BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini kurikulum pendidikan di Indonesia lebih terfokus pada
persoalan revolusi mental. Dalam kurikulum nasional, revolusi mental ini
difokuskan pada pembentukan karakter bangsa yang memiliki beberapa
indikator seperti yang tertera dalam buku panduan pembinaan pendidikan
karakter di sekolah diantaranya mencakup;
(1) mengamalkan ajaran agama yang dianutnya; (2) memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; (3) menunjukkan sikap percaya diri; (4) mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; (5) menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
Masalah-masalah revolusi mental di atas, menjadi agenda penting
pemerintah dalam membentuk karakter bangsa agar memiliki kemampuan
kompetensi dan ketahanan diri dari berbagai aspek kepribadian. Salah satu
visi pendidikan di Indonesia saat ini adalah membentuk multi kecerdasan
peserta didik dari aspek kedewasaan mental. Dengan mental yang baik
diharapkan generasi bangsa ini tidak hanya cerdas dan menguasai dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi memiliki karakter
kepribadian yang berakhlak mulia dan mencerminkan culture bangsa
sebagai masyarakat yang berbudaya.
Kebijakan sistem pendidikan kurikulum nasional saat ini sudah
dicita-citakan dalam UU No. 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Mengkaji rumusan Undang-undang di atas, secara umum
bagi generasi bangsa. Dalam isinya, UU tentang sistem pendidikan nasional
ini, yaitu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hlm ini masalah pendidikan
karakter tergambar dalam permasalahan pembentukan kepribadian
karakteristik siswa sesuai dengan kultur bangsa ini.
Salah satu indikator dalam pendidikan karakter salah satunya
tersirat masalah kecerdasan emosional. kecerdasan emosional dalam
konteks pendidikan merupakan sebuah hasil belajar, hlm ini seperti yang
ditekankan oleh Aunurrahman (2008, hlm 65)
Pandangan bahwa IQ sebagai satu-satunya prediktor untuk menentukan sukses seseorang semakin bergeser pada pandangan yang melihat adanya kecerdasan-kecerdasan lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam menentukan sukses seseorang. Oleh karena itu, kecerdasan emosional menjadi hlm penting dalam rangkaian proses pembelajaran.
Kecerdasan emosional menjadi salah satu penekanan dalam setiap
pembelajaran yang dilakukan di sekolah, termasuk diantaranya dalam
pembelajaran seni. Pada hakekatnya pendidikan seni disekolah adalah untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa. Pendidikan seni
diharapkan mampu membentuk sikap dan karakter siswa agar mampu hidup
dalam masyarakat. Aplikasi pendidikan terus dikembangkan dan setiap
orang memberikan penegasan maknanya, seperti yang dikemukakan oleh
Cut Kamaril Wardani Surono dalam Nur Alifa Adiratna ( 2015).
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan seni
merupakan pendidikan yang dapat membentuk karakter manusia. karakter
merupakan hlm yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang, karena
karakter merupakan jati diri yang dapat menentukan keberhasilan hidup
seseorang.
Pendidikan seni di sekolah terakomodir dalam kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah
untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam
kurikulum 2013 pendidikan seni diwadahi oleh mata pelajaran seni budaya.
Seni budaya sebagai pembelajaran didalamnya mengembangkan semua
bentuk aktivitas cita rasa keindahan meliputi kegiatan berekspresi,
bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi dalam bahasa, rupa, bunyi, gerak,
tutur dan peran. Sedangkan tujuan pembelajaran seni untuk
mengembangkan sikap toleransi, demokratis, beradab dan hidup rukun
dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan keterampilan dan
menerapkan teknologi dalam berkarya dan menampilkan karya seni rupa,
seni musik, seni tari dan seni peran dan menanamkan pemahaman tentang
dasar-dasar dalam berkesenian. sudjatmiko dalam witri ( 2004, hlm 26 )
Seni tari merupakan salah satu cabang seni budaya yang didalamnya
terdapat banyak sekali pelajaran yang sesuia dengan tujuan pembelajaran
seni seperti yang telah diuraikan diatas. Seni tari di sini mempunyai peran
yang sama dengan mata pelajaran yang lain, yaitu sebagai alat untuk
memunculkan multi kecerdasan dan membantu siswa dalam meraih prestasi
belajar yang baik. Dalam pembelajaran seni tari ada beberapa hlm yang
perlu dikembangkan dan perlu diperhatikan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa, diantaranya adalah kecerdasan emosional.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi
dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi
IQ merupakan fakta genetik yang tak mungkin diubah oleh
pengalaman-pengalaman hidup, dan bahwa takdir kita dalam kehidupan
terutama ditetapkan oleh faktor bawaan ini (IQ). Kenyataannya, dalam
proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat
meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada
siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh
prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya
faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi.
Hlm tersebut didukung oleh Goleman seorang peneliti dan juga
penulis buku tentang kecerdasan emosi juga mengatakan bahwa
setinggi-tingginya, IQ hanya menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor
yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh
kekuatan-kekuatan lain. Kekuatan-kekuatan lain yang dimaksud salah
satunya adalah kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional atau Emotional Quotien (EQ) adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Keterampilan-keterampilan ini, dapat diajarkan kepada anak-anak untuk memberi mereka
peluang yang lebih baik dalam memanfaatkan potensi intelektual mereka.
Menurut Lawrence Shapiro 1997 (dalam Hamzah 2006, hlm 67) kecerdasan
emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan (b) optimisme (c) motivasi
diri dan (e) antusiasme. Lebih lanjut Laurence Shapiro mengemukakan
kecerdasan emosional (EQ) pengukurannya bukan didasarkan pada
kepintaran seorang anak, tetapi melalui sesuatu yang disebut karakteristik
pribadi atau “karakter”.
Dalam The Nicomachean Ethics, pembahasan Aristoteles secara
filsafati, tentang kebijakan, karakter, dan hidup yang benar, tantangannya
adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu
membimbing pemikiran, nilai, kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat
dengan mudah menjadi tak terkendali, dan hlm itu seringkali terjadi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles, masalahnya bukanlah
mengenai emosionalitas, mengenai keselarasan antara emosi dan cara
mengekspresikannya. Daniel Goleman (2015, hlm xvi)
SMK 45 Lembang merupakan salah satu SMK yang berada di
Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah siswa terbanyak yaitu 1690 siswa.
Di SMK 45 Lembang ini, menerapkan kurikulum 2013 sebagai acuan
pembelajaran yang didalamnya terdapat mata pelajaran seni budaya
termasuk diantaranya seni tari. Prestasi siswa-siswi dalam pelajaran seni tari
cukup baik, baik hasil belajar maupun dalam kegiatan diluar kegiatan
pembelajaran. Hlm ini dapat kita lihat SMK 45 Lembang sering mengikuti
berbagai macam perlombaan dalam bidang seni tari dan tak jarang
mendapatkan penghargaan, Namun, dalam pembelajarannya di kelas
terutama dalam pembelajaran kelompok, rata-rata setiap kelompok tidak
bekerjasama dengan baik, anggota kelompok cenderung mengandalkan
ketua kelompoknya sehingga tidak semua anggota aktif dalam berkreatifitas
maupun mengemukakan pendapatnya. Anak dirasa kurang mampu
mengelola, menilai maupun mengenali emosi dirinya dan orang lain
sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosionalnya relative
rendah.
Berangakat dari masalah diatas, peneliti ingin meneliti tentang
hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa khususnya
dalam mata pelajaran seni tari, karena dalam mata pelajaran seni tari terdapat
beberapa hlm yang melekat yang berkaitan dengan kecerdasan emosional.
Peneliti bermaksud menjadikan asumsi tersebut sebagai bahan penelitian
dengan judul “HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SENI TARI
B. Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah:
a. Pendidikan karakter merupakan hlm yang sangat penting
dikembangkan dalam wilayah pendidikan.
b. Selain kecerdasan intelektual siswa, ada faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satu diantaranya faktor
kecerdasan emosional.
c. Kecerdasan emosional ada hubungannya dengan prestasi belajar
siswa khususnya dalam mata pelajaran seni tari , karena dalam
mata pelajaran seni tari terdapat beberapa hlm yang erat kaitannya
dengan masalah kecerdasan emosional.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa kelas X di SMK 45
Lembang ?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas X pada mata pelajaran seni tari di SMK 45 Lembang ?
3. Adakah hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran Seni Tari di SMK 45 Lembang ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penilisan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu peneliti ingin membuktikan bahwa ada
hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa dalam
mata pelajaran seni tari di SMK 45 Lembang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui kondisi kecerdasan emosional siswa kelas X di SMK 45
b. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas X pada mata pelajaran seni tari di
SMK 45 Lembang.
c. Mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran Seni Tari di SMK 45 Lembang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
1) Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian
yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai kajian hubungan
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dalam mata pelajaran seni tari.
2) Dari segi praktis
a. Bagi Lembaga FPSD : menambah penelitian dalam bidang seni
khususnya seni tari mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran seni tari.
b. Bagi guru Seni Tari : hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi
atau masukan agar lebih mengetahui bagaimana kecerdasan emosional
siswa berhubungan dengan prestasi belajarnya dalam mata pelajaran seni
tari.
c. Bagi Peneliti Pendidikan Seni : Bisa menambah wawasan serta
pengalaman peneliti dan pedoman pembelajaran dalam pelaksanaan