PENDAHULUAN Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan satu dari berbagai tanaman hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi di Indonesia khususnya Sumatera Utara. Petani di Samosir membudidayakan bawang merah dan menjadikan itu sebagai mata pencaharian mereka. Namun sampai sekarang ini fluktuasi harga bawang merah tergolong tinggi sehingga mempengaruhi perekonomian petani.
Hasil penelitian LIPI (2010), ternyata bawang merah mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai anti inflamasi dan antioksidan seperti kuersetin untuk antikanker pada regulasi siklus sel. Kandungan lain dari bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, kaemferol, karbohidrat, dan serat. Potensi bawang merah yang berperan penting untuk keperluan medis, kosmetik, dan bumbu yang tidak tergantikan menjadi alasan utama mengapa bawang merah akan semakin diminati di masa mendatang. Maka perlu dilakukan upaya pemuliaan tanaman agar diperoleh sumber bahan tanam yang unggul yang dapat menghasilkan kualitas tinggi. Salah satu dasar pemuliaan tanaman adalah adanya ketersediaan keragaman yang tinggi pada tanaman tersebut, sehingga memungkinkan dapat dilakukan seleksi terhadap bibit yang diinginkan.
Prospek dan potensi bawang merah sangat besar, dapat dilihat dari kebutuhan bawang merah yang semakin meningkat berbanding lurus dengan pertambahan penduduk. Oleh karena itu pengusahaan bawang merah Sumatera Utara perlu ditingkatkan dalam kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Data BRSPSU (2015) menyatakan bahwa produksi bawang merah tahun 2014 sebesar 7.810 ton. Produksi menurun sebesar 495 ton (5,96%). Penurunan ini disebabkan oleh
menurunnya produktivitas sebesar 0,14 ton per hektar (1,74%) dan luas panen menurun sebesar 45 hektar (4,29%) dibandingkan tahun 2013. Sehingga diperlukan impor bawang merah untuk menutupi kekurangan dari kebutuhan bawang merah tersebut. Beberapa tahun terakhir, pemerintah Sumatera Utara mengimpor bawang merah untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Terbukti dari laporan Siregar (2016) di Antara Sumut, pada tahun 2014 pemerintah Sumatera Utara mengimpor bawang merah 15.684 ton dari Thailand, India, dan Vietnam.
Impor bawang merah dapat ditekan dengan pengembangan bawang merah melalui kegiatan pemuliaan seperti karakterisasi dan evaluasi keragaman genetik untuk menghasilkan klon berdaya hasil tinggi. Strategi penelitian dan pengembangan bawang merah di Sumatera Utara diarahkan pada efisiensi usaha tani dan peningkatan produktivitas melalui perbaikan dalam hal budidaya dan genetik tanaman.
Dalam pengelolaan plasma nutfah, karakterisasi tanaman diperlukan untuk mengidentifikasi jenis atau varietas bawang merah dalam menyusun deskripsi varietas tetua sebagai substansi sifat keturunan yang diseleksi pada program pemuliaan, dan menentukan kekerabatan atau hubungan genetik diantara aksesi bawang merah tersebut. Informasi ini sebagai data bagi pemulia tanaman seperti: membedakan genotip intra maupun inter spesies, perbaikan produktivitas, ketahanan terhadap hama penyakit, toleran kekeringan, dan sebagainya. Karakterisasi berdasarkan sejumlah karakter yang berbeda dari suatu spesies yang sama dapat berupa analisis keragaman genetik. Tentunya hal ini dapat diterapkan pada bawang merah dari beberapa aksesi di Samosir, Sumatera utara.
2
Namun kendalanya, sampai saat ini gambaran deskripsi bawang merah di Sumatera Utara masih didasarkan pada karakter morfologi dan agronomi. Keragaman secara fenotip (morfologi) ditunjukkan melalui perbedaan karakter warna, bentuk, panjang jumlah anakan, diameter umbi, bentuk umbi, bobot umbi dan produktivitas. Deskripsi ini dinilai kurang akurat dan tidak sepenuhnya memenuhi syarat sebagai informasi dalam pengembangan bawang merah karena karena sifat-sifat yang kelihatan merupakan interaksi genetik dan kondisi lingkungan. Untuk mendukung pengembangan bawang merah di Sumatera Utara diperlukan kegiatan pemuliaan yang dapat menghasilkan klon bawang merah yang berdaya hasil tinggi, salah satunya adalah mengkarakterisasi dan mengevaluasi keragamana genetik, maka dari itu diperlukan data tingkat molekuler.
Identifikasi keragaman genetik dapat dilakukan melalui pendekatan morfologi dan molekuler. Perbedaan karakter morfologi dapat digunakan untuk mengkarakterisasi pola diversitas genetik, namun sifat yang ditunjukkan hanya dalam proporsi kecil dari karakter genetik dan cenderung dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Oleh karena itu identifikasi genetik secara molekuler diperlukan untuk melengkapi keterbatasan data keragaman genetik menggunakan penanda DNA (Deoxyribose Nucleid Acid / Asam Deoksiribosa Nukleat). Identifikasi genetik lebih akurat karena bersifat stabil, tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pelaksanaannya juga dapat dilakukan tanpa menunggu tanaman sampai berproduksi dengan bantuan alat penanda molekuler
Salah satu teknologi bidang biologi molekuler untuk mendeteksi keragaman genetik adalah penanda RAPD (Random Amplified Polimorphic DNA). Metode RAPD merupakan metode yang gampang dilakukan dan memiliki
3
keunggulan antara lain: kuantitas DNA yang dibutuhkan sedikit, hemat biaya, mudah dipelajari dan primer yang diperlukan sudah banyak dikomersialisasikan sehingga mudah diperoleh dan cepat menunjukkan tingkat polimorfis. Lagi pula selain tanaman musiman, analisis keragaman genetik pada tanaman tahunan juga menggunakan teknologi RAPD untuk meningkatkan efisiensi seleksi. Namun metoda RAPD memiliki kurangan yaitu tingkat pengulangan yang rendah, tetapi dapat diatasi dengan konsistensi kondisi PCR (Polymerase Chain Reaction). Metode PCR sangat sensitif sehingga digunakan untuk melipatgandakan DNA meskipun dalam jumlah yang sedikit.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi keragaman genetik bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada beberapa aksesi di Samosir menggunakan Marka RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)
Hipotesis Penelitian
Ada keanekaragaman genetik pada enam aksesi bawang merah (Allium ascalonicum L.) di Samosir yang diamati.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
4