• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan

Pada awal pembentukan Komando Gabungan Siaga (KOGA) merupakan komando gabungan yang mencakup segala pasukan angkatan bersenjata, dalam pelaksanaannya KOGA mempersiapkan kesatuan tempurnya dengan mempunyai konsep strategi. Pada awal pembentukannya, KOGA mendapat tugas awal yaitu melaksanakan reprisal melalui unsur ofensif. Untuk mempersiapkan kesatuan tempurnya, dalam gagasan strategi terdapat konsep strategi yang didalamnya merupakan rencana kampanye KOGA. Rencana kampanye KOGA terbagi menjadi dua tahap yaitu antara lain27:

1) Instant Retaliation

Operasi instant retaliation adalah operasi dengan tujuan untuk mendapatkan dampak politik sebesar-besarnya yang dititikberatkan pada pusat-pusat politik di Semenanjung Malaya/ Kalimantan Utara.

26 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

27 Gagasan Strategi Komandan, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Fungsi Organisasi dan Tata Cara Kerja dari Staf (Gabungan) Siaga.

Operasi ini merupakan operasi pendahuluan sebagai persiapan operasi-operasi serang balas tidak terbatas (reprisal) dari unsur-unsur Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Untuk melakukan operasi instant

retaliation, kegiatan operasi dioptimalkan agar jangan sampai

melumpuhkan seluruh kekuatannya baik dari unsur Angkatan Udara maupun Angkatan Laut.

2) Reprisal

Operasi-operasi dalam rangka serang balas tidak terbatas ini dititikberatkan pada operasi-operasi di darat dengan kekuatan yang menentukan. Pada operasi reprisal, dibagi menjadi dua fase yaitu:

a) Fase Pendahuluan

Pergerakan awal pada fase ini adalah mengadakan infiltrasi ke Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara seperti dengan cara membangkitkan kesadaran nasionalis mereka agar dapat membantu dalam proses reprisal. Kemudian, setelah itu pergerakan selanjutnya adalah pemindahan pasukan.

b) Fase Terakhir

Pada fase ini dititikberatkan pada operasi-operasi di darat yang menentukan. Selain memberi bantuan taktis, unsur-unsur dalam AURI & ALRI selalu mengadakan serangan-serangan terhadap unsur angkatan udara dan angkatan laut pihak lawan untuk mengurangi atau menghancurkan keunggulan dari unsur udara maupun laut pada lawan. Setelah selesainya pada fase pendahuluan, pergerakan berikutnya adalah melakukan penyerangan secara

besar-besaran dengan infiltrasi terhadap Semenanjung Malaya melalui laut atau udara untuk menguasai titik-titik strategis di daratan atau setidaknya mengacaukan kedaulatan militer, politis, dan ekonomi. Pada daerah operasi Kalimantan Utara, penyerangan besar-besaran melalui darat untuk menguasai titik-titik di daerah yang strategis. Kekuatan yang digunaan untuk mempersiapkan kesatuan tempur KOGA yaitu dalam instant retaliation dengan menggunakan kekuatan unsur strategis maupun kekuatan unsur taktis. Pada persiapan kesatuan tempur untuk reprisal dengan pengembangan kekuatan tempur yang merupakan rencana kampanye KOGA dengan target selesai pada akhir tahun 1964. Tetapi target tersebut tidak terpenuhi karena pada unsur-unsur Angkatan Darat masih diikut-sertakan pada operasi Tumpas dan diundur hingga akhir kuartal I tahun 1965. Dalam perkembangannya, menjelang akhir tahun 1964 jumlah kekuatan lawan semakin bertambah. Hal ini menjadikan Panglima KOGA perlu merubah dan mengeluarkan Gagasan Strategi yang baru. Dikeluarkannya Gagasan Strategi baru juga berujung pada perubahan Rencana Kampanye yang pada awalnya merupakan operasi pembalasan (reprisal) menjadi operasi pengganyangan dengan pengiriman pasukan ke garis depan diberikan fungsi “deterrent” atau pencegah28.

Operasi yang telah direncanakan pada pelaksanaan KOLAGA telah dimulai ketika pasukan-pasukan dibawah perintah KOLAGA diberangkatkan pada waktu yang telah ditentukan dan secara rahasia. Jika pemindahan pasukan sudah selesai maka usaha operasi serang balas di daerah perbatasan sudah siap. Sasaran utama

28 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

dalam operasi-operasi militer pada KOLAGA adalah Singapura. Selain itu, sasaran-sasaran lainnya dalam operasi-operasi militer pada KOLAGA yaitu pada daerah operasi Malaya dan Kalimantan Utara tetap dilancarkan. Tetap dilancarkannya sasaran-sasaran lainnya seperti di daerah operasi Malaya dan Kalimantan Utara adalah dengan tujuan agar menjadi penunjang pada sasaran utamanya.

Pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura yang merupakan sasaran utama pada KOLAGA telah melepaskan diri dari Federasi Malaysia. Hal ini menimbulkan adanya perubahan pada sasaran utama yang dituju. Pihak lawan akhirnya meningkatkan jumlah pasukannya pada perbatasan di sepanjang daerah operasi di Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Usaha di bidang diplomatik dan militer saling berkaitan. Usaha di bidang militer dilakukan setelah upaya penyelesaian dari bidang diplomatik mengalami jalan buntu. Dalam eksekusi operasi militer juga harus selaras dengan usaha di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Maka dari itu, ditempuhlah jalan melalui usaha di bidang militer dengan proses-prosesnya yaitu perencanaan dan operasi. Dalam proses perencanaan di bidang militer mencakup suatu susunan gagasan strategi dengan beberapa kajian penting untuk proses operasi militer seperti perkiraan intelijen dan lain sebagainya. Dalam susunan gagasan strategi, pada seluruh kampanye dibagi menjadi beberapa fase dari segi ofensif maupun defensif yaitu meliputi fase persiapan, fase pengikatan dan penghancuran, fase penentuan, dan fase konsolidasi29:

29 Gagasan Strategis Kolaga tanggal 31 Agustus 1965, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Koti Komando Siaga.

a. Fase Persiapan 1) Segi ofensif

Untuk keperluan dalam persiapan kampanye meliputi penempatan unsur-unsur ofensif di daerah yang strategis dan menguntungkan bagi pelaksanaan operasi-operasi serta untuk pengumpulan informasi mengenai pihak lawan.

2) Segi defensif

Untuk keperluan dalam persiapan pertahanan baik yang bersangkutan dengan menggunakan sarana maupun konsepsi serta penyusunan pertahanan pada umumnya operasi-operasi yang bersangkutan dengan pengamanan daerah tetap dilancarkan.

b. Fase Pengikatan dan Penghancuran 1) Segi ofensif

Mulai dikembangkan pematangan daerah, pendirian kantong-kantong dan perlawanan rakyat, kemudian disusul dengan perlawanan-perlawanan untuk mengurangi faktor kelebihan lawan. Dalam operasi manuver diadakan operasi-operasi pengikatan atau penghancuran di daerah operasi Kalimantan untuk membantu memungkinkan tercapainya usaha-usaha serangan pokok.

2) Segi defensif

Untuk pelaksanaan pertahanan mulai ditingkatkan dan setiap usaha lawan yang mengacau atau menduduki daerah KOLAGA harus digagalkan.

c. Fase Penentuan 1) Segi ofensif

Setelah dipenuhinya fase pengikatan dan penghancuran, maka dimulai menggerakkan segala kemampuan yang dimungkinkan untuk dikembangkan baik di daerah lawan maupun yang ada di luar daerah lawan untuk menghancurkan sasaran utama.

2) Segi defensif

Selalu ditingkatkan kesiagaan dan pelaksanaan pertahanan. Selain itu, back up support kepada unsur-unsur ofensif selalu diperhatikan. d. Fase Konsolidasi

1) Segi ofensif

Setelah dicapainya penyelesaian politis yang menguntungkan pihak Indonesia, maka tindakan selanjutnya adalah mempertahankan dan mengamankan kemenangan

2) Segi defensif

Walaupun sudah dicapai tujuan konfrontasi namun penyusunan pertahanan tetap di konsolidasikan untuk menjaga setiap kemungkinan dari pihak lawan.

Setelah semua aspek telah siap dan terpenuhi, terutama pada pasukan-pasukan yang berada di perbatasan yaitu pasukan-pasukan Komando Tugas Khusus Siaga (KOTUSUSGA) dan siapnya komando tempur di berbagai titik yang telah disebar pada daerah perbatasan, maka barulah diadakan operasi-operasi chusus. Untuk

mencapai dan melancarkan operasi-operasi chusus, maka pelaksanaan operasi militer dilakukan dalam beberapa tahap yaitu30:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini meliputi kegiatan penyelidikan dan peninjauan, membangun basis penyerangan, pemindahan pasukan ke garis depan dan pengumpulan keterangan mengenai lawan, pengamanan, melancarkan operasi di bidang territorial. Selain itu, upaya lain untuk membentuk suatu persiapan daerah kantong sebagai daerah basis bagi gerakan militer di waktu yang akan datang. Kekuatan direalisasikan dari Brigat KKO AL dan mulai mengadakan infiltrasi pasukan daerah lawan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan meliputi dua fase yaitu: 1) Fase Pendahuluan

Fase pendahuluan adalah kegiatan-kegiatan operasi chusus yang telah dan sedang dijalankan di wilayah lawan guna mendapatkan lingkungan yang dapat menguntungkan bagi operasi-operasi lanjutan 2) Fase Lanjutan

Pada fase ini lebih dititikberatkan pada tugas-tigas merebut atau mengurangi keunggulan lawan, pendaratan pasukan baik dari darat, laut, dan udara, menguasai titik-titik strategi lawan dan mengembangkan operasi di darat dan operasi territorial untuk mempersempit ruang gerak lawan.

Fokus utama pada tahap pelaksanaan adalah membuat operasi perongrongan terencana guna mengurangi kekuatan dari pihak lawan, baik dari unsur udara, laut serta komunikasi lawan terutama di Singapura karena di sanalah menjadi titik utama lawan. Selain itu juga mengadakan pengacauan militer di wilayah perbatasan maupun di wilayah lawan dengan tujuan pengikatan lawan. Selain usaha militer untuk pengikatan lawan, usaha lain di bidang non-militer juga dijalankan. Bentuk dari usaha di bidang non-militer tidak seperti pada bidang militer yang bersifat fisik dengan menggunakan senjata, tetapi bentuk dari usaha bidang non-militer mencakup ideologi, sosial budaya, politik, ekonomi, teknologi, dsb. Usaha di bidang non-militer dijalankan dengan tujuan melemahkan kekuatan politik dan ekonomi pada pihak lawan.

c. Tahap Konsolidasi

Pada tahap konsolidasi ini merupakan tahap untuk menghadapi setiap kemungkinan adanya serangan balas lawan, mendapatkan unsur-unsur pemerintah militer/ sipil, mengembangkan situasi sedemikian rupa sehingga menguntungkan perjuangan dan kesiapan untuk ditarik kembali ke wilayah Republik Indonesia sesuai perkembangan politik.

KOTUSUSGA menentukan segala operasi yang akan dilaksanakan, tidak terkecuali dengan operasi chusus. Operasi chusus ini merupakan operasi yang dilakukan di daerah lawan dengan pasukan-pasukan Indonesia yang berstatus

sebagai sukarelawan atau gerilyawan. Operasi chusus ini terdiri dari berbagai macam operasi yaitu31:

a. Operasi Intelijen

Operasi intelijen merupakan operasi yang bertugas untuk mengumpulkan, menganalisa dan mendapatkan keterangan maupun informasi yang diperlukan di bidang intelijen untuk pertahanan dan keamanan nasional.

Kegiatan-kegiatan pada bidang intelijen pada dasarnya ditujukan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan sebanyak mungkin. Keterangan-keterangan ini meliputi aspek dari kekuatan musuh, keadaan medan seperti topografi dan cuaca, serta keadaan politik, ekonomi, dan sosial32.

b. Operasi Teritorial

Operasi teritorial merupakan operasi mengenai wilayah yang sah menurut hukum dalam suatu negara yang pada operasinya membantu rakyat Malaysia untuk mendirikan pemerintahan nasional progresif. c. Operasi Kantong

Operasi kantong merupakan operasi yang melakukan pemindahan pasukan Indonesia dari wilayah perbatasan Indonesia menuju ke daerah

31 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 112-113. Lihat juga Kamus

Mengenai Istilah Militer, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip

Gagasan Strategi Komandan.

32 Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1964: Bidang Intelidjen, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

lawan untuk digunakan pada operasi selanjutnya secara gerilya. Operasi selanjutnya adalah operasi Ganyang.

d. Operasi Ganyang

Operasi ganyang merupakan operasi perongrongan yang dilakukan setelah pemindahan pasukan Indonesia dari wilayah perbatasan Indonesia menuju ke daerah lawan. Operasi ini bersifat gerilya dan ditujukan untuk mengurangi kemampuan militer, ekonomi, dan politik lawan. Selain itu, dimulailah pengembangan perlawanan rakyat setempat agar timbullah perlawanan rakyat.

Adanya operasi chusus ini bertujuan memperbesar kekuatan serang balas terhadap lawan untuk mensukseskan pelaksanaan pada Dwi Komando Rakyat yang kedua yaitu membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaysia, Singapura, Sabah, Serawak, Brunai untuk membubarkna negara “boneka” Malaysia. Dengan adanya operasi chusus ini maka dapat mencapai kemenangan tanpa harus masuk dalam perang terbuka.

Pada masa persiapan operasi yang dilaksanakan oleh KOLAGA di Kalimantan, terjadilah peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Indonesia. Peristiwa yang telah merenggut nyawa dari 6 perwira Angkatan Darat ini menyebabkan adanya krisis keamanan di Indonesia. Untuk proses pemulihan keamanan ditariklah beberapa unsur-unsur pasukan darat KOLAGA ke pulau Jawa. Dengan adanya peristiwa ini maka perlunya penilaian dan peninjauan kembali tentang pelaksanaan operasi yang akan ditempuh pada tahun 1966.

Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, terjadilah perubahan sistem organisasi pada KOLAGA. Perubahan ini menjadi suatu komando dengan sistem

komponen dan dipimpin oleh Pejabat Sementara Panglima KOLAGA yang mulanya Panglima KOLAGA adalah Laksamana Madya Omar Dani diganti dengan Pejabat Sementara Panglima KOLAGA yaitu Mayor Jenderal TNI Soeharto.

Pergantian Panglima KOLAGA disebabkan bahwa Laksamana Madya Omar Dani diduga terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Bukti utama untuk menunjukkan dukungannya kepada Gerakan 30 September adalah Perintah Harian Omar Dani pada tanggal 1 Oktober 1965. Perintah Harian ini berisi antara lain pernyataan tentang sedang dilakukannya, “... pembersihan dalam tubuh Angkatan Darat dari anasir-anasir yang didalangi oleh subversi asing dan bakal membahayakan Revolusi Indonesia”33. Dikeluarkannya Perintah Harian tersebut, Laksamana Madya Omar Dani dicurigai sebagai pendukung dari gerakan tersebut. Setelah itu, Laksamana Madya Omar Dani disidangkan melalui persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dengan vonis hukuman seumur hidup. Setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965, Mayor Jenderal Soeharto selaku Pejabat Sementara Panglima KOLAGA membuat laporan kepada Presiden Soekarno. Kebijakan tersebut adanya operasi chusus. Dengan merujuk pada Gagasan Strategi dan Petunjuk Operasi, KOLAGA menggunakan dua macam cara operasi yaitu Physical and Technological (Fistek) dan Social Politic (Sospol) sebagai sistem senjata yang melibatkan semua aspek baik dalam aspek militer maupun non-militer. Dalam pelaksanaannya disebut operasi militer dan operasi chusus. Operasi chusus ini ada dua tipe, yaitu34:

33 Julius Pour, Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm. 464.

34 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Operasi Chusus, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

a. Yang dilakukan oleh Komando Satuan Tugas dalam hal ini pada unsur-unsurnya dalam rangka “field preparation”

b. Staf Operasi Chusus, dibawah kepemimpinan Kolonel Ali Moertopo dan dikendalikan langsung oleh Jenderal Soeharto sebagai Wakil Panglima I KOLAGA yang kemudian menjadi Panglima KOLAGA. Pada operasi chusus tipe B menggunakan cara-cara konvensional melalui negara-negara lain, berusaha mengadakan kontak langsung dengan tokoh-tokoh Malaysia untuk uraian dan penjelasan tentang pendirian Malaysia yang sebenarnya serta kemungkinan penyelesaian yang dapat diterima kedua negara berselisih. Kebijakan ini disetujui oleh Presiden Soekarno35.

Pada kebutuhan logistik dan personil di KOLAGA, dari awal pembentukannya yang menghambat operasi yang dilaksanakan oleh KOLAGA adalah pengerahan tenaga maupun pemeliharannya. Pada awal tahun terbentuknya KOLAGA, pemenuhan keperluannya tidak tetap dan pada waktu tertentu saja dengan anggaran belanjanya hanya untuk penyusunan dan latihan-latihan pasukan pada susunan pasukan dalam KOGA. Kemudian pada KOLAGA, anggaran belanjanya untuk unsur-unsur ofensifnya. Persiapan dan pelaksanaan pada pengembangan basis diserahkan pada tiap-tiap angkatan bersenjata. Hal ini mengakibatkan tidak sesuainya harapan yang dituju, yaitu tidak tercapainya penimbunan bahan-bahan pokok dan tidak selesainya perkembangan pra-sarana di daerah perbatasan. Ketidaksesuaian pengerahan tenaga, anggaran belanja, dan tidak tercapainya penimbunan bahan-bahan pokok dan tidak selesainya perkembangan

35 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Operasi Chusus, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

pra-sarana di daerah perbatasan ini menimbulkan ketidaktahuan KOLAGA pada jumlah nominal yang telah dihasilkan pada tiap-tiap angkatan bersenjata dengan wewenang yang dimilikinya36.

Pada kekuatan personel KOLAGA mengalami kekurangan personel dengan persentase kekuatan unsur defensif yaitu 50 – 60 % dan unsur ofensif dengan 10 – 20 % karena tidak adanya tenaga-tenaga pengganti. Hal ini dikarenakan pada unsur ofensif sebagian besar mengikuti operasi Tumpas. Dengan keikut-sertaan pada operasi sebelumnya yaitu operasi Tumpas, maka menyebabkan kurangnya istirahat bagi personel pada unsur ofensif. Kurangnya perawatan dan pemeliharaan pasukan pada bagian staf personel juga terjadi pada garis depan sejak adanya pergeseran pasukan. Pengistirahatan pasukan pada garis depan satu kali sampai rata-rata 5 hari di tempat37.

Instruksi operasi tanggal 13 Desember 1965 no. INSOP-10/1965 Panglima KOLAGA menyiapkan tim-tim khusus guna persiapan medan dalam rangka gagasan strategis di Kalimantan yaitu satu tim untuk KOSATGAS Mandau/ Kopur IV dan satu tim untuk KOSATGAS Sumpit. Tugas pokok dalam tim-tim khusus ini adalah mengadakan gerakan operasi chusus pada daerah operasinya38. Dengan adanya operasi chusus ini, maka persiapan dalam rangka mendirikan kantong-kantong gerilya pada daerah lawan di Kalimantan dapat berjalan dengan baik.

36 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

37 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

38 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Team-team Chusus, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

Hingga pada awal tahun 1966, dilaksanakanlah operasi chusus dengan target operasi menuju ke daerah lawan secara gerilya. Tim-tim khusus dalam operasi KOLAGA dapat melalui daerah sepanjang perbatasan Kalimantan Barat yang telah dikosongkan oleh lawan dengan jarak ±30 km. Tim-tim khusus operasi KOLAGA telah membuka koridor di sekitar wilayah Tebedu yang merupakan daerah lawan dan mengadakan kontak dengan unsur-unsur progresif revolusioner di daerah lawan walaupun masih dengan keadaan terbatas. Tetapi, pada daerah operasi Kalimantan Timur belum menghasilkan progress yang berarti dikarenakan terhalang oleh sulitnya alat transportasi ke daerah pancangan39.

Usaha KOLAGA untuk mendukung kegiatan politik yaitu dijalankannya operasi-operasi intel. Khusus pada daerah operasi Kalimantan Utara, pemerintah Indonesia mengadakan Operasi “A”. Operasi “A” terbagi dalam beberapa rencana-rencana yaitu Operasi A – I dengan dasar operasi yang bersifat strategis. Subyeknya adalah pemerintah Tengku Abdulrachman dengan obyek pokok penempatan pemerintah Malaysia dalam posisi isolasi. Kemudian rencana Operasi “A” selanjutnya adalah Operasi A – II yang bertujuan mengadakan combat intelligence (intelijen tempur) pada daerah perbatasan (darat atau laut) dan pembentukan kantong-kantong gerilya40.

Operasi “A” melakukan operasi chusus, untuk “field preparation” dengan memasukan unsur-unsur pasukan angkatan bersenjata melalui udara, laut, dan darat ke daerah lawan. Hasil yang diperoleh hingga awal tahun 1966 adalah pihak lawan

39 Kesimpulan Kegiatan dalam tahun 1965: Chusus, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

melakukan penjagaan pantai barat Malaya sangat rapat dan menambah mobilitas dengan helikopter-helikopter sampai pada perbatasan Kalimantan41.

Program kerja KOLAGA pada awal tahun 1966 adalah diadakanlah Rapat Komando dipimpin oleh Kepala Staf KOTI Letnan Jenderal Soeharto di Jakarta pada 29 Januari – 1 Februari 1966. Diadakannya rapat ini untuk membahas kegiatan KOLAGA dalam rangka Dwikora selama ini. Dalam rapat ini juga disampaikan perlunya perubahan drastis untuk kegiatan KOLAGA selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut42:

a. Titik berat operasi Physical and Technological (Fistek), dialihkan kepada operasi-operasi Social Politic (Sospol) yaitu Operasi Chusus type “A” dan “B”.

b. Mengadakan pengurangan pasukan seminimal mungkin untuk melakukan tugas KOLAGA.

c. Konfrontasi terus berjalan dan harus dipergiat.

Operasi-operasi chusus berikut operasi psywar (perang urat saraf) tetap dilancarkan disueluruh daerah operasi sesuai dengan keadaan. Untuk menghadapi setiap kemungkinan serangan dari pihak lawan, maka dalam bidang ofensif akan dilancarkan serangan balas dengan mengerahkan unsur-unsur udara dan armada.

41 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan

TNI-AD dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Bandung:

Dinas Sejarah Militer TNI-AD, 1985), hlm. 228.

42 Kelandjutan dalam Tahun 1966: Program Kerdja, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

Untuk bidang defensif, akan dihadapi dengan konsepsi perang wilayah serta pertahanan maritim43.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan KOLAGA kedepannya, dikeluarkanlah instruksi pelaksanaan no. INS-02/ 1966 pada tanggal 2 Februari 1966. Mengenai tetap berjalannya konfrontrasi pada Malaysia, diadakan perubahan pada struktur organisasi KOLAGA sesuai dengan Surat Keputusan Presiden/ PANGTI ABRI/ KOTI tanggal 22 Februari 1966 menjadi Komando Ganyang Malaysia (KOGAM)44. Pada keputusan Presiden No. 40 tahun 1966 pada tanggal 22 Februari 1966, KOGAM dipimpin oleh Presiden yang merupakan Panglima Tertinggi ABRI sebagai Panglima Besar (PANGSAR) KOGAM. Tugas pokok KOGAM yaitu melaksanakan operasi-operasi untuk mempercepat pengganyangan Malaysia dalam rangka mensukseskan Dwikora terutama pada Komando Rakyat yang kedua45. Fungsi dari KOGAM antara lain melakukan penilaian, perencanaan, persiapan, pengendalian dan pengawasan dari pada pelaksanaan tugas pokoknya. Selain itu, fungsi lainnya adalah mengkoordinir dan menghimpun potensi nasional yang diperlukan untuk melaksanakan operasi-operasi yang dimaksud dalam tugas pokok KOGAM. KOGAM membawahi Komando-Komando Utama yang salah satunya adalah Komando Mandala Siaga46.

43 Kusumah Hadiningrat, Op. Cit., hal. 76-77.

44 Kelandjutan dalam Tahun 1966: Instruksi Pelaksanaan, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.

45 Komando Rakyat yang kedua dalam komando Presiden Dwikora pada tanggal 3 Mei 1964 adalah Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia.

46 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 40 tahun 1966, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Komando Ganjang Malaysia, Komando Mandala Siaga No. 1321.

Perubahan juga terjadi pada kepemimpinan KOLAGA, maka dengan ini KOGAM mengeluarkan Surat Keputusan pada tanggal 16 Maret 1966 sebagai

Dokumen terkait