SERTIFIKASI KOMPETENSI
DALAM RANGKA UJI KOMPETENSI TEKNIS
BAGI GURU SMK SE JAWA TENGAH
Disampaikan Oleh :
SULISTYO
KONSEKUENSI INTERNASIONAL
1.
Kesepakatan Indonesia dalam meratifikasi WTO tahun 1994 dalam
Globalisasi.
2.
Globalisasi pasar kerja,- APEC,AFTA, CAFTA, ANAFTA, KAFTA,
IAFTA dll akan diwarnai PERSAINGAN KUALITAS dan
PROFESIONALISME tenaga kerja.
3.
Indonesia termasuk negara G20 tahun 1999
4.
Asean Economic Community (AEC) 2015
5.
Ketertinggalan Indonesia dalam menyongsong SDM 2015-2020
(ASEAN/GLOBAL) yang berkualitas, saat ini berimbas pada
PARADIGMA BARU PERDAGANGAN DUNIA
2015-2020
BILATERAL
ASEAN 2015
GLOBAL 2020 (157 NEGARA WTO)
Competency Based Training
•
Suatu pendekatan pelatihan dan assessment
yang diarahkan pada
outcomes
yang spesifik
.
PELATIHAN MENURUT STANDAR KOMPETENSI
INDUSTRI TERTENTU DENGAN
PENEKANAN PADA
HAL-HAL YANG DILAKUKAN SESEORANG DI TEMPAT KERJA
SEBAGAI HASIL PELATIHAN
MATA DIKLAT TERDIRI DARI KOMPETENSI YANG
BERLAKU DI DUNIA KERJA.
ADA
KORELASI LANGSUNG ANTARA PENGUASAAN
KOMPETENSI
DENGAN
PEKERJAAN
DAN
PENJENJANGAN JABATAN DI INDUSTRI
DIKLAT
BERBASIS
KOMPETENSI
SECARA
OTOMATIS AKAN MENERAPKAN PENDEKATAN
MASTERY LEARNING ATAU PEMBELAJARAN
TUNTAS
PENILAIAN DINYATAKAN DENGAN
KOMPETEN
ATAU
BELUM
KOMPETEN
,
BUKAN
KEBERHASILAN SESEORANG DIBANDINGKAN
DENGAN YANG LAIN DALAM SUATU KELOMPOK
KOMPONEN CBT
DAN MATERIBELAJAR
PENILAIAN
knowledge, skills, attitute Yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
Proses bagaimana seseorang memperoleh
knowledge, skills, attitute
Proses penilaian apakah seseorang memiliki knowledge, skills, attitute
Sistem pengakuan Kompetensi
CBT
Standar
Kompetensi
Assessmen
(C B A )
Strategi dan
Materi Belajar
Kerangka
Kualifikasi
SUB-SUB SISTEM DALAM
SISTEM CBT
Keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu pekerjaan
Proses untuk menilai apakah seseorang memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan
Bagaimana seseorang mendapatkan keterampilan dan
pengetahuan
Sistem untuk pengakuan keterampilan dan
KRITIK THDP PELATHAN KONVENSIONAL
•
Seringkali tingkat kompetensi tdk sesuai dg kebutuhan industri
•
Peserta harus mengikuti seluruh program, walaupun mungkin
sdh kompeten pada beberapa bagian
•
Pe eka a terhadap belajar elakuka tugas sa gat sedikit
•
Pelaksanaan pelatihan tidak fleksibel
•
Umpan balik pada peserta selama proses pelatihan sangat
sedikit
PERBANDINGAN KONVENSIONAL DAN CBT
KONVENSIONAL CBT
1. Penekanan pada waktu dan
proses
2. Penekanan pada proses
pembelajaran
3. Tidak perlu pendekatan
individu
4. Waktu penyajian tetap
5. Ujian pada akhir pelatihan
6. Sebagian besar ujian
dilakukan off the job
7. Kurikulum baku
1. Penekanan pada luaran
2. Penekanan pada apa
yang harus dikerjakan
3. Perlu pendekatan
individu
4. Penyajian fleksibel
5. Ujian selama pelatihan
berlangsung
6. Pengujian on dan off the
job
MANFAAT CBT BAGI PESERTA
• MEMBERI KESEMPATAN PADA PESERTA UNTUK BEKERJA DENGAN KECEPATAN YANG BERBEDA
• MEMPERSINGKAT WAKTU PELATIHAN UNTUK SEBAGIAN PESERTA
• MEMBERI WAKTU YANG CUKUP BAGI PESRTA UNTUK MENGUASAI SUATU KOMPETENSI
• MENINGKATKAN MOTIVASI PESERTA MELALUI PELATIHAN YANG LEBIH BERHUBUNGAN DENGAN DUNIA KERJA
• MENGARAHKAN PESERTA AGAR LEBIH AKTIF DAN BERORIENTASI TERHADAP TUGASNYA
MANFAAT CBT BAGI PELATIH
• HASIL PELATIHAN COCOK DENGAN KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN DALAM SUATU PEKERJAAN
• MENAWARKAN WAKTU MASUK DAN KELUAR LEBIH FLEKSIBEL , PROGRAM DIRANCANG SESUAI KEBUTUHAN INDIVIDU DAN PELAKSANAAN PELATIHAN MENGGUNAKAN BERBAGAI ALTERNATIF STRATEGI
MANFAAT CBT BAGI INDUSTRI
•
KOMPETENSI KARYAWAN SESUAI DENGAN STANDAR YANG
DIBUTUHKAN PADA SUATU PEKERJAAN
•
MENGURANGI BIAYA PERUSAHAAN KARENA WAKTU PELATIHAN LEBIH
SINGKAT
•
MEMBERI PELUANG BAGI INDUSTRI UNTUK IKUT BERPARTISI AKTIF
Kompetensi dibutuhkan untuk mencapai Kinerja yang Efektif
dalam melaksanakan Pekerjaan
Satu unit Kompetensi terdiri dari
Spesifikasi Sikap,
Pengetahuan dan
Keterampilan
serta
Penerapan
yang Efektif
dari
Sikap, Pengetahuan dan Keteramilan
tersebut terhadap
Standar
–
standar
yang
ditetapkan
di
Tempat Kerja (workplace)
KOMPETENSI
THE SIX RINGS OF
COMPETENCY BASED PERFORMANCE
E
A
S
R
A
K
A S K E R A’s
A
= ACCOUNTABILITY
A
= ATTITUDE
S
= SKILLS
K
= KNOWLEDGE
E
= EXPERIENCE
SDM YANG KOMPETEN
KOMPETENSI ?
Karakteristik dasar manusia yang dari pengalaman nyata (nampak dari
perilaku) ditemukan mempengaruhi, atau dapat dipergunakan untuk
memperkirakan (tingkat) performansi di tempat kerja atau kemampuan
mengatasi persoalan pada situasi tertentu
. (Spencer, 1993, hlm. 9)HARD COMPETENCY
SOFT COMPETENCY
1. Pendidikan Formal 2. Pengetahuan Teknis
3. Pengetahuan Bidang Keahlian IT, Bahasa Asing
1. INTEGRITAS
2. CUSTOMER SERVICES ORIENTED
3. ACHIEVEMENT
4. CONCERN FOR ORDER
K
s
A
a
s
k
KOMPETENSI
Task Skills - mampu
melakukan tugas per tugas
Task Management Skills - mampu mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan
Contingency Management Skills - tanggap terhadap adanya kelainan dan
kerusakan pada rutinitas kerja.
Job Role / Environment Skills
- mampu menghadapi
tanggung jawab dan harapan dari lingkungan kerja.
Transfer Skills- Mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang berbeda (situasi yang baru/ tempat kerja yang baru)
MENGUMPULKAN INFORMASI
MENGKOMUNIKASIKAN IDE DAN INFORMASI
MERENCANAKAN DAN MENGATUR KEGIATAN
BEKERJASAMA DENGAN ORANG LAIN DAN DALAM KELOMPOK
MENGGUNAKAN IDE DAN TEKNIK MATEMATIKA
MEMECAHKAN MASALAH
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
DIAGRAM PENYELENGGARAAN DIKLAT
MASYARAKAT DAN
PENGGUNA TENAGA KERJA KOMPETENSI
KURIKULUM BAHAN AJAR
FASILITAS SESUAI DG KOMPETENSI
INSTRUKTUR PROSES
DIKLAT SDM KOMPETEN KARAKTER SDM
PESERTA
SKEMA SERTIFIKASI KKNI
1. Skema sertifikasi yang bersifat Nasional, yang ditetapkan oleh otoritas kompeten.
2. Skema ini mengidentifikasi jenjang kualifikasi berdasarkan 9 level KKNI.
3. Identifikasi unit-unit kompetensi dalam setiap jenjang berdasarkan diskripsi dalam KKNI.
4. Jenjang KKNI pada umumnya dapat digunakan sebagai acuan jenjang fungsional/golongan pada suatu industri/orgtanisasi.
5. Setiap LSP yang melakukan kegiatan ini harus dilisensi oleh Lembaga Otoritas Sertifikasi Profesi (BNSP).
6. Mampu telusur dengan standar nasional dan/atau internasional. 7. Pada skema ini, dapat diidentifikasi unit-unit kompetensi inti dan
pilihan, yang diverifikasi oleh BNSP.
S2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
(alinea 1 disetiap level)
(alinea 2 disetiap level) (alinea 3 & 4 disetiap
level)
Unit kompetensi
Karasteristik Pemaketan unit
Analisis Pembidangan
Sub bidang Pekerjaan
KKNI
Alur pikir pemaketan unit kedalam kualifiksi
Kualifikasi sektoral
PENYANDINGAN DAN PENYETARAAN KUALIFIKASI JABATAN
KE LEVEL KKNI (CONTOH)
JOB
TITLE UNIT KOMPETENSI
PARAMETER DESKRIKSI KKNI
LEVEL KKNI KEMAMPUAN
BIDANG KERJA
PENGETAHUAN YANG DIKUASAI
KEMAMPUAN MANAJERIAL
Teknisi JTM
1. Menerapkan K3 2. Menggelar SKTM 3. Memasang kotak
sambung dan kotak ujung SKTM
4. Mendirikan Tiang 5. Memasang SUTM 6. Memasang SKUTM 7. Memasang peralatan
hubung
8. Memasang kotak sambung dan kotak ujung SKUTM 9. Memasang instalasi
pembumian
Mampu melaksanakan pemasangan
jaringan/saluran tegangan menengah (JTM) untuk SKTM, SUTM dan SKUTM mulai dari mendirikan tiang sampai pemasangan instalasi pembumian, dengan menggunakan , peralatan, gambar kerja dan metode kerja yang sesuai dengan SOP, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan , dibawah pengawasan tidak langsung.
Memiliki pengetahuan tentang :
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi ditempat kerja
Memimpin kelompok kerja dan
Bertanggung jawab atas pencapaian mutu dan kuantitas
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI
NASIONAL
1. Skama sertifikasi yang bersifat Nasional, yang ditetapkan oleh otoritas kompeten / Sektor
2. Dapat berupa, okupasi/ jabatan :
• Jabatan struktural atau jabatan fungsional dalam rangka standardisasi kompetensi nasional.
• Setiap LSP yang melakukan kegiatan ini harus dilisensi oleh Lembaga Otoritas Sertifikasi Profesi (BNSP).
• Dibuat atas Kebutuhan industri/organisasi untuk standardisasi pada suatu fungsi terbatas, atau fungsi utama (major) dalam sistem industri, atau standar jabatan/fungsi okupasi khusus yang mampu telusur dengan standar nasional dan/atau internasional.
• Pada skema ini, dapat diidentifikasi kompetensi inti dan pilihan yang diverifikasi oleh BNSP.
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI NASIONAL
Jabatan Fungsional
Contoh
Asesor
Analis
Jabatan Struktural
Contoh:
Manager
Direktur
Supervisor
Team Leader
• Dibuat oleh Otoritas nasional
SKEMA SERTIFIKASI KLASTER
Identifikasi unit-unit mandiri yang biasanya
dibutuhkan :
1. Untuk bisnis mandiri yang membutuhkan
kelompok unit kompetensi untuk membuka suatu
bisnis terbatas.
2. Kebutuhan industri/organisasi pada suatu
fungsi terbatas, atau fungsi utama (major)
dalam sistem industri, atau standar
jabatan/okupasi khusus pada suatu indudtri.
3. Jumlah unit pada skema ini dapat berbeda antar
kebutuhan industri/organisasi.
ANALISIS KEBUTUHAN KOMPETENSI
JABATAN
KERJA/PEKERJAAN YANG ADA DI INDUSTRI (JOB
DES)
STANDAR KOMPETENSI
UNIT-UNIT KOMPETENSI
SEJUMLAH UNIT KOMPETENSI
LANJUTAN...
5. Struktur Skema Sertifikasi disusun dan memuat hal-hal
sebagai berikut :
•
Jastifikasi
•
Ruang Lingkup skema sertifikasi
•
Tujuan Sertifikasi
•
Acuan Normatif
•
Organisasi pengusul
•
Lingkup Persyaratan Kompetensi
•
Persyaratan Dasar.
•
Permohonan Sertifikasi
•
Evaluasi.
•
Keputusan Sertifikasi
•
Penggunaan Sertifikat dan Logo / Tanda
•
Surveilan Pemegang Sertifikat
SERTIFIKASI
SERTIFIKASI
kepemilikan
,
misalnya
untuk
mendapatkan bukti pengakuan kepemilikan atas
sebidang tanah.
Bila pengakuan ini didapatkan, maka keluarlah
SERTIFIKAT TANAH
tersebut.
SERTIFIKASI
produk
,
misalnya
untuk
mendapatkan pengakuan HALAL atas produk
makanan tertentu.
Bila pengakuan ini didapatkan, maka keluarlah
SERTIFIKAT HALAL
atas produk makanan
tersebut
SERTIFIKASI
untuk orang diberikan karena
yang bersangkutan mempunyai
KOMPETENSI
atas suatu tugas/pekerjaan/jabatan.
Proses ini dikenal juga dengan
SERTIFIKASI KOMPETENSI
Bila yang bersangkutan telah mendapatkan
pengakuan atas kompetensinya, maka ia akan
SERTIFIKASI KOMPETENSI
Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh LSP
untuk
menetapkan
bahwa
seseorang
memenuhi persyaratan kompetensi yang
ditetapkan, mencakup :
o
permohonan,
o
evaluasi,
o
keputusan sertifikasi,
o
survailen,
o
sertifikasi ulang, dan
KELEMBAGAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2004 :
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
(BNSP),
merupakan badan otoritas Sertifikasi
di Indonesia
BNSP dapat memberikan otoritas penerbitan
SERTIFIKAT KOMPETENSI
kepada Lembaga
RUANG LINGKUP SISTEM ASESMEN
KESESUAIAN KOMPETENSI KERJA
Sertifikasi Profisiensi
Profesi:
•Memenuhi Persyaratan Surveilance LSP
•Menjaga Kompetensi
Sertifikasi Kompetensi Industri tertentu
Profesi di Perusahaan:
Memastikan Kompetensi Tenaga Kerjanya
Sertifikasi Kompetensi Diklat tertentu
Profesi di Diklat:
Memastikan Kompetensi Peserta Didiknya
Sertifikasi Kompetensi
Industri tertentu utk Industri tertentu
Profesi di Perusahaan:
Memenuhi Permintaan
Asesmen dari Klien
Sertifikasi Kompetensi Kerja
Profesi:
•Memenuhi Bukti Kompetensi
•Memenuhi
Permintaan Klien
•Memenuhi Regulasi
Lisensi LSP
LSP: III
Lisensi Provider Uji Profisiensi Tenaga
LSP PROFISIENSI
Lisensi 1st
Certification
Lisensi 1st
Certification
RUANG LINGKUP SISTEM ASESMEN
KESESUAIAN KOMPETENSI KERJA
Pemberlakuan:
• Wajib (Compulsary): Pemerintah boleh mewajibkan sertifikasi bila berkaitan dengan sefety, security, dan mempunyai potensi perselisihan besar dimasyarakat.
• Disarankan (advisory): Biasanya diterapkan untuk mendorong penerapan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengembangan SDM, atau transisi menuju wajib.
• Sukarela (Voluntary) Lisensi LSP
• LSP Pihak 1 Industri: LSP yang dibentuk oleh industri untuk sertifikasi karyawannya sendiri.
• LSP Pihak 1 Pendidikan Vokasi: LSP yang dibentuk oleh Lembaga Pendidikan Vokasi berdurasi panjang utk sertifikasi siswanya selama belajar disekolah.
• LSP Pihak 2: LSP yang dibentuk oleh industri untuk sertifikasi tenaga pemasok produk atau jasa pada industrinya. Atau LSP yang dibentuk pemerintah (otoritas kompeten) untuk mensertifikasi jejaring otoritasnya.
• LSP Pihak 3: LSP yang dibentuk oleh asosiasi industri dan asosiasi profesi untuk sertifikasi masyarakat umum.
• LSP Profisiensi: LSP untuk memberikan pelayanan sertifikasi profifiensi untuk tujuan pemeliharaan kompetensi dengan berbasis NORM.
PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI
PENERAPAN SKEMA SERTIFIKASI
Lisensi LSP Pihak 1, 2, & 3.
•Disarankan
•Sukarela
MRA
(Mutual Recognition Arrangement)
•
APA ITU ?
Kesepakatan diantara dua pihak atau lebih untuk saling
mengakui atau menerima beberapa atau keseluruhan
•
Tujuan
SUBSISTEM SERTIFIKASI DAN KETELUSURAN KESESUAIAN
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
PP, ISO 17011, PEDOMAN BNSP
PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
PEDOMAN BNSP, ISO 17024 Lisensi akreditasi
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65
Uji kompetensi/ Sertifikasi
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65
verifikasi
TEMPAT UJI KOMPETENSI
PEDOMAN BNSP, QMS
Asesor Lisensi
ISO 19011, ISO 17024, ISO 17011 Peedoman BNSP 201 & 202
Asesor Kompetensi
TAA, SKKNI Pedoman BNSP
Asesor Lisensi
ISO 19011, ISO 17024, Standar spesifik
Pedoman BNSP
Departemen/
Instansi Teksnis
2. Memilih TUK
L S P
KOMITE TEKNIK*
*apabila diperlukan6.
1. Mengajukan Permohonan
SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI GENERIK
PESERTA UJI KOMPETENSI
PESERTA DI TUK
Unit – unit Dapat berupa proses manajemen atau proses
produksi Produk / Jasa
Instruksi Kerja pada Industri yang Terukur dan dapat
diobservasi
Kontekstual di tempat kerja
Deskripsi aspek kritis pengetahuan dan ketrampilan penting
47
UNDANG-UNDANG SISDIKNAS
20 TAHUN 2003
PASAL 61
1. Sertifikat berbentuk ijazah dan
sertifikat kompetensi
.
2. Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pangakuan
terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang
pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh
satuan
pendidikan yang terakreditasi.
3.
Sertifikat kompetensi
diberikan oleh penyelenggara pendidikan
dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga
masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu
setelah
lulus uji kompetensi
yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi
atau
lembaga sertifikasi
.
4.
Ketentuan mengenai sertifikasi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
diatur lebih lanjut dengan
48
PERATURAN PEMERINTAH Nomor 32 TAHUN 2013 Ttg
Perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 ttg Standar Nasional
Pendidikan
PASAL 89
1.
Pencapaian Kompetensi akhir Peserta Didik
dinyatakan
dalam dokumen Ijazah dan/atau
sertifikat kompetensi
.
2. Ijazah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Satuan Pendidikan dasar dan menengah serta satuan
pendidikan tinggi, sebagai tanda bahwa peserta Didik yang
bersangkutan telah lulus dari satuan pendidikan.
5.
Sertifikat kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
diterbitkan
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi
atau
lembaga sertifikasi mandiri yang dibertuk oleh
organisasi profesi yang diakui pemerintah
sebagai
tanda
bahwa
peserta
didik yang bersangkutan
telah lulus
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 Ttg
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2004 :
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
(BNSP),
merupakan badan otoritas Sertifikasi
di Indonesia
BNSP dapat memberikan otoritas penerbitan
SERTIFIKAT KOMPETENSI
kepada Lembaga
50
Bab IV
KEWENANGAN DAERAH
Pasal 7
1. Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh
bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik
luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.
2. Kewenangan bidang lain
, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana
perimbangan keuangan, system administrasi negara dan
lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan
sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam
serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan
standardisasi nasional.
51
Bagian Kedua
Persyaratan Usaha, Keahlian, dan Keterampilan
Pasal 8
Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang
berbentuk badan usaha harus:
a. Memenuhi ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi;
b. Memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi;
Pasal 9
1. perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keahlian.
2. pelaksana konstruksi orang perorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.
3. orang perorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian.
4. tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
UNDANG
–
UNDANG JASA KONSTRUKSI
52
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
No. 13 Tahun 2003
PASAL 10
•
Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan
kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja.
•
Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program
pelatihan yang mengacu pada
standar kompetensi
kerja
•
Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang
53
UU No.13 tahun 2003
PASAL 18
1. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja
setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga
pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau
pelatihan di tempat kerja.
2. Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui
sertifikasi kompetensi kerja.
3. Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman.
4. Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk
badan
nasional sertifikasi profesi yang independen.
5. Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi
yang independen
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan
Peraturan
Pemerintah
54
UU No.13 tahun 2003
UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN
No. 30 Tahun 2009
Pasal 16
(1)
Usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf a meliputi:
a. Konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga
listrik;
b. Pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan
tenaga list;
c. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
d. Pengoperasian instalasi tenaga listrik;
e. Pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
55
UU No.13 tahun 2003
UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN
No. 30 Tahun 2009
Pasal 16
h. Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga
listrik;
i. Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
j
. Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan;
atau
k. Usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan
56
UU No.13 tahun 2003
PASAL 44
(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib
memiliki sertifikat laik operasi.
(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib
memenuhi ketentuan standar nasional Indonesia.
(6)
Setiap tenaga teknik
dalam
usaha ketenagalistrikan
wajib
memiliki
sertifikat kompetensi.
(7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan,
sertifikat laik operasi, standar nasional Indonesia,
dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan
PeraturanPemerintah
.
57
PER MEN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 02 TAHUN 2007
TENTANG PEDOMAN TEKNIS & PERSYARATAN KOMPETENSI
PELAKSANAAN RETROFIT & RECYCLE PADA SISTEM
REFRIGERASI
Pasal 8
Uji Kompetensi dan Sertifikat kompetensi
4. Uji kompetensi diikuti oleh:
a. tenaga teknik/calon teknisi refrigerasi yang telah menyelesaikan
pelatihan kompetensi;
b. teknisi refrigerasi yang melalui Pendidikan Umum atau Kejuruan /
Profesi serta pengalaman kerja, memiliki kompetensi setara dengan
yang dipersyaratkan; atau
58
5. Prasyarat untuk mengikuti uji kompetensi adalah kompeten untuk unit kompetensi SKKNI, sesuai dengan lingkup kompetensi yang diperlukan, yaitu sebagai berikut:
a. Unit Kompetensi SKKNI logam dan mesin Nomor LOG.OO18.030.00 menguji, mengosongkan dan mengisi sistem pendingin; atau
b. Unit Kompetensi SKKNI otomotif kendaraan ringan Nomor
OTO.KR05.016 memasang sistem A/C (Air Conditioner) dan unit
kompetensi SKKNI otomotif kendaraan ringan Nomor OTO.KR05.018 memperbaiki/retrofit sistem A/C (Air Conditioner)
PER MEN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 02 TAHUN 2007
TERIMA KASIH
Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan (BP DIKJUR) Provinsi Jawa Tengah