• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Kredit Bank Asing Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Kredit Bank Asing Di Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bank merupakan badan usaha yang berperan sebagai lembaga yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk

pinjaman atau kredit. Bank bukan lembaga perantara keuangan, tetapi bank

merupakan sarana penunjang kelancaran perekonomian. Kredit merupakan salah

satu bagian pembentukan modal yang dilakukan oleh lembaga keuangan dalam

hal ini pihak perbankan ke masyarakat dalam upaya mendorong kinerja usaha,

sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas usaha sektor riil

yang dilakukan oleh masyarakat secara individu maupun kelompok. Dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, bank seharusnya

mengoptimalkan penyaluran kredit kepada para nasabah. Namun kredit yang

diberikan oleh bank tidak menutup kemungkinan mengandung risiko, sehingga

dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang

sehat serta memiliki fundamental yang lebih kuat.

Penyaluran kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan

asas-asas perkreditan yang sehat. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 ditetapkan bahwa pedoman

pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal

(2)

manajemen perkreditan, kebijakan persetujuan pemberian kredit, dokumentasi

pemberian kredit, pengawasan kredit, penyelesaian kredit bermasalah.

Salah satu indikasi yang terkadang menjadi suatu masalah dalam

perbankan adalah bahwa tidak hanya sekedar menyalurkan kredit saja, melainkan

bagaimana kredit tersebut dapat kembali sesuai dengan jangka waktu dan imbalan

bunga yang telah disepakati kedua belah pihak karena hal itu yang

menggolongkan suatu bank dikatakan sehat apabila dalam penyaluran dan

pengembalian kredit, keduanya dapat berjalan lancar dan terus mengalami

peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Kecenderungan kerugian yang timbul dalam usaha perkreditan akibat

rendahnya margin yang diterima bank lending relatif kecil, Ali (2006:27). Faktor

lain yang cukup penting adalah sangat minimnya analisis yang dilakukan bank

pada saat terjadi perubahan siklus usaha. Pemberian kredit merupakan kegiatan

utama suatu bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada

kesehatan dan kelangsungan bank, sehingga dalam pengamanannya diperlukan

tindakan-tindakan yang tepat, tertib dan teratur terutama bagi kredit yang

dikategorikan bermasalah.

Oleh karena itu, setiap bank harus lebih hati-hati dan bekerja optimal agar

kesehatan dan kelangsungan kepercayaan masyarakat kepada bank tersebut tetap

terpelihara. Pada satu sisi, kredit merupakan bisnis utama bank, namun disisi lain

kredit juga menjadi penyebab utama bangkrutnya bank. Analisis kredit atau

penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksud untuk menganalisis atau

(3)

memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai

dengan kredit bank cukup layak. Dengan adanya analisis kredit ini dapat

mencegah kemungkinan terjadinya default oleh calon debitur. Default dalam hal

ini merupakan kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi

kredit yang diterimanya (angsuran pokok) beserta bunga yang telah disepakati

bersama.

Efisiensi sektor perbankan dan keuangan sangat penting bagi stabilitas

ekonomi makro setiap negara, yang dimaksut disini efesiensi sektor perbankan

adalah tingkat efisiensi sistem perbankan dalam mengalokasikan sumber-sumber

permodalan untuk mengembangkan usaha yang produktif, Ali (2006:209). Sektor

perbankan yang sehat akan mampu memberi landasan yang kuat terhadap

pertumbuhan jangka panjang. Disisi lain kondisi perbankan juga dipengaruhi

lingkungan makro ekonomi. Krisis perbankan Indonesia diawali dengan

memburuknya kualitas aktiva bank, meningkatnya net open position, dan

kemudian disusul dengan negatifnya pendapatan bank (negative spread) sebagai

akibat dari kebijaksanaan suku bunga

Pada pertengahan semester kedua tahun 1997, banyak terjadi kredit macet

di perbankan karena banyaknya debitur yang tidak sanggup membayar. Hal inilah

yang mengakibatkan banyak bank yang mengalami kesulitan keuangan dan

terancam bangkrut sebagai akibat naiknya suku bunga dan nilai tukar rupiah

terhadap dolar karena krisis moneter. Kegagalan dalam membayar kredit bisa

mengakibatkan krisis global seperti yang terjadi di Amerika Serikat,

(4)

keuangan di Amerika, dan kemudian berdampak pada negara-negara di dunia, Ali

(2006:209).

Kondisi perekonomian Indonesia tidak lepas dari gejolak faktor eksternal.

Krisis keuangan global yang melanda dunia belakangan ini merupakan sumber

utama krisis yang melanda indonesia. Hal ini disebabkan perekonomian Indonesia

semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Dengan adanya modal dari

pihak ketiga pada bank asing di Indonesia menjadi beban sekaligus pendapatan.

Menjadi beban karena bank diwajibkan membayar bunga tersebut. Dana pihak

ketiga menjadi pendapatan bagi bank asing di indonesia, apabila ditempatkan

dalam bentuk antar bank aktiva maupun kredit kepada debitur.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia dapat dilihat fenomena kredit

macet yang terjadi yang dilihat berdasarkan tiga bank dengan tingkat NPL yang

tertinggi, Return on Asset yang paling rendah dan Return on Equty yang paling

rendah, dan ukuran bank yang paling kecil dilihat dari total aktiva pada bank asing

di Indonesia tahun 2007- 2012 pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Fenomena Kredit Macet pada Bank Asing di Indonesia

(5)

memiliki tingkat Return on Asset sebesar 0,21% dan J.P. Morgan memiliki Return

on Equty yang paling kecil yaitu sebesar 2,00%, kredit macet yang paling tinggi

J.P. Morgan terjadi pada tahun 2008. Royal bank memiliki tingkat kredit macet

yang paling tinggi setelah Jp.Morgan yakni sebesar 2,40%, Royal bank memiliki

rasio profitablitas sebesar Retur on Asset 0,12% dan Return on Equity 5,17%.

Kredit macet tersebut dapat dilihat bahwa Return on Asset bank J.P. Morgan dan

royal bank sangat kecil. Bank of America, memiliki tingkat kredit macet yang

tinggi tetapi tidak mencapai 2%, yaitu sebesar 1,95% dan memilki tingkat Return

on Asset sebesar 0,42% dan Return on Equity sebesar 2,04%.

Tabel 1.2 Fenomena Kredit Macet Pada Bank Asing di Indonesia

Berdasarkan GDP Terendah, Inflasi Tertinggi, Nilai Tukar Terendah, Suku Bunga Tertinggi

pertumbuhan GDP pada tahun pada 2009 dengan angka 2,60%, pada tahun 2010

yaitu 3,50% dan tahun 2007 sebesar 6,10%. Nilai tukar rupiah terhadap dolar

dapat lihat yang paling tinggi pada tahun 2009 yaitu Rp.10346,37, pada tahun

2008 yakni Rp.9631,11dan pada tahun 2007 senilai Rp.9090,69, tetapi sebaliknya

inflasi dan suku bunga yang tinggi, yaitu pada tahun 2008 tingkat inflasi

mencapai 11,60%, tahun 2010 mencapai 6,96% dan tahun 2007 bernilai 6,59%.

(6)

dan tahun 2008 7,15% pada tahun 2009. Karena semakin tinggi inflasi dan tingkat

suku bunga semakin tinggi resiko kredit yang dihadapi oleh bank.

Tabel 1.3

Fenomena Kredit Macet Bank Asing di Indonesia Berdasarkan Ukuran Bank yang Paling Kecil dilihat dari total aktiva terendah

Selama Tahun 2007-2012

Nama Bank Total Aktiva (Dalam Jutaan Rupiah)

Bank of America 569,645,00

Bank of China Limited 629,182,00 The Bankok Bank Comp.LTD 3,487,463,00 Sumber: www.bi.go.id (Data diolah, 2013)

Terlihat bahwa pada Tabel 1.3 ukuran bank yang paling kecil adalah bank

of America yaitu pada tahun 2007 dengan total aktiva Rp.596,645,00. Bank of

china limited merupakan ukuran bank yang paling kecil stelah bank of America

dengan total aktiva Rp.629,182,00 yaitu pada tahun 2007 dan The Bank Bankok

Bank Comp dengan total aktiva Rp.3,487,463,00 pada tahun 2007.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Risiko Kredit Bank Asing di Indonesia Tahun 2007-2012”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah Return on Asset, Return on Eqiuty, pertumbuhan

Gross Domestic Product, inflasi, nilai tukar, suku bunga SBI, dan ukuran bank

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh Return on Asset, Return on Equity, pertumbuhan Gross Domestic

Product, inflasi, nilai tukar, suku bunga SBI, dan ukuran bank (size) terhadap

risiko kredit Bank Asing di Indonesia.

1.4 Manfaat Penetian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Perusahaan Bank Asing di Indonesia

Penelitian ini sebagai bahan masukan untuk mengetahui faktor-faktor

mempengaruhi risiko kredit pada bank asing di Indonesia.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit pada perbankan

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan perbandingan bagi

peneliti selanjutnya yang akan memberikan perbandingan dalam kegiatan

Gambar

Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

(2) Fotocopy SK penyetaraan ijazah lulusan dari Luar Negeri dari Ditjen Dikti; (3) Fotocopy SK jabatan akademik dari Pemerintah (bagi yang sudah memiliki); (4) Fotocopy SK Pensiun

[r]

(1) Setiap orang atau Badan Hukum yang telah dan akan melakukan atau membuka usaha diwajibkan memiliki tempat usaha dan/atau kantor perwakilan perusahaan di Ibu

Menerima 4-5 Mahasiswa Ph.D ( 3 mahasiswa sudah mendapatkan LOA). Menerima 15 Mahasiswa Ph.D. Menerima lebih dari 15 mahasiswa program Master di berbagai bidang.

Universitas Negeri

Dari 19 (Sembilan belas) perusahaan peserta pelelangan, 6 (enam) peserta memasukkan table kualifikasi dan 5 (lima) peserta mengupload dokumen penawaran, adapun hasil

9 Telaah Pengembangan Kurikulum Kompetensi pada Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ( Dinamika Pendidikan, ISSN, September 2007 ) 10 Pendidikan dan pembelajaran di sekolah rumah

11.30 WIB, telah dilaksanakan rapat Penjelasan Dokumen Pengadaan dengan sistem online SPSE dalam rangka pelelangan e-Seleksi Umum pekerjaan jasa konsultansi untuk