Pembangunan Sosial di Indonesia:
Sebuah Kajian terhadap UU 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial dan Teoritis Pembangunan Sosial
Oleh: Rusman R. Manik
1. LATAR BELAKANG
Dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah:
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Setelah 69 tahun merdeka, bagaimanakah kondisi kesejahteraan sosial
di Indonesia?
Tulisan ini merupakan refleksi umum terhadap kinerja pembangunan sosial di Indonesia. Pemaparan akan dimulai dengan menjelaskan konsep kesejahteraan sosial, pembangunan sosial serta pemaparan kinerja pembangunan sosial.
2. KONSEP KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA
Dalam Pasal 1 Ayat 1 UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai:
• Kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dari definisi di atas, kesejahteraan sosial itu:
• Bukan hanya terpenuhinya kebutuhan material, tetapi juga kebutuhan spiritual, dan sosial warga negara
• Bukan hanya untuk sekedar hidup layak, tetapi juga agar warga negara mampu mengembangkan dirinya
• Pada akhirnya, agar tiap warga negara dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Secara lebih teknis, operasionalisasi UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah sebagai berikut:
• SASARAN :
Perorangan, Keluarga, Kelompok dan Masyarakat. • KELOMPOK MASALAH :
Kemiskinan, Keterlantaran, Kecacatan, Ketunaan Sosial dan Penyimpangan Perilaku, Keterasingan/Keterpencilan, Korban Bencana, Korban Kekerasan dan Masalah Sosial lainnya.
• FUNGSI :
2. Pemberdayaan 3. Perlindungan Sosial 4. Jaminan Sosial
Berdasarkan arahan UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, bentuk nyata program pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia terdiri dari:
1. Program Rehabilitasi Sosial
2. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial 3. Program Pemberdayaan Sosial
4. Program Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lain
6. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara.
3. KONSEP PEMBANGUNAN SOSIAL
Bila dilihat secara sepintas, pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia cenderung bersifat parsial, yaitu: pembangunan sektor sosial, dimana pembangunan kesejahteraan sosial tidak terintegrasi dengan pembangunan ekonomi dalam satu kesatuan strategi pembangunan nasional.
3.1. Definisi Pembangunan Sosial
Apakah pembangunan sosial itu memang bersifat sektoral; hanya
Dalam uraian berikut akan diuraikan konsep pembangunan sosial yang merupakan hasil review terhadap tulisan Manohar S. Pawar dan David R. Cox, berjudul “Social Development” Bab 2 pada buku “Social Development: Critical Themes and Perspectives”
Apakah pembangunan sosial itu? Ada banyak definisi Pembangunan Sosial. Berdasarkan fokus (atau titik tekannya), semua definisi itu secara longgar dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori utama:
1. Fokus pada aspek "perencanaan sistematis dan hubungan antara pembangunan sosial dengan pembangunan ekonomi". 2. Fokus pada aspek "perubahan struktural sebagai inti dari
pembangunan sosial".
3. Fokus pada upaya untuk "mewujudkan (realisasi) potensi manusia, pemenuhan kebutuhan dan pencapaian kualitas
hidup yang lebih baik".
A. Definisi Pembangunan Sosial yang fokus pada aspek
perencanaan sistematis dan hubungan antara pembangunan sosial
dengan pembangunan ekonomi
Beberapa definisi pembangunan sosial dan terjemahan bebasnya, dalam kategori ini adalah sebagai berikut:
The concept of social development is inclusive of economic development
but differs from it in the sense that it emphasis the development of the
Konsep pembangunan sosial termasuk dalam konsep pembangunan ekonomi, tetapi berbeda dalam fokusnya, yaitu menekankan pengembangan masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya (Gore 1973, 10)
Social development is a process of planned social change designed to
promote the well-being of the population as a whole in conjunction with
the dynamic process of economic development (Midgley 1995, 25)
Pembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk mengembangkan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan, yang terkait secara erat dengan proses pembangunan ekonomi (Midgley 1995, 25)
[Social development is] planned comprehensive social change designed to
improve people’s general welfare. The interrelatedness of major social
problem requires the economic and cultural efforts of national and
international government structures and society’s institutions and all its
citizens (Baker 2003, 403).
B. Definisi Pembangunan Sosial yang fokus pada perubahan
struktur
Beberapa definisi pembangunan sosial dalam kategori ini adalah sebagai berikut:
Social development is a comprehensive concept which implies major
structural changes – political, economic and cultural, which are introduced
as part of deliberate action to transform society. (Pathak 1987, 57-58)
Pembangunan sosial adalah sebuah konsep yang komprehensif yang menyiratkan perubahan struktural yang fundamental - politik, ekonomi dan budaya, yang dilaksanakan sebagai bagian dari tindakan yang disengaja untuk mengubah masyarakat. (Pathak 1987, 57-58)
Development should be perceived as a multidimensional process involving
the re-organisation and reorientation of entire economic and social system
. . . [it] involves radical change in institutional, social and administrative
structures as well as in popular attitudes and even customs and beliefs.
(Todaro, 1997, 69)
C. Definisi Pembangunan Sosial yang fokus pada upaya
mewujudkan (realisasi) potensi manusia, pemenuhan kebutuhan dan
pencapaian kualitas hidup yang lebih baik
Beberapa definisi pembangunan sosial dalam kategori ini adalah sebagai berikut:
Social development includes improvement in the quality of life of people …
(a more) equitable distribution of resources … broad-based participation …
in the process of decision making; and special measures that will enable
marginal group and communities to move into the mainstream (Pandey
1981, 33)
Pembangunan sosial termasuk peningkatan kualitas hidup masyarakat ... pemerataan sumber daya (yang lebih baik) ... partisipasi yang berbasis luas ... dalam proses pengambilan keputusan; dan langkah-langkah khusus yang akan memungkinkan kelompok dan masyarakat marginal untuk pindah ke arus utama (Pandey 1981, 33)
Social development has two interrelated dimensions: the first is the
capacity of people to work continuosly for their welfare and that of
society; the second is the alteration or development of society’s
institusions so that human need are met at all level, especially at the
lowest level, through a process of improving the relationships between
people and social economic institution. (Paiva 1982, 4)
terendah, melalui proses peningkatan hubungan antara masyarakat dan lembaga sosial ekonomi. (Paiva 1982, 4)
Social development is the process of planned changed designed to bring
about a better fit between human needs and social policies and programs.
(Hollister 1982, in Midgley 1993, 7)
Pembangunan sosial adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memastikan kesesuaian antara kebutuhan manusia dengan kebijakan dan program-program sosial. (Hollister 1982, di Midgley 1993, 7)
Social development implies evolution and transformation through which
people and societies maximise their opportunities, and become
empowered to handle their affairs. (Mohan and Sharma 1985, 12-23)
Pembangunan sosial menyiratkan evolusi dan transformasi melalui mana orang-orang dan masyarakat memaksimalkan peluang mereka, dan menjadi berdaya untuk menangani urusan dan permasalahan mereka. (Mohan Sharma dan 1985, 12-23)
Social development is directed toward the release of human potential in
order to eliminate social inequities and problems. (Meinert, Kohn and
Strickler 1984, 70)
The three basic components or core values of development are
life-sustenance, self-esteem and freedom. (Denis Goulet 1971, in Thirlwall
1989, 8)
Tiga komponen dasar atau nilai-nilai inti dari pembangunan adalah pemenuhan kebutuhan dasar, harga diri dan kebebasan. (Denis Goulet 1971, di Thirlwall 1989, 8)
[S]ocial development is focused not only on the well-being of individuals,
but more frequently than not on the achievement of the well-being and
fullest posible human realisation of the potentials of individuals, groups,
communities, and mass of people. (Billups 1994, in Lowe 1995, 2169)
[P]embangunan sosial difokuskan tidak hanya pada kesejahteraan individu, tetapi juga pada pencapaian kesejahteraan dan realisasi potensi kemanusiaan yang tertinggi pada individu, kelompok, masyarakat, dan masyarakat luas. (Billups 1994, Lowe tahun 1995, 2169)
[Social development is] a participatory process of planned social change
designed to promote the well-being of the people, and which, as such,
offers an effective response to the innate needs and aspirations of the
whole population for the enhancement of their quality of life. (cox, Pawar
and Picton 1997a, 5)
aspirasi dari seluruh penduduk untuk peningkatan kualitas hidup mereka. (cox, Pawar dan Picton 1997a, 5)
The term social development can refer to: improvement in the welfare
and quality of life of individuals; or changes in societies – in their norms
and institutions – that make development more equitable and inclusive for
all members of society. (Davis 2004, iv)
Istilah pembangunan sosial dapat merujuk pada: peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup individu; atau perubahan dalam masyarakat - dalam norma-norma dan lembaga-lembaga mereka - yang membuat pembangunan yang lebih adil dan inklusif untuk semua anggota masyarakat.
3.2. Identifikasi Strategi Pembangunan Sosial
Apakah ada Teori Pembangunan Sosial sebagai dasar untuk
menurunkan strategi pembangunan sosial? Dalam pengertian yang sangat spesifik dan dalam batasan kerangka pikir positivistik yang sangat ketat, Teori Pembangunan Sosial belum ada. Tetapi dalam kondisi keterbatasan tersebut, banyak cendekiawan yang telah mempopulerkan istilah “paradigma pembangunan sosial”. (Krager 1994).
Dari tabel 1 di bawah, terlihat bahwa tujuan dasar pembangunan sosial adalah:
• Mengembangkan kesejahteraan penduduk atau peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
• Memampukan masyarakat untuk menikmati kebebasan dalam rangka memenuhi aspirasi dan realisasi potensinya.
Tujuan di atas dapat diwujudkan melalui strategi pembangunan sosial yang terdiri dari:
• Pengembangan kapasitas individu, kelompok masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan.
• Pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokalbdan mendukung perkembangan organisasi masyarakat.
• Membina kemandirian.
• Menciptakan lingkungan yang memampukan sehingga semua orang dapat tumbuh dan berkembang optimal.
• Partisipasi dalam proses pembangunan dan memfungsikan kelembagaan sosial.
• Mengembangkan pemerintah yang aktif dalam proses pembangunan dalam rangka mengembangkan kinerja perencanaan partisipatif.
• Terlibat dalam pengembangan dan implementasi kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan pembangunan sosial.
Bentuk riil strategi di atas dirumuskan melalui proses partisipatif dan atau proses yang bersifat memberdayakan dalam sistem nilai yang khusus, yaitu:
• Menghormati dan meyakini kapasitas manusia yang dapat tumbuh dan berkembang.
• Memahami keberadaan manusia secara holistik, dari aspek fisik hingga ke aspek spiritualitas manusia.
• Penerimaan atas pluralisme sosial dan budaya, dan mendudukkan pluralisme tersebut dalam budaya dan sistem nilai masyarakat.
• Mengakui pentingnya isu-isu ekologi dan arti penting hubungan masyarakat dengan alam lingkungannya.
• Mengakui bahwa hubungan sosial didasarkan pada hak dan kewajiban untuk berpartisipasi, kesetaraan kesempatan, dan kesamaan hak atas keadilan sosial.
Tabel 1. Pendekatan dalam Pembangunan Sosial
1. Kondisi eksisting
• Perubahan sosial, progres atau pembangunan.
2. Tujuan Dasar
• Mengembangkan kesejahteraan penduduk atau peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat.
• Memampukan masyarakat untuk menikmati kebebasan dalam rangka
3. Sistem Nilai
• Menghormati dan meyakini kapasitas manusia yang dapat tumbuh dan
berkembang.
• Memahami keberadaan manusia secara holistik, dari aspek fisik hingga ke
aspek spiritualitas manusia.
• Penerimaan atas pluralisme sosial dan budaya, dan mendudukkan pluralisme
tersebut dalam budaya dan sistem nilai masyarakat.
• Mengakui pentingnya isu-isu ekologi dan arti penting hubungan masyarakat
dengan alam lingkungannya.
• Mengakui bahwa hubungan sosial didasarkan pada hak dan kewajiban untuk
berpartisipasi, kesetaraan kesempatan, dan kesamaan hak atas keadilan sosial.
4. Proses
• Proses yang bersifat partisipatoris • Proses untuk pemberdayaan
5. Strategi
• Pengembangan kapasitas individu, kelompok masyarakat dan masyarakat
secara keseluruhan.
• Pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokalbdan mendukung
perkembangan organisasi masyarakat.
• Membina kemandirian.
• Menciptakan lingkungan yang memampukan sehingga semua orang dapat
tumbuh dan berkembang optimal.
• Partisipasi dalam proses pembangunan dan memfungsikan kelembagaan
sosial.
• Mengembangkan pemerintah yang aktif dalam proses pembangunan dalam
rangka mengembangkan kinerja perencanaan partisipatif.
• Terlibat dalam pengembangan dan implementasi kebijakan-kebijakan untuk
meningkatkan pembangunan sosial.
6. Tingkatan
• Internasional • Nasional
• Daerah di dalam negara • Provinsi
• Tingkat pemerintahan yang paling rendah (dekat dengan masyarakat) • Masyarakat pada tingkatan akar rumput (kampung)
7. Dimensi
• Budaya • Politik • Ekonomi • Ekologi
• Edukasi (pendidikan) • Kesehatan
• Perumahan
• Kelompok masyarakat
• Masyarakat dan kelembagaannya.
4. Bagaimanakah kondisi kesejahteraan sosial di Indonesia?
Kondisi kesejahteraan sosial di Indonesia dapat dinilai dari tingkat atau angka kemiskinan seperti yang dihitung oleh BPS. Dalam mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Dari data yang dikumpulkan oleh BPS, perkembangan angka kemiskinan di Indonesia adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, 1970-2013
Jumlah Penduduk Miskin
(Juta Orang) Persentase Penduduk Miskin
2003 12,26 25,08 37,34 13,57 20,23 17,42 138 803,00 105 888,00
Sumber: BPS, http://bps.go.id/tabel_excel/indo_23_7.xls, di akses 27 April 2014, jam 13.41
Dari data BPS nampaklah bahwa jumlah penduduk miskin memang semakin berkurang, tetapi jumlahnya masih relatif besar. Pada Maret 2013, jumlah penduduk miskin di kota dan di desa ada sebanyak 28,07 juta jiwa. BPS mencatat angka kemiskinan meningkat terbesar di pulau Jawa, kemudian Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Papua serta Kalimantan.
Hal lain yang harus dilihat dari data di atas adalah bahwa penurunan angka kemiskinan tersebut cenderung melambat. Menurut Bank Dunia, untuk tahun 2012-2013, tingkat penurunannya hanya 0.7 persen, yang merupakan tingkat penurunan terkecil dalam satu dekade terakhir. (Siaran Pers Kantor Perwakilan Bank Dunia di Indonesia).
yang pada dasarnya mengurangi tingkat kemiskinan menjadi 11,3% pada tahun 2014, dibandingkan dengan 24% pada tahun 1999.
Meningkatnya ketimpangan juga membuat mereka yang miskin lebih sulit lagi untuk keluar dari kemiskinan. Koefisien Gini, yang mengukur ketimpangan konsumsi, telah meningkat dari 0,30 pada tahun 2000, menjadi sekitar 0,41 pada tahun 2013. Kesenjangan antar daerah tetap ada. Indonesia Timur tertinggal dari wilayah lain di negara ini, terutama Jawa. Akibatnya, meski upaya mengurangi kemiskinan mengalami kemajuan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan peningkatan ketimpangan tercepat di kawasan Asia Timur .
Lebih lanjut disampaikan oleh Bank Dunia bahwa strategi utama untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan adalah dengan membantu masyarakat miskin menolong diri mereka sendiri, melalui penyediaan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih baik. Hal lain adalah memastikan anak-anak di seluruh Indonesia memiliki akses yang sama ke layanan yang berkualitas, agar mereka dapat memulai hidupnya secara adil.
5. Strategi Pembangunan Sosial
Baru-baru ini, beberapa pakar mengajukan Social Progress Index (SPI), yang merupakan Indeks gabungan yang mengukur tingkat kemajuan sosial (Social Progress) suatu negara. Disebutkan bahwa indikator dalam indek tersebut dapat dijadikan sebagai target intervensi kebijakan untuk menurunkan kemiskinan dan ketimpangan.
Disarikan dari laporannya dalam
http://www.socialprogressimperative.org/publications, disebutkan bahwa dalam SPI, tingkat kemajuan sosial didefinisikan sebagai kapasitas sebuah negara dalam:
• memenuhi kebutuhan dasar warganya,
• membangun pondasi yang memungkinkan individu dan masyarakat utk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidupnya, dan
• menciptakan kesempatan bagi tiap individu agar mampu mencapai tingkat potensi tertingginya.
Dengan demikian, SPI dibangun dari tiga dimensi, yaitu:
• Basic Human Need: Apakah negara menyediakan kebutuhan dasar penduduknya?
• Foundations of Wellbeing: Adakah pondasi yg kokoh bagi individu dan masyarakat untuk meningkatkan dan memperta-hankan tingkat kesejahteraannya?
Dalam Laporannya disebutkan bahwa prinsip dasar penyusunan Penyusunan SPI adalah sebagai berikut:
1. Hanya memuat indikator sosial dan lingkungan, tanpa indikator ekonomi
SPI fokus mengukur tingkat kemajuan sosial, sehingga akan memudahkan analisis hubungan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan sosial secara lebih tepat dan sistematis. 2. Menggunakan indikator outcome (hasil), bukan input
Contoh: Social Progress Index mengukur derajat kesehatan masyarakat, bukan mengukur seberapa besar anggaran yg dibelanjakan pada sektor kesehatan.
3. Actionability
Social Progress Index merupakanalat yg praktis untuk membantu para pengambil kebijakan dan praktisi di pemerintahan, dunia usaha dan CSO agar lebih mampu meningkatkan taraf kemajuan sosial di negaranya.
4. Relevan bagi semua negara, bukan hanya bagi NSB
Social Progress Index merupakan ukuran holistik menilai kemajuan sosial untuk semua negara, bukan hanya Negara Sedang Berkembang.
Daftar Pustaka
http://www.socialprogressimperative.org/publications, diakses pada 8 Januari 2014, Jam 09.WIB
http://bps.go.id/tabel_excel/indo_23_7.xls, di akses 27 April 2014, jam 13.41 http://www.worldbank.org/in/country/indonesia/brief/reducing-inequality-in-indonesia, diakses pada 8 Januari 2014, Jam 09.WIB
http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2014/09/23/poverty-reduction-slows-inequality-increases-world-bank-reports, diakses pada 8 Januari 2014, Jam 09.WIB