BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan kerjasama ekonomi ASEAN berjalan relatif lebih cepat
dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik, keamanan dan sosial budaya,
sehingga mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN. Terbentuknya
ASEAN, yaitu untuk membentuk kerja sama dalam meredakan rasa saling curiga,
membangun rasa saling percaya, selain itu negara-negara Asia Tenggara telah
melakukan berbagai upaya kerja sama regional baik yang bersifat intra maupun
ekstra kawasan.1
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadikan negara-negara anggota
ASEAN sebagai pasar tunggal dengan daya saing ekonomi tinggi dimana barang,
jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Tujuan
dari MEA adalah menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, dan
daya saing serta integrasi dengan regulasi, efektif untuk perdagangan dan investasi
yang mana terdapat kebebasan aliran pelaku usaha dan tenaga kerja serta arus
bebas barang, jasa, investasi dan juga modal.2
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
1
Seto Haryo Aji Wicaksono, Faizal Roni, Ahmad Sugondo, Kesiapan Konsumen Dalam Negeri Menyikapi AFTA Dan AEC 2015, Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2015 Magister Manajemen Universitas “BSI Bandung, hal B-70
2
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
undang-undang. Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari lima ratus
juta rupiah hingga sepuluh milyar rupiah; dan memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari dua milyar lima ratus juta rupiah sampai lima puluh milyar rupiah
(Pasal 1 dan 8 UU No. 20 tahun 2008).
Usaha menegah memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi
juga di negara-negara maju. Diakui secara luas bahwa Usaha Menengah sangat
penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan
mereka dari usaha besar, terutama karena Usaha Menengah adalah usaha-usaha
padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada
bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan
pokok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin.3
Sesuai dengan pilar utama MEA ini, akan tercipta pasar tunggal di wilayah
ASEAN. Pasar tunggal ini akan munculkan aliran perdagangan barang, jasa,
modal dan investasi secara bebas. Indonesia sebagai anggota ASEAN yang
mempunyai jumlah penduduk paling banyak ini akan sangat berpotensi menjadi
3 Tulus T.H Tambunan. Pasar Bebas ASEAN: Peluang, Tantangan dan Ancaman Bagi
pasar yang kuat untuk perdagangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
Negara-negara di ASEAN.4
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang
dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga
kompetisi akan semakin ketat.5 Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi,
meningkatkan daya saing, meningkatkan pembangunan ekonomi yangadil, dan
lebih mengintegrasikan ASEAN ke dalam ekonomi global. Pemberlakuan MEA
pada satu sisi akan memberikan peluang karena terjadinya arus bebas barang, jasa,
investasi, modal, dan tenaga kerja terampil. Dengan adanya MEA akan
mendorong kawasan ASEAN menjadi lebih terintegrasi, dinamis dan kompetitif
dalam menghadapi persaingan dagang kawasan dan global.6
Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang di mulai akhir tahun 2015
merupakan realisasi ide pemimpin ASEAN. Konsep MEA merupakan bentukan
berupa pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara. MEA sendiri bertujuan untuk
meningkatkan kompetisi dan meningkatkan kualitas warga ASEAN untuk mampu
memiliki daya saing dengan masyarakat di luar ASEAN. Selain itu dengan adanya
MEA diharapkan mampu menarik masuk investasi di ASEAN sehingga dapat
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ASEAN. Dengan adanya
MEA memberikan alternatif jalur yang lebih mudah dimana suatu negara mampu
4
Ana Syukriah & Imam Hamdani, Peningkatan Eksistensi Umkm Advantage Dalam Rangka Menghadapi MEA 2015 Temanggung, Economics Development Analysis Journal, ISSN 2252-6889 tahun 2013 Universitas Negeri Semarang.
5
6
menjual produk baik barang maupun jasa. Hal baru dalam MEA adalah adanya
ketentuan untuk menghapuskan ketentuan-ketentuan yang menghalangi arus
transaksi di bidang produksi jasa yang selama ini terbelenggu dengan berbagai
peraturan perundang-undangan.7
Identitas atau merek dagang sebagai salah satu wujud karya Intelektual
memiliki peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang
atau jasa. Hal ini tidak terlepas karena suatu merek digunakan untuk membedakan
suatu barang tertentu dari barang lain yang bentuknya sejenis. Berbagai
pemalsuan merek dagang untuk suatu barang sejenis dengan kualitasnya lebih
rendah daripada barang yang menggunakan merek yang dipalsukan itu. Untuk
memperoleh keuntungan secara cepat dan pasti sehingga merugikan pengusaha
seperti jasa Usaha Menengah yang memproduksi barang asli. Dengan
memperhatikan hal tersebut di atas diperlukan suatu perlindungan merek barang
barang yang diproduksi jasa usaha menengah berdasarkan Undang Undang Merek
No 15 Tahun 2001. Perlindungan hukum terhadap suatu merek tidak hanya
bertujuan untuk menguntungkan produsen tetapi juga mempunyai tujuan
melindungi konsumen. Oleh karena itu perlindungan terhadap merek harus diatur
dengan tegas agar dapat melindungi konsumen dari pemalsuan barang atau jasa
yang mempergunakan merek secara tidak sah. Manfaat yang tidak kalah
pentingnya dengan adanya perlindungan hukum dalam bidang merek adalah
upaya membuka pasaran ekspor. Dengan diberikan perlindungan pada merek
produk jasa usaha menengah yang sesuai dengan ketentuan Undang undang
7
Nomor 15 Tahun 2001, lebih memotivasi kerja dan berimplikasi positif dalam
meningkatkan daya saing sehingga menungkatkan pendapatan.8
Cetak biru MEA adalah ambisi membentuk ASEAN sebagai pusat
perdagangan kawasan yang terintegrasi. Cetak biru tersebut memuat empat pilar
utama yaitu pertama, ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi
tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga
kerja terdidik, dan aliran modal yang lebih bebas, kedua , ASEAN sebagai
kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan
kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan
infrastrukutr, perpajakan, dan e-commerce, ketiga, ASEAN sebagai kawasan
dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta prakarsa integrasi ASEAN
untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam), dan
keempat, ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global.9
Keterkaitan keempat pilar MEA tersebut membutuhkan koordinasi,
konsistensi dan kesatuan arah elemen-elemen dari setiap pilar, dimulai dari
perencanaan sampai dengan tahap implementasi. Untuk menjamin hal tersebut
maka keempat pilar perlu didukung oleh riset, capacity building dan efektivitas
kelembagaan ASEAN, serta komitmen kuat tiap negara. Khusus untuk
pencapaian pilar pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kelima elemen yang
8
Candra Purnama. Perlindungan Hukum Produk Umkm Melalui HKI (Hak Kekayaan Intelektual), Staf Dinas Koperasi Dan UMKM, hal 4
9 Boy Syamsul Bakhri, Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) Dan Tinjauan Dari Perspektif
digunakan untuk pencapaiannya juga terkait erat dan saling mendukung antara
satu dengan lainnya. Dalam kerangka pasar tunggal ASEAN, aliran barang dan
jasa yang bebas di kawasan akan mendorong efisiensi produksi kawasan dalam
kerangka supply chain. Secara teknis pencapaian MEA menggunakan mekanisme
dan inisiatif yang telah dibentuk oleh ASEAN selama ini yang diperkuat dengan
penguatan institusi dalam kerjasama ASEAN. Masing-masing institusi dan
inisiatif yang terlibat di lima elemen pasar tunggal dan kesatuan basis produksi.
Sebagai contoh, untuk elemen aliran bebas barang, inisiatif penurunan tarif dan
non-tarif serta fasilitasi perdagangan menuju aliran bebas barang MEA didasarkan
pada perkembangan dan penyempurnaan mekanisme yang ada mulai dari
Prefential Tarif Arrangement (PTA), ASEAN Free Trade Area dan dilanjutkan
oleh konsep cetak biru MEA. Hal yang sama juga terjadi untuk elemen-elemen
lainnya di dalam pilar ini.10
ASEAN Ecomonic Community (AEC) akan diberlakukan pada tahun 2015,
kawasan ASEAN selanjutnya akan menjadi pasar tunggal dan kesatuan yang
berbasis Jasa Usaha Menengah dalam rangka menghadapi pasar tunggal ASEAN
akan bergerak bebas antar negara-negara yang tergabung dalam negara ASEAN.
Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN memiliki tingkat integritas
yang tinggi di bidang elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor yang
berbasis sumber daya alam. Memperluas ruang lingkup kerjasama hak kekayaan
intelektual ASEAN, selain merek dagang dan paten, termasuk kerjasama
pertukaran informasi dan penegakan hak cipta. Masing-masing anggota ASEAN
10
masih tertinggal dalam pengembangan intellectual property dibandingkan dengan
kawasan lainnya, hanya Singapura yang Intellectual propertynya paling menonjol.
Sedangkan untuk pengembangan sendiri-sendiri membutuhkan biaya riset yang
tinggi dan teknologi khusus. ASEAN akan bekerjasama dalam bidang ini dengan
melindunginya melalui HAKI. Dengan adanya kerjasama dalam pengembangan
hak atas kekayaan intelektual diharapkan biaya lebih murah sehingga mampu
bersaing dengan negara-negara di belahan dunia lain.11
11 Yani Antariksa, Manajemen Strategi Antariksa 2010, melalui http://antariksa2010.
blogspot.co.id/2013/11/antisipasi-kesiapan-indonesia.html, (diakses tanggal 2 Mei 2016)
Bidang jasa Usaha Menengah sebenarnya sudah ada sebelum lahirnya
Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, namun adapun yang
menjadi aturan yang dipakai selama UMKM berlangsung sebelum lahirnya
undang-undang UMKM yaitu digunakannya KUHPerdata sebagai UU yang
mengatur mekanisme kegiatan ekonomi secara umum. Seiring perkembangan
ekonomi yang menuntut kerja sama perekonomian secara internasional
mengharuskan pemerintah untuk memberikan perlindungan secara khusus
terhadap bidang jasa Usaha Menengah demi melindungi Bidang jasa Usaha
Menengah dari pengaruh perdagangan internasional. Walaupun dengan adanya
KUHPerdata tersebut belum dapat mengatur secara terperinci mengenai bidang
jasa Usaha Menengah secara khusus. Masih banyak kekurangan pengaturan baik
secara teoritis maupun teknis selama berlangsungnya bidang jasa Usaha
Menengah. Maka lahirlah undang-undang UMKM sebagai peraturan yang
mengatur permasalahan hukum di bidang jasa Usaha Menengah yang belum
Dalam mengatur perekonomian saat ini penting terdapat suatu aturan yang
khusus, misalnya mengenai hal UMKM sendiri yang pada dasarnya dibentuk
secara khusus melalui Undang-undang No. 20 tahun 2008 yang secara terperinci
dan khusus hanya mengatur mengenai unit kegiatan perekonomian yang
berlingkup pada usaha mikro, kecil dan menengah. Adanya pengaturan khusus
mengenai bidang jasa Usaha Menengah ini membantu para pengusaha yang
menjalankan usahanya dalam bidang itu untuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang secara khusus mengatur hal itu, tanpa harus melibatkan
pengaturan hukum yang sangat umum. Kekuatan yang dimiliki bidang jasa usaha
menengah itu sendiri dalam menghadapi krisis ini karena bidang jasa usaha
menengah tidak berfokus pada keadaan perekonomian dunia, bidang jasa Usaha
Menengah sendiri hanya mengandalkan system perekonomian yang tradisional,
tanpa diintervensi oleh perdagangan bebas.12
Pemberdayaan usaha kecil sebagai penguatan ekonomi rakyat dapat
dilakukan melalui peningkatan aspek pemodalan, kebebasan pasar dan
penguasaan teknologi. Kebijakan ekonomi ini hendaknya berpihak pada ekonomi
rakyat demi dapat mengejar ketinggalan dalam persaingan usaha dan pasar bebas.
Pemberdayaan yang dilakukan terhadap bidang jasa usaha menengah tidak dapat
lepas dari perlindungan hukum, sebab penerapan pasar bebas tentunya akan
menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat.13
12 Yunita R. Panjaitan, Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro. Kecil dan
Menengah dalam Pasar bebas Asean-China Free Trade Area, Transparency, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 Volume I Nomor 2, hal 2-4
13
Berdasarkan uraian tersebut, hal mengenai Perlindungan Hukum
Terhadap Hak Merek Pada Bidang Jasa Usaha Menengah Dalam Rangka Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN.
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaturan hak merek pada bidang jasa Usaha Menengah
dalam rangka menghadapi pasar tunggal ASEAN?
2. Bagaimanakah peranan Asean menghadapi pasar tunggal pada bidang jasa
Usaha Menengah khususnya di Indonesia?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap hak merek pada bidang jasa
Usaha Menengah dalam rangka menghadapi pasar tunggal ASEAN?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai,
yaitu:
1. Tujuan penulisan
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas
maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaturan hak merek pada bidang jasa Usaha
Menengah dalam rangka menghadapi pasar tunggal ASEAN.
b. Untuk mengetahui peranan Asean menghadapi pasar tunggal pada bidang
c. Untuk memahami perlindungan hukum terhadap hak merek pada bidang
jasa Usaha Menengah dalam rangka menghadapi pasar tunggal ASEAN.
2. Manfaat Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini
dantujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat
memberikanmanfaat sebagai berikut :
a. Pemerintah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan untuk meningkatkan
pengetahuan Pemerintah mengenai persiapan MEA dalam mengantisipasi
kondisi yang dihadapi, meningkatkan mutu, efisiensi produksi, memperlancar
transaksi perdagangan, serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan
transparan khususnya hak merek pada bidang Jasa usaha menengah dalam
rangka menghadapi Pasar Tunggal
b. Profesi Pelaku usaha
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan
penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan sebagai informasi untuk melakukan
pengkajian tentang peraturan perundang-undangan yang isinya mengenai jasa
usaha menengah khususnya.
c. Masyarakat Umum
Dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai dengan adanya MEA ini,
secara tidak langsung masyarakat dituntut untuk berkreativitas dan mampu
pada bidang Jasa usaha menengah dalam rangka menghadapi Pasar Tunggal di
Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat
Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai
“Perlindungan Hukum Terhadap Hak Merek Pada Bidang Jasa Usaha Menengah
Dalam Rangka Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN”. Pada dasarnya belum
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian
terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eggianina Sinuhaji, Tahun 2015, Mahasiswa
Fakultas Hukum Departemen Hukum Ekonomi, Program kekhususan Hukum
Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul “Kajian yuridis implikasi
masyarakat ekonomi asean (MEA) terhadap penanaman modal asing pada
sektor usaha rumah sakit”.
Pokok masalah dari penelitian adalah:
a.Bagaimanakah aspek hukum pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA)?
b. Bagaimanakah aspek hukum penanaman modal di Indonesia?
c.Bagaimanakah implikasi MEA terhadap penanaman modal asing sektor
2. Penelitian yang dilakukan oleh Robby Adhitya S, Tahun 2015, Mahasiswa
Fakultas Hukum Departemen Hukum Ekonomi, Program kekhususan Hukum
Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul “Kajian Yuridis Terhadap
Kedudukan Advokat Asing di Indonesia Dengan Keberadaan Masyarakat
Ekonomi Asean”.
Pokok masalah dari penelitian adalah:
a.Bagaimana pengaturan perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN ?
b. Bagaimana aspek hukum mengenai advokat asing di Indonesia?
c.Bagaimana pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan
perdagangan bebas sektor jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN?
Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut di
atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok
permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
E. Tinjauan Pustaka 1. Hak Merek
Merek sebagai salah satu bagian dari hak atas kekayaan intelektual
manusia yang sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang
yang khusus mengatur mengenai merek yaitu dengan Undang-undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang merek.14
Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.15Merek
telah digunakan sejak ratusan tahun untuk memberikan tanda dari produk yang
dihasilkan dengan maksud menunjukkan asal usul barang (indication of origin).
Merek dan sejenisnya dikembangan oleh para pedagang adanya industrialisasi.16
Merek (trademark) sebagai tanda dengan daya pembeda yang di gunakan
untuk perdagangan barang dan/atau jasa. Untuk itu merek harus memiliki elemen
tanda dengan daya pembeda, tanda tersebut harus digunakan dan untuk
perdagangan barang dan/atau jasa. Jadi merek merupakan definisi hukum yang
memberikan perlindungan dan upaya pemulihan jika suatu tanda perdagangan
digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu.
17
Jadi merek
bisa lebih luas atau lebih sempit daripada nilai suatu cap sebagai suatu ciri
pembeda (a distinctive character) dari barang dan jasa suatu perusahaan dengan
barang dan/atau jasa perusahaan lain.18
Merek bisa jadi merupakan bentuk perlindungan HKI yang paling dekat
dengan kehidupan sehari-hari. Barang atau jasa apapun yang dibutuhkan, lebih
14 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Edisi Revisi, (Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta, 2007), hal 89 15
Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media, 2012), hal 63
16 Muhamad Djumhana & R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan
Praktinya di Indonesia, (Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal 207
17
Rahmi Jened, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan, (Jakarta : Penerbit RajaGrafindo Rajawali Press, 2013), hal 207
18 Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law) : Dalam Era Global & Integrasi
sering disebut dengan nama dagangnya ketimbang nama generiknya. Merek atau
juga biasa dikenal dengan istilah brand - adalah penanda identitas dari sebuah
produk barang atau jasa yang ada dalam perdagangan. Namun tidak hanya sebagai
identitas semata, merek juga berperan penting mewakili reputasi tidak hanya
produknya, namun juga penghasil dari produk barang/jasa yang dimaksud.
Branding menjadi bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu
produk/jasa.19
2. Perkembangan Jasa Usaha Menengah
Hak Merek adalah bentuk perlindungan HKI yang memberikan hak
eksklusif bagi pemilik merek terdaftar untuk menggunakan merek tersebut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa, sesuai dengan kelas dan jenis barang/jasa untuk
mana merek tersebut terdaftar.
Hak Merek adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu
menggunakan sendiri merek tersebut atau member izin kepada sesorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakan
(Pasal 3 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001).
Jasa Usaha Menengah selalu menarik untuk dikaji, bukan hanya dari aspek
ketahanan, aspek pembiayaan, perolehan pinjaman atau dari aspek manajerial
usaha. Pada era globalisasi khususnya dengan adanya integrasi ekonomi di Asia
Tenggara, yaitu penyatuan ekonomi (Economic Union) yang menjadikan Asia
Tenggara menjadi suatu komunitas perekonomian dengan basis produksi tunggal
membuat Jasa Usaha Menengah harus mampu mempertahankan eksistensinya
ditengah gempuran ekonomi global.
Dalam hal ini, jasa Usaha Menengah ditutut untuk mampu bersaing dan
menciptakan produk yang dapat diterima tidak hanya oleh konsumen dalam negeri
(Indonesia) tetapi juga konsumen di Asia Tenggara. Jasa Usaha Menengah selalu
hadir karena memang diperlukan. Jasa Usaha Menengah ini selalu pula dapat
membuktikan ketahanannya, terutama ketika bangsa Indonesia dilanda badai
krisis ekonomi (sejak Juli 1997). Jasa usaha menengah ini tampak merupakan
salah satu sektor usaha penyangga utama yang dapat menyerap banyak tenaga
kerja.
Jasa usaha menengah mampu menjadi stabilisator dan dinamisator
perekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat penting
memperhatikan Jasa usaha menengah, disebabkan Jasa usaha menengah
mempunyai kinerja lebih baik dalam tenaga kerja yang produktif, meningkatkan
produktivitas tinggi, dan mampu hidup di sela-sela usaha besar. Jasa usaha
menengah mampu menopang usaha besar, seperti menyediakan bahan mentah,
suku cadang, dan bahan pendukung lainnya. Jasa usaha menengah juga mampu
menjadi ujung tombak bagi usaha besar dalam menyalurkan dan menjual produk
dari usaha besar ke konsumen. Kedudukan Jasa usaha menengah ini semakin
mantap. Selain mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak, Jasa usaha
menengah ini bersifat lincah sehingga mampu bertahan di dalam kondisi yang
tidak menguntungkan, seperti terjadinya krisis global seperti saat ini. Umumnya,
Jasa usaha menengah memiliki strategi dengan membuat produk unik dan khusus
Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang
peranan usaha skala Jasa usaha menengah. Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya
hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang
sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor
usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak
perang dunia II, sumbangan Jasa usaha menengah ternyata tak bisa diabaikan.20
Negara-negara berkembang yang mulai mengubah orientasinya ketika
melihat pengalaman-pengalaman di negara-negara tentang peranan dan
sumbangsih Jasa usaha menengah dalam pertumbuhan ekonomi. Jasa usaha
menengah memainkan peran-peran penting didalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di Negara-negara sedang berkembang (NSB),
tetapi juga di kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja
dibandingkan dengan usaha besar (UB). Di NSB, khususnya Asia, Afrika, dan
Amerika Latin, Jasa usaha menengah juga berperan sangat penting khususnya dari
perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin,
distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Serta pembangunan ekonomi
pedesaan.
21
Jasa usaha menengah telah tumbuh dan berkembang cepat dari waktu ke
waktu. Perkembangan yang cukup pesat ini berdampak pada kompetisi yang
semakin meningkat. Kompetisi yang meningkat cenderung menyebabkan tingkat
keuntungan (rate of return) yang diperoleh Jasa usaha menengah mengarah pada
20 Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal 3
21
keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak mampu
berkompetisi akan tergusur dari persaingan usaha.22
3. Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN
Secara umum, Masyarakat Ekonomi ASEAN diartikan sebagai sebuah
masyarakat yang saling terintegrasi satu sama lain (maksudnya antara negara yang
satu dengan negara yang lain dalam lingkup ASEAN) dimana adanya
perdagangan bebas diantara negara-negara anggota ASEAN yang telah disepaki
bersama antara pemimpin-pemimpin negara-negara ASEAN untuk mengubah
ASEAN menjadi kawasan yang lebih stabil, makmur dan kompetitif dalam
pembangunan ekonomi. Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa disingkat
menjadi MEA secara singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi
ASEAN yang artinya semua negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara
(ASEAN) menerapkan sistem perdagangan bebas. Indonesia dan seluruh
negara-negara ASEAN lainnya (9 negara-negara lainnya) telah menyepakati perjanjian MEA
tersebut atau yang dalam bahasa Inggrisnya adalah ASEAN Economy Community
atau AEC.23
MEA merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
memiliki pola mengintegrasikan ekonomu ASEAN dengan cara membentuk
sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota
ASEAN.24
22
Nety Herawati. Lilitan Masalah Usaha Mikro kecil, Menengah (UMKM) dan Kontroversi Kebijakan. (Medan: Bitra Indonesia, 2003), hal 34
Pengertian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah bentuk integrasi
masyarakat ASEAN dimana adanya perdaganan bebas di antara anggota-anggota
23
tanggal 3 Mei 2016)
24
Negara ASEAN yang telah di sepakati bersama Negara-negara ASEAN, dan
untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur dan sangat
kompetitif. Saat ini untuk mewujudkam Masyarakat Ekonomi ASEAN ini masih
harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang terdapat pada
masing-masing negara anggota. Beberapa tahapan awal mesti diwujudkan untuk
merealisasikan target atau sasaran bersama Masyarakat Asean tersebut, di
antaranya adalah melalui penerapan Masyarakat Ekonomi Asean.25
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya
sistem perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Definisi integrasi
ekonomi ASEAN secara umum adalah pencabutan atau penghapusan
hambatan-hambatan ekonomi (economic frontier) antara perekonomian Negara-negara
ASEAN. Hambatan-hambatan ekonomi tersebut meliputi semua pembatasan yang
menyebabkan mobilitas barang, jasa, faktor produksi, dan juga aliran komunikasi,
secara aktual maupun potensial. Secara operasional, integrasi ekonomi ASEAN
dapat didefenisikan sebagai pencabutan diskriminasi dan penyatuan politik
(kebijakan) seperti norma, peraturan, serta prosedur. Instrumen integrasi ekonomi
ASEAN meliputi bea masuk, pajak, mata uang, undang-undang, lembaga,
standarisasi, dan kebijaksanaan ekonomi. Tujuan integrasi ekonomi ASEAN
adalah untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa, meningkatkan
mobilitas kapital dan tenaga kerja, meningkatkan produksi, meningkatkan
efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.26
26
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan wujud integrasi
kawasan Asia Tenggara dalam bidang ekonomi. Inisiator integrasi MEA adalah
negara-negara anggota ASEAN. Kritik muncul bahwa integrasi yang didorong
ASEAN bersifat elitis. Dimana, masyarakat ASEAN sebenarnya tidak tahu tetapi
harus mengikuti arus yang berlangsung sebagai konsekuensi dari perjanjian
kerjasama regional para elit negara. Meski demikian, kesepakatan kerjasama
regional yang dirintis elit merupakan cerminan dari kondisi terkait mobilitas umat
manusia yang sebenarnya tidak bisa dibatasi dengan sekat-sekat negara. Karena,
mobilitas umat manusia telah berlangsung jauh sebelum sistem negara muncul
pasca perjanjian Westphalia 1684.27
4. Pengertian Pasar Tunggal Asean
Pasar tunggal merupakan adanya pasar bersama dalam suatu kawasan yang
mana aturan dan kebijakannya dibentuk bersama, ekspor impor pun dilakukan
bersama- sama sehingga tidak lagi kepada masing- masing Negara dalam proses
perdagangan internasional ini. Dalam pasar tunggal ini semua arus barang,
manusia, jasa dan modal bebas bergerak diantara kawasan ini tanpa ada protect.
Namun, untuk mencapai tahapan ini tidak dengan mudah, suatu regionalisme
harus sudah benar- benar kokoh dan kuat serta masing- masing Negara harus rela
mengorbankan sedikit kedaulatannya dan harus kompak dalam menjalankannya.28
Perjalanan untuk mewujudkan pasar tunggal ASEAN dan basis produksi
bersama, sudah dimulai, namun akan memakan waktu yang cukup lama untuk
27 Zaenal Muttaqin Dan Deasy Silvya Sari, Strategi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
(Umkm) Di Jatinangor Dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8, hal 68
28
berkembang sepenuhnya berdasarkan perbedaan tingkat pembangunan ekonomi di
negara anggota. AEC menargetkan untuk menciptakan basis produksi tunggal
yang memungkinkan bisnis mengeksplorasi dan melengkapi produk dan layanan
di wilayah ini, menciptakan jaringan lintas industri, dan terlibat dalam jaringan
pasokan global.
Implementasi Pasar Tunggal ASEAN sudah di ambang pintu. Namun,
kesiapan Indonesia dan daya saing para pelaku usaha di dalam negeri, untuk
menghadapi era perdagangan bebas itu, masih memprihatinkan. Sosialisasi
terhadap pemerintah daerah dan pelaku usaha di dalam negeri juga masih sangat
minim. Sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, akan terjadi arus
bebas atas barang, jasa, faktor produksi, investasi, dan modal, serta penghapusan
tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN. Hal ini diharapkan dapat
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi di antara negara-negara
anggotanya, melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.29
29
F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan
mengadakan analisa dan konstruksi.30
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang
digunakan antara lain:
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif, karena
untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penelitian hukum normatif terutama
dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai
ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang
perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.31
30
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 20
31 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm 54.
Penelitian
normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu
inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi penulis.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk
memperolah gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang hak merek pada
bidang jasa usaha menengah dalam menghadapi pasar tunggal Asean dapat
dikaitan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang
2. Sumber data
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.Data
sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.32
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan, antara lain:
b. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
c. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan
Menengah
d. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku,
pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer
dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
32 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library
reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan
membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan
pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan
perundang-undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan
penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan
secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari
teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori,
pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian.33
Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan
dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan
menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya
melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar
sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan
bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna
mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan
saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan. 4. Analisis data
34
33
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Op.Cit, hlm 24
34
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Bab I mengenai pendahuluan merupakan gambaran umum yang berisi
tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan,
sistematika penulisan.
Bab II mengenai Pengaturan Hak Merek Pada Bidang Jasa Usaha
Menengah Dalam Rangka Menghadapi Pasar Tunggal. Berisikan tentang
Pengertian dan Dasar Hukum Pengaturan Bidang Jasa Usaha Menengah, Bidang
Jasa Usaha Menengah Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN, Hak Merek
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001, Pengaturan Hak Merek pada
Bidang Jasa Usaha Menengah dalam rangka Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN.
Bab III mengenai Peranan Asean Menghadapi Pasar Tunggal Pada Bidang
Jasa Usaha Menengah. Berisikan tentang Konsep Pembentukan Masyarakat
Ekonomi ASEAN terdiri dari Latar belakang terbentuknya Masyarakat Ekonomi
ASEAN Maksud dan Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan
Kesepakatan MEA Terkait dengan Bidang Jasa Usaha Menengah. Pasar Tunggal
dan Peranannya terdiri dari Pengertian dan Dasar hukum Pasar Tunggal dan
Tantangan dan Peluang Indonesia menghadapi Pasar Tunggal ASEAN. Peran
Bab IV mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Hak Merek Pada Bidang
Jasa Usaha Menengah Dalam Rangka Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN. Bab
ini berisi tentang Peran dan kebijakan Pemerintah dan swasta Terhadap Hak
Merek di bidang Jasa Usaha Menengah dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN
dan Perlindungan Hukum atas Merek di Bidang Jasa Usaha Menengah di
Indonesia.
Bab V mengenai Kesimpulan dan Saran merupakan bab penutup dari
seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat