• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

FENOMENA KAMIKAZE DALAM MILITER JEPANG

2.1 Definisi Kamikaze

Kamikaze adalah sebutan bagi tentara Jepang yang merelakan hidupnya untuk melakukan serangan bunuh diri ke arah pasukan Amerika.Tugas mereka adalah menabrakkan pesawat mereka ke armada-armada perang sekutu. Istilah kamikaze sendiri berasal dari sejarah di zaman samurai saat armada mongol menyerang Jepang (Iris, 1997:87)

Selama abad ke-13, bangsa Mongol, yang dipimpin oleh Kubilai Khan, cucu Gengis Khan, berusaha menginvasi Jepang sebanyak dua kali yakni pada tahun 1274 dan 1281. Namun, pada kesempatan kedua, topan besar (siklon tropis) melenyapkan armada Mongol, memaksa mereka untuk meninggalkan rencana mereka dan disaat yang sama telah menyelamatkan Jepang dari penaklukan bangsa Mongol. Bangsa Jepang percaya topan telah dikirim oleh para dewa untuk melindungi mereka dari musuh-musuh mereka dan menyebutnya sebagai Kamikaze atau angin tuhan (Rielly, 2010:7).

(2)

Menurut Rielly (2010:8) dalam bahasa Jepang, istilah yang digunakan untuk memanggil unit-unit pelaku serangan-serangan bunuh diri tersebut adalah tokubetsu kōgeki tai (特別攻撃隊), yang secara harafiah berarti "unit serangan khusus." Ini

biasanya disingkat menjadi tokkōtai (特攻隊). Pada Perang Dunia II,

skuadron-skuadron bunuh diri yang berasal dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang disebut shinpū tokubetsu kōgeki tai (神風特別攻撃隊), di mana shinpū adalah bacaan on-yomi untuk

karakter kanji yang sama yang membentuk perkataan kamikaze.

2.2 Latar Belakang Kamikaze

(3)

Karena kekalahan di pertempuran dan banyaknya pilot - pilot yang mati, jepang pun jadi kekurangan pilot - pilot trampil untuk dijadikan pilot kamikaze (www.wikipedia.org).

Sumarno (1991:68) mengatakan pada 15 Juli tahun 1944, Saipan, pangkalan militer penting milik jepang Jepang, jatuh ketangan pasukan Sekutu.Penguasaan atas pangkalan militer Saipan Memungkinkan pasukan sekutu untuk menggunakan pesawat pembom Jarak Jauh Superfortress B-29 Untuk membumi hanguskan pulau utama jepang. Setelah Jatuhnya Pangkalan Militer Saipan, komando tertinggi Jepang meramalkan bahwa Sekutu akan mencoba Untuk segera menduduki Filipina, yang lokasinya strategis dan karena berada di ladang minyak antara Asia Tenggara dan Jepang.

(4)

Sukono (2009:294) mengatakan pasukan Serangan Khusus ini, demikian sebutan unit Kamikaze udara maupun laut itu (di Indonesia dikenal sebagai Jibaku-tai) ini sebenarnya bukanlah pertama kali dibentuk. Pada perang-perang sebelumnya, baik Perang Tiongkok-Jepang (1894-1895) dan Perang Rusia-Jepang (1905-1906), pasukan jepang membentuk unit kapal torpedo bunih diri (kaiten) untuk menyerang kapal perang Tiongkok dan Rusia.

Ramalan menjadi kenyataan pada 17 Oktober tahun 1944, ketika Pasukan Sekutu menyerang Pulau Suluan,Untuk memulai Pertempuran teluk Leyte. Armada Udara ke1 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, yang berpangkalan di Manila diberi tugas membantu kapal Jepang yang akan mencoba menghancurkan pasukan Sekutu di teluk Leyte. Akan tetapi karena Armada Udara ke-1 Jepang pada waktu itu hanya mempunyai 40 pesawat : 34 pesawat tempur Mitsubishi Zero. tiga Nakajima B6N Yaitu Pesawat Torpedo Bomber, satu Mitsubishi G4M dan dua Yokosuka P1Y pesawat pembom yang

berpangkalan di daratan, dan satu pesawat pengintai. Misi Yang Di Hadapi Oleh angkatan perang udara Jepang jadi terlihat mustahil untuk dilalukan. Oleh karena Itu Seorang Komandan Armada Udara ke-1 Yaitu Laksamana Muda Takijiro Onishi memutuskan membentuk Suatu kesatuan serangan bunuh diri yaitu Special Attack Air Force kamikaze yang terdiri dari pilot-pilot berani mati (www.wikipedia.org).

2.3 Pandangan Masyarakat Jepang Tentang Kamikaze

(5)

Indonesia, dan kemudian berganti nama menjadi Rahmat Shigeru Ōno. Akan

tetapi, sejak pecahnya Perang Pasifik, banyak keluarga yang dengan sengaja melindungi anak laki-lakinya agar tidak terjun ke medan perang dalam (Hikmah, 20112:70).

Selama operasi Kamikaze dilaksanakan, banyak pemuda yang bergabung di dalamnya. Emiko Ōnuki Tierney, penulis buku Kamikaze Diaries: Reflections of

Japanese Student Soldiers, dalam film Wings of Defeat mengatakan bahwa ada

sekitar 4.000 pilot yang tewas dalam operasi Kamikaze. 3.000 pilot dari jumlah keseluruhan pilot adalah pilot remaja, mereka baru saja menjalankan wajib militer dan mendaftar dalam program pelatihan pilot khusus untuk remaja pria. 1.000 lainnya ialah pilot dari kelompok prajurit pelajar, yaitu para mahasiswa yang dengan sengaja dipercepat kelulusannya oleh pemerintah agar mereka bisa melaksanakan tugas. Namun, hampir tidak ada catatan tertulis seperti buku harian maupun surat-surat dari para pilot remaja mengenai hari-hari mereka sebagai calon pilot Kamikaze. Para pilot pelajar banyak meninggalkan catatan tertulis yang memungkinkan para pembacanya memahami pemikiran mereka mengenai humanisme di tengah kekisruhan perang dan pemikiran mereka mengenai kematian yang tidak terelakkan bagi mereka.

(6)

berani dan bahagia melakukannnya merupakan sebagai suatu kebohongan belaka. Mereka lebih meyakini semua itu dilakukan dengan keterpaksaan. Mereka adalah pemuda Jepang yang tersesat di “rumah pembantaian”.

“Mereka tertunduk, sebagian tak sanggup berdiri, sehingga harus dipaksa masuk ke dalam kokpit”, ungkap Watanabe, mengisahkan penderitaan pilot-pilot muda yang direkrut masuk ke dalam kesatuan udara kamikaze.

Saburo Sakai, salah satu pilot kenamaan Jepang dari masa Perang Pasifik, bahkan termasuk orang yang memandang miris pasukan ini. Terlebih karena sebagian dari pilot-pilot muda itu adalah murid-muridnya sendiri.Ia tak habis pikir, mengapa pimpinan Tentara Jepang sampai membentuk pasukan bunuh diri.

Brown (2009:220) mengatakan di mata Saburo Sakai yang tutup usia pada tahun 2000 akibat serangan jantung, Kamikaze adalah blunder tentara jepang. Hingga di penghujung usianya, dia mengaku kecewa dan masih sering membayangkan wajah murid-muridnya yang gugur dengan cara konyol itu. “Pimpinan Tentara Jepang telah berbohong bahwa para pilot Kamikaze telah menyerahkan diri secara sukarela. Mereka berbohong.“Menurutnya, Kamikaze memang bisa digunakan sebagai serangan kejut, dan ini memang merupakan salah satu taktik perang.Namun taktik seperti ini hanya efektif jika dilakukan sekali, dua kali, atau tiga kali. Tetapi jika dilakukan sampai sepuluh bulan, Kamikaze sudah sangat berlebihan. Tak akan ada artinya lagi. Kaisar Hirohito sebenarnya harus menghentikan serangan ini.

(7)

Kamikaze yang ada, mempunyai sudut pandangnya sendiri dalam menjelaskan keikutsertaan para pemuda Jepang dalam Kamikaze. Buku Kisah Para Pilot Kamikaze: Pasukan Udara Berani Mati Jepang pada perang Dunia IIyang ditulis oleh kalangan militer (2 orang anggota militer Jepang dan 1 orang anggota militer Amerika) secara umum menyatakan bahwa para pilot Kamikaze rela berjuang demi negara dan Kaisar. Akan tetapi, Kimiko Ōnuki-Tierney sebagai orang sipil justru berpendapat

bahwa para pilot Kamikaze terpaksa menjalankan tugasnya dan sebenarnya mereka belum mau mati. Pendapatnya tersebut terdapat di dalam bukunya yang berjudul Kamikaze Diaries: Reflections of Japanese Student Soldier.

Pihak yang sudah pasti menyetujui pelaksanaan Kamikaze ialah militer Jepang. Dalam tulisannya di buku KisahPara Pilot Kamikaze: Pasukan Udara Berani Mati Jepang pada perang Dunia II, Kolonel Inoguchi Rikihei dan Letkol Nakajima Tadashi banyak menulis bahwa para calon pilot Kamikaze sangat antusisas dan tidak sabar untuk segera melakukan misi Kamikaze. Akan tetapi, ternyata tidak semua pejabat militer Jepang menyetujuinya. Sebagai contoh, Mayor (Laut) Minobe Tadashi, komandan penerbangan dari grup pesawat tempur malam di Filipina, dengan tegas menolak pelaksanaan Kamikaze. Walaupun di awal pembentukan Kamikaze Laksamana Ōnishi menyatakan tidak mau menerima kritik, Mayor Minobe tidak

pernah dipaksa olehnya untuk mau melaksanakan serangan khusus. Minobe kemudian dipindahkan ke Jepang, dan bertugas dengan baik di Grup Udara 131 dalam (Hikmah, 2012:77).

(8)

khusus. Okajima bahkan berdebat sengit dengan Letkol Nakajima Tadashi selaku perwira penerbang Grup Udara 201. Okajima menyatakan bahwa taktik serangan khusus benar-benar tidak masuk akal. Kesatuan Udara AL Jepang seharusnya menarik pasukannya kembali ke Jepang dan memperkuat kembali kekuatannya. Lebih lanjut, Okajima menyatakan bahwa ia tidak akan mengizinkan satu pun pilot atau pesawat dari Grup Udara 203 bergabung dengan Kamikaze. Letkol Tamai sebagai perwira penerbang senior pada Grup Udara 201 pun memutuskan untuk memindahkan Grup Udara yang dipimpin Okajima ke Jepang, pada keesokan harinya dalam (Hikmah, 2012:77).

Pada bulan Maret 1945, di majalah bulanan Taiyō (大洋/ Samudra) ada

artikel sebanyak 21 halaman mengenai pelaksanaan Kamikaze dari sudut pandang sepuluh pilot berpengalaman AL Jepang. Salah satu di antaranya, Mayor Iwatani, dengan tegas berkata bahwa salah besar jika publik menghargai operasi serangan khusus layak dan patut dihargai. Menurutnya, cara yang paling tepat untuk menyerang musuh ialah dengan mempergunakan keahlian para prajurit, dan kembali ke pangkalan dengan hasil serangan yang efektif. Setiap pesawat seharusnya dilengkapi dengan berbagai persenjataan dalam (Hikmah, 2012:77).

(9)

berpendapat bahwa kaisar adalah pencinta damai, dan menentang perang, akan tetapi kaisar telah ditipu oleh Tōjō. Kaisar tidak suka pada perang dan tidak akan mengizinkan rakyatnya terseret ke dalamnya. Kaisar juga tidak mengetahui betapa buruknya perlakuan yang diterima para prajurit dalam (Hikmah, 2012:78).

(10)

Nakajima berkata bahwa tidak satu pun tetangganya yang mengetahui bahwa ia bergabung dalam misi Kamikaze karena hal itu bukan sesuatu yang penting dan dapat dibanggakan. Ia menyatakan bahwa ia cinta negara Jepang, tetapi semua ini adalah salah kaisar. Karena kaisar, para pilot harus menanggung siksaan, dan semua pilot harus siap mati. Kalau saja kaisar berani berkata, “Cukup! Biar saya yang disalahkan atas perang ini. Segera akhiri perang ini”, maka ribuan nyawa dapat terselamatkan.

Pendapat para pilot Kamikaze juga terbagi dua. Dari berbagai tulisan, seperti surat maupun catatan harian yang ditulis oleh para pilot Kamikaze, dapat diketahui bahwa ada pilot yang setuju bahkan rela mati dengan pelaksanaan tugas Kamikaze, tetapi ada juga pula pilot yang belum mau mati, dan menentang pelaksanaan Kamikaze.

Di antara para pilot yang setuju dengan pelaksanaan Kamikaze, salah satunya ialah Letnan Satu Nishida Takamitsu (西田高光). Ia tewas dalam misi

(11)

Nishida tewas dalam usia 22 tahun. Tulisan terakhir dalam buku hariannya ditulis pada dini hari tanggal 11 Mei 1945, hanya beberapa jam sebelum ia bertugas. Ia menulis bahwa dalam lima jam ke depan, ia akan menabrakkan dirinya ke kapal Sekutu. Ia juga mengucapkan salam perpisahan untuk semua orang. Ia berharap akan ada orang yang menyelesaikan hal-hal yang gagal ia selesaikan. Nishida juga menyapa ayah dan ibunya dalam buku hariannya dan mengatakan bahwa ia akan pergi untuk menjalankan misi serangan khusus dalam (Hikmah, 2012:79).

Berlawanan dengan Letnan Satu Takamisu Nishida, Sasaki Hachiro tidak setuju dengan pelaksanaan Kamikaze. Sasaki adalah lulusan Universitas Kekaisaran Tokyo. Ia menjadi pilot Kamikaze dan terbunuh dalam menjalankan tugasnya, dalam usia 22 tahun. Sebelum tewas, ia sempat menuliskan perasaannya dalam catatan hariannya. Isi tulisannya ialah:

Apakah patriotisme itu? Bagaimana mungkin kita bisa menyetujui pembunuhan atas jutaan orang, juga pemusnahan HAM atas miliaran orang di bawah panji-panji gagasan yang abstrak (seperti patriotisme dan atas nama tanah air) ? Militer Jepang–Sebuah Ketololan Besar! Jika

Referensi

Dokumen terkait

66 Informan kedua mengatakan bahwa dengan menampilkan diri sebagai pribadi bahagia yang ramah pada halaman profil Facebook yang dimilikinya, ia bisa mendapatkan

[r]

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, BAN-PT melakukan akreditasi bagi semua program studi dari semua institusi perguruan tinggi di seluruh

Ini dibuktikan dengan adanya ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh kepala sekolah mengenai rencana kebijakan untuk kegiatan menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada

To minimize the effect of these problems, for the selective oxidation of light alkanes using COMBICAT nanoflow catalytic reactor, a fast and complete qualitative and

Dengan adanya resital piano “ The Oeuvre ,” penulis akan memiliki manfaat yaitu pengalaman dalam melaksanakan sebuah resital yang baik dan mengetahui seberapa dalam

Kinerja pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari 3 indikator yaitu laju pertumbuhan ekonomi (LPE), indeks Gini, dan transformasi struktur kesempatan

Hasil t-uji menunjukkan bahwa variabel yang dianalisis meliputi luas lahan, pupuk urea, pendidikan petani, pengalaman berusahatani dan irigasi berpengaruh nyata