• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat Tahun 1965-1995

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat Tahun 1965-1995"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Letak Geografis

Nias adalah salah satu pulau yang besar diantara 132 buah pulau lainnya yang

berada di kawasan kepulauan Nias. Panjang 120 km ( Tureloya-Teluk dalam ) lebar

40 km ( Sirombu-LuahaWoa ) dan luas 5.625 km2 = 562.500 Ha atau 7,82 % dari

luas propinsi Sumatera Utara.15 Nias terletak di pantai Barat kepualauan Nusantara,

berada pada 0.12’ hingga 1.32’ LU dan 97.3’ hingga 98 BT memanjang ke arah Barat

Laut-Tenggara dengan ketinggian diatas permukaan laut antara 0-800 m. Nias

berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Pulau-pulau Banyak ( Propinsi DI Aceh )

Sebelah Selatan : Pulau-pulau Mentawai ( Propinsi Sumatera Barat )

Sebelah Timur : Pulau Musala ( Kabupaten Tapanuli Tengah )

Sebelah Barat : Lautan Hindia.16

Dengan letak geografis ini, menunjukkan bahwa Nias terletak di feri-feri

Sumatera. Keadaan ini menjadikan Nias terisolasi, tertutup, dalam berbagai hal dan

bertahan lama dalam keadaan tradisi, termasuk sifat, pola dan struktur kepemimpinan

15

Eduard Fries, Amuata Nono Niha, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia , 1988, hlm 3. 16

(2)

yang berlaku didalamnya. Hal ini menjadikan Nias lambat berkembang dan tidak

mudah mengikuti derap langkah kemajuan sebagaimana daerah-daerah lain di

Sumatera dan Jawa atau Indonesia bagian barat.

Di Nias kesulitan komunikasi antara kota dan desa, desa dengan desa lainnya

tidak lancar, hubungan antara Banua (kampung) yang satu dengan Banua lain.

Apalagi karena latar belakang adat budaya yang masing-masing berdiri sendiri. Salah

satu desa yang akan di bahas penulis disini adalah Desa Tumori. Untuk mencapai

desa ini memerlukan waktu 30 menit dari Gunungsitoli.

Desa Tumori terletak di wilayah kecamatan Gunungsitoli Barat kota

Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tumori Balohili Kecamatan

Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Dahana Tabaloho Kecamatan

Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Orahili Kecamatan Gunungsitoli

Barat Kota Gunungsitoli.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Hilinakhe dan Desa Orahili Kecamatan

(3)

Luas wilayah Desa Tumori adalah 400 Ha dimana 70 % daratan yang

bertopografi berbukit-bukit dan 30 % daratan yang dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian dan perkebunan. Selain menanam padi, daerah ini juga menghasilkan

tanaman yang tidak tergantung pada air, seperti karet, kayu manis dan lain

sebagainya. Keadaan geografis seperti ini membuat masyarakat yang berada di desa

Tumori hanya mengandalkan pertanian penanaman padi menunggu hujan turun, yaitu

pada bulan September-Desember. Cara-cara seperti itu mereka warisi dari para

leluhur mereka yang sudah terpola selama beberapa generasi.

Iklim desa Tumori, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia

mempunyai iklim kemarau dan penghujan. Curah hujan rata-rata per tahunnya

berkisar antara 1846 mm/liter dengan suhu udara maksimum 25 Ö  Ö C sampai dengan

suhu udara minimum 18 Ö C. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap

pola pertanian dan perkebunan yang ada di desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli

Barat.

2.2 Kondisi Desa

2.1.1 Sejarah Desa

Desa Tumori adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Gunungsitoli Barat.

Pada zaman Hindia Belanda, desa ini termasuk di wilayah sebuah Ori ( negeri ) yang

diberi nama Ori Laraga Ononamolo Tumori. Dipimpin oleh seorang kepala negeri

(4)

bertambah banyak kepala Negeri ( Tuhenori ) bersama tokoh-tokoh dan

pengetua-pengetua yang ada di wilayah Ori Laraga Ononamolo Tumori membagi wilayah

menjadi beberapa kampung. Hal ini berdasarkan letak geografis dan keturunannya.

Salah satu pembagian wilayah tersebut diberi nama kampung ( Banua ) Tumori.

Nama kampung Tumori diambil dari nama sebatang pohon besar dan kokoh yang

tumbuh diatas perbukitan. Desa Tumori mayoritas dihuni oleh masyarakat bermarga

Zebua. Pada tahun 1932 di dirikan Sekolah Dasar ( SD ) Negeri No. 070984 Tumori.

Kemudian pada tahun 1981 di dirikan Kantor Kepala Desa Tumori oleh Pemerintah

dan Pada tahun 2009 di dirikan Kantor Kecamatan Gunungsitoli Barat di Desa

Tumori.

2.1.2 Penduduk

Penduduk di Desa Tumori tahun 1965 berjumlah sekitar 2.400 jiwa.

Diantaranya 1000 laki-laki dan 1400 perempuan, dengan luas wilayah sekitar 18,20

km².17 Mayoritas masyarakat di Desa Tumori ini tingkat pendidikannya adalah

tamatan SD ( sekolah dasar ). Hanya sebagian kecil masyarakat yang tingkat

pendidikannya sampai ke jenjang SMP ( sekolah menengah pertama ). Hal ini karena

mayoritas masyarakat di Desa Tumori pada masa itu tidak terlalu mementingkan

pendidikan.

(5)

Sebaliknya, anak-anak mereka disuruh untuk bekerja di sawah dan di ladang.

Mereka menganggap bahwa pekerjaan di sawah dan di ladang lebih penting dan lebih

utama dibandingkan bersekolah. Semboyan banyak anak banyak rejeki sangat

berpengaruh di Desa Tumori. Artinya semakin banyak anak yang mereka punya,

maka semakin meringankan pekerjaan orang tuanya. Menyekolahkan anak-anak

bukan menjadi prioritas utama bagi para orang tua di Desa Tumori pada masa itu.

Kondisi ini sangat berbeda dengan sekarang, dimana pendidikan merupakan faktor

yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

2.1.3 Religi

Sejak tahun 1865 berita injil telah tiba di Nias yang di bawa oleh E.L.

Deninger, Missionaris Mission Gesselchaft ( RMG ). Seiiring dengan perkembangan

waktu dan usaha para missionaris dalam menyebarkan agama, maka pada tahun 1930

masyarakat Nias di Desa Tumori menerima agama kristen protestan. Mayoritas

masyarakat di Desa Tumori beragama Kristen protestan. Masyarakat telah menerima

pengaruh yang datang dari luar yang salah satunya dengan masuknya agama di Pulau

Nias. Meskipun itu membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama, ke dalam

masyarakat Nias yang masih menutup diri dengan pengaruh dari luar yang masuk ke

dalam bagian masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan kepercayaan masyarakat Nias

(6)

Hal ini sangat berkembang setelah adanya “Fangesa Dodo Sebua” ( perobatan

massal yang di bawa oleh para missionaris jerman) di Nias. Peristiwa Fangesa Dodo

sebua ini merupakan keajaiban besar di Nias. Masyarakat memberi kesadaran akan

perbuatan mereka yang jahat.18 Mereka semua menyesali dosanya sehingga mereka

menangis. Membuang kepercayaan kepada nenek moyang (patung), jimat, ilmu sihir

atau pertahanan batin (Elemu). Tidak mencuri, tidak menipu, dan lain-lain. Pada

waktu itu orang takut berbuat jahat karena takut kepada Roh Kudus, bukan lagi

kepada Fondrako (keputusan nenek moyang).

2.1.4 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat

pada umumnya bertani dan berkebun. Mereka menanam padi di musim penghujan.

Sebagian mengolah tanah pertanian miliknya sendiri dan sebagian penduduk

mengusahakan tanah milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Setiap bulan

September-Desember petani turun ke sawah dan mengolah sawahnya.

Jika cuaca baik dengan curah hujan cukup, maka para petani lebih mudah

dalam mengolah sawahnya. Pengerjaan sawah dari mulai mengolah tanah sampai

dengan menanam memakan waktu 2-3 bulan, sedangkan waktu untuk mendapatkan

hasil panen 5-6 bulan.

(7)

Masyarakat Tumori, jika selesai panen padi di sawah melanjutkan

pekerjaannya dengan menanam tanaman muda atau palawija, seperti cabai, kacang

tanah, kacang panjang, kacang mereah, kacang kedelai, jagung dan lain sebagainya.

Masa penanaman palawija dilakukan oleh masyarakat di Desa Tumori biasanya pada

awal musim kemarau, sehingga petani harus bekerja keras mencari air guna menanam

tanaman ini. Cara penyiramannya juga sangat sederhana seperti menggunakan alat

ember dan gayung. Tanaman palawija yang mereka tanam dan telah menghasilkan,

mereka kembali lagi menanam palawija yang disesuaikan dengan masa tanaman padi

berikutnya. Hasil yang diperoleh masyarakat di Desa Tumori sebahagian dikonsumsi

sendiri dan sebahagian lagi dijual untuk keperluan lainnya yang antara lain

menyekolahkan anak-anaknya dan bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat.

Selain bertani, masyarakat di Desa Tumori juga mempunyai keahlian lain,

seperti membuat kerajianan tangan seperti guci, atap rumah dari daun kelapa yang

dikeringkan, asbak rokok, kerajinan tangan dari manik-manik berupa dompet, tempat

sirih dan tikar dari rotan. Masyarakat di Desa Tumori juga mengusahakan peternakan,

seperti ayam, bebek dan babi. Disamping hasil-hasil tanaman dan peternakan yang

ada di Desa Tumori, daerah ini juga kaya dan memiliki potensi budaya, alam dan adat

istiadat yang melengkapi kehidupan masyarakatnya yang berkehidupan di daerah

(8)

2.1.5 Adat Istiadat

Ketika dihapuskannya Tuhenori oleh pemerintah RI dan nama Salawa

digantikan menjadi Satua Mbanua, Desa Tumori kini dipimpin oleh seorang kepala

desa. Walaupun telah mengalami perubahan, masyarakat di Desa Tumori masih

memegang dan menjaga baik hubungan kekeluargaan dan rasa gotong-royong baik

kepada sesama masyarakatnya, maupun masyarakat dari desa lain. Dengan hubungan

kekeluargaan inilah Desa Tumori sampai saat ini dikenal dengan nama desa yang

beradat.

Peran pemimpin dalam mengarahkan dan mempengaruhi pengikutnya menuju

pada tujuan kolektif atau membentuk kelakuan masyarakat berdasarkan nilai-nilai

tertentu. Status pemimpin pada masyarakatnya mempunyai fungsi atau peran,

mengawasi agar tujuan bersama dapat tercapai khususnya dalam masyarakat.

Kemampuan pemimpin dalam membawa pengikiutnya akan membuahkan hasil

keikutsertaan masyarakat dengan kesadaran penuh untuk ikut serta membangun

daerahnya, bukan hanya partisipasi semu karena ada paksaan.19

Jika terjadi suatu masalah atau konflik di desa ini, maka kepala desa akan

turun tangan dalam membantu menyelesaikan masalah ini dengan memanggil

keluarga yang berkonflik. Hal itu misalnya perkelahian. Kepala desa juga akan

mengundang tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk ikut

19

(9)

bermusyawarah. Hal ini untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Dari sinilah tampak rasa kekeluargaan, solidaritas dan kepedulian antar

sesama anggota masyarakat di Desa Tumori ini. Saling menghargai dan menghormati

antara yang satu dengan yang lain, antara yang dipimpin dengan yang memimpin

adalah kunci bagaimana kekerabatan, kekeluargaan, solidaritas masih terjalin hingga

sampai saat ini.

Masyarakat terdiri dari sejumlah unit kekerabatan, yakni : Ngambato,

Sifatalifuso/Fa’iwasa, Sifahato dan Sisambua Mbanua. Ngambato adalah keluarga

inti (nuclear family) yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak.

Sifatalifuso/Fa’iwasa terdiri dari bagian keluarga nuclear atau garis bawah keturunan

dari kakek yang sama. Sifahato adalah bagian Sifatalifuso ( kerabat luas ). Sedangkan

Sisambua Banua adalah penghuni kampung yang hidup dalam suatu wilayah tertentu, entah dari satu atau beberapa marga. Setiap orang merasa dirinya terikat dengan kuat

dalam memperluas kekerabatan tersebut.20 kekeluargaan dan afinitas (pertalian

keturunan) terasa kuat. Warga masyarakat akan turut bila ada perkawinan atau

kemalangan sebagai tanda hubungan dan kesatuan sosial teritorial mereka.

20

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah ( fakir miskin ) dirinci per kecamatan

bagi para pedagang dari adanya pengembangan pariwisata di destinasi wisata. taman Diponegoro ini adalah Pengembangan dan pembukaan lapangan

Guna mencapai hal tersebut, maka harus dilakukan analisis kebutuhan pengguna ( user need analysis ). Dari hasil analisis ini kemudian dapat disimpulkan ke dalam data dan

Dengan keunggulan dari setiap potensi wisata yang ada di Kota Kudus dan keanekaragaman budaya menambah daya tarik bagi Kota Kudus dan belum adanya video promosi

Dengan keunggulan pemandangan alam pegunungan serta fasilitas yang tidak dimiliki tempat wisata lain di Jawa Tengah, sangat memungkinkan Umbul Sidomukti memiliki tingkat akupansi

JUDUL : VIOLINIS INTERNASIONAL AYKE AGUS KEMBALI KE YOGYA, GELAR KONSER AMAL. MEDIA :

Berdasarkan hasil penelitian dan perancangan yang telah dilakukan, maka didapat hasil bahwa perancangan berupa video promosi dengan konsep cinematic technique serta alur film

In this group the students will share their idea in written from then elaborate it by using conjunction as one of cohesive devices, so the students can write a good