• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Pecahan Ditinjau dari Kemampuan Matematika T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Pecahan Ditinjau dari Kemampuan Matematika T1 Full text"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Evalina Pardamean Ambarita 202013068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2017

DESKRIPSI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH PECAHAN DITINJAU DARI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Evalina Pardamean Ambarita, Helti Lygia Mampouw

Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Jl.Diponegoro 52-60 Salatiga

Email : 202013068@student.uksw.edu

Abstrak

Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan menghasilkan ide atau cara baru dalam memecahkan masalah matematika yang memenuhi aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya cara-cara yang tidak mendorong siswa berpikir kreatif di antaranya siswa menghafal rumus namun tidak dapat memaknainya, pengerjaan soal terpaku pada cara tertentu dan seringkali pemecahan masalah mengikuti bacaan dari penyelesaian yang dikerjakan guru atau yang ada di dalam buku teks. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang atau rendah dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama dan beda. Jenis penelitian adalah kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Kristen 02 Salatiga pada 3 subjek, 1 subjek berkemampuan matematika tinggi, 1 subjek berkemampuan matematika sedang dan 1 subjek berkemampuan matematika rendah. Temuan pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama memenuhi aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan serta memenuhi aspek kefasihan dan fleksibilitas pada soal pecahan berpenyebut beda. Siswa berkemampuan matematika sedang tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis soal pecahan berpenyebut sama maupun beda. Siswa berkemampuan matematika rendah tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis pada pecahan berpenyebut sama, namun pada soal berpenyebut beda memenuhi aspek fleksibilitas dan kebaruan. Hasil-hasil ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada level pendidikan yang sama. Tulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan bagi guru tentang kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika terutama materi pecahan dan bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemmapuan berpikr kreatif matematis.

Kata Kunci : berpikir kreatif matematis, pecahan, kefasihan, fleksibilitas, kebaruan

PENDAHULUAN

Salah satu kemampuan yang ingin dicapai dalam perlunya matematika diberikan

kepada semua peserta didik adalah kemampuan berpikir kreatif (Depdiknas, 2006). Martin

(Mahmudi, 2010) menyatakan kemampuan berpikir kreatif matematika adalah kemampuan

untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk dalam

masalah-masalah matematika. Senada dengan hal tersebut Livne (Mahmudi 2008) menyatakan bahwa

berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan menghasilkan solusi bervariasi yang

bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka. Oleh karena itu dapat

disimpulkan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan menghasilkan ide atau cara baru

dalam memecahkan masalah matematika.

Kemampuan berpikir kreatif sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi masalah

matematika maupun dalam masalah kehidupan sehari-hari. Kenyataannya pengembangan DESKRIPSI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP DALAM

(7)

kemampuan berpikir kreatif siswa jarang sekali diperhatikan dalam pembelajaran matematika

(Siswono, 2004). Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman Azhari & Somakim (2013)

di SMP 2 Banyuasin III menunjukan selama ini guru hanya melaksanakan pembelajaran

secara prosedural, hanya memberikan rumus-rumus kemudian mengerjakan soal-soal latihan

tanpa memberi kesempatan siswa untuk untuk berpikir kreatif. Rohaeti (2008) menyatakan

bahwa para siswa cenderung hanya menghafalkan sejumlah rumus, perhitungan dan

langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan guru atau yang ada dalam buku teks.

Nurannisa (2013) menyatakan pada saat mengerjakan soal latihan siswa selalu menggunakan

cara penyelesaian yang dicontohkan oleh guru sehingga dalam hal ini siswa belum bisa

menciptakan sesuatu yang baru untuk memecahkan masalah. Hal ini menyebabkan

kemampuan berpikir kreatif siswa tidak berkembang secara optimal.

Kemampuan berpikir kreatif matematika berkaitan dengan kemampuan memecahkan

masalah matematika. Polya (Mussyarofa, 2008) menyatakan bahwa pemecahan masalah

matematika merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai

tujuan yang tidak dengan segera tercapai. Siswono (2005) menyatakan pemecahan masalah

merupakan salah satu cara untuk mendorong kreativitas atau keterampilan berpikir kreatif

siswa. Hasil penelitian Triyono (2015) di SMP Kutowinangun menggunakan masalah

terbuka, menujukan kemampuan berpikir kreatif siswa masih dalam kategori rendah.

Pecahan merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika yang diberikan

sejak kelas IV Sekolah Dasar (SD) sampai kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Syarifudin (2015) mendefinisikan bilangan pecahan adalah bilangan yang terdiri atas dua

bagian angka, yaitu angka sebagai pembilang dan angka sebagai penyebut. Bilangan pecahan

mempunyai bentuk dengan b 0, dimana a di sebut pembilang dan b disebut penyebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di kelas VIII SMP Kristen 02 Salatiga

menyatakan pemahaman siswa terhadap pengoperasian bilangan pecahan masih kurang

terutama penjumlahan pecahan yang berpenyebut beda. Kesalahan yang seringkali terjadi

yaitu siswa menjumlahkan penyebut terlebih dahulu bukan menyamakan penyebut. Tetapi

ada juga siswa pada operasi perkalian dengan penyebut beda justru menyamakan penyebut

terlebih dahulu. Materi pecahan harus dipahami dan dikuasai siswa karena konsep pecahan

memiliki kesinambungan terhadap materi lain yang akan dipelajari pada jenjang pendidikan

selanjutnya dan materi pecahan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian Sitinjak (2014) dalam optimalisasi kemampuan berpikir kreatif

(8)

jumlah siswa, kemampuan berpikir kreatif matematis sudah berada pada kategori cukup baik.

Namun, hasil penelitian Restiani (2014) dalam memecahkan masalah pecahan menunjukan

bahwa dari 30 siswa yang memenuhi kategori cukup kreatif hanya 3 siswa, berati hanya 3

siswa yang sudah memenuhi aspek fleksibel dan kebaruan. Selanjutnya, tidak ada siswa yang

berada pada kategori kreatif dan sangat kreatif berati belum ada siswa yang memenuhi ketiga

aspek berpikir kreatif matematis yaitu kefasihan, fleksibel dan kebaruan. Hasil penelitian

Armadhani (2016) menunjukan dari 46 siswa hanya 9 siswa yang dapat menyelesaikan soal

tes kemampuan berpikir kreatif. Hal ini menunjukan masih rendahnya kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa terhadap materi pecahan. Mahmudi (2009) menyatakan materi

pecahan merupakan materi yang berpotensi untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa karena terdapat beragam representasi untuk menyajikan materi

pecahan. Beragam representasi ini dapat mendorong kemampuan berpikir fleksibel siswa

dalam mengkomunikasikan ide-ide matematika terkait pecahan. Kemampuan berpikir

fleksibel merupakan salah satu aspek berpikir kreatif matematis.

Kemampuan berpikir kreatif matematika juga berbeda, tergantung pada kemampuan

masing-masing siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Khumaidi (2013)

menyatakan kemampuan matematika siswa dikelompokkan menjadi kemampuan matematika

tinggi, kemampuan matematika sedang dan kemampuan matematika rendah. Silver (Siswono,

2008 :23) menjelaskan bahwa untuk menilai berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas

(flexibility) dan kebaruan (novelty). Silver (siswono 2005) dan Siswono (2008) memberikan

indikator pada aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan untuk menilai kemampuan berpikir

kreatif siswa dalam pemecahan masalah. Berikut ini adalah indikator kemampuan berpikir

(9)

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Aspek yang

dicapai

Silver (1997) Siswono (2008) Peneliti

Kefasihan (fluency)

Siswa menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian atau jawaban masalah

Kemampuan siswa memberi jawaban masalah yang beragam dan benar. Beberapa jawaban masalah dikatakan beragam, bila jawaban-jawaban tampak berlainan dan mengikuti pola tertentu.

Jawaban siswa memecahkan masalah pecahan beragam dengan mengikuti pola tertentu dan benar

Fleksibilitas (flexibility) 

Siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain.

 Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian

Kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda.

Jawaban siswa memecahkan masalah pecahan dengan berbagai cara yang berbeda dan benar

Kebaruan (novelty)

Siswa memeriksa beberapa metode penyelesaian atau jawaban, kemudian membuat lainnya yang berbeda

Kemampuan siswa menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tingkat pengetahuannya. Beberapa jawaban dikatakan berbeda bila jawaban itu tampak berlainan dan tidak mengikuti pola tertentu.

Satu atau beberapa jawaban tidak biasa, baru atau unik dilakukan oleh siswa pada tingkat pengetahuannya dalam memecahkan masalah pecahan dan tidak mengikuti pola tertentu

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penulisan makalah untuk

mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII SMP dalam

memecahkan masalah pecahan berdasarkan kemampuan matematika tinggi, sedang dan

rendah. Masalah pecahan yang di maksud yaitu masalah yang penyelesaiannnya

menggunakan pecahan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini terdiri

dari 3 siswa kelas VIII SMP Kristen 02 Salatiga, 1 subjek berkemampuan matematika tinggi

1 subjek berkemampuan matematika sedang dan 1 subjek berkemampuan matematika rendah.

Subjek dipilih karena sudah mempelajari materi pecahan pada tingkatan sebelumnya.

Pemilihan subjek berdasarkan nilai UTS matematika Kelas VIIIB semester 1 tahun

ajaran 2016/2017 dan rekomendasi guru matematika. Oleh sebab itu penelitian dilakukan di

(10)

Tabel 2. Interval Nilai untuk Penentuan Subjek

Kemampuan matematika

Interval nilai

Banyak siswa Nilai subjek Kode subjek

Tinggi 8, 25-9,00 4 9,00 Subjek T Sedang 7,00-7,50 5 7,50 Subjek F Rendah 4,00-5,75 5 4,75 Subjek B

Instumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dibantu dengan tes uraian

dan pedoman wawancara semistruktur. Tes uraian mengukur kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa dalam memecahkan masalah pecahan. Pedoman wawancara dilakukan untuk

menguatkan hasil tes siswa.

Tabel 3. Intrumen Soal

No Indikator Soal Soal Tipe A Soal Tipe B 1 Menemukan berbagai variasi

cara untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Tina dan Ani merencanakan membuat hiasan kado. Mereka Berdua memiliki pita yg total panjangnya ,7-4. m. Berapa kemungkinan panjang masing-masing pita yang dimiliki Tina dan Ani?

Stella dan Ana merencanakan membuat hiasan kado. Mereka Berdua memiliki pita yg total panjangnya ,11-4. m. Berapa kemungkinan panjang masing-masing pita yang dimiliki Stella dan Ana?

2 Menemukan berbagai variasi cara untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan berpenyebut beda

Ibu memerlukan 5 kg tepung terigu untuk membuat kue . Ternyata ibu hanya memiliki takaran yang ukurannya ,1-2. kg dan ,3-4. kg. Berapa takar tepung yang diperlukan ibu untuk membuat kue?

Ibu memerlukan 5 kg tepung terigu untuk membuat kue . Ternyata ibu hanya memiliki takaran yang ukurannya ,1-2. kg dan ,1-4. kg. Berapa takar tepung yang diperlukan ibu untuk membuat kue?

Data yang terkumpul dari hasil tes dan wawancara berpikir kreatif matematis di analisis sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis pada subjek kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah.

HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

1. Berpikir kreatif matematis subjek berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah pecahan

Data berpikir kreatif matematis subjek T diperoleh dari hasil tes dan wawancara. Hasil

(11)

a b

Gambar 1. Jawaban subjek T pada soal nomor 1: a. Tipe A, b. Tipe B

Berikut cuplikan wawancara untuk memperkuat hasil tes subjek T Cuplikan wawancara a:

T009 P : Kenapa memilih dan dan hasilnya jadi . Bisa jelaskan?

S : Ini dari 1 . Kalau 1 nya aku ubah jadi , otomatis dari 1 tadi. Kemudian kalau

dijumlahkan cari KPKnya maka hasilnya jadi

Cuplikan wawancara b:

T009 P : kenapa bisa buat banyak jawaban seperti ini?

S : Inikan bawahnya itu sudah genap jadi yang diganti itu atasnya aja pembilangnya jadi nanti bisa banyak jawaban. Punya Stella yang sebelah kiri dan punya Ani yang sebelah kanan (menunjuk jawaban nomor 1)

Berdasarkan hasil tes dan wawancara soal tipe A, kemampuan berpikir kreatif

matematis subjek T dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama soal tipe A

berada pada aspek fleksibilitas dan kebaruan, maka ditulis soal pecahan berpenyebut sama

tipe B karena aspek kefasihan belum ditunjukan oleh subjek T. Hasil tes dan wawancara soal

tipe B menunjukan kemampuan berpikir kreatif matematis subjek T dalam memecahkan

masalah pecahan berpenyebut sama tipe B berada pada aspek kefasihan. Oleh karena itu,

berdasarkan gambar 1 beserta cuplikan wawancara kemampuan berpikir kreatif matematis

subjek T dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama memenuhi aspek kefasihan,

fleksibilitas dan kebaruan.

Kefasihan ditunjukan dari 10 jawaban berbeda, benar dan jawaban tersebut mengikuti

suatu pola. Tampak dari jawaban pertama sampai jawaban kesepuluh subjek T hanya

(12)

jawaban satu dengan lainnya setiap bagian sebelah kiri bertambah dan sebelah kanan

berkurang . Fleksibilitas tampak dari jawaban beragam yang diberikan subjek T pada soal

tipe A. Subjek T memberikan 4 jawaban dengan 2 cara berbeda, tidak mengikuti pola tertentu

dan benar. Cara pertama yaitu dengan mencari dua bilangan pecahan yang dijumlahkan

hasilnya , tampak pada jawaban pertama yaitu dan kedua . Cara kedua yaitu

dengan menambahkan kemudian . Subjek T mengatakan didapatkan

dari bilangan 1, karena jika . Subjek T mengatakan baawa bilangan pecahan

pertama (sebelah kiri tanda penjumlahan) merupakan panjang pita milik Tina dan dan

bilangan pecahan kedua (sebelah kanan tanda penjumlahan) merupakan pita milik Ani.

Kebaruan tampak pada cara kedua yaitu subjek menjumlahkan pecahan berpenyebut beda,

dengan menyederhanakan bilangan 1 menjadi yang akan dijumlahkan dengan . Cara

ini jarang digunakan siswa kelas VIII SMP.

Selanjutnya, subjek T dihadapkan dengan soal kedua. Data berpikir kreatif matematis

Subjek T diperoleh dari hasil tes dan wawancara. Hasil tes berpenyebut beda ditampilkan

pada gambar 2.

a b

Gambar 2. Jawaban subjek T pada soal nomor 2: a. Tipe A, b. Tipe B

Berikut cuplikan wawancara untuk memperkuat hasl tes subjek T Cuplikan wawancara a:

T012 P : Bisa jelaskan bagaimanan menemukan jawabannya?

S : kg 10 kali takar. Jadi dikali 10, di bagi 2 kan hasilnya 5 kg. Jadi kg nya itu

10 takar.

(13)

S : Ada. kg biar jadi 5 kg ditambah kg 1 kali takar. Jadi totalnya ada

7 kali takar

Cuplikan wawancara b:

T018 P : Kenapa bisa menjawab dengan banyak jawaban seperti ini? S : Karena pola bilangan

T019 P : Kenapa bisa tahu bahwa ada pola bilangannya?

S : Hem nyoba-nyoba. Seperti tadi yang ukuran kg ada 10 takar, nah bertambah 2 jadi 12

takar.

Berdasarkan jawaban soal tes dan wawancara soal tipe A, kemampuan berpikir kreatif

matematis subjek T dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut beda tipe A berada

pada aspek fleksibilitas maka ditulis soal pecahan berpenyebut beda tipe B karena aspek

kefasihan dan kebaruan belum ditunjukan oleh subjek T. Hasil tes dan wawancara pecahan

berpenyebut beda tipe B menunjukan kemampuan berpikir kreatif matematis subjek T dalam

memecahkan masalah pecahan berpenyebut beda tipe B berada pada aspek kefasihan dan

fleksibilitas. Oleh karena itu, berdasarkan gambar 2 beserta cuplikan wawancara kemampuan

berpikir kreatif matematis subjek T dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut beda

memenuhi aspek kefasihan dan fleksibilitas.

Kefasihan tampak dari jawaban subjek T pada tipe B. Subjek memberikan 5 jawaban

yang berbeda, benar dan terdapat suatu pola. Jawaban pertama subjek T hanya menggunakan

takaran kg dan mengalikan dengan bilangan 10 sehingga menghasilkan 5 kg. Bilangan 10

tersebut yang menunjukan jumlah takaran dari ukuran 10 kg. Jawaban kedua dengan cara jika

masing-masing ukuran kg dan kg dikalikan dengan suatu bilangan dan hasil perkalian dua

ukuran tersebut dijumlahkan sehingga menghasilkan 5 kg. Bilangan yang digunakan sebagai

pengali tersebut yang menunjukan jumlah takaran yang digunakan untuk masing-masing

ukuran. Cara tersebut yang digunakan subjek T untuk menemukan jawaban kedua sampai

kelima, sehingga terlihat pola dari jawaban subjek T yaitu ukuran kg turun 2 dan ukuran

kg naik 4. Fleksibilitas terlihat dari jawaban yang diberikan subjek T pada soal tipe A dan B.

Jawaban soal tipe A subjek T memberikan 2 jawaban dengan cara yang berbeda dan benar.

Cara pertama mencari bilangan yang di bagi hasilnya 5, bilangan tersebut menunjukan

jumlah takaran dari ukuran kg dan cara kedua mengalikan ukuran takaran kg,

karena masih kurang kg untuk menjadi 5 kg sehingga menambahkan takaran kg sebanyak

1 kali sehingga total takarannya menjadi 7 takar dan bilangan yang dikalikan disetiap ukuran

(14)

terdapat 2 cara berbeda dan benar. Cara pertama subjek T hanya menggunakan takaran kg,

dengan mencari bilangan yang dikalikan hasilnya 5 kg. Bilangan tersebut merupakan

banyaknya takaran dari ukuran kg. Cara kedua yaitu mencari bilangan jika dikalikan dengan

masing-masing ukuran takaran dan hasil perkalian dijumlahkan menghasilkan 5 kg. Jawaban

kedua subjek mengalikan , dan , selanjutnya 4 + 1 = 5 kg. Jawaban ketiga

mengalikan , dan , selanjutnya 3 + 2 = 5 kg. Begitu seterusnya sampai

jawaban ke lima.

Berdasarkan hasil tes dan wawancara pecahan berpenyebut sama kemampuan berpikir

kreatif matematis subjek T berada apada aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

Sedangkan berdasarkan hasil tes dan wawancara pecahan berpenyebut beda kemampuan

berpikir kreatif matematis subjek T berada apada aspek kefasihan dan fleksibilitas.

2. Deskripsi berpikir kreatif matematis subjek berkemampuan sedang dalam memecahkan masalah pecahan

Data berpikir kreatif matematis Subjek F diperoleh dari hasil tes dan wawancara. Hasil

tes berpenyebut sama ditampilkan pada gambar 3.

a b

Gambar 3. Jawaban subjek F pada soal nomor 1: a. Tipe A, b. Tipe B

Berikut cuplikan wawancara untuk memperkuat hasil tes siswa subjek F Cuplikan wawancara a:

F009 P : Bisa jelaskan bagaimana mendapatkan jawaban seperti ini? (menunjuk jawaban soal nomor 1)

S : Emmm....ini maksudku kan Tina dan Ani ini kan 2 orang, jadi 2 dibagi total panjang pita itu. Terus bagiannya itu bisa dijadikan perkalian. Tapi yang pecahannya itu ditukar. Kalau jadi kali misalnya terus kalau dikali jadinya , jadinya

F010 P : Jadi panjang masing-masing pita yang dimiliki Tina dan Ani berapa? S : Emm...

F011 P : ini milik siapa?

S : Kedua-duanya...

(15)

S : Emm...iya

Cuplikan wawancara b:

F017 P : Menurut kamu apakah soal ini jawabannya hanya satu atau bagaimana? S : Emm...bisa banyak.

F018 P : Bisa tunjukan jawabanya. Bisa di coba-coba ngerjakannya di kertas oretan-oretan

S : Dikalikan 2 (sambil menunjukan jawabannya). Jadi totalnya dikalikan . Karena mereka berdua

makanya dikalikan dua

F019 P : Ini maksudnya bisa 11 ini milik siapa? S : Emm... tidak tahu. (sambil senyum-senyum) F020 P : Bisa tunjukan cara lain lagi?

S : Tidak bisa

Berdasarkan hasil tes dan wawancara soal tipe A, subjek F tidak memenuhi ketiga

aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dalam memecahkan masalah pecahan soal tipe

A. Oleh sebab itu ditulis soal tipe B karena subjek F belum menunjukan ketiga aspek

kemampuan berpikir kreatif matematis. Hasil tes dan wawancara soal tipe B menunjukan

subjek F tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dalam

memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama tipe B. Oleh karena itu, berdasarkan

gambar 3 beserta cuplikan wawancara subjek F dalam memecahkan masalah pecahan

berpenyebut sama tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu

aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

Subjek F hanya memberikan satu jawaban dan tidak dapat memberikan jawaban

lainnya pada soal tipe A. Subjek tahu bahwa jawaban yang diberikan salah, tetapi tidak dapat

menunjukan yang benar. Jawaban soal tes dan jawaban pada saat wawancara menunjukan

subjek F masih mengalami kesulitan. Tipe B subjek F memberikan dua jawaban dengan cara

yang berbeda namun salah satu jawaban yang diberikan kurang tepat. Cara pertama subjek F

menjumlahkan dua bilangan pecahan yang menghasilkan . Cara kedua subjek F mengalikan

. Subjek F mengatakan bahwa karena ada dua orang jadi di bagi 2. Jawaban

kedua yang diberikan kurang tepat.

Selanjutnya, subjek F dihadapkan dengan soal yang kedua. Data berpikir kreatif

matematis subjek T diperoleh dari hasil tes dan wawancara. Hasil tes berpenyebut beda

(16)

a b

Gambar 4. Jawaban subjek F pada soal nomor 2: a. Tipe A, b. Tipe B

Berikut cuplikan wawancara untuk memperkuat hasil tes siswa subjek F Cuplikan wawancara a:

F028 P : Ada cara lain lagi yang bisa ditemukan? S : Mungkin ada, tapi aku tidak kepikiran F029 P : Bisa dicoba?

S : Cara lainnya kg di kurangi kg kemudian hasilnya kg. Terus sama

F030 P : Bisa dijelaskan maksudnya bagaimana?

S : Kalau yang tadi itukan hitungnya sendiri-sendiri gitu. Kalau yang ini langsung takarannya

dikurangi kg terus hasilnya . Kemudian sama seperti tadi F031 P : 10 ini maksudnya bagaimana?

S : 10 ini jumlah takaran yang kg

F032 P : nya tidak?

S : Tidak

Cuplikan wawancara b

Berdasarkan hasil tes dan wawancara soal tipe A menunjukan subjek F tidak memenuhi

ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dalam memecahkan masalah pecahan

berpenyebut beda soal tipe A maka ditulis soal tipe B karena subjek F belum menunjukan

ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis. Hasil tes dan wawancara soal tipe B

menunjukan subjek F tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis

dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut tipe B. Oleh karena itu berdasarkan

gambar 4 beserta cuplikan wawancara subjek F tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan F022 P : Bisa jelaskan bagaimana menenmukan jawabannya?

S : Jadi = selanjutnya di bagi 5 hasilnya .

F023 P : Jadi ini apanya?

(17)

berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan masalah

pecahan berpenyebut beda.

Subjek F pada soal tipe A memberikan dua jawaban dengan cara yang berbeda namun

tidak semua jawaban yang diberikan bernilai benar. Cara pertama banyaknya tepung yang

diperlukan ibu dibagi dengan ukuran setiap takaran, hasil pembagian tersebut dijumlahkan.

Subjek F menjelaskan hasil penjumlahan menyatakan banyaknya takaran yang diperlukan,

10 takar untuk ukuran yang kg. Namun pada penjumlahan subjek F kurang teliti dan

jawaban akhirnya kurang tepat. Cara kedua subjek F mengurangkan takaran ukuran kg

dengan ukuran kg dan jumlah tepung yang diperlukan ibu dibagi dengan hasil pengurangan

kedua takaran, sehingga hasil pembagian tersebut merupakan jumlah takaran yang diperlukan

dari takaran hasil pengurangan. Tampak bahwa tidak ada hubungan antara jawaban pertama

dan kedua sehingga tidak terdapat suatu pola. Selanjutnya, pada soal tipe B subjek F hanya

memberikan satu jawaban dan tidak dapat menunjukan jawaban lainya. Subjek F

menambahkan dengan menghasilkan . Selanjutnya, banyaknya tepung yang diperlukan

ibu dibagi dengan hasil penjumlahan, yaitu . Subjek F mengatakan bahwa takaran

yang diperlukan ibu yaitu . Jawaban tersebut kurang tepat. Subjek F tidak dapat

memberikan jawaban lainnya dan masih mengalami kebingungan dalam menjawab soal

tersebut.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil tes dan cuplikan wawancara dalam memecahkan

masalah pecahan berpenyebut sama maupun berpenyebut beda subjek F tidak memenuhi

ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu aspek kefasihan, fleksibilitas dan

kebaruan.

3. Deskripsi berpikir kreatif matematis subjek berkemampuan rendah dalam memecahkan masalah pecahan

Data berpikir kreatif matematis subjek B diperoleh dari hasil tes dan wawancara. Hasil

(18)

a

b

Gambar 5. Jawaban subjek B pada soal nomor 1: a. Tipe A, b. Tipe B

Berikut cuplikan wawancara untuk memperkuat hasil tes subjek B Cuplikan wawancara a:

B009 P : Bisa jelaskan maksud soal nomor 1 ini bagaimana?

S : Inikan Tina dan Ani berencana membuat hiasan kado. Mereka berdua memiliki pita total panjangnya m. Berapa masing-masing pita yang dimiliki Tina dan Ani?

Inikan cuma ada panjang total pita Tina dan Ani. Ini ditanyakan kemungkinan

masing-masing. Inikan bisa berapa ditambah berapa yang hasilnya . Ini aku jawab cara 1 itu

. itu pita Tina dan itu pita Ani. Cara 2 nya dibalik kalau aku . itu

pita Tina dan itu pita Ani. B010 P : Ada cara lain lagi?

S : Ada, sebentar. Tinggal diganti pembilangnya aja. Jadi ada .

itu pita Tina ditambah itu pita Ani jadi .

Cuplikan wawancara b

Berdasarkan jawaban tes dan wawancara soal tipe A menunjukan subjek B tidak

memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dalam memecahkan masalah

pecahan berpenyebut sama tipe A, maka ditulis soal tipe B karena subjek B belum

menunjukan ketiga aspek kemampuan berpikr kreatif matematis. Hasil tes dan wawancara

soal tipe B menjukan subjek B tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif

matematis dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama tipe B. Oleh karena itu

subjek F tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu B014 P : Kenapa bisa menggunakan operasi penjumlahan?

S : Ya mungkin biar bisa gampang hitungnya. Kalau dikurang itu tidak bisa. Bearti kalau dikurangi tidak bisa, jadi hanya bisa ditambah karena kalau mau dikurangi itukan yang dikurangi melebihi total yang ada di soal. Nah ini kan gimana caranya bisa jadi makanya

(19)

kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut

sama.

Subjek B memberikan 4 jawaban yang berbeda namun cara yang digunakan sama yaitu

hanya mengganti pembilang dari dua bilangan yang dijumlahkan pada soal tipe A. Subjek B

menggunakan dua bilangan pecahan yang dijumlahkan menghasilkan total panjang pita.

Subjek B dapat menuliskan dengan rinci mana pita yang dimiliki Tina dan Ani. Namun cara

yang digunakan dalam memberikan jawaban lainnya tetap sama dan tidak ada suatu pola.

Selanjutnya, soal tipe B subjek memberikan 4 jawaban yang berbeda dan benar, namun cara

yang digunakan sama yaitu hanya mengganti pembilang dari dua bilangan yang dijumlahkan.

Subjek B mencoba menggunakan cara lain untuk menemukan jawaban lainnya dengan

operasi pengurangan yaitu . Tetapi pada saat wawancara subjek B mengetahui

bahwa apa yang ditulisnya tidak bisa dan tidak benar karena bilangan yang digunakan

melebihi bilangan yang ada di soal, sehingga tidak bisa menggunakan operasi pengurangan.

Selanjutnya, subjek B dihadapkan dengan soal yang kedua. Data berpikir kreatif

matematis subjek B diperoleh dari hasil tes dan wawancara. Hasil tes berpenyebut beda

ditampilkan pada gambar 6.

a b

Gambar 6. Jawaban subjek B pada soal nomor 2: a. Tipe A, b. Tipe B

Berikut cuplikan wawancara untuk memperkuat hasil tes subjek B

(20)

B015 P : Soal nomor 2 bisa dijelaskan maksud soalnya bagaimana?

S : Ibu memerlukan 5 kg tepung terigu untuk membuat kue ternyata ibu hanya memiliki takaran yang ukurannya kg dan kg. Ditanya berapa kemungkinan takar tepung yang diperlukan ibu untuk membuat kue.

Nah itukan bagaimanan caranya bisa menjadi 5 kg. Nah ini aku ditambah sampai 10

kali , itukan dijumlahkan jadi kg.

Cara ke 2 ku dan . Jadi 2+3 = 5 kg B016 P Jadi berapa takar yang diperlukan ibu untuk membuat kue?

S Yang pertama ada 10 takar untuk ukuran kg

Kedua ada 4 takar untuk kg dan ada 4 takar untuk yang kg jadi ada 8 takar.

Kesimpulannya ditambah 10 kali maka hasilnya jadi 10 takar. Terus nya 4 takar dan nya 4 takar jadi totalnya 8 takar

Cuplikan wawancara b:

B020 P : Kenapa bisa berpikir menyelesaikannya menggunakan operasi penjumlahan? S : Ya karena bisa lebih memudahkan.

B021 P : Disekolah apakah diajarkan cara-cara seperti ini atau bagaimana? S : Perkalian tapi karena lebih mudah hitungnya pakai penjumlahan B022 P : Bisa ditunjukan caranya bagaimana?

S : Ya bisa. (menuliskan jawabannya) dan . Kemudian hasilnya ditambah

jadi 2 + 3 = 5 kg. Jadi ukuran kg ada 4 takar dan kg ada 12 takar.

Berdasarkan jawaban soal tes dan wawancara soal tipe A, kemampuan berpikir kreatif

matematis subjek B dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut beda tipe A berada

pada aspek fleksibilitas dan kebaruan, maka ditulis soal tipe B karena subjek belum

menunjukan aspek kefasihan dalam menyelesaikan soal pecahan berpenyebut beda. Hasil tes

dan wawancara soal tipe B menunjukan kemampuan berpikir kreatif matematis subjek B

dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut beda tipe B berada pada aspek fleksibilitas

dan kebaruan. Oleh karena itu berdasarkan gambar 6 beserta cuplikan wawancara

kemampuan berpikir kreatif subjek B dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut beda

berada pada aspek fleksibilitas dan kebaruan.

Fleksibilitas tampak dari jawaban soal tipe A dan B. Soal tipe A Subjek B memberikan

2 jawaban yang berbeda dan benar. Cara pertama yang ditunjukan yaitu menjumlahkan

ukuran kg sebanyak 10 kali. Banyaknya ukuran kg yang dijumlahkan menyatakan

banyaknya takaran kg yang diperlukan ibu. Cara kedua dengan operasi perkalian, yaitu

mengalikan masing-masing takaran dengan suatu bilangan dan menjumlahkan hasil

perkaliannya, seperti dan . Jadi 2+3 = 5 kg maka ada 4 takar untuk

ukuran kg dan ada 4 takar untuk ukuran kg totalnya menjadi 8 takar. Soal tipe B dapat

(21)

pertama subjek B menjumlahkan ukuran kg sebanyak 10 kali sehingga banyak takar ukuran

kg adalah 10 takar. Cara kedua yaitu menjumlahkan ukuran sebanyak 4 kali dan

menjumlahkan ukuran kg sebanyak 12 kali, banyaknya ukuran kg dan kg yang

dijumlahkan menyatakan banyak takaran yang diperlukan untuk masing-masing ukuran. Cara

ketiga yaitu mencari bilangan yang dikalikan dengan masing-masing ukuran takaran dan

dijumlahkan hasilnya 5 kg, yaitu dan . Bilangan yang di kalikan dengan

setiap ukuran takaran menyatakan jumlah takaran yang digunakan untuk masing-masing

takaran. Kebaruan terlihat dari jawaban soal tipe A dan B yang diberikan subjek B. Dua cara

yang digunakan, cara pertama merupakan cara yang jarang digunakan siswa kelas VIII SMP

yaitu menggunakan operasi penjumlahan dengan menjabarkan satu persatu ukuran takaran

yang digunakan. Jawaban pada soal tipe B dari 3 cara yang diberikan, cara pertama dan

kedua merupakan cara yang jarang digunakan anak kelas VIII SMP. Subjek mengatakan cara

yang diberikan atau diajarkan di sekolah yaitu menggunakan perkalian. Secara tidak langsung

ketika subjek B menjawab menggunakan operasi penjumlahan menjabarkan satu persatu

menunjukan subjek B paham dan mengerti dengan konsep penjumlahan dan perkalian. Guru

matematika di kelas VIII SMP Kristen 02 Salatiga juga mengatakan bahwa cara yang

digunakan oleh subjek B jarang digunakan oleh anak kelas VIII karena biasanya

menggunakan perkalian.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil tes dan transkip wawancara kemampuan berpikir

kreatif matematis subjek B dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut beda berada

pada aspek fleksibilitas dan kebaruan.

PEMBAHASAN

1. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Kefasihan

Hasil penelitian pada 3 subjek, subjek berkemampuan matematika tinggi memenuhi

aspek kefasihan pada soal pecahan berpenyebut sama namun subjek berkemampuan

matematika sedang dan rendah belum memenuhi aspek kefasihan. Subjek berkemampuan

matematika sedang tidak dapat memberikan jawaban beragam dan mengikuti suatu pola.

Sementara subjek berkemampuan matematika rendah dapat memberikan beberapa jawaban

dan benar namun jawaban yang diberikan tidak terlihat suatu pola. Subjek berkemampuan

matematika tinggi dapat memberikan bermacam-macam jawaban benar dan mengikuti suatu

pola. Subjek berkemampuan matematika tinggi menjawab soal tersebut dengan mengganti

(22)

lainnya setiap bagian sebelah kiri bertambah dan sebelah kanan berkurang . Menurut

Siswono (2008) kefasihan yaitu kemampuan siswa memberi jawaban masalah yang beragam

dan benar. Beberapa jawaban masalah dikatakan beragam, bila jawaban-jawaban tampak

berlainan dan mengikuti pola tertentu. Oleh sebab itu subjek berkemampuan matematika

tinggi memenuhi aspek kefasihan pada soal pecahan berpenyebut sama.

Hasil penelitian pada 3 subjek, subjek berkemampuan matematika tinggi memenuhi

aspek kefasihan pada soal pecahan berpenyebut beda namun subjek berkemampuan

matematika sedang dan rendah belum memenuhi aspek kefasihan. Subjek berkemampuan

matematika sedang tidak dapat memberikan jawaban beragam dan mengikuti suatu pola.

Sementara subjek berkemampuan matematika rendah dapat memberikan beberapa jawaban

dan benar namun jawaban yang diberikan tidak terlihat suatu pola. Subjek berkemampuan

matematika tinggi memberikan 5 jawaban yang berbeda, benar dan terdapat suatu pola pada

soal pecahan berpenyebut beda, yaitu bilangan yang dikalikan ukuran kg turun 2 dan

bilangan yang dikalikan ukuran kg naik 4. Menurut Siswono (2008) kefasihan yaitu

kemampuan siswa memberi jawaban masalah yang beragam dan benar. Beberapa jawaban

masalah dikatakan beragam, bila jawaban-jawaban tampak berlainan dan mengikuti pola

tertentu. Oleh sebab itu subjek berkemampuan matematika tinggi memenuhi aspek kefasihan

pada soal pecahan berpenyebut beda.

2. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Fleksibilitas

Hasil penelitian pada 3 subjek soal pecahan berpenyebut sama, subjek berkemampuan

matematika tinggi memenuhi aspek fleksibilitas namun subjek berkemampuan matematika

sedang dan rendah belum memenuhi aspek flkesibilitas. Subjek berkemampuan matematika

sedang memberikan 2 jawaban dan jawaban yang diberikan kurang tepat dan tidak dapat

menemukan cara lain dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama. Hasil jawaban

soal tes dan jawaban pada saat wawancara menunjukan subjek berkemampuan matematika

sedang masih mengalami kesulitan. Subjek berkemampuan matematika rendah dapat

memberikan beberapa jawaban dengan benar namun cara yang digunakan sama. Sementara

subjek berkemampuan matematika tinggi memberikan 4 jawaban dengan 2 cara yang berbeda

dan benar. Menurut Siswono (2008) fleksibilitas adalah kemampuan siswa memecahkan

masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Oleh karena itu berdasarkan kemampuan

berpikir kreatif matematis subjek berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan

(23)

Hasil penelitian pada 3 subjek soal pecahan berpenyebut beda, subjek berkemampuan

matematika tinggi dan rendah memenuhi aspek fleksibilitas namun subjek berkemampuan

matematika sedang belum memenuhi aspek flkesibilitas. Subjek berkemampuan matematika

sedang memberikan paling banyak dua jawaban yang berbeda dengan cara berbeda namun

jawaban yang diberikan kurang teliti dan kurang tepat. Subjek berkemampuan matematika

tinggi dapat memberikan jawaban beragam dan terdapat 2 cara yang berbeda dan benar.

Subjek berkemampuan matematika rendah dapat memberikan beragam jawaban dengan 3

cara yang berbeda dan benar. Menurut Siswono (2008) fleksibilitas adalah kemampuan siswa

memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Oleh karena itu kemampuan

berpikir kreatif matematis subjek berkemampuan matematika tinggi dan subjek

berkemampuan matematika rendah dalam memecahkan masalah pecahan penjumlahan

berpenyebut beda memenuhi aspek fleksibilitas.

3. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Kebaruan

Hasil penelitian pada 3 subjek soal pecahan berpenyebut sama, subjek berkemampuan

matematika tinggi memenuhi aspek kebaruan namun subjek berkemampuan matematika

sedang dan rendah belum memenuhi aspek kebaruan. Subjek berkemampuan matematika

sedang tidak dapat memberikan beberapa jawaban yang tidak biasa dan benar. Sementara

subjek berkemampuan matematika rendah dapat memberikan beberapa jawaban namun

belum ada jawaban yang tidak biasa dilakukan siswa pada tingkat pengetahuannya. Subjek

berkemampuan matematika tinggi memberikan 4 jawaban yang berbeda dan benar namun

dengan 2 cara yang berbeda. Cara pertama subjek berkemampuan matematika tinggi

menjumlahkan dua bilangan pecahan berpenyebut sama. Cara kedua subjek berkemampuan

matematika tinggi dapat memberikan jawaban yang berbeda dengan cara menjumlahkan dua

bilangan pecahan berpenyebut beda. Menurut Siswono (2008) kebaruan adalah kemampuan

siswa menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar

atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tingkat

pengetahuannya. Beberapa jawaban dikatakan berbeda bila jawaban itu tampak berlainan dan

tidak mengikuti pola tertentu. Subjek berkemampuan matematika tinggi dapat memberikan 2

jawaban dengan cara penjumlahan berpenyebut beda. Jawaban yang diberikan subjek

berkemampuan matematika tinggi merupakan proses perhitungan yang jarang dilakukan oleh

anak kelas VIII SMP. Oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif matematis subjek

berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah pecahan penjumlahan

(24)

Hasil penelitian pada 3 subjek soal pecahan berpenyebut beda, subjek berkemampuan

matematika rendah memenuhi aspek kebaruan namun subjek berkemampuan matematika

tinggi dan sedang belum memenuhi aspek. Menurut Siswono (2008) kebaruan adalah

kemampuan siswa menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi

bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada

tingkat pengetahuannya. Beberapa jawaban dikatakan berbeda bila jawaban itu tampak

berlainan dan tidak mengikuti pola tertentu. Subjek berkemampuan matematika rendah

memberikan dua jawaban atau cara yang tidak biasa atau jarang digunakan siswa kelas VIII

SMP. Jawaban pertama yaitu menjumlahkan salah satu takaran dengan takaran itu sendiri

hingga menghasilkan banyaknya tepung yang diperlukan ibu. Banyaknya takaran yang

dijumlahkan menyatakan banyaknya takaran yang digunakan. Jawaban kedua yaitu dengan

menjumlahkan satu takaran dengan dirinya sendiri berapa kali kemudian menjumlahkan

takaran kedua dengan dirinya sendiri berapa kali dan hasil penjumlahan masing-masing

takaran dijumlahkan sehingga menghasilkan banyaknya tepung yang diperlukan ibu. Subjek

mengatakan cara yang diberikan atau diajarkan di sekolah yaitu menggunakan perkalian.

Secara tidak langsung ketika subjek berkemampuan matematika rendah menjawab

menggunakan operasi penjumlahan menjabarkan satu persatu menunjukan subjek

berkemampuan matematika rendah paham dan mengerti dengan konsep penjumlahan dan

perkalian. Guru matematika di kelas VIII SMP Kristen 02 Salatiga mengatakan bahwa cara

yang digunakan oleh subjek berkemampuan matematika rendah jarang digunakan oleh anak

kelas VIII karena yang diajarkan menggunakan operasi perkalian. Subjek berkemampuan

matematika rendah dapat memberikan jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada

tingkat pengetahuannya, oleh karena itu subjek berkemampuan matematika rendah memenuhi

aspek kebaruan pada pecahan berpenyebut beda.

PENUTUP

Kemampuan berpikir kreatif matematis subjek kemampuan matematika tinggi dalam

memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama berada pada aspek kefasihan, fleksibilitas

dan kebaruan serta memenuhi aspek kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan masalah

pecahan berpenyebut beda. Kemampuan berpikir kreatif matematis subjek kemampuan

matematika sedang dalam memecahkan masalah pecahan berpenyebut sama maupun beda

tidak memenuhi ketiga aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Kemampuan berpikir

kreatif subjek kemampuan matematika rendah dalam memecahkan masalah pecahan

(25)

memenuhi aspek fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan masalah pecahan

berpenyebut beda.

Tulisan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk meneliti tentang

kemampuan berpikir kreatif matematika secara khusus materi pecahan. Kegiatan

pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru hendaknya menanamkan konsep dasar

pecahan karena materi ini akan ditemukan sampe jenjang pendidikan selanjutnya dan guru

hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan cara atau kreativitas

sendiri dalam memecahkan masalah matematika secara khusus pecahan. Bagi siswa agar

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kraetif matematis. dan memberi kesempatan

kepada siswa untuk menggunakan cara atau kreativitas sendiri dalam memecahkan masalah

pecahan.

DAFTAR PUSTAKA

Armadhani, U. (2016). Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Open- Ended Di Kelas Vii Smp Nurul Islam Indonesia. Tersedia:

http://digilib.unimed.ac.id/20895/3/3%20NIM%204122111022%20ABSTRACT.pdf. [26 Juli 2016]

Azhari, & Somakim. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Banyuasin III , 2. [26 Juli 2016]

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Khumaidi, M. S., & Budiarto, M. T. (2013). Jenjang Kreativtas siswa dalam Mememcahkan Masalah Matematika Dintinjua Dari Kemampuan Matematika Siswa. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/3899/6276. [21 Juni 2016]

Lexy, J, Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Machromah, I. U, & dkk. (2015). Analisi Proses dan Tingkat Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah Bentuk Soal Cerita Materi Lingkaran Ditinjau dari Kecemasan Matematika , 614. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Tersedia: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=375699&val=5816&title=ANAL ISIS%20PROSES%20DAN%20TINGKAT%20BERPIKIR%20KREATIF%20SISW A%20SMP%20DALAM%20PEMECAHAN%20MASALAH%20BENTUK%20SOA L%20CERITA%20MATERI%20LINGKARAN%20DITINJAU%20DARI%20KECE MASAN%20MATEMATIKA. [1 Agustus 2016]

Mahmudi, Ali. 2008. “Tinjauan Kreativitas Dalam Pembelajaran Matematika”. Jurnal Pythagoras Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Volume 4, Nomor 2,

Desember 2008, Issn 1978-4538. Tersedia:

(26)

d,%20Dr./Makalah%2004%20Pythagoras%202008%20_Tinjauan%20Kreativitas%20 dalam%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf . [20 Juni 2016]

Mahmudi, A. (2009). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pembelajaran Topik Pecahan . Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya dengan tema Kontribusi Aljabar dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Pembelajaran Matematika untuk Mencapai World Class University yang diselenggarakan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta. [24 Agustus 2016]

Mahmudi, Ali. 2010.“Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”. Makalah Disajikan Pada Konferensi Nasional Matematika XV Unima Manado, 30 Juni – 3 Juli

2010. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd, %20Dr./Makalah%2014%20ALI%20UNY%20Yogya%20for%20KNM%20UNIMA% 20_Mengukur%20Kemampuan%20Berpikir%20Kreatif%20_.pdf. [18 Juni 2016] Mussyarofa. 2008.Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah Matematika dengan

Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Persegi dan Persegi Panjang di Kelas III SD Negeri Simokerto 1 Surabaya.Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: UNESA. [31 Agustus 2016]

Nurannisa, E. (2013). Efektifitas Open Ended APPROCH Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika . [7 Agustus 2016]

Restiani, R., & dkk. (2014). Identifikasi tingkat berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika melalui tipe soal open ended pada materi pecahan kelas V SD di SDN Tegalrejo 02 Salatiga. [25 Agustus 2016]

Rohaeti, E. E. (2008). Pembelajaran Dengan Pendekatan Eksplorasi Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan

Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/7410/1/p-50.pdf. [26 Juli 2016]

Silver, Edward A. (1997).Fostering Creativity Through Instruction Rich In Mathematical

Problem Solving And Thinking In Problem Posing.

https://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf. [18 juni 2016]

Siswono, T. Y. E. (2004). Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah (Problem Possing). Makalah dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika XI, Universitas Udayana Denpasar. [2 Juni 2016]

Siswono, T. Y. E. 2005. Menilai Kreativitas Siswa Dalam Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika “Peranan Matematika Dan Terapannya Dalam Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia” Di Jurusan

Matematika FMIPA Unesa, 28 Pebruari 2005. Tersedia:

https://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper05_nilaikreatif.pdf [12 juni 2016] Siswono, T. Y. E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan Dan

Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. UNESA

University Press. Tersedia:

(27)

Sitinjak, D. (2014). Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Penerapan Strategi Pemecahan Masalah Open Ended Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Saintech VOL 06, NO 04 . [25 Agustus 2016]

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Syarifudin, A., & Nafi'an, A. (2015). Rumus Lengkap Matematika dan IPA SMP Kelas 7, 8, dan 9. Yogyakarta: IN Azna Bookks.

Gambar

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Aspek yang Silver (1997) Siswono (2008)
Tabel 2. Interval Nilai untuk Penentuan Subjek
Gambar 1. Jawaban subjek T pada soal nomor 1: a. Tipe A, b. Tipe B
Gambar 2. Jawaban subjek T pada soal nomor 2: a. Tipe A, b. Tipe B
+4

Referensi

Dokumen terkait

a. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII MTs Ma’arif Karangan Trenggalek. Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

Hal-hal yang perlu ditentukan dan mungkin diklarifikasi dalam proses pemeriksaan pendahuluan, antara lain: (1) apakah Termohon adalah Badan Publik yang merupakan obyek

Ekonomi membahas individu dan masyarakat dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang , dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan

(2) Pejabat yang berhak menggunakan stempel pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b adalah Sekretaris Daerah atas nama Gubernur, Kepala SKPD

 Sinyal penerimaan pada pesawat penerima radio AM/FM yang berupa sinyal audio dapat dimanfaatkan sebagai sinyal input untuk menyambung dan memutuskan catu daya

Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Matematika Untuk Mendukung Pembentukan Karakter Siswa,, Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan di Universitas Sanata

Bagi sekolah, dengan adanya hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan masukan dan pertimbangan sebagai salah satu bahan alternatif dalam kemajuan semua mata

Berdasarkan paparan data tes dan wawancara penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa subjek KDS dapat mencapai indikator berpikir kreatif pada tingkat fasih dan