• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepastian Hukum Pemegang Hak Atas Tanah Di Kawasan Hutan (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 45 Puu-Ix 2011 Dihubungkan Dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor 47 P Hum 2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepastian Hukum Pemegang Hak Atas Tanah Di Kawasan Hutan (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 45 Puu-Ix 2011 Dihubungkan Dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor 47 P Hum 2011)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan yang lahir di awal reformasi merupakan payung hukum dalam pengaturan penguasaan dan pengelolaan hutan di Indonesia. Namun dalam perkembangannya penerapan UU Kehutanan ini telah menimbulkan permasalahan dalam hubungan antara pemerintah sebagai penyelenggara negara dengan warga masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan yang secara turun temurun menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan hutan dan sumber daya alam yang ada didalamnya. Keadaan yang demikian mendorong berbagai elemen masyarakat untuk mengajukan uji materi terhadap UU Kehutanan kepada MK yang salah satu putusannya dituangkan dalam Putusan No.45/PUU-IX/2011 yang mengabulkan permohonan para pemohon . Kemudian berdasarkan UU Kehutanan tersebut Menteri Kehutanan telah mengeluarkan SK Menhut 44/2005 tentang penunjukan kembali kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara yang juga dalam penerapannya telah memunculkan konflik dengan para pemegang hak atas tanah di kawasan hutan . Uji materi terhadap SK Menhut 44/2005 pun dimohonkan kepada MA dan dikenal dengan Putusan MA 47 P/HUM/2011 yang putusannya membatalkan SK Menhut tersebut.

Permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam tesis ini adalah, Apakah Putusan MK 45/2011 telah memberikan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah di kawasan hutan, apakah Putusan MA 47/2011 terkait penunjukan kawasan hutan di Sumatera Utara juga telah memberikan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah di kawasan hutan termasuk pemerintah daerah sebegai pemegang Hak Pengelolaan, dan bagaimana akibat hukum bagi pemegang hak atas tanah di kawasan setelah adanya kedua putusan tersebut? Penelitian ini menggunakan teori kepastian hukum dari Jan Michael Otto dan teori efektifitas hukum dari Anthony Allot. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dengan jenis kajian yuridis normatif.

Dari penelitian yang dilakukan Putusan MK 45/2011 secara yuridis telah memberi ruang bagi penguatan kepastian hukum pemegang hak atas tanah di kawasan hutan, tetapi dalam penerapannya secara faktual belum bisa dilaksanakan. Putusan MA 47/2001 secara yuridis juga telah memberi kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah di kawasan hutan khususnya di wilayah propinsi Sumatera Utara, tetapi keberadaan SK Menhut No. 579/2014 secara faktual belum sepenuhnya mengakomodasi kepentingan para pemegang hak atas tanah dengan kata lain kedua putusan tersebut belum memberi kepastian hukum yang nyata bagi para pemegang hak atas tanah di kawasan hutan.

(2)

ABSTRACT

Law No.41/1999 on Forestry, issued at the beginning of the reformation era, is a legal umbrella in regulating authority and managing firestry in Indonesia.However, in its development, the implementation of this Forestry Law has aroused problems in the relation between the government as the administrator of the State and the people who live from generation to generation in the vicinity of forrest; the latter live on forest and its natural r esources. This condition has encouraged them to file judicial review on Forestry Law to the Constitutional Court with its Rulling No.45/PUU-IX/2011 accepts their request. Based on this Forestry Law, the Minister of Forestry has issued the Decree of the Minister of Forestry No.44/2005 on reappointing forest area in North Sumtera Province wich, in its implementation has caused conflict with the people entitled to the land right in the forest area. Judicial Review on the Decree of Minister of Foretry No. 44/2005 was filed to the Supreme Court which in its Ruling No. 47 P/HUM/2011 cancelled the Decree of the Minister of Forestry.

The problems of the research were as follows: whether the Ruling of the Constitutional Court No. 45/2011 has provided legel certainty for the people entitled to the land rights in the forest area, whether the Ruling of the Supreme Court No. 47/2011,related to the appointment of the forest area in Nort Sumatera has provided legal certainty for the people entitled to the land rights in the forest area, including local government as the management holder, and how about the legal consequence for the people antitled to the land rights after the second Ruling is issued. The research used the theory of legel certainty from Jan Michael Otto and the theory of legel effectiveness from Anthony Allot. The research was descriptive analytic with judicial normative study.

The result of the research showed that the Ruling of the Constitutional Court No.45/2011 has judicially reinforced legal certainty for the people entitled to the land rights in the forest area, but it is factually not implemented yet. The Rulling of the Supreme Court No. 47/2011 has also judicially provided legal certainty for the people entitled to the land rights in the forest area, especially in Nort Sumatera. However, the Decree of the Minister of Forestry does not factually accommodate the interest of the people entitled to the land rights. In other words the Decree actually has not yet provided legal certainty for the people entitled to the land rights in the forest area.

Referensi

Dokumen terkait

Ditambah lagi dengan adanya kesalahan dalam pelaksanaan di lapangan misalnya kurangnya jumlah tulangan yang dipasang, jarak antar sengkang yang lebih panjang dari

Pada tahap Perencanaan ini yang sering dikeluhkan oleh Puskesmas Gaya Baru V adalah ada beberapa jenis obat jumlahnya tidak sesuai dengan permintaan.Berdasarkan

Diperoleh karakterisasi pada modul torsi yang dibangun secara hingga atas daerah Dedekind adalah modul tidak terdekomposisi jika dan hanya jika siklis primer jika dan hanya

sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain:

Berkaitan dengan masalah tersebut, Program pengabdian kepada masyarakat (IbM) khususnya di desa Bangoan dan desa Tulungrejo ini memberikan solusi untuk

Hasil paired sampel t-test adalah p : 0,00 ( p <0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga hipotesis II yang menyatakan Penambahan Core Stability Exercise pada intervensi

Monitoring dan pengendalian pelaksanaan untuk mempermudah pelaksanaan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal di Jawa Barat, dilaksanakan

Berdasarkan penelitian tersebut, Tugas Akhir ini membahas tentang estimasi parameter distribusi Log-Normal untuk non-informatif prior dengan menggunakan pendekatan metode