• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seiring dengan perkembangan dan dinamika baik secara internal maupun eksternal, maka beberapa sasaran mengalami penyempurnaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seiring dengan perkembangan dan dinamika baik secara internal maupun eksternal, maka beberapa sasaran mengalami penyempurnaan."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

encana Strategis Universitas Terbuka Tahun 2010-2021 (Renstra UT 2010-2021) yang merupakan arah pengembangan UT untuk periode tersebut, telah disahkan oleh Senat UT beberapa waktu yang lalu. Renstra yang memuat visi dan misi dimaksud, merupakan tujuan yang akan dicapai pada 2021. Selain itu, Renstra ini juga berisi analisis situasi dan rencana strategis, yang di dalamnya tergambar pula azas pelaksanaan dan pembangunan bertahap dan berkelanjutan.

Seiring dengan perkembangan dan dinamika baik secara internal maupun eksternal, maka beberapa sasaran mengalami penyempurnaan.

Berikut adalah hasil penyempurnaan sasaran-sasaran, khususnya pada bidang Akademik, Daya Jangkau dan Tata Kelola. Konsep penyempurnaan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Rencana Strategis 2021: Rencana Operasional 2010-2013.

Dengan demikian, maka sasaran-sasaran yang telah disempurnakan tesebut menjadi acuan kita semua untuk menggapai visi dan misi bersama.

Tangerang Selatan, 16 Agustus 2011 Rektor Universitas Terbuka, selaku

Ketua Senat Universitas Terbuka

Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed, Ph.D NIP 19620401 198601 2 001

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II ANALISIS SITUASI 3

A. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS B. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL

3 20

BAB III VISI, MISI DAN TUJUAN 47

A. VISI B. MISI C. TUJUAN 47 49 50

BAB IV RENCANA STRATEGIS 51

A. ASAS

B. SASARAN STRATEGIS

51 52

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

niversitas Terbuka (UT) merupakan perguruan tinggi negeri (PTN) ke-45 yang pendiriannya diresmikan pada tanggal 4 September 1984 dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 41 Tahun 1984 tentang Pendirian UT. Sejak didirikan, UT telah melakukan berbagai perubahan yang dipicu oleh perubahan ketentuan perundang-undangan.

Di samping itu, telah terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan otonomi daerah dan pengelolaan pendidikan dalam kerangka otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki peran yang semakin besar dalam pengelolaan sumber daya publik. Hal ini menyebabkan UT juga perlu melakukan repositioning terhadap Pemerintah dan pemerintah daerah.

Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengarah pada pemanfaatan berbagai media dan bersifat personal serta semakin mudah diakses, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan transaksi informasi. Namun peningkatan tersebut berpeluang juga menyebabkan terjadinya peningkatan penyimpangan. Untuk itu telah diterbitkan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik serta akuntabilitas pemanfaatan TIK. Kemajuan TIK tersebut akan berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan UT secara keseluruhan.

(5)

Perubahan perundang-undangan dan penyelenggaraan otonomi daerah serta peningkatan perkembangan TIK menyebabkan asumsi yang digunakan dalam perumusan Rencana Strategis (Renstra) UT tahun 2005-2020 perlu disesuaikan. Di samping perubahan dalam lingkungan eksternal tersebut, secara internal UT juga mengalami perubahan. Hal tersebut bertepatan pula dengan berakhirnya masa berlaku Rencana Operasional (Renop) 2005-2010. Untuk itu perlu disusun kembali rumusan Renstra yang sesuai dengan asumsi yang berlaku pada saat ini.

(6)

BAB II

ANALISIS SITUASI

A. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

ingkungan eksternal yang merupakan lingkungan strategis UT, akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan dan pertumbuhan UT dalam upaya menjadi institusi Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) berkelas dunia di masa yang akan datang. Beberapa faktor lingkungan strategis utama yang mempengaruhi perkembangan UT meliputi:

(1) Perkembangan dan perubahan strategi ekonomi; (2) Perkembangan kondisi sosial politik dan budaya; (3) Perkembangan paradigma pendidikan;

(4) Paradigma baru dan strategi jangka panjang pendidikan tinggi Kementerian Pendidikan Nasional; (5) Perkembangan TIK; dan

(6) Citra publik tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).

1. Perkembangan dan Perubahan Strategi Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu bangsa, dan biasanya merujuk pada peningkatan pendapatan. Padahal pembangunan ekonomi seharusnya lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk pendapatan dan sisi lainnya yang menunjang kesejahteraan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesejahteraan masyarakat seperti jumlah masyarakat miskin dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi terkadang menyebabkan arah kebijakan pembangunan ekonomi cenderung hanya bertumpu pada

L

(7)

pertumbuhan ekonomi, sehingga kesejahteraan masyarakat tidak tercapai. Hal ini terbukti dengan pembangunan yang dilakukan di Indonesia, sampai dengan tahun 1996 pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata tujuh persen per tahun. Namun jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai 16,58 persen dari total penduduk (BPS, 2007).

Rendahnya tingkat pendapatan tersebut menyebabkan investasi untuk pendidikan, yang merupakan human-capital bagi pertumbuhan ekonomi lebih lanjut, tidak menjadi prioritas. Padahal, ilmu pengetahuan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan ekonomi, setelah bahan baku dan kapital (Thurow, 1999). Oleh karena itu, negara miskin dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah akan sulit untuk mencapai keberhasilan ekonomi.

Mencermati kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia di masa lampau dan kondisi global saat ini, Indonesia harus memperhatikan kekuatan-kekuatan penggerak penting berikut ini.

1.1 Peningkatan kualitas sumber daya manusia

Era globalisasi yang didukung percepatan perkembangan teknologi, menuntut setiap individu memiliki kompetensi minimal yang dipersyaratkan untuk bisa berpartisipasi di dalamnya. Agar bangsa Indonesia tidak tersisih dari persaingan global, maka peningkatan kualitas SDM yang mandiri harus menjadi semangat bangsa. Semangat kemandirian tersebut akan mendorong keunggulan daya saing SDM yang berbasis pengetahuan (knowledge-based society) yang dicapai melalui pengembangan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan anak bangsa berkualitas.

(8)

1.2 Peningkatan peran perguruan tinggi

Untuk mewujudkan suatu masyarakat berpengetahuan, peran perguruan tinggi (PT) dalam peningkatan kualitas SDM sangat penting. PT hendaknya menghasilkan lulusan yang bukan hanya memiliki pengetahuan tetapi juga mempunyai jiwa wirausaha dan keunggulan daya saing. Sebagai PT terbuka jarak jauh, UT dapat berperan penting di dalamnya melalui pengembangan program-program pendidikan berkelanjutan (continuing education) ataupun program berjenjang (degree). Program-program pendidikan berkelanjutan harus didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat dan memacu semangat belajar sepanjang hayat. Sementara itu, program-program berjenjang selain memenuhi kebutuhan masyarakat juga harus memiliki standar kualitas nasional. 1.3 Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang cepat berdampak pada perubahan radikal terkait dengan kebutuhan dan kompetensi SDM yang memerlukan pendidikan secara berkelanjutan. Makin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, makin tinggi pula tingkat pendidikan dan kompetensi SDM yang dituntut. SDM yang terdidik dan terlatih dengan baik sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing serta kelestarian suatu bangsa. Peningkatan proses belajar berbasis TIK yang dilaksanakan UT merupakan suatu proses pembudayaan pemanfaatan teknologi bagi masyarakat, yang juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa. Selain itu, penggunaan TIK dapat lebih mendorong pendidikan yang diselenggarakan oleh UT menjadi lebih transparan, akuntabel, responsif, dan dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat.

(9)

2. Perkembangan Kondisi Sosial, Politik, dan Budaya

Ditinjau dari sisi perkembangan sosial, politik, dan budaya, pada abad-21 muncul faktor-faktor baru yang akan mewarnai perkembangan dunia selama abad ke-21. Faktor tersebut antara lain munculnya masyarakat jaringan, munculnya kekuatan lokal yang menentang kekuatan global, menguatnya isu tentang lingkungan, berakhirnya masa patriarchal, berkurangnya peran Negara, dan berkembangnya politik informasi.

Kemajuan TIK telah mampu menyatukan kepentingan-kepentingan dan individu dalam jaringan global. Jaringan-jaringan kepentingan yang terbentuk dalam bentuk kerja sama global atau pasar global yang berbasis teknologi komunikasi, misalnya muncul pasar keuangan global, kerja sama antaruniversitas, universitas virtual, dan organisasi-organisasi yang beroperasi di banyak negara dan disatukan oleh jaringan komunikasi global. Teknologi komunikasi dan informasi juga telah mampu menyatukan individu-individu dalam berbagai komunitas, misalnya blog, friendster, facebook, dan fans club. Teknologi komunikasi dan informasi telah mempercepat penyebaran ide-ide baru, keterampilan baru, preferensi baru, dan informasi dapat diterima seketika di belahan dunia lain sehingga menyebabkan perubahan yang terjadi pada satu wilayah secara cepat berpengaruh pada wilayah yang lain. Kemajuan teknologi memang telah mampu menyatukan kepentingan-kepentingan dan individu secara lintas negara, secara ekonomi memang terjadi globalisasi, namun secara politik dan budaya terjadi perkembangan sebaliknya. Secara politik, muncul kekuatan-kekuatan lokal yang menentang upaya merebaknya globalisasi. Secara budaya, muncul gerakan untuk menandingi dominasi budaya global dalam bentuk gerakan untuk kembali dan memelihara budaya lokal.

(10)

Dalam skala nasional, faktor tersebut akan memperkuat tuntutan otonomi daerah dan pada gilirannya berpengaruh terhadap sikap daerah untuk mempertahankan dan memperkuat ciri khas daerahnya. Otonomi daerah akan berpengaruh terhadap pembiayaan program-program pemerintah dan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan UPBJJ-UT yang merupakan unit pelaksana UT di daerah. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah dengan tetap dipertahankannya ciri khas lokal yang akan memunculkan jenis kebutuhan yang berbeda untuk setiap wilayah. Ini berarti UT harus melakukan diversifikasi produk dan pelayanan. Dampak selanjutnya adalah pada peningkatan biaya pelayanan karena adanya perbedaan tingkat kebutuhan dan perlakuan terhadap situasi lokal.

Pembangunan ekonomi yang didasarkan atas pertumbuhan ternyata berakibat pada ketidakseimbangan lingkungan. Hutan-hutan telah berubah fungsi dan banyak vegetasi yang mati karena pencemaran. Ketidakseimbangan telah mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu udara dan kandungan karbon dalam udara dan air, serta pencemaran udara, air, dan tanah. Eksploitasi yang berlebihan atas energi minyak menyebabkan pada abad-21 persediaan minyak semakin menipis dan perlu dicari pengganti bahan-bakar yang berbasis fosil dan aman bagi lingkungan. Ketidakseimbangan lingkungan dan menipisnya persediaan energi fosil telah mendorong munculnya gerakan-gerakan baik pada tingkat lokal, regional, dan global untuk membangun kesadaran terhadap lingkungan. Gerakan tersebut bahkan telah masuk ke dalam kurikulum sekolah dan berbagai kebijakan politik, baik lokal maupun global.

Kesadaran terhadap pentingnya menciptakan keseimbangan lingkungan pada tingkat masyarakat akan menciptakan kebutuhan masyarakat akan pengetahuan tentang lingkungan hidup, pengelolaan lingkungan, pelestarian lingkungan hidup, dan pemanfaatan sumber daya alam secara seimbang. Ini adalah peluang UT untuk memasarkan program-program baik

(11)

program tingkat pendidikan tinggi, pelatihan, maupun program-program continuing education yang berjangka kurang dari satu tahun.

Faktor berikutnya adalah melemahnya kekerabatan patriarchal. Gejala ini sebenarnya sudah nampak pada tatanan sebagian masyarakat Indonesia pada masa lampau, seperti peran kaum perempuan terutama perempuan pedagang. Teknologi telah mampu mengambil alih peran otot manusia. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kekuatan otot telah mampu diambil alih oleh mesin. Pekerjaan berbasis kekuatan otot adalah pekerjaan yang secara tradisional dikerjakan oleh kaum pria. Di sisi lain industri jasa berbasis pada teknologi informasi dan leisure seperti mode, pariwisata, pendidikan, dan teknologi informasi yang tidak berbasis pada kekuatan otot semakin meningkat. Berkembangnya industri jasa meningkatkan kebutuhan terhadap SDM perempuan yang akhirnya berdampak pula pada meningkatnya peran perempuan dalam industri dan rumah tangga.

Secara nasional, kecenderungan ini akan berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah terutama kebijakan tentang pemberdayaan perempuan. Akan semakin banyak peluang pekerjaan yang tersedia untuk perempuan, sedangkan mayoritas pengetahuan dan keterampilan perempuan Indonesia masih belum mencukupi untuk masuk ke dalam sektor formal. Oleh karena itu terbuka kesempatan untuk mengembangkan program-program pendidikan, pelatihan, dan continuing education yang berkaitan dengan industri jasa. Kemajuan ekonomi, globalisasi ekonomi, dan semakin banyaknya kekuatan-kekuatan di luar negara, telah memunculkan suatu konstelasi politik baru. Negara bukan satu-satunya kekuatan, terdapat kekuatan lain yang muncul seperti industri, universitas, dan bahkan individu. Pengambilan kebijakan politik bukan lagi wewenang penuh negara, banyak kelompok kepentingan dan individu yang harus dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan. Pada sisi lain pergeseran

(12)

sumber kekuasaan ini telah mendorong negara untuk merumuskan kembali makna pelayanan publik. Urusan yang sebelumnya banyak dilakukan oleh negara kini banyak yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu masyarakat menjadi semakin otonom dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam konteks akademik, penguatan peran masyarakat dalam mengurus dirinya sendiri (civil society) akan menuntut masyarakat untuk memiliki pengetahuan yang mencukupi dalam mengorganisasikan urusan-urusan masyarakat secara mandiri. Dalam masyarakat yang terbuka dan mandiri tuntutan terhadap peningkatan pengetahuan sangat tinggi. Masyarakat berpengetahuan akan terus menerus memerlukan peningkatan pengetahuan, sehingga kebutuhan untuk belajar formal dan nonformal akan terus muncul. Dengan demikian, akan tercipta kebutuhan untuk belajar sepanjang hayat. Memperhatikan perkembangan masyarakat yang demikian, maka lingkup pendidikan tidak hanya mencakup rentang usia yang semakin lebar, namun juga rentang wilayah yang luas, rentang sosial ekonomi yang tinggi, serta rentang bidang studi yang beragam.

Faktor besar terakhir adalah penggunaan informasi untuk kepentingan politik. Manusia semakin tergantung pada informasi. Hampir semua bidang kehidupan manusia bersentuhan dengan informasi. Pada sisi lain, informasi merupakan sesuatu yang tidak netral artinya informasi dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi persepsi. Media informasi merupakan kekuatan sentral dalam menghubungkan antar kelompok masyarakat dan antara masyarakat dengan Negara. Kekuatan media informasi telah menjadikan masyarakat mampu mewakili dirinya sendiri, sehingga mereka tidak memerlukan wakil rakyat. Media informasi juga menjadi alat sekaligus simbol dominasi politik, ekonomi, dan budaya. Kelompok yang memegang dominasi media memiliki kemampuan untuk mempengaruhi persepsi kelompok masyarakat lain, misalnya melalui pemasaran politik,

(13)

pengaburan fakta, dan sebagainya. Namun pada sisi lain, secara positif media juga merupakan alat yang ampuh untuk menyebarkan kebijakan-kebijakan pemerintah, sosialisasi, dan mengendalikan perilaku masyarakat oleh pemerintah, serta dapat digunakan untuk menyebarkan pengetahuan kepada masyarakat secara massal maupun individual.

3. Perkembangan Paradigma Pendidikan

Seiring perubahan jaman dan kemajuan teknologi, wajah dunia pendidikan 2021 dapat dipastikan jauh berubah. Inovasi dan gagasan baru terus bermunculan baik pada tataran global maupun regional dan memberikan imbas kepada praktek pendidikan di Indonesia. Perkembangan masyarakat tidak selalu harus mengikuti garis linier, dapat terjadi lompatan bahkan pembelokan sesuai arah yang dikehendaki. Paling tidak ada tiga faktor makro yang perlu diperhatikan implikasinya pada arah pengembangan dan pelaksanaan misi UT; yakni 1) Akses dan pemerataan pendidikan,

2) Kualitas program pendidikan, dan 3) Globalisasi dan internasional pendidikan. 3.1 Akses dan pemerataan pendidikan

Visi pendidikan nasional “terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah” menuntut instrumentasi pendidikan pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Untuk mewujudkan visi tersebut dalam Penjelasan Umum Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) digariskan upaya sistemik bagi perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa

(14)

secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.

Lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-undang tersebut bahwa: (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2) warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus; (3) warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus; (4) warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus; dan (5) setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Semua butir dalam Pasal 5 tersebut mengandung makna bahwa pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada semua jalur dan jenjang pendidikan harus menjadi komitmen nasional seluruh pemangku kepentingan dalam konteks sistemik pendidikan nasional.

Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, maka UT menjadikan amanat tersebut sebagai misi utama dan menggunakan berbagai strategi guna mewujudkan misi tersebut. Sebagai PTTJJ, jangkauan layanan UT tidak diragukan lagi, hal ini disadari oleh Pemerintah yang memberikan kepercayaan pada UT untuk meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru di seluruh tanah air.

Dengan sistem penyelenggaraan PTTJJ yang dilaksanakan UT, maka UT telah membuka akses ke PT bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkendala ruang dan waktu. Apalagi dengan berkembangnya TIK, maka jalur komunikasi antara peserta didik dan pendidik semakin diperluas, sehingga berbagai alternatif komunikasi dapat digunakan oleh kedua belah pihak dalam penyelenggaraan

(15)

proses belajar. Dengan demikian, diharapkan bahwa SDM Indonesia dapat maju secara bersamaan untuk dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa ini.

Dalam menyelenggarakan pendidikan, UT berkolaborasi dengan berbagai PT di tanah air. Penulis bahan ajar dan bahan ujian UT, serta pembimbing akademik adalah dosen-dosen yang berasal dari berbagai PT negeri ternama di Indonesia. Kepakaran para dosen tersebut selama ini hanya dapat diperoleh mahasiswa dari PT tempat dosen tersebut bertugas. Dengan pengembangan bahan ajar, bahan ujian, dan pembimbing akademik yang dilaksanakan oleh UT maka pada dasarnya kepakaran dari dosen-dosen tersebut telah tersebar secara meluas ke semua tempat domisili mahasiswa UT. Secara konseptual telah terjadi transfer ilmu pengetahuan dari kelompok pakar kepada mahasiswa di seluruh tanah air, sehingga terjadi pemerataan kualitas pendidikan.

Lebih lanjut UU Nomor 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Oleh karena itu sifat keterbukaan UT merupakan kemungkinan terbesar untuk dapat mewujudkan amanat dari UU ini. Konsep pendidikan sepanjang hayat antara lain bermakna bahwa untuk dapat mengikuti suatu pendidikan maka umur dan tahun ijazah misalnya, tidak menjadi kendala lagi. Sifat keterbukaan UT ini merupakan suatu kekuatan yang bersifat unik yang sulit kiranya dilaksanakan oleh PT tatap muka.

Selain itu, konsep pendidikan sepanjang hayat juga berarti bahwa setiap orang dapat menentukan jenjang dan jenis pendidikan yang dibutuhkannya. Dengan demikian PT tidak hanya menyediakan program pendidikan yang berjenjang seperti program sarjana ataupun magister, namun juga harus mengakomodasi program-program pendidikan jangka pendek seperti program sertifikat. Jadi,

(16)

kontribusi UT sebagai PT dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia seperti yang akan dituliskan dalam Visi UT 2010-2021 dapat terlaksana.

3.2 Kualitas program pendidikan

Kualitas merupakan tuntutan semua pemangku kepentingan pendidikan, terlepas dari jenis, jenjang, jalur, dan metode pendidikan yang diterapkan. Tuntutan kualitas pendidikan terkait erat dengan berbagai upaya dalam meningkatkan kompetensi lulusan, daya saing SDM maupun akuntabilitas. Upaya peningkatan kualitas PJJ bersifat menyeluruh, sistemik dan berkelanjutan, yang mencakup produk, proses, rancangan, penyampaian, dan filosofi Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ).

Ada beberapa hal pokok yang menjadi perhatian penting berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas. Kualitas menentukan keberlanjutan atau kelanggengan UT sebagai institusi PTTJJ yang disegani, handal, dan terpercaya. Peningkatan kualitas harus berfokus pada upaya pemberian layanan PJJ terbaik kepada peserta didik dan pihak pemangku kepentingan. Kualitas merupakan indikator kredibilitas dan citra institusi yang harus menjadi tanggungjawab bersama dalam upaya pencapaiannya. Peningkatan kualitas berkaitan dengan penilaian internal dan eksternal. Penilaian internal dilakukan melalui mekanisme audit internal secara periodik dan konsisten dengan tujuan perbaikan secara berkelanjutan. Penilaian eksternal melibatkan pihak luar seperti lembaga akreditasi, badan sertifikasi, asosiasi profesi, serta benchmarking dengan institusi penyelenggara PJJ yang memiliki standar kualitas tinggi. Sebuah institusi PTTJJ yang berkualitas tinggi akan mampu memberikan layanan terbaik kepada pengguna jasa dari berbagai lapisan tanpa dibatasi oleh lokasi geopolitik, status sosial, kemampuan ekonomi, dan akses pada teknologi. Institusi yang

(17)

berkualitas akan mampu bersaing dan sekaligus bersinergi dalam berbagai bidang yang menjadi misi utama institusi dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Institusi PTTJJ berkualitas harus mampu menyelenggarakan program pendidikan terbuka jarak jauh (PTJJ) berkualitas sehingga dapat menghasilkan SDM yang kompeten, handal dan kompetitif. Program PTJJ berkualitas dapat menjangkau mahasiswa secara nasional dan memiliki standar penyelenggaraan berkualitas internasional. Oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas bersifat komprehensif, sistemik, berkelanjutan dan menjadi tanggungjawab bersama untuk memastikan keberlanjutan program dan kelanggengan institusi PTTJJ. 3.3 Globalisasi dan internasionalisasi pendidikan

Dari menjamurnya berbagai institusi lintas negara yang bekerja sama dalam menyelenggarakan jasa pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan usia dini hingga PT, dapat diperkirakan bahwa untuk 20 tahun ke depan, kecenderungan menawarkan pendidikan dengan kolaborasi institusi antar negara akan semakin menguat. Semakin mudahnya akses kepada sumber-sumber pembelajaran secara terbuka seperti yang tersedia pada berbagai website, akan semakin mendorong munculnya globalisasi dan internasionalisasi pendidikan tanpa batas. Ke depan, para penyelenggara pendidikan seyogyanya memikirkan strategi-strategi pemasaran yang lebih luwes dan sangat memperhatikan kebutuhan pendidikan per individu dengan kemudahan cara mendapatkan layanan pendidikan tersebut.

Trend strategi penawaran program pendidikan misalnya dengan multibahasa, atau dengan sistem pengakuan kredit multi institusi, akan banyak nampak dan hal ini sangat mempengaruhi pengemasan program-program di

(18)

UT. Saat ini, UT baru melakukan pengembangan berbagai strategi seperti diuraikan sebelumnya, yaitu penawaran program dengan multi bahasa, joint program atau mata kuliah dengan institusi lainnya baik di dalam maupun di luar negeri, dan pengembangan sistem alih kredit multi institusi.

Melihat perkembangan strategi penawaran pendidikan secara global tersebut, semestinya UT sudah mulai mendesain strategi penawaran program yang bersifat global dan internasional. Melalui rintisan Program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) akan terlihat kekuatan dan kelemahan UT dalam menginternasionalisasikan dan mengglobalkan programnya. Program BIPA merupakan program sertifikat yang dapat memberikan inspirasi untuk menyisipkan muatan-muatan vokasional dalam program-program sarjana yang sifatnya akademis. Peluang untuk mendesain program-program secara kolaboratif dengan berbagai strategi penyelenggaraannya akan dapat dipelajari melalui penawaran program BIPA. Dari penyelenggaraan Program BIPA, UT akan belajar menemukan berbagai alternatif strategi pengelolaan bahan atau sumber belajar serta proses pembelajaran.

4. Paradigma Baru dan Strategi Jangka Panjang

Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah memasukkan konsep-konsep baru dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional di Indonesia. Salah satu konsep baru adalah masuknya sistem pendidikan jarak jauh sebagai bagian integral dari instrumentasi dan praksis pendidikan nasional. Di samping itu, UU Sisdiknas juga menekankan pentingnya otonomi perguruan tinggi untuk mendorong peningkatan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara umum. Dengan demikian, pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan jarak

(19)

jauh, yang sudah sejak berdirinya pada tahun 1984 menjadi ciri utama Universitas Terbuka dapat diwujudkan dalam konteks otonomi perguruan tinggi. Dalam konteks itu, UT sebagai perguruan tinggi perlu terus melakukan upaya penyempurnaan organisasi dan manajemen yang mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang menjadi turunan dari UU Sisdiknas tersebut. Dengan demikian UT tetap menjadi perguruan tinggi terbuka dan jarak jauh yang diselenggarakan secara efektif, efisien, dan berkualitas.

Sebagai perguruan tinggi negeri, UT beroperasi berdasarkan PP RI Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan beserta ketentuan yang menjadi turunannya, yang secara normatif telah menggantikan PP RI Nomor 60 Tahun 1999. Merujuk pada PP tersebut semua kebijakan kelembagaan, akademik, pengelolaan, dan keuangan UT dengan sendirinya harus merujuk, memperoleh persetujuan, atau penguatan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Namun demikian, karena PP RI Nomor 17 tahun 2010 ini belum mengakomodasi tata kelola perguruan tinggi yang mencerminkan semangat otonomi, saat ini Pemerintah sedang menyusun RPP RI Perubahan atas PP RI Nomor 17 Tahun 2010 yang menggariskan tata kelola perguruan tinggi secara umum. Sebelum tata kelola baru resmi diundangkan, maka semua perguruan tinggi termasuk UT, menggunakan tata kelola status quo berdasarkan ketentuan perundanga-undangan sebelumnya.

Dalam status apapun, UT tetap dituntut untuk mampu beroperasi secara efektif dan efisien. Sampai saat ini UT telah melakukan perbaikan-perbaikan berkelanjutan di antaranya dalam pengembangan SDM, sistem dan prosedur, sarana dan prasarana, sistem pengelolaan keuangan, dan budaya kerja. Walaupun demikian, proses perbaikan tersebut masih perlu dipercepat dan dievaluasi lagi pelaksanaannya. Ke depan UT harus tetap bekerja dengan merujuk pada etika, norma, dan nilai-nilai good governance, total quality management, dan

(20)

organisasi yang selalu belajar (learning organization). Prinsip-prinsip good governance mencakup akuntabilitas, transparansi, taat hukum, partisipatif, profesional, efektif, dan efisien. Prinsip total quality management (TQM) adalah pencapaian kualitas secara total dan berkelanjutan. Sementara itu learning organization dibangun atas disiplin dalam proses pembelajaran individu, kelompok, dan pembelajaran pada tingkat organisasi. Berbagai kebijakan di atas, pada dasarnya sudah terlaksana, meskipun budaya kerja birokrasi masih dominan. Perubahan budaya kerja dari budaya birokrasi menuju budaya organisasi korporat termasuk kompensasinya masih harus terus menerus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Dari evaluasi diri dapat diketahui bahwa sebagian staf sudah berubah cara kerjanya, namun masih perlu usaha yang konsisten dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut di lingkungan UPBJJ-UT.

Sejak awal berdirinya, UT sudah menyadari bahwa kemitraan/kerjasama antarinstitusi merupakan keharusan dalam menjalankan PTJJ. Saat ini kemitraan dengan berbagai instansi seperti pemerintah daerah, universitas lain, dan lembaga penyedia jasa,yang dilakukan dalam penulisan bahan ajar, pengembangan soal, pelaksanaan tutorial, peningkatan angka partisipasi mahasiswa, dukungan operasional UT, dan pengadaan sarana dan prasarana UT. Kerja sama antarinstansi atau lembaga ini masih perlu terus ditingkatkan baik dalam jumlah maupun jenisnya.

5. Perkembangan TIK

TIK berkembang sangat pesat baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Dampak dari perkembangan ini menunjukkan bahwa penetrasi TIK dalam hampir seluruh aspek kehidupan semakin kuat. Penetrasi ini terjadi secara global, sehingga Indonesia tak dapat menghindarkan diri untuk dijadikan sebagai salah satu pasar produk TIK. Pemerintah berkepentingan untuk merespon dampak penetrasi TIK secara

(21)

bijak baik di sektor ekonomi, pemerintahan, maupun pendidikan yang masing-masing dikenal dengan e-commerce, e-government, dan e-education.

Di dunia pendidikan, pemanfaatan TIK juga berjalan sangat cepat untuk kepentingan administrasi, manajemen, dan pembelajaran. Dari waktu ke waktu selalu bermunculan institusi-insitusi pendidikan yang menyatakan bahwa mereka mengintegrasikan TIK dalam sistem mereka. Jargon TIK dalam pendidikan seperti e-learning, virtual learning, mobile-learning sepertinya bersaing satu sama lain walaupun pada hakikatnya secara substansial tidak terlalu berbeda. Dalam konteks PTTJJ, konsep e-learning sepertinya menjanjikan suatu alternatif baru dalam hal proses pembelajaran karena e-learning juga berkonotasi online learning yang artinya pembelajaran berbasis web atau internet.

TIK dapat dimanfaatkan untuk online learning pada pendidikan jarak jauh antara lain; course websites, audiovideo capture via web, web conferencing, dan penggunaan telepon genggam (HP) untuk melakukan mengunduh materi. Dengan adanya course websites, mahasiswa dan/atau dosen mendapatkan berbagai keuntungan diantaranya mahasiswa dapat mengakses materi website kapan dan dari manapun, staf pengajar dapat mengembangkan website sendiri untuk mata kuliahnya, dan terdapat banyak sumber yang sudah dikembangkan dan dapat direvisi untuk dipergunakan kembali. Selain itu, audiovideo capture via web mempunyai kelebihan karena mahasiswa dapat mengakses dari rumah ataupun kantor, materi dapat direviu sesuai dengan kebutuhan dan sumber yang sudah ada dapat dikembangkan untuk jangka panjang.

Web conferencing sangat bermanfaat dalam menyelenggarakan konferensi jarak jauh dengan murah dan mudah, dan mahasiswa dapat berpartisipasi dari rumah atau kantor. Keuntungan lain yang didapat adalah bahwa mahasiswa mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan komunitas mahasiswa yang lain dan merupakan media yang baik untuk

(22)

interaksi antara dosen dan mahasiswa. Di samping itu, kemajuan teknologi pada telepon genggam memudahkan mahasiswa untuk memperoleh informasi penting dan bahkan untuk mendapatkan materi yang diperlukan.

Pada masa mendatang, diharapkan TIK menjadi semakin murah dan merata di seluruh Indonesia. Ke depan, UT perlu mengembangkan infrastruktur dan SDM yang sesuai dengan tuntutan program dan institusi, baik pusat maupun UPBJJ-UT. Pemanfaatan TIK dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.

6. Citra Publik tentang Pendidikan Jarak Jauh

Pencapaian kualitas UT yang ditandai dengan diperolehnya sertifikat akreditasi internasional dari Internasional Council for Distance Education (ICDE) yang berpusat di Oslo, Swedia, tahun 2005 dan kemudian diikuti dengan pemerolehan sertifikat ISO dalam berbagai bidang telah menyebabkan UT diliput banyak media dan UT menjadi semakin dikenal oleh para pemangku kepentingan. Di samping itu jumlah mahasiswa dan alumni yang semakin besar turut berperan dalam menyebarluaskan nama UT. Persoalan yang dihadapi oleh UT sekarang adalah bukan bagaimana mensosialisasikan UT tetapi lebih kepada mempertahankan dan meningkatkan citra yang positif tentang UT serta keunggulan sistem pendidikan jarak jauh dalam menghasilkan SDM berkualitas.

Keunggulan sistem pendidikan jarak jauh yang telah terbukti mampu menjangkau daerah yang luas dan massal menyebabkan biaya yang harus ditanggung mahasiswa juga menjadi lebih murah. Namun, bukan hanya luas jangkauan sistem dan besarnya jumlah mahasiswa yang menjadi fokus penyelenggaraan UT, tetapi peningkatan kualitas layanan baik layanan akademik maupun administrasi akademik juga menjadi fokus utama.

(23)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa UT mampu mengendalikan kualitas layanan sampai pada tingkat desa. Terlaksananya strategi pengembangan kualitas sistem layanan secara tidak langsung akan meningkatkan citra UT.

B. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL

Secara umum faktor internal yang mempengaruhi pengembangan UT pada masa mendatang meliputi aspek: (1) Kualitas dan relevansi akademik;

(2) Daya jangkau dan kualitas layanan pendidikan; dan (3) Tata kelola organisasi.

1. Kualitas dan Relevansi Akademik

1.1 Program pendidikan

Saat ini UT memiliki 31 program studi, mulai dari strata diploma, sarjana, sampai dengan pascasarjana. Secara khusus dalam penerimaan mahasiswa program diploma dan sarjana, UT tidak melakukan seleksi masuk seperti halnya di PT tatap muka. Semua calon mahasiswa yang memiliki ijasah sekolah menengah atas atau yang sederajad dapat menjadi mahasiswa program diploma dan sarjana UT tanpa seleksi masuk. Namun demikian, syarat administrasi harus dipenuhi. Sementara itu, untuk penerimaan mahasiswa baru program magister, UT melakukan seleksi berupa tes masuk bagi calon mahasiswa. Hal ini dilakukan karena lulusan program magister diharapkan menjadi pengembang ilmu serta memiliki kompetensi profesional yang tinggi dalam bidangnya sehingga mahasiswa harus memenuhi syarat-syarat khusus yang ditetapkan.

Mengantisipasi pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, UT mensyaratkan calon mahasiswa magister memiliki akses internet karena sistem pembelajaran program

(24)

Pascasarjana mensyaratkan partisipasi aktif dalam tutorial terintegrasi antara tutorial tatap muka dan online. Di samping itu, sekalipun secara umum penyelenggaraan pendidikan di UT bersifat massal, namun khusus untuk program magister jumlah minimal mahasiswa satu angkatan dalam satu wilayah ditetapkan 20 orang. Pembatasan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keefektifan dan efisiensi kegiatan tutorial tatap muka. Seleksi masuk dalam penyelenggaraan pendidikan di atas memperlihatkan bahwa UT sangat menyadari bahwa untuk mengikuti suatu program pendidikan pada jenjang tertentu, diberlakukan pula kekhususan sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang dituntut oleh program tersebut. Demikian pula halnya dengan program-program yang membutuhkan adanya praktikum, UT memberikan persyaratan khusus. Misalnya untuk Program Studi Biologi hanya dibuka di UPBJJ-UT yang telah memiliki kerja sama dengan institusi yang dapat memfasilitasi pelaksanaan praktikum.

Dengan penerapan berbagai kebijakan akademik di atas, UT sangat menyadari bahwa proses pembelajaran merupakan bagian yang harus tetap dapat dimonitor. Bagi program pendidikan yang mempersyaratkan kontrol proses belajar secara tatap muka seperti halnya praktikum, maka pembatas adalah tempat pelaksanaan praktikum. Bagi program-program yang mempersyaratkan kontrol proses pembelajaran secara online atau dengan memanfaatkan TIK maka UT mengenakan persyaratan dapat menggunakan TIK bagi calon mahasiswa. Penerapan kebijakan dalam bidang akademik ini merupakan upaya UT untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

(25)

1.2 Mahasiswa dan lulusan

Pada dasarnya program pendidikan UT ditawarkan secara terbuka yang memungkinkan mahasiswa bebas melakukan registrasi sesuai dengan situasi dan kondisinya. Mahasiswa dapat melakukan registrasi mata kuliah kapan saja dan untuk jumlah dan jenis mata kuliah apa saja. Namun demikian, UT juga menawarkan program pendidikan berbasis kelompok belajar dan layanan bantuan belajar yang lebih terstruktur yang disebut dengan Sistem Paket Semester (SIPAS). SIPAS ini diterapkan untuk program pendidikan dasar (pendas) dan nonpendas berdasarkan jumlah mahasiswa dalam suatu kelompok atau mitra. Jumlah total mahasiswa (aktif dan registrasi) UT dalam 4 (empat) tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Tabel 1 menunjukkan perkembangan data mahasiswa termasuk mahasiswa baru dari tahun ke tahun.

Tabel 1 Total Mahasiswa Program Diploma dan Sarjana Aktif dan Registrasi 2006 – 2009

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa registrasi (termasuk mahasiswa baru) program studi non-FKIP meningkat dari 38.729 pada tahun 2006 menjadi 64.701 tahun 2009. Ini menunjukkan kenaikan sebesar 67.06%. Sedangkan mahasiswa registrasi (termasuk mahasiswa

Tahun

Program

Total Program Non-FKIP dan FKIP

Non-FKIP FKIP Registrasi Total Aktif Registrasi Total Aktif Registrasi Total Aktif

Baru Ulang Total Baru Ulang Total Baru Ulang Total

2006 10.166 28.563 38.729 58.729 110.866 137.437 248.303 252.558 121.032 166.000 287.032 311.287 2007 13.188 26.979 40.167 61.167 166.059 81.923 247.982 275.381 179.247 108.902 288.149 336.548 2008 20.527 25.200 45.727 66.469 170.165 195.518 365.683 486.677 190.692 220.718 411.410 553.146 2009 32.237 32.464 64.701 78.094 140.712 329.108 469.820 557.458 172.949 361.572 534.521 635.552

(26)

baru) FKIP meningkat dari 148.303 orang pada tahun 2006 menjadi 469.820 orang pada tahun 2009. Ini berarti terjadi lonjakan jumlah mahasiswa yang sangat fenomenal yaitu sebesar 216.8%. Salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah mahasiswa FKIP ini adalah UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mempersyaratkan guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau sarjana sains terapan. Kecenderungan peningkatan mahasiswa FKIP diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun 2013.

Khusus untuk mahasiswa baru non-FKIP, peningkatan terjadi dari 10.166 pada tahun 2006 menjadi 32.237 pada tahun 2009 atau terjadi peningkatan sebesar 217.11%. Sementara itu, jumlah mahasiswa baru FKIP meningkat dari 110.866 orang pada tahun 2006 menjadi 140.712 orang pada tahun 2009, yang berarti kenaikan sebesar 26.92%. Jumlah mahasiswa baru tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebanyak 170.165 orang (peningkatan 53.49% dari tahun 2006).

Jumlah lulusan UT juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Lulusan UT 2006-2009 dan Lulusan Total sejak 1984

Seperti terlihat dalam Tabel 2 jumlah lulusan program non-FKIP yang pada tahun 2006 sebanyak 1.161 orang meningkat menjadi 1.706 orang pada tahun 2009. Jumlah kumulatif lulusan program-program non FKIP dari tahun 2006 – 2009 adalah 7.171 orang. Sementara itu, jumlah Program 2006 2007 2008 2009 Total 1984-2009

Non FKIP 1.161 2.469 1.835 1.706 48.612

FKIP 30.579 38.807 62.784 87.377 947.752 Total 31.740 41.376 64.619 89.083 996.364

(27)

lulusan program-program FKIP yang pada tahun 2006 sebanyak 30.579 orang meningkat menjadi 87.377 orang pada tahun 2009. Secara kumulatif, jumlah total lulusan program-program FKIP UT dalam empat tahun terakhir (2006-2009) adalah 219.547 orang, sedang total lulusan sejak tahun 1984 adalah 996.364 orang.

Jika dilihat dari masa studi mahasiswa yang telah lulus, rerata masa studi dalam empat tahun terakhir adalah 6 tahun 5 bulan. Sementara itu untuk lulusan program-program FKIP rerata masa studi bervariasi tergantung tingkat pendidikan terakhir sebelum masuk UT. Untuk program jenjang sarjana masukan lulusan diploma II, rerata masa studi adalah 3 (tiga) tahun 9 (sembilan) bulan. Untuk program sarjana masukan lulusan diploma III adalah 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan sedangkan untuk program sarjana masukan SLTA saat ini belum dapat dilihat karena belum menghasilkan lulusan.

Dari segi kualitas yang diukur melalui indeks prestasi kumulatif (IPK) rata-rata, dalam empat tahun terakhir, rerata IPK lulusan program jenjang sarjana non-FKIP, adalah antara 2,19 sampai 2,27. Di lain pihak, rerata IPK lulusan jenjang sarjana pada program di FKIP dalam empat tahun terakhir berkisar antara 2,29 sampai 2,31. Khusus untuk Program Pendas (PGSD dan PG PAUD), rerata IPK lulusan dalam empat tahun terakhir adalah 2,36 sampai 2,63. IPK tertinggi yang pernah dicapai oleh lulusan FKIP adalah 3,98, sedangkan untuk mahasiswa non-FKIP adalah 3,72.

Jumlah total mahasiswa Progam Pascasarjana (PPs) baik yang aktif maupun registrasi dalam empat tahun terakhir juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tabel 3 menunjukkan perkembangan data mahasiswa PPs termasuk mahasiswa baru dari tahun ke tahun.

(28)

Tabel 3 Total Mahasiswa PPs Aktif dan Registrasi 2006–2009

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang registrasi (termasuk mahasiswa baru) PPs meningkat dari 219 pada tahun 2006 menjadi 1.022 tahun 2009. Ini menunjukkan kenaikan sebesar 366.66%. Ini berarti lonjakan jumlah mahasiswa PPs juga sangat fenomenal. Salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah mahasiswa PPs ini adalah keberhasilan menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah dan banyaknya pemerintah daerah yang mempersyaratkan pejabat eselon III ke atas berkualifikasi akademik magister. Jumlah lulusan PPs UT juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti terlihat dalam Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Lulusan UT 2006 – 2009 dan Lulusan Total sejak 1984

Seperti terlihat dalam Tabel 4 jumlah lulusan PPs pada tahun 2006 sebanyak 18 orang meningkat menjadi 74 orang pada tahun 2009. Ini berarti terjadi kenaikan yang sangat signifikan yaitu sebesar 311, 11%. Jumlah kumulatif lulusan PPs dari mulai menghasilkan lulusan yaitu sejak tahun 2005 – 2009 adalah 187 orang. Jika dilihat dari masa studi mahasiswa yang telah lulus, rerata masa studi dalam empat tahun terakhir adalah 2 tahun 6 Tahun Registrasi MahasiswaAktif Total Aktif

Baru Ulang Total

2006 14 205 219 65 284

2007 504 152 656 44 700

2008 325 469 794 6 800

2009 459 563 1022 8 1030

Program Tahun Total s/d

2009 2006 2007 2008 2009

(29)

bulan. Dari segi kualitas yang diukur melalui indeks prestasi kumulatif (IPK) rata-rata dalam empat tahun terakhir rerata IPK lulusan PPs adalah antara 3.02 sampai 3,92.

Kegiatan yang dilakukan dalam bidang kemahasiswaan, di antaranya adalah pemberian beasiswa, Orientasi Mahasiswa Baru (OSMB), pembinaan kemahasiswaan dan kelompok belajar, pembinaan paduan suara dan kerohanian. Sementara itu, untuk menampung aspirasi alumni UT serta menggalang kebersamaan, UT juga memfasilitasi para alumni UT mendirikan Ikatan Alumni UT (IKA UT). Sejumlah aktivitas telah dilakukan IKA UT di berbagai daerah dengan mengundang para alumni dan pengelola UT. Beberapa kegiatan IKA UT antara lain seminar ilmiah, disporseni, dan pameran/kegiatan sosial untuk menggalang dana bantuan bagi saudara-saudara kita di wilayah yang terkena bencana.

1.3 Layanan bantuan belajar

Penyelenggara PTTJJ wajib menyediakan layanan bantuan belajar sesuai kebutuhan mahasiswa yang umumnya merupakan orang dewasa yang mampu mengembangkan kemampuan belajar mandiri. Walaupun demikian, tidak semua mahasiswa wajib memanfaatkan layanan bantunan belajar tertentu. Layanan bantuan belajar UT meliputi antara lain; tutorial (tatap muka dan online), program radio dan TV, suplemen (cetak dan web), dry lab, perpustakaan digital UT, dan jurnal online, open sources, pembimbingan akademik, dan konseling di UPBJJ-UT. Berbagai jenis layanan bantuan belajar UT disediakan dengan memperhatikan faktor demografi dan geografi mahasiswa serta kondisi lingkungan belajar mahasiswa. Saat ini UT menyelenggarakan dua model tutorial, yaitu tutorial online (Tuton) berbasis jaringan internet dan tutorial tatap muka (TTM). Baik tuton maupun TTM

(30)

bersifat wajib disediakan oleh UT sesuai dengan permintaan mahasiswa. Mahasiswa memiliki kelonggaran untuk mengikuti atau tidak mengikuti tuton atau TTM sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Setiap semester, UT menyediakan layanan tuton untuk lebih dari 500 mata kuliah. Tutor untuk Tuton sejauh ini masih menggunakan dosen tetap UT, baik yang ada di UT Pusat maupun di UPBJJ-UT. Sementara itu, jumlah mata kuliah yang di-TTM-kan bervariasi tergantung pada jumlah permintaan mahasiswa. Secara total jumlah mata kuliah yang di-TTM-kan pada tahun 2009 adalah 149 mata kuliah (termasuk matakuliah Pendas dan Sipas), yang diikuti oleh 399.521 mahasiswa dan melibatkan 14.091 tutor, 5.184 Pengurus Pokjar dan 1.296 Pemantau.

1.4 Bahan ajar

Secara umum, proses pembelajaran mahasiswa UT dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa dengan memanfaatkan bahan ajar yang dirancang khusus untuk mahasiswa PTTJJ. UT menyediakan bahan ajar yang self-contained dan dapat dipelajari secara mandiri (self-instructional) oleh mahasiswa. Bahan ajar UT berbentuk multi media yang meliputi antara lain bahan ajar cetak (buku materi pokok/BMP) yang dikenal dengan modul, serta bahan ajar noncetak seperti kaset/CD audio, VCD, dan bahan ajar berbasis web.

Setiap bahan ajar UT disusun oleh satu tim yang terdiri atas pakar-pakar dari PT negeri/swasta ternama, baik pakar di bidang ilmu, pakar media, maupun pakar disain instruksional. Pengembangan bahan ajar UT dilaksanakan oleh Fakultas bersama Pusat Produksi Bahan Ajar Cetak (PPBAC) dan Pusat Produksi Bahan Ajar Non Cetak (PPBANC) UT. Fakultas mengkoordinasikan penulisan, sedangkan PPBAC dan PPBANC mengkoordinasikan proses produksi bahan ajar cetak mulai dari pengetikan sampai dengan pencetakan bahan ajar, serta produksi

(31)

bahan ajar noncetak (kaset/CD audio, VCD, dan web suplemen).

Pemutakhiran bahan ajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh UT untuk menjamin kualitas bahan ajar sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Secara reguler, UT mendesain agar setiap bahan ajar mulai dievaluasi ketika berumur 5 (lima) tahun untuk persiapan pemutakhiran atau revisi, dan bahan ajar harus dipastikan telah direvisi setelah berumur 7 (tujuh) tahun. Namun demikian, untuk bahan ajar tertentu yang sifatnya sangat cepat berubah (misalnya terkait perubahan UU dan PP lainnya), maka pemutakhiran dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanpa harus menunggu bahan ajar berumur 5 (lima) tahun.

Proses pemutakhiran bahan ajar UT dikoordinasikan oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik. Proses ini dimulai dengan identifikasi bahan ajar yang sudah berumur 5 (lima) tahun, kajian atau penelitian bahan ajar termasuk reviu substansi oleh pakar eksternal dari PT ternama bagi bahan ajar yang telah digunakan mahasiswa, penentuan pakar dari PT sebagai calon pereviu, perevisi/penulis bahan ajar, dan dilanjutkan dengan proses penulisan/revisi berdasarkan masukan dari hasil penelitian bahan ajar dan hasil reviu pakar eksternal. Sebelum diproses oleh PPBAC dan PPBANC, hasil penulisan/revisi selanjutnya ditelaah terlebih dahulu, baik dari segi materi, bahasa, maupun desain instruksionalnya. Setelah selesai ditulis dan ditelaah sesuai dengan perbaikan, PPBAC dan PPBANC akan memproduksi bahan ajar menjadi master siap cetak sampai mencetaknya. Demikian selanjutnya, proses berulang kembali sehingga terjamin bahan ajar yang berkualitas sesuai dengan perkembangan terkini dapat tersedia tepat waktu bagi mahasiswa. UT telah merencanakan bahwa dalam beberapa tahun kedepan, bahan ajar UT juga akan tersedia dalam bentuk online. Selain itu, ke depan, UT akan melakukan scanning

(32)

terhadap seluruh bahan ajar dan mengunggah dalam web UT sehingga tersedia bagi mahasiswa dengan mudah. Setiap semester UT menawarkan sekitar 1.065 mata kuliah. Setiap mata kuliah memiliki bahan ajar termasuk bahan ajar yang digunakan bersama. Jumlah bahan ajar aktif hingga tahun 2009 adalah 974 judul yang ditulis oleh 2.032 orang. Data jumlah bahan ajar yang diampu setiap fakultas berdasarkan umur bahan ajar ditunjukkan dalam Tabel 5. Dari tabel tersebut terlihat bahwa bahan ajar cetak UT cukup mutakhir, yaitu 96 % berumur kurang dari 5 tahun.

Tabel 5 Rekapitulasi Umur Bahan Ajar

Hingga tahun 2009, dari 1.592 judul bahan ajar, terdapat 278 (17 %) bahan ajar telah dalam bentuk paket bahan ajar multimedia (BAMM). Di samping itu, UT juga telah memiliki beragam bahan ajar suplemen non-cetak dengan jumlah seperti pada Tabel 6.

Fakultas ≤ 5 Tahun 6 - 7 Tahun 8-12 Tahun Total 1. FKIP 356 2 0 358 2. FMIPA 201 11 0 212 3. FISIP 250 14 1 265 4. FEKON 90 3 0 93 5. PPs 43 1 0 44 Total 940 31 1 972 % 96.7 3.2 0.1 100,00

(33)

Tabel 6 Beragam Bahan Ajar Non-Cetak untuk Siarandan Suplemen

Mahasiswa UT tidak wajib membeli bahan ajar namun mahasiswa wajib memiliki akses terhadap bahan ajar baik dengan cara membeli maupun meminjam. Pembelian bahan ajar dilakukan melalui toko buku online. Khusus untuk mahasiswa Pendas dan peserta layanan Sistem Paket Semester (SIPAS), bahan ajar otomatis diberikan sebagai bagian dari paket pembayaran biaya pendidikan. 1.5 Evaluasi hasil belajar

Untuk menjamin kualitas pembelajaran, UT menerapkan evaluasi hasil belajar mahasiswa baik yang bersifat formatif maupun sumatif. Evaluasi hasil belajar formatif dirancang sebagai evaluasi mandiri yang diberikan langsung sebagai bagian dari buku materi pokok (BMP). Selain itu, UT juga menyediakan latihan mandiri yang dapat diakses secara online (Latihan Mandiri/LM online). Evaluasi hasil belajar mandiri lainnya berupa tugas tutorial bagi mahasiswa yang mengikuti tutorial dan laporan praktik/praktikum bagi mata kuliah tertentu. Evaluasi formatif diharapkan dapat melatih mahasiswa mempersiapkan diri untuk evaluasi hasil belajar sumatif yang berbentuk ujian akhir semester atau ujian akhir program (tugas akhir program). Evaluasi sumatif dapat bersifat obyektif atau esai. Untuk menjamin terlaksananya UAS, soal ujian UT dikelola dalam satu bank soal yang hingga saat ini telah memiliki koleksi 478.509 butir soal

No. Jenis Program Jumlah

1 Televisi 800

2 Video 70

3 Radio 3000

4 Audio 163

(34)

ujian dari 974 mata kuliah yang ditulis oleh sekitar 1.069 orang.

Setiap semester, UAS dilakukan secara tatap muka dan serentak dengan sistem dua tahap di 794 tempat/kota ujian, di 1.606 lokasi ujian, dan 50.123 ruang ujian di seluruh Indonesia. Pada setiap penyelenggaraan UAS dilibatkan rata-rata 77.429 orang yang bertugas sebagai panitia, pengawas dan pemantau, tenaga kebersihan, dan keamanan. Khusus penyelenggaraan UAS di luar negeri diatur tersendiri dengan melibatkan pegawai Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Konsulat Jendral Republik Indonesia setempat. Akuntabilitas dan kualitas persiapan dan pelaksanaan UAS UT dijamin dengan dilakukannya penempatan seorang pengawas di tiap-tiap ruangan ujian, seorang pengawas keliling per lima ruang ujian, seorang penanggungjawab setiap lokasi ujian, seorang pemantau untuk memonitor keterlaksanaan UAS (umumnya para pimpinan di UT dan tenaga akademik dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan). Di samping itu, para auditor baik internal maupun eksternal juga melakukan audit pada saat persiapan dan pelaksanaan ujian di UPBJJ-UT.

Pencapaian hasil belajar mahasiswa dituangkan dalam bentuk nilai mutu (grade) yang merupakan integrasi dari nilai evaluasi hasil belajar formatif dan sumatif. Komposisi kontribusi skor tugas tutorial program diploma dan sarjana terhadap nilai mutu akhir adalah sebagai berikut: a. Tugas dan partisipasi dalam TTM mata kuliah 50% b. Tugas dan partisipasi dalam Tuton mata kuliah 30% c. Tugas dan partisipasi dalam Tuton TAP 50%

d. Tugas dan partisipasi dalam TTM TAP 50% (khusus untuk Program Pendas)

e. Praktikum (termasuk bimbingan) f. Praktek 50 %

(35)

Sementara itu, ketentuan skor tugas tutorial (TTM dan Tuton) pada Program Pascasarjana adalah 60%.

1.6 Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 1.6.1 Penelitian

Dukungan UT dalam kegiatan penelitian ditunjukkan dengan mengalokasikan anggaran untuk penelitian dan diseminasi hasil penelitian/publikasi karya ilmiah. Untuk menjamin keefektifan penggunaan dana yang disediakan, setiap tahun UT mengembangkan acuan desain penelitian yang mengacu pada visi dan misi UT.

Setiap tahun UT mengalokasikan sejumlah dana untuk membiayai penelitian dan publikasi. Pada Tabel 7 disajikan jumlah penelitian yang dilakukan oleh dosen UT sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Dari Tabel 7 terlihat bahwa jumlah penelitian mengalami peningkatan yaitu sebesar 129.73%. Sementara itu, jumlah publikasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 14.29%. Dari Tabel 7 tersebut juga terlihat bahwa dana penelitian dan publikasi yang dialokasikan UT mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 meningkat sebesar 1.931.29%. Peningkatan ini karena UT meningkatkan jumlah biaya per penelitian yang meningkat hampir dua kali lipat. Demikian juga dengan jumlah penelitian yang dibiayai meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah alokasi dana tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah dosen yang meneliti, kualitas penelitian, dan jumlah publikasi.

(36)

Tabel 7 Rekapitulasi Jumlah Penelitian, Publikasi, dan DanaPenelitian UT Tahun 2006-2009

Untuk mendiseminasikan karya ilmiah dan hasil penelitian, saat ini UT mengelola empat jurnal ilmiah berskala nasional, yaitu: 1) Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (terakreditasi sampai dengan tahun 2008), 2) Jurnal Pendidikan, 3) Jurnal Organisasi dan Manajemen, serta 4) Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. Jurnal-jurnal tersebut terbit 2 kali dalam setahun, yaitu bulan Maret dan September. Di samping itu, UT juga mengelola satu jurnal berskala internasional yaitu: The AAOU Journal (The Asociation Open University Journal) yang terbit dua kali setahun.

Di samping itu, UT juga memberikan kesempatan kepada setiap dosen untuk mengikuti seminar dan penulisan karya ilmiah di luar UT baik pada tingkat nasional, regional maupun internasional.

1.6.2 Pengabdian kepada masyarakat

Agar tidak menjadi menara gading di tengah masyarakat, UT juga melakukan kegiatan pengabdian masyarakat (abdimas) sehingga masyarakat ikut berkembang seiring dengan perkembangan UT. Sesuai dengan visi dan misi UT, kegiatan abdimas UT diarahkan pada penyediaan program sertifikat atau program pendidikan berkelanjutan, kegiatan pemberdayaan masyarakat, serta kegiatan konsultasi. Berdasarkan cakupan pelaksanaan abdimas, kegiatan abdimas UT dapat dilakukan secara mandiri oleh dosen, secara berkelompok (lintas program studi ataupun lintas fakultas), dan secara institusi. Dana abdimas

Komponen 2006 2007 2008 2009

Penelitian 74 94 145 170 Publikasi 28 47 22 32 Dana (Rp) 407.659.000 917.287.000 1.855.946.000 8.280.730.000

(37)

diperoleh dari: kerja sama dengan instansi lain, UT, serta dari individu dosen UT.

Pada tahun 2006 sebanyak 15 kegiatan, tahun 2007 sebanyak 13 kegiatan, tahun 2008 sebanyak 16 kegiatan, dan tahun 2009 sebanyak 14 kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut ada yang dilaksanakan dengan dana dari UT ada juga kegiatan yang dilaksanakan dengan dana kerja sama dengan mitra.

Program abdimas UT meliputi kegiatan antara lain peningkatan kesejahteraan masyarakat, kewirausahaan, mendukung program Pemerintah, dan mendukung dunia usaha/industri. Program abdimas tersebut dilaksanakan dalam bentuk: program peningkatan jumlah warga yang melek aksara melalui program pemberantasan buta aksara, peningkatan keterampilan ibu-ibu rumah tangga, peningkatan keterampilan mengajar, peningkatan keterampilan guru dalam menulis bahan ajar, dan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

2. Peningkatan Daya Jangkau dan Kualitas Layanan Akademik

2.1 Peningkatan pengakuan masyarakat (pencitraan)

Sebagai PTTJJ yang telah masuk dalam jajaran institusi besar di dunia UT harus tetap meningkatkan kualitas layanan pendidikannya di Tanah Air. Berbagai upaya telah dikembangkan dan akan terus dikembangkan untuk meningkatkan kualitas layanan tersebut di antaranya dengan meningkatkan penggunaan TIK di bidang layanan akademik dan administrasi akademik. Upaya tersebut bertujuan untuk menjadikan sistem PTTJJ yang mudah diakses dengan cepat dan akurat, serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

(38)

Kemampuan menjangkau masyarakat perlu terus menerus ditingkatkan. Kemampuan tersebut dalam bentuk jaminan ketepatan dalam distribusi bahan ajar, jangkauan dalam pelayanan administrasi akademik, jangkauan dalam pemberian layanan bantuan belajar, jangkauan dalam penyelenggaraan ujian, dan sertifikasi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa UT harus mampu mengendalikan kualitas pelayanannya sampai ke desa-desa.

Keunggulan jangkauan ini dapat dicapai jika UT memiliki kemampuan membangun sistem pelayanan yang kompleks dan berdayajangkau luas, kemampuan membentuk jaringan hingga ke desa-desa, dan kemampuan manajemen pengendalian jaringan. Jika UT mampu melaksanakan strategi tersebut maka secara tidak langsung citra UT akan terangkat.

2.2 Kemitraan

Kemitraan dengan institusi lain, baik institusi pendidikan maupun nonpendidikan merupakan kekuatan UT yang harus terus dikembangkan. Dengan meningkatnya pemanfaatan TIK, maka jaringan kerjasama tersebut akan semakin berkembang terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan produk akademik dan non-akademik UT.

Kemitraan dalam bidang akademik dengan lembaga pendidikan dalam proses pembelajaran merupakan suatu terobosan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Karena itu, ke depannya perlu terus diupayakan adanya kemitraan antarinstitusi pendidikan yang saling bersinergi untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Dengan memanfaatkan TIK, kendala ruang dan waktu akan dapat diatasi sehingga kerja sama ini akan lebih mudah dilaksanakan.

(39)

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah mitra kerja yang berhubungan dengan UT kelihatan menurun dalam jumlah. Namun jika ditinjau dari sisi kebutuhan UT dan jumlah mahasiswa menunjukkan peningkatan.

Tabel 8 Potret Kerja sama 2006 – 2009

No. Kerja Sama Tahun Jumlah

2006 2007 2008 2009

1 Instansi Pemerintah

& Swasta 262 221 184 114 781

2 Penyedia Jasa 8 2 6 3 19

3 Mitra Luar Negeri 4 1 - 2 7

Peningkatan kualitas kemitraan dengan lembaga non-akademik akan lebih diarahkan untuk meningkatkan layanan administrasi akademik dan layanan akademik bagi mahasiswa. Sebagaimana umumnya lembaga PTTJJ, sebagian besar mahasiswa UT adalah mahasiswa yang berasal dari lembaga tertentu. Kerja sama dengan lembaga lain dalam bidang penyediaan prasarana untuk pelaksanaan tutorial misalnya, akan mempermudah mahasiswa menjalankan proses belajar.

3. Tata kelola Organisasi

Adanya pengakuan dari pihak luar atas kualitas penyelenggaraan dan program pendidikan, mendorong UT berupaya mempertahankan dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan antara lain dengan terus mengupayakan peningkatan tatakelola organisasi dalam bidang-bidang struktur organisasi, SDM, keuangan, prasarana dan sarana serta penjaminan kualitas.

(40)

3.1 Status dan struktur organisasi UT

Struktur organisasi UT yang saat ini berlaku disusun berdasarkan PP 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Menurut PP tersebut, struktur organisasi UT disamakan dengan struktur organisasi PT tatap muka sehingga banyak fungsi operasionalisasi PTTJJ yang tidak terwadahi. Oleh sebab itu, pada tahun 2002 UT mengajukan perubahan struktur oganisasi yang mengakomodasi kepentingan fungsi-fungsi PTTJJ dan telah ditetapkan oleh Mendiknas pada tahun 2004 melalui SK Nomor 123/0/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja UT. Dalam perkembangannya, struktur ini disempurnakan lagi agar sesuai dengan perubahan dan kebutuhan UT. Struktur lengkap UT yang berlaku saat ini, baik yang dibentuk dengan SK Mendiknas maupun tambahannya melalui SK Rektor Nomor 112/J31/2005 tanggal 10 Maret 2005 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja di Lingkungan UT adalah sebagai berikut.

(41)

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi UT

Keterangan Bagan:

BAUK : Biro Administrasi Umum dan Keuangan BAAPM : Biro Administrasi Akademik, Perencanaan,

dan Monitoring

LPPM : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

LPBAUSI : Lembaga Pengembangan Bahan Ajar, Ujian, dan Sistem Informasi

PPs : Program Pascasarjana*)

PPSDM : Pusat Pengembangan Sumber daya Manusia*) BAUK LPPM LPBAUSI Fakultas PPs*) PPSDM*) Pusminta s Puslata Pusjian PPBAC Puskom PPBANC Puslaba PK PAU-PPI PPM Puslitgasis BAAPM UPBJJ REKTOR dan 4 PEMBANTU REKTOR

(42)

Puslata : Pusat Layanan Pustaka Pusmintas : Pusat Jaminan Kualitas PK : Pusat Keilmuan

PPM : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat PAU-PPI : Pusat Antar Universitas–Pengembangan dan Peningkatan Instruksional

Puslitgasis : Pusat Penelitian Kelembagaan dan Pengembangan Sistem

Pusjian : Pusat Pengujian Puskom : Pusat Komputer

PPBAC : Pusat Produksi Bahan Ajar Cetak Puslaba : Pusat Layanan Bahan Ajar

PPBANC : Pusat Produksi Bahan Ajar Non Cetak UPBJJ : Unit Program Belajar Jarak Jauh *) Unit ini dibentuk dengan SK Rektor

3.2 Sumber daya manusia

SDM merupakan salah satu unsur utama yang menyebabkan program-program pendidikan di UT dapat terselenggara dengan baik sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk itu dibutuhkan SDM dalam jumlah, kualifikasi dan komposisi bidang studi dan keahlian yang memadai serta dikelola dengan baik.

Dosen UT terdiri dari dosen tetap dan dosen tidak tetap yang secara administratif berada dalam satuan administrasi pangkal (satminkal) UT dan mitra UT. Secara fungsional, dosen tetap adalah dosen dalam Satminkal UT, sementara dosen tidak tetap adalah penulis bahan ajar/ujian Satminkal mitra UT. Penulis bahan ajar/ujian jumlahnya bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan bahan ajar/ujian. Selain dosen, UT juga memiliki tenaga akademik tidak tetap yang berfungsi sebagai fasilitator kegiatan tutorial yang disebut tutor. Tutor tidak sama dengan dosen dan oleh karena itu kriteria pemilihannya tidak terikat pada ketentuan kualifikasi dosen seperti yang diatur dalam UU Nomor 14

(43)

Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, sehingga tutor dapat berasal dari akademisi, praktisi, dan anggota masyarakat lainnya selama yang bersangkutan memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan UT.

Seluruh dosen tetap Satminkal UT adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang direkrut sejak UT berdiri tahun 1984 hingga saat ini. Masalah yang dihadapi UT dalam penyediaan SDM adalah kualifikasi akademik sebagian dosen belum memadai dan komposisi jumlah dosen per rumpun ilmu yang belum seimbang. Sekitar 55% dosen UT masih berkualifikasi pendidikan sarjana dan 56% dosen UT terkonsentrasi pada bidang ilmu pendidikan dan keguruan. Ketimpangan dalam kualifikasi pendidikan dan komposisi bidang ilmu para dosen UT ini sudah sejak awal disadari dan tidak mudah diselesaikan. Hal ini terjadi karena UT sebagai PTN berkewajiban mempekerjakan dosen yang telah ada dan membina karir para dosen tersebut. Cara yang ditempuh UT untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan para dosen adalah melalui program-program percepatan studi lanjut, sedangkan untuk memperbaiki komposisi dosen pada setiap bidang ilmu adalah dengan merekrut tenaga dosen PNS baru yang sesuai dengan bidang ilmu yang dibutuhkan dan tidak menambah dosen melebihi jumlah dosen yang pensiun. Dengan demikian diharapkan pada tahun 2013, secara perlahan-lahan kualifikasi dan komposisi dosen UT terpenuhi.

Total pegawai (dosen dan non dosen) UT di awal 2010 adalah 1.860 orang, terdiri atas 788 orang dosen dan 1.054 orang non dosen (tenaga administrasi dan tenaga pustakawan). Sedangkan perbandingan jumlah pegawai yang ditempatkan di UT Pusat dan UPBJJ-UT adalah 886 orang : 974 orang. Kemudian, komposisi dosen berdasarkan jabatan fungsional akademik dan pendidikan tertinggi sebagaimana terlihat dalam Tabel 9.

(44)

Tabel 9 Jumlah Dosen UT per Jenjang Pendidikan pada setiapJabatan Fungsional Akademik

Per 10 Desember 2009

No. Jabatan Pendidikan Jumlah

S1 S2 S3 1 Guru Besar 0 0 4 4 2 Lektor Kepala 11 92 16 119 3 Lektor 190 177 4 371 4 Asisten Ahli 172 41 0 213 5 Tenaga Pengajar 62 18 0 80 Jumlah Total 435 328 25 788

Hingga tahun 2010, jumlah dan kualifikasi akademik untuk tenaga kependidikan UT sudah dapat dikatakan cukup baik namun masih belum ideal dalam hal keterampilan atau keahlian teknisnya. Untuk menunjang tata kelola organisasi sesuai dengan fungsi UT sebagai penyelenggara PTTJJ, disamping tenaga-tenaga teknis dengan kualifikasi akademik minimal diploma dalam bidang administrasi seperti yang sudah ada saat ini, UT masih sangat membutuhkan tenaga-tenaga teknis dalam bidang TIK, keuangan/akuntansi, hukum, dan bidang-bidang kreatif seperti desain grafis/komunikasi visual. Dengan demikian, dalam sistem rekrutmen tenaga kependidikan UT akan difokuskan pada bidang-bidang yang belum tersedia dalam jumlah yang memadai dan meningkatkan kompetensi tenaga kependidikan yang sudah ada melalui studi lanjut dan pelatihan.

Gambar

Tabel 1  Total Mahasiswa Program Diploma dan  Sarjana Aktif dan Registrasi 2006 – 2009
Tabel 2 Jumlah Lulusan UT 2006-2009  dan Lulusan Total sejak 1984
Tabel 3 Total Mahasiswa PPs Aktif  dan Registrasi 2006–2009
Tabel 5  Rekapitulasi Umur Bahan Ajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

/* IS: A terdefinisi tidak kosong, belum tentu urut PS: sort secara Bubble. FS: A tersortir

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, yang mana kasus dalam penelitian ini yaitu peran puskesmas dalam upaya pengendalian penyakit ISPA yang dilakukan oleh

02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas dalam penyiapan

Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas, dengan ini diumumkan pemenang Pengadaan Makan Tahanan Polres Lumajang dan Polsek Jajaran adalah sebagai berikut :..

Radang akut mukosa kavum nasi oleh infeksi ( self limiting disease) yang sering diikuti infeksi sekunder oleh bakteri yang bermanifestasi sebagai kumpulan gejala dimana gejala

Hasil penelitian menunjukan bahwa 100% remaja putri yang memiliki pengetahuan baik, hasil statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja putri

0,000, untuk kandungan logam berat Cd dan presentase ukuran butir sedimen jenis lanau memiliki nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka hasil tolak Ho (ada

Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara : pasien dapat mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara menghembuskan napas kuat-kuat melalui