Sriwijaya University|1
Analisa Rantai Makanan di Pasir Pantai dan Batu Karang
di Pantai Pasir Padi , Kota Pangkal Pinang,
Kepulauan Bangka Belitung
Drs.Hanifa Marisa,M.S., Jayansyah*, Devi Fitri Yanti, Dwi Anggraini. Department of Biology, Sriwijaya University
Jl. Raya Palembang -Prabumulih KM 32 *Syahjayan@gmail.com
ABSTRACT
This study titled " Food Chain Analysis in Sand Beach and Coral in Pasir Padi kepulau Bangka " aims to determine the food chain in the sand beaches and coral reefs in the Pacific Islands Pasir Padi . This practicum held on Wednesday until Friday , 8th samapai by October 10, 2014 , 08.00 to 10.00 . Located at Pasir Padi beach , Pangkal Pinang , Bangka Belitung Islands . The tools used are stationery , stakes , ropes , and the camera. The materials needed are species that are around sand beaches and coral reefs. The results are in experimental ecology field course include Acititis hypoleucos, Scopimera sp. Penaeus sp.Stomorhina sp. Anadara granosa, Nassarius reticulate . The conclusion is that the Pasir padi beach is a beach a lot of ups and downs seen Penaeus sp., Were stranded and some animal feed
Keywords : Food Chain, Pasir Padi beach, Consumer I. PENDAHULUAN
Perairan Bangka - Belitung merupakan bagian paling selatan dari Laut Cina Selatan yang berbatasan langsung dengan bagian barat laut Jawa. Perairan Laut Cina Selatan dikenal sebagai kawasan yang kaya ikan. Penambangan timah di pulau Bangka merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan perairan di sekitarnya. Faktor-faktor lain yang turut berperan adalah pola arus di sekitar Pulau Bangka dan tumpahan air sungai dari daratan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera. Air sungai ini
membawa berbagai macam zat dan cemaran yang dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan laut. Dari sisi nutrisi air laut bagi kebutuhan organisme didalamnya, perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan masih baik kualitasnya
(Firdaus et al,. 2010.)
Sriwijaya University|2
seluruhnya 118,40 KMÂ, Pantai Pasir Padi berjarak 7 Km dari Pangkal pinang ,memiliki karakteristik pantai berpasir putih dengan laut biru tenang memiliki garis pantai sepanjang kuang lebih 400 hektar pantai. Pantai yang mengalami pasang surut ini banyak terlihat burung-burng pemangsa menurut (Ucu, 2008) jenis burung pantai telah dapat dipetakan sebarannya, baik pada tingkat negara maupun tingkat geografis yang lebih sempit. mencari makan pada saat tertentu, yaitu pada saat air surut. Untuk mengatasi berbagai halangan yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut, burung pantai memiliki strategi khususnya dalam mencari makan.
Ekosistem pantai mempunyai sebuah interaksi antar makhluk yang hidup pada sebuah rantai makanan, umumnya sebuah rantai makanan (food chain) memiliki produsen, konsumen, serta decomposer (pengurai). Pada rantai makanan (food chain) di ekosistem terumbu karang terdapat produsen (penghasil/pembuat makanan) yaitu produsen utama, atau tumbuhan autotrof(penghasil makanan sendiri), produsen merupakan dasar dari semua rantai makanan (Ambalika, 2012).
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora)Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan
semakin besar pula energi yang tersedia ( Sukarno, 1983).
Pada konsumen tingkat pertama merupakan hewan herbivora yakni pemakan tumbuh- tumbuhan yang berasal dari produsen seperti alga, rumput laut (sea weed), fitoplankton, serta zooxanthalae. Organisme pada konsumen tingkat pertama yaitu : Zooplankton, larva inverterbarta, bivalves, gastropods, tunicita, spons, ikan kecil, serta landak laut. Para organisme ini memanfaatkan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut maupun zooxanthalae untuk menjadi bahan-bahan makanannya. Pada konsumen tingkat kedua merupakan hewan karnivora yakni pemakan hewan atau daging, biasanya memangsa konsumen tingkat pertama seperti zooplankton, larva invertebrate (larva udang), dll. Organisme pada konsumen tingkat kedua yaitu : Moluska, krustacea,
(Wibisono, 2005).
Sriwijaya University|3 II METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 9 Oktober 2014, pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.30 WIB. Bertempat di Pantai Pasir Padi Bangka Belitung. Dapat dilihat di gambar 1.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini Alat yang digunakan berupa alat tulis, kamera, patok, dan tali plastik. Sedangkan bahan yang dibutuhkan berupa spesies yang ada di pesisir pantai dan bebatuan pantai.
3.3 Cara Kerja
Pertama amati dan pilih lahan yang ingin dijadikan tempat pengamatan spesies. Lalu buat metode transek dengan plot berukuran 5m x 5m dengan ulangan 3 kali di daerah pasir pantai dan di daerah batuan pantai . Selanjutnya amati rantai makanan yang ada di sekitar transek. Lalu dokumentasikan dan tentukan rantai makanannya
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah di lakukan di dapatkan hasil Acititis hypoleucos, Scopimera sp.,
Penaeus sp., Stomorhina sp., Anadara granosa Nassarius reticulate, Chelonia mydas, Larus sp.
.
* Data kelompok 1 dan 4
No Spesies Status
1 Actitis hypoleucos Konsumen
2 Scopimera sp. Konsumen
3 Cyclops * Konsumen
4 Stigeoclonium , Anabaena * Produsen
5 Penaeus sp. Konsumen
6 Stomorhina sp. Konsumen
7 Anadara granosa Konsumen
8 Nassarius reticulatu Konsumen
9 Pinularia * Produsen
10 Diatoma * Produsen
11 Larus sp. Konsumen
Sriwijaya University|4
Stigeoclonium , Anabaena , Pinularia, Diatoma Cyclops
Scopimera sp . Penaeus sp. Anadara granosa Nassarius reticulatu Chelonia mydas
Actitis hypoleucos Larus sp. Stomorhina sp. ‘
1.1.Bagan Rantai makanan di pantai pasir padi
Penaeus sp. Scopimera sp.
Stomorhina sp.
1.2 Bagan Rantai makanan di Bebatuan pantai pasir padi
PEMBAHASAN
Hasil yang di dapatkan pada kuliah lapangan ekologi eksperimental diantaranya Acititis hypoleucos,Scopimera sp., Penaeus sp., Stomorhina sp., Anadara granosa, Nassarius reticulate
dimana dilapangan terlihat bahwa brung spesies Acititis hypoleucos
berperilaku mematuk-matuk lubang yang ada di pantai pasir padi setelah di telurusi ternyata lubang tersebut adalah lubang yang di buat oleh
Scopimera sp.,Menurut (Ambalika, 2012). Krustasea yang hidup di kawasan pasang surut, telah mengalami penyesuaian diri (adaptasi) dan berkembang dengan baik untuk menghindarkan diri dari burung pantai. Beberapa jenis di
antara krustasea tersebut, akan segera menguburkan diri ke dalam substrat pada saat burung pantai datang mendekat. Sementara beberapa jenis mangsa lainnya justru hanya akan berdiam diri untuk menghindari burung pantai, sampai waktu burung pantai tersebut meninggalkannya
Pantai pasir padi yang yang merupakan pantai yeng mengalami pasang surut banyak sekali terlihat
Sriwijaya University|5
(Scopimera sp., Macrophthalmus sp., Uca sp., Ocypode sp., Portunus sp., Penaeus sp., Callianassa sp., dan Corophiumsp.),Stomatopoda(Oratos quilla sp.) serta Amphipoda (Gammarus sp.). Di samping itu, jenis-jenis krustasea yang dikonsumsi lainnya adalah tergantung dari jenis burung pantai yang memangsanya..
Hewan pada jenis krustasea seperti Scopimera sp., Penaeus, memangsa zooplankton yang terbawah pada saat pasang surut, scopimera sp yang membuat lubang dengan tujuan untuk menangkap mangsa nya Menurut (Sunarto,2008)
organisme bentik adalah organisme dengan pergerakan yang sangat terbatas dan oleh karena itu organisme ini banyak terdapat pada daerah bentik (dasar perairan). Organisme bentik umumnya dari jenis organisme yang hidup menancap, membuat lubang (burrowing) atau merayap didasar perairan. Beberapa contoh organisme menancap misalnya lamun, karang, teritip, tiram dan remis. Contoh organisme pembuat lubang antara lain cacing, kima, kerang, dan keong. Beberapa jenis crustacean seperti udang dan kepiting merupakan organisme yang hidup merayap.
IV KESIMPULAN
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil yang di dapatkan pada kuliah lapangan ekologi eksperimental diantaranya
Acititis hypoleucos, Scopimera sp., Penaeus sp., Stomorhina sp., Anadara granosa, Nassarius reticulate.
2. Krustasea yang hidup di kawasan pasang surut, telah mengalami penyesuaian diri (adaptasi) dan berkembang dengan baik untuk
menghindarkan diri dari burung pantai.
3. Pantai pasir padi yang yang merupakan pantai yeng mengalami pasang surut banyak sekali terlihat Penaeus sp. yang terdampar dan menjadi makanan beberapa hewan.
4. Organisme bentik umumnya dari jenis organisme yang hidup menancap, membuat lubang (burrowing) atau merayap didasar perairan.
5. Acititis hypoleucos berperilaku mematuk-matuk lubang yang ada di pantai pasir padi setelah di telurusi ternyata lubang tersebut adalah lubang yang di buat oleh Scopimera sp.
DAFTAR PUSTAKA
Ambalika, I, K. Muslih, H. Sodikin, Hanafi, J. Aqobah, S. Jurna, R. Kurnia, E. Chandra, D, Septiawan dan Herpin. 2010.
Eksplorasi terumbu karang (laporan tahunan 2010).
Universitas Bangka Belitung, /bangka. 14hlm.
Sriwijaya University|6
Firdaus, F. R,. R. Hardika, D. Syahputra, R. Oktavian dan Helfinalis. 2010. Karekteristik endapan sedimen laut total suspended solid (TSS) di perairan Bangka. Dalam: R. Nuchsin (ed.).Perairan Provinsi Kepulauan Bangka /Belitung sumber daya laut dan oseanografi. Lipi Press, Jakart. 125-135pp.
Holmes, j.; d. Bakewell and Y.R. NOOR 2003. Panduan Studi Burung Pantai.Wetlands International-Indonesia
Programme. Bogor: 327 pp. Sukarno, M. Hutomo, M.K.
Moosadan P. Darsono. 1983.
Terumbu karang di Indonesia: Sumberdaya, Permasalahan, dan Pengelolaannya. Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI, Jakarta : 109 hal.
Sunarto. 2008. Karakteristik biologi dan peranan plankton bagi ekosistem laut: Universitas Padjajaran.
Ucu Yanu Arbi . 2008 .Burung Pantai Pemangsa Krustasea
:Oseana, Volume XXXIII, Victoryus, A. 2008. Korelasi antara
Densitas Diadema setosum dan Tutupan Karang di Perairan Pantai Pasir Putih, Kec Bungatan, Situbondo-jawa Timur. Skripsi. Program Studi Biologi FMIPA ITS.
Surabaya.