• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KOMANDO MANDALA SIAGA DALAM OPERASI GANYANG MALAYSIA DI KALIMANTAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KOMANDO MANDALA SIAGA DALAM OPERASI GANYANG MALAYSIA DI KALIMANTAN TAHUN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

52

GANYANG MALAYSIA DI KALIMANTAN TAHUN 1964-1966

A. Proses Pembentukan Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia

Dikeluarkannya komando Presiden Dwikora tanggal 3 Mei 1964 membuat pemerintah Indonesia melibatkan unsur militer karena upaya penyelesaian melalui jalur diplomatik mengalami jalan buntu. Unsur militer digunakan ketika sedang berhadapan dengan unsur penyerang militer negara lainnya, yaitu Federasi Malaysia. Federasi Malaysia merupakan penggabungan bekas jajahan Inggris yang meliputi Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei.

Guna merealisasikan Dwikora dibentuklah Komando Mandala Siaga. Komando Mandala Siaga merupakan suatu komando gabungan yang dapat mengkoordinasi beberapa angkatan bersenjata di Indonesia dalam rangka operasi militer dibawah pimpinan Panglima Komando Mandala Siaga yang telah ditunjuk oleh Presiden. Komando Mandala Siaga mengalami tiga proses pembentukan dalam kurun waktu tahun 1964 hingga tahun 1966. Pada awalnya KOTI membentuk Komando Gabungan Siaga (KOGA), kemudian Komando Siaga (KOSIAGA), dan penyempurnaan selanjutnya menjadi Komando Mandala Siaga (KOLAGA). Perubahan ini berdasar pada struktur keorganisasiaannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut:

(2)

1. Komando Gabungan Siaga (KOGA)

Sebagai bentuk tercetusnya komando dalam rangka pengganyangan Malaysia, sesuai dengan Surat Keputusan Presiden/ PANGTI ABRI No. 23/ KOTI/ 1964 tanggal 16 Mei 1964 dibentuklah suatu komando gabungan yang mencakup segala pasukan angkatan bersenjata yaitu Komando Gabungan Siaga (KOGA). Setelah dibentuk KOGA, ditunjuklah Panglima KOGA untuk mempersiapkan operasi militer guna mensukseskan konfrontasi terhadap Malaysia. Presiden Soekarno menunjuk Laksamana Madya Udara Omar Dani sebagai Panglima KOGA. Presiden Soekarno percaya akan keunggulan AURI dan ALRI karena keberhasilan dalam operasi militer Trikora. Dalam menjalankan tugasnya kesatuan Komando, Panglima KOGA berada di bawah perintah dan bertanggung jawab langsung kepada PANGTI ABRI/ KOTI.

Dalam rangka persiapan menghadapi Malaysia di bidang militer, KOGA mempunyai beberapa tugas antara lain menyumbangkan dan menyelenggarakan operasi-operasi militer dalam perjuangan mempertahankan wilayah Indonesia. Selain itu tugas KOGA adalah memimpin dan mempergunakan segala pasukan bersenjata maupun barisan sukarelawan, baik sukarelawan-sukarelawan pada masa Trikora maupun sukarelawan departemen-departemen yang ada dan dibentuk dalam rangka Dwikora serta unsur-unsur Perlawanan Rakyat dan unsur potensi nasional yang berada dalam lingkungan kekuasaannya1.

Personil untuk membantu Panglima KOGA dalam menjalankan tugasnya terutama dua orang wakil Panglima KOGA belum ditunjuk oleh Presiden/ Panglima

1 Kusumah Hadiningrat, Sedjarah Operasi-Operasi Gabungan dalam

Rangka Dwikora, (Jakarta: Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah

(3)

Tertinggi ABRI karena pada saat itu ABRI masih berkonsolidasi pasca operasi Trikora. Panglima KOGA turut dibantu oleh staf gabungan yaitu Gabungan 1 (Intelijen), Gabungan 2 (Operasi), Gabungan 3 (Administrasi), dan Gabungan 4 (Logistik)2.

2. Komando Siaga (KOSIAGA)

KOGA mengalami beberapa fase perubahan pada struktur organisasi karena konfrontasi dengan Malaysia mengarah ke perang terbuka. Berdasarkan Keputusan Presiden/ Pangti ABRI/ KOTI No. 32/ KOTI/ 1964 tanggal 2 Juni 1964 Komando Siaga (KOSIAGA) dengan tugas merencanakan, mempersiapkan pada waktunya dan menyelenggarakan operasi-operasi serangan balas terhadap wilayah lawan serta unsur-unsur lawan lainnya. Unsur-unsur Angkatan Bersenjata, Barisan Sukarelawan, serta unsur-unsur potensi nasional lainnya ditempatkan di bawah perintah Komando Siaga menurut kebutuhan3. Dengan memikul tugas tersebut, pengamanan di wilayah Komando Siaga dari serangan lawan dapat diantisipasi serta dapat menyiapkan pangkalan Komando Siaga menjadi kekuatan serang balas terhadap lawan bila kemungkinan lawan menyerang serta menyiapkan kemampuan serangan balas terhadap lawan.

Dalam struktur keorganisasian Komando Siaga ditunjuk dua wakil yang membantu Panglima Komando Siaga yaitu Wakil I Panglima Komando Siaga Laksamana Muda Mulyadi, dan Wakil II Panglima Komando Siaga Brigjen TNI Achmad Wiranatakusumah, serta Komodor Udara L.W.J. Wattimena sebagai

2 Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora 1962-1966, (Jakarta:

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014), hlm. 61.

(4)

Kepala Staf Komando Siaga4. Panglima Komando Siaga membawahi unsur-unsur Komponen Angkatan Darat, Komponen Angkatan Laut, Komponen Angkatan Udara, dan Komponen Angkatan Kepolisian. Panglima Komando Siaga dibantu oleh beberapa staf gabungan seperti Staf Gabungan 1 (Intelijen), Staf Gabungan 2 (Operasi dan Latihan), Staf Gabungan 3 (Personalia), Staf Gabungan 4 (Logistik), Staf Gabungan 5 (Teritorial), dan Staf Gabungan 6 (Komunikasi). Untuk lebih jelasnya lihat bagan 1 sebagai berikut:

Bagan 1

Bagan Organisasi Komando Siaga

Keterangan

: Garis Komando

: Garis taktis/ operasional : Garis staf

Sumber: Bagan Organisasi Komando Siaga, Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia. Arsip Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat

Sejarah TNI.

4 Komando Gabungan: Komando Siaga (Koga), Koleksi Dinas Penerangan

Angkatan Udara, Arsip Operasi-Operasi Udara dalam Rangka Dwi Komando Rakyat.

(5)

Setiap komponen dipimpin oleh seorang panglima yang berwenang untuk menyusun satuan tugas menurut kebutuhan sebagai pelaksanaan operasi. Pembentukan satuan tugas diambil dari beberapa elemen penting dalam komponen-komponen tersebut disusun sesuai kebutuhan serta mengingat ruang lingkup dari suatu operasi yang diserahkan padanya. Komando dari satuan tugas dipimpin oleh seorang Panglima atau Komando yang diangkat dan diberhentikan oleh Panglima Siaga atau pejabat lainnya yang ditunjuk olehnya5.

3. Komando Mandala Siaga (KOLAGA)

Pencetusan Dwikora komando Presiden pada tanggal 3 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno berisi tentang penentangan pembentukan negara Malaysia karena negara Malaysia merupakan negara boneka buatan Inggris. Hal itu bertentangan dengan politik luar negeri Indonesia yaitu menolak neo-kolonialisme dan neo-imperialisme. Selain itu, dengan terbentuknya negara Malaysia dapat membahayakan Indonesia dari segi keamanan dan pertahanan militer. Untuk mendukung dan menunjang usaha-usaha dari pengganyangan Malaysia dibentuklah Komando Mandala Siaga (KOLAGA) yang bertugas mengkoordinasi beberapa angkatan bersenjata dalam rangka operasi militer.

Beberapa perubahan terjadi dalam kesatuan komando ini. Hal ini terlihat pada perubahan untuk penyempurnaan organisasi dari Komando Siaga dengan membentuk Komando Mandala Siaga (KOLAGA) pada 28 Februari 1965 melalui Surat Keputusan Presiden No. 9/ KOTI/ 1965. Perubahan dari organisasi fungsional menjadi sistem komponen pada kesatuan komando ini, disebabkan komando

(6)

fungsional tidak lancar terutama bantuan administrasi6. Keputusan ini diambil dikarenakan agar tercapainya keberhasilan dalam pelaksanaan aksi-aksi oleh Komando Mandala Siaga.

Pengesahan pembentukan Komando Mandala Siaga antara lain penyempurnaan struktur organisasi, kemudian Panglima KOLAGA Laksamana Madya Omar Dani sebagai Penguasa Pelaksana Dwikora dan penyerahan semua operasi dalam rangka Dwikora kepada KOLAGA.

B. Tugas dan Wewenang Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia

KOLAGA merupakan komando gabungan yang diambil dari beberapa angkatan bersenjata di Indonesia. KOLAGA mempunyai beberapa tugas pokok yaitu merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, mengembangkan, dan mengawali operasi militer dalam rangka pelaksanaan Dwikora pada khususnya dan pertahanan wilayah Republik Indonesia pada umumnya di dalam wilayah pertahanan Barat.

Implementasi tugas-tugas dari KOLAGA antara lain mengamankan wilayah KOLAGA dari serangan lawan baik yang bersifat tersembunyi maupun yang bersifat terbuka, menyiapkan wilayah KOLAGA menjadi pangkalan kekuatan serang terhadap lawan maupun pencegahan jika lawan menyerang wilayah KOLAGA serta kemampuan serang balas baik di dalam wilayah KOLAGA maupun wilayah lawan, dan membantu dengan operasi-operasi militer, perjuangan

(7)

revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunai untuk membubarkan “boneka” Malaysia7

Untuk melancarkan tugas-tugas KOLAGA, digunakanlah unsur-unsur angkatan bersenjata Indonesia. Diikutsertakannya unsur-unsur Angkatan Bersenjata memerlukan peningkatan kesiapsiagaan dalam bidang ofensif maupun defensif. Selain Angkatan Bersenjata, barisan-barisan sukarelawan dan potensi nasional lainnya turut serta hadir untuk memperlancar tugas ini terhadap serangan dari pihak lawan. Selain itu, dengan masih berdirinya pangkalan militer asing di daerah yang langsung berbatasan dengan wilayah Indonesia berarti KOLAGA harus dapat mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia, terutama pada pertahanan KOLAGA di wilayah barat. Pengamanan wilayah KOLAGA ini bertujuan untuk membantu kelancaran kemampuan serang balas terhadap lawan.

C. Keorganisasian Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia

Di dalam struktur organisasi KOLAGA, Panglima KOLAGA membawahi dua komando dari segi defensif yaitu Komando Mandala I (Kolatu) dan Komando Mandala II (Kolada) dengan memiliki daerah kekuasaan beserta tanggung jawabnya sesuai dengan ruang lingkupnya. Kolatu dipegang oleh Panglima Mayor Jenderal A.J. Mokoginta yang mempunyai tanggung jawab antara lain meliputi Kodam (Komando Daerah Militer) I Iskandar Muda, Kodam II Bukit Barisan, Kodam III Tujuh Belas Agustus, Kodam IV Sriwijaya, Komando Daerah Maritim (Kodamar) I, Kodamar II, Kosional (Komando Stasiun Angkatan Laut) dan Kosetal

7 Komando Operasi Tertinggi Mandala Siaga, Koleksi Dinas Dokumentasi

(8)

(Komando Sektor Angkatan Laut) yang berada di Sumatera di wilayah Kodamar III, Korud (Komando Regional Udara) I, dan Komando Daerah Kepolisian (Komdak) I, Komdak II, Komdak III, Komdak IV, dan Komdak VI. Sedangkan pada Kolada dipegang oleh Panglima Brigadir Jenderal M. Panggabean yang mempunyai tanggung jawab antara lain meliputi Kodam IX, Kodam XII, Kodam XIII, dan Kodam XIV, Kosional dan Kosetal yang berada di Kalimantan dan di wilayah Kodamar III dan Kodamar V, Komdak XI, Komdak XII, Komdak XIII, dan Komdak XIV8.

Tugas-tugas pokok dari Kolatu dan Kolada adalah meningkatkan ketahanan revolusi disegala bidang, mempertahankan wilayah kekuasaannya, membantu operasi-operasi yang diselengarakan oleh Komando Mandala Siaga, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Panglima Komando Mandala Siaga dalam rangka Dwikora9. Untuk mensukseskan Dwikora, melalui segi defensif

dibagilah dua daerah operasi yang berbeda pada Kolatu dan Kolada untuk sasaran utama yaitu Singapura. Ditempatkannya Kolatu dan Kolada diharapkan pengamanan di daerah masing-masing kekuasan komando dapat dipertahankan. Dengan pengamanan di tiap daerah-daerah komando yang dikuasai, maka hal ini untuk penyokong operasi-operasi serang balas pada daerah operasinya serta untuk memperkuat dan meningkatkan segala unsur apapun dalam rangka Dwikora.

Komando yang berada di bawah Panglima KOLAGA unsur defensif adalah Komando Pertahanan Udara (KOHANUD) Siaga. Tugas dari KOHANUD Siaga

8 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 65.

9 Surat Keputusan Perihal Organisasi dan Tata Tjara Kerdja Komando

Mandala I dan II, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Komando

(9)

adalah merencanakan, menyiapkan, dan melaksanakan pertahanan di wilayah KOLAGA dengan mengadakan koordinasi dengan Komando Pertahanan Udara Nasional (KOHANUDNAS)10.

Bagan 2

Bagan Organisasi Komando Mandala Siaga

Keterangan: X = Ofensif + = Defensif

- = Pembinaan (bantuan)

Sumber: Lampiran I Bagan Komando Mandala Siaga.

Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora 1962-1966, (Jakarta: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014), hlm. 139.

Dalam menjalankan tugas sehari-hari, Panglima KOLAGA dibantu staf umum yang bersifat gabungan terdiri dari Staf Gabungan I (Intelidjen), Staf Gabungan II (Operasi/ Organisasi/ Latihan), Stag Gabungan III (Personalia), Staf

(10)

Gabungan IV (Logistik), Staf Gabungan V (Teritorial/ Penguasa Pelaksana Dwikora), dan Staf Gabungan VI (Komunikasi). Selain itu, Panglima KOLAGA membawahi Komando Strategis Siaga (KOSTRAGA). Salah satunya KOSTRAGA dari AURI yang mengemban tugas yaitu serang balas terhadap lawan serta menunjang Komando-Komando Tempur (KOPUR) terutama Komando Tugas Khusus Siaga (KOTUSUSGA) KOSTRAGA. Selain dari KOSTRAGA AURI juga terdapat Komando Armada Siaga (KOARGA) dari ALRI yang mengemban tugas yaitu serang balas terhadap lawan serta menunjang KOPUR terutama KOTUSUSGA KOARGA11. Untuk menunjang Komando Tugas Khusus Siaga (KOTUSUSGA), KOARGA mengadakan kegiatan pada dua titik daerah operasi yaitu di wilayah Indonesia bagian barat dengan mempertinggi patroli-patroli pengintaian dan pengamanan perairan sepanjang perbatasan dengan Singapura di Selat Singapura, Selat Riau, Selat Bintan, Selat Philipina, Selat Durian, dan Selat Gelam. Dengan mempertinggi pengamanannya, maka KOARGA dapat menggagalkan usaha-usaha kapal perang lawan masuk dalam perairan Indonesia.

Mengenai pembinaan dalam KOLAGA berada pada Komando Logistik Siaga (KOLOG SIAGA) yang bertugas untuk merencanakan, menyiapkan, dan melaksanakan bantuan administrasi. KOLOG SIAGA berada di bawah Panglima KOLAGA. KOLOG SIAGA ini terdiri dari semua elemen Angkatan Militer serta unsur-unsur Armada Siaga serta memfasilitasi sesuai dengan kebutuhan di tiap-tiap elemen guna untuk memperlancar operasi.

Panglima KOLAGA juga membawahi beberapa unsur ofensif yang terdiri dari tiga komando yaitu Komando Tempur Siaga I (KOPURGATU), Komando

(11)

Tempur Siaga II (KOPURGADA), dan KOTUSUSGA. KOPURGATU wilayahnya berbasis di Riau dengan target sasaran untuk melaksanakan serang balas dan operasi khusus terhadap Malaya terutama daerah Johor sebagai sandaran dan penunjang KOTUSUSGA dalam serang balas terhadap Singapura dan pengikatan kekuatan lawan di Malaya. Sedangkan KOPURGADA wilayahnya berbasis di Kalimantan wilayah Indonesia dengan target sasaran untuk melaksanakan serang balas dan operasi khusus terhadap Kalimantan Utara khususnya di daerah Kuching. Dan yang terakhir adalah KOTUSUSGA dengan tugas merencanakan, menyiapkan, dan melaksanakan serang balas dan operasi khusus dengan sasaran utama Singapura.

KOPURGATU dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris dengan kekuatan terdiri dari 12 batalyon tempur, termasuk 3 batalyon para (prajurit kesatuan AURI), dan satu batalyon tim pendarat KKO. Sebagian pasukan AD disebar pada wilayah-wilayah sepanjang Selat Malaka. Sementara itu pasukan KKO dan Brigif 15/ Tirtayasa Kodam Siliwangi ditempatkan di sejumlah pulau yang berbatasan dengan Singapura, mulai dari Batam dan Sambu. Pada daerah operasi Kalimantan dengan KOPURGADA dipimpin oleh Brigjen Supardjo dengan kekuatan terdiri dari 13 batalyon darat, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan satu batalyon tim pendarat KKO yang ditempatkan di pulau Tarakan dan Sebatik. Sementara itu satu batalyon RPKAD yang baru dikirim menjelang tahun 1965 mendapat tugas menyeberang perbatasan (covert operation)12.

12 Sukardi, Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa, (Jakarta: Kata Hasta

(12)

Menurut kebutuhan dan sebagai pelaksanaan guna menyusun kelengkapan susunan tempur KOLAGA untuk sarana operasi, Panglima KOLAGA membentuk tiga Satuan Tugas (Satgas) antara lain Satgas Rencong yang terdiri dari Brigif 2 BRW dan Brigif 15 SLW, Satgas Cakra yang terdiri dari 1 Brigrat KKO dan yang terakhir adalah Satgas Mandau yang terdiri dari Brigif 5 Dip, 3 Yon lepas yaitu Yon 521, 510, dan Yon 1 Brimob13.

Keberhasilan KOLAGA terus diupayakan dengan penyempurnaan organisasi di KOLAGA. Perubahan tersebut diubah karena belum tercapainya target yang maksimal. Maka dari itu, diadakanlah perombakan oleh KOTI. Perombakan ini berupa perombakan pimpinan KOLAGA, diantaranya diangkatnya Mayor Jenderal TNI Soeharto yang merupakan Panglima KOSTRAD ditunjuk sebagai Wakil I Panglima KOLAGA, Laksamana Muda (L) Moeljadi menjadi Wakil II Panglima KOLAGA, Laksamana Muda (U) LWJ. Wattimena menjadi Kepala Staf KOLAGA, dan Brigjen TNI A. Satari menjadi Wakil Kepala Staf KOLAGA14.

Dengan perombakan kepemimpinan dalam KOLAGA, diharap tujuan KOLAGA dapat berjalan sesuai yang diinginkan karena pada perombakan kepemimpinan dalam KOLAGA ini susunan kepemimpinannya terdiri dari beberapa angkatan-angkatan bersenjata. Dengan adanya susunan kepemimpinan dari tiap-tiap angkatan bersenjata pada perombakan ini diharap dapat mengatasi masalah yang ada seperti kurang koordinasinya tiap-tiap angkatan bersenjata

13 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 68.

14 Kelandjutan dalam tahun 1965: Perobahan Pimpinan KOLAGA dan

Perkembangan-Perkembangannya, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah

TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(13)

dengan KOLAGA dalam hal penyerahan unsur-unsur angkatan bersenjata kepada KOLAGA.

Perubahan dalam KOLAGA diupayakan agar dapat memberikan peran yang lebih kepada tiap-tiap angkatan bersenjata untuk melancarkan penyaluran logistik serta kewenangan pengendalian administrasi. Selain itu, perubahan yang terjadi di tubuh KOLAGA adalah adanya komando-komando antar daerah pertahanan yaitu di Sumatera dan Kalimantan. Pada komponen-komponen tersebut, pada komando angkatan bersenjata bertindak sebagai unsur ofensif sedangkan komando-komando antar daerah pertahanan bertindak sebagai unsur defensif.

Dalam struktur organisasi yang baru, berdasarkan Keppres/ PANGTI ABRI/ KOTI No. 124/ KOTI/ 1965 pada tanggal 21 Oktober 1965, Panglima KOLAGA dibantu oleh dua orang wakil dan dalam menjalankan tugasnya, dibantu oleh Staf Umum Gabungan yang terdiri dari Gabungan I (Intelidjen), Gabungan II (Operasi, Organisasi, dan Latihan), Gabungan III (Personalia dan Administrasi), Gabungan IV (Logistik), Gabungan V (Teritorial dan Perlawanan Rakyat), Gabungan VI (Komunikasi dan Elektronika), dan Gabungan VII (Perbendaharaan). Selain itu juga turut serta Staf Khusus menurut kebutuhan organisasi. Oleh sebab itu, Panglima KOLAGA juga membawahi: Komponen Strategis Darat Siaga (KOSTRADAGA), Komponen Strategis Laut Siaga (KOSTRALAGA), Komponen Strategis Udara Siaga (KOSTRAUGA), serta Komando Antar Daerah Pertahanan Sumatera (KOANDAHANSUM) dan Komando Antar Daerah Pertahanan Kalimantan (KOANDAHANKAL). Dengan ini maka Panglima Komando Siaga bertindak sebagai koordinator dari semua komando-komando yang ada ada di bawahnya.

(14)

Bagan 3

Bagan Organisasi Komando Mandala Siaga

Sumber: Reorganisasi Komando Mandala Siaga: Bagan Komando Operasi

Tertinggi Komando Mandala Siaga, Peranan Komando Mandala Siaga dalam

Konfrontasi terhadap Malaysia. Arsip Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI. Lihat juga Surat Keputusan No. KEP-39/ 1965 Perihal Organisasi Komando

Mandala Siaga. Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI. Arsip Komando

Operasi Tertinggi: Komando Mandala Siaga.

Perubahan dalam KOLAGA tidak hanya terjadi di struktur organisasinya saja, tetapi perubahan juga terjadi pada susunan tempur KOLAGA. Perubahan pada susunan tempur ini adalah dengan membentuk Komando Satuan Tugas Gabungan (KOSATGASGAB) Sumpit dengan daerah operasi di seberang Kalimantan Timur yang semula berada dalam tanggung jawab KOSATGASGAB Mandau. Hal ini dikarenakan daerah operasi yang menjadi tanggung jawab KOSATGASGAB Mandau di Kalimantan Utara dianggap terlalu luas, sedangkan geografisnya sangat sulit sehingga sistem komunikasi kurang mampu untuk mengendalikannya15. Maka

(15)

dari itu daerah operasi seberang Kalimantan Timur yang awal mulanya berada pada tanggung jawab KOSATGASGAB Mandau dipindahtangankan kepada KOSATGASGAB Sumpit dengan berbagai pertimbangan. Daerah sasaran KOSATGASGAB Sumpit adalah Sabah dan Brunai dan sifat dari komando ini adalah gabungan yang mempunyai tugas untuk mengembangkan operasi baik operasi militer maupun operasi non militer guna membantu rakyat yang berada pada daerah sasaran KOSATGASGAB Sumpit.

Perubahan penyempurnaan struktur organisasi ini menjadikan lebih luasnya unsur dari Komando Mandala Siaga sehingga dalam pelancaran konfrontasi ini dapat berjalan sungguh-sungguh dan memperoleh hasil yang optimal dengan koordinasi pada suatu komando-komando gabungan yang ada di dalamnya. Selain itu, dalam perubahan struktur organisasi KOLAGA lebih tepat sasaran dengan memungkinkan semua angkatan bersenjata ikut dan mempunyai wewenang dengan komando-komando strategisnya beserta komando-komando antar daerah pertahanannya serta agar memudahkan penyaluran logistik.

D. Pelaksanaan Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia

1. Pembentukan Pos-Pos Komando Mandala Siaga di Kalimantan dalam Operasi Ganyang Malaysia

Dalam struktur organisasi KOLAGA, terdapat beberapa komando yang mempunyai tugas untuk pertahanan di tiap-tiap daerah yang menjadi daerah operasi dalam operasi Ganyang Malaysia. Berbeda dengan komando-komando pada angkatan bersenjata, daerah operasi ini bertindak sebagai unsur defensif. Daerah

(16)

operasi ini mencakup pada daerah yang berbatasan langsung dengan daerah lawan, yaitu Kalimantan Utara.

Sesuai dengan nilai strategis, pemilihan daerah operasi pada operasi Ganyang Malaysia ditentukan prioritas alokasi dari semua alat peralatan dan kegiatan dalam bentuk kualitas dan kuantitas. Sesuai dengan fungsi-fungsi strategis dari daerah-daerah di negara Malaysia, maka Malaya dan Singapura mempunyai kualifikasi lebih tinggi dari Kalimantan Utara. Akan tetapi, melihat keadaan medan wilayah lawan maka untuk mempermudah pelaksanaan operasi-operasi ofensif terhadap Malaya dan Singapura maka harus menganut strategi pendekatan tidak langsung, yaitu dengan jalan menentukan Kalimantan Utara dan Malaya sebagai daerah operasi “pengikatan” dalam usaha menguasai Singapura sebagai sasaran utama sesuai dengan ruang dan waktu16.

Kalimantan menjadi daerah pengikatan yang penting dalam mendekati daerah pusat sasaran lawan maka dari itu di daerah operasi Kalimantan terdapat pos pertahanan yang dapat disebut Komando Antar Daerah Pertahanan Kalimantan (KOANDAHANKAL). Tugas dari KOANDAHANKAL dalam KOLAGA adalah mempertahankan daerah operasi di Kalimantan dari invasi lawan melalui segala penjuru. KOANDAHANKAL mempunyai komando-komando bawahannya yang terdiri dari Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Barat (KOHANDA KALBAR), Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Timur (KOHANDA KALTIM), Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Tengah (KOHANDA

16 Pemilihan Daerah Operasi, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah

(17)

KALTENG), dan Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Selatan (KOHANDA KALSEL).

Seiring perubahan struktur organisasi yang ada pada KOLAGA, mulanya KOANDAHANKAL merupakan Komando Mandala II (Kolada) yang berbasis di Kalimantan dan bertindak sebagai unsur defensif. Selain itu, perubahan dari struktur organisasi KOLAGA terdapat pada beberapa komponen yang membawahi Panglima KOLAGA yaitu Komando Tempur II yang berbasis di Kalimantan menjadi Komando Satuan Tugas (KOSATGAS) Mandau dan Sumpit. Karena komando ini merupakan komando tempur, maka unsur dari komando ini masuk pada segi ofensif.

Kesatuan-kesatuan KOSATGAS Mandau/ KOPUR IV dan KOSATGAS Sumpit terus menerus mengadakan konsolidasi pada pertengahan tahun 1965. Menjelang akhir tahun, perkembangan pada pasukan yang ada pada KOSATGAS Mandau sebanyak satu brigade berasal dari Divisi Diponegoro, 3 Yon lepas dan 1 brigade dari Brimob. Sedangkan pada KOSATGAS Sumpit sebanyak 2 brigade Pendarat dari KKO dan satu brigade infatri dari Divisi Brawijaya ditambah dengan dua batalyon lagi17.

Dengan instruksi operasi Panglima KOLAGA tanggal 13 Desember 1965 no. INSOP-10/1965, Panglima KOLAGA menyiapkan tim-tim khusus guna persiapan medan dalam rangka gagasan strategis di Kalimantan yaitu satu tim untuk KOSATGAS Mandau/ Kopur IV dan satu tim untuk KOSATGAS Sumpit. Tugas

(18)

pokok dalam tim-tim chusus ini adalah mengadakan gerakan operasi chusus pada daerah operasinya18.

Pada laporan permulaan tahun 1966 dalam KOLAGA, tim-tim khusus dalam operasi KOLAGA ini dapat melalui daerah sepanjang perbatasan Kalimantan Barat yang telah dikosongkan oleh lawan dengan jarak ±30 km. Tim-tim khusus operasi KOLAGA telah membuka koridor di sekitar wilayah Tebedu yang merupakan daerah lawan dan mengadakan kontak dengan unsur-unsur progresif revolusioner di daerah lawan walaupun masih dengan keadaan terbatas. Tetapi, pada daerah operasi Kalimantan Timur belum menghasilkan progress yang berarti dikarenakan terhalang oleh sulitnya alat transportasi ke daerah pancangan19.

2. Koordinasi Komponen Strategi Darat Siaga, Komponen Strategi Laut Siaga, dan Komponen Strategi Udara Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia.

Adanya konfrontasi dengan Malaysia membuat pemerintah Indonesia mengerahkan armada di tiap-tiap angkatan bersenjata Indonesia karena pihak lawan yaitu Malaysia dibantu oleh Persemakmuran Inggris. Demi mempertahankan daerah pertahanan Indonesia serta untuk menghadapi pelanggaran batas wilayah baik dari segi udara, laut, maupun darat dari pihak lawan, maka diperlukan koordinasi antar angkatan bersenjata. Selain itu, koordinasi antar angkatan

18 Kelandjutan dalam tahun 1965: Team-team Chusus, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

19 Kesimpulan Kegiatan dalam tahun 1965: Chusus, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(19)

bersenjata ini juga diperlukan dalam rangka mensukseskan operasi Dwikora yang merupakan komando Presiden pada tanggal 3 Mei 1964.

Lahirnya negara Malaysia pada tanggal 16 September 1963 membuat pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Malaysia di hari setelahnya yaitu pada tanggal 17 September. Jauh sebelum adanya Dwikora, upaya-upaya penguatan pada daerah perbatasan lebih ditingkatkan dengan ditempatkannya satuan-satuan Angkatan Darat di beberapa lokasi di daerah perbatasan antara Kalimantan Barat dengan Kalimantan Utara. Atas perintah Panglima Komando Operasi Komodor Udara Leo Wattimena, Skadron 2 mengerahkan pesawat-pesawat jenis C-47 untuk melaksanakan beberapa tugas. Tugas-tugasnya yaitu operasi pengintaian udara foto udara, untuk mengumpulkan informasi-informasi di daerah perbatasan Kalimantan Barat seperti Bengkayang, Bale Karangan, Sintang, dan daerah sekitarnya. Jangkauan semakin meluas mencapai daerah Senaning, Lubuk, Anti, dan Nanga Badau yang berada pada daerah Kalimantan. Semua informasi hasil pengintaian udara dikumpulkan dan dilaporkan kepada Panglima Komando Operasi. Menjelang akhir tahun 1963, daerah perbatasan kekuatannya makin ditingkatkan dengan menjangkau daerah perbatasan Kalimantan Timur dan Sabah20.

Pada tahun 1964, kegiatan operasi militer dari unsur udara, laut, dan darat semakin meningkat di semua lini. Keterlibatan satuan-satuan dari Skadron 2 dan Skadron 31 semakin meningkat dengan penerjunan pasukan-pasukan payung dari Kostrad (Yon 328, Yon 330, Yon 401), Resimen Pasukan Komando Angkatan

20 Sukardi, Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa, (Jakarta: Kata Hasta

(20)

Darat (RPKAD) di beberapa daerah perbatasan Kalimantan Barat – Kalimantan Utara seperti Senaning, Nanga Badau, Lubuk Antu dengan menggunakan pesawat-pesawat jenis Hercules. Peningkatan lainnya adalah dengan penerjunan re-supply logistik dari udara di daerah Lumbis yaitu perbatasan Kalimantan Timur – Sabah dan Sintang dengan pesawat jenis C-130B Hercules21.

Demi kelancaran patroli dan pengintaian, maka dikeluarkanlah Petunjuk Operasi No. POPS-01/1964 tanggal 9 September 1964 oleh AURI dan ALRI dengan instruksi operasi “Ini Dadaku” no. INSOP-01/1964 pada tanggal 9 September 1964. Operasi ini dilaksanakan untuk menghadapi rombongan kapal perang Inggris. Sesuai dengan instruksi, untuk menghadapi rombongan kapal asing ini dengan cara tidak menghalang-halangi melainkan hanya membayangi saja. Instruksi selanjutnya adalah instruksi operasi “Geser” no. INSOP-02/1964 untuk menyebarkan unsur-unsur dari AURI dan ALRI. Setelah dilakukan patroli dan pengamanan, langkah selanjutnya jika terjadi serangan dari lawan adalah dikeluarkannya Petunjuk Operasi Instant Retaliation no. POPS-2/1964 pada tanggal 19 September 1964 oleh AURI dan ALRI dengan Instruksi Operasi Kuching no. INSOP-03/1964. Adanya operasi Kuching ini untuk mendukung operasi Lintas Batas oleh unsur Angkatan Darat yang dilakukan oleh Zeni Para ke Kuching22.

Selain itu, dipersiapkan pula operasi gabungan yaitu Operasi Sajita Yudha. Operasi ini merupakan operasi rencana dari KOTI pada tanggal 2 Oktober 1964

21 Sukardi, Op. Cit., hlm 146.

22 Komando Siaga: Menghadapi Provokasi Inggris, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(21)

dengan tugas mempersiapkan serangan balas tak terbatas guna menguasai dan mengacaukan keadaan militer, politik, dan ekonomi ke dalam wilayah Malaysia. Tugas lainnya adalah menyelenggarakan operasi-operasi teritorial guna membangkitkan kesadaran rakyat baik di Semenanjung Malaya maupun di Kalimantan Utara23. Operasi ini merupakan operasi gabungan, yang susunan operasinya bersama Komando Armada Siaga bersama AURI dan ALRI. Pengintaian yang dilakukan melalui udara dan laut masih belum optimal karena mencegah suatu bentrokan dengan lawan.

Dalam rangka pelaksanaan gagasan strategis, KOTI mengeluarkan Petunjuk Operasi Djaladara pada tanggal 31 Oktober 1964 No. POPS-03/1964. Pada tanggal 14 November 1964 dalam rangka latihan operasi gabungan maka diperintahkan kepada Panglima Kopur IV, Komando Strategi Udara Siaga, Komando Armada Siaga, dan Komando Logistik Siaga dan dipimpin oleh Kepala Staf Komando Siaga sebagai Panglima Komando Latihan Gabungan. Untuk perintah pelaksanaan, dikeluarkanlah Instruksi Operasi Djaladara pada tanggal 21 November 1964 no. INSOP-05/1964 agar pemindahan pasukan ke staging areas segera diselenggarakan. Pemindahan pasukan dimulai dengan Jonif-521 yang merupakan satuan tugas Komando Tempur (Kopur) IV dan diadakanlah latihan gabungan pendaratan di Kalimantan Barat24.

23 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 87.

24 Rencana Operasi Djaladara, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah

TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia. Lihat juga Komando Gabungan: Komando Siaga (Koga), Koleksi Dinas Penerangan Angkatan Udara, Arsip Operasi-Operasi Udara dalam Rangka Dwi Komando Rakyat.

(22)

Pergeseran pasukan belum dapat dilaksanakan dikarenakan belum terselesaikannya staging areas, masih menunggu pengangkatan panglima-panglima Komando Tempur dari Angkatan Darat serta belum adanya penyerahan unsur-unsur maupun pasukan-pasukan kepada KOGA25. Maka dari itu, dengan belum terselesaikannya operasi pergeseran ke staging areas membuat tertundanya beberapa gagasan strategi yang telah dikeluarkan oleh KOTI. Selain itu, hingga akhir kuartal I tahun 1965 penempatan pasukan ke tempat pre-positioning di Kalimantan belum mencapai target. Hal ini dikarenakan kekurangan sarana transportasi serta belum ada penyerahan pasukan oleh angkatan bersenjata kepada KOLAGA.

Untuk mensukseskan tugas dari KOLAGA di tahun 1965, disusunlah gagasan strategi KOLAGA tanggal 31 Agustus 1965 dan Rencana Kampanye No. REKAM-03/ 1965 tanggal 4 September 1965. Segi defensif dipilih dalam menghadapi lawan dengan doktrin perang wilayah. Dalam gagasan strategi dan rencana kampanye ini memuat beberapa kebijakan pelaksanaan mengenai pelaksanaan KOLAGA beserta unsur-unsur utama yaitu dari Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat. Beberapa unsur-unsur udara baik dari unsur udara strategis maupun taktis dicadangkan tetapi unsur transportasi digunakan untuk pemindahan pasukan dan logistik. Koordinasi antara unsur Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat terjalin pada pelaksanaan yaitu unsur tempur Angkatan Udara dan Angkatan Laut dipusatkan di daerah belakang dan digunakan untuk serangan terbatas atas permintaan, kemudian pada unsur-unsur Angkatan

25 Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1964: Operasi, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(23)

Darat dikurangi hingga maksimal 20 bataliyon termasuk bantuan administrasi tetapi selisihnya tetap dialokasikan pada KOLAGA agar tetap sedia jika dibutuhkan. Pada operasi ini difokuskan pada operasi-operasi darat di garis depan Kalimantan Barat tanpa mengurangi kegiatan-kegiatan dalam rangka pengikatan lawan di seluruh garis depan. Pengurangan pasukan dalam unsur Angkatan Darat ini diusahakan untuk mempertinggi kualitas kepiawaian dari pasukan26.

3. Pelaksanaan Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan

Pada awal pembentukan Komando Gabungan Siaga (KOGA) merupakan komando gabungan yang mencakup segala pasukan angkatan bersenjata, dalam pelaksanaannya KOGA mempersiapkan kesatuan tempurnya dengan mempunyai konsep strategi. Pada awal pembentukannya, KOGA mendapat tugas awal yaitu melaksanakan reprisal melalui unsur ofensif. Untuk mempersiapkan kesatuan tempurnya, dalam gagasan strategi terdapat konsep strategi yang didalamnya merupakan rencana kampanye KOGA. Rencana kampanye KOGA terbagi menjadi dua tahap yaitu antara lain27:

1) Instant Retaliation

Operasi instant retaliation adalah operasi dengan tujuan untuk mendapatkan dampak politik sebesar-besarnya yang dititikberatkan pada pusat-pusat politik di Semenanjung Malaya/ Kalimantan Utara.

26 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,

Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

27 Gagasan Strategi Komandan, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah

(24)

Operasi ini merupakan operasi pendahuluan sebagai persiapan operasi-operasi serang balas tidak terbatas (reprisal) dari unsur-unsur Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Untuk melakukan operasi instant

retaliation, kegiatan operasi dioptimalkan agar jangan sampai

melumpuhkan seluruh kekuatannya baik dari unsur Angkatan Udara maupun Angkatan Laut.

2) Reprisal

Operasi-operasi dalam rangka serang balas tidak terbatas ini dititikberatkan pada operasi-operasi di darat dengan kekuatan yang menentukan. Pada operasi reprisal, dibagi menjadi dua fase yaitu:

a) Fase Pendahuluan

Pergerakan awal pada fase ini adalah mengadakan infiltrasi ke Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara seperti dengan cara membangkitkan kesadaran nasionalis mereka agar dapat membantu dalam proses reprisal. Kemudian, setelah itu pergerakan selanjutnya adalah pemindahan pasukan.

b) Fase Terakhir

Pada fase ini dititikberatkan pada operasi-operasi di darat yang menentukan. Selain memberi bantuan taktis, unsur-unsur dalam AURI & ALRI selalu mengadakan serangan-serangan terhadap unsur angkatan udara dan angkatan laut pihak lawan untuk mengurangi atau menghancurkan keunggulan dari unsur udara maupun laut pada lawan. Setelah selesainya pada fase pendahuluan, pergerakan berikutnya adalah melakukan penyerangan secara

(25)

besar-besaran dengan infiltrasi terhadap Semenanjung Malaya melalui laut atau udara untuk menguasai titik-titik strategis di daratan atau setidaknya mengacaukan kedaulatan militer, politis, dan ekonomi. Pada daerah operasi Kalimantan Utara, penyerangan besar-besaran melalui darat untuk menguasai titik-titik di daerah yang strategis. Kekuatan yang digunaan untuk mempersiapkan kesatuan tempur KOGA yaitu dalam instant retaliation dengan menggunakan kekuatan unsur strategis maupun kekuatan unsur taktis. Pada persiapan kesatuan tempur untuk reprisal dengan pengembangan kekuatan tempur yang merupakan rencana kampanye KOGA dengan target selesai pada akhir tahun 1964. Tetapi target tersebut tidak terpenuhi karena pada unsur-unsur Angkatan Darat masih diikut-sertakan pada operasi Tumpas dan diundur hingga akhir kuartal I tahun 1965. Dalam perkembangannya, menjelang akhir tahun 1964 jumlah kekuatan lawan semakin bertambah. Hal ini menjadikan Panglima KOGA perlu merubah dan mengeluarkan Gagasan Strategi yang baru. Dikeluarkannya Gagasan Strategi baru juga berujung pada perubahan Rencana Kampanye yang pada awalnya merupakan operasi pembalasan (reprisal) menjadi operasi pengganyangan dengan pengiriman pasukan ke garis depan diberikan fungsi “deterrent” atau pencegah28.

Operasi yang telah direncanakan pada pelaksanaan KOLAGA telah dimulai ketika pasukan-pasukan dibawah perintah KOLAGA diberangkatkan pada waktu yang telah ditentukan dan secara rahasia. Jika pemindahan pasukan sudah selesai maka usaha operasi serang balas di daerah perbatasan sudah siap. Sasaran utama

28 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,

Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(26)

dalam operasi-operasi militer pada KOLAGA adalah Singapura. Selain itu, sasaran-sasaran lainnya dalam operasi-operasi militer pada KOLAGA yaitu pada daerah operasi Malaya dan Kalimantan Utara tetap dilancarkan. Tetap dilancarkannya sasaran-sasaran lainnya seperti di daerah operasi Malaya dan Kalimantan Utara adalah dengan tujuan agar menjadi penunjang pada sasaran utamanya.

Pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura yang merupakan sasaran utama pada KOLAGA telah melepaskan diri dari Federasi Malaysia. Hal ini menimbulkan adanya perubahan pada sasaran utama yang dituju. Pihak lawan akhirnya meningkatkan jumlah pasukannya pada perbatasan di sepanjang daerah operasi di Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Usaha di bidang diplomatik dan militer saling berkaitan. Usaha di bidang militer dilakukan setelah upaya penyelesaian dari bidang diplomatik mengalami jalan buntu. Dalam eksekusi operasi militer juga harus selaras dengan usaha di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Maka dari itu, ditempuhlah jalan melalui usaha di bidang militer dengan proses-prosesnya yaitu perencanaan dan operasi. Dalam proses perencanaan di bidang militer mencakup suatu susunan gagasan strategi dengan beberapa kajian penting untuk proses operasi militer seperti perkiraan intelijen dan lain sebagainya. Dalam susunan gagasan strategi, pada seluruh kampanye dibagi menjadi beberapa fase dari segi ofensif maupun defensif yaitu meliputi fase persiapan, fase pengikatan dan penghancuran, fase penentuan, dan fase konsolidasi29:

29 Gagasan Strategis Kolaga tanggal 31 Agustus 1965, Koleksi Dinas

(27)

a. Fase Persiapan 1) Segi ofensif

Untuk keperluan dalam persiapan kampanye meliputi penempatan unsur-unsur ofensif di daerah yang strategis dan menguntungkan bagi pelaksanaan operasi-operasi serta untuk pengumpulan informasi mengenai pihak lawan.

2) Segi defensif

Untuk keperluan dalam persiapan pertahanan baik yang bersangkutan dengan menggunakan sarana maupun konsepsi serta penyusunan pertahanan pada umumnya operasi-operasi yang bersangkutan dengan pengamanan daerah tetap dilancarkan.

b. Fase Pengikatan dan Penghancuran 1) Segi ofensif

Mulai dikembangkan pematangan daerah, pendirian kantong-kantong dan perlawanan rakyat, kemudian disusul dengan perlawanan-perlawanan untuk mengurangi faktor kelebihan lawan. Dalam operasi manuver diadakan operasi-operasi pengikatan atau penghancuran di daerah operasi Kalimantan untuk membantu memungkinkan tercapainya usaha-usaha serangan pokok.

2) Segi defensif

Untuk pelaksanaan pertahanan mulai ditingkatkan dan setiap usaha lawan yang mengacau atau menduduki daerah KOLAGA harus digagalkan.

(28)

c. Fase Penentuan 1) Segi ofensif

Setelah dipenuhinya fase pengikatan dan penghancuran, maka dimulai menggerakkan segala kemampuan yang dimungkinkan untuk dikembangkan baik di daerah lawan maupun yang ada di luar daerah lawan untuk menghancurkan sasaran utama.

2) Segi defensif

Selalu ditingkatkan kesiagaan dan pelaksanaan pertahanan. Selain itu, back up support kepada unsur-unsur ofensif selalu diperhatikan. d. Fase Konsolidasi

1) Segi ofensif

Setelah dicapainya penyelesaian politis yang menguntungkan pihak Indonesia, maka tindakan selanjutnya adalah mempertahankan dan mengamankan kemenangan

2) Segi defensif

Walaupun sudah dicapai tujuan konfrontasi namun penyusunan pertahanan tetap di konsolidasikan untuk menjaga setiap kemungkinan dari pihak lawan.

Setelah semua aspek telah siap dan terpenuhi, terutama pada pasukan-pasukan yang berada di perbatasan yaitu pasukan-pasukan Komando Tugas Khusus Siaga (KOTUSUSGA) dan siapnya komando tempur di berbagai titik yang telah disebar pada daerah perbatasan, maka barulah diadakan operasi-operasi chusus. Untuk

(29)

mencapai dan melancarkan operasi-operasi chusus, maka pelaksanaan operasi militer dilakukan dalam beberapa tahap yaitu30:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini meliputi kegiatan penyelidikan dan peninjauan, membangun basis penyerangan, pemindahan pasukan ke garis depan dan pengumpulan keterangan mengenai lawan, pengamanan, melancarkan operasi di bidang territorial. Selain itu, upaya lain untuk membentuk suatu persiapan daerah kantong sebagai daerah basis bagi gerakan militer di waktu yang akan datang. Kekuatan direalisasikan dari Brigat KKO AL dan mulai mengadakan infiltrasi pasukan daerah lawan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan meliputi dua fase yaitu: 1) Fase Pendahuluan

Fase pendahuluan adalah kegiatan-kegiatan operasi chusus yang telah dan sedang dijalankan di wilayah lawan guna mendapatkan lingkungan yang dapat menguntungkan bagi operasi-operasi lanjutan 2) Fase Lanjutan

Pada fase ini lebih dititikberatkan pada tugas-tigas merebut atau mengurangi keunggulan lawan, pendaratan pasukan baik dari darat, laut, dan udara, menguasai titik-titik strategi lawan dan mengembangkan operasi di darat dan operasi territorial untuk mempersempit ruang gerak lawan.

(30)

Fokus utama pada tahap pelaksanaan adalah membuat operasi perongrongan terencana guna mengurangi kekuatan dari pihak lawan, baik dari unsur udara, laut serta komunikasi lawan terutama di Singapura karena di sanalah menjadi titik utama lawan. Selain itu juga mengadakan pengacauan militer di wilayah perbatasan maupun di wilayah lawan dengan tujuan pengikatan lawan. Selain usaha militer untuk pengikatan lawan, usaha lain di bidang non-militer juga dijalankan. Bentuk dari usaha di bidang non-militer tidak seperti pada bidang militer yang bersifat fisik dengan menggunakan senjata, tetapi bentuk dari usaha bidang non-militer mencakup ideologi, sosial budaya, politik, ekonomi, teknologi, dsb. Usaha di bidang non-militer dijalankan dengan tujuan melemahkan kekuatan politik dan ekonomi pada pihak lawan.

c. Tahap Konsolidasi

Pada tahap konsolidasi ini merupakan tahap untuk menghadapi setiap kemungkinan adanya serangan balas lawan, mendapatkan unsur-unsur pemerintah militer/ sipil, mengembangkan situasi sedemikian rupa sehingga menguntungkan perjuangan dan kesiapan untuk ditarik kembali ke wilayah Republik Indonesia sesuai perkembangan politik.

KOTUSUSGA menentukan segala operasi yang akan dilaksanakan, tidak terkecuali dengan operasi chusus. Operasi chusus ini merupakan operasi yang dilakukan di daerah lawan dengan pasukan-pasukan Indonesia yang berstatus

(31)

sebagai sukarelawan atau gerilyawan. Operasi chusus ini terdiri dari berbagai macam operasi yaitu31:

a. Operasi Intelijen

Operasi intelijen merupakan operasi yang bertugas untuk mengumpulkan, menganalisa dan mendapatkan keterangan maupun informasi yang diperlukan di bidang intelijen untuk pertahanan dan keamanan nasional.

Kegiatan-kegiatan pada bidang intelijen pada dasarnya ditujukan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan sebanyak mungkin. Keterangan-keterangan ini meliputi aspek dari kekuatan musuh, keadaan medan seperti topografi dan cuaca, serta keadaan politik, ekonomi, dan sosial32.

b. Operasi Teritorial

Operasi teritorial merupakan operasi mengenai wilayah yang sah menurut hukum dalam suatu negara yang pada operasinya membantu rakyat Malaysia untuk mendirikan pemerintahan nasional progresif. c. Operasi Kantong

Operasi kantong merupakan operasi yang melakukan pemindahan pasukan Indonesia dari wilayah perbatasan Indonesia menuju ke daerah

31 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 112-113. Lihat juga Kamus

Mengenai Istilah Militer, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip

Gagasan Strategi Komandan.

32 Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1964: Bidang Intelidjen, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(32)

lawan untuk digunakan pada operasi selanjutnya secara gerilya. Operasi selanjutnya adalah operasi Ganyang.

d. Operasi Ganyang

Operasi ganyang merupakan operasi perongrongan yang dilakukan setelah pemindahan pasukan Indonesia dari wilayah perbatasan Indonesia menuju ke daerah lawan. Operasi ini bersifat gerilya dan ditujukan untuk mengurangi kemampuan militer, ekonomi, dan politik lawan. Selain itu, dimulailah pengembangan perlawanan rakyat setempat agar timbullah perlawanan rakyat.

Adanya operasi chusus ini bertujuan memperbesar kekuatan serang balas terhadap lawan untuk mensukseskan pelaksanaan pada Dwi Komando Rakyat yang kedua yaitu membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaysia, Singapura, Sabah, Serawak, Brunai untuk membubarkna negara “boneka” Malaysia. Dengan adanya operasi chusus ini maka dapat mencapai kemenangan tanpa harus masuk dalam perang terbuka.

Pada masa persiapan operasi yang dilaksanakan oleh KOLAGA di Kalimantan, terjadilah peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Indonesia. Peristiwa yang telah merenggut nyawa dari 6 perwira Angkatan Darat ini menyebabkan adanya krisis keamanan di Indonesia. Untuk proses pemulihan keamanan ditariklah beberapa unsur-unsur pasukan darat KOLAGA ke pulau Jawa. Dengan adanya peristiwa ini maka perlunya penilaian dan peninjauan kembali tentang pelaksanaan operasi yang akan ditempuh pada tahun 1966.

Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, terjadilah perubahan sistem organisasi pada KOLAGA. Perubahan ini menjadi suatu komando dengan sistem

(33)

komponen dan dipimpin oleh Pejabat Sementara Panglima KOLAGA yang mulanya Panglima KOLAGA adalah Laksamana Madya Omar Dani diganti dengan Pejabat Sementara Panglima KOLAGA yaitu Mayor Jenderal TNI Soeharto.

Pergantian Panglima KOLAGA disebabkan bahwa Laksamana Madya Omar Dani diduga terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Bukti utama untuk menunjukkan dukungannya kepada Gerakan 30 September adalah Perintah Harian Omar Dani pada tanggal 1 Oktober 1965. Perintah Harian ini berisi antara lain pernyataan tentang sedang dilakukannya, “... pembersihan dalam tubuh Angkatan Darat dari anasir-anasir yang didalangi oleh subversi asing dan bakal membahayakan Revolusi Indonesia”33. Dikeluarkannya Perintah Harian tersebut, Laksamana Madya Omar Dani dicurigai sebagai pendukung dari gerakan tersebut. Setelah itu, Laksamana Madya Omar Dani disidangkan melalui persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dengan vonis hukuman seumur hidup. Setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965, Mayor Jenderal Soeharto selaku Pejabat Sementara Panglima KOLAGA membuat laporan kepada Presiden Soekarno. Kebijakan tersebut adanya operasi chusus. Dengan merujuk pada Gagasan Strategi dan Petunjuk Operasi, KOLAGA menggunakan dua macam cara operasi yaitu Physical and Technological (Fistek) dan Social Politic (Sospol) sebagai sistem senjata yang melibatkan semua aspek baik dalam aspek militer maupun non-militer. Dalam pelaksanaannya disebut operasi militer dan operasi chusus. Operasi chusus ini ada dua tipe, yaitu34:

33 Julius Pour, Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang,

(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm. 464.

34 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Operasi Chusus, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(34)

a. Yang dilakukan oleh Komando Satuan Tugas dalam hal ini pada unsur-unsurnya dalam rangka “field preparation”

b. Staf Operasi Chusus, dibawah kepemimpinan Kolonel Ali Moertopo dan dikendalikan langsung oleh Jenderal Soeharto sebagai Wakil Panglima I KOLAGA yang kemudian menjadi Panglima KOLAGA. Pada operasi chusus tipe B menggunakan cara-cara konvensional melalui negara-negara lain, berusaha mengadakan kontak langsung dengan tokoh-tokoh Malaysia untuk uraian dan penjelasan tentang pendirian Malaysia yang sebenarnya serta kemungkinan penyelesaian yang dapat diterima kedua negara berselisih. Kebijakan ini disetujui oleh Presiden Soekarno35.

Pada kebutuhan logistik dan personil di KOLAGA, dari awal pembentukannya yang menghambat operasi yang dilaksanakan oleh KOLAGA adalah pengerahan tenaga maupun pemeliharannya. Pada awal tahun terbentuknya KOLAGA, pemenuhan keperluannya tidak tetap dan pada waktu tertentu saja dengan anggaran belanjanya hanya untuk penyusunan dan latihan-latihan pasukan pada susunan pasukan dalam KOGA. Kemudian pada KOLAGA, anggaran belanjanya untuk unsur-unsur ofensifnya. Persiapan dan pelaksanaan pada pengembangan basis diserahkan pada tiap-tiap angkatan bersenjata. Hal ini mengakibatkan tidak sesuainya harapan yang dituju, yaitu tidak tercapainya penimbunan bahan-bahan pokok dan tidak selesainya perkembangan pra-sarana di daerah perbatasan. Ketidaksesuaian pengerahan tenaga, anggaran belanja, dan tidak tercapainya penimbunan bahan-bahan pokok dan tidak selesainya perkembangan

35 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Operasi Chusus, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(35)

pra-sarana di daerah perbatasan ini menimbulkan ketidaktahuan KOLAGA pada jumlah nominal yang telah dihasilkan pada tiap-tiap angkatan bersenjata dengan wewenang yang dimilikinya36.

Pada kekuatan personel KOLAGA mengalami kekurangan personel dengan persentase kekuatan unsur defensif yaitu 50 – 60 % dan unsur ofensif dengan 10 – 20 % karena tidak adanya tenaga-tenaga pengganti. Hal ini dikarenakan pada unsur ofensif sebagian besar mengikuti operasi Tumpas. Dengan keikut-sertaan pada operasi sebelumnya yaitu operasi Tumpas, maka menyebabkan kurangnya istirahat bagi personel pada unsur ofensif. Kurangnya perawatan dan pemeliharaan pasukan pada bagian staf personel juga terjadi pada garis depan sejak adanya pergeseran pasukan. Pengistirahatan pasukan pada garis depan satu kali sampai rata-rata 5 hari di tempat37.

Instruksi operasi tanggal 13 Desember 1965 no. INSOP-10/1965 Panglima KOLAGA menyiapkan tim-tim khusus guna persiapan medan dalam rangka gagasan strategis di Kalimantan yaitu satu tim untuk KOSATGAS Mandau/ Kopur IV dan satu tim untuk KOSATGAS Sumpit. Tugas pokok dalam tim-tim khusus ini adalah mengadakan gerakan operasi chusus pada daerah operasinya38. Dengan adanya operasi chusus ini, maka persiapan dalam rangka mendirikan kantong-kantong gerilya pada daerah lawan di Kalimantan dapat berjalan dengan baik.

36 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,

Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

37 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,

Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

38 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Team-team Chusus, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(36)

Hingga pada awal tahun 1966, dilaksanakanlah operasi chusus dengan target operasi menuju ke daerah lawan secara gerilya. Tim-tim khusus dalam operasi KOLAGA dapat melalui daerah sepanjang perbatasan Kalimantan Barat yang telah dikosongkan oleh lawan dengan jarak ±30 km. Tim-tim khusus operasi KOLAGA telah membuka koridor di sekitar wilayah Tebedu yang merupakan daerah lawan dan mengadakan kontak dengan unsur-unsur progresif revolusioner di daerah lawan walaupun masih dengan keadaan terbatas. Tetapi, pada daerah operasi Kalimantan Timur belum menghasilkan progress yang berarti dikarenakan terhalang oleh sulitnya alat transportasi ke daerah pancangan39.

Usaha KOLAGA untuk mendukung kegiatan politik yaitu dijalankannya operasi-operasi intel. Khusus pada daerah operasi Kalimantan Utara, pemerintah Indonesia mengadakan Operasi “A”. Operasi “A” terbagi dalam beberapa rencana-rencana yaitu Operasi A – I dengan dasar operasi yang bersifat strategis. Subyeknya adalah pemerintah Tengku Abdulrachman dengan obyek pokok penempatan pemerintah Malaysia dalam posisi isolasi. Kemudian rencana Operasi “A” selanjutnya adalah Operasi A – II yang bertujuan mengadakan combat intelligence (intelijen tempur) pada daerah perbatasan (darat atau laut) dan pembentukan kantong-kantong gerilya40.

Operasi “A” melakukan operasi chusus, untuk “field preparation” dengan memasukan unsur-unsur pasukan angkatan bersenjata melalui udara, laut, dan darat ke daerah lawan. Hasil yang diperoleh hingga awal tahun 1966 adalah pihak lawan

39 Kesimpulan Kegiatan dalam tahun 1965: Chusus, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(37)

melakukan penjagaan pantai barat Malaya sangat rapat dan menambah mobilitas dengan helikopter-helikopter sampai pada perbatasan Kalimantan41.

Program kerja KOLAGA pada awal tahun 1966 adalah diadakanlah Rapat Komando dipimpin oleh Kepala Staf KOTI Letnan Jenderal Soeharto di Jakarta pada 29 Januari – 1 Februari 1966. Diadakannya rapat ini untuk membahas kegiatan KOLAGA dalam rangka Dwikora selama ini. Dalam rapat ini juga disampaikan perlunya perubahan drastis untuk kegiatan KOLAGA selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut42:

a. Titik berat operasi Physical and Technological (Fistek), dialihkan kepada operasi-operasi Social Politic (Sospol) yaitu Operasi Chusus type “A” dan “B”.

b. Mengadakan pengurangan pasukan seminimal mungkin untuk melakukan tugas KOLAGA.

c. Konfrontasi terus berjalan dan harus dipergiat.

Operasi-operasi chusus berikut operasi psywar (perang urat saraf) tetap dilancarkan disueluruh daerah operasi sesuai dengan keadaan. Untuk menghadapi setiap kemungkinan serangan dari pihak lawan, maka dalam bidang ofensif akan dilancarkan serangan balas dengan mengerahkan unsur-unsur udara dan armada.

41 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan

TNI-AD dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Bandung:

Dinas Sejarah Militer TNI-AD, 1985), hlm. 228.

42 Kelandjutan dalam Tahun 1966: Program Kerdja, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

(38)

Untuk bidang defensif, akan dihadapi dengan konsepsi perang wilayah serta pertahanan maritim43.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan KOLAGA kedepannya, dikeluarkanlah instruksi pelaksanaan no. INS-02/ 1966 pada tanggal 2 Februari 1966. Mengenai tetap berjalannya konfrontrasi pada Malaysia, diadakan perubahan pada struktur organisasi KOLAGA sesuai dengan Surat Keputusan Presiden/ PANGTI ABRI/ KOTI tanggal 22 Februari 1966 menjadi Komando Ganyang Malaysia (KOGAM)44. Pada keputusan Presiden No. 40 tahun 1966 pada

tanggal 22 Februari 1966, KOGAM dipimpin oleh Presiden yang merupakan Panglima Tertinggi ABRI sebagai Panglima Besar (PANGSAR) KOGAM. Tugas pokok KOGAM yaitu melaksanakan operasi-operasi untuk mempercepat pengganyangan Malaysia dalam rangka mensukseskan Dwikora terutama pada Komando Rakyat yang kedua45. Fungsi dari KOGAM antara lain melakukan

penilaian, perencanaan, persiapan, pengendalian dan pengawasan dari pada pelaksanaan tugas pokoknya. Selain itu, fungsi lainnya adalah mengkoordinir dan menghimpun potensi nasional yang diperlukan untuk melaksanakan operasi-operasi yang dimaksud dalam tugas pokok KOGAM. KOGAM membawahi Komando-Komando Utama yang salah satunya adalah Komando Mandala Siaga46.

43 Kusumah Hadiningrat, Op. Cit., hal. 76-77.

44 Kelandjutan dalam Tahun 1966: Instruksi Pelaksanaan, Koleksi Dinas

Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

45 Komando Rakyat yang kedua dalam komando Presiden Dwikora pada

tanggal 3 Mei 1964 adalah Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia.

46 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 40 tahun 1966, Koleksi

Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Komando Ganjang Malaysia, Komando Mandala Siaga No. 1321.

(39)

Perubahan juga terjadi pada kepemimpinan KOLAGA, maka dengan ini KOGAM mengeluarkan Surat Keputusan pada tanggal 16 Maret 1966 sebagai berikut:

a. Surat Keputusan no. 52/ KOGAM/ 1966, terhitung tanggak 22 Februari 1966 mengenai pengangkatan Mayor Jenderal TNI R. Umar Wirahadikusumah sebagai Panglima KOLAGA, Laksamana Muda Laut O.B. Sjaaf sebagai Wakil I Panglima KOLAGA, Laksamana Muda Udara L.W.J. Wattimena sebagai Wakil II Panglima KOLAGA, dan Brigjen TNI A. Satari sebagai Kepala Staf KOLAGA47.

b. Surat Keputusan no. 51/ KOGAM/ 1966 mengenai pembebasan Letnan Jenderal TNI Soeharto sebagai Pejabat Sementara Panglima KOLAGA dan pembebasan Laksamana Muda (L) Muljadi sebagai Wakil II Panglima KOLAGA48.

Beberapa perubahan terjadi untuk mempergiat konfrontasi terhadap Malaysia. Perubahan-perubahan tersebut adalah adanya perubahan pada struktur organisasi KOLAGA sesuai dengan Surat Keputusan Presiden/ PANGTI ABRI/ KOTI tanggal 2 Februari 1966 menjadi KOGAM dengan melaksanakan tugasnya sesuai tugas dan fungsi pokok. Melalui Surat Keputusan dari KOGAM, perubahan yang terjadi di dalam struktur KOLAGA adalah mengenai perubahan

47 Keputusan Presiden/ Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata Republik

Indonesia/ Panglima Besar Komando Ganjang Malaysia No. 52/KOGAM/1966,

Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Komando Ganjang Malaysia, Komando Mandala Siaga No. 1321.

48 Keputusan Presiden/ Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata Republik

Indonesia/ Panglima Besar Komando Ganjang Malaysia No. 51/KOGAM/1966,

Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Komando Ganjang Malaysia, Komando Mandala Siaga No. 1321.

(40)

kepemimpinan dalam KOLAGA. Perubahan ini terletak pada pembebasan Letnan Jenderal TNI Soeharto sebagai Pejabat Sementara Panglima KOLAGA dan jabatan Panglima KOLAGA diganti oleh Letnan Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah. Selain itu, perubahan kepemimpinan pada KOLAGA antara lain Laksamana Muda Laut O.B Sjaaf sebagai Wakil I Panglima KOLAGA, Laksamana Muda Udara L. W. J. Wattimena dari Kepala Staf KOLAGA menjadi Wakil II Panglima KOLAGA, dan Brigjen TNI A. Satari dari Wakil Kepala Staf KOLAGA menjadi Kepala Staf KOLAGA.

Perubahan yang terjadi pada tubuh KOLAGA selain untuk mempergiat konfrontasi terhadap Malaysia juga dikarenakan beberapa perwira tinggi dari ABRI, termasuk dari unsur AURI yang juga ikut serta dalam KOLAGA diduga turut andil dalam gerakan 30 September 1965 ini yang menyebabkan Indonesia menjadi krisis keamanan. Maka dari itu terjadilah perombakan dalam kepemimpinan KOLAGA. Dengan adanya perombakan kepemimpinan dalam KOLAGA ini diharap kegiatan konfrontrasi terhadap Malaysia tetap berjalan.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil belajar matematika siswa kelas VII 4 SMP Negeri 4 Siak Hulu yang masih di bawah KKM dengan persentase

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cognitive behavior therapy efektif untuk menurunkan tingkat body shame subyek penelitian dibandingkan dengan beauty class.. Kata kunci :

(2008) Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa

Analisis Berpikir Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Berdasarkan Teori Piaget Pada Materi Relasi dan Fungsi Kelas VIII di SMP Negeri 1 Binangun Kabupaten Blitar Tahun

6 Apabila terjadi proses belajar matematika itu baik, dapat diharapkan hasil belajar peserta didik akan baik pula.. Dengan proses belajar matematika yang baik, peserta

Sementara itu, dengan menggunakan pendekatan semantik sebagai kriteria utama dan afiks verbal dengan kriteria tambahan, Dardjowidjojo dalam Purwo (1986)

Pada penelitian ini metode yang diusulkan adalah pencarian model yang sesuai sebagai model, dengan tingkat akurasi yang tebaik. Untuk medapatkan hasil performance , dengan

Perbedaaan hasil dari penelitian terdahulu atau terdapat research gap sehingga penelitian bertujuan mengadakan penelitian dengan variabel yang sama berupa ukuran kantor