• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM 1 TEOLOGIS (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM 1 TEOLOGIS (3)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM 1 ( TEOLOGIS, ANTROPOLOGIS, HISTORIS, POLITIS, SOSIOLOGIS DAN FILOSOFIS )

A. PENDAHULUAN

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Al-qur’an dan Hadits tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

(2)

B. BERBAGAI PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM 1. Pendekatan Teologis

Pendekatan teologis adalah suatu pendekatan yang normatif dan subjective terhadap agama. Pada umumnya, pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut agama dalam usahanya menyelidiki agama lain. Secara harfiah, pendekatan teologis normatif dalam memahami agama dapat diartikan sebagai upayamemahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.

Di masa sekarang ini, perbedaan dalam bentuk formal teologis yang terjadi di antara berbagai madzhab dan aliran teologis keagamaan. Namun, pluralitas dalam perbedaan tersebut seharusnya tidak membawa mereka pada sikap saling bermusuhan dan saling menonjolkan segi-segi perbedaan masing-masing secara arogan, tapi sebaiknya dicari titik persamaanya untuk menuju subtansi dan misi agama yang paling suci. Salah satunya adalah dengan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam yang dilandasi pada prinsip keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kemitraan, saling menolong, saling mewujudkan kedamaian, dan seterusnya. Jika misi tersebut dapat dirasakan, fungsi agama bagi kehidupan manusia segera dapat dirasakan.1

2. Pendekatan Antropologis

Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.

Melalui pendekatan antropologis tersebut, kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini jika kita

(3)

ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaanya. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan pengorganisasian (Social Organization) juga tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti sosial agama.

Melalui pendekatan antropologis sebagaimana tersebut diatas terlihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia. Dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia. Pendekatan antropologis sperti itu diperlukan adanya sebab banyak berbagai hal yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatna antropologis. Dengan demikian pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama karena dalam ajaran agama tersebutterdapat uaraian dan informasi yang dapat dijelaskan leawat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.

3. Pendekatan Sosiologis

Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama ialah karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya. Dalam bukunya berjudul islam Alternatif, Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini islam terhadap masalah sosial dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut :

(4)

Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu maka kifaratnya (tembusannya) adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial. Kelima, dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.2

4. Pendekatan Filosofis

Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Gazalba. Menurutnya filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.

Dengan menggunakan pendekatan filosofis seseorang akan dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung di dalamnya. Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang didapatkan dari pengamalan agama hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun Islam kelima dan berhenti sampai disitu saja. Tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

5. Pendekatan Historis

Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-qur’an ia sampai

(5)

pada satu kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, berisi konsep-konsep, dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.

Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya. Seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar misalnya, yang bersangkutan harus memahami sejarah turunnya Al-Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an yang selanjutnya disebut dengan ilmu asbab al-nuzul yang pada intinya berisi sejarah turunnya ayat Al-Qur’an. Dengan ilmu ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu, dan ditujukan untuk memelihara syari’at dari kekeliruan memahaminya.3 6. Pendekatan Politis

Dalam perkembangan, politik sering dikaitkan dengan urusan pemerintahan tersebut, tampakmya yang paling menonjol dibandingkan dengan pengertian politik lainya. Persoalan selanjutnya, apakah politik yang menentukan corak pendidikan, atau sebaliknya yang menentukan corak politik dalam kaitan ini terdapat perdebatan dikalangan para ahli. Hasan lang gulung, misalnya: lebih melihat bahwa politiklah yang menentukan corak pendidikan. Ketika berbicara mengenai asas-asas pendidikan hasan lang gulung berpendapat bahwa bahwa politik berfungsi memberi bingkai idiologi (kaidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita citakan dan rencana yang telah dibuat.

Dengan demikian politik berperan sebagai cita-cita dan pandangan hidup yang mengarahkan gerak langkah pendidikan. Politik yang bersifat demokratis akan mewarnai pelaksanaan pendidikan yang demokratis. Dalam sejarah islam, hubungan antara pendidikan dengan politik juga dapat dilacak pada masa-masa pertumbuhan paling subur dalam lembaga-lembaga pendidikan islam, semacam madrasah sepanjang sejarah terdapat hubungan yang amat erat antara pendidikan dengan politik. Kenyataan ini, misalnya, dapat dilihat dari pendirian bayak madrasah di timur tengah yang disponsori oleh penguasa publik. Contoh paling terkenal dalam hal ini adalah madrasah Nishamiyah di Bagdad yang didirikan sekitar tahun1064 M oleh

(6)

Wazir Nizham Dinasti saljuk, Nizam al-Mulk, di madrasah ini terkenal adanya seorang pemikir besar al-ghozali yang menjadi salah seorang mahagurunya.

Siknifikansi dan implikasi politik dan pengembangan madrasah atau pendidikan islam, pada umumnya, bagi para penguasa muslim sudah jelas. Madrasah-madrasah tersebut didirikan untuk menunjang kepentingan-kepentingan politik tertentu dari penguasa muslim, diantaranya untuk menciptakan dan memperkokoh citra penguasa sebagai orang orang yang mempunyai kesalehan, minat, dan kepedulian kepada kepentingan umat, dan ini lebih penting lagi sebagai pembeda antara ortodoksi dan lainya. 4

(7)

C. KESIMPULAN

Dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah. Karena sumber pengetahuan pendekatan filosofis adalah rasio, maka untuk melakukan kajian dengan pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat signifikan.

(8)

D. DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner (Jakarta:2008) Nata, Abuddin Metodologi Studi Islam (Jakarta PT. Raja Gravindo Persada, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan jalan melakukan tanya jawab secara mendalam sumber data primer, yaitu pihak-pihak yang berkompeten dengan perlindungan hukum

Analisa Data Untuk Peneleitian Survei (Bogor: In Media Bogor, 2016), h.. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau

Berdasarkan hasil olah data penelitian dan wawancara sebagai teknik pendukung dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa mereka masih banyak yang tidak yakin

Berdasarkan Gambar 4.3 model topografi yang dibentuk oleh kedalaman yang diperoleh dari kedalaman hasil koreksi akibat latency hasil patch test pada sepanjang jalur

“ia mbk... saya disini sebagai satu-satunya guru yang mengajar PAI juga berusaha memberikan yang terbaik untuk anak didik saya. pada saat di akhir pembelajaran di kelas,

Sosialisasi mengenai berbagai peraturan dan dampak dari kegiatan destructive fishing penting untuk dilaksanakan agar masyarakat memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian

kondisi finansial pihak supplier tidak stabil atau tidak sehat, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pemasokan bahan baku kepada ITS Press, dan pastinya akan

untuk menemukan dan memcahkan masalah pembelajarn di kelas, proses pemecahan dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar di