• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Penyebab Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Penyebab Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang T1 BAB IV"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Setting Penelitian

4.1.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Dalam suatu penelitian memerlukan persiapan dengan baik sehingga

penelitian ini boleh berjalan dengan lancar. Dalam penelitian ini, peneliti telah

mempersiapkan instrumen penelitian seperti pedoman wawancara dan surat

persetujuan penelitian dari dosen pembimbing. Dalam menyiapkan semua

administrasi yang diperlukan selama penelitian, seperti surat persetujuan

penelitian/informed consent, surat pengantar dari fakultas untuk melakukan

penelitian di Puskesmas Pabelan, Kabupaten Semarang. Persiapan berikutnya

yaitu melakukan pengecekan kembali data di bagian administrasi Puskesmas

Pabelan. Setelah itu peneliti mencari data alamat partisipan yang telah diberikan

(2)

Berikut ini adalah Peta wilayah Kecamatan Pabelan dan lokasi Puskesmas

Pabelan.

Gambar 1. Peta wilayah Kecamatan Pabelan. (Sumber: Google Map, 2016)

Wilayah kerja Puskesmas Pabelan terdiri dari 10 Desa. Akan tetapi Desa

yang menjadi tempat penelitian ada 4 Desa yaitu Desa Glawan, Desa Kauman

Lor, Desa Bejaten, dan Desa Padaan. Pemilihan partisipan pada keempat Desa ini

dikarenakan balita yang menderita Pneumonia terdapat di empat Desa ini.

Pada hari pertama peneliti mengalami kesulitan mendapatkan lokasi rumah

partisipan, tetapi peneliti kemudian mencari dan menemui kepala desa di balai

desa untuk mendapatkan informasi tentang partisipan dan peneliti langsung

mencari alamat rumah partisipan. Setelah itu hari kedua peneliti berhasil

melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan langsung melakukan wawancara

(3)

Penelitian dilakukan selama bulan April 2016. Wawancara dan observasi

dilakukan pada setiap partisipan yang berbeda antara partisipan satu dan yang

lainnya. Hal tersebut dilakukan karena menyesuaikan situasi dan kesediaan waktu

dari partisipan.

4.2. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Pabelan 4.2.1 Deskripsi Puskesmas

Nama : Puskesmas Pabelan

Alamat : Jl. Pemuda No.98, Pabelan, Kabupaten Semarang,

Jawa Tengah, 50771.

Luas Cakupan : 24.37 km2

Batas Wilayah

Utara : Kecamatan Bringin

Selatan : KecamatanTengaran, Kota Salatiga

Barat : Kecamatan Tuntang

Timur : Puskesmas Semowo, Kecamatan Pabelan,

Kecamatan Suruh.

4.2.2 Deskripsi partisipan

Penelitian ini memiliki empat partisipan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada ibu dari 4 pasien anak, secara umum

identitas partisipan tersebut dapat ditunjukan dalam tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Identitas Partisipan

No Nama

Partisipan

Kode Alamat Umur

1 Ny. S P1 Getas, Kauman Lor 44 thn

(4)

3 Ny. A P3 Padaan 42 thn

4 Ny. M P4 Glawan 41 thn

Sumber: diolah peneliti, 2016.

Berikut ini adalah gambaran umum masing-masing partisipan

dan anaknya:

1. Gambaran umum Partisipan 1

Nama orang tua ` : Ny.S

Umur : 44 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Nama bayi : An.A

Umur : 4,5 Tahun

Jenis kelamin : laki laki

Alamat : Getas, Kauman Lor

Ny. S merupakan seorang ibu rumah tangga dan memiliki dua

orang anak dari hasil pernikahannya dengan Tn.Y. An.A merupakan

anak pertama berjenis kelamin laki laki. Dia mengalami batuk batuk dan

demam selama dua minggu sehingga dibawa ke puskesmas sehingga

didiagnosa pneumonia. Sedangkan saudaranya tidak menderita

penyakit. Mereka tinggal bersama orangtua dan tantenya dalam satu

rumah yang berukuran sedang, memiliki dua kamar tidur dan satu ruang

keluarga, juga kondisi rumah yang masih sangat sederhana, tampak

kotor dan berdebu. Kira-kira selama 8 jam orang tua mendampingi An.A

dalam sehari, hal ini karena masih ada saudara lainnya dari An.A yang

masih kecil.

(5)

Nama orang tua ` : Ny.K

Umur : 42 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Nama bayi : An.Y

Umur : 2,8 tahun

Jenis kelamin : laki laki

Alamat : Desa Padaan, Kecamatan Pabelan

Ny.K merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki suami

bernama Tn.x bekerja sebagai petani dan dari hasil pernikahannya

memiliki dua orang anak, yaitu An.Y, yang mana adalah anak kedua,

dan ia yang menderita pneumonia, tetapi adapun kakaknya yang sudah

kelas lima SD, tidak menderita sakit dan mereka tinggal dalam satu

rumah. Kira-kira selama 12 jam orang tua mendampingi An.Y dalam

sehari.

3. Gambaran umum Partisipan 3

Nama orang tua ` : Ny.A

Umur : 42 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Nama bayi : An.O

Umur : 2,5 tahun

Jenis kelamin : laki laki

(6)

Ny.A merupakan seorang ibu rumah tangga yang bekerja

sebagai petani dan memiliki dua orang anak yaitu seorang anak laki dan

seorang nya lagi anak perempuan, dari hasil perkawinannya dgn Tn.

B.anak laki lakinya itu ialah An.O, yaitu anaknya yang menderita

pneumonia. Setiap harinya An.O bermain bersama kakaknya, karena

kedua orang tua sibuk ke ladang. Kira-kira selama 8 jam orang tua

mendampingi An.O dalam sehari.

4. Gambaran umum Partisipan 4

Nama orang tua : Ny.M

Umur : 41 tahun

Agama : islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Nama bayi : An.D

Umur : 5 tahun

Jenis kelamin : laki laki

Alamat : Desa Glawan, Kecamatan Pabelan

Ny. M adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Desa

Glawan dan merupakan salah satu kader posyandu, dan rumahnya

dijadikan tempat posyandu dan puskesmas keliling. Ny. M memiliki

seorang anak bernama An.D ,dari hasil pernikahannnya dengan Tn. S

yang menjabat sebagai ketua RW di dusun itu. Setiap harinya An.D

diasuh oleh ibunya. Kira-kira selama 18 jam orang tua mendampingi

(7)

4.3. Hasil Penelitian

Dalam menyusun hasil penelitian, peneliti menggunakan metode menurut

Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2010) untuk menganalisis data wawancara

lapangan yang jumlahnya cukup banyak. Langkah pertama yang dilakukan adalah

mereduksi data. Dalam mereduksi data peneliti memilah-milah data kedalam

beberapa kategori yang nantinya akan diambil temanya. Kategori dan tema

ditentukan dari verbatim hasil wawancara dengan partisipan. Proses

pengelompokkan tema dapat terlihat dalam lampiran 2.

Dari hasil reduksi data yang dilakukan peneliti, maka dapat terlihat 3 tema

yang menjadi hal pokok dari hasil penelitian ini, yaitu : (1) karakteristik balita

(status gizi, status imunisasi), (2) sumber polutan (kebiasaan merokok, pemakaian

racun nyamuk, bahan bakar memasak), (3) kondisi lingkungan rumah (ventilasi,

kepadatan penghuni, suhu dan kelembaban).

1. Karakteristik Balita

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada ibu dari 4 pasien

anak, maka kategorisasi karakteristik balita dapat ditunjukan dalam tabel 2 di

bawah ini.

Tabel 2. Kategorisasi Karakteristik Balita

Kode Kata Kunci Kategori/sub

(8)

2. P1 B85, P2 B80, P3 B85, P4 B50.

a. Status Gizi

Penilaian status gizi berdasarkan antropometri disajikan dalam bentuk

indeks, peneliti menggunakan berat badan menurut umur (BB/U) untuk

menentukan kategori status gizi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian

Status Gizi.

Tabel 3. Tabel Status Gizi Anak

Anak Dari

Berdasarkan tabel di atas, status gizi Anak P1, P2 dan P4 berada pada

kategori baik. Sedangkan status gizi anak P3 berada pada kategori kurang,

hal tersebut dikarenakan pada saat penimbangan terakhir, anak tersebut

sedang mengalami demam.

b. Status Imunisasi

Status Imunisasi anak partisipan dalam penelitian ini sudah lengkap. Hal

tersebut sebagaimana dinyatakan oleh tiap partisipan.

“Sudah lengkap semua mas, anak saya sudah ikut imunisasi.” (P1)

“Pokoknya sudah lengkap semua mas, ada lima jenis, ada polio, BCG,

campak.” (P2)

(9)

“Sudah lengkap mas, imunisasi terakhir polio di posyandu.” (P4)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa status

imunisasi tiap anak partisipan sudah lengkap.

2. Sumber Polutan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada ibu dari 4 pasien

anak, maka kategorisasi sumber polutan dapat ditunjukan dalam tabel 4 di

bawah ini.

Tabel 4. Kategorisasi Sumber Polutan

Kode Kata Kunci Kategori/sub

Tema

Berdasarkan hasil penelitian, bapak dari anak partisipan memiliki

kebiasaan merokok. Berikut pernyataan masing-masing partisipan terkait

hal tersebut:

“Ayahnya merokok, juga keluarga yang lain merokok mas... biasanya

merokok dimana saja mas, juga paling sering ya di dalam rumah mas.” (P1)

Wah itu bapaknya rajanya mas kalau merokok,...Biasanya di ruangan tamu mas, tapi kalau di kamar nggak pernah mas.” (P2)

“Bapaknya sendiri juga merokok mas,.... biasanya merokok di sembarang

tempat mas.” (P3)

(10)

Kebiasaan merokok tersebut juga terjadi ketika sedang menggendong

atau berdekatan dengan anak. Berikut pernyataan masing-masing

partisipan terkait hal tersebut:

“Jika ayahnya merokok juga sering sambil gendong adek axel mas, yah pas lagi ada tamu juga taulah namanya juga anak anak datang minta gendong

sama bapaknya.” (P1)

“Biasanya sambil pangku adeknya mas kalo pas merokok.” (P2)

“Yah kadang-kadang pas digendong sambil merokok mas.” (P3)

“Seringkali sih dekat dengan anaknya ketika merokok... bapaknya sering

menggendong anaknya sambil merokok.” (P4)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa kebiasaan

kepala keluarga yang merokok di dalam rumah dapat menyebabkan

kejadian penyakit pneumonia pada balita.

b. Pemakaian racun nyamuk

Berdasarkan hasil penelitian, partisipan memakai racun nyamuk bakar

dan atau serabut kelapa yang dibakar untuk mengusir nyamuk. Berikut

pernyataan masing-masing partisipan terkait hal tersebut:

“Sering makainya obat nyamuk bakar yang biasa dibeli di warung mas.” (P1)

“Seringnya pakai obat nyamuk baygon.” (P2)

“Saya pakai sabut kelapa, saya bakar nanti selang beberapa menit

nyamuknya lari.” (P3)

“Saya biasanya pakai obat nyamuk bakar.” (P4)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa kebiasaan

keluarga partisipan memakai racun nyamuk bakar dan atau serabut kelapa

yang dibakar untuk mengusir nyamuk dapat menyebabkan kejadian

penyakit pneumonia pada balita.

(11)

Berdasarkan hasil penelitian, partisipan masih menggunakan bahan

bakar yaitu kayu bakar dalam rumah tangga untuk beberapa keperluan

seperti memasak. Berikut pernyataan masing-masing partisipan terkait hal

tersebut:

“Kalau saya seringnya pakai kayu bakar mas, soalnya beli gas mahal

mas,lebih murah pakai kayu juga mas, untuk biaya hidup saja susah juga

mas.” (P1)

“Masaknya pakai gas mas, kalau untuk masak air minum saya masak pakai

kayu bakar mas, tapi tempatnya di belakang rumah mas.” (P2)

“Memasak pakainya kayu bakar mas, diambil dari kebun.” (P3) “Di sini masak biasanya pakainya kayu bakar mas.” (P4)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa kebiasaan

partisipan masih menggunakan bahan bakar yaitu kayu bakar dalam rumah

tangga untuk beberapa keperluan seperti memasak sangat berpengaruh

terhadap faktor risiko pneumonia pada balita.

3. Kondisi Lingkungan Rumah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada ibu dari 4 pasien

anak, maka kategorisasi kondisi lingkungan rumah dapat ditunjukan dalam

tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Kategorisasi Kondisi Lingkungan Rumah

Kode Kata Kunci Kategori/sub

(12)

3. P1 B300, P2

Berdasarkan hasil penelitian, kamar tidur partisipan tidak berjendela,

sehingga tidak ada ventilasi untuk memungkinkan pergantian udara secara

lancar dalam ruang kamar tidur. Berikut pernyataan masing-masing

partisipan terkait hal tersebut:

“Belum ada jendela mas di kamar, jendela cuma di ruangan tamu saja.” (P1)

“Saat ini di tiap kamar belum ada jendela mas.” (P2)

“Belum dibuat jendelanya mas, sementara masih tertutup, nanti baru dibobol

terus dibuatkan jendela.” (P3)

“Kamar belum ada jendelanya mas.” (P4)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa kamar tidur

partisipan tidak berjendela sehingga tidak ada ventilasi untuk

memungkinkan pergantian udara secara lancar , hal tersebut dapat

menyebabkan risiko kejadian penyakit pneumonia pada balita.

b. Kepadatan penghuni

Berdasarkan hasil penelitian, kepadatan penghuni rumah partisipan

dapat dilihat dari banyaknya penghuni rumah di bandingkan dengan luas

rumah. Hal tersebut dinyatakan oleh masing-masing partisipan:

“Anggota keluarga yang tinggal dalam rumah ada enam orang mas, itu sama keponakannya juga kan tinggal bersama dalam rumah ini mas.” (P1)

“Jumlah anggota keluarga ada empat yaitu anak dua sama bapak ibu.” (P2)

“Ada empat orang mas, anak dua sama bapak ibu.” (P3)

(13)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa kepadatan

penghuni rumah partisipan dapat menyebabkan risiko kejadian penyakit

pneumonia pada balita.

c. Suhu dan kelembaban

Berdasarkan hasil penelitian, didapati kamar tidur partisipan selalu

terbuka, karena tidak berpintu. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi

suhu dan kelembaban ruangan kamar.Berikut pernyataan masing-masing

partisipan:

“Kalau kamar tidur selalu terbuka, kalau ruang tamu jendela kadang kadang saja mas baru dibuka.” (P1)

“Ya mas kamar tidur selalu terbuka, maklum mas keadaannya masih kayak gini, sebenarnya belum layak huni.” (P2)

“Ya kamar tidur selalu terbuka mas soalnya pintunya aja belum ada mas, apalagi jendelanya juga belum ada juga.” (P3)

“Kamar tidur memang terbuka mas, maklum soalnya rumahnya sangat

sederhana, jadi belum ada pintu di tiap kamar.” (P4)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kamar

tidur partisipan tidak berpintu dan selalu terbuka, hal tersebut berpotensi

menyebabkan risiko kejadian penyakit pneumonia pada balita.

4.4. Pembahasan

1. Karakteristik Balita a. Status Gizi

Hasil penelitian ini menemukan bahwa status gizi anak P1, P2 dan P4

tidak mengalami gizi kurang. Sedangkan status gizi anak P3 berada pada

kategori kurang karena sedang mengalami demam saat penimbangan

(14)

wawancara). Hal ini menunjukkan bahwa anak P3 dinyatakan mengalami

kurang gizi berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi yang

menggunakan berat badan menurut umur (BB/U). Anak balita dengan status

gizi kurang mempunyai risiko menderita pneumonia 3,3 kali dibandingkan

dengan balita dengan status gizi baik (Nuryanto, 2012). Menurut Nuryanto

(2012) status gizi masyarakat biasanya digambarkan dengan masalah gizi

yang dialami oleh golongan masyarakat rawan gizi. Status gizi balita

dipengaruhi oleh pola asuh anak yang tidak memadai, karena kurangnya

pengetahuan, ketrampilan ibu mengenai gizi serta imunisasi dan pelayanan

kesehatan dasar yang tidak memadai (Nuryanto, 2012). Balita dengan

keadaan gizi buruk dan gizi kurang (malnutrisi) lebih mudah terkena infeksi

dibandingkan dengan balita dengan gizi baik, hal ini disebabkan kurangnya

daya tahan tubuh balita (Fitriyah dan Sulistyawati, 2013).

b. Status Imunisasi

Penelitian ini menemukan bahwa status imunisasi anak partisipan sudah

lengkap. Melalui pemberian 5 imunisasi dasar pada bayinya, ibu

mengharapkan imunisasi tersebut dapat memberikan manfaat dalam

memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit infeksi seperti

polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan Campak. Imunisasi

merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen

lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten

terhadap penyakit tertentu (Mulyani & Rinawata, 2013). Tujuan Imunisasi: 1)

Memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan

kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering

(15)

penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta

dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (Hidayat, 2005). Kemenkes RI (dalam Suparyanto, 2014),

menyebutkan bahwa imunisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan

untuk mencegah terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan

mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin)

kedalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap

jenis antigen itu di masa yang akan datang.

2. Sumber Polutan a. Kebiasaan Merokok

Pada penelitian ini menemukan bahwa kebiasaan kepala keluarga yang

merokok di dalam rumah dapat berdampak negatif bagi anggota keluarga

khususnya balita. Rokok merupakan benda beracun yang memberi efek

yang sangat membahayakan pada perokok ataupun perokok pasif, terutama

pada balita yang tidak sengaja terkontak asap rokok. Nikotin dengan ribuan

bahaya beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi

yang dapat menyebabkan Infeksi pada saluran pernapasan (Hidayat, 2005).

Akibat gangguan asap rokok pada bayi antara lain adalah muntah,

diare, kolik (gangguan pada saluran pencernaan bayi), denyut jantung

meningkat, gangguan pernapasan pada bayi, infeksi paru-paru dan telinga,

gangguan pertumbuhan (Hidayat, 2005). Gas berbahaya dalam asap rokok

merangsang pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak

dapat dikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin

di jaringan paru yang mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara

(16)

(Wardani, 2015). Paparan asap rokok berpengaruh terhadap kejadian ISPA

pada balita, dimana balita yang terpapar asap rokok berisiko lebih besar

untuk terkena ISPA dibanding balita yang tidak terpapar asap rokok

(Hidayat, 2005). Menurut Agussalim (2012) terdapat seorang perokok atau

lebih dalam rumah akan memperbesar risiko anggota keluarga menderita

gangguan pernafasan, memperburuk asma serta dapat meningkatkan risiko

untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita.

b. Pemakaian Racun Nyamuk

Penelitian ini mengidentifikasi pemakaian obat nyamuk bakar pada

partisipan. Beberapa studi yang dilakukan pada anak-anak di Malaysia

terdapat peningkatan prevalensi ISPA pada rumah yang menggunakan obat

nyamuk bakar. Hal ini sejalan dengan penelitian Pascawati (2011)

menyatakan kejadian ISPA pada balita sebesar 1,85 kali dibandingkan

dengan rumah yang tidak menggunakan obat nyamuk bakar.

Obat nyamuk bakar biasanya digunakan untuk mengendalikan nyamuk

dari dalam rumah tetapi di sisi lain asap obat nyamuk dapat menjadi sumber

pencemaran udara dalam rumah, yang sangat membahayakan kesehatan

yaitu gangguan saluran pernapasan. Obat nyamuk berbahaya buat manusia

karena kandungan bahan aktif yang termasuk golongan organofosfat.

Bahan aktif ini adalah Dichiorovynil dirnethyl phosfat (DDVP), Propoxur (Karbamat) dan Diethyltoluamide, yang merupakan jenis insektisida

pembunuh serangga (Dahniar, 2011). Obat nyamuk yang masuk melalui

saluran pernafasan dalam waktu yang lama akan terjadi

perubahan-perubahan atau kerusakan dari jaringan penyusun saluran pernafasan,

(17)

terganggu. Balita sangat substansial untuk terpapar oleh polusi udara akibat

obat nyamuk dan dampak ditimbulkan lebih besar dari pada orang dewasa

(Dahniar, 2011).

c. Bahan Bakar Memasak

Dari hasil penelitian menunjukan partisipan pada umumnya

menggunakan bahan bakar kayu api dimana bahan bakar tersebut mudah

untuk didapat. Penggunaan bahan bakar untuk memasak di rumah tangga

sangat berpengaruh terhadap faktor risiko kejadian ISPA yang dimana

bahan bakarnya banyak mengeluarkan asap dan konstruksi rumah yang

tidak memiliki ventilasi di dapur yang menyebabkan asap lama tinggal di

dapur maupun perilaku partisipan membawa anak ke dapur sehingga anak

yang berada bersama partisipan tersebut sering terpapar asap yang juga

mengakibatkan gangguan pernapasan pada balita.

Asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan

konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga

akan memudahkan timbulnya ISPA pada balita. Bahan bakar kayu api yang

digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara

menjadi rusak, karena pemakaian bahan bakar tradisional seperti kayu

bakar, sering menghasilkan pembakaran kurang sempurna sehingga

banyak menimbulkan sisa pembakaran yang dapat mempengaruhi

kesehatan (Rosdiana, 2015).

Efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat

menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan

dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan

(18)

meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan

rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan (Asriati, 2014).

Kesulitan bernapas akibat benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat

dikeluarkan dari saluran pernapasan. Keadaan tersebut akan memudahkan

terjadinya infeksi saluran pernapasan (Asriati, 2014). Hal ini dapat terjadi

pada rumah yang ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah,

bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita bermain

(Ningrum, 2014).

3 Kondisi Lingkungan Rumah a. Ventilasi

Berdasarkan hasil penelitian, kamar tidur partisipan tidak berjendela,

sehingga tidak ada ventilasi untuk memungkinkan pergantian udara secara

lancar dalam ruang kamar tidur. Penelitian Afrida (2007) menemukan

bahwa prevalens rate ISPA pada bayi yang memiliki ventilasi kamar tidur yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 69,9%, sedangkan untuk

yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 30,1%. Ventilasi yang baik

dengan ukuran 10-20% dari luas lantai dapat mempertahankan suhu

optimum 22-24˚C dan kelembaban 60% (Winardi, 2015). Kondisi ventilasi

rumah yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan kurangnya sirkulasi

udara di dalam rumah, akibatnya rumah akan menjadi pengap, rumah yang

tidak mempunyai jendela dan lubang angin menyebabkan udara dalam

rumah yang tercemar tidak dapat ke luar dan menyebabkan kejadian

pneumonia pada balita (Yulianti, 2012).

(19)

Hasil penelitian ini mengidentifikasi kepadatan penghuni rumah

partisipan dapat dilihat dari banyaknya penghuni rumah. Menurut Gani

(2004) dalam penelitiannya di Sumatera Selatan menemukan proses

kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di

rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang

tidak padat. Rumah dikatakan padat penghuninya apabila perbandingan

luas lantai seluruh ruangan rumah dengan jumlah penghuni kecil lebih dari

10m2/orang, sedangkan ukuran yang dipakai untuk luas lantai ruang tidur

minimal 3 m2 per orang dan untuk mencegah penularan penyakit (misalnya

penyakit pernapasan) jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang

lain minimum 90 cm (Lindawaty, 2010).

c. Suhu dan Kelembaban

Hasil penelitian ini mengidentifikasi kamar tidur partisipan selalu terbuka,

karena tidak berpintu. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi suhu dan

kelembaban ruangan kamar. Pengaturan kelembaban sangat penting

dalam ruangan. Kelembaban yang tinggi dan debu dapat menyebabkan

berkembangbiaknya organisme pathogen maupun organisme yang bersifat

allergen serta pelepasan formaldehida dari material bangunan. Formaldehida adalah zat tidak berwarna, mudah terbakar, bahan kimia berbau tajam yang digunakan dalam bahan bangunan dan untuk

menghasilkan banyak produk rumah tangga. Formalin ini digunakan dalam

produk kayu pres, seperti papan partikel, kayu lapis, dan papan serat; lem

dan perekat; pelapis produk kertas; dan bahan isolasi tertentu. Kualitas

(20)

bangunan, struktur bangunan, bahan pelapis untuk furniture serta interior

(Fahimah, 2014).

Tingkat kelembaban yang terlalu rendah dapat menyebabkan

kekeringan/iritasi pada membran mukosa, iritasi mata dan gangguan sinus.

Menurut Kepmenkes RI No.826/MenKes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan

Rumah Sehat bahwa suhu udara nyaman berkisar 18 °C sampai 30 °C

(Gunarni, Supriyono & Mujiono, 2012). Suhu udara sangat tergantung pada

musim. Suh u udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rumah menjadi

panas sehingga memungkinkan penghuni tidak betah tinggal berlama-lama

di dalam rumah, sedangkan suhu terlalu rendah menyebabkan lembab dan

dingin yang memungkinkan berkembang biaknya kuman atau bakteri

penyebab penyakit. Rumah dengan suhu yang tidak sesuai dapat

mengakibatkan kejadian ISPA pada balita (Gunarni, Supriyono & Mujiono,

2012). Menurut Kepmenkes RI No. 826/MenKes/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Rumah Sehat bahwa kelembaban udara berkisar 40% - 70%

(Gunarni, Supriyono & Mujiono, 2012). Rumah yang lembab

memungkinkan untuk tikus dan kecoa membawa bakteri dan virus yang

dapat memicu terjadinya penyakit pernapasan dan dapat berkembang biak

dalam rumah (Krieger dan Higgins, dalam Gunarni, Supriyono & Mujiono,

2012)

4.5. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan. Waktu yang

(21)

partisipan yang diperoleh juga terbatas yaitu 4 partisipan. Hal ini karena kasus

pneumonia adalah spesifik dan partisipan yang memiliki kejadian penyakit

pneumonia sangat sedikit.

Selain itu, manfaat penelitian ini hanya peneliti diskusikan dengan orang

tua dari anak yang merupakan partisipan dari penelitian ini dan tidak mencakup

pada orang tua anak lainnya di wilayah kerja Puskesmas Pabelan. Perlu diteliti

lebih dalam lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan kejadian penyakit pneumonia

pada balita, variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini, yaitu: usia, jenis kelamin

Gambar

Tabel 1. Identitas Partisipan
Tabel 2. Kategorisasi Karakteristik Balita
Tabel 3. Tabel Status Gizi Anak
Tabel 4. Kategorisasi Sumber Polutan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Student’s Responses toward Teacher Corrective Feedback on Student’s Pronunciation Error Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Penyediaan informasi tentang penyakit kedelai masih bersifat manual sehingga tidak berfungsi secara maksimal dalam penyebaran informasi baik ke petani, penyuluh, dan

Hasil pengamatan penyakit bercak daun cercospora yang didapatkan pada tanaman tomat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Gejala penyakit bercak daun

Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang

Faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah pakan yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam pakan (Lengkong dkk., 2015).. Menurut Risnajati (2014)

Berdasarkan hasil penelitian kombinasi rumput gajah dan tumpi jagung yang terfermentasi menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada kandungan protein kasar

Pengaruh Lama Penyimpanan Daun Terhadap Komposisi dan Kandungan Klorofil Daun Suji ( Pleomele angustifolia N. Brown), Skripsi (tidak dipublikasika ),Fakultas Sains dan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam (model panggung), timbangan, sprayer, ember, thermometer, buku, pisau, tempat pakan, tempat minum