• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kandidiasis Vaginalis Pada Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kandidiasis Vaginalis Pada Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandidiasis Vaginalis

Kandidiasis vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang terjadi di sekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imun tubuhnya lemah. Kandidiasis dapat menyerang wanita di segala usia, terutama pada usia pubertas, keparahannya berbeda antara satu wanita dengan wanita yang lain dan dari waktu ke waktu pada wanita yang sama (Daili S, 2009).

Kandidiasis vaginalis merupakan jamur pada dinding vagina yang disebabkan oleh genus candida albicans dan ragi (yeast) lain dari genus candida. Penyebab tersering kandidiasis vaginalis adalah candida albicans yaitu sekitar 85-90%. Sisanya disebabkan oleh spesies non albicans, yakni candida glabrata (Torulopsis Glabarata). Thin (1983) menyatakan penyebab kandidiasis vagina 81% oleh candida

albicans, 16% oleh torulopsis glabarata, sedang 3% lainnya disebabkan oleh Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei dan Candida

stellatoidea (Saydam, 2012).

Genus candida merupakan sel ragi uniseluler yang termasuk ke dalam fungsi inferfecti atau Deutero mycota atau golongan khamir (yeast atau yeastlike), kelas

(2)

berturutan dengan candida stellatoidea, candida tropicalis, candida parapsilosis, candida kefyr, candida guillermondii dan candida krusei ( Daili 2009).

Gambaran morfologi candida berupa sel ragi yang berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2 – 5 p x 3 -6 p hingga 2 – 5,5 p x 5 – 28,5 p. Jamur candidamemperbanyak diri dengan membentuk tunas yang disebut sebagai Blastospora. Jamur membentuk hifa semu (pseudohypa) yang merupakan rangkaian blaspora yang memanjang dan juga dapat bercabang-cabang. Jamur candida dapat tumbuh dengan variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5 -6,5. Pada tubuh manusia jamur candida merupakan jamur yang bersifat oportunis, yaitu dapat hidup sebagai saprofit atau saproba tanpa menimbulkan suatu kelainan apapun tapi kemudian dapat berubah menjadi patogen dan menimbulkan penyakit kandidiasis bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang menimbulkan perubahan pada lingkungan vagina (Idriatmi, 2012).

Manifestasi kandidiasis vaginalis merupakan hasil interaksi antara patogenitas candida dengan mekanisme pertahanan tuan rumah, yang berkaitan dengan faktor predisposisi. Patogenesis penyakit dan bagaimana mekanisme pertahanan tuan rumah terhadap candida belum sepenuhnya dimengerti.

(3)

didapatkan basil Doderlein Lactobasilus(lactobasilus) yang hidup sebagai komensal. Keduanya mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di dalam vagina. Doderlein berfungsi mengubah glikogen menjadi asam laktat yang berguna untuk mempertahankan pH vagina dalam suasana asam (pH 4 -5). Pada semua kelainan yang mengganggu flora normal vagina dapat menjadikan vagina sebagai tempat yang sesuai bagi candida untuk berkembang biak. Masih belum dapat dipastikan apakah candida menekan pertumbuhan basil doderlein atau pada keadaan basil Doderlein mengalami gangguan lalu diikuti dengan infeksi dari jamur candida. Kenyataannya pada keadaan infeksi ini dijumpai hanya sedikit koloni doderlein (Idriatmi,2009).

Infeksi kandida dapat terjadi secara endogen maupun eksogen atau secara kontak langsung. Infeksi endogen lebih sering karena sebelumnya memang candida sudah hidup sebagai saprofit pada tubuh manusia. Pada keadaan tertentu dapat terjadi perubahan sifat jamur tersebut dari saprofit menjadi patogen sehingga oleh karena itu jamur candida disebut sebagai jamur oportunistik ( Gama T, 2006)

(4)

menginvasi mukosa vagina dan berpenetrasi ke sel-sel epitel vagina. Germinasi candida ini akan meningkatkan kolonisasi dan memudahkan invasi ke jaringan (Darmani, 2003)

Secara invivo jamur candida yang tidak mengalami germinasi atau membentuk tunas, tidak mampu menyebabkan kandidiasis vaginalis. Belum banyak diketahui bahwa enzim proteolitik, toksin dan enzim phospholipase dari jamur candida dapat merusak protein bebas dan protein sel sehingga memudahkan invasi jamur ke jaringan. Jamur candida dapat timbul di dalam sel dan bentuk intraseluler ini sebagai pertahanan atau perlindungan terhadap pertahanan tubuh. Adanya faktor-faktor predisposisi menyebabkan pertumbuhan jamur candida di vagina menjadi berlebihan sehingga terjadi koloni simptomatik yang mengakibatkan timbulnya gejala-gejala penyakit kandidiasis vaginalis. Sampai saat ini apakah perubahan koloni asimptomatik menjadi simptomatik disebabkan karena perubahan pada faktor tuan rumah atau yeastnya itu sendiri masih belum jelas (Idriatmi,2012).

2.2 Faktor Predisposisi Kandidiasis Vaginalis

Pada dasarnya faktor-faktor predisposisidapat dibagi dalam dua golongan yaitu yang memicu kandidanya sendiri untuk aktif berkembang biak (menjadi patogen) dan yang menurunkan atau merusak sistem mekanisme pertahanan tubuh

(5)

2.2.1 Faktor Pejamu

Keadaan-keadaan yang dapat memengaruhi terjadinya kandidiasis vaginalis adalah kehamilan, diabetes mellitus, hormon steroid terutama kontrasepsi oral atau kortikosteroid. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), pil KB, antibiotik, kelainan imunologik, obesitas dan faktor-faktor lokal seperti menggunakan pakaian ketat, doucher, chlorinated water atau tissue toilet (Qomrariah, 2001)

Pada masa kehamilan, terutama pada trimester ketiga, terjadi peningkatan kolonisasi jamur candida di vagina yang menimbulkan gejala simptomatik kandidiasis vaginalis. Peningkatan kadar hormon estrogen yang terjadi pada kehamilan menyebabkan kadar glikogen di vagina meningkat yang mana merupakan sumber karbon yang baik untuk pertumbuhan candida. Sedangkan pada keadaan Diabetes Mellitus terjadi kenaikan kadar glukosa dalam darah dan urine. Gangguan metabolisme karbohidrat dan perubahan proses glycogenolysis yang menyebabkan kadar glikogen pada epitel vagina meninggi sehingga pertumbuhan candida juga akan meningkat (Maryunani, 2009)

(6)

peningkatan pembawa (carrier) jamur candida di vagina. Beberapa penelitian menunjukkan pada penggunaan kontrasepsi oral tinggi estrogen terjadi peningkatan kolonisasi candida di vagina. Adanya peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan epitel vagina menebal dan permukaan dilapisi oleh glikoprotein sehingga jamur candida dapat tumbuh subur. Namun beberapa peneliti lain menemukan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral tidak terjadi peningkatan kandidiasis vaginalis. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kontrasepsi oral pada wanita yang menderita kandidiasis vaginalis belum begitu pasti. Banyak penelitian mendapatkan peningkatan pembawa (carriage) jamur candida pada pemakai AKDR. AKDR merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat memicu simptomatik kandidiasis vaginalis. Sebagaimana seperti yang sudah dikatakan sebelumnya apakah perubahan kolonisasi candida asimptomatik menjadi simptomatik disebabkan oleh perubahan pada “soil” dari host atau “seed” dari organisme sampai saat ini belum jelas,

Selain itu, penggunaan antibiotika dalam jangka waktu yang cukup lama dapat membunuh bakteri Doderlin yang hidup bersama-sama candida sebagai komersal di vagina. Berkurangnya bakteri di dalam vagina menyebabkan candida dapat tumbuh dengan subur karena tidak ada lagi persaingan dalam memperoleh makanan yang menunjang pertumbuhan jamur tersebut(Samini,2001)

(7)

antibiotik spektrum luas yang lama. Sel utama yang berperan pada imunitas non spesifik terhadap jamur diduga netrofil. Diduga netrofil melepaskan bahan fungisidal seperti oksigen reaktif dan enzim lisosom yang membunuh jamur. Makrofag juga berperan dalam respon imun terhadap infeksi jamur.

Dalam sistem humoral, pada kandidiasis vagina terjadi elisitasi respon sistemik (lgM dan IgG) dan lokal (S–IgA). Belum jelas diketahui fungsi protein antibodi vaginal pada kandidiasis vaginalis, hanya saja pada beberapa penelitian dijumpai titer antibodi yang rendah pada penderita kandidiasis vaginalis. Peningkatan kadar IgE pada serum dan vagina pernah didapatkan pada beberapa wanita dengan kandidiasis vaginalis berulang. Walaupun total IgE adalah normal (Saydam,2012).

Pada sistem fagositik, walaupun polimorfonuklear leukosit dan monosit memegang peranan penting dalam membatasi infeksi kandida sistemik dan invasi ke jaringan, namun sel-sel fagositik karakteristik tidak ditemukan pada cairan vagina penderita kandidiasis vaginalis. Sel-sel fagositik tidak cukup kuat mencegah kolonisasi candida di mukosa vagina atau mencegah invasi candida pada epitel vagina. Sel-sel PMN pada pemeriksaan histologi terlihat terkonsentrasi di bawah lamina propria tetapi tidak kemotaktik sign yang mendorong sel tersebut bermigrasi ke lapisan yang lebih superfisial atau dalam cairan vagina ( Suparyanto, 2013).

(8)

topical Candida albicans, baik dengan atau tanpa oklusif, sesuai dengan timbulnya respon lambat pada injeksi antigen candida 1 : 10.000 intradermal. Pada manusia, semua orang dewasa sehat yang menunjukkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap injeksi antigen candida albicans 1 : 10.000 interdermal juga menunjukkan patch test positif terhadap antigen candida albicans 1 : 100. Hal ini menunjukkan

hubungan bermakna antara besarnya respon dengan test tersebut. Sebaliknya, tidak positifnya reaksi patch test terhadap antigen candida 1 : 100 pada kulit neonatus menunjukkan kurangnya irritability dari agent test ini. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa pada manusia sensitivitas kontak terhadap antigen candida albicans adalah suatu organisme yang ada dimana-mana. Nilai praktis dari patch test

candida untuk evaluasi fungsi imun pasien telah ditetapkan melalui penelitian prospektif pada pasien-pasien dengan berbagai kelainan kulit. Hasil yang diperoleh menggambarkan beberapa nilai potensial dari test terhadap evaluasi fungsi imunitas seluler pasien terhadap antigen yang dapat berasal dari mana- mana.

2.2.2 Faktor Genus Candida (Ragi)

(9)

belum jelas diketahui seberapa besar hal tersebut dapat memengaruhi status klinis pejamu (Siregar R.S, 2005).

2.3 Gambaran Klinis Kandidiasis Vaginalis

(10)

2.4 Diagnosis Kandidiasis Vaginalis

Diagnosis kandidiasis vaginalis tidak hanya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter tetapi juga harus berdasarkan gambaran klinis yang didukung pemeriksaan laboratorium mikroskopis langsung atau kalau perlu dengan biakan.

Pada pemeriksaan mikroskopik langsung, cara yang paling sederhana adalah mengambil cairan vagina ialah dengan bantuan spekulum, cairan vagina diambil dari fornix vagina. Selain dari duh tubuh vagina, bahan pemeriksaan dapat pula diambil dari pseudomembran. Bahan pemeriksaan selanjutnya dibuat sediaan langsung dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan Gram. Pada pemeriksaan mikroskopis ini dapat dijumpai candida dalam bentuk sel ragi (yeast form) yang berbentuk oval, fase blastospora berupa sel-sel tunas yang berbentuk germ tubes atau budding dan pseudohypa sebagai sel-sel memanjang seperti sosis yang tersusun memanjang. Pada sediaan dengan pewarnaan Gram, bentuk ragi bersifat gram positif, berbentuk oval, kadang-kadang berbentuk germ tube atau Budding. Candida albican adalah satu-satunya ragi patogen penting yang secara invivo menunjukkan adanya pseudohypa yang banyak, yang mudah dideteksi dari duh tubuh vagina dengan pewarnaan Gram. Karena Toruplosis glabrata tidak membentuk pseudohypa, sedangkan spesies lain walaupun terdapat dalam vagina, tidak berkaitan dengan vaginitis, maka pemeriksaan mikroskopis ini dapat dipakai sebagai standar emas (gold standard). Sensitifitas

(11)

Bahan pemeriksaan dibiakkan pada media Sabouraud Dextrose Agar dapat dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Pembenihan ini disimpan pada suhu kamar atau suhu 37°C. Koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa “yeast like colony”, warna putih kekuning-kuningan, di tengah dan dasarnya warnanya lebih tua, permukaannya halus mengkilat dan sedikit menonjol. Untuk identifikasi spesies kandida dapat dilakukan cara-cara berikut :

1. Bahan dari koloni dibiakkan pada Corn meal agar dengan Tween 80 atau Nickerson polysaccharide trypan blue (Nickerson Mankowski agar pada suhu 25°C, digunakan untuk menumbuhkan klamidokonida, yang umumnya hanya ada pada candida albicans. Tumbuh dalam 3 hari.

2. Jamur tumbuh pada biakan diinokulasi ke dalam serum atau koloid (albumin telur) yang diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37°C. Dengan pemeriksaan mikroskop tampak : germ tube” yang khas pada candida albicans.

3. Test Fermentasi

Candida albicans dapat memfermentasikan glukosa, maltosa dan galaktosa tetapi

tidak terhadap sakarosa. 4. Test Asimilasi

Percobaan ini dapat dilakukan untuk membedakan masing-masing spesies. Candida parakrusei mengadakan asimilasi glukosa, galaktosa dan maltosa, sedangkan Candida krusei hanya mengasimilasikan glukosa.

(12)

Penyebab timbulnya keadaan ini adalah faktor pejamu dan faktor organisme penyebab infeksi. Pada keadaan timbulnya kandidiasis berulang yang disebabkan oleh infeksi relaps dapat disimpulkan bahwa terapi pertama telah gagal. Hal ini mungkin terjadi karena adanya organisme yang tersembunyi dalam lumen atau dalam jaringan pada mukosa vagina. Beberapa penelitian menunjukkan 25% dari penderita wanita yang telah berhasil diberikan terapi dalam waktu 30 hari kemudian kultur vagina menjadi positif kembali, strain fungi yang didapat sama dengan strain fungi terdahulu. Bila terapi awal kandidiasis vagina berhasil mengeradikasi organisme, maka infeksi berulang dapat menjelaskan timbulnya keadaan kandidiasis vaginalis kronik dan berulang (Hutapea,2011).

Beberapa faktor yang memegang peranan cukup penting untuk berhasilnya suatu pengobatan kandidiasis berulang adalah kebersihan pribadi penderita, mencari dan memberantas sumber infeksi penyebab terjadinya infeksi berulang dan infeksi baru kandidiasis vaginalis. Diduga yang menjadi sumber infeksi kandidiasis vaginalis adalah tinja yang mengandung candida, kulit lipat paha dan genitalia pasangan seksual yang mengandung candida, kuku dan kotoran di bawah kuku yang mengandung candida dan air yang terkontaminasi candida.

2.5 Penatalaksanaan Kandidiasis Vaginalis

(13)

penyakitnya, tidak hanya untuk sementara tetapi untuk seterusnya dengan mencegah infeksi berulang ( Darmani,2010).

Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis vaginalis meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi pil atau AKDR dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan higiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau di luarnya.

Selain usaha pencegahan, pengobatan kandidiasis vaginalis dapat dilakukan secara topikal maupun sistemik. Obat anti jamur tersedia dalam berbagai bentuk yaitu: gel, krim, losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral.

1. Derivat Rosanillin

Gentian violet 1-2 % dalam bentuk larutan atau gel, selama 10 hari. 2. Povidone – iodine

Merupakan bahan aktif yang bersifat antibakteri maupun anti jamur. 3. Derivat Polien

(14)

4. Drivat Imidazole a. Topical

1) Mikonazol 2% krim vaginal selama 7 hari, 100 mg tablet vaginal selama 7 hari 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 1200 mg tablet vaginal dosis tunggal

2) Ekonazol 150 mg tablet vaginal selama 3 hari

3) Fentikonazol 2% krim vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 600 mg tablet vaginal dosis tunggal

4) Tiokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari, 6,5% krim vaginal dosis tunggal

5) Klotrimazol 1% krim vaginal selama 7 – 14 hari, 10% krim vaginal sekali aplikasi, 100 mg tablet vaginal selama 7 hari, 500 mg tablet vaginal dosis tunggal

6) Butokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari 7) Terkonazol 2% krim vaginal selama 3 hari b. Sistemik

1) Ketokanazol 400 mg selama 5 hari

2) Itrakanazol 200 mg selama 3 hari atau 400 mg dosis tunggal 3) Flukonazol 150 mg dosis tunggal

(15)

c. Profilaksasi

1) Ketokanazol 50 mg/hari selama 6 bulan

2) Klotrimazol 200 mg tablet vaginal 2x/minggu, 500 mg tablet vaginal 1x/minggu, 500 mg tablet vaginal 1x/2 minggu, 500 mg tablet vaginal 1x/bulan

3) Terkonazol 0,8% krim vagina 5 gram 1x/minggu 4) Intrakonazol 200 mg 1x/bulan, 400 mg 1x/bulan 5) Flukonazol 150 mg 1x/bulan

6) Boric acid 600 mg vaginal suppositoria sekali sehari selama menstruasi.

2.6 Faktor yang Memengaruhi Kejadian Kandidiasis Vaginalis 2.6.1 Alat Kontrasepsi

(16)

albicansberkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisaasimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. Pada alat kontrasepsi dalam rahim.

Pada pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) selain keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi akibat pengaruh capek dan stres, penggunaan AKDR juga memicu rekurensi bakteri/jamur di vagina. Yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob/jamur menggantikan lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina (Indriatmi, 2011).

(17)

2.6.2 Antibiotika

Salah satu faktor predisposisi penyakit kandidiasis vaginalis adalah pemakaian obat-obatan, salah satunya antibiotik yang berlebihan, kortikosteroid, atau sitostatik. Penggunaan antibiotik berspektrum luas juga menyebabkan ketidakseimbangan flora normal dan predisposisi untuk kolonisasi di daerah usus dan vagina. Pada penggunaan antibiotik beberapa wanita hadir dengan debit berlebihan vagina berwarna putih, mikroskop akan menunjukkan aktif berkecambah sel ragi atau sel ragi membutuhkan beberapa kultur untuk diagnosis yang tepat dan tindakan kontrol yang efektif (Siregar, 2005).

Penggunaan antibiotika dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menyebabkan perubahan suasana vagina dan membunuh bakteri Doderlin yang hidup bersama-sama candida sebagai komersal di vagina. Berkurangnya bakteri di dalam vagina menyebabkan candida dapat tumbuh dengan subur karena tidak ada lagi persaingan dalam memperoleh makanan yang menunjang pertumbuhan jamur tersebut.

(18)

2.6.3 VaginalHygiene

Struktur kemaluan wanita bersifat khas. Saluran vagina senantiasa terbuka dengan dunia luar sehingga selalu memiliki risiko terkena infeksi dari luar. Akan tetapi suasana asam yang terbentuk di mulut saluran vagina dan posisi saluran vagina yang selalu dalam kondisi terkatup menyebabkan tidak seluruh bibit penyakit berhasil memasukinya. Suasana asam tersebut terbentuk dengan kehadiran kuman Doderlein yang hidup dalam harmoni dengan tubuh. Suasana asam ini tidak boleh dihilangkan, keasaman vagina akan dapat hilang dengan kebiasaan rajin menyabuni vagina secara berlebihan, memakai obat semprot pewangi vagina (douching), atau pemakaian bahan kimia lainnya. Selain itu, cara membilas vagina yang tidak benar, juga membiarkan kondisi vagina lembab setelah dibilas juga memicu terjadinya penyakit pada alat reproduksi wanita seperti kandidiasis vaginalis (Samini, 2010).

Selain itu, Faktor lainnya yang merupakan faktor risiko terjadinya kandidiasis vaginalis adalah selalu memakai pakaian yang ketat, penggunaan pakaian dalam nilon dan pakaian yang terlalu sesak juga merangsang terjadinya infeksi yeast (kandidiasis), ditambah lagi dengan mengganti celana dalam kurang dari 2x sehari, atau memakai handuk atau lap yang sama dengan yang dipakai penderita kandidiasis. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada lipatan-lipatan kulit seperti daerah kemaluan sehingga menyebabkan kulit maserasi dan ini mempermudah invasi candida (Siregar, 2005)

(19)

terkena kandidiasis dibandingkan perilaku higiene seksual yang baik(OR = 7,2; 95% CI = 1,2 – 42,5).

2.6.4 Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan sel menggunakan glukosa, akibat kurangnya produksi atau tidak adekuatnya insulin dari sel beta pankreas. Faktor herediter biasanya memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa diabetes akan berkembang dan pada siapa diabetes tidak akan berkembang. Gejala diabetes dapat dilihat dari keadaan mulutnya seperti rasa kering pada mulut, sering merasa haus atau polydipsia, selain itu polyuri atau sekresi urin yang berlebih, polyphagi, mata kabur, serta mudah merasa lelah (Hutapea, 2011).

(20)

predisposes untuk kolonisasi vagina; Wanita dengan tipe 2 diabetes lebih rentan untuk kolonisasi dengan infeksi candida. Kebersihan kelamin dan kontrol yang efektif diabetes meningkatkan pemulihan serta mengurangi konsumsi makanan olahan akan membantu dalam pengurangan infeksi Candida (Siregar, 2005).

Pada Diabetes Mellitus terjadi kenaikan kadar glukosa dalam darah dan urine. Gangguan metabolisme karbohidrat dan perubahan proses glycogenolysis yang menyebabkan kadar glikogen pada epitel vagina meninggi sehingga pertumbuhan candida juga akan meningkat. Selain itu, faktor obesitas atau kegemukan juga merupakan faktor yang menjadi resiko untuk timbulnya penyakit kandidiasis vaginalis, karena wanita yang mengalami obesitas (kegemukan) menghasilkan banyak keringat, mudah terjadi maserasi kulit, dan memudahkan infestasi candida dalam tubuh terutama pada vagina wanita. Meningkatnya mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak, sehingga menyebabkan metabolisme lemak yang abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya gejala aterosklerosis (Siregar, 2005).

(21)

2.6.5 Kehamilan

Menurut Indriatmi (1998), dalam penelitiannya melaporkan dari 300 wanita hamil yang diperiksa terdapat 28,4% menderita infeksi saluran reproduksi dengan jenis terbanyak adalah kandidiasis vaginalis (15%) dengan OR = 3,564 dan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian kandidiasis vaginalis pada wanita hamil adalah duh tubuh bergumpal atau melekat di dinding, hal ini dapat terjadi karena pada masa selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga, terjadi peningkatan kolonisasi jamur candida di vagina yang menimbulkan gejala simptomatik kandidiasis vaginalis. Peningkatan kadar hormon estrogen yang terjadi pada kehamilan menyebabkan kadar glikogen di vagina meningkat yang mana merupakan sumber karbon yang baik untuk pertumbuhan candida.

2.7 Landasan Teori

Kesehatan reproduksi di kalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius. Sistem Reproduksi wanita sebuah sistem tubuh yang memiliki bentuk dan fungsi yang unik yang berbeda dengan sitem tubuh lainnya. Beberapa penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah kandidiasis vaginalis. Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang terjadi di sekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imun tubuhnya lemah. Faktor predisposisi kandidiasis vaginalis yaitu faktor pejamu dan genus candida (ragi).

(22)

keseluruhannya siap bertindak dan menerang tubuh manusia dengan berbagai bibit penyakit. Sistem tubuh yang melemah akan membuat kurang reaktif atau malah terlalu reaktif sehingga salah satu gangguan kurangnya sistem imun adalah penyakit jamur.

Kandidiasis vaginalis tidak digolongkan dalam infeksi menular seksual karena jamur Candida merupakan organisme normal pada traktus genitalia dan intestinal wanita. Akan tetapi, kejadian kandidiasis vaginalis dapat dikaitkan dengan aktivitas seksual. Frekuensi kandidiasis vaginalis meningkat sejak wanita yang bersangkutan mulai melakukan aktivitas seksual.

Penyakit kandidiasis vaginalis ditandai dengan keluhan gatal-gatal, keluar duh tubuh dari vagina (fluor albus\), iritasi, rasa terbakar, dan dispareunia. Gambaran klinis penyakit kandidiasis vaginalis yaitu ekseamtoid dengan hiperemi ringan, ekskoriasi, ulserasi pada labia minora, itnroitus vagina, dan peseudomembran. Cara mendiagnossi penyakit kandidiasis vaginalis yaitu dengan anamnesis, pemeriksaan dokter, pemeriksaan laboratorium mikroskopis dan biakan.

(23)

Berdasarkan teori tersebut, maka landasan teori dapat digambarkan dalam gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Landasan Teori Kandidiasis 4. Diabetes Melitus 5. Kehamilan Jamur / Bakteri

Candida Albicans Imun lemah

Alat reproduksi (vagina)

Faktor Predisposisi - Pejamu

- Genus candida (ragi)

Keluhan: - Gatal

- Keluar duh tubuh vagina (fluor albus)

(24)

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Kejadian Kandidiasis

Vaginalis 1. Alat kontrasepsi

Gambar

Gambaran klinis:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian evaluasi RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dilakukan dengan melihat keadaan pada 2 (dua) tahun terakhir dan membandingkan data tingkat perkembangan RT

Berdasarkan Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah selaku Pejabat Pengelola

Menimbang : bahwa sehubungan dengan terbitnya beberapa peraturan perundang-undangan mengenai pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

Dalam proses komunikasi dan interaksi tim the spartan squad juga mempunyai penyebab tertentu, penyebab pertama adalah kerusakan hardware atau alat-alat yang digunakan seperti

Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2016 tentang SALINAN.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun

menjadikan Peranan Wanita Jepang Pada Zaman Meiji sebagai judul kertas

28 Tahun 1959 tentang penetapan “Undang -Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara. Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56)

Internalisasi merupakan proses penanaman norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah