• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA D"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA, DEFISIT

ANGGARAN DAN TINGKAT SUKU BUNGA RIIL TERHADAP

TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Dalam Rangka Memenuhi Sebagai Persyaratan

Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh :

Nama : DEVI VIRLIYANI SUSANTI NIM : 5553120552

KONSENTRASI EKONOMI MONETER

JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional di Indonesia”. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan kepada seluruh umatnya, hingga akhir akhir zaman. Amin.

Penelitian ini adalah sebuah karya yang mampu Saya buat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S1) di Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten. Semoga karya ini dapat menjadi langkah yang positif dikemudian hari. Meskipun dalam penyajian skripsi menyadari masih belum mendekati kesempurnaan, oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini dan memakluminya.

(3)

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. H. Fauji Sanusi, Drs. MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Bapak Samsul Arifin, S.E, M.SE selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Bapak Sayifullah S.E, M.Akt, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Bapak Dr. Indra Suhendra, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Bapak Sugeng Setyadi, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

7. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah sabar memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik. 8. Untuk kedua orangtuaku Boyke Agus S dan Sustriani yang telah membesarkanku

dengan penuh kasih sayang, terimakasih untuk do’a dan pengorbanan kalian demi

pendidikanku. Untuk adikku Bobby Dwiki Wahyudi yang selalu memberikan do’a dan dukungan yang tidak pernah hentinya.

(4)

10.Untuk sahabatku tersayang dan sahabat seperjuanganku, Yurika Endah Aprilianti, Tri Irdawati dan Gengges (Yosi Sekar Wulansari, Mustika Amaliya, Farah Raninda dan Siti Ilmiati) yang telah setia menemani, memberikan do’a dan dukungan serta pengalaman tak terlupakan semasa kuliah.

11.Untuk sahabat tempat tinggalku selama aku menyelesaikan tugas akhir Rosiana Vebriyanti dan Any A yang telah memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti.

12.Untuk teman-teman UKM Kafe Ide yang telah memberikan semangat pengalaman tak terlupakan semasa kuliah.

13.Kepada teman Kelas C angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Kepada Laki-laki yang sudah setia memberikan semangat, doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat serta menjadi referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Serang, 24 Desember 2016

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRACT ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Tabungan Nasional ... 11

2.1.2 Pendapatan Perkapita ... 15

2.1.3 Defisit Anggaran ... 18

2.1.4 Tingkat Suku Bunga Riil ... 23

(6)

2.3 Kerangka Pemikiran ... 37

2.3.1 Hubungan Pendapatan Perkapita dengan Tabungan Nasional .... 37

2.3.2 Hubungan Defisit Anggaran dengan Tabungan Nasional ... 38

2.3.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga Riil dengan Tabungan Nasional 39 2.4 Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Objek Penelitan ... 42

3.5.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 54

3.5.5.4 Uji Autokolerasi ... 55

3.5.6 Hipotesis Statistik ... 56

3.5.6.1 Uji Parsial (t-Statistik) ... 57

3.5.5.2 Uji Simultan (F-Statistik) ... 58

3.5.5.3 Koefisien Determinasi ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 61

(7)

4.1.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita di Indonesia ... 64

4.1.3 Perkembangan Defisit Anggaran di Indonesia ... 67

4.1.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia ... 70

4.2 Hasil Analisis Penelitian ... 73

4.2.1 Hasil Uji Stasioneritas ... 73

4.2.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 81

4.2.4.4 Uji Autokolerasi ... 82

4.2.5 Pengujian Hipotesis Statistik ... 83

4.2.5.1 Hasil Uji t-Statistik (Uji-t) ... 84

4.2.5.2 Hasil Uji F-Statistik (Uji F-Hitung) ... 88

4.2.5.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 89

4.3 Interprestasi Hasil dan Pembahasan ... 90

4.3.1 Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Tabungan Nasional .... 92

4.3.2 Pengaruh Defisit Anggaran terhadap Tabungan Nasional ... 94

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Posisi Tabungan pada Bank Umum ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 35

3.1 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel ... 43

4.1 Uji Akar Unit pada tingkat Level ... 74

4.2 Uji Stasioneritas ADF Pada Tngkat Diferensi Pertama ... 75

4.3 Hasil Pengujian Kointegrasi ... 76

4.4 Hasil Regresi Error Correction Model ... 78

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 81

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 82

4.7 Hasil Uji Autokolerasi ... 82

4.8 Hasil Uji t (Jangka Panjang) ... 84

4.9 Hasil Uji t (Jangka Pendek) ... 86

4.10 Hasil Uji F Jangka Panjang dan Jangka Pendek ... 89

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Grafik Halaman

1.1 Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi ... 2

1.2 Defisit Anggaran Indonesia ... 4

4.1 Perkembangan Tabungan Nasional ... 64

4.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 66

4.3 Perkembangan Defisit Anggaran ... 70

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 40

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran Halaman

1 Data Variabel Penelitian Tahun 1980-2015 (Sebelum di LN) ... 105

2 Data Variabel Penelitian Tahun 1980-2015 (Sebelum di LN) ... 106

3 Hasil Uji Akar Unit ... 107

4 Hasil Uji Derajat Integrasi ... 108

5 Hasil Pengujian Kointegrasi ... 110

6 Perhitungan R-Squared dan F-Statistik Jangka Panjang ... 113

7 Hasil Regresi ECM ... 114

8 Hasil Uji Normalitas ... 114

9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 115

10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 115

(12)

ABSTRACT

This research aims to determine the macroeconomic conditions that include

income per capita, budget deficit, and riil interest rate on the national saving in

Indonesia. The data that used in this research is on year data that starts from

1980-2015. All data in this research be obtained from Bank Indonesia. Error Correction

Model (ECM) method used in this research with the help of software eviews 8.0.

Based on the results of the partial test (t test) in the short term indicates that

the variable of income per capita had a negative effect and no significant effect on

the national saving in Indonesia, then budget deficit and real interest rate variable

had a positive effect and no significant on the national saving in Indonesia.

The different result of the partial test (t test) in the long term indicates that the

variable of all independent variable had a positive and significant effect on the

national saving in Indonesia. Meanwhile, the result of simultaneous test (F test)

indicates that the income per capita, budget deficit and real interest rate variable had

significant effect on the national saving in Indonesia for in the long term.But in the

short term all independent variable had no significant effect on the national saving.

Keywords : Income per capita, Budget Defficit, Real Interest Rate and Error

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi makroekonomi yang meliputi Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pertahun yang dimulai pada tahun 1980-2015. Seluruh data dalam penelitian ini didapat dari Bank Indonesia.Penelitian ini menggunakan metode uji

Error Correction Model (ECM) dengan bantuan software eviews 8.0.

Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) dalam jangka pendek menunjukan bahwa variabel pendapatan perkapita memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia, sedangkan variabel defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia.

Hasil yang berbeda pada uji parsial (Uji t) dalam jangka panjang menunjukan bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia, Sementara itu, hasil uji simultan (Uji F) menunjukan bahwa variabel pendapatan perkapita, defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Krisis global telah menimbulkan dampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Ancaman krisis ekonomi masih terus membayangi perekonomian Indonesia. Dari sisi lain pun ini mengakibatkan turunnya pendapatan negara akibat turunnya potensi pendapatan dari sektor pajak. Hal ini pun dapat menyulitkan bagi pemerintah Indonesia. Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah yang paling parah sepanjang orde baru. Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah terhadap dolar yang luar biasa, serta menurunnya pendapatan perkapita bangsa kita yang sangat drastis.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara.

(15)

pembangunan menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui instrument pajak (Sukirno 2011:13).

Grafik (1.1)

Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi

(16)

pertengahan tahun 1997 telah membuktikan bahwa perekonomian nasional tidak sekokoh seperti yang dibayangkan selama ini. Pendapatan perkapita merupakan salah satu instrument yang menjadi salah satu sumber pemasukan (modal) dalam pembangunan negeri yang sedang berkembang ini.

(17)

Sumber Data : Kementrian Keuangan

Grafik (1.2)

Defisit Anggaran Indonesia (Triliun Rupiah)

(18)

Pelaku ekonomi yang mengadaptasi pandangan teori Ricardian Equivalence akan mengantisipasi kenaikan pajak di masa mendatang dengan menurunkan konsumsi, sehingga tabungan meningkat. Berdasarkan asumsi tersebut, teori Ricardian Equivalence berpandangan bahwa tabungan nasional yang menurun diakibatkan anggaran defisit pemerintah akan tertutupi ( full-offset) oleh peningkatan tabungan swasta yang didasari oleh antisipasi pelaku ekonomi terhadap ekspektasi meningkatnya pengenaan pajak di masa depan oleh pemerintah untuk membiayai pembelian kembali surat utang yang akan jatuh tempo.

Di sisi lain pentingnya menjaga kestabilan defisit anggaran yang menjadi pengkhawatiran pemerintah tingkat suku bunga riil ikut menjadi tolak ukur. Tingkat suku bunga riil pun menjadi instrument penting untuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Dalam proses pembangunan di masa sekarang untuk mencukupi modal yang dibutuhkan pemerintah demi menjadikan Indonesia ke Negara yang lebih baik lagi di mata dunia, tingkat suku bunga riil menjadi alternatif lainnya. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan bagi konsumsi di masa yang akan datang.

(19)

tabungannya. Konsep ini berbeda dengan sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh pihak peminjam (baik oleh pihak nasabah atau bank). (M.G.Wibowo, 2007:69-70).

Dilihat dari posisi tabungan dan jumlah rekening pada Bank Umum di Indonesia periode 2000 s/d 2015, dapat dilihat bahwa perkembangan tabungan mengalami perkembangan yang signifikan. Pada awal tahun 2000 jumlah rekening berada di posisi 65.041 dan diposisi 152.388 (miliar rupiah). Hal ini terus berlanjut sampai jumlah rekening mengalami kenaikan yaitu ditahun 2004 dan 2005, jumlah rekening berada diangka 70.391 dan 73.789. Tetapi di tahun 2005 posisi tabungan di Bank umum ini mengalami penurunan di bandingkan tahun 2004 yaitu sekitar 275.689 dari posisi 292.609. Dibandingkan tahun sebelumnya jumlah rekening ditahun 2006 pun mengalami penurunan sebesar 67.200 dan kembali mengalami kenaikan di tahun selanjutnya. Dapat disimpulkan perkembangan jumlah rekening dan posisi tabungan dalam Bank Umum mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dari tahun 2000 s/d 2015, dapat dilihat dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1

Posisi Tabungan pada Bank Umum (miliar rupiah) Tahun Jumlah Rekening (000) Posisi Tabungan

(20)

Lanjutan Tabel 1.1

Tahun Jumlah Rekening (000) Posisi Tabungan

2007 69.267 426.809.- pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bila suatu negara ingin tumbuh dengan cepat, maka jumlah tabungan harus ditingkatkan dan nilai ICOR (Increamental Capital Output Ratio) harus diperkecil. Tabungan yang merupakan sumber dana bagi pembangunan dapat berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Namun pada umumnya di negara sedang berkembang tingkat tabungan dalam negeri adalah relatif rendah.

(21)

Tabungan nasional selain digunakan untuk membiayai dan menjadi modal bagi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di negara yang sedang berkembang, tabungan nasional juga digunakan untuk membiayai investasi domestik. Didalam pembiayaan investasi domestik, biasa saja terjadi

saving investment gap dimana terjadinya ketidakseimbangan tabungan domestik. Jika ketidakseimbangan terjadi dalam bentuk tabungan lebih kecil dari investasi, maka bantuan luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutup celah tersebut dalam rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan.

Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan fungsi dari tingkat bunga. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas dapat terlihat bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai peranan yang penting terhadap tingkat tabungan nasional. Selain itu, uraian diatas dapat mengidentifikasi apakah variabel independen di atas didalam pertumbuhan tabungan nasional di Indonesia sehingga kedepan Indonesia dapat menjadi Negara yang mandiri dalam melakukan pembangunan. Dan dapat berdiri sendiri tanpa harus selalu mengandalkan pinjaman atau pun investor dari Negara tetangga lainnya. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran, dan Tingkat Suku

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian diatas maka rumusan masalah permasalahan yang menjadi objek analisis penelitian yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh variabel Pendapatan Perkapita, Defisit anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil secara parsial terhadap Tabungan Nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek ?

2. Apakah terdapat pengaruh variabel Pendapatan perkapita,Defisit anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil secara simultan terhadap Tabungan Nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan perkapita, Defisit anggaran, dan Tingkat Suku Bunga Riil secara parsial terhadap Tabungan Nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek.

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bersifat akademisi maupun praktis sebagai berikut :

a. Bagi Akademisi

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan Pendapatan perkapita, Defisit anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional di Indonesia.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Praktis

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tabungan

2.1.1.1Teori Tabungan Nasional

Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu Negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M) dan secaara matematis dapat dirumuskan :

I = S + (T-G) + (X-M) (2.1)

(25)

tabungan rumah tangga merupakan bagian dari pendapatan yang diterima rumah tangga yang tidak dibelanjakan untuk keperluan konsumsi. Secara matematis persamaan tabungan dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabungan swasta adalah S = (Y-T)-C dan tabungan pemerintah adalah (T-G), maka tabungan nasional adalah

S = (Y-T) – C + (T-G) (2.2)

= Y – C – G (2.3)

Keterangan :

S = tabungan nasional

Y-T = pendapatan disposibel masyarakat dan swasta C = konsumsi

T = penerimaan pemerintah dari pajak dan Non pajak G = pengeluaran pemerintah

(26)

2.1.1.2Tabungan Nasional 2.1.1.2.1 Pengertian

Menurut Undang-undang Perbankan Nomor.10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu (Kasmir,2002:84). Pengertian penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk dapat menarik uang yang disimpan di rekening tabungan antar satu bank dengan bank yang lainnya berbeda, tergantung dari bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai dengan perjanjian sebelumnya yang telah dibuat oleh bank.

Syarat-syarat yang dimaksud antara lain ialah:

1. Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi kantor bank atau alat yang disediakan untuk keperluan tersebut dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro dan surat perintah pembayaran lainnya yang sejenis.

(27)

Simorangkir (2004:11) menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat yang ditentukan antara bank dan nasabah.

Menurut Kunarjo (2003:320) tabungan adalah jumlah yang disisihkan seorang individu dari pendapatanya untuk tujuan investasi. Atau menurut teori ekonomi, pendapatan yang tidak dikonsumsi. Biasanya, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan semakin makmur suatu Negara, semakin tinggi pula tingkat tabungan masyarakatnya. Sukirno (2004:103) menyatakan bahwa tabungan merupakan pendapatan rumah tangga yang disimpan dilembaga keuangan dan tidak digunakan untuk membeli barang.

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan

debt card (Sri Susilo, 2000:64).

(28)

melalui tabungan termasuk lebih murah daripada deposito tapi lebih mahal dibandingkan giro.

Menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (2011) tabungan adalah simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak ketiga, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.

2.1.2 Pendapatan Perkapita 2.1.2.1 Pengertian

(29)

Sukirno (2004:28) menyatakan bahwa pendapatan nasional adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu Negara dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional pada harga-harga berlaku adalah pendapatan Negara yang dihitung menurut harga-harga pada tahun yang produksi nasionalnya dihitung.

Sedangkan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi penduduk suatu Negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu Negara pada tahun tersebut. (Sukirno, 2004:423).

Santosa dan Hamdani (2007:68) menyatakan bahwa ukuran kesejahteraan penduduk suatu Negara biasanya juga didasarkan atas besarnya jumlah pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita merupakan bentuk rata-rata yang diperoleh dari pembagian jumlah produk nasional bruto oleh jumlah keseluruhan penduduk. Semakin besar nilai pendapatan perkapita, di asumsikan bahwa anggota masyarakat suatu negara makin sejahtera dan pembangunan perekonomian dinilai makin berhasil.

(30)

perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk sesuatu Negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Dengan demikian pendapatan perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu formula berikut:

(a). PDB Per kapita =

(2.4)

(b). PNB Per kapita =

(2.5)

Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu Negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep yang lebih spesifik pengertian produk nasional atau pendapatan nasional dibedakan kepada dua pengertian: Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara sesuatu Negara dinamakan Produk Nasional Bruto, sedangkan Produk Domestik Bruto adalah produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi didalam negeri (milik warga Negara dan orang asing).

(31)

perekonomian mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Manakala pendapatan nasional sebenarnya adalah nilai produk nasional yang sebenarnya diwujudkan oleh kegiatan ekonomi pada suatu tahun tertentu.

2.1.3 Defisit Anggaran

Defisit anggaran secara teori ekonomi makro dapat kita pahami melalui perokonomian tertutup. Dimana dalam perekonomian tertutup dengan adanya tindakan fiskal pemerintah, pendapatan nasional terdiri dari Pendapatan Nasional (Y), Pengeluaran Konsumsi (C), Investasi(I), Pengeluaran Pemerintah (G) (Froyen, 1995).

Y = C + I + G (2.6)

Dari Pendapatan Nasional ini, oleh penerima pendapatan sebagian dipergunakan untuk membayar pajak (Tx) kepada pemerintah. Akan tetapi sebaliknya pemerintah juga memberikan uang kepada orang-orang tertentu atau lembaga-lembaga tertentu tanpa mengharapkan adanya balas jasa seecara langsung yang disebut transfer pemerintah (Tr). Pendapatan setelah diperhitungkannya penerimaan transfer dari pemerintah dan pajak yang harus diserahkan kepada pemerintah inilah yang disebut ”disposible income”, yaitu pendapatan yang sudah siap dipakai untuk konsumsi dan untuk saving. Anggaran belanja pemerintah dikatakan dalam keadaan defisit yaitu apabila

(32)

2.1.3.1Pengertian Defisit Anggaran 2.1.3.1.1 Teori Keynesian

Pandangan Keynes berbeda dari standar paradigma neoklasik dalam dua hal yang mendasar. Pertama, memungkinkan bahwa beberapa sumber daya ekonomi unemployment. Kedua, itu mengandaikan adanya sejumlah besar myopic atau liquidity constrained dari individu. Asumsi kedua ini menjamin bahwa konsumsi agregat sangat sensitif terhadap perubahan pendapatan disposable. Dalam model Keynesian sederhana, peningkatan defisit anggaran sebesar $1 menyebabkan peningkatan output secara berkebalikan dengan Marginal Propensity to Save (MPS). Dalam standar analisis ekonomi moneter IS-LM, peningkatan output akan meningkatkan permintaan uang. Jika Money Supply adalah tetap (defisit dibiayai obligasi), suku bunga akan naik, dan investasi swasta jatuh. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi output dan sebagian keseimbangan efek multiplier Keynes (Bernheim, 1989).

(33)

perekonomian belum dalam kondisi kesempatan penuh, peningkatan sisi permintaan akan mendorong produksi dan selanjutnya peningkatan pendapatan nasional. Pada periode selanjutnya, peningkatan pendapatan nasional akan mendorong perekonomian melalui efek multiplier Keynesian. Karena defisit anggaran meningkatkan konsumsi dan tingkat pendapatan sekaligus, tingkat tabungan dan akumulasi kapital juga meningkat. Menurut kaum Keynesian secara keseluruhan, defisit anggaran dalam jangka pendek akan menguntungkan perekonomian (Pamudji, 2008).

Tapi perlu menjadi catatan bahwa asumsi Keynes yang menyebutkan bahwa perekonomian akan terus berproduksi sebanyak yang diminta (supply

adalah infinitely elastic) terjadi pada masa depresi pada waktu itu, bukan pada kondisi normal. Indonesia sendiri mengalami krisis yang diawali dengan krisis moneter yang melanda sejak awal pertengahan tahun 1997 dan berubah menjadi krisis ekonomi.

2.1.3.1.2 Teori Neoklasik

Bernhein, (1989) menyebutkan bahwa model neoklasik standar memiliki tiga fitur utama. Pertama, konsumsi setiap individu ditentukan sebagai solusi untuk masalah optimasi antar waktu, di mana borrowing dan

(34)

tertentu atau generasi, dan rentang hidup generasi berturut-turut tumpang tindih. Ketiga, Market Clearing umumnya diasumsikan dalam semua periode. Mereka berpendapat bahwa setiap individu mempunyai informasi yang cukup, sehingga mereka dapat merencanakan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya.

Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi dalam jangka panjang dengan cara membebankan pajak untuk generasi berikutnya. Jika seluruh sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Teori ini menyimpulkan bahwa dalam kondisi full employment, defisit anggaran yang permanen akan menyebabkan investasi swasta tergusur. Defisit anggaran pemerintah dengan menurunkan tarif pajak akan meningkatkan suku bunga dan menurunkan investasi swasta. Akibatnya pertumbuhan ekonomi akan turun (crowding-out). Secara umum kaum klasik berpendapat bahwa defisit anggaran akan merugikan perekonomian.

Menurut Keynes Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat mendorong investasi melalui peningkatan peningkatkan Agregat Demand

(35)

dengan adanya kebijakan fiskal ekspansif dari pemerintah akan meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka akan meningkatkan jumlah permintaan yang pada akhirnya mendorong peningkatan produksi.

Sebaliknya, Kebijakan fiskal ekspansif menurut Neo Klasik defisit anggaran pemerintah dapat merugikan perekonomian. Neo Klasik menganggap kebijakan ekspansif tersebut justru akan dapat medesak investasi keluar karena defisit anggaran yang meningkat. Defisit anggaran pemerintah dengan menurunkan tarif pajak akan meningkatkan suku bunga dan menurunkan investasi, akibatnya pertumbuhan ekonomi akan turun (crowding-out). Menurut Neo Klasik kebijakan ekspansif akan cenderung menyebabkan inflasi, sehingga dapat menaikkan suku bunga. Dengan naiknya suku bunga tersebut maka menghambat investasi, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.

(36)

bagaimana dampak defisit terhadap peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi.

2.1.4 Tingkat Suku Bunga Riil

2.1.4.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Dalam dunia perbankan, suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung. Sebaliknya, tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat (Sofyan, 2011).

(37)

Kasmir (2010:131) menyatakan bahwa suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Menurut Fabozzi (1999:204) suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam (debitur)” kepada “pihakyang meminjamkannya (kreditur)” untuk

pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal dan harga yang di bayar biasanya di ekspresikan sebagai persentase dari principal per unit waktu (umumnya setahun).

Kunarjo (2003:143) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang harus dibayar dari setiap dolar yang di pinjam per tahun, dinyatakan baik dalam pertandingan (misalnya 0,06) atau dalam persentase (misalnya 6 persen).

(38)

Suku bunga adalah jumlah bunga yang di bayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang di pinjamkan. Modal dialokasikan di antara para peminjam dengan tingkat bunga, perusahaan dengan peluang investasi yang paling menguntungkan akan bersedia dan mampu untuk membayar sebagian besar modal, sehingga perusahaan tersebut cenderung menariknya dari perusahaan-perusahaan yang tidak efisien atau dari perusahaan yang produknya sedang tidak di butuhkan (Brigham dan Houston, 2006:168).

Menurut Karl, 2001:506 pada tingkat suku bunga yang tinggi, makin tinggi pula biaya untuk menabung uang. Hal ini bisa di artikan ketika suku bunga meningkat, masyarakat akan mengambil keuntungan yang lebih tinggi dari yang di tanamkannya.

(39)

2.1.4.2Teori Tingkat Suku Bunga

a. Pendapat Kaum Klasik Mengenai Tingkat Suku Bunga

Menurut teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi jumlah tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat menabung sangat tergantung pada tingkat bunga.

Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut kaum Klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya.

b. Pendapat Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga

Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga adalah tingkat balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan

(40)

Pendapat Keynes ini berbeda dengan pendapat aliran Klasik, dimana tingkat suku bunga menurut Klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang.

Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat suku bunga ini dapat diterangkan oleh Keynes. Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya suku bunga nominal (natural rate).

Bila tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan bahwa suku bunga akan naik di masa yang akan datang. Bila masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi akan mengalami penurunan) pemilik obligasi akan mengalami kerugian (capital loss).

Untuk menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah dengan menjual obligasinya, dengan sendirinya akan mendapat uang kas dan uang kas ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang kas, karena masyarakat akan melakukan sepkulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang.

(41)

karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas). Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik.

c. Teori Bunga Moneter dan Teori Bunga Riil

Dalam teori Klasik suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku bunga yang terjadi karena tingkat suku bunga tersebut tergantung skedul permintaan investasi dan tabungan full employment, maka suku bunga keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung pada produktivitas investasi dan kebiasan menabung masyarakat.

(42)

2.2 Penelitian Terdahulu

Budi Mulyadi (2009) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tabungan Nasional di Indonesia. Peneliti mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Data sebagai variabel-variabel independen penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran belanja pemerintah, ekspor neto, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan penduduk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional Indonesia. Sementara secara individual variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan pendapatan perkapita, dan pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional. Dua variabel lainnya yaitu defisit anggaran belanja pemerintah dan ekspor neto tidak signifikan mempengaruhi tabungan nasional. Terakhir, memperhatikan nilai elastisitas dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen, pertumbuhan penduduk mempunyai peranan terbesar terhadap tabungan nasional di Indonesia.

(43)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu Ordinary Least Square (OLS).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah. Variabel nilai tukar (kurs) tidak mempunyai pengaruh terhadap tabungan mudharabah. Sedangkan variabel BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah.

Muhammad Sofyan (2011) tentang Analsis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Tingkat suku bunga, Jumlah uang beredar (M2), dan Inflasi terhadap Jumlah tabungan di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode Error Corection Model (ECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap Jumlah tabungan di Indonesia pada jangka pendek. Sedangkan pada jangka panjang hanya variabel jumlah uang beredar yang berpengaruh terhadap jumlah tabungan di Indonesia.

(44)

pemerintah (G), sementara itu variabel terikatnya yaitu tingkat tabungan nasional (SAV).

Menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk membantu mengolah data adalah dengan program Eviews versi 4.1.1

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel suku bunga (R), mempunyai pengaruh yang positif terhadap total tabungan, namun secara statistik pengaruh variabel R ini tidak signifikan. Variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) berpengaruh positif dan signifikan. Variabel pengeluaran pemerintah (G) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan dan variabel pendapatan perkapita (Ypc) berpengaruh positif, namun secara statistik tidak signifikan.

Muhammad Fhiris Balada Billah (2009), penelitian yang diangkat peneliti berjudul Analisis faktor-faktor yang memengaruhi besarnya tabungan pada Bank Umum di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga tabungan, pendapatan perkapita masyarakat dan tingkat inflasi terhadap jumlah Bank Umum di Kabupaten Jember periode tahun 1999-2007. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode analisi regresi linier berganda.

(45)

masyarakat dan tingkat inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah tabungan pada Bank Umum di Kabupaten Jember. Dilihat dari hasil pengujian regresi secara parsial dapat diketahui bahwa tingkat tabungan dan tingkat inflasi secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tabungan masyarakat pada Bank Umum di Kabupaten Jember, sedangkan pendapatan perkapita masyarakat secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah tabungan masyarakat pada Bank Umum di Kabupaten Jember.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, hanya pendapatan perkapita masyarakat yang mempunyai pengaruh terhadap jumlah tabungan pada Bank Umum di Kabupaten Jember, sedangkan variabel bebas lainnya (tingkat bunga tabungan dan inflasi) tidak mempunyai pengaruh terhadap jumlah tabungan pada Bank Umum di Kabupaten Jember.

(46)

Alat analisis yang digunakan adalah model dinamis Error Corection Model (ECM). Model yang menjelaskan pengaruh hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel bebas dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga deposito, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB dan Financial Depth

mempunyai pengaruh signifikan terhadap tabungan perbankan dalam jangka pendek. Variabel suku bunga deposito, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB dan pendapatan perkapita mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tabungan perbankan dalam jangka panjang. Variabel suku bunga deposito dan sumbangan sektor pertanian terhadap PDB mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perbankan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hanifeliza (2004) dalam skripisinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Total Tabungan Masyarakat yang Dihimpun Perbankan di Indonesia. Dengan analisis Ordinary Least Square (OLS) dengan periode data 1994-2003.

(47)

Kelima variabel diatas yang diduga mempengaruhi tabungan masyarakat berhubungan positif dengan total tabungan masyarakat yang dihimpun perbankan di Indonesia. Artinya jika variabel bebas tersebut yaitu GDP riil, tingkat suku bunga riil, inflasi, jumlah bank dan dummy meningkat maka tabungan masyarakat juga akan meningkat dan sebaliknya. Faktor yang paling responsif mempengaruhi total tabungan masyarakat yang dihimpun perbankan di Indonesia adalah jumlah perbankan yang ada di Indonesia. Pada penelitian ini variabel dummy seharusnya di pisahkan antara besarnya tabungan masyarakat dan krisis yang menimpa Indonesia, sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh sebelum dan sesudah krisis terhadap besarnya tabungan masyarakat. Penggunaan tingkat signifikansi yang tidak konsisten pada penelitian ini menimbulkan interpretasi teori ekonomi pada model penelitian yang berbeda-beda. Akibatnya hasil matematis semua variabel seolah di anggap signifikan secara keseluruhan.

2.2.1 Matriks Empiris

(48)

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO Nama Judul Variabel Metode Hasil Penelitian

(49)

Lanjutan Tabel 2.1

NO Nama Judul Variabel Metode Hasil Penelitian

5. Muhammad

7. Hanifeliza, 2004 Analisis

(50)

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan Pendapatan Perkapita dengan Tabungan Nasional

Alfred Marshall dari kaum neoklasik mengemukakan bahwa terdapat faktor ekonomi dan non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor-faktor ekonomi tersebut, menekankan bahwa pada tingkat bunga, walaupun mungkin saja terdapat keadaan dimana tetap ada tabungan pada saat tingkat bunga negatif. Selain tingkat bunga, pendapatan juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang memepengaruhi tabungan nasional.

Pendapatan tersebut dikemukakan oleh Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara ekplisit menghubungkan antara tabungan dengan pendapatan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung (Budi Mulyadi, 2009).

(51)

2.3.2 Hubungan Defisit Anggaran dengan Tabungan Nasional

Menurut Manurung (2006), menyatakan ketika terjadi defisit fiskal maka pengendalian moneter menjadi penting dan tekanan terhadap sistem keuangan akan terjadi. Pengeluaran yang lebih besar dari penerimaan pemerintah mengakibatkan penjualan obliagsi pemerintah kepada masyarakat. Penjualan obligasi dan uang inti kepada masyarakat akan mengingkatkan penerimaan melalui pajak inflasi dan pajak bunga terhadap pemegang uang dan obligasi pemerintah.

Model kedua adalah smallopen economy. Menurut pandangan model ini defisit anggaran akan menurunkan tabungan nasional, tapi modal internasional yang masuk akan menutupi penurunan tabungan nasional. Menurut model ini defisit anggaran akan meningkatkan pinjaman dari luar negeri dan karena itu akan mengurangi pendapatan nasional yang akan datang, tapi defisit tidak akan berpengaruh pada tingkat bunga atau produksi domestik masa yang akan datang.

(52)

2.3.4 Hubungan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan di umumkan kepada publik. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan utama seseorang dalam memutuskan untuk menabung. Tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi di masa yang akan datang. (Smithin, 1994 dalam Reni dan Rina, 2006). Tingginya minat masyarakat untuk menabung biasanya dipengaruhi oleh tingkat bunga yang tinggi. Hubungan yang positif antara tingkat bunga dengan tingkat tabungan ini menunjukkan bahwa pada umumnya para penabung bermotif pada keuntungan atau “profit

motive”. (Khairunisa,2001:7 dalam Dian Ariestya, 2011: 38).

(53)

Kerangka pemikiran teori tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pengaruh Pendapatan perkapita yang rendah, Defisit anggaran yang meningkat serta turunnya Tingkat Suku Bunga Riil membuat pembangunan di Indonesia mengalami keterhamabatan dikarenakan rendahnya modal yang disimpan dalam bentuk Tabungan Nasional

Tabungan Nasional

Hubungan yang positif antara tingkat bunga dengan tingkat tabungan ini menunjukkan

Budi Mulyadi (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan perkapita dan Defisit anggaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Tabungan Nasional.

(54)

Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut gambar paradigma penelitian yang sekmatis:

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan perkapita, defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil berpengaruh secara individu atau parsial terhadap tabungan nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek.

2. Pendapatan perkapita, defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil berpengaruh secara simultan terhadap tabungan nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek.

Pendapatan Perkapita

Defisit Anggaran

Tingkat Suku Bunga Riil

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Tabungan Nasional, pendapatan perkapita, defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil di Indonesia.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series. Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan di publikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah:

1. Metode Dokumenter

Metode dokumenter adalah pengumpulan data melalui catatan-catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa yang lalu berhubungan dengan aspek penelitian.

(56)

Library Research adalah dengan mencari dan mengumpulkan literature yang terdiri dari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian dan media masa sebagai bahan pengutipan serta referensi.

3.3 Operasional Variabel

Variabel penelitian terdiri dari dua macam yaitu variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang tidak tergantung pada variabel lainnya. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Tabungan Nasional dan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pendapatan perkapita, defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil.

Tabel 3.1

Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

Variabel Konsep Operasional Indikator Satuan Skala

(57)

Lanjutan Tabel 3.1

Untuk pengolahan data dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan program E-Views 8.

3.5 Metode Analisis

(58)

Data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata dan variannya konstan. (Nachrowi, 2006).

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Error Corecotion Model

(ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji kointegrasi untuk melihat indikasi hubungan jangka panjang.

Berdasarkan model fungsi SAV = f (Pendapatan perkapita, Defisit anggaran, BI rate) dapat dibentuk persamaan model ekonometrika sebagai berikut.

t (3.1)

Untuk menstandarkaan data, maka model di atas kemudian di transformasikan ke dalam bentuk persamaan model ekonometrika sebagai berikut:

t (3.2)

Keterangan :

Y = Saving

β0 = Konstanta

β1β2β3 = Koefisien Regresi

X1 = Ypc

X2 = Defisit Anggaran

X3 = BI Rate

ε = Error

(59)

Sehingga model jangka panjangnya sebagai berikut :

(3.3)

Dimana :

Koefisien Jangka Panjang

Sementara model ECM dinyatakan dalam bentuk :

(3.4)

Sementara model ECT dinyatakan dengan persamaan

(3.5)

Dimana :

D Ln SAV = Tabungan Nasional D Ln YPC = Pendapatan Perkapita D DA = Defisit Anggaran

D BIRate = Tingkat Suku bunga Riil ECT = Error Correction Term

D = Perubahan

t = Periode waktu

(60)

3.5.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji ini dapat dipandang sebagai uji stasioneritas. Hal ini karena pada prinsipnya uji tersebut dimaksudkan untuk mengamatti apakah koefisien tertentu dari model otoregfresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Dengan demikian pertanyaan berapa kali suatu data runtun waktu haus dideferensiasi agar diperoleh data stasioner akan terjawab. (Insukindo, 1992).

Uji akar unit ini dimaksudkan untuk menentukan stasioner tidaknya sebuah variabel. Data dikatakan stasioner bila data tersebut mendekati rata-ratanya dan tidak terpengaruh waktu. Apabila dilakukan analisis pada dat yang tidak stasioner, maka akan memberikan hasil regresi yang palsu atau disebut regresi lancing (spurious regression). Regresi lancing adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi, namun hubungan antara variabel di dalam model tidak saling berhubungan (Enders, 2014:195).

Salah satu konsep formal yang dipakai untuk mengetahui stasioneritas data adalah melalui uji akar unit (unit root test). Uji ini merupakan pengujian yang popular, dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller dengan sebutan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test.

Hipotesis statistik pengujian ADF adalah sebagai berikut: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada tingkat level.

(61)

a. Jika nilai statistic ADF > nilai kritis (critical value α = 1%, 5%, 10%)

maka tolak Ho dan tidak tolak Ha artinya data tersebut stasioner pada

derajat nol.

b. Jika nilai statistic ADF < nilai kritis (critical value α = 1%, 5%, 10%)

maka tidak tolak Ho dan tolak Ha artinya data tersebut tidak stasioner pada

derajat nol.

3.5.2. Uji Derajat Integrasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order differensi

ke berapa derajat data yang diteliti akan stasioner. Uji derajat integrasi ini mirip dengan uji aka unit.

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai ADF dengan nilai kritis distribusi statistic MacKinnon. Jika nilai absolute statistic ADF lebih besar dari nilai kritisnta, maka data yang diamati menunjukan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolute statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner (Agus Widarjono, 2005:320).

Hipotesis statistik pengujian derajat integrasi sebagai berikut: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derjat 1 atau 2.

(62)

Pengambilan keputusan dilakukan dengan criteria:

a. Jika nilai statistik ADF > nilai kritis (critical value α = 1%, 5%,10%) maka tolak Ho dan tidak tolak Ha artinya data tersebut stasioner pada

derajat 1 atau 2

b. Jika nilai statistik ADF < nilai kritis (critical value α = 1%, 5%,10%) maka tidak tolak Ho dan tolak Ha artinya data tersebut tidak stasioner pada

derajat 1 atau 2

3.5.3. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel bebas dan terikat, uji ini merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit (Unit Root Test) dan uji derajat integrasi (Integration Test).

Berdasarkan uji stasioneritas, apabila data variabel makro tidak stasioner pada tingkat Level sedangkan pada tingkat diferensi pertama, kedua data menjadi stasioner, maka penelitian dapat dilanjutkan pada Uji Kointegrasi. Definisi dari Engle and Granger, kointegrasi mengacu pada variabel yang terintegrasi pada orde (derajat) yang sama. Maka dari itu, sebelum melakukan pengujian kointegarsi sebaiknya semua variabel terintegrasi di orde yang sama (Enders, 2014 : 345).

(63)

(3.6)

Keterangan :

SAV = Tabungan Nasional YPC = Pendapatan Perkapita DA = Defisit Anggaran

BIRate = Tingkat Suku Bunga Birate β0 = Konstanta

β1,β2,β3 = Koefisien regresi

ε = Error

t = menunjukkan waktu

Uji kointegrasi yang banyak digunakan adalah uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen.

Hipotesis statistik pengujian kointegrasi dengan uji Johansen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang antara variabel independen

dan variabel dependen

Ha : Terdapat pengaruh jangka panjng antara variabel independen dan

variabel dependen

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

a. Jika trace statistic > nilai kritis (critical value α = 1%, 5%, 10%) maka Ho

ditolak dan tidak ditolak Ha

b. Jika trace statistic < nilai kritis (critical value α = 1%, 5%, 10%) maka Ho

(64)

3.5.4 Uji Error Corection Model (ECM)

Apabila data tidak stasioner pada tingkat level, tetapi stasioner pada tingkat diferensi dan variabel saling berkointegrasi, ini berarti terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut. Dalam jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan (disequilibrium). Ketidakseimbangan inilah yang sering kita temui dalam perilaku ekonomi. Artinya bahwa apa yang diinginkan pelaku ekonomi belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Adanya perbedaan apa yang diinginkan pelaku ekonomi dan apa yang terjadi maka dierlukan penyesuaian (adjustment). Model yang memasukan penyesuaian untu melakukan koreksi bagi ketidakseimbangan disebut sebagai model koreksi kesalahan (Error Correction Model) (Widarjono, 2007:356).

Analisis yang digunakan bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek dan jangka panjang. Setelah pengujian ECM dilakukan, maka model yang terbentuk akan dilakukan uji ECT (Error Correction Term).

(65)

Hasil probabilitas ECT akan menentukan apakah model dapat dianalisa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jika variabel ECT positif dan signifikan 5% maka spesifikasi model sudah valid dan dapat menjelaskan variabel dependen.

3.5.5 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data terbebas dari masalah multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak ias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu perlu dibuktikan lebih lanjut apakah model regresi yang digunakan sudah memenuhi asumsi tersebut. Menurut Damodar Gujarati (2006) agar model regresi tidak bias atau agar model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji persyaratan analisis untuk regresi berganda yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

3.5.5.1 Uji Normalitas

(66)

ditampilkan dalam output eviews untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak.

Kriteria pengujian normalitas Jarque-Bera dengan menggunakan aplikasi eviewe 8 adalah sebagai berikut (Widarjono, 2013:54):

a. Jika nilai probabilitas JBtest > α 0,05%, maka data terdistribusi normal (H0 ditolak), artinya lolos uji normalitas.

b. Jika nilai probabilitas JBtest < α 0,05%, maka data terdistribusi normal (Ha ditolak), artinya tidak lolos uji normalitas.

3.5.5.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011:105) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antar variabel independen dari suatu model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolineritas ada beberapa metode deteksi, diantaranya (Gujarati, 2004:345):

1. Diperoleh nilai R-square (R2) yang besar (0,7-1), sedangkan koefisien regresi tidak signifikan pada uji parsial.

2. Korelasi derajat nol yang tinggi merupakan kondisi yang cukup tapi tidak perlu adanya kolinieritas karena hal ini dapat terjadi meskipun melalui korelasi derajat nol sederhana relatif rendah.

(67)

4. Untuk mengetahui variabel X mana yang berhubungan dengan variabel X lainnya adalah dengan meregresi setiap Xt atas sisa variabel X.

Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai correlation matrix dari hasil outut eviews. Menurut Gujarati (2004:359) kriteria pengujiannya diketahui sebagai berikut :

a. Pada Correlation Matrix, jika koefisien korelasi yang dihasilkan < 0,8, maka tidak terjadi multikolinearitas.

b. Pada Correlation Matrix, jika koefisien korelasi yang dihasilkan > 0,8, maka terjadi multikolinearitas.

3.5.5.3 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan penyimpangan yang terjadi apabila varian dari factor pengganggu tidak sama pada data pengamatan yang lain, uji terhadap ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa uji yaitu Rank Spearman, White Park, Goldfiel-Quandt, Breush-Godfrey dan lain-lain (Nachrowi, 2005:127).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat diketahui dengan uji White test Heterokedasticity yang dilakukan dengan aplikasi

(68)

H0 : tidak terdapat heterokedastisitas

Ha : terdapat heterokedastisitas

Kesimpulan pada output eviews 8 adalah :

a. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared < α (0,05), maka terdapat heterokedastisitas (H0 ditolak). Artinya tidak lolos uji

heterokedastisitas.

b. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared > α (0,05), maka terdapat heterokedastisitas (Ha ditolak). Artinya lolos uji heterokedastisitas.

3.5.5.4 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi anara anggota observasi dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual lainnya. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual dengan residual yang lain (Agus Widarjono, 2005).

Dalam penelitian ini untuk melihat ada tidaknya autokorelasi digunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesh dan Godfrey yang lebih umum dan dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM-test). Hipotesis :

H0 : tidak terdapat autokorelasi

(69)

Kesimpulan pada output eviews 8 adalah :

a. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared> α (0,05), maka tidak tolak

Ho dan konsekuensinya tolak Ha. Artinya tidak terdapat

autokorelasi.

b. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared< α (0,05), maka tolak Ho

dan konsekuensinya tidak tolak Ha. Artinya terdapat autokorelasi.

Apabila data tersebut terdeteksi autokorelasi dapat dilakukan dasar pengambilan keputusan berdasarkan metode pengujian uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagia berikut :

1. Jika d < dL atau ≥ (4-dL) maka H0 ditolak, yang berarti terdapat

autokorelasi.

2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka H0 diterima, yang berarti tidak

ada autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

3.5.6 Hipotesis Statistik

(70)

dilawankan pengujiannya terhadap hipotesis alternatif atau hipotesis yang dipertahankan yang dilambangkan dengan Ha. Jika menolak hipotesis nol,

akan dikatakan bahwa penemuannya secara statistik signifikan. Di sisi lain, jika tidak menolak hipotesis nol, akan dikatakan bahwa penemuan secara statistik tidak signifikan (Gujarati, 2010:146).

3.5.6.1 Uji Parsial (t-Statistik)

Uji statistik t dilakukan dengan mengujikan variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial untuk mengetahui pengaruh signifikan atau tidaknya variabel bebas dan variabel terikat. Permulaan uji statistic t ditentukan oleh hipotesis nol atau null hypothesis (H0) yang menyatakan

bahwa masing-masing vaiabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara individu.

Untuk mengetahui nilai t hitung dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= Koefisien variabel ke-i = Nilai hipotesis nol

= Simpangan baku dari variabel independepn ke-i

(71)

1. Ho : βi> 0; Variabel pendapatan perkapita berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tabungan nasional

Ha: βi< 0; Variabel pendapatan perkapita tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap tabungan nasional.

2. Ho : βi> 0; Variabel defisit anggaran berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tabungan nasional.

Ha: βi< 0; Variabel defisit anggaran tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tabungan nasional.

(72)

N : Jumlah observasi

K : Jumlah parameter (termasuk intercept) dalam model

Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) sebesar 5 persen, maka hipotesis statistik yang digunakan:

1. Ho : β1, β2, β3 < 0, maka keputusannya adalah tidak terdapat pengaruh

signifikan dari Pendapatan Perkapita, Defisit aggaran dan Tingkat suku bunga riil terhadap Tabungan Nasional.

2. Ha: β1, β2, β3 > 0, maka keputusanya adalah terdapat pengaruh signifikan

dari Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran dan Tingkat suku bunga riil terhadap Tabungan Nasional.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika nilai Fhitung < nilai Ftabel, maka hipotesis statistik yaitu tidak tolak

Ho yang konsekuensinya tolak Ha. Artinya, bahwa tidak terdapat

pengaruh signifikan dari Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran dan Tingkat suku bunga riil terhadap Tabungan Nasional.

b. Jika nilai Fhitung > nilai Ftabel, maka hipotesis statistik yaitu tolak Ho

yang konsekuensinya tidak tolak Ha. Artinya, bahwa terdapat

pengaruh signifikan dari Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran dan Tingkat suku bunga riil terhadap Tabungan Nasional.

3.5.6.3 Koefisien Determinasi

(73)

datanya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Gujarati, 2010:94).

Nilai R2 diformulasikan sebagai berikut:

2

Dalam penelitian ini, nilai R2 diperoleh melalui program Eviews 8. Kriteria-kriteria pengujian koefisien determinasi yaitu:

a. Bila R2 = 0, artinya variasi dari Y (tabungan nasional) tidak dapat diterangkan oleh X (pendapatan perkapita, defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil) sama sekali.

(74)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Gambaran umum dilakukan untuk mengetahui bagaimana variabel instrument yang dipakai dalam suatu penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah tabungan nasional, pendapatan perkapita, defisit anggaran, dan tingkat suku bunga riil.

4.1.1 Perkembangan Tabungan Nasional di Indonesia

Peranan tabungan sangat penting bagi keberlangsungan pembangunan ekonomi suatu Negara. Tabungan nasional merupakan sumber utama pembiayaan investasi dalam negeri, sehingga tingkat tabungan tinggi sangat diharapkan oleh setiap Negara demi tercapainya pembangunan ekonomi yang optimal. Negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat tabungan nasional yang rendah, sehingga tabungan tidak cukup membiayai kebutuhan yang berkaitan dengan proses pembangunan didalam negeri. Ini pun mengakibatkan kesenjangan antara tabungan dan investasi sehingga Negara harus meminjam sebagian modal atau meminjam dana dari luar negeri untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

(75)

negeri. Akan tetapi menurut (Kuncoro, 2000: 178) hutang luar negeri membawa dampak langsung dan dampak total yang negatif terhadap tabungan domestik. Selain itu penggunaan bantuan luar negeri tidak efektif dalam menopang proses pembangunan. Hal ini ditandai dengan pengaruhnya tabungan domestik dengan menjadi substitusi atas tabungan domestik itu sendiri sehingga keberadaaan tabungan domestik menjadi tidak efektif dalam pembiayaan pembangunan.

Gambar

Grafik (1.2) Defisit Anggaran Indonesia (Triliun Rupiah)
Tabel 1.1 Posisi Tabungan pada Bank Umum (miliar rupiah)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tabungan dalam Negeri (Tabungan Pemerintah dan Tabungan Masyarakat) Indonesia Selama Krisis Ekonomi Tahun Anggaran

Hasil hipotesis ini menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel independen berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan per kapita, Secara parsial, dana alokasi

Hasil uji t membuktikan bahwa semua variabel independen (kualitas produk, harga dan iklan) mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu keputusan

Hasil uji parsial (Uji t) penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel bebas (job embeddedness dan kepuasan kerja) secara parsial berpengaruh negatif dan

Hasil uji parsial (Uji t) penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel bebas ( job embeddedness dan kepuasan kerja) secara parsial berpengaruh negatif dan

Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukan bahwa variabel bebas coupon berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga obligasi adalah positif,

Hasil penelitian ini menunjukan secara parsial maupun simultan pendapatan jual beli dan bagi hasil tabungan mudharabah berpengaruh terhadap pendapatan operasional.. Pendapatan jual beli

Pengujian Hipotesis Uji t Pengujian hipotesis secara parsial digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen secara parsial, apakah berpengaruh secara positif dan signifikan