BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan
Indonesia dikaruniai dengan salah satu hutan tropis yang paling luas dan kaya keanekaragaman hayatinya di dunia. Puluhan juta masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri pengolahan kayu. Hutan tropis merupakan habitat flora dan fauna yang kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas. Bahkan hingga saat ini, hampir disetiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia selalu menghasilkan penemuan jenis baru (Achmaliadi et al., 2001).
Hutan merupakan gudang plasma nutfah dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan (Indriyanto, 2006). Menurut Polunin (1997), suatu komunitas hutan dengan keanekaragaman spesies yang tinggi memiliki struktur yang kompleks dan ekosistem hutan hujan tropis cenderung paling kompleks di antara yang ada. Tegakan biasanya terdiri atas suatu masa pohon, tumbuhan merambat (liana) dan tumbuhan dalam bentuk lain mencapai ketinggian berkisar dari beberapa sentimeter sampai 60 meter.
Keberadaan naungan pohon, kualitas tanah dan kondisi lingkungan yang terbentuk direspon oleh kehadiran berbagai spesies tumbuhan bawah baik semak, herba dan rumput. Kondisi tersebut membentuk suatu komunitas vegetasi yang spesifik dan unik, sehingga menarik untuk di teliti. Kehadiran tumbuhan bawah juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan serta kestabilan tanah. (Darsikin dan Nahdi, 2014). Menurut Dahlan (2011), komponen penyusun hutan terdiri dari beberapa vegetasi, salah satu vegetasi tersebut yaitu tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah merupakan jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan yang meliputi rerumputan herba dan semak belukar, kecuali permudaan pohon hutan. Vegetasi tumbuhan bawah memiliki toleransi hidup yang tinggi sehingga banyak ditemukan di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai, lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan.
2.2 Analisis Vegetasi
2.3 Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah atau vegetasi bawah merupakan komponen penting dalam ekosistem hutan yang harus diperhitungkan perannya. Vegetasi bawah adalah lapisan tumbuhan penutup tanah terdiri dari herba, semak dan paku-pakuan. Pada vegetasi dasar merupakan strata yang cukup penting untuk menunjang kehidupan jenis-jenis tumbuhan lain (Asmayannur et al., 2012). Menurut Tjitrosoepomo (1994), tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang menutupi lantai hutan yang berupa tumbuhan seperti semak, herba, dan beberapa jenis tumbuhan penutup tanah yang lain.
Vegetasi pada hutan dapat ditentukan secara vertikal dan horizontal. Penyusun vegetasi vertikal yaitu pohon, anakan pohon dan semak belukar sedangkan horizontal vegetasinya yaitu semak, rumput dan lumut (Maarel, 2005). Menurut McPherson dan Destefano (2003), komposisi dan struktur homogen merupakan cara menentukan pada vegetasi karena vegetasi tumbuh secara alami. Polunin (1997), menyatakan berdasarkan pola percabangan pohon, permukaan inversi memiliki makna ekologi yang penting karena kenyataannya permukaan ini berhubungan sangat erat dengan batas antara kanopi dan tumbuhan bawah.
Vegetasi di berbagai tempat umumnya sangat dipengaruhi oleh iklim di habitatnya. Secara sederhana faktor iklim, yaitu suhu dan kelembaban adalah faktor utama yang mengontrol distribusi vegetasi. Tumbuhan memiliki variasi kelembaban yang sangat beragam dalam siklus hidupnya dan pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah (Suin, 2003).
2.3.1 Semak
pangkal akan menggantikan dahan yang sudah tua dan mati dan juga berperan dalam menjaga semak yang masih muda. Semak yang sudah dewasa biasanya menghasilkan sedikit atau tidak ada tunas baru pada pangkalnya yang akan menggantikan batang jika pucuknya terpotong atau terbuka terhadap cahaya matahari.
Selain dari lapisan pepohonan tersebut, terdapat lapisan belukar yang terdiri dari lapisan dengan ketinggian kurang dari 5 m. Semak memiliki dua bentuk belukar yakni mempunyai percabangan dekat dengan tanah dan tidak memiliki sumbu utama dan semak yang menyerupai pohon kecil karena memiliki sumbu utama yang jelas sehingga sering disebut pohon kecil atau pohon muda dari pohon yang lebih besar (Ewusie,1990). Menurut Suin (2002), semak yang ketinggiannya antara 2-5 m sebagai lapisan semak dan lapisan yang tingginya antara 30 atau 50 cm sampai 2 m sebagai sub lapisan semak.
Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman jenis tumbuhan dan binatang yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi. Jumlah jenis pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan pada ekosistem yang lainnya. Misalnya, hutan hujan tropis di Amazonia mengandung spesies pohon dan semak sebanyak 240 spesies (Indriyanto, 2006).
2.3.2 Herba
Herba adalah tumbuhan yang tingginya kurang dari 30 atau 50 cm sampai satu meter. Lapisan ini juga dapat dibagi atas sub lapisan, yaitu herba dengan ketinggian besar dari 30 atau 50 cm, herba yang tingginya antara 10-30 cm dan herba kecil dari 10 cm (Suin, 2002). Pada naungan pohon, herba mampu hidup dengan adaptasi tumbuhan bawah lainnya, namun memiliki siklus hidup pendek. Hal ini dinyatakan Polunin (1990), tumbuhan ini memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak.
Zingiberaceae, Acanthaceae, Araceae dan Marantaceae (Ewusie, 1990). Faktor pembatas di hutan adalah cahaya dan hanya berlaku bagi tumbuhan yang terletak di lapisan bawah. Dengan demikian herba dan semak yang ada dalam hutan adalah jenis yang telah beradaptasi secara baik untuk tumbuh di bawah naungan pohon (Indriyanto, 2006). Vegetasi herba pada hutan hujan dataran rendah ditemukan pada hutan yang terbuka, dekat dengan aliran-aliran air dan tempat-tempat yang terbuka tetapi sempit (seperti jalan-jalan setapak, sungai-sungai) dengan penyinaran yang cukup baik, sedangkan pada bagian dalam hutan hujan vegetasi herba yang berwarna hijau ditemukan jauh terpencar atau sama sekali langka (Arief, 2001). Menurut Longman & Jenik (1987), lapisan herba yang ternaungi atau tidak ternaungi oleh tutupan tajuk menutupi lebih dari 10 % permukaan hutan dan ini hampir sama dengan luas daratan dengan ciri khas tanaman bawah ternaungi di hutan pantai eropa.
Herba banyak ditemukan di kawasan hutan hujan tropis namun kurang beranekaragam. Menurut Polunin (1990), vegetasi herba dalam hutan hujan tropika kurang beranekaragam dibandingkan dengan vegetasi pohon pada kondisi yang relatif terbuka, sehingga besar kemungkinannya membentuk satu suku saja. Hal ini berbeda dengan herba di lereng-lereng dengan penetrasi cahaya yang lebih banyak menyebabkan keanekaragaman herba lebih melimpah, tetapi tetap saja jauh lebih kecil dari pada jenis pohon-pohon naungannya.
2.3.3 Paku-Pakuan
tumbuhan bawah yaitu mencegah erosi, memberikan kelembapan pada tanah dan tempat organisme lainnya. Menurut Ewusie (1990), pada lapisan bawah hutan jenis paku terlihat sering menonjol seperti Selaginella sp.
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang vegetasinya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Tumbuhan paku sangat heterogen baik ditinjau dari segi habitat maupun cara hidupnya (Tjitrosoepomo, 1994).
2.4 Manfaat Tumbuhan Bawah
Kehadiran vegetasi pada suatu hutan akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain (Qayim et al., 2006). Kehadiran tumbuhan bawah dalam suatu kawasan hutan mempunyai peranan yang sangat penting. Menurut Arief (2001), tumbuhan bawah sangat menentukan permeabilitas tanah dalam menyerap air yang jatuh dari tajuk pohon serta akan mencegah laju aliran air permukaan sehingga terserap oleh tanah sedangkan menurut Mackinnon et al., (2000), warna mencolok pada tumbuhan bawah dalam hutan akan memantulkan cahaya merah kembali kepada jaringan-jaringan yang mengandung klorofil, merupakan suatu adaptasi untuk meningkatkan jumlah cahaya yang berguna untuk fotosintesis di dalam hutan yang sangat gelap.