• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

Kata respon berasal dari Bahasa Inggris yaitu response, yang berarti jawaban, balasan, reaksi atau tanggapan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan bahwa definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi dan jawaban. Respon bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat.

Menurut Sarlito Wirawan (1991.hal.35) secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu:

1. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan dan harapannya.

2. Sasaran respon tersebut berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

(2)

Respon merupakan reaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan melalui empat tahapan:

1. Kategori primitif, yakni objek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi berdasarkan ciri-ciri khusus.

2. Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan kategorisasi yang tepat.

3. Konfirmasi, yakni terjadinya setelah objek mendapatkan penggolongan sementara.

4. Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon mulai muncul.

Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi oleh sejauh mana pemahaman terhadap objek respon tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna.Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan. Simon dalam Wijaya (2007), membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu:

a. Persepsi berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

(3)

c. Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut. (http://id.shvoong.com diakses pada tanggal 8 Februari 2016 pukul 11.20 WIB)

2.1.1. Persepsi

Menurut Willy F Maramis (2006.hal.15-16), persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima panca indera, kemudian stimulus diantar ke otak dimana ia dikodekan serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadarai. Ada yang mengatakan bahwa persepsi merupakan stimulus yang ditangkap oleh pancaindera individu lalu diorganisasikan dan kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diindera itu. Ada yang dengan singkat mengatakan persepsi adalah yang memberikan makna stimulus inderawi. Jadi persepsi merupakan suatu proses.

(4)

Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak terlepas dari adanya pengalaman sensoris terlebih dahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Mungkin 90% dari pengalaman-pengalaman sensoris kita sehari-hari dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang diulang-ulang. Jadi, dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990.hal.49).

Menurut Krech & Crutcfield (dalam Rakhmat, 2003.hal.55) faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dario kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memnuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

b. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yanng ditimbulkan pada sistem saraf individu, yaitu masyarakat itu sendiri. Menurut Teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

2.1.2. Sikap

(5)

dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam sikap, dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone melihat sikap hanya sebagai tingkatan afeksi saja, belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Dengan kata lain dapat dikemukakan Thurstone secara eksplisit melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja.

Menurut Isbandi Rukminto (1994.hal.135), ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang tanpa objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan sebagainya.

b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah.

d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

f. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan.

(6)

faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan sikap adalah (Rukminto, 1994. hal.154):

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang terdapat dari diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok, interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melaui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan sebagainya.

2.1.3. Partisipasi

Selain persepsi, sikap dan partisipasi juga menjadi hal yang penting dalam mengukur respon. Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Partisipasi juga merupakan proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mangambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan , pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Theodorson dan Sumarto dalam Soelaeman, 2012.hal.76).

(7)

pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto, 2007.hal.20).

Menurut Sudarningrum dalam Sugiyah (2001.hal.38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu (http://rizuan-ramadhan.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-partisipasi.html ?m=1 diakses pada tanggal 11 Februari 2016 pukul 22.50 WIB) :

1. Partisipasi langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisi[asi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

2. Partisipasi tidak langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu mendelagasikan hak partisipasinya.

(8)

2.2. Masyarakat

2.2.1. Pengertian Masyarakat

Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatau jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. (Soekanto, 2007.hal.22)

Menurut Hassan Shadily (1993.hal.47), masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.2.2. Masyarakat dan Macamnya

(9)

dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.

Menurut Hassan Shadily (1993.hal.50), cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam:

1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.

2. Masyarakat merdeka terbagi dalam :

a. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar.

b. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.

2.2.3. Asal Masyarakat

Menurut Hassan Shadily (1993.hal.52), bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:

(10)

2. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga bersama.

3. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri. 4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson berpendapat, bahwa manusia ini

hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan.

2.2.4 Pengembangan Masyarakat

(11)

perlu pembinaan kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat. Adapun aspek-aspek tersebut adalah (Sumodiningrat, 2009.hal.83) :

1. Masyarakat sebagai unit kegiatan.

Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.

2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal.

Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat dikembangkan untuk kepentingan masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.

3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar.

(12)

yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan.

4. Partisipasi secara inklusif.

Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan peranannya dalam pengembangan masyarakat.

5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari partisipasi inklusif.

Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.

6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan pada pencapaian tugas yang khusus.

(13)

Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyarakat adalah perencanaan dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan, menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan mengidentifikasi dengan masyarakat secara keseluruhan, minat dan partisipasi dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk mengutarakan nilai-nilai.

2.2.5. Model-model Pengembangan Masyarakat

Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut: 1. Pengembangan Masyarakat Total.

Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.

2. Perencanaan Sosial

(14)

3. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan.

2.2.6. Pemberdayaan masyarakat

(15)

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Adapun upaya pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan dengan tiga hal, yaitu :

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat dikembangkan.

2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif., pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat. 3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk

mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

2.3. Kebijakan Sosial

2.3.1 Defenisi dan Ruang Lingkup Kebijakan Sosial

(16)

aksebilitas bagi setiap penerima pelayanan dslam upsys mewujudkan kesejahteraan sosialnya.

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak (Suharto, 2008.hal.10).

Kebijakan sosial memiliki fungsi antara lain:

1. Fungsi preventif (pencegahan) - mencegah terjadinya masalah sosial 2. Fungsi kuratif (penyembuhan) – mengatasi masalah sosial

3. Fungsi developmental (pengembangan) – mempromosikan kesejahteraan sebagai wujud kewajiiban negara dalam memenuhi hak-hak sosial warganya.

Dalam garis besar, kebijakan sosail diwujudkan dalam tiga kategori, yakni perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan kategori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari kebijakan sosial. Namun, tidak semua kebijakan sosial berbentuk perundang-undangan. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi preventif atau pencegahan, kuratif atau penyembuhan, dan pengembangan atau developmental. Kebijakan publik, termasuk di dalamnya kebijakan sosial, dapat dijadikan perangkat negara yang penting dalam membangun dan meningkatkan modal sosial (hal.11&96).

(17)

lainnya. Secara umum kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan sosial. Kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dan keamanan merupakan beberapa kebijan publik. Sedangkan kebijakan mengenai jaminan sosial, seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok miskin atau rentan, adalah contoh kebijakan sosial (hal.12).

Dalam menangani masalah sosial yang ada, maka kebijakan sosial harus dilakukan secara terencana, terpadu, konsisten dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu ditelaah secara singkat mengenai beberapa isu kebijakan sosial yang mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan dalam proses dan mekanisme perumusan kebijakan sosial. Pada dasarnya pemerintah memiliki peran yang besar dalam perumusan kebijakan sosial tersebut.

2.3.2. Analisis Kebijakan Sosial

Analisis kebijakan sosial adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang relevan dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang mungkin timbul akibat diterapkannya suatu kebijakan (Dunn, dalam Suharto, 2007.hal.26). Ada tiga model analisis kebijakan sosial, yaitu model prospektif, retrospektif dan model integratif. 1. Model prospektif adalah bentuk analisis kebijakan yang mengarahkan kajiannya

pada konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan. Model ini dapat disebut sebagai model prediktif karena seringkali melibatkan teknik-teknik peramalan (forecasting).

(18)

disebut sebagai model evaluatif karena banyak melibatkan pendekatan evaluasi terhadap dampak kebijakan yang sedang atau telah diterapkan.

3. Model integratif adalah model perpaduan antara kedua model di atas. Model ini kerap disebut sebagai model komprehensif atau model holistik karena analisis dilakukan terhadap konsekuensi kebijakan yang mungkin timbul, baik sebelum maupun sesudah suatu kebijakan dioperasikan. Model analisis kebijakan ini biasanya melihat teknik peramalan dan evaluasi secara terintegrasi.

2.4. Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD)

2.4.1. Latar Belakang ADD

Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bertujuan memberikan pengakuan dan kejelasan kepada desa akan status dan kedudukannya dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Negara memberikan kewenangan Desa dalam melestarikan adat dan tradisi serta budaya masyarakat Desa. Desa juga diberikan kewenangan dalam pembangunan untuk memprakarsa dan peran partisipasi yang besar dalam rangka menggali potensi Desa dengan mendorong Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka serta bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan di Desa dengan tujuan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang akhirnya memberikan kesejahteraan bersama dan menempatkan Desa sebagai subjek dari pembangunan. Kedudukan ini memberikan semangat baru kepada Desa dalam proses percepatan dan pemberdayaan masyarakat di Desa. Tentu kedudukan tersebut harus didukung dengan sumber pembiayaan yang memadai.

(19)

Desa seperti Pendapatan Asli Desa, Alokasi dari APBN, Bagi Hasil dari Pajak dan Retribusi Kabupaten, Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Kabupaten, Hibah atau sumbangan Pihak Ketiga yang tidak mengikat serta lain-lain Pendapatan Desa yang sah. Pendapatan Desa yang tersebut diatas ada beberapa rincian yang menjadi kewajiban dari Pemerintah Daerah yang apabila tidak dilaksanakan tentu akan berakibat diberikan sanksi oleh Pemerintah Pusat.

Berdasarkan hal tersebut, Desa memiliki kewenangan untuk mengurus kebijakan-kebijakan tentang desa, terutama dalam hal memberikan pelayanan, peningkatan peran serta masyarakat dan keswadayaan, prakarsa, inovasi dan pemberdayaan masyarakat desa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dimana Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) ini secara umum bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya yang menjadikan masyarakat desa sebagai pelaku utama pembangunan tersebut.

2.4.2. Pengertian Alokasi Dana Desa (ADD)

(20)

ketentuan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Alokasi Dana Desa yang dikenal dengan ADD adalah alokasi dana ke desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh Kabupaten sebesar 10% setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dasar hukum penngalokasian Dana Perimbangan ke Desa sesuai dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 72 ayat (4), jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka sanksi tegas dinyatakan dalam Pasal 72 ayat (6), dimana Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi Dana Perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 96 ayat (3) pengalokasian Dana Desa dihitung dengan pertimbangan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Ketentuan mengenai penggunaan anggarannya sudah diatur dengan jelas.

2.4.3. Tujuan Alokasi Dana Desa

Setiap Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah pasti memiliki tujuan. Adapun tujuan Kebijkan Alokasi Dana Desa (ADD) antara lain:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangan.

(21)

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.

d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.

2.4.4. Prinsip Alokasi Dana Desa (ADD)

Prinsip Alokasi Dana Desa pada setiap kabupaten/kota dilakukan secara berkeadilan berdasarkan alokasi dasar dan alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis Desa setiap kabupaten/kota. (Pasal 2 ayat 3 UU No. 6 tahun 2014)

2.4.5. Mekanisme Alokasi Dana Desa (ADD)

(22)

berikutnya yang paling lambat minggu kedua bulan bersangkutan dari rekening RKUN ke RKUD dan paling lambat 7 hari dari RKUD ke RKD pada setiap tahap. Adapun tahap-tahap tersebuut adalah:

1. Tahap I, pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus)

2. Tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus), dan 3. Tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus).

2.5. Kerangka Pemikiran

Indonesia memiliki permasalahan Ketimpangan Pembangunan antar wilayah perdesaan dengan perkotaan. Disadari bahwa pembangunan pedesaan yang telah berjalan hingga saat ini belum memuaskan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Maka pembangunan untuk wilayah perdesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan.

Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan disusul dengan Kebijakan Alokasi Dana Desa menjadi jawaban baru atas persoalan pembangunan di pedesaan. Dimana Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) ini secara umum bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya yang menjadikan masyarakat desa sebagai pelaku utama pembangunan tersebut.

(23)

mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa tersebut, yang dalam hal ini penelitian dilakaukan di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

(24)
(25)

2.6. Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dibuat dalam suatu penelitian (Siagian, 2011.hal.138). Dalam hal ini, peneliti ingin menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Adapun bahasan konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Respon diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang terwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2. Persepsi adalah pengalaman tetang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulakn informasi dan menafsirkan pesan Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama.

3. Sikap adalah keadaan dalam diri seseorang yang memberikan kesiapan dalam dirinya untuk merespon hal-hal yang dianggapnya benar atau salah terhadap obyek atau situasi tertentu.

4. Partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta atau keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam aktifitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat.

5. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.

(26)

7. Alokasi Dana Desa yang dikenal dengan ADD adalah suatu program pemerintah yang mengalokasikan pendanaan kepada Pemerintahan Desa yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan desa yang menjadikan masyarakat desa sebagai pelaku utamanya.

2.7. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Definisi operasional adalah lanjutan dari perumusan definisi konsep, perumusan definisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011.hal.141).

Dalam memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, adapun yang menjadi definisi operasional dalam respon masyarakat terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa, meliputi:

1. Persepsi masyarakat terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa:

a. Pengetahuan masyarakat mengenai program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

b. Pengetahuan msyarakat mengenai tujuan dan manfaat program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

(27)

2. Sikap masyarakat terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa:

a. Penilaian masyarakat tentang program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

b. Penerimaan masyarakat pada program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

c. Harapan masyarakat pada program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

3. Partisipasi masyarakat terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa:

a. Keikutsertaan masyarakat dalam menikmati manfaat program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

b. Kesiapan dalam keterlibatan program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

c. Mengikuti ketentuan yang sesuai kesepakatan dalam program-program pembangunan yang bersumber dari ADD.

4. Program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa:

a. Perencanaan program pembangunan yang bersumber dari ADD. b. Pengalokasian anggaran pembangunan yang bersumber dari ADD. c. Pembentukan dan pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). d. Pelaksanaan pada pembangunan sarana, prasarana, dan infrastruktur Desa

(saluran beton, rabat beton, alat permainan edukatif untuk PAUD, operasional Taman Pendidikan).

Referensi

Dokumen terkait

2 Kabupaten Sorong bertujuan agar memberikan pengetahuan kepada siswa SMA/SMK dan SMP tentang perlunya kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan yang

Pada minggu ke-10 didapatkan hasil untuk semua parameter pertumbuhan, hasil untuk perlakuan variasi dosis biofertilizer dengan nilai rerata tertinggi untuk

Uji daya hambat dispersi padat tetrasiklina HCl – polietilen glikol - tween 80 (PT) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menurut methode difusi pada

[r]

11 Dari analisis tes yang dilakukan peneliti dengan tipe adversity quotient yang berbeda, diperoleh informasi yang lebih rinci mengenai permasalahan yang dihadapi siswa

Berdasarkan hasil penelitian bahwa: 1) dukungan sosial dan PWB berpengaruh terhadap prestasi belajar santri kelas X di MBS Sleman dan Ibnul Qoyyim Puteri. Dukungan sosial

Bapak Ibu Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi prodi Akuntansi Universitas Muria Kudus yang telah memberikan bekal berbagai ilmu pengetahuan sehingga

Kompetensi Keahlian : Teknik Transmisi Tenaga