingga masih

menggunakan metode mengajar yang

konvensional. Kondisi guru yang

sudah tua menyebabkan mereka

lamban dan sulit update dengan

perkembangan yang ada.

Dari permasalahan

pembelajaran di sekolah dasar di

atas, terdapat beberapa implikasi

yang terjadi. Prestasi belajar peserta

didik menurun, mereka mengalami

kebosanan atau jenuh. Guru yang

memiliki tugas sampingan yang

banyak membuat mereka tidak dapat

bekerja (mengajar) dengan maksimal

akibatnya anak hanya diberi tugas

menulis sehingga pembelajaran

kurang maksimal. Guru yang lamban

dan kurang mampu mengkondisikan

kelas membuat murid menjadi hiper

(6)

mengganggu kelancaran belajar kelas

lain. Ketika guru tidak bisa

menguasai kelas, fokus belajar anak

menjadi rendah.

Dampak yang sangat terasa

akibat persoalan pembelajaran di

sekolah dasar tersebut adalah angka

putus sekolah di SD yang masih

tinggi. Berdasarkan data BPS, pada

tahun 2011, rata-rata nasional angka

putus sekolah untuk kelompok umur

7-12 tahun (jenjang SD) adalah 0,67

persen. Dari segi angkanya, secara

nasional terdapat 182.773 siswa SD

yang putus sekolah alias tidak

sampai tamat. Angka putus sekolah

merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan bidang

pendidikan.

Ketika permasalahan tersebut

memuncak, maka terjadi akibat yang

sangat besar, yakni pengaruhnya

terhadap kualitas sumber daya

manusia indonesia yang rendah. Dari

adanya berbagai permasalah diatas,

pemerintah mensiasati dengan

beberapa upaya, misalnya

diberlakukannya sertifikasi guru,

akreditasi sekolah dan standarisasi.

Dari beberapa siasat pemerintah

tersebut, peneliti tertarik untuk lebih

mengetahui bagaimana peningkatan

mutu pendidikan melalui

standarisasi, khusunya dari standar

isi tentang pelaksanaan pembelajaran

tematik.

Istilah pembelajaran tematik

pada dasarnya adalah model

pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa

(Depdiknas, dalam Trianto 2012:79).

Sekolah dasar yang telah

menerapkan pembelajaran tematik

adalah SD Muhammadiyah Program

Khusus Kota Barat. Sekolah ini

merupakan salah satu sekolah yang

menjadi sasaran pelaksanaan

kurikulum 2013 dimana model

pembelajarannya adalah

pembelajaran tematik. Peneliti

tertarik untuk meneliti bagaimana

pelaksanaan pembelajaran tematik

yang dilaksanakan di SD

Muhammadiyah Program Khusus

Kota Surakarta tersebut. Selanjutnya

masalah yang dikaji dalam skripsi ini

dengan judul Implementasi

pembelajaran tematik di SD

(7)

kota barat surakarta. Dalam hal ini

dilihat dari 3 hal yaitu untuk

mengetahui pelaksanaan

pembelajaran tematik, permasalahan

yang timbul dalam pelaksanaan

pembelajaran tematik dan strategi

yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan

permasalahan tersebut.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Belajar seperti yang kita

ketahui secara umum adalah sebagai

kegiatan membaca dan memhami

materi yang ada dalam suatu buku

cetak baik di sekolah maupun di

tempat lain. Goodman, mengatakan

bahwa siswa belajar dengan

menggunakan tiga cara, yaitu melalui

pengalaman (dengan kegiatan

langsung atau tidak langsung),

pengamatan (melihat contoh atau

model), dan bahasa. Menurutnya

dengan cara-cara seperti itu, siswa

belajar melalui kehidupan secara

langsung. Mereka menggali,

melakukan, menguji coba,

menemukan, mengungkapkan, dan

membangun secara aktif

pengetahuan yang baru melalui

konteks yang autentik(Abdul Majid,

2013:108).

Jika belajar identik pada

kegiatan yang dilakukan oleh siswa,

maka pembelajaran sendiri diartikan

sebagai kegiatan untuk

membelajarkan siswa. Hal ini bisa

dilakukan oleh orang lain untuk

membantu anak melakukan kegiatan

belajar tersebut melalui beberapa

upaya yang telah direncanakan.

Sedangkan tokoh lain mengatakan

bahwa pembelajaran berupaya

mengubah siswa yang belum tahu

menjadi tahu, yang belum bisa

menajdi bisa dan yang belum mampu

menjadi mampu. Belajar bisa terjadi

tanpa pembelajaran akan tetapi

hasilnya akan terlihat jika anak

melakukan kegiatan pembelajaran.

Anak dikatakan belajar jika terjadi

perubahan dalam dirinya. Untuk itu

guru perlu merancang terlebih dahulu

pembelajaran yang akan dilakukan

agar hasilnya lebih optimal.

(Aunurrahman 2008:34)

Ada beberapa karakteristik

anak usia sekolah dasar yang perlu

diketahui, agar lebih mengetahui

keadaan peserta didik khusunya

ditingkat sekolah dasar. Sebagai guru

harus dapat menerapkan metode

(8)

keadaan siswanya. Selain

karakteristik, hal lain yang perlu

diperhatikan adalah kebutuhan

peserta didik. Adapun karakteristik

dan kebutuhan peserta didik yaitu

anak SD senang bermain, anak SD

senang bergerak, anak SD adalah

anak yang senang bekerja dalam

kelompok, dan anak senang

melakukan/memperagakan sesuatu

secara langsung

(sekolahdasar.net5/10/2011).

Pembelajaran tematik

merupakan bagian dari pembelajaran

terpadu. Hal tersebut seperti yang

telah dirumuskan oleh Depdiknas

(2006:5) yang menyatakan bahwa

pembelajaran tematik sebagai model

pembelajaran termasuk salah satu

tipe/jenis dari pada model

pembelajaran terpadu. Istilah

pembelajaran tematik pada dasarnya

adalah model pembelajaran terpadu

yang menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa

(Trianto 2012:79). Pembelajaran ini

menggunakan pendekatan saintifik.

Menurut Kemendikbud (2013),

pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif

mengkonstruks ipengetahuan,

keterampilan, dan lainnya melalui

tahapan mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan membentuk

jejaraing untuk semua mapel.

Tujuan pembelajaran dalam

pendekatan saintifik :

a) Meningkatkan kemampuan

intelek, khususnya

kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa.

b) Membentuk kemampuan

siswa dalam menyelesaikan

masalah secara sistematik.

c) Siswa merasa bahwa belajar

itu merupakan suatu

kebutuhan.

d) Diperoleh hasil belajar yang

tinggi

e) Untuk melatih siswa dalam

mengkomunikasikan ide-ide

khususnya dalam menulis

artikel ilmiah

Slavin (1994) dalam bukunya

yang berjudul Teori Perkembangan

Konsep dan Aplikasi, mengatakan

bahwa teori pembelajaran

(9)

pembelajaran kognitif yang baru

dalam pskologi pendidikan yang

menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi

kompleks, mencetak informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan

itu tidak sesuai lagi. Agar siswa

benar-benar memahami dan dapat

menerapkan pengetahuan, mereka

harus bekerja memecahkan masalah,

menemukan sesuatu untuk dirinya,

berusaha dengan keras melalui

ide-idenya (Trianto, 2013:74). Melalui

konstruksi berfikir ini, anak berusaha

menemukan pengetahuannya sendiri

dalam kegiatan belajar, tentunya

dengan bantuan dari guru.

Pembelajaran tematik yang

hadir dengan konsep mengaitkan

beberapa mata pelajaran, mampu

memenuhi prinsip kontruktivisme

bahwa dalam proses pembelajaran

anak harus aktif dalam menemukan

pengetahuan mereka sendiri.

Pembelajaran tematik memberikan

pengalaman langsung kepada anak

karena mereka lah yang menjadi

subjek belajarnya. Guru berusaha

membangun nalar berfikir dari

kegiatan pembelajaran yang

dilakukan sehingga anak mendapat

makna dari proses belajar mereka.

Dalam pelaksanaan pembelajaran,

tema yang diambil berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari

sehingga akan memudahkan anak

untuk memperoleh gambaran dari

pembelajaran tersebut.

C. METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif yakni

berusaha menggali informasi

sebanyak-banyaknya tentang

persoalan yang dijadikan topik

penelitian. Penggalian informasi

dilakukan dengan wawancara yang

mendalam, observasi dan studi

dokumen untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan

pembelajaran tematik di SD

Muhammadiyah Program Khusus

Kota Barat Surakarta.

Dalam penelitian ini sumber data

diperoleh dari informan, peristiwa,

dan dokumen. Adapun informan

dalam penelitian ini antara lain guru

kelas 1 dan 4, kepala sekolah, serta

siswa SD Muhammadiyah Program

(10)

Tempat dalam penelitian ini adalah

SD Muhammadiyah Program Khusus

Kota Barat Surakarta di Jl. dr.

Moewardi No. 24 Surakarta.

Sedangkan peristiwa atau interaksi

yang dilakukan dalam penelitian ini

berupa wawancara dengan guru kelas

1 dan 4, kepala sekolah, serta siswa

SD Muhammadiyah Program Khusus

Kota Barat. Sedangkan sumber data

sekunder diperoleh dengan

melakukan pemotretan dari

pengamatan aktivitas dan tindakan

guru-guru dalam kegiatan belajar

mengajar dan kegiatan lain yang

berhubungan dengan pembelajaran.

Selain itu dokumen berupa buku

pegangan guru.

Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik observasi untuk

mengamati aktivitas yang ada di SD

Muhammadiyah Program Khusus,

wawancara terhadap guru kelas 1,

guru kelas 4 dan kepala sekolah SD

Muhammadiyah Program Khusus,

serta studi pustaka untuk

memperoleh kajian teori seputar

pembelajaran SD Muhammadiyah

Program Khusus dan penelusuran

dokumen dari SD Muhammadiyah

Program Khusus.

Analisis data menggunakan

model interaktif yang terdiri dari

pengumpulan data, reduksi data,

intepretasi data, dan penarikan

kesimpulan.

D. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, diperoleh hasil bahwa

pembelajaran tematik di SD

Muhammadiyah Program Khusus

dilaksanakan sesuai dengan

langkah-langkah yang ada di buku pegangan

guru dan buku pegangan siswa.

Pelaksanaan pembelajaran tematik

terdiri dari tiga tahap yakni

pendahuluan, inti dan penutup.

Dalam melaksanakan pembelajaran,

guru menggunakan media konkrit

yang berhubungan dengan tema agar

siswa lebih udah paham.

Pembelajaran tidak hanya

dilaksanakan di dalam kelas namun

juga di luar kelas. Penilaian

pembelajaran terdiri dari tiga aspek

yakni afektif atau sikap, baik

spiritual maupun sosial, kognitif atau

pengetahuan dan psikomotor atau

keterampilan.

Permasalahan yang timbul

dalam pembelajaran tematik timbul

(11)

permasalahan dari siswa terjadi

khususnya pada kelas empat yang

sudah terbiasa dengan pembelajaran

di KTSP sehingga sulit mengubah

cara belajar menjadi tematik.

Permasalahan dari orang tua siswa

terjadi karena mereka mengalami

kebingungan pada pembelajaran

tematik baik dalam pelaksanaan

pembelajaran maupun format

evaluasi yang ada. Sedangkan

permasalahan dari guru terjadi dalam

hal pembuatan RPP dan evaluasi. Hal

ini disebabkan oleh format dari

pemerintah yang selalu

berubah-ubah.

Strategi pemecahan dilakukan

baik oleh guru maupun sekolah

dalam upaya menangani berbagai

permasalahan seputar pembelajaran

tematik. Dari pihak sekolah

memberikan sosialisasi berulang kali

kepada anak dan orang tua siswa

mengenai pembelajaran tematik yang

saat ini tengah dilaksanakan di

sekolah tersebut. Sekolah juga

berusaha menyediakan media belajar

siswa dengan baik. Sedangkan dari

guru sendiri membekali diri dengan

mengikuti pelatihan dan diskusi

dengan sesama guru dalam

pemecahan masalah seputar RPP dan

evaluasi. Guru menggunakan metode

dan model belajar yang sesuai

dengan kondisi anak agar dapat

memahami karakteristik dan

kebutuhan mereka.

E. PENUTUP Kesimpulan

Simpulan dari penelitian ini

adalah pembelajaran tematik

dilakukan oleh guru melalui tiga

tahapan yakni persiapan, guru

membuat RPP dan menyiapkan

media pembelajaran, pelaksanaan,

guru mengajar dengan menggunakan

metode diskusi kelompok dan

permainan, evaluasi diambil dari

aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Permasalahan yang

timbul dalam pembelajaran tematik

adalah anak masih sulit mengubah

mindsetnya dari pembelajaran di

kurikulum KTSP menjadi

pembelajaran tematik. Orang tua

siswa masih belum paham tentang

konsep pembelajaran tematik. Guru

kesulitan dalam membuat RPP dan

evaluasi karena formatnya yang

(12)

Strategi pemecahan masalah

dilakukan dengan memberi

pemahaman kepada siswa dan orang

tua tentang konsep pembelajaran

tematik yang saat ini dilaksanakan di

SD Muhammadiyah Program

Khusus. Guru mengikuti pelatihan

dari pemerintah dan melaksanakan

diskusi internal dengan sesama guru

untuk mencari jalan keluar dari

masalah yang dihadapi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilaksanakan maka

penulismengajukan saran bagi kepala

sekolah SD Muhammadiyah

Program Khusus, pertama kepala

sekolah hendaknya menyediakan

layanan tanya jawab dengan orang

tua siswa mengenai pelaksanaan

pembelajaran tematik di SD

Muhammadiyah Program Khusus.

Kedua, kepala sekolah hendaknya

memperbaiki prosedur pembuatan

RPP. Terakhir kepala sekolah

hendaknya membuat forum diskusi

dengan guru.

Bagi guru, yang pertama

hendaknya meningkatkan

profesionalitasnyadengan mengikuti

berbagai pelatihan dan menambah

wawasan. Kedua guru hendaknya

membuat RPP tepat waktu. Terakhir

guru sebaiknya mengembangkan

metode mengajar demonstrasi dan

ekperimental mengingat

pembelajaran tematik bersifat

learning by doing

DaftarPustaka

Anonym. (2011). Karakteristik dan

Kebutuhan Anak Sekolah

Dasar. Diperoleh 11 Maret

2014, 15.33 dari

Crain, W. (2007). Theories of

Defelopment, Concept and

Applications. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Trianto. (2012). Mengembangkan

Model Pembelajaran Tematik.

Jakarta : PT. Prestasi

Pustakaraya.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Majid, A. (2013). Belajar dan

Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya Offset.

http://www.sekolahdasar.net/2

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia; dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang

Guna memenuhi standar kompetensi dasar Widyaiswara sebagaimana dipersyaratkan dalam Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Nomor

2 CSR adalah sebagai suatu aktifitas perusahaan untuk ikut mengatasi permasalahan sosial de- ngan peningkatan ekonomi, perbaikan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi berbagai

2. Dengan adanya usaha ini menghasilkan luaran berupa Bengkel Keterampilan sebagai Rumah Penghasil Aneka Produk Kreatifitas Olahan Limbah Kayu dan menjadi

[r]

Sebuah Tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Galih Sukma Permadi 2014

Jumlah perusahaan asuransi yang sangat besar tidak dapat dihindarkan ikut meningkatkan persaingan di antara sesama pelaku usaha perasuransian. Setiap perusahaan berlomba

Pembuatan Game Edukasi Belajar Tajwid Ini menggunakan metode Prototype yang mana metode ini tidak akan selesai sebelum sesuai dengan harapan pemakai maka di lakukan (feedback)