EKSPOR
EKONOMI
KREATIF
No. Publikasi: 06110.1804
No. Katalog: 8202033
Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm
Jumlah Halaman: xvi + 243 halaman
Naskah: Subdirektorat Statistik Ekspor
Penyunting/Editor: Subdirektorat Statistik Ekspor
Gambar Kulit : Badan Ekonomi Kreatif
Gambar: Subdirektorat Statistik Ekspor
Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik
Dicetak oleh: CV. Petratama Persada
KATA PENGANTAR
Jakarta, Desember 2017
Kepala Badan Pusat Statistik,
Dr. Suhariyanto
E
konomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang
mengandalkan ide kreatiitas, budaya, dan teknologi
diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi
perekonomian nasional ke depan. Ekonomi kreatif menjadi
katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah
perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik
Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS
dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini
menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan
bagian dari
Big Data
ekonomi kreatif. Gambaran tentang
potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini
dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi:
Proil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan
Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi
Kreatif 2010–2016; Klasiikasi Jabatan Ekraf dalam
KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun
2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5
Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha;
Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010–2016 dan Upah
Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010–2016; serta Tabel Input
Output
Updating
Ekonomi Kreatif 2014.
Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai
basis pengambilan keputusan dan
monitoring
perkembangan dan
kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan
untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf
maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga
dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan
dunia usaha di bidang ekraf.
Akhirnya ucapan syukur ke hadirat Allah SWT dan terima kasih serta
penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerja sama dan
bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh)
kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerja sama BPS-Bekraf.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan
BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di
Indonesia maupun dunia internasional.
KATA PENGANTAR
I
ndonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam
yang bernilai ekspor tinggi. Meskipun demikian, ekspor sumber
daya alam tidak dapat diandalkan selamanya. Sumber daya alam
akan segera habis jika dieksploitasi secara berlebihan, sehingga
diperlukan strategi ekspor lain yang lebih berkelanjutan.
Sejak tahun 1980-an pemerintah telah menggalakkan industri
manufaktur sebagai alternatif ekspor yang lebih berkelanjutan.
Hasilnya, dominasi ekspor minyak mulai menurun di tahun
1985, sebaliknya ekspor manufaktur pun semakin
meningkat. Namun krisis ekonomi tahun 1997 membuat
neraca perdagangan yang sebelumnya selalu surplus
menjadi deisit. Faktanya, bahan baku dan bahan
pendukung industri manufaktur Indonesia masih
tergantung impor.
Pada era industri keempat atau yang disebut juga era
ekonomi kreatif, Indonesia memiliki peluang ekspor
yang lebih besar. Penduduk Indonesia yang besar,
merupakan aset yang dapat dimanfaatkan untuk
ekspor yang lebih berkelanjutan. Peluang ekspor pun
semakin terbuka dengan ditandatanganinya berbagai
perjanjian perdagangan bebas. Tantangannya adalah,
data ekspor ekonomi kreatif masih sangat terbatas.
Penyusunan buku Ekspor Ekonomi Kreatif 2010–2016 ini merupakan
salah satu upaya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) untuk menyediakan
data ekspor ekonomi kreatif. Buku ini menyajikan perkembangan ekspor
ekonomi kreatif selama tujuh tahun ke belakang. Meskipun belum
mencakup enam belas subsektor ekonomi kreatif karena keterbatasan
metodologi, namun buku ini diharapkan dapat menjawab beberapa
pertanyaan tentang ekspor ekonomi kreatif.
Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan
pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku
ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan
dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh
masyarakat Indonesia.
Jakarta, Desember 2017
Kepala Badan Ekonomi Kreatif,
Naskah
Subdirektorat Statistik Ekspor
Penanggung Jawab Umum
Dr. Drs. Anggoro Dwitjahyono, M.Si
Penanggung Jawab Teknis
Mila Hertinmalyana, M.Comm
Editor
Rini Kusumastuti, S.Si, MSE
Fadjar Herbowo, S.Si, MM
Agus Suryono, S.Kom, M.Si
Penulis Naskah
Purwaningsih, SST., MSE
Eka Andriani, SST
Fii Nofrida, SST
Sapto Rakhmawan, SST., M.Si
Suheri, SST., M.Si
Realita Eschachasthi, SST
Aris Saryono, SAP, M.Si
Untung Sumardi, SE
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR _______________________________________ iii
PENYUSUN ______________________________________________ vi
DAFTAR ISI ______________________________________________ vii
DAFTAR TABEL __________________________________________ ix
DAFTAR GAMBAR ________________________________________ xi
RINGKASAN EKSEKUTIF ___________________________________ xiii
Bab 1. Pendahuluan ______________________________________ 3
1.1 Latar Belakang ___________________________________ 3
1.2 Maksud dan Tujuan _______________________________ 4
1.3 Ruang Lingkup __________________________________ 4
Bab 2. Metodologi _______________________________________ 7
2.1 Konsep dan Deinisi _______________________________ 7
2.2 Metode Pengolahan Data __________________________ 10
Bab 3. Pembahasan ______________________________________ 15
3.1 Gambaran Umum ________________________________ 15
3.1.1 Perbandingan Ekspor Ekonomi Kreatif dengan
Ekspor Nonmigas Nasional _____________________ 16
3.1.2 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor _______ 17
3.1.3 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Negara Tujuan ___ 18
3.1.4 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Pelabuhan Muat __ 20
3.1.5 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Provinsi Asal _____ 22
3.2 Subsektor Film, Animasi, dan Video _________________ 23
3.2.1 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan
Video Menurut Negara Tujuan _________________ 24
3.2.2 Ekspor Subsektor Film, Animasi dan Video
Menurut Pelabuhan Muat _____________________ 25
3.2.3 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Provinsi Asal ________________________ 25
3.3 Subsektor Kriya __________________________________ 26
3.3.1 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Negara Tujuan ___ 27
3.3.2 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Pelabuhan
3.4 Subsektor Kuliner ________________________________ 31
3.4.1 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Negara
Tujuan ____________________________________ 32
3.4.2 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 34
3.4.3 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Provinsi Asal ___ 36
3.5 Subsektor Musik _________________________________ 38
3.5.1 Ekspor Subsektor Musik Menurut Negara Tujuan ___ 39
3.5.2 Ekspor Subsektor Musik Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 41
3.5.3 Ekspor Subsektor Musik Menurut Provinsi Asal ____ 43
3.6 Subsektor
Fashion
________________________________
43
3.6.1 Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut Negara
Tujuan _____________________________________ 46
3.6.2 Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 47
3.6.3 Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut Provinsi Asal ___ 48
3.7 Subsektor Penerbitan _____________________________ 50
3.7.1 Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut Negara
Tujuan _____________________________________ 52
3.7.2 Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 54
3.7.3 Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut Provinsi
Asal _______________________________________ 56
3.8 Subsektor Seni Rupa ______________________________ 58
3.8.1 Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut Negara
Tujuan _____________________________________ 60
3.8.2 Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 63
3.8.3 Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut Provinsi
Asal _______________________________________ 64
Bab 4. Kesimpulan dan Saran ______________________________ 69
4.1 Kesimpulan _____________________________________ 69
4.1 Saran __________________________________________ 70
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Ekraf, Ekspor Nonmigas dan
Ekspor Total, 2010–2016 ____________________________ 16
Tabel 2. Nilai Ekspor Ekraf Menurut Subsektor (Ribu US$),
2010–2016 _______________________________________ 17
Tabel 3. Nilai FOB, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Negara Tujuan, 2010–2016 __________________ 19
Tabel 4. Nilai FOB, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016 _________________ 21
Tabel 5. Berat Bersih, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Pelabuhan Muat
, 2010−2016 ________________ 21
Tabel 6. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Negara Tujuan, 2010–2016 __________________ 25
Tabel 7. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016 _________________ 25
Tabel 8. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Provinsi Asal, 2010−2016 ____________________ 25
Tabel 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Negara Tujuan,
2010–2016 _______________________________________ 28
Tabel 10. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Pelabuhan
Muat, 2010−2016 _________________________________ 29
Tabel 11. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor 5 Kelompok KBLI
Utama Subsektor Kriya Melalui Bandar Udara
Juanda, 2015−2016 ________________________________ 30
Tabel 12. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Provinsi Asal,
2010−2016 _______________________________________ 30
Tabel 13. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Provinsi Asal,
2010−2016 _______________________________________ 36
Tabel 14. Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner Menurut
Provinsi Asal, 2010–2016 ___________________________ 38
Tabel 15. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Musik,
Tabel 16. Nilai FOB Ekspor Subsektor Musik Menurut KBLI,
2010–2016 _______________________________________ 39
Tabel 17. Nilai Ekspor Subsektor Musik Menurut Negara Tujuan,
2010–2016 _______________________________________ 40
Tabel 18. Berat Bersih Ekspor Subsektor Musik Menurut Negara
Tujuan, 2010–2016 ________________________________ 41
Tabel 19. Nilai Ekspor Subsektor Musik Menurut Pelabuhan Muat,
2010–2016 _______________________________________ 42
Tabel 20. Berat Bersih Ekspor Subsektor Musik Menurut Pelabuhan
Muat, 2010–2016 __________________________________ 42
Tabel 21. Nilai Ekspor Subsektor Musik Menurut Provinsi Asal,
2010–2016 _______________________________________ 43
Tabel 22. Nilai FOB Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut KBLI,
2010–2016 _______________________________________ 45
Tabel 23. Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut Negara Tujuan,
2010–2016 _______________________________________ 46
Tabel 24. Nilai FOB Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut Pelabuhan
Muat, 2010–2016 __________________________________ 47
Tabel 25. Nilai FOB Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut
Provinsi Asal Barang, 2010–2016 _____________________ 49
Tabel 26. Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut
KBLI 2015, 2010–2016 ______________________________ 52
Tabel 27. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut 10 Negara Tujuan Utama, 2010–2016 __________ 53
Tabel 28. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut 10 Pelabuhan Muat Utama, 2010–2016 ________ 55
Tabel 29. Perkembangan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut 10 Provinsi Asal Utama, 2010–2016 ___________ 57
Tabel 30. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa,
2010–2016 _______________________________________ 58
Tabel 31. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa,
2010–2016 _______________________________________ 59
Tabel 32. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa
Menurut Negara Tujuan, 2010–2016 __________________ 62
Tabel 33. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016 _________________ 63
Tabel 34. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf dan Ekspor Total,
2010–2016 _____________________________________ 15
Gambar 2. Peranan Ekspor Ekraf Menurut Subsektor,
2015 dan 2016 __________________________________ 18
Gambar 3. Peranan Ekspor Ekraf ke 10 Negara Tujuan
Terbesar (%), 2015–2016 __________________________ 20
Gambar 4. Berat Bersih Ekspor Ekraf Melalui Pelabuhan
Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak dan
Pelabuhan Tanjung Emas Menurut Subsektor
(Ribu ton), 2016 _________________________________ 22
Gambar 5. Nilai FOB dan Peranan Ekspor Ekraf Menurut
Provinsi Asal, 2016 ______________________________ 23
Gambar 6. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor
Film, Animasi, dan Video, 2010–2016 _______________ 24
Gambar 7. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya,
2010–2016 ____________________________________ 26
Gambar 8. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya (%),
2011–2016 _____________________________________ 27
Gambar 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya ke Lima Negara
Tujuan Utama, 2010–2016 ________________________ 28
Gambar 10. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner,
2010–2016 ____________________________________ 31
Gambar 11. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
Menurut 5 Negara Utama, 2010–2016 ______________ 32
Gambar 12. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
2016 terhadap 2015 Menurut Negara Tujuan (%) _____ 32
Gambar 13. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Kuliner Menurut 5 Negara Tujuan Utama,
2010–2016 ____________________________________ 33
Gambar 14. Pertumbuhan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner
Gambar 15. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
Menurut 5 Pelabuhan Muat Utama, 2010–2016 ______ 34
Gambar 16. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
2016 terhadap 2015 Menurut Pelabuhan Muat (%) ____ 35
Gambar 17. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Kuliner Menurut 5 Pelabuhan Muat Utama,
2010–2016 ____________________________________ 35
Gambar 18. Pertumbuhan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Kuliner 2016 terhadap 2015 Menurut Pelabuhan
Muat (%) ______________________________________ 36
Gambar 19. Komoditas Utama yang Diekspor dari Provinsi
Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta, 2016 ________ 37
Gambar 20. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor
Subsektor
Fashion
, 2010–2016 ____________________ 44
Gambar 21. Persentase Peranan Nilai FOB Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut Negara Tujuan, 2016 ______________ 46
Gambar 22. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Fashion
Menurut Provinsi Asal Barang, 2010–2016 ____ 49
Gambar 23. Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan,
2010–2016 ____________________________________ 50
Gambar 24. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Penerbitan, 2010–2016 __________________________ 51
Gambar 25. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut
Negara Tujuan, 2016 ____________________________ 54
Gambar 26. Peranan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut Pelabuhan Muat Utama, 2015–2016 ________ 56
Gambar 27. Peranan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut Provinsi Asal Utama, 2015–2016 ___________ 58
Gambar 28. Perkembangan Nilai dan Berat Ekspor Subsektor
Seni Rupa dan Perubahannya, 2010–2016 ___________ 59
Gambar 29. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor
Seni Rupa Menurut Kawasan Negara, 2015–2016 ____ 60
Gambar 30. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut
Kawasan Negara, 2010–2015 _____________________ 61
Gambar 31. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Seni Rupa,
2015–2016 ____________________________________ 61
Gambar 32. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Seni Rupa
RINGKASAN EKSEKUTIF
E
konomi kreatif merupakan era baru ekonomi setelah ekonomi
pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang
mengintensifkan informasi dan kreatiitas dengan mengandalkan
ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor
produksi utama dalam kegiatan ekonominya.
1Adanya hubungan antara
tingkat kebutuhan manusia dan tingkat interaksi sosial yang semakin
tinggi menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah satu pusat perhatian
yang diyakini dapat berkontribusi secara positif terhadap perekonomian
global saat ini.
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Namun tidak
semua komoditas subsektor-subsektor ekraf ada dalam seri data ekspor
Indonesia. Selama periode 2010–2016 hanya ada tujuh subsektor ekraf
yang komoditasnya diekspor ke luar negeri yaitu ilm, animasi, dan video;
kriya; kuliner; musik;
fashion
; penerbitan; dan seni rupa. Dari ketujuh
subsektor tersebut, 90 persen lebih merupakan ekspor komoditas
fashion
dan kriya, sekitar enam persen adalah ekspor komoditas subsektor
kuliner dan sisanya adalah ekspor dari komoditas subsektor penerbitan;
seni rupa; musik; serta ilm, animasi, dan video.
Selama periode tahun 2010 hingga 2016 nilai ekspor komoditas ekonomi
kreatif mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Dibuka dengan nilai
US$13,51 miliar di tahun 2010 hingga mencapai US$19,99 miliar di tahun
2016. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ekspor komoditas
ekonomi kreatif Indonesia di masa yang akan datang merupakan salah
satu potensi besar yang bisa diharapkan mampu mendorong kembali
peningkatan ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Jika dilihat menurut negara tujuan, Amerika Serikat menjadi negara tujuan
dengan nilai ekspor terbesar. Komoditas ekraf utama yang diekspor ke
Amerika Serikat adalah komoditas dari subsektor
fashion
yaitu pakaian
jadi (konveksi) dari tekstil.
Pelabuhan muat utama ekspor ekraf pada tahun 2016 adalah Pelabuhan
Tanjung Priok, Bandar Udara Juanda, dan Pelabuhan Tanjung Emas
sedangkan provinsi asal utama ekspor ekraf pada tahun 2016 adalah
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009, ekonomi kreatif (ekraf )
adalah kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, ketrampilan,
dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta
individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang
menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam
menggerakkan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara
diharapkan tidak lagi hanya mengandalkan sumber daya alam sebagai
aset utama.
Ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang menjadi harapan baru
bagi perekonomian Indonesia. Berbeda dengan sektor lain yang sangat
tergantung pada eksploitasi sumber daya alam, kekuatan ekonomi
kreatif lebih bertumpu kepada keunggulan sumber daya manusia. Karya
seni, arsitektur, buku, inovasi teknologi, dan animasi, berasal dari ide-ide
kreatif pemikiran manusia.
1.2 Maksud dan Tujuan
Secara umum maksud dan tujuan dari laporan ini adalah:
1. Mengidentiikasi subsektor apa saja yang menjadi ekspor andalan
dari sektor ekraf.
2. Mengidentiikasi perkembangan ekspor beberapa subsektor yang
menjadi bagian dari sektor ekraf.
1.3 Ruang Lingkup
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015,
kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor
tersebut adalah arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual;
desain produk; ilm, animasi, dan video; fotograi; kriya; kuliner; musik;
fashion
; aplikasi dan
game developer
; penerbitan; periklanan; televisi dan
radio; seni pertunjukan; dan seni rupa.
Laporan ini hanya akan membahas tujuh subsektor ekraf yang terdapat
dalam
series
data ekspor Indonesia periode 2010–2016.
Subsektor-subsektor tersebut adalah ilm, animasi, dan video; kriya; kuliner; musik;
fashion
; penerbitan; dan seni rupa.
METODOLOGI
2.1 Konsep dan Definisi
Beberapa konsep dan deinisi variabel-variabel terkait dengan ekspor
ekonomi kreatif adalah sebagai berikut:
1.
Harmonized System
(HS) merupakan suatu daftar penggolongan
barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan mempermudah
penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik
yang telah diperbaiki dari sistem klasiikasi sebelumnya. HS juga
dideinisikan sebagai standar internasional atas sistem penamaan
dan penomoran yang digunakan untuk pengklasiikasian produk
perdagangan dan turunannya yang dikelola oleh
World Customs
Organization
(WCO).
2.
Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan
klasiikasi baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat
di Indonesia, yang dirinci menurut kategori. KBLI hanya
mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi tidak
membedakan unit produksi menurut kepemilikan, jenis badan
hukum, formal atau informal.
3.
Pelabuhan muat merupakan pelabuhan tempat muat barang yang
akan diekspor.
4.
Provinsi muat merupakan provinsi tempat muat barang yang akan
diekspor.
Bab 2. Metodologi
5.
Provinsi asal merupakan provinsi asal barang yang akan diekspor.
6.
Negara tujuan merupakan negara tujuan akhir ekspor yang diketahui
(
last known destination
).
7.
Berat bersih merupakan berat bersih barang tanpa kemasan (dalam
satuan Kg).
8.
Nilai FOB (
Free on Board
) merupakan nilai ekspor (dalam satuan
US$). Dalam FOB pihak eksportir hanya bertanggung jawab sampai
barang berada di atas kapal (
vessel
).
9.
Ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu
kekayaan intelektual yang lahir dari kreativitas manusia berbasis
ilmu pengetahuan, warisan budaya, dan teknologi. Ekonomi kreatif
ini terbagi menjadi 16 subsektor.
10. Subsektor Arsitektur merupakan wujud hasil penerapan
pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam
menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari
kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu
dengan keseluruhan lingkungan ruang.
11. Subsektor Desain Interior merupakan kegiatan yang memecahkan
masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait
ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi
aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik.
12. Subsektor Desain Komunikasi Visual merupakan seni menyampaikan
pesan (
arts of commmunication
) dengan menggunakan bahasa
rupa (
visual language
) yang disampaikan melalui media berupa
desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga
merubah perilaku target
audience
sesuai dengan tujuan yang ingin
diwujudkan. Sedangkan bahasa rupa yang dipakai berbentuk grais,
tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipograi/huruf dan sebagainya.
13. Subsektor Desain Produk merupakan salah satu unsur memajukan
industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh
masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai
kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan
jaminan dan sebagainya.
Industrial Design Society of America
(IDSA)
mendeinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang
menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesiikasi yang
mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan
sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik.
£
14. Subsektor Film, Animasi, dan Video. Film merupakan karya seni
gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan
dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya
menggunakan kaidah-kaidah sinematograi. Animasi merupakan
tampilan
frame
ke
frame
dalam urutan waktu untuk menciptakan
ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat
seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Video merupakan sebuah
aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam
(
capture
) atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui
media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak
alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya,
sosial, dan ekonomi.
15. Subsektor Fotograi merupakan sebuah industri yang mendorong
penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu
objek foto dengan menggunakan perangkat fotograi, termasuk
di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas,
serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan
kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.
16. Subsektor Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang
merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari
warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa
karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat
dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik
yang digunakan, dan juga tematik produknya.
17. Subsektor Kuliner merupakan kegiatan persiapan, pengolahan,
penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur
kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen
terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut,
untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi
konsumen.
18. Subsektor Musik merupakan segala jenis usaha dan kegiatan kreatif
yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman,
promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
19. Subsektor
Fashion
merupakan suatu gaya hidup dalam
berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok.
20. Subsektor Aplikasi dan
Game Developer
merupakan suatu media
atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan
balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (
objectiv
e)
dan aturan (
rules
).
21. Subsektor Penerbitan merupakan suatu usaha atau kegiatan
mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten
kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk
tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi
untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik,
ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial
ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.
22. Subsektor Periklanan merupakan bentuk komunikasi melalui media
tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar
memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa.
23. Subsektor Televisi dan Radio. Televisi merupakan kegiatan kreatif
yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam
bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format
suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual
secara teratur dan berkesinambungan. Radio merupakan kegiatan
kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi
dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam
format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual
secara teratur dan berkesinambungan.
24. Subsektor Seni Pertunjukan merupakan cabang kesenian yang
melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil (
performers
),
yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan
kepada penonton (
audiences
); baik dalam bentuk lisan, musik, tata
rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara
langsung (
live
) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini
(
hic et nunc
).
25. Subsektor Seni Rupa merupakan penciptaan karya dan saling
berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual
dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan
budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk
keberlanjutan ekosistemnya.
2.2 Metode Pengolahan Data
Data ekspor ekonomi kreatif (ekraf ) yang tersedia merupakan data
ekspor barang bulanan tahun 2010 sampai dengan 2016. Dalam
melakukan pengolahan data digunakan
Software Microsoft Visual Foxpro
dan
Microsoft Oice
.
£
Pengolahan
data
menggunakan
Variabel-variabel yang diolah adalah
Harmonized System
(HS), Klasiikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), subsektor ekraf, pelabuhan muat,
provinsi muat, provinsi asal, negara tujuan, berat bersih, dan nilai FOB.
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum
Nilai ekspor Indonesia tahun 2010 secara total mencapai US$157,78
miliar. Selanjutnya pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar
28,98 persen menjadi US$203,50 miliar. Selama tahun 2012 sampai
2016, nilai ekspor Indonesia cenderung terus mengalami penurunan.
Namun sebaliknya ekspor komoditas ekraf Indonesia cenderung terus
mengalami peningkatan.
Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf dan Ekspor Total,
2010–2016
Bab 3. Pembahasan
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
£
Ekspor
komoditas
ekraf Indonesia
cenderung terus
mengalami
peningkatan
0
50 000
100 000
150 000
200 000
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
N
il
a
i (J
u
ta
U
S
$
)
Tahun 2010 nilai ekspor ekraf hanya sebesar US$13,51 miliar, terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga mencapai US$19,99
miliar pada tahun 2016. Jika nilai ekspor ekraf Indonesia terus meningkat
maka lambat laun ekspor Indonesia secara total tentu juga akan
meningkat. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ekspor ekraf
Indonesia di masa yang akan datang merupakan salah satu potensi besar
yang bisa diharapkan mampu mendorong kembali peningkatan ekspor
Indonesia secara keseluruhan.
3.1.1 Perbandingan Ekspor Ekonomi Kreatif dengan
Ekspor Nonmigas Nasional
Selama periode 2010 sampai 2016, ekspor nonmigas Indonesia
cenderung mengalami penurunan. Ekspor nonmigas hanya mengalami
peningkatan pada tahun 2011 sebesar 24,88 persen, selanjutnya terus
mengalami penurunan sampai tahun 2015. Pada tahun 2016 ekspor
nonmigas mengalami peningkatan tipis yaitu 0,22 persen. Peningkatan
ekspor nonmigas 2016 belum mampu mendorong peningkatan ekspor
Indonesia secara keseluruhan karena ekspor migas Indonesia pada
tahun tersebut mengalami penurunan yang cukup signiikan yaitu 29,44
persen.
Berbeda dengan ekspor nonmigas, nilai ekspor ekraf justru menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 sampai
2016, ekspor ekraf hanya mengalami penurunan sedikit pada tahun
2012 sebesar 1,29 persen. Selanjutnya ekspor ekraf terus mengalami
peningkatan sampai tahun 2016. Secara rata-rata selama periode
2010−2016 ekspor ekraf mengalami peningkatan sebesar 6,93 persen
per tahun. Peningkatan terbesar ekspor ekraf terjadi pada tahun 2014
yaitu sebesar US$2.294,3 juta atau sebesar 14,46 persen.
£
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Deskripsi
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nilai Ekspor
Ekraf (miliar US$)
13,51
15,64
15,44
15,87
18,16
19,36
19,99
Nonmigas (miliar US$)
129,74
162,02
153,04
149,92
145,96
131,79
132,08
Total Migas dan Nonmigas
(miliar US$)
157,78
203,50
190,02
182,55
175,98
150,37
145,19
Perubahan
Ekspor
Ekraf (%)
-
15,80
-1,29
2,79
14,46
6,60
3,23
Nonmigas (%)
-
24,88
-5,54
-2,04
-2,64
-9,71
0,22
Total Migas dan Nonmigas (%)
-
28,98
-6,62
-3,93
-3,60
-14,55
-3,44
Peranan Ekspor
Ekraf
thd Ekspor Nonmigas (%)
10,41
9,65
10,09
10,59
12,45
14,69
15,13
thd Ekspor Total (%)
8,56
7,69
8,13
8,69
10,32
12,88
13,77
Jika dibandingkan dengan ekspor komoditas nonmigas, secara rata-rata
selama periode 2010 sampai 2016 ekspor komoditas ekraf mencapai
11,86 persen dari keseluruhan ekspor nonmigas. Dari tahun ke tahun
peranan ekspor ekraf terus mengalami peningkatan, dari awalnya hanya
mencapai 10,41 persen pada tahun 2010 selanjutnya terus mengalami
peningkatan hingga mencapai 15,13 persen pada tahun 2016.
3.1.2 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015,
kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor
tersebut adalah: arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual;
desain produk; ilm, animasi dan video; fotograi; kriya; kuliner; musik;
fashion
; aplikasi dan
game developer
; penerbitan; periklanan; televisi
dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa. Masing-masing subsektor
tersebut terdiri dari beberapa kelompok Klasiikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) 2015 lima digit.
Tidak semua komoditas subsektor-subsektor ekraf ada dalam seri
data ekspor Indonesia. Selama periode 2010–2016 hanya ada tujuh
subsektor ekraf yang komoditasnya diekspor ke luar negeri yaitu ilm,
animasi dan video; kriya; kuliner; musik;
fashion
; penerbitan; dan seni
rupa. Dari ketujuh subsektor tersebut, 90 persen lebih merupakan
ekspor komoditas
fashion
dan kriya, sekitar enam persen adalah ekspor
komoditas subsektor kuliner dan sisanya adalah ekspor dari komoditas
subsektor penerbitan; seni rupa; musik; serta ilm, animasi, dan video.
Subsektor ilm, animasi, dan video merupakan subsektor yang memiliki
nilai ekspor terkecil selama periode 2010−2016, dan ekspor komoditas
ini hanya ada pada tahun 2011, 2015, dan 2016.
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Subsektor
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Film, Animasi, Video
0,0
2,0
0,0
0,0
0,0
0,1
1,2
Kriya
4 294 196,8
4 390 189,6
4 358 484,7
4 282 512,5
6 363 369,8
7 264 504,8
7 797 661,1
Kuliner
594 239,5
863 166,3
960 895,4
956 934,0
1 081 180,1
1 178 955,6
1 260 503,6
Musik
14,6
2,5
20,4
56,9
10,6
29,0
14,5
Fashion
8 584 325,1 10 356 882,4 10 084 407,5 10 593 408,8 10 698 835,3 10 895 217,7 10 901 481,5
Penerbitan
28 602,7
22 210,7
21 200,0
27 159,6
15 983,6
22 334,5
26 166,8
Seni Rupa
5 631,9
8 943,7
14 573,6
10 556,6
5 550,6
3 035,7
3 039,9
£
Selama periode
2010–2016
hanya ada
tujuh subsektor
ekraf yang
komoditasnya
diekspor ke luar
negeri
Pada tahun 2016 nilai ekspor subsektor
fashion
mencapai US$10,90
miliar, meningkat sebesar 0,06 persen dibandingkan tahun 2015.
Sedangkan ekspor komoditas subsektor kriya pada tahun 2016 nilainya
mencapai US$7,80 miliar, meningkat sebesar 7,34 persen dibandingkan
ekspor komoditas ini tahun 2015.
Jika kontribusi ekspor komoditas subsektor
fashion
dan kriya
dibandingkan, maka terlihat bahwa pada tahun 2016 kontribusi ekspor
komoditas subsektor
fashion
menurun sedangkan kontribusi ekspor
komoditas subsektor kriya meningkat. Penurunan kontribusi dari ekspor
komoditas subsektor
fashion
tidak disebabkan oleh penurunan nilai dari
ekspor komoditas tersebut pada tahun 2016, tetapi lebih disebabkan
karena presentase kenaikan nilai ekspornya lebih kecil dibandingkan
peningkatan ekspor komoditas subsektor kriya.
Gambar 2. Peranan Ekspor Ekraf Menurut Subsektor, 2015 dan 2016
3.1.3 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Negara Tujuan
Nilai ekspor ke sepuluh negara tujuan ekspor ekraf terbesar selama
periode 2010–2016 terdapat pada Tabel 3. Pada tahun 2016 nilai ekspor
kesepuluh negara tersebut mencapai US$14,67 miliar atau 73,41 persen
dari ekspor ekraf secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan tahun
2015, ekspor ke sepuluh negara tersebut pada tahun 2016 mengalami
kenaikan sebesar 13,43 persen. Nilai ekspor yang mengalami peningkatan
paling tinggi adalah nilai ekspor ke Swiss yaitu sebesar 117,37 persen.
Pada tahun 2015 nilai ekspor ke Swiss hanya sebesar US$960,9 juta
dan meningkat menjadi US$2,09 miliar pada tahun 2016. Peningkatan
ekspor yang cukup besar ke Swiss disebabkan oleh permintaan akan
komoditas hasil subsektor kriya yaitu hasil industri barang perhiasan dari
logam mulia untuk keperluan pribadi naik cukup tajam sebesar US$1,13
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
miliar. Peningkatan nilai ekspor komoditas subsektor kriya yang cukup
signiikan tersebut menjadikan Swiss sebagai negara kedua tujuan
ekspor ekraf pada tahun 2016, menggeser posisi Jepang.
Dari kesepuluh negara tujuan ekspor tersebut, ekspor ekraf yang terus
menerus mengalami peningkatan adalah ekspor ekraf ke negara Korea
Selatan, Tiongkok, dan Hongkong. Tiongkok merupakan negara yang
selalu mengalami pertumbuhan di atas 20 persen selama periode
2011–2015, namun tahun 2016 terjadi perlambatan pertumbuhan. Nilai
ekspornya hanya tumbuh sebesar 18,57 persen. Sedangkan negara
tujuan ekspor ekraf yang terus mengalami penurunan selama periode
2010–2016 adalah Inggris. Pada tahun 2010 nilai ekspor ekraf ke Inggris
mencapai US$689,8 juta, selanjutnya terus mengalami penurunan hingga
pada tahun 2016 nilai ekspor ekrafnya menjadi US$511,6 juta atau turun
sebesar 7,52 persen bila dibandingkan dengan tahun 2015.
Selama periode 2010–2016, Amerika Serikat merupakan negara tujuan
ekspor komoditas ekraf Indonesia yang terbesar. Rata-rata setiap tahun
peranan ekspor komoditas subsektor ekraf ke negara tersebut mencapai
36,24 persen terhadap keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Pada tahun
2016 peranannya mencapai 30,24 persen, mengalami penurunan sebesar
1,48 persen dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2015. Begitu
pula secara nilai absolut, ekspor ekraf ke Amerika Serikat tahun 2016
menurun sebesar 1,60 persen dibanding tahun 2015.
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Negara
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Amerika Serikat
5 647,3
6 221,8
5 891,1
6 125,0
6 058,7
6 142,8
6 044,6
30,24
-1,60
Swiss
25,1
25,2
24,0
22,7
39,3
960,9
2 088,6
10,45
117,37
Jepang
773,2
1 047,2
1 244,6
1 336,5
1 342,4
1 305,3
1 357,4
6,79
3,99
Singapura
299,3
302,3
345,0
325,8
539,5
740,2
1 227,8
6,14
65,87
Jerman
833,2
981,9
888,5
846,1
924,0
882,5
886,1
4,43
0,40
Tiongkok
170,7
292,4
362,2
446,0
551,0
675,7
801,2
4,01
18,57
Hongkong
88,8
132,9
157,7
166,5
532,5
584,7
652,3
3,26
11,57
Belgia
438,1
534,3
526,3
503,5
584,0
567,8
576,0
2,88
1,44
Korea Selatan
198,9
329,0
405,7
496,2
514,2
523,3
527,7
2,64
0,84
Inggris
689,8
656,0
638,4
596,1
590,8
553,2
511,6
2,56
-7,52
Total 10 Negara
9 164,5 10 523,0 10 483,5 10 864,4 11 676,6 12 936,5 14 673,3
73,41
13,43
Lainnya
4 342,5
5 118,4
4 956,1
5 006,2
6 488,4
6 427,6
5 315,6
26,59
-17,30
Total Ekspor Ekraf
13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1 19 988,9
100,00
3,23
£
ekraf ke negara
Korea Selatan,
Tiongkok, dan
Hongkong
Selanjutnya negara tujuan ekspor terbesar ketiga adalah Jepang. Pada
tahun 2016 ekspor ekraf Indonesia ke negara ini mencapai US$1,36
miliar, naik sebesar 3,99 persen dibandingkan dengan nilai ekspor tahun
2015 yang mencapai US$1,31 miliar. Pada tahun 2016, peranan ekspor
ekraf ke Jepang mencapai 6,79 persen. Peranan ini mengalami kenaikan
sebesar 0,05 persen dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai
6,74 persen. Secara rata-rata selama periode 2010–2016 peranan ekspor
ekraf ke negara ini sebesar 7,12 persen setiap tahunnya.
Gambar 3. Peranan Ekspor Ekraf ke 10 Negara Tujuan Terbesar (%),
2015–2016
3.1.4 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Pelabuhan Muat
Tabel 4 menunjukkan nilai ekspor dari sepuluh pelabuhan muat
ekspor terbesar selama periode 2010–2016. Pada tahun 2016, sepuluh
pelabuhan muat tersebut mengangkut ekspor ekraf senilai US$19,90
miliar atau 99,54 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Jika
dilihat secara
series
selama periode 2010–2016, maka setiap tahunnya
rata-rata sebanyak 98,74 persen nilai ekspor ekraf diangkut dari sepuluh
pelabuhan tersebut dan hanya 1,26 persen diangkut dari
pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia.
Dari peranan sebesar 99,54 persen; 53,44 persen ekspor ekraf tahun 2016
diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Priok; 17,34 persen diekspor melalui
Bandar Udara Juanda; 10,55 persen diekspor melalui Pelabuhan Tanjung
Emas; 8,63 persen diekspor melalui Bandar Udara Soekarno Hatta; 6,93
persen diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak; serta sisanya melalui
Pelabuhan Batu Ampar, Ngurah Rai, Sungai Guntung, Sekupang dan
Belawan. Dari sepuluh pelabuhan muat tersebut, ekspor ekraf tahun
2016 yang melalui Bandar Udara Juanda mengalami peningkatan paling
tinggi yaitu sebesar 32,07 persen jika dibandingkan ekspor ekraf tahun
2015. Sedangkan ekspor ekraf melalui Pelabuhan Sekupang mengalami
penurunan nilai paling tajam yaitu sebesar 17,84 persen.
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
£
Tabel 4. Nilai FOB, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Jika dilihat berdasarkan berat bersihnya, pada tahun 2016 sebanyak 98,94
persen ekspor komoditas ekraf dimuat melalui Pelabuhan Tanjung Priok,
Tanjung Perak, Tanjung Emas, Batu Ampar, Belawan, Sungai Guntung,
Sekupang, Ujung Pandang, Tembilahan, dan Bandar Udara
Soekarno-Hatta. Berat bersih ekspor dari sepuluh pelabuhan muat tersebut
mengalami penurunan sebesar 1,34 persen jika dibandingkan dengan
tahun 2015.
Pelabuhan
Nilai FOB (Juta US$)
% Peran
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Tanjung Priok
8 832,5 10 621,3 10 619,7 10 736,6 10 922,9 10 917,9
10 681,9
53,44
-2,16
Juanda (U)
23,3
122,9
71,2
74,2
1 848,5
2 624,8
3 466,6
17,34
32,07
Tanjung Emas
1 664,7
1 655,8
1 561,1
1 682,2
1 901,7
2 018,6
2 108,9
10,55
4,47
Soekarno-Hatta (U)
1 021,0
1 094,3
961,6
1 130,5
1 257,6
1 688,0
1 724,1
8,63
2,14
Tanjung Perak
1 290,5
1 372,3
1 388,9
1 400,3
1 412,3
1 416,6
1 385,7
6,93
-2,18
Batu Ampar
157,7
298,6
296,6
275,7
253,6
253,7
219,2
1,10
-13,61
Ngurah Rai (U)
143,1
151,2
136,8
128,5
123,8
113,3
114,0
0,57
0,59
Sungai Guntung
0,0
-
38,6
42,7
62,2
69,6
82,9
0,41
19,13
Sekupang
33,0
43,9
61,7
68,9
61,3
69,6
57,2
0,29
-17,84
Belawan
80,1
84,4
83,6
71,2
64,4
52,2
55,9
0,28
7,09
Total 10 Pelabuhan
13 245,8 15 444,8 15 219,7 15 610,6 17 908,4 19 224,5
19 896,4
99,54
3,49
Lainnya
261,2
196,6
219,8
260,0
256,5
139,6
92,5
0,46
-33,73
Total Ekspor Ekraf
13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1
19 988,9
100,00
3,23
Pelabuhan
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Tanjung Priok
1 381,7
1 466,4
1 447,9
1 327,9
1 330,0
1 318,0
1 296,6
53,94
-1,62
Tanjung Perak
536,6
501,7
493,0
480,4
501,3
507,2
496,2
20,64
-2,16
Tanjung Emas
401,9
320,1
273,7
271,6
301,1
325,9
313,2
13,03
-3,89
Batu Ampar
67,1
76,7
95,1
80,5
76,3
90,0
81,3
3,38
-9,68
Belawan
48,4
42,2
47,4
47,0
48,7
47,4
54,8
2,28
15,67
Sungai Guntung
0,0
-
24,0
31,6
39,8
44,2
53,2
2,21
20,39
Soekarno-Hatta (U)
41,5
39,4
39,1
41,9
40,2
44,3
45,5
1,89
2,66
Sekupang
8,1
8,6
9,7
17,2
12,1
11,6
15,2
0,63
31,03
Ujung Pandang
26,0
19,4
15,1
14,3
12,6
11,0
13,2
0,55
20,04
Tembilahan
0,0
0,0
7,5
7,9
9,7
11,3
9,3
0,39
-17,85
Total 10 Pelabuhan
2 511,3
2 474,5
2 452,4
2 320,3
2 371,8
2 410,8
2 378,5
98,94
-1,34
Lainnya
45,3
42,5
45,4
51,4
105,8
91,2
25,5
1,06
-72,02
Total Ekspor Ekraf
2 556,6
2 517,0
2 497,7
2 371,6
2 477,6
2 502,0
2 404,0
100,00
-3,92
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Tabel 5. Berat Bersih, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Pelabuhan Muat
, 2010−2016
Berdasarkan berat bersihnya, Pelabuhan Tanjung Priok tetap merupakan
pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak selama periode
2010–2016. Pada tahun 2016, berat bersih ekspor ekraf yang dimuat
dari pelabuhan ini sebesar 1,30 juta ton atau 53,94 persen terhadap
keseluruhan berat ekspor ekraf. Jika dibandingkan dengan tahun 2015,
berat bersih ekspor ekraf yang dimuat dari pelabuhan ini mengalami
penurunan sebesar 1,62 persen.
Pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak kedua adalah Pelabuhan
Tanjung Perak. Pada tahun 2016 berat bersih ekspor ekraf yang melalui
pelabuhan ini adalah 0,50 juta ton atau 20,64 persen dari keseluruhan
berat bersih ekspor ekraf. Selanjutnya pelabuhan terbesar ketiga adalah
Pelabuhan Tanjung Emas. Pada tahun 2016 berat bersih ekspor yang
dimuat adalah sebanyak 0,31 juta ton atau 13,03 persen dari keseluruhan
berat bersih ekspor ekraf Indonesia. Jika dilihat lebih lanjut,
komoditas-komoditas yang diangkut dari ketiga pelabuhan tersebut sebagian besar
adalah komoditas dari subsektor kriya,
fashion
dan kuliner.
Gambar 4. Berat Bersih Ekspor Ekraf Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak dan
Pelabuhan Tanjung Emas Menurut Subsektor (Ribu ton), 2016
76,4
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.1.5 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Provinsi Asal
Jika dirinci menurut provinsi asal barang, sepuluh provinsi asal utama
ekspor ekraf selama tahun 2016 adalah seperti yang terdapat pada
Gambar 5. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa pada tahun 2016,
ekspor ekraf dari sepuluh provinsi tersebut mencapai 99,67 persen dari
keseluruhan ekspor ekraf Indonesia 2016. Provinsi asal utama ekspor
ekraf adalah Jawa Barat dengan nilai ekspor sebesar US$6,39 miliar atau
31,96 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Walaupun memiliki
nilai ekspor tertinggi namun ekspor ekraf dari Jawa Barat mengalami
penurunan sebesar 1,72 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015.
Provinsi asal ekspor ekraf terbesar kedua setelah Jawa Barat adalah Jawa
Timur. Pada tahun 2016 ekspor ekraf dari provinsi ini mencapai nilai
sebesar US$4,87 miliar atau 24,36 persen dari keseluruhan ekspor ekraf
Indonesia. Berbeda dengan ekspor ekraf dari Jawa Barat yang mengalami
penurunan, pada tahun 2016 ekspor ekraf dari Jawa Timur mengalami
peningkatan yang cukup besar yaitu 20,61 persen. Selanjutnya provinsi
asal terbesar ketiga adalah Banten. Seperti Jawa Timur, Banten juga
mengalami peningkatan nilai ekspor ekraf pada tahun 2016, meskipun
kecil yaitu sebesar 0,36 persen. Nilai ekspor ekraf Banten pada tahun
2016 mencapai US$3,04 miliar atau 15,23 persen terhadap keseluruhan
ekspor ekraf Indonesia.
Gambar 5. Nilai FOB dan Peranan Ekspor Ekraf
Menurut Provinsi Asal, 2016
JAWA BARAT (31,96%)
US$6,39 Miliar JAWA TIMUR (24,36%) US$4,87 Miliar BANTEN (15,23%)
US$3,04 Miliar
DKI JAKARTA (8,97%)
US$1,79 Miliar JAWA TENGAH (14,49%) US$2,90 Miliar
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Dari sepuluh provinsi utama yang melakukan ekspor ekraf tahun 2016,
penurunan nilai ekspor terbesar terjadi di DKI Jakarta yaitu mencapai
nilai US$239,4 juta. Penurunan ini terjadi karena turunnya nilai ekspor
seluruh subsektor ekonomi kreatif. Penurunan nilai ekspor di DKI Jakarta
terbesar terjadi pada subsektor
fashion
mencapai nilai US$167,4 juta atau
sebesar 15,41 persen dan subsektor kriya mencapai nilai US$66,7 juta
atau sebesar 8,47 persen.
3.2 Subsektor Film, Animasi, dan Video
Film adalah karya seni berupa gambar bergerak yang berasal dari
berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual serta dalam proses
pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematograi. Sedangkan
yang dimaksud dengan animasi adalah tampilan
frame
ke
frame
dalam
urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan
sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.
Selanjutnya video adalah sebuah aktivitas kreatif berupa eksplorasi dan
inovasi dalam cara merekam atau membuat gambar bergerak yang
ditampilkan melalui media presentasi yang mampu memberikan karya
gambar bergerak alternatif yang berdaya saing dan memberikan nilai
tambahan budaya, sosial, dan ekonomi.
Berdasarkan data dari tahun 2010–2016, ekspor ekraf menurut subsektor
ilm, animasi dan video hanya melakukan kegiatan ekspor di tahun 2011,
2015 dan 2016. Pada tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 tidak ada kegiatan
ekspor untuk subsektor ilm, animasi dan video. Pada tahun 2011 nilai
ekspornya mencapai US$2.000,0 sementara di tahun 2015 nilainya
US$94,0. Penurunan juga terjadi pada volume ekspor subsektor ilm,
animasi dan video dari 24 kilogram di tahun 2011 menjadi 2 kilogram di
tahun 2015. Namun di tahun 2016 nilai ekspornya meningkat menjadi
US$1.161,0. Demikian pula dengan volumenya meningkat dari 2 kilogram
di tahun 2015 menjadi 28,5 kilogram di tahun 2016.
Gambar 6. Berat Bersih dan Nilai FOB
Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video, 2010–2016
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
U
S$
Kg
Berat Bersih (Kg) Nilai FOB (US$)
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.2.1 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Negara Tujuan
Kegiatan ekspor pada subsektor ilm, animasi, dan video hanya dilakukan
pada tahun 2011, 2015 dan 2016. Hal ini terjadi karena kebutuhan ilm
dan animasi masih banyak dipenuhi karya dari luar negeri atau impor.
Pada tahun 2011, ekspor subsektor ilm, animasi, dan video hanya
ditujukan ke Singapura dengan nilai US$2.000,0. Sedangkan pada tahun
2015 ditujukan ke Hongkong dengan nilai ekspor sebesar US$94,0.
Pada tahun 2016 negara tujuan subsektor ilm, animasi dan video masih
ditujukan ke Singapura dan ke Hongkong, dengan nilai ekspor masing–
masing US$898,0 dan US$263,0.
Tabel 6. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Negara Tujuan, 2010–2016
Negara Tujuan
Nilai FOB (US$)
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Singapura
- 2 000,0
-
-
-
-
898,0
Hongkong
-
-
-
-
-
94,0
263,0
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.2.2 Ekspor Subsektor Film, Animasi dan Video
Menurut Pelabuhan Muat
Pada tahun 2011, ekspor subsektor ilm, animasi dan video hanya melalui
Bandar Udara Soekarno Hatta dengan nilai US$2.000,0. Sedangkan pada
tahun 2015 dan 2016 ekspor subsektor ini melalui Bandar Udara Ngurah
Rai dengan nilai US$94,0 di tahun 2015 dan mengalami peningkatan di
tahun 2016 dengan nilai US$1.161,0.
Tabel 7. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016
Pelabuhan Muat
Nilai FOB (US$)
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Soekarno-Hatta (U)
- 2 000,0
-
-
-
-
-Ngurah Rai (U)
-
-
-
-
-
94,0
1 161,0
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.2.3 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Provinsi Asal
Provinsi asal ekspor subsektor ilm, animasi, dan video pada tahun 2011
adalah DKI Jakarta dengan nilai sebesar US$2.000,0, jauh lebih tinggi
dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar US$94,0 dari Bali. Provinsi
asal ekspor subsektor ilm, animasi dan video tahun 2016 adalah Bali. Nilai
ekspor di tahun 2016 mengalami peningkatan yang signiikan dibanding
2015, yaitu dari US$94,0 menjadi US$1.161,0.
Tabel 8. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Provinsi Asal, 2010−2016
Provinsi Asal
Nilai FOB (US$)
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
DKI Jakarta
- 2 000,0
-
-
-
-
-Bali
-
-
-
-
-
94,0
1 161,0
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.3 Subsektor Kriya
Seni kriya merupakan salah satu subsektor yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia dan sangat dekat dengan industri pariwisata. Kriya adalah
bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni
dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer
yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias
dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan
eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya.
Indonesia memiliki banyak pelaku seni kriya yang kreatif. Banyak dari
mereka yang berhasil memasarkan produknya hingga ke luar negeri.
Hal ini dibuktikan oleh rata-rata besarnya kontribusi ekspor subsektor
kriya terhadap total ekspor ekraf sepanjang tahun 2010 hingga 2016
yaitu sebesar 32,38 persen. Dimana posisi ekspor subsektor kriya ini
menempati urutan kedua setelah subsektor
fashion
dalam dominasi
ekspor ekraf.
Gambar 7. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya,
2010–2016
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Perkembangan ekspor subsektor kriya dari tahun 2010 hingga 2016
menunjukkan tren yang meningkat dari sisi nilai, namun menunjukkan
tren yang menurun dari sisi volume. Pada tahun 2011 nilai ekspor
subsektor kriya mengalami peningkatan sebesar 2,24 persen, namun
pada tahun 2012 dan 2013 ekspor subsektor kriya mengalami penurunan
masing-masing sebesar 0,72 persen dan 1,74 persen.
Pada tahun 2014 kondisi ekspor subsektor kriya menunjukkan kinerja
yang sangat positif yaitu naik sebesar 48,59 persen. Kenaikan pada tahun
tersebut merupakan pertumbuhan yang tertinggi selama tahun 2010
hingga 2016. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan industri permata (KBLI
1 692,4 1 575,1 1 528,4 1 343,2 1 402,9 1 377,6 1 254,2
4 294,2 4 390,1 4 358,4 4 282,5
6 363,3
7 264,5 7 797,7
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berat Bersih (Ribu Ton) Nilai FOB (Juta US$)
£
Perkembangan
ekspor
32111) dan industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan
pribadi (KBLI 32112) yang sangat besar pada tahun 2014 masing-masing
sebesar 775.576,00 persen dan 1.366,46 persen. Pada tahun 2015
perkembangan ekspor subsektor kriya terus meningkat sebesar 14,16
persen dibandingkan tahun 2014. Peningkatan ini terus dipertahankan
di tahun 2016, walau kenaikannya tidak sebesar dibanding tahun
sebelumnya yaitu 7,34 persen.
Gambar 8. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya (%),
2011–2016
2,24
-0,72 -1,74
48,59
14,16
7,34
2011 2012 2013 2014 2015 2016