• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Edisi 17 Desember 2017 Mongol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Edisi 17 Desember 2017 Mongol"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Invasi Mongol

dan Keruntuhan Baghdad (1258)

F. Irawan

Laporan

Edisi 17 / Desember 2017

ABOUT US

Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke:

lk.syamina@gmail.com

Seluruh laporan kami bisa didownload di website:

(3)

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI — 3

EXECUTIVE SUMMARY — 4

Latar Belakang: Kondisi Dunia Islam pada Abad Ke-7 — 8

Bagaimana Kondisi Khilafah Abbasiyah Sebelum Dihancurkan Mongol? — 10 Siapa Bangsa Mongol? — 12

a. Asal-usul dan karakteristik — 12

b. Latar Belakang Invasi: Faktor politik dan faktor ekonomi — 15

Bagaimana Bangsa Mongol Melakukan Invasi hingga Menghancurkan Baghdad? — 15 Detik-Detik Keruntuhan Baghdad — 15

Dampak Serangan Bangsa Mongol terhadap Dunia Islam — 26

Mengapa Banyak Bangsa Mongol yang Kemudian Memeluk Islam? — 28 Penutup — 29

(4)

4

D

inasti Abbasiyah adalah salah satu Dinasti Islam yang berdiri sejak tahun 750 M sampai dengan 1258 M. Pada masa kemundurannya, Khalifah Abbasiyah hanya berkuasa di Baghdad dan sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh berdirinya dinasti-dinasti kecil yang telah melepaskan diri dari kekuasaan atau kontrol langsung Khilafah Abbasiyah.

Menyempitnya wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah menandakan lemahnya sistem pemerintahan pusat dan politiknya. Dalam kondisi seperti ini, para khalifah mengalami kemerosotan moral, hidup bermewah-mewah dan berfoya-foya sehingga mereka tidak menyadari bahaya dari musuh luar,yakni serangan Bangsa Mongol.

Secara garis besar ada empat faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah, yaitu:

1. Lemahnya khalifah

Setelah kekuasaan Bani Saljuk berakhir, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu. Para khalifah yang sudah merdeka dan berkuasa kembali wilayah kekuasaan mereka sangat sempit dan terbatas, yaitu hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit menunjukkan kelemahan politiknya.

(5)

5

2. Persaingan antarbangsa

Khilafah Bani Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Setelah berkuasa, persekutuan itu tetap dipertahankan. Orang-orang Persia masih belum puas dan mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula.

Selain fanatisme karaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu’ubiyyah. Sementara itu, khalifah mengangkat budak-budak dari Persia dan Turki untuk menjadi tentara atau pegawai. Hal ini mempertinggi pengaruh mereka terhadap kekhalifahan. Ketika pada masa Al-Mutawakkil, seorang khalifah yang dianggap lemah, kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang Turki dan khalifah hanya dijadikan sebagai boneka. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, selanjutnya beralih ke tangan Dinasti Turki Saljuk.

3. Kemerosotan ekonomi

Bersamaan dengan kemunduran di bidang politik, Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi. Penerimaan negara menurun disebabkan makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak kerusuhan yang mengganggu perekonomian, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri. Sementara pengeluaran membengkak dikarenakan kehidupan para khalifah dan pejabat yang bermewah-mewahan. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian khilafah morat-marit.

4. Konflik sektarian

Munculnya gerakan Zindiq, yang dilatar belakangi kekecewaan orang-orang Persia, membuat khalifah merasa perlu mendirikan jawatan untuk mengawasi kegiatan orang-orang tersebut dan memberantasnya. Gerakan ini mempropagandakan ajaran Maniisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Ketika mulai terpojok, mereka berlindung di balik ajaran Syiah sehingga banyak aliran Syiah yang dianggap ekstrem dan menyimpang. Syiah merupakan aliran teologis yang juga dikenal sebagai aliran politik yang berseberangan dengan Ahlussunnah. Keduanya, sering terjadi konflik yang kadang melibatkan penguasa. Selain itu juga terjadi konflik antaraliran dalam Islam, seperti konflik antara Mu’tazilah dengan gologan Salafi.

Dalam situasi seperti inilah Bangsa Mongol memanfaatkan momentum untuk melakukan serangan. Mereka melakukan persiapan yang matang; bukan hanya secara militer, tetapi juga melalui jalur diplomasi sehingga berhasil menanam kolaborator dari kalangan elite pejabat Khilafah Abbasiyah.

Pada akhirnya Bangsa Mongol berhasil menghancurkan Baghdad yang merupakan pusat peradaban Islam pada waktu itu dan melakukan pembantaian terhadap penduduknya. Akibat dari penghancuran ini, kota Baghdad menjadi reruntuhan dan penduduknya menjadi tersisa sedikit selama beberapa abad, dan peristiwa ini disebut-sebut sebagai akhir Zaman Kejayaan Islam.

(6)

6

mana di kemudian hari mereka justru memeluk Islam dan membangun kembali peradaban Islam yang pernah mereka hancurkan. Kajian ini menggunakan metode pendekatan sejarah yang sumbernya diambil dari literatur atau pustaka (library research) dengan menggunakan pendekatan politik untuk mengetahui kondisi Dinasti Abbasiyah masa akhir, latar belakang invasi-invasi yang dilakukan oleh Bangsa Mongol dan dampak dari pengaruh yang ditimbulkan dari serangan Mongol ke Baghdad bagi Dunia Islam selanjutnya.

(7)

7

Latar Belakang: Kondisi Dunia Islam pada Abad Ke-7 H

Menengok realitas sejarah pada waktu itu, akan terlihat negara-negara yang ada berada pada dua kelompok utama: Umat Islam dan Bangsa Kristen.

Kelompok Pertama: Umat Islam

Luas negara Islam pada masa ini mencapai hampir separuh luas dunia. Batas negara Islam di mulai dari China Barat, melalui Asia, Afrika sampai ke Eropa Barat, di mana ada negeri Andalusia.

Wilayah yang sangat luas. Namun kondisi dunia Islam—sayangnya—sangat menyedihkan. Meski luas wilayah umat Islam, jumlah penduduk yang dahsyat, potensi finansial, kekayaan alam, persenjataan, dan keilmuan, meski semua yang dimiliknya ini, namun di tubuh dunia Islam terjadi perpecahan hebat. Kondisi politik mayoritas negeri Islam menurun drastis. Anehnya, kondisi menyedihkan ini terjadi hanya beberapa tahun dari akhir abad ke-6 H, di mana umat Islam dalam kondisi kuat, menang, bersatu dan berada di depan.

1- Khilafah Abbasiyah. Negara ini berusia sangat lama; ia berdiri pasca runtuhnya negara besar Umawiyah tahun 132 H. Negara ini –pada awal abad ke-7 H- sangat lemah. Di lapangan, ia hanya menguasai Iraq saja. Ibukotanya adalah Baghdad sejak tahun 132 H. Di sekitar Iraq ada puluhan emirat (kerajaan kecil) yang independen lepas dari khilafah, meski tidak mendeklarasikan diri sebagai khilafah tandingan bagi Abbasiyah. Boleh dikata, Khilafah Abbasiyah hanya sekedar “potret khilafah”, dan bukan khilafah real. Ia hanyalah simbol di mana muslimin ingin berteduh di bawahnya meski tidak punya peran berarti. Persis seperti Inggris sekarang yang masih mempertahankan ratu sebagai simbol sejarah saja, tanpa punya peran berarti dalam kekuasaan. Bedanya, Khilafah Abbasiyah masih mempunyai kekuasaan real di daerah Iraq, minus beberapa daerah di utara.

Invasi Mongol

(8)

8

Pemerintahan muslimin di Iraq silih berganti dipegang oleh para khalifah dari Bani Abbasiyah. Mereka bergelar dengan julukan agung “khalifah”. Namun mereka (pada masa abad ke-7 H ini) sama sekali tidak layak menyandang gelar ini. Mereka sebenarnya tidak ingin bergelar dengannya. Obsesi mereka hanya mengumpulkan harta, memperkuat kuku-kuku kekuasaan di bagian wilayah yang sempit itu.

Mereka tidak melihat fungsi mereka sebagai penguasa dengan benar. Tidak mengerti bahwa tanggung jawab seorang penguasa adalah mewujudkan keamanan bagi negara, memperkuat tentara, meningkatkan tingkat kehidupan rakyat, menghukumi kezaliman, mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya, menolong orang-orang yang tertindas, menjatuhi hukuman terhadap para penindas, mendirikan kewajiban Allah atas hamba-Nya, amar makruf nahi mungkar, membela segala hal yang terkait dengan Islam, mempersatukan barisan dan hati dan seterusnya.

Mereka tidak mengerti tugas-tugas mulia sebagai penguasa muslim. Apa yang diinginkan mereka hanya ingin tetap bertengger di kursi kekuasaan sepanjang waktu yang dimungkinkan, mewariskan kekuasaan kepada keturunan mereka, memberi jalan bagi anggota keluarganya untuk menindas rakyat. Demikian juga, mereka sangat rakus untuk mengumpulkan harta, koleksi barang langka, menggelar pesta-pesta malam, mendengar pertunjukan lagu dan musik, dan berlebih-lebihan dalam foya-foya dan senang-senang.

Kehidupan yang demikian tidaklah pantas dilakukan oleh seorang rakyat biasa dari umat Islam, apalagi dilakukan oleh penguasa umat Islam. Wibawa khilafah sirna, ambisi Khalifah pun mengempis. Inilah “khilafah” Abbasiyah pada awal abad ke-7 H.

2- Mesir, Syam, Hijaz dan Yaman. Daerah-daerah ini pada awal abad ke-7 H berada di tangan bani Ayyub anak cucu dari Shalahuddin Al-Ayyubi. Namun –sayang- mereka tidaklah seperti sang kakek yang agung itu. Mereka saling berebut kekuasaan. Mereka bagi negara kesatuan bani Ayyub (yang mengalahkan tentara Salib dalam pertempuran Hittin) ke dalam kerajaan-kerajaan kecil yang saling bertikai! Syam memisahkan diri dari Mesir.

Hijaz dan Yaman juga pisah dari Syam dan Mesir. Bahkan Syam sendiri terbagi ke dalam emirat-emirat yang saling berperang! Emirat Homs (Emesa), Aleppo, Damaskus terpisah-pisah, juga Palestina dan Yordania. Setelah perseteruan ini, tanah-tanah yang dulu dibebaskan Shalahuddin Al-Ayyubi dari tangan kaum Salib, kini jatuh kembali ke cengkeraman mereka.

3- Negeri Maghrib dan Andalusia. Keduanya ada dalam kekuasaan Daulah Muwahhidin. Negeri ini dulunya kuat dan luas, membentang dari Libia di sebelah timur sampai ke Maroko di sebelah Barat. Dari Andalusia di sebelah utara sampai ke Afrika Tengah di sebelah selatan. Meski begitu, pada awal abad ke-7 H negara ini mulai sekarat. Lebih-lebih setelah pertempuran bersejarah “Al-‘Iqab” tahun 609 H. Perang ini boleh dikatakan sebagai pukulan telak terhadap Daulah Muwahhidin.

(9)

9

membentang dari China Barat di sebelah timur menuju berbagai daerah di Iran sebelah barat. Negara ini mempunyai perseteruan besar dengan khilafah Abbasiyah. Kedua belah pihak saling membuat tipu daya dan konspirasi. Dalam beberapa fasenya negara Khawarizmi ini cenderung untuk bermazhab Syi’ah. Sering terjadi fitnah dan kudeta. Banyak terjadi perang dengan suku Saljuk, Ghuri, Abbasiyah, dan kelompok muslimin lainnya.

5- India. Pada waktu itu negara ini di bawah kekuasaan Sultan Bani Ghuri. Perang berulang kali terjadi antara negara ini dengan negara Khawarizmi.

6- Persia atau Iran sekarang. Beberapa daerahnya ada di bawah kekuasaan sultan negara Khawarizmi. Bagian barat –yang berdampingan dengan Khilafah Abbasiyah– berada di bawah kekuasaan kelompok Ismailiah, sebuah kelompok Syiah yang sesat. Akidahnya banyak menyimpang sehingga banyak ulama yang memurtadkannya dari Islam yang benar. Kelompok Ismailiah banyak mencampur adukkan agama dengan filsafat. Mereka dulunya adalah pengikut agama Majusi.

Secara lahir mereka Islam, namun ayat-ayat Al-Qur’an mereka takwil seenak hawa nafsunya. Mereka termasuk salah satu kelompok Bathiniah yang mempercayai bahwa setiap hal yang nampak dalam agama juga mempunyai sisi kebatinan yang tidak diketahui kecuali oleh beberapa orang (mereka termasuk di antaranya). Seorang pun tidak bisa menakwil sisi kebatinan ini kecuali yang ikut agama mereka. Mereka mengingkari para Rasul dan syariat. Salah satu tuntutan terpenting mereka adalah “kerajaan dan kekuasaan”. Karenanya, mereka sangat peduli dengan masalah persenjataan dan perang.

Boleh dibilang, Ismailiah adalah kelompok kebatinan paling berbahaya. Ia selalu berada di balik penyimpangan akidah dan agama, kudeta rezim penguasa Islam dan pembunuhan tokoh-tokoh terkemuka Islam, baik khalifah, emir, ulama atau panglima.

7- Anatolia (Turki). Daerah ini dikuasai oleh suku Saljuk Rum. Asal-usul suku Saljuk adalah dari Turki. Dulu mereka punya sejarah dan jihad yang besar, yaitu pada zaman pemimpin muslim Saljuk terkenal bernama Alp Arslan. Sayangnya, anak-cucunya yang menguasai daerah penting yang berdampingan dengan Imperium Bizantium begitu lemah sehingga sikap mereka begitu rendah dan lemah.

Kelompok Kedua: Bangsa Kristen

Pusat utama mereka adalah di Eropa Barat. Di sini mereka punya banyak basis. Mereka sibuk dengan perang berkepanjangan dengan muslimin. Negara-negara Kristen Inggris, Perancis, Jerman dan Italia bertubi-tubi melakukan invasi militer terhadap negeri Syam dan Mesir. Kristen Spanyol, Portugal –dan juga Perancis- selalu berperang dengan muslimin di Andalusia.

(10)

10

1- Imperium Bizantium: Peperangan mereka dengan umat Islam terjadi hebat dan bersejarah. Namun, mereka pada waktu itu relatif lemah, kekuatan dan kebesaran mereka menurun. Tidak ada ancaman berarti dari mereka, meski semua pihak tahu bobot Imperium Bizantium.

2- Kerajaan Armenia: Terletak di utara Persia dan barat Antalia. Mereka juga seringkali berperang melawan muslimin, khususnya suku Saljuk.

3- Kerajaan Kurj, negara Georgia sekarang. Peperangan tidak pernah redam antara negara ini dengan ummat Islam, khususnya dengan negara Khawarizmi.

4- Kerajaan-kerajaan kecil Salib di Syam, Palestina dan Turki: kerajaan-kerajaan ini menduduki daerah-daerah Islam sejak akhir abad ke-5 H (mulai tahun 491 H). Meski kemenangan Shalahuddin Al Ayyubi atas tentara Salib dalam Perang Hittin, Baitul Maqdis dan lain sebagainya, tetapi kerajaan-kerajaan ini masih tetap eksis. Bahkan, dari waktu ke waktu masih menyerang wilayah-wilayah Islam sekitar yang belum diduduki. Wilayah-wilayah itu yang terkenal adalah: Antakia, Akka, Tripoli, Sidon, dan Beirut.

Demikianlah, perang di hampir seluruh penjuru Dunia Islam berlangsung. Perang-perang itu menambah kebencian kaum Salib terhadap ummat Islam. Akhir abad ke-6 H menjadi happy ending bagi muslimin, kesedihan bagi kaum Salib. Pada akhir abad ke-6 H memberikan dua kemenangan agung bagi ummat Islam atas tentara Salib. Shalahuddin Al-Ayyubi menang atas kaum Salib dalam Perang Hittin di Syam pada tahun 583 H. Delapan tahun kemudian pahlawan agung Islam Manshur Al-Muwahhidi dari Daulah Al-Muwahhidin menang atas kaum Nasrani di Andalusia dalam Perang Arak pada tahun 591 H.

Meski dua kemenangan agung ini namun muslimin pada awal abad ke-7 H keadaannya sangat lemah, yaitu setelah keluarga Ayyubiyah pecah menyusul meninggalnya Shalahuddin Al-Ayyubi. Demikian pula halnya, benang penali keluarga Muwahhidin lepas dengan meninggalnya Al-Manshur Al-Muwahhidi. Sama halnya kaum Salib juga sangat lemah, mereka tidak mampu menguasai negeri-negeri muslimin, meski nafsu mereka meningkat.

Inilah kondisi dunia pada awal abad ke-7 H. Sementara keadaan dunia demikian adanya, muncul kekuatan baru yang mengguncang keseimbangan kekuatan dan mengubah peta dunia. Kekuatan itu menempatkan dirinya sebagai kekuatan ketiga

dunia, atau bisa dikatakan kekuatan dominan pertama dunia pada setengah abad pertama dari abad ke-7 H. Kekuatan ini adalah Tartar atau Mongol!

Bagaimana Kondisi Khilafah Abbasiyah Sebelum Dihancurkan Mongol?

Pusat Dunia Islam

(11)

11

pada masa khalifah ketiga, al-Mahdi, hingga khalifah kesembilan, al-Watsiq. Namun lebih khusus lagi pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun anaknya.1

Khalifah al-Ma’mun membangun perpustakaan yang dipenuhi dengan ribuan buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan tersebut dinamakan dengan Baitul Hikmah. Selain itu, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi, dan sekolah biasa. Dua di antaranya yang paling penting adalah perguruan Nizhamiyah dan Muntashiriyah.2

Mengutip dari Ahmad Syalabi, secara umum membagi perkembangan Bani Abbasiyah dalam tiga periode. Periode pertama dari Abul Abbas sampai Al-Watsiq, yaitu periode di mana kekuasaan berada di tangan khalifah. Para khalifah pada periode ini adalah ulama yang berijtihad dan mengeluarkan fatwa, pahlawan dan pemimpin militer yang perkasa serta memiliki kecintaan terhadap intelektual.3

Periode kedua dimulai masa pemerintahan Abu Fadhl Al-Mutawakkil sampai pertengahan Khalifah An-Nashir. Pada masa ini khalifah hanya sebagai simbol, kekuasaan politik mlai berpindah dari khalifah ke tangan orang-orang Turki, kemudian beralih ke tangan golongan Buwaihi, dan kemudian berpindah ke tangan Bani Saljuk. Sultan–sultan kecil sudah memiliki kedaulatan sosial-politik, sedangkan khalifah hanya sebagai jabatan keagamaan yang sakral.

Periode ketiga dimulai sejak pertengahan An-Nashir hingga akhir Bani Abbasiyah. Periode ini merupakan masa runtuhnya sultan-sultan kecil dan khalifah sudah memiliki kekuatan kembali hingga akhirnya diserang pasukan Hulagu Khan dari Mongol di era Khalifah Abu Ahmad Abdullah Al-Musta’shim.

Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran ketika pada masa periode kedua, yaitu dimulai ketika masa Khalifah Al-Mutawakkil. Ada banyak hal yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah, di antaranya adalah:

1. Lemahnya khalifah

Setelah kekuasaan Bani Saljuk berakhir, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu. Para khalifah yang sudah merdeka dan berkuasa kembali wilayah kekuasaan mereka sangat sempit dan terbatas, yaitu hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit menunjukkan kelemahan politiknya.

2. Persaingan antarbangsa

Khilafah Bani Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Setelah berkuasa, persekutuan itu tetap dipertahankan. Orang-orang Persia masih belum puas dan mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula.

Selain fanatisme karaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu’ubiyah. Sementara itu, khalifah mengangkat budak-budak dari Persia dan Turki untuk menjadi tentara atau pegawai. Hal ini mempertinggi pengaruh mereka terhadap kekhalifahan. Ketika pada masa Al-Mutawakkil, seorang

1 Badri Yaim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 281.

2 Philip. K. Hii, History of the Arabs, hlm. 369.

(12)

12

khalifah yang dianggap lemah, kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang Turki dan khalifah hanya dijadikan sebagai boneka. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia , selanjutnya beralih ke tangan dinasti Saljuk.

3. Kemerosotan ekonomi

Bersamaan dengan kemunduran dibidang politik, dinasti Bani Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi. Penerimaan negara menurun disebabkan makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak kerusuhan yang mengganggu perekonomian, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri. Sementara pengeluaran membengkak dikarenakan kehidupan para khalifah dan pejabat yang bermewah-mewahan. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian khilafah morat-marit.

4. Konflik sektarian

Munculnya gerakan Zindiq, yang dilatar belakangi kekecewaan orang-orang Persia, membuat khalifah merasa perlu mendirikan jawatan untuk mengawasi kegiatan orang-orang tersebut dan memberantasnya. Gerakan ini mempropagandakan ajaran Maniisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Ketika mulai terpojok, mereka berlindung di balik ajaran Syi’ah. Sehingga banyak aliran Syi’ah yang dianggap ekstrem dan menyimpang.

Syi’ah adalah aliran yang dikenal sebagai aliran politik yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Keduanya, sering terjadi konflik yang kadang melibatkan penguasa. Selain itu juga terjadi konflik antar aliran dalam Islam. Seperti konflik antara Mu’tazilah dengan gologan Salafiyah.

Akibat dari kemunduran dinasti Bani Abbasiyah ini, membuat mereka sangat rentan terhadap serangan dari luar. Lemahnya para khalifah dan tidak adanya persatuan di antara umat, mengakibatkan pertahanan negara mudah ditembus. Sehingga ketika Mongol menyerang Baghdad, mereka dapat dengan mudah menguasainya tanpa perlawanan yang berarti.

Siapa Bangsa Mongol?

A. Asal-usul dan Karakteristik Bangsa Mongol

Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan (Mongolia) yang membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Mancuria Barat serta Turkistan Timur, bukannya bangsa nomad stepa. Mereka merupakan salah satu anak rumpun dari bangsa Tartar.

Nama Mongol diambil dari nama tempat asal mereka di Mongolia di mana mula-mula mereka tinggal. Sejarawan Cina beranggapan bahwa nama Mongol berasal dari bahasa Cina “Mong” (pemberani).4 Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa nenek

moyang bangsa Mongol bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putra kembar,

(13)

13

Tartar dan Mongol. Mongol mempunyai anak bernama Il-khan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol pada kemudian hari.5

Orang Mongol, sebagaimana bangsa nomad lain, hidup mengembara berpindah-pindah tempat dan tinggal di tenda-tenda. Kehidupan mereka sangat sederhana, mereka hidup dengan berburu, menggembala domba, dan budaya perampokan sudah umum dikalangan mereka.

Mereka menyembah matahari dan bintang-bintang, sebagian ada yang menganut agama Shamanisme dan Nestoria. Orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut untuk mencapai keinginannya. Mereka tidak beradab, pejuang, sabar, ahli perang, tahan sakit dari tekanan musuh yang sangat kuat. Akan tetapi, mereka sangat patuh dengan pemimpin atau kepala suku mereka.

Pemimpin Mongol yang paling terkenal adalah Chengis Khan. Ia lahir pada tahun 1162 M di Daeyliun Buldagha, yang terletak di tepi sungai Onon (Unan), Mongolia. Ayahnya bernama Ishujayi dan ibunya bernama Helena Khatun. Ishujayi berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada pada saat itu. Nama asli dari Jenghis adalah Temujin. Pada usia yang masih dini ia telah dinikahkan oleh ayahnya dengan gadis dari Deshai Chan, dari suku Unghir. Ayah Temujin meninggal karena diracun oleh musuhnya dari suku Tartar yang pernah ia bantai dalam perang.

Temujin yang saat itu berusia 13 tahun menggantikan ayahnya sebagai pemimpin suku. Temujin melatih pasukannya dengan pelatihan yang keras, disiplin ketat, dan penuh semangat. Ia dibantu oleh temannya yang bernama Tugril, yang seterusnya bekerja sama dengan baik untuk menumpas musuh-musuh yang kuat. Dengan bantuan Tugril, Temujin berhasil mengalahkan bangsa Tartar. Kemudian ia dapat mengalahkan suku-suku lainnya. Dengan kemenangan yang bertubi-tubi, akhirnya tidak ada suku-suku Mongol lain yang berani menentang.

Pada tahun 1206 M, ia mendapatkan gelar Jenghis Khan, Raja Yang Perkasa, sebagai pemimpin tertinggi bangsa Mongol. Ia menetapkan undang-undang yang dinamakan Ilyasiq untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Dalam bidang militer ia mulai menata pasukannya dengan baik. Ia membagi pasukannya dalam beberapa kelompok besar-kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan.

Setelah pasukannya teroganisir dengan baik, Jenghis Khan mulai memperluah daerah kekuasaanya dengan menakhlukkan daerah-daerah lain. Peking dapat ia kuasai pada tahun 1215 M. Kemudian ia mengincar negeri-negei Islam. Pada tahun 1209 M ia membawa pasukannya dengan tujuan Turki, Farghana, dan kemudian Samarkand. Mereka mendapat perlawanan yang keras dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala’uddin. Karena seimbang, akhirnya masing-masing kembali ke Negerinya.

Sepuluh tahun kemudian mereka masuk Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamadan, sampai ke perbatasaan Irak. Di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapatkan perlawanan dari Sultan Ala’uddin, namun mereka berhasil

(14)

14

mengalahkannya. Di setiap daerah yang mereka lewati, terjadi pembunuhan besar-besaran. Bangunan-bangunan mereka hancurkan dan sekolah-sekolah dibakar.

Jenghis Khan menginvasi banyak wilayah hingga kerajaannya memiliki wilayah yang sangat luas. Setelah meninggal ia membagi-bagi wilayah kekuasaannya kepada anak-anaknya dari istri pertama. yaitu Jochi, Chaghtai, Oghtai, dan Touly. Rinciannya sebagai berikut:

Putra tertua, Jochi, menguasai wilayah Rusia, Khawarizm, Kaukasus, dan Bulgaria.

Chagatai menguasai wilayah-wilayah Uygur, Turkmenistan barat, dan negeri-negeri seberang sungai.

Tolui menguasai wilayah Khurasan, Persia, wilayah-wlayah Asia Kecil, dan sebagian wilayah Arab.

Ogedei menguasai wilayah Mongol, Tiongkok, Turkmenistan timur, dan wilayah-wilayah kekuasaan Jenghis Khan di sebelah timur.

Pembagian Wilayah Kekuasaan Mongol

(15)

15

B. Latar belakang invasi Mongol

Latar belakang invasi Mongol secara garis besar didorong oleh dua faktor: politik dan ekonomi.

1. Faktor Politik

Pada tahun 615 H, sekitar 400 orang pedagang bangsa Tartar dibunuh atas persetujuan wali (gubernur) Utrar. Barang dagangan mereka dirampas dan dijual kepada saudagar Bukhara dan Samarkand dengan tuduhan mata-mata Mongol. Tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan Jenghis Khan. Jenghis Khan mengirimkan pasukan kepada Sultan Khawarizmi untuk meminta agar wali Utrar diserahkan sebagai ganti rugi kepadanya. Utusan ini juga dibunuh oleh Khawarizmi Syah sehingga Jenghis Khan dengan pasukannya melakukan penyerangan terhadap wilayah Khawarizmi.6

2. Motif Ekonomi

Motif ini diperkuat oleh ucapan Jenghis Khan sendiri, bahwa penaklukan-penaklukan dilakukannya adalah semata-mata untuk memperbaiki nasib bangsanya, menambah penduduk yang masih sedikit, membantu orang-orang miskin dan yang belum berpakaian. Sementara di wilayah Islam rakyatnya makmur, sudah berperadaban maju, tetapi kekuatan militernya sudah rapuh.7

Bagaimana Bangsa Mongol Melakukan Invasi hingga Menghancurkan Baghdad?

A. Detik-detik keruntuhan Baghdad

Pada peristiwa penyerbuan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu, cucu Jenghis Khan di Baghdad, selain motivasi invasi dan penaklukan wilayah, penyerbuan ini adalah puncak dari sengketa yang telah dimulai sejak tahun 1212 M. Pada bulan Shafar 656 H/1253 M, Hulagu bersama ribuan tentaranya membasmi kelompok pembunuh Hasyasyin dan menyerang Khilafah Abbasiyah. Hulagu mengundang Khalifah Al-Musta’shim (1242-1258) untuk bekerja sama menghancurkan kelompok Hasyasyin Ismailiyah. Tetapi, undangan itu tidak mendapat jawaban. Pada tahun 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “kastil induk” di Alamut, telah direbut.

Dr. Raghib As-Sirjani, di dalam bukunya Qishshah At-Tatar min Al-Bidayah ila ‘Ain Jalut. (Kairo: Mu’assasah Iqra’, 2006) mendetilkan berbagai persiapan, usaha, dan operasi yang dilakukan oleh Hulagu pada sebelum hingga penyerangan Baghdad.

Upaya politis dan diplomatis Hulagu juga merambah ke ranah tokoh-tokoh penting di istana Abbasiyah. Ia bisa menggandeng Perdana Menteri Khilafah Abbasiyah. Ia adalah orang kedua setelah khalifah di tubuh pemerintahan. Dialah Menteri Muayyiduddin Ibnu Al-‘Alqami. Muayyiduddin adalah orang yang rusak, keji dan pengikut Syiah Rafidhah (sekte syiah yang menolak khilafah Abu Bakar

Ash-6 Lihat: Ensiklopedi Islam, 2005, Ichiar Baru van Hoeve, hlm. 242.

(16)

16

Shiddiq dan Umar bin Al-Khatthab). Ia sangat fanatik dengan syiahnya, sangat benci dengan Sunnah dan Ahlussunnah. Sungguh aneh, ia bisa memperoleh pangkat tinggi ini dengan karakternya seperti itu, di sebuah negara Sunni dengan nama khilafah. Tentu saja penyebabnya karena kebodohan, ketiadaan visi dan perencanaan dari Khalifah Al-Mus’tashim Billah yang menyerahkan posisi yang begitu penting kepada menteri yang busuk.

Menteri seperti itulah yang disebut dengan bithanah su’ (pembisik, kabinet yang busuk). Dan semua orang berakal tahu bagaimana bithana su’ itu berperan dalam merusak negara dan menghancurkan rakyat. Lebih parahnya lagi, menteri itu berada di posisinya tidak cuma sebulan, dua bulan, atau setahun dua tahun, tetapi ia berada dalam jabatannya selama 14 tahun penuh, dari tahun 642 H –tahun 656 H, yaitu ketika Baghdad jatuh. Jika selama masa itu khalifah tidak mengetahui kebusukannya, maka jelas ini bukti kebodohan khalifah.

Hulagu menghubungi Muayyidduddin Al-‘Alqami, dengan memanfaatkan kebusukan, fanatik syiah, dan kebenciannya terhadap sunni. Ia bersepakat dengannya untuk mempermudah masuknya tentara Tartar ke Baghdad dan membantu Tartar dengan memberi pendapat-pendapat dan usulan-usulan menyesatkan kepada Khalifah Abbasiyah Al-Musta'shim Billah. Sebagai imbalannya, ia akan memperoleh posisi strategis dalam “dewan penguasa” yang akan menyetir urusan Baghdad setelah runtuhnya khilafah dan dihabisinya khalifah. Menteri busuk itu melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Kesimpulan dari upaya-upaya diplomatik Tartar adalah mereka melakukan kerjasama yang erat dan penting dengan para raja Nasrani dari Armenia, Kurj dan Anthiokia. Membuat para emir Nasrani di Syam sedikit banyak berbuat netral. Membangun koalisi rahasia dengan kaum Nasrani di Syam dan Iraq. Juga membuat koalisi dengan emir-emir muslimin dan Perdana Menteri Muayyidduddin Al-‘Alqami.

Ia mempunyai pengaruh yang kentara dalam keputusan-keputusan khalifah, juga berada di balik peristiwa-peristiwa yang terjadi di kawasan pada masa-masa itu. Melihat upaya-upaya diplomatik yang dilakukan Minko Khan dan Hulagu, nampak keduanya telah melakukan upaya besar bagi mempersiapkan serangan hebat, yang tujuannya untuk mewujudkan hal yang sangat penting dan belum pernah terjadi di dunia, walau sekalipun, yaitu menumbangkan ibukota khilafah Islam.

Tentu, semua upaya-upaya diplomatik ini mempunyai peran yang besar dalam mensukseskan rencana Tartar untuk menjatuhkan khilafah Islam.Patut disebutkan di sini, muslimin secara umum –kecuali sedikit- mengawasi situasi ini dari jauh, seolah-olah hal itu bukan urusannya. Atau mereka merasa sangat terpukul sehingga membuat seorang yang punya semangat bergerak menjadi mandek.

B. Perang urat saraf terhadap muslimin

(17)

17

khilafah Islam, Hulagu juga menggunakan senjata yang hebat yaitu perang urat saraf terhadap muslimin.

Hulagu memiliki banyak cara untuk melancarkan perang yang menakutkan muslimin.

Di antara cara-cara itu adalah:

1. Melakukan berbagai kampanye teror di kawasan-kawasan sekitar Iraq. Tujuan aksi itu untuk menebar ketakutan dan menghidupkan ingatan serangan Tartar menakutkan yang dulu dilakukan pada masa Jenghis Khan dan Ogedei.

Serangan Tartar pertama yang dilakukan pada zaman Jenghis Khan sudah berlalu 30 tahun yang silam, ada generasi muslim yang tidak melihat kejadian ini, mereka hanya mendengar saja dari bapak dan kakek mereka. Mendengar tentu tidak seperti menyaksikan. Serangan Tartar kedua pada zaman Ogedei dilakukan bukan untuk menghancurkan dan membantai negeri-negeri muslimin, namun serangan itu ditujukan untuk menggebuk Rusia dan Eropa Timur. Karenanya muslimin tidak merasakan dampak yang begitu besar.

Karenanya, Hulagu ingin melakukan berbagai aksi meliter teror dan menghancurkan, dengan tujuan untuk mengkabarkan kepada muslimin bahwa perang Tartar masih belum dapat ditandingi. Tentara Tartar masih kuat dan menyebar.Di antara aksi itu adalah yang terjadi tahun 650 H ketika sekelompok pasukan Tartar menyerang daerah Al-Jazirah, Suruj, dan Sinjar, daerah-daerah di Iraq utara. Mereka membunuh, menjarah, dan memperbudak. Di antara yang mereka lakukan dalam aksi tersebut adalah menjarah barang niaga yang banyak dalam kafilah dagang. Barang niaga itu jumlahnya mencapai lebih dari 600 ribu dinar (hal ini mirip yang terjadi saat ini dengan istilah seperti: pembekuan dana).

Penjarahan ini tentu adalah kerugian besar bagi Khilafah Abbasiyah. Dalam waktu yang sama hal itu adalah bagian dari persiapan tentara Tartar baik dengan harta maupun persenjataan. Di samping itu, serangan ini juga berfungsi sebagai aksi mata-mata, pengawasan, dan studi terhadap jalan-jalan di Iraq dan kondisi geografisnya. Selain semua ini, juga berfungsi menebar rasa takut di hati muslimin. Bisa dibilang perang ini adalah perang kuras tenaga.

Ia banyak melemahkan kekuatan khilafah dan muslimin. Dan juga berfungsi mengkondisikan situasi bagi perang besar yang akan tiba. Perang seperti ini seringkali terulang dalam sejarah. Pembantaian Deir Al-Yasin –dan dampak-dampak yang ditimbulkannya- tidaklah jauh dari ingatan kita.

2. Di antara cara-cara perang urat syaraf Tartar terhadap muslimin adalah perang media yang kotor.

(18)

18

penyair, sastrawan, juru kisah, dan sejarawan. Muslimin (yang membaca) tulisan-tulisan mereka bisa merasa down untuk mampu menghadapi Tartar.

Di antara berita-berita yang termuat di media massa waktu itu adalah seperti:

• Info-info dari berbagai bangsa bisa diakses dengan mudah oleh Tartar, sedang info tentang mereka tidak bisa diakses oleh bangsa lain..(sebuah kiasan akan kekuatan dan kehebatan intelijen Tartar, dan tingkat kamuflase dan bersembunyi Tartar, selain menunjukkan kelemahan intelijen Islam).

• Jika Tartar ingin menuju suatu daerah mereka simpan berita itu, dan dengan sekaligus mereka bergerak, sehingga penduduk daerah itu tiada yang tahu, sampai mereka masuk.

• Perempuan Tartar bertempur sama kuatnya dengan kaum lelakinya (sehingga kaum lelaki muslimin merasa takut dengan wanita Tartar!)

• Kuda-kuda milik Tartar bisa menggali tanah dengan tapal-tapalnya, mereka makan embun pepohonan dan tidak perlu gandum.

• Tartar tidak perlu pasokan pangan dan logistik; karena mereka bergerak dengan kambing, sapi dan kuda. Mereka tidak perlu bantuan.

• Tartar bisa makan semua daging, termasuk daging manusia!

Tentu tulisan-tulisan seperti ini bisa membuat bulu kuduk kaum awam berdiri. Bahkan kadang kala kaum bukan awam pun ikut terpengaruh. Ini adalah sekam yang ditanam sendiri oleh umat atas dirinya. Bukan orang lain pelakunya.

3. Cara Tartar yang terkenal untuk melancarkan perang urat syaraf lainnya terhadap muslimin adalah menulis surat-surat ancaman.

Mereka kirimkan surat ini kepada para raja muslimin. Kebodohan para raja itu mereka ungkapkan isi surat itu kepada rakyat, sehingga terjadi ketakutan terhadap Tartar. Dan pandainya Tartar mereka memakai para sastrawan muslim yang oportunis dan munafik untuk menulis surat-surat itu. Yaitu agar muslimin bisa memahami dengan bahasa mereka pada waktu itu, bahkan memakai gaya sajak yang masyhur pada waktu itu. Tentu surat seperti itu mudah mempengaruhi hati orang, dari pada surat terjemahan yang bisa mengandung lebih dari satu makna.

Tartar dengan surat-suratnya itu juga ingin mengecoh orang bahwa mereka adalah kaum muslimin, bukan kafir, mereka mukmin dengan Kitabullah Al-Quran. Asal usul mereka adalah Islam. Mereka datang ke negeri ini hanya untuk menghapus kezaliman para penguasa muslimin terhadap rakyat miskin yang sederhana.

Meski kekejaman dan kezaliman Tartar telah dikenal dan menyebar, namun propaganda itu masuk juga ke dalam hati orang yang sakit dan penakut. Sehingga orang-orang seperti ini memiliki justifikasi menerima serangan Tartar, membuang senjata dan menerima Tartar dengan sambutan pahlawan dan pembebas, bukan penjajah dan agresor.

(19)

19

menjadi sihir tersendiri.Salah satu contoh surat ini, adalah surat yang dikirim Hulagu kepada salah satu emir muslim, ia berkata:

“Kami adalah tentara Allah.

Dengan sebab kami, orang yang durjana, pemaksa, diktator dan takabur akan dibalas, dengan perintah Allah yang tidak terelakkan.

Kami telah hancurkan banyak negeri, kami musnahkan banyak orang, kami bunuh wanita dan anak-anak..

Wahai orang-orang yang masih tersisa, kalian akan menyusul mereka yang mati itu..

Wahai orang-orang yang lalai, kalian akan mengikuti mereka..

Maksud tujuan kami adalah balas dendam, raja kami tidaklah puas, pendatang kami tidaklah tertindas.

Keadilan kami di kerajaan kami masyhur, dari pedang-pedang kami manakah ada tempat berlari?

Kami hancurkan negeri-negeri, kami yatimkan anak-anak, kami hancurkan rakyat, kami turunkan mereka azab..

Kami jadikan pembesar mereka kecil dan raja mereka tawanan..

Kalian kira akan selamat atau bisa lolos dari kami, sedikit apa yang kalian tahu (dari kami) dari pada yang tidak..

Sungguh beruntunglah orang yang mengingat..”

Tentu, surat seperti ini jika jatuh ke tangan penakut atau pengecut, ia tidak akan kuat bergerak setelah membacanya. Dan inilah hal yang diharapkan dari surat ini!

(20)

20

dengan raja Tartar dan membesar-besar koalisi-koalisi ini sehingga muslimin meyakini bahwa mereka bertempur dengan seluruh penduduk bumi ini, mereka tidak ada kemampuan melawan mereka. Padahal masa lampau sejarah muslimin mengandung banyak kemenangan terhadap mereka dan berbagai bangsa kelipatan mereka, namun muslimin lupa sejarah mereka, mereka terpesona dengan kekuatan musuh dan koalisinya.

Di antara cara Tartar lainnya adalah kerja sama dengan para emir muslim seperti kami sebutkan di atas. Tentu saja rakyat muslim jika mendapati pemimpin yang seharusnya mengurus permasalahan ummat, membela, dan menggadai jiwanya untuk mengamankan negerinya, malahan mereka itu berdamai dengan Tartar dan bekerja sama dengan mereka, bahkan menganggap hal itu sebagai prestasi dari sekian prestasinya, tentu rakyat muslim yang melihat hal itu akan menjadi sangat

shock dan hilang segala semangatnya untuk membelah tanah air dan negaranya. Dengan cara-cara di atas dan cara lainnya, Tartar berhasil menebarkan rasa takut dan panik di hati muslimin. Dengan begitu, situasi menjadi kondusif bagi masuknya tentara penjajah Tartar.

C. Melemahkan tentara khilafah Abbasiyah

Hulagu sengaja meminta menteri Muayyiduddin Al-‘Alqami agar ia meyakinkan Khalifah Abbasiyah Al-Musta’shim Billah agar menurunkan budget militer, menurunkan jumlah tentara, agar negara tidak mempunyai perhatian masalah-masalah persenjataan dan perang, tetapi tentara hendaknya bekerja di sektor-sektor sipil seperti pertanian, industri dan lain-lain. Semua orang melihat sekarang, tentara di beberapa negara Islam menanam sayur-sayuran, membangun jembatan, membangun pabrik roti dan lain-lain. Tanpa menaruh perhatian dengan masalah-masalah: latihan tempur, senjata dan jihad..!

Menteri antek Tartar Muayyiduddin Al-‘Alqami itu benar-benar melakukan permintaan Tartar itu. Ini tidaklah aneh bagi orang seperti dirinya, yang benar-benar aneh adalah kenapa khalifah mau menerima ide-ide memalukan itu. Hal itu sudah seharusnya dilakukan, sebagaimana dinyatakan oleh menteri busuk itu agar tidak menimbulkan keberatan Tartar, dan untuk membuktikan kepada mereka bahwa khalifah adalah tokoh perdamaian dan tidak ingin perang!

Dan khalifah benar-benar menurunkan budget persenjataan. Ia juga menurunkan jumlah tentara, sampai-sampai tentara Abbasiyah yang dulu jumlahnya mencapai 100 ribu tentara kuda di akhir masa Al-Mustanshir Billah, ayahanda Al-Musta’shim Billah tahun 640 H, kini jumlah tentara itu tidak lebih dari 10 ribu tentara kuda saja tahun 654 H! Ini berarti penurunan drastis dalam kemampuan militer Abbasiyah. Tidak itu saja, bahkan para tentara itu kehidupannya fakir dan tersia-siakan, sampai-sampai mereka mengemis di pasar-pasar! Latihan-latihan militer juga diabaikan. Para perwira militer juga kehilangan posisi mereka. Di antara mereka tidak ada lagi yang memiliki kemampuan dalam bidang perencanaan, adminstrasi dan leadership.

(21)

21

Ibnu Katsir sepenuhnya menyalahkan Muayyiduddin Al-‘Alqami dengan nasehat-nasehatnya kepada khalifah Al-Musta’shim Billah. Namun, Dr. Raghib As-Sirjani lebih menyalahkan khalifah yang mau menerima kehinaan ini dan rela dengan kerendahan. Dalam benak khalifah telah hilang bahwa kewajiban terpenting sebagai penguasa adalah menjamin keamanan dan rasa aman bagi rakyat. Ia harus mempertahankan tanah dan wilayahnya dari serangan setiap serangan atau pendudukan musuh. Ia harus melakukan upaya sekuat tenaga untuk memperkuat tentara, mempersenjatai prajuritnya. Ia harus mendidik rakyat seluruhnya –bukan tentara saja- untuk cinta jihad dan mati di jalan Allah.

Khalifah Al-Musta’shim Billah tidak melakukan itu semua. Sebenarnya, ia tidak punya alasan. Sebab ia memiliki kekuasaan sepenuhnya yang menjadikannya mampu mengambil keputusan. Namun, mentalnya lemah, tidak kuat untuk mengambil keputusan-keputusan yang menentukan.

Kini kita harus melihat sejenak kondisi Hulagu tahun 654 H, lima tahun setelah persiapan perang besar yang akan tiba:

Pertama: Semua jalan yang menghubungkan antara China dan Iraq kini bisa menampung jumlah tentara Tartar yang sangat besar.Kereta-kereta yang diperlukan untuk mengangkut alat-alat berat telah dibuat. Semua dataran dan jalan telah dikosongkan dari hewan ternak, agar rerumputan yang tumbuh bisa dimakan oleh kuda-kuda Tartar.

Kedua: Tartar kini menguasai seluruh koridor-koridor penting di daerah-daerah yang terletak antara China dan Iraq. Dengan begitu, pengamanan tentara Tartar tatkala lewat dan menembus wilayah-wilayah tersebut terjamin.

Ketiga: Hulagu kini mempunyai info yang cukup tentang tanah Iraq, perbentengan Baghdad, jumlah tentara Abbasiyah dan kondisinya. Ia juga mengetahui secara lengkap rahasia sisi ekonomi negara Abbasiyah. Ia juga memiliki info soal anasir-anasir kekuatan dan kelemahan khilafah Abbasiyah. Punya daftar nama orang-orang yang bisa berperan dalam merubah jalannya situasi. Demikian juga Hulagu juga mengumpulkan berbagai info tentang kondisi mental rakyat, keinginan dan ambisi mereka.

Semua info-info ini diperoleh melalui mata-mata Hulagu yang banyak, badan inteljennya yang lihai dan kontaknya dengan beberapa tokoh penting di negeri Islam, di mana kadang kala kontak ini bisa mencapai para emir dan menteri, seperti yang telah kami jelaskan.

Keempat: Tartar telah menggelar perjanjian dan koalisi dengan Nasrani dari Armenia, Kurj dan Antakia.Mereka telah berjanji untuk membantu Tartar secara militer dan inteljen dalam perang mendatang.

Kelima: Raja-raja Eropa barat berhasil dinetralkan. Sikap netral mereka pertama-tama bukanlah karena sikap politik, melainkan tercapai melalui pendekatan kekuasan, desakan dengan pendapat dan senjata.

(22)

22

kesetiaan penuh dan memberi bantuan tanpa syarat kepada Hulagu. Yaitu jika terjadi perang dengan khilafah Abbasiyah. Sangat disayangkan, kebanyakan para emir itu adalah dari suku Kurdi, cucu dari Shalahuddin Al-Ayyubi –rahimahullah-.

Ketujuh: Hulagu telah yakin akan hancurnya semangat mentalitas muslimin di Iraq dan sekitarnya, baik di kalangan penguasa maupun rakyat.

Kedelapan: Hulagu membuat hubungan erat dengan menteri negara senior Muayyiduddin Al-‘Alqami Asy-Syi’i dan mendapat jaminan kesetiaan darinya.

Kesembilan: Hulagu juga yakin akan lemah dan kurangnya siasat tentara khilafah Abbasiyah. Ia tahu tentara Abbasiyah sama sekali tidak mampu membela dirinya, apalagi mempertahankan Baghdad.

Kesepuluh: Hulagu mengetahui segala hal tentang khalifah Al-Musta’shim Billah, khalifah muslimin, tahu tentang segala potensinya, kadar kemampuan, dan titik-titik lemahnya.

Semua ini tercapai oleh Hulagu pada tahun 654 H.

Di sini –setelah lima tahun persiapan- Hulagu berkesimpulan bahwa situasi umum kini sangat pas untuk serangan langsung terhadap khilafah Abbasiyah dan menjatuhkan Baghdad. Maka mulailah pengerahan tentara besar-besaran; sehingga dengan demikian tentara terbesar Tartar terkumpul sejak berdirinya negara oleh Jenghis Khan. Sekira tentara yang ditugasi mengepung Baghdad saja jumlahnya mencapai lebih dari 200 ribu orang. Belum lagi, sejumlah besar tentara yang bertebaran di utara dan timur Iraq, juga tentara yang bertugas menjaga jalan dan mengamankan pasokan dan logistik. Di samping ada kelompok pembantu tentara, baik tim pasokan dan logistik ataupun tim mata-mata dan monitoring.

Bisa dijelaskan susunan tentara Tartar sebagai berikut:

Pertama: Tentara inti Tartar, di mana sudah bermarkas di kawasan Persia dan Azerbaijan sebelah timur Iraq sejak beberapa tahun sebelumnya.

Kedua: Hulagu memanggil kelompok tentara yang berpusat di sekitar sungai Volga Rusia. Mereka adalah tentara di bawah pimpinan komandan Bato yang terkenal itu (penakluk Eropa). Namun Bato tidak datang, ia kirimkan tiga putra saudaranya (keponakan). Bato dan keluarganya membentuk negara di daerah sekitar sungai Volga. Mereka menamakan dirinya dengan “suku emas” (Golden Horde). Meski mereka semi independen dalam mengatur pemerintahan, namun pada akhirnya mereka tetap ikut pemimpin pusat Minko Khan.

(23)

23

Keempat: Hulagu memanggil seribu pasukan panah China mahir yang terkenal mampu membidik anak panah bermuatan api.

Kelima: Hulagu menempatkan komandan terbaiknya di garis terdepan tentaranya, yaitu Katibgha Noin. Di samping kemampuan kepemimpinan dan kemahirannya yang bagus, ia adalah seorang Nasrani, karenanya ia bisa beinteraksi dengan sejumlah besar tentara Tartar yang Nasrani. Dus, tentara Tartar memiliki tiga panglima militer termahir dalam sejarah Tartar, yaitu Hulagu, Katibgha dan Bijo.

Keenam: Hulagu juga berkirim surat kepada penguasa Antakia Buhmand.

Namun ia tidak bisa memasuki Syam seluruhnya untuk pergi ke Iraq. Meski begitu, ia dalam kondisi siaga penuh untuk perang. Jika Iraq jatuh ia akan ikut serta untuk menjatuhkan Syam.

Ketujuh: Nashir Yusuf emir Damaskus mengirim anaknya Aziz untuk bergabung pada tentara Hulagu.

Kedelapan: Emir Mosul Badruddin Lu’lu’ mengirim sekelompok pasukan pembantu tentara Tartar. Kedua golongan ini meski kecil jumlahnya namun mengandung banyak makna. Yaitu: di tubuh tentara Tartar ada muslimin yang ikut serta dalam perang melawan muslimin! Bahkan operasi “pembebasan Iraq” juga diikuti oleh orang Iraq sendiri yang berkomplot dengan Tartar!! Orang Iraq yang menjual segala hal dengan imbalan kursi sempit, atau kerajaan kecil atau beberapa dirham uang, atau sekedar hidup begitu saja.

Dengan persiapan tingkat tinggi ini, tentara Tartar telah sempurna. Ia mulai merangsek masuk dari Persia menuju arah barat, ke Iraq. Mulailah Hulagu meletakkan rencana perangnya.

Setelah mempelajari medan perang, Hulagu berkesimpulan sekte syiah Ismailiah yang bercokol di barat Persia dan timur Iraq, akan menjadi ancaman tersendiri bagi tentara Tartar. Karena kelompok Ismailiah terkenal dengan kuat berperang, dan memiliki benteng yang kokoh. Ia juga kelompok yang tiada janji dan tiada keamanan. Meski Tartar tahu sekte Ismailiah mempunyai perselisihan hebat dengan khilafah Abbasiyah, meski mereka pernah menyurati Tartar untuk memberi tahukan info kelemahan Jalaluddin bin Khawarizmi sebelum tewasnya tahun 629 H, meski mereka adalah kelompok munafiq yang akan menjilat mereka yang kuat. Meski semua itu, namun Tartar tetap merasa tidak aman bila harus bergerak ke Iraq dan membiarkan di belakangnya ada pasukan Ismailiah. Selain itu, juga ada dendam lama antara Tartar dan sekte Ismailiah.

(24)

24

Semua itu, mendorong Tartar berniat menghabisi total sekte Syiah Ismailiyah. Perintah dari Korakorum ibu kota Mongolia turun untuk membabat habis sekte ini.

Tentara dalam jumlah besar bergerak menuju daerah basis sekte Ismailiah. Mereka mendekati benteng Ismailiah terkuat, yaitu benteng Almot, barat Persia. Hanya beberapa hari benteng yang kokok ini bisa di kepung. Ketika pemimpin sekte Ismailiah Ruknuddin Khurshah melihat jumlah tentara yang tak terhitung itu, ia meminta bertemu dengan Hulagu. Hulagu mau menerimanya untuk menyingkat waktu; sebab Ismailiah hanyalah terminal kecil sebelum mereka sampai ke Baghdad. Hulagu bertemu dengan Ruknuddin Khurshah yang menyatakan ketundukan penuh kepada Hulagu dan ia menyerahkan benteng kokoh itu kepada Hulagu. Namun komandan benteng Ismailiah menolak menyerahkan benteng itu dan ia ngotot untuk berperang. Dengan begitu, ia menentang perintah pemimpinnya Ruknuddin Khurshah. Maka beberapa hari kemudian Tartar membuka benteng itu dengan kekerasan. Mereka sembelih seluruh orang yang ada di dalamnya. Ruknuddin Khurshah meminta Hulagu agar ia dipertemukan dengan Minko Khan untuk berunding dengannya langsung soal penyerahan semua benteng Ismailiah dengan imbalan beberapa janji.

Hulagu akhirnya mengirim Ruknuddin ke Minko Khan dengan dikawal sekelompok tentara Tartar. Namun Minko Khan menolak menemuinya. Ia dengan sangat meremehkannya berkata: “Hulagu salah dengan membuat kuda-kuda bagus Tartar lelah dalam perjalanan panjang ini demi delegasi tiada arti”. Ia memerintahkan tentaranya untuk mengembalikan Ruknuddin Khurshah ke Persia. Di tengah perjalanan Ruknuddin Khurshah terbunuh, sebagaimana mereka bilang “dalam keadaan misterius”. Padahal keadaan sama sekali tidak misterius. Jelas Minko Khan memerintahkan untuk membunuhnya, namun di luar istana Mongol, supaya istana tidak dituduh melakukan pembunuhan..!

Setelah terbunuhnya Ruknuddin Khurshah, Hulagu melakukan tipu muslihat keji di daerah-daerah sekte Ismailiah. Hulagu menampakkan di depan mereka, ia siap untuk membuat kesepakatan dengan mereka, bekerja sama untuk masuk Baghdad. Ia meminta semua komandan tentara sekte Ismailiah untuk memanggil seluruh pengikut Ismailiah dari seluruh tempat, supaya Tartar bisa menghitung jumlah anggota sekte Ismailiah. Dan berdasarkan jumlah ini kesepakatan akan dibuat. Hulagu –sebagimana ia berdalih- takut sekte Ismailiah membesar-besarkan diri mereka untuk memperoleh keuntungan lebih banyak. Karena tipu muslihat ini, sekte Ismailiah mulai mengumpulkan anggotanya, sampai-sampai pendukung dari Iraq dan Syam pun berdatangan.

Ketika terkumpul banyak orang, Hulagu membantai mereka semua. Ia juga membunuh siapa pun yang terpegang olehnya. Tak lupa ia juga menangkap sejumlah orang untuk dibawa ke Salqan Khatun, putri Jightay dan cucu Jenghis Khan, supaya dia bisa membunuh orang-orang itu dengan tangannya, sebagai balas dendam atas kematian ayahnya Jightay di tangan sekte Ismailiah sebelum ini.

(25)

25

atau Iraq dan tidak datang pada aksi terselubung atas nama cacah jiwa. Dengan demikian, jalan menjadi aman terbuka lebar ke Baghdad. Mulailah tentara Mongol yang bertebaran di Persia merangkak perlahan-lahan—namun teratur—menuju ke ibu kota Khilafah Abbasiyah.

Demikian penjelasan panjang lebar dari Dr. Raghib As-Sirjani. Selanjutnya, pada bulan September tahun berikutnya, tatkala merangsek menuju jalan raya Khurasan yang termasyhur, Hulagu mengirimkan ultimatum kepada khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan. Tetapi, khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Pada Januari 1258, anak buah Hulagu bergerak dengan efektif untuk meruntuhkan tembok ibukota. Tak lama kemudian upaya mereka membuahkan hasil dengan runtuhnya salah satu menara benteng.

Dengan hancurnya salah satu menara benteng, semakin melemahkan sisa-sisa kekuatan pasukan Khalifah, hingga pada tanggal 10 Februari 1258, pasukan Hulagu telah berhasil memasuki kota. Khalifah bersama 300 pejabat dan Qadhi menawarkan penyerahan diri tanpa syarat. Peristiwa ini menurut beberapa sumber sejarah setelah pengkhianatan wazir khalifah Abbasiyah (Wazir Ibnu Al-Qami).

Setelah menyerahkan hadiah dan diri tanpa syarat, 20 Februari (sepuluh hari setelahnya) mereka semua dibunuh. Termasuk Khalifah, keluarga, pejabat, pasukan dan rakyat Dinasti Abbasiyah. Selama 40 hari pasukan Hulagu membantai, menjarah, memperkosa wanita, membunuh bayi dan ibunya, membakar rumah ibadah dan perpustakaan yang dibangun khalifah serta bangunan-bangunan megah di kota Baghdad.

Banyak sumber sejarah yang mengisahkan kekejaman pasukan Mongol. Ian Frazier menuliskannya dalam sebuah artikel di The New Yorker.8

• Perpustakaan Agung Baghdad (Baitul Hikmah), yang menyimpan banyak sekali dokumen sejarah dan buku yang sangat berharga dalam berbagai bidang mulai dari pengobatan sampai astronomi, dihancurkan. Orang-orang yang selamat melaporkan bahwa air sungai Tigris menjadi hitam akibat tinta dari banyak sekali buku yang dibuang ke sungai itu dan juga menjadi merah akibat darah dari para ilmuwan dan filsuf yang dibunuh di sana.

• Para penduduk berusaha kabur namun mereka dicegat oleh pasukan mongol dan dibantai tanpa ampun. Martin Sicker menyebutkan bahwa hampir sembilan puluh ribu orang mungkin dibantai.9 Beberapa pekiraan lainnya

jauh lebih tinggi mengatakan bahwa perkiraan korban jiwa bervariasi dari dua ratus ribu hingga satu juta orang.

• Pasukan Mongol menjarah dan kemudian menghancurkan masjid, istana, perpustakaan, dan rumah sakit. Bangunan-bangunan besar yang merupakan hasil karya beberapa generasi dibakar sampai habis.

• Khalifah dipaksa menonton ketika penduduknya dibantai dan harta bendanya dirampas. Menurut sebagian besar sumber, khalifah dibunuh dengan cara diinjak-injak oleh kuda. Pasukan mongol menggulung khalifah

8 Ian Frazier, “Annals of History: Invaders: Destroying Baghdad”, The New Yorker, 25 April 2005,hlm.4.

(26)

26

dalam sebuah karpet, dan mereka lalu menunggang kuda di atas badannya, karena mereka percaya bahwa bumi akan marah jika ada darah penguasa yang ditumpahkan. Semau putraya dibunuh kecuali satu orang, yang kemudian dikirim ke Mongolia, di sana para seajarawan Mongolia melaporkan bahwa dia menikah dan memiliki anak, namun dia tidak terlibat apa-apa lagi dalam perkembangan Islam.

• Hulagu harus memindahkan perkemahannya ke luar dari kota akibat bau busuk yang sangat menyengat di dalam kota.

• Jumlah penduduk Baghdad jauh berkurang dan kota itu menjadi reruntuhan selama beberapa abad berikutnya dan hanya secara perlahan pulih dan memperoleh sedikit dari kejayaan lamanya.

Peristiwa jatuhnya Baghdad merupakan sejarah besar dalam peradaban Islam, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia Islam terbengkalai tanpa khalifah. Kekosongan kursi khalifah membuat umat muslim pada abad ke-13 terhimpit di antara dua kekuatan besar. Bagian timur umat muslim dihimpit pemanah pasukan mongol yang liar, sedangkan di bagian barat dihimpit oleh pasukan salibis.

Dampak Serangan Bangsa Mongol terhadap Dunia Islam

Bangsa Mongol meninggalkan catatan hitam dalam sejarah peradaban Islam dan dunia. Bangsa Mongol memang dikenal sebagai bangsa yang pemberani, keberadaannya, kekejamannya dan kebengisannya mencapai puncak pada masa kepemimpinan Jenghis Khan dan beberapa garis keturunan ke bawah. Meskipun demikian, kesalahan-kesalahan itu sebagian dianggap telah ditebus oleh beberapa keturunannya yang tampil sebagai pembela Islam dan memberikan energi baru untuk membangkitkan kembali peradaban Islam. Namun, hancurnya peninggalan sejarah dan khazanah intelektual Islam sulit terlupakan.

Keruntuhan Baghdad juga menjadi catatan penting dalam pembangunan sejarah peradaban Islam selanjutnya. Lemahnya solidaritas dan perpecahan adalah sumber kehancuran, sehingga menjadi kesempatan mengundang pihak musuh Islam untuk meleburkan keretakan yang sudah ada.

Serangan Mongol di negeri Islam, khususnya di Baghdad, selain berdampak berakhirnya masa Khilafah Abbasiyah juga menjadi awal kemunduran umat Islam terkait pewarisan khazanah ilmiahnya. Yang jelas, serangan Mongol di Baghdad meninggalkan catatan hitam yang penting untuk dijadikan pelajaran berharga bagi generasi selanjutnya.

Gambaran singkat dampak serangan Mongol terhadap Baghdad di antaranya:

Politik

(27)

27

dihancurkan, mungkin hulagu bermaksud menjadikan baghdad sebagai tempat kediamannya, sehingga tidak dihancurkan seperti kota-kota lainnya. Pada rezim Il-Khan atau Hulagu, Baghdad di turunkan posisinya menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq Al-Arabi.

Sosial

Dampak sosial akibat serangan mongol di ibukota khalifah abbasiyah tidak jauh berbeda dengan kondisi politiknya. Pembunuhan massal, pembantaian bayi, anak, wanita, pemerkosaan, penjarahan. Menjadi catatan hitam umat islam dalam perjalanan sejarah peradaban islam. Kemakmuran yang perna dicapai pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dan anaknya tinggal cerita.

Pendidikan dan keilmuan

Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah adalah pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Bahkan budaya kecintaan terhadap ilmu terlihat dari besarnya kontribusi ilmuan masa itu terhadap perkembangan keilmuan setelahnya. Pembangunan perpustakaan, tokoh buku, sekolah-sekolah, pusat kajian dan diskusi adalah aktivitas kaum intelektualnya. Pada masa kehancuran kota baghdad sejarah mencatat kisah pemusnahan buku-buku di Baitul Hikmah yang sebagiannya di buang di sungai Tigris. Hanya beberapa karya yang sempat diselamatkan. Ibnu Jubair menyatakan bahwa di Baghdad pada masa itu terdapat sekitar tiga puluh madrasah.

10Salah satu sekolah yang selamat dari malapetaka pemusnahan oleh bangsa Mongol

adalah Madrasah Nizhamiyah dan dari sana sejarah dan karya-karya para ilmuwan kembali dihidupkan.

Agama

Kehancuran Khilafah Abbasiyah menandai hancurnya pemerintahan Islam bahkan mulai mundurnya peradaban Islam dalam percaturan Internasional. Dampak dari serangan ini memperluas pengaruh kristen, dengan ditandai dengan pemberian anugerah istimewah kepada kepala keluarga Nestor dan keberpihakan Hulagu terhadap pasukan Perang Salib dan Hulagu sendiri lebih menyukai warga Kristen dibanding warga Islam. Meskipun demikian, pada masa kekuasaan Ghazan Mahmud (1295–1304), penerus ketujuh Il-Khan, Islam menjadi Agama Negara, meskipun tercatat ada sebagian kecenderungan kepada mazhab Syiah. 11

Mengapa Banyak Bangsa Mongol yang Kemudian Memeluk Islam?

Mungkin orang-orang bertanya, apa yang ditinggalkan bangsa Mongol selain menghancurkan dan melakukan pembantaian? Apa yang terjadi pada mereka setelah tragedi Baghdad?

Setelah 35 tahun masuk wilayah Islam dan berinteraksi dengan kaum muslimin, orang-orang Mongol mulai tertarik dengan agama Islam. Bahkan, tidak sampai 50

10 Philip. K. Hii, History of the Arabs, hlm. 620.

(28)

28

tahun, mayoritas dari mereka telah memeluk agama yang mulia ini. Mongol pun terbagi menjadi Mongol muslim dan Mongol paganis (penyembah berhala). Mereka korbankan persaudaraan sesuku demi membela agama ini.

Meskipun telah menjadi muslim, ada sifat-sifat asli bangsa Mongol yang tidak hilang. Baik kepercayaan maupun karakter. Memang, Islam telah merubah mereka, tapi perubahan itu tidak terjadi menyeluruh seperti generasi awal Islam dulu. Di sisi lain, kita tidak boleh melupakan jasa-jasa mereka. Orang-orang Mongol telah memberikan sumbangsih besar dalam peradaban Islam. Bahkan apa yang mereka lakukan tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak terulang lagi di masa setelahnya. Wilayah-wilayah yang belum pernah diinjak oleh kaum muslimin menjadi negeri Islam. Dari ujung timur hingga perbatasan provinsi-provinsi Arab, dan batas-batas Eropa, menjadi wilayah Islam.

Tak terbayangkan sebelumnya, tiba-tiba dakwah Islam menyebar begitu saja di tengah orang-orang Mongol. Dakwah masuk ke hati mereka tanpa tombak-tombak dan pedang-pedang. Juga tanpa perebutan kekuasaan. Begitulah kemuliaan agama ini, pun dikenal oleh musuh-musuhnya. Menyentuh hati-hati mereka. Menundukkan ruh raga yang telah mengalahkan kaum muslimin.12

Ketertarikan masyarakat Mongol terhadap Islam memang terbilang unik. Karena sebelumnya mereka menyerang dan menyebar bagaikan hama belalang di suatu perkebunan. Merusak dan menghancurkan. Tiba-tiba mereka menjadi saudara dan tunduk dengan petuah para ulama.

Thomas W. Arnold, seorang sejarawan dan orientalis asal Inggris, juga merasakan keheranannya. Dalam bukunya The Preaching of Islam, ia mengutarakan perasaan herannya pada para penakluk itu sekaligus rasa takjub dengan kesungguhan pendakwah Islam. Mereka mengalahkan tantangan besar dan melewati ujian yang sulit dalam berdakwah. Arnold takjub bagaimana bisa pendakwah Islam bisa mengalahkan pendakwah Budha dan Kristen dalam menarik hati penguasa Mongol. Padahal Islam adalah musuh Mongol. Ditambah mereka memiliki hati yang keras, yang sebelumnya tertutup tidak menerima keyakinan kecuali Samanisme.13

Sebelumnya, nasib para ulama Islam adalah dibunuh atau ditawan. Jenghis Khan memerintahkan hukuman mati bagi siapa saja yang menyembelih hewan seperti kurban yang dilakukan umat Islam. Hal ini terus berlangsung hingga masa Kubilai Khan. Kaisar Mongol dari Dinasti Ilkhan, Arghun Khan (1284-1291), juga melakukan penyiksaan terhadap umat Islam di negeri mereka. Dengan demikian, masuknya sejumlah besar bangsa Mongol ke agama Islam adalah sebuah peristiwa yang luar biasa. Wilayah mereka yang luas pun menjadi wilayah Islam.

12 htp://islamstory.com/ar/

13 Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam (Terjemahan dari The Preaching of Islam ), Jakarta : Wijaya, 1981,

(29)

29

Penutup

Puing-puing kemegahan kota Baghdad sebagai pusat kajian khazanah keilmuan dan peradaban Islam tinggal kenangan. Selain berakhirnya kekuasaan Khilafah Abbasiyah juga menandai mundurnya peradaban Islam dalam percaturan internasional. Pemusnahan naskah-naskah, manuskrip, dan karya para ilmuwan tidak hanya berupa hancurnya Baitul Hikmah tetapi juga berarti lenyapnya karya-karya monumental para ilmuwan terdahulu.

Ada perbedaan pendapat di kalangan sejarawan, tentang alasan mengapa bengisnya Hulagu Khan dalam menaklukan Baghdad. Ada yang berpendapat karena “dendam” persia yang mengalir dalam darah istri kesayanganya, tapi ini juga banyak yang meragukan karena panjangnya masa yang terbentang dari penaklukan Persia (th. 661 M) ke penaklukan Baghdad (1258 M).

Teori kedua adalah masalah ekonomi. Beberapa kali dalam transaksi perdagangan, Persia mongol yang dipimpin Hulagu selalu dikadali pihak Baghdad sehingga menimbulkan kerugian yang besar. Di dalam negeri pun (kekuasaan Abbasyiah saat itu sudah menyempit hanya seputar Iraq) Khalifah Mus’tasim juga dibenci penduduknya karena tinggi-nya pajak. Sehingga beberapa daerah otonom mendeklarasikan kemerdekaannya.

Teori kedua ini diperkuat dengan ilustrasi bagaimana Hulagu Khan memperlakukan si Khalifah yang ditaklukannya. Sang Khalifah di penjara bersama harta kekayaannya, seperti ingin menertawakan kegilaan harta Al-Musta’shim. Praktik menarik pungutan seraya mengancam akan membumihanguskan menjadi gambaran biasam Ini baru satu gambaran tentang masa-masa akhir Dinasti Abbasyiah yang jauh dari apa yang disebut akhlaqul Islamiyah. Gambaran lain adalah potret perdagangan yang jujur menjadi hal langka, bahkan pedagang asal Baghdad terkenal akan kelicikannya pada masa itu.

Meskipun demikian, ada hikmah di balik musibah. Terjadilah hal yang mungkin dianggap musykil dan tidak terbayangkan, di mana dari keturunan mereka yang memusuhi umat Islam di bawah komando Jenghis Khan ternyata banyak yang kemudian justru memeluk Islam. Pengaruhnya bisa dirasakan ketika sebagian besar bangsa di Asia Tengah memeluk Islam hingga saat ini.

Apa yang terjadi dahulu tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi sekarang. Para penguasa menyedot kekayaan negara untuk dirinya sendiri dan menetapkan hukum secara sewenang-wenang terhadap masyarakat menurut selera mereka. Siapa saja yang menyanjung perbuatan mereka yang melanggar syariat pasti akan dinaikkan pangkatnya. Dan siapa saja yang menyelisihi atau mengingkari kemungkaran dan perbuatan buruk itu pasti akan dihancurkan haknya dan akan direndahkan kedudukannya.

(30)

30

kehancuran, sehingga menjadi kesempatan mengundang pihak musuh Islam untuk mengksploitasinya.

(31)

31

Daftar Pustaka

Bertold Spuler. History of The Mongols. London: Routledge & Kegan Paul.

George Saliba. The History of al-฀abar฀, Vol. 35:The Crisis of the ‘Abbasid Caliphate - The Caliphates of al-Musta‘in and al-Mu‘tazz A.D. 862-869_A.H. 248-255. SUNY series in Near Eastern Studies.

Hugh Kennedy. 2010. When Baghdad Ruled the Muslim World: The Rise and Fall of Islam’s Greatest Dynasty.

Ian Frazier. 2005. “Annals of History: Invaders: Destroying Baghdad”, The New Yorker, 25 April 2005.

James Chambers. 1979. The Devil’s Horsemen: The Mongol Invasion of Europe-Atheneum.

J.J. Saunders. 2001. The History of the Mongol Conquests. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Muhammad Abdul Karim. 2006. Islam di Asia Tengah. Yogyakarta: Bagaskara.

Mukhlisin dan Nike Ardina. T.T. “Kehancuran Baghdad oleh Bangsa Mongol: Tugas Mata Kuliah Historiografi Islam”. Jurusan Adab. Fakultas Agama Islam. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung.

http://al-waturayani.blogspot.co.id/2012/04/kehancuran-baghdad-oleh-bangsa-mongol.html

Philip K. Hitti. 2006 History of the Arabs. Edisi X. Cetakan II. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Raghib As-Sirjani. 2006. Qishshah At-Tatar min Al-Bidayah ila ‘Ain Jalut. Kairo: Mu’assasah Iqra’.

Reuven Amitai-Preiss. 1998. Mongols and Mamluks: The Mamluk-Ilkhanid War, 1260–1281 Edisi I. Cambridge: Cambridge University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil fermentasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa terjadi perubahan warna dari warna ungu kemerahan pada sari umbi bit sebelum di fermentasi menjedi ungu yang

Tetapi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tren kadar fenolik total dengan variasi suhu untuk mengetahui suhu maksimum yang aman digunakan untuk

Lintasan antar sistem (intersystem crossing), merupakan pembalikan arah spin elektron yang tereksitasi, misalnya berubah dari singlet ke triplet atau sebaliknya,

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk kearifan lokal masyarakat di Kawasan Danau Tempe yang dapat dipertimbangkan dalam

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah khusus dan penyu- sunan skripsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1 bagaimana pelaksanaan program lingkungan Bahasa Arab dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Arab di Ponpes Qoshrul Quran dan 2

Negara Indonesia telah menjamin hak-hak anak dalam Undang- Undang Dasar 1945, pasal 28B ayat 2, berbunyi; “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

Rendemen rumput laut kering meningkat mencapai 17,5% dan kekuatan gel agar-agar dari rumput laut kering yang dicuci dengan mesin mencuci lebih tinggi sekitar 6 kali