PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87
TAHUN
2014TENTANG
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA, KELUARGA BERENCANA, DAN SISTEM INFORMASI KELUARGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang bahwa
untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (2), Pasal22 ayat
(3),dan
Pasal50 ayat
(4) Undang-UndangNomor
52 Tahun
2OO9
tentang
PerkembanganKepcndudukan
dan
Pembangunan
Keluarga
perluditetapkan
Peraturan Pemerintahtentang
PerkembanganKependudukan
dan
PembangunanKeluarga,
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga;Mengingat
: 1.
Pasal
5
ayat
(21 Undang-Undang
Dasar
NegaraRe
publik
Indonesia Tahun 1945;2.
Undang-Undang
Nomor
52
Tahun 2009
tentangPerkembangan Kependudukan
dan
PembangunanKeluarga
(Lembaran
Negara
Republik
IndonesiaTahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara
Re
publik
Indonesia Nomor 5080);MenetApKAN
:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERKEMBANGANKEPENDUDUKAN
DAN
PEMBANGUNAN KELUARGA,KELUARGA
BERENCANA,DAN
SISTEM
INFORMASI KELUARGA.PRESIDEN
R EPUBL IK IND ONES IA a
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah
ini
yang dimaksud dengan:1.
Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan denganjumlah, struktur,
pertumbuhan,
persebaran, mobilitas,penyebaran,
kualitas, dan kondisi
kesejahteraan yangmenyangkut
politik,
ekonomi,
sosial
budaya,
agamase
rta
lingkungan penduduk setempat.2.
Perkembangan
kependudukan
dan
pembangunankeluarga adalah upaya
terencanauntuk
mewujudkanpenduduk
tumbuh
seimbang
dan
mengembangkankualitas
penduduk pada seluruh dimensi penduduk.3.
Perkembangan Kependudukan
adalah
kondisr
yang berhubungan dengan perubahan keadaankependudukan
yang dapat
berpengaruh
dandipengaruhi
olehkeberhasilan
pembangunanberkelanjutan.
4.
Pembangunan
keluarga
adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yanghidup
dalam lingkungan yang sehat.5.
Kuantitas penduduk
adalahjumiah
penduduk
akibatdari
perbedaanantara
jumlah
penduduk
lahir,
mati,dan mobilitas penduduk.
6.
Keluargaadalah
unit
terkecil dalam
masyarakat yangterdiri dari suami
istri,
atau suami,
istri
dan
anaknya,atau ayah dan anaknya, atau
ibu
dan anaknya.7.
Keluarga berkualitas adalah keluarga
yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,dan
bercirikan sejahtera, sehat,maju, mandiri, memiliki
jumlah
anakyang ideal,
berwawasanke
depan, bertanggung jawab,harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8. Keluarga
PRESIDEN
R EPUBLIK IND ON ES IA
-J-8.
KeluargaBerencana
adalah upaya mengatur kelahirananak,
jarak dan usia
ideal
melahirkan,
mengaturkehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai
dengan
hak
reproduksi
untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.9.
Penyelenggaraan ProgramKeluarga
Berencana adalahproses,
cara,
dan
tindakan
untuk
melaksanakanprogram
Keluarga Berencana
oleh
pemerintah
dan pemerintah daerah.10. Ketahanan
dan
kesejahteraankeluarga adalah
kondisikeluarga yang memiliki keuietan dan ketangguhan serta
mengandung
kemampuan
fisik-materiil
guna
hidupmandiri
dan
mengembangkandiri
dan
keluarganyauntuk hidup
harmonis
dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaanlahir
dan batin.I 1.
Norma Keluarga Kecil, Bahagia,
dan
Sejahtera yangselanjutnya disingkat
NKKBSadalah
suatu
nilai
yang sesuai dengannilai-nilai
agamadan
sosial budaya yangmembudaya
dalam
diri
pribadi,
keluarga,
danmasyarakat,
yang
berorientasi
kepada
kehidupan sejahtera denganjumlah
anak idealuntuk
mewujudkan kesejahteraanlahir
dan kebahagiaan batin.12.
Advokasi adaiah
suatu bentuk rangkaian
komunikasistrategis
yang
dirancang
secara
sistematis
danditaksanakan
dalam
kurun
waktu tertentu
baik
olehindividu
ataupun
kelompok dengan
maksud
agarpembuat
keputusan membuat,
merubah
ataumemperbaiki
suatu
kebijakan
publik
sehinggamenguntungkan bagi kelompok masyarakat banyak dan masyarakat marjinal.
13.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi yang
selanjutnyadisingkat
KIE
adalah
kegiatan komunikasi
untuk
meningkatkan
pengetahuanserta
memperbaiki
sikapdan
perilaku
keluarga, masyarakat
dan
penduduk dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.PRESIDEN
R EPIJBLIK IN DONES IA
-4-14. Pengaturan Kehamilan adalah upaya
untuk
membantu pasangan suamiistri untuk
membantu pasangan dalammengambil
keputusan
tentang
usia
ideal
untuk
melahirkan,
jumlah ideal anak,
dan
jarak
idealkelahiran anak
15.
Kader Keluarga
Berencanayang
selanjutnya
disebut Kader adalah tenaga sukarela yangdipilih
oleh dan darimasyarakat
untuk
membantu
menyelenggarakanprogram kependudukan
dan
Keluarga Berencana
di masyarakat.16. Sistem
Informasi
Keluarga adalah seperangkat tatananyang
meliputi
data,
informasi,
indikator,
prosedur,perangkat,
teknologi,dan sumber daya manusia
yangsaling
berkaitan
dan
dikelola secara terpadu untuk
mengarahkantindakan atau keputusan yang
berguna dalam mendukung pembangunan keluarga.17.
Pendataan keluarga
adalah
tata
cara
pengumpulan,pengolahan,
penyajian,
dan
pemanfaatan
datademografi,
data
Keluarga Berencana,
data
keluargasejahtera,
dan
data
anggotakeluarga yang
dilakukanoleh
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
bersamamasyarakat secara serentak
setiap
5
(lima) tahun
dandata
yangdihasilkan akurat, valid,
relevan,dan
dapat dipertanggungj awabkan.18. Pencatatan
dan
Pelaporan Program Kependudukan danKeluarga adalah
tata
cara pencatatan
dan
pelaporanprogram
pengendalian
penduduk
dan
Keluarga Berencana.19. Data dan Informasi Keluarga adalah data dan informasi
hasil
pengumpulan,
pengoiahan,dan
penyajian
serta penyebarluasan data berdasarkan pendataan keluarga.PRESIDEN
REPUBLIK IN O ONES IA
-5-20. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah
PresidenRepublik Indonesia
yang
memegangkekuasaan pemerintahan Negara Republik
Indonesiasebagaimana
dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun
1945.21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
22.
Kepala Badan adalah kepala badan
yangmenyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di
bidang pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana.23.
Pemerintah Daerah
adalah Gubernur,
Bupati
atauWalikota
dan
perangkat
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
Pasal 2
Pengaturan
Perkembangan
Kependudukan
danPembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan
SistemInformasi
Keluarga dimaksudkan
untuk
mewujudkankonsistensi kebijakan nasional, provinsi
dankabupaten/kota
dengan tujuan:b.
mewujudkan keserasian,
keselarasan,
dankeseimbangan
antara
kuantitas, kualitas,
dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup;meningkatkan
kualitas
keluarga agar dapattimbul
rasaaman, tentram, dan harapan masa depan yang
lebihbaik
dalam
mewujudkan kesejahteraan
lahir
dankebahagiaan
batin
dengan
melembagakan
danmembudayakan
norma
keluarga
kecil,
bahagia,
dan sejahtera;c.
meningkatkan upaya mengatur kelahiran anak,
jarak,usia
ideal
melahirkan, mengatur kehamilan,
melaluipromosi, perlindungan dan
bantuan
sesuai dengan hakreproduksi
untuk
mewujudkan keluarga
berkualitas; dans*a
g*
PRESIOEN
R EPIJELIK INDONESIA
_A_
d.
menyediakan
Data dan
Informasi
Keluarga
untuk
digunakan
oleh
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerahsebagai
dasar
penetapankebijakan,
penyelenggaraan,dan pembangunan.
Pasal 3
Ruang
lingkup
Peraturan Pemerintahini meliputi
tugas dantanggung
jawab
Pemerintah
dalam
perkembangankependudukan
dan
pembangunan
keluarga,
kebijakanKeluarga Berencana,
penyelenggaraanSistem
informasiKeluarga, pemantauan
dan
pelaporan, pembinaan
dan pengawasan, dan pendanaan.BAB II
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH Bagian Kesatu
Penetapan Kebij akan Nasional Pasal 4
Pemerintah menetapkan kebijakan nasional perkembangan
kependudukan
dan
pembangunan keluarga sebagai bagiandan
rencana
pembangunan
jangka
panjang,
rencanapembangunan
jangka
menengah,
dan
rencana
kerja pemerintah.Pasal 5
Kebijakan
nasional
perkembangan
kependudukansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diarahkan
untuk:
a.
me njamin tercapainya kondisi bonus demogralt;q,D
a. b. c. d. e. f. 5. PRESIDEN R EPUBLIK
INDONESIA-7
-b.
meningkatkankualitas
pendudukuntuk
memanfaatkan bonus demografi;c.
memberdayakan penerapan fungsi-fungsi keluarga; dand.
memperkuat semangat gotong royong berbasis keluarga.Pasal 6
Kebijakan
nasional
pembangunankeluarga
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 diarahkan
untuk:
melembagakan dan membudayakan NKKBS; memberdayakan fungsi keluarga;memandirikan keluarga;
memberdayakan kearifan lokal;
meningkatkan kualitas seluruh siklus hidup;
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat; dan memberdayakan peran serta masyarakat.
Pasal 7
(1)
Kebijakan
nasionalpembangunan
keluargadimaksudkan
untuk
memberdayakan
keluarga
agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal.(2)
Fungsi keluarga
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) meliputi:a.
fungsi keagamaan;b.
fungsi sosial budaya;c.
fungsi cinta kasih;d.
fungsi perlindungan;e.
fungsi reproduksi;f.
fungsi sosialisasi dan pendidikan;g
fungsi ekonomi; dan$.).)
-r!p4{
(1)
(2t
PRESIDEN
REPUBLIK IND ONES IA
-8-h.
fungsi pembinaan lingkungan. Pasal 8Penetapan
kebijakan nasional
perkembangankependudukan harus memperhatikan:
a.
pengendalian kuantitas penduduk;b.
pengembangan kualitas penduduk; danc.
pengarahan mobilitas penduduk.Pengendalian
kuantitas
penduduk
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)huruf
a
dilaksanakan
melaluisinkronisasi
kebijakan
kependudukan
di
tingkatnasional dan daerah.
(3)
Sinkronisasi
kebijakan
pengendalian
kuantitaspenduduk
sebagaimanadimaksud
pada ayat
(2) berhubungan dengan:a.
penetapan
perkiraan
jumlah,
komposisi penduduk;struktur,
danb.
penurunan laju pertumbuhan penduduk; danc.
persebaran penduduk.(4) Pengembangan
kualitas
penduduk
dan
pengarahanmobilitas penduduk
sebagaimanadimaksud
pada ayat(1)
huruf
b
dan
huruf
c
dilaksanakan
sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
Daiam rangka
pelaksanaan
sinkronisasi
kebijakanpengendalian
kuantitas
penduduk,
Pemerintah
Daerah Provinsi dapat menetapkan kebijakan dengan mengacu dan berpedoman kepada kebijakan Pemerintah.fL)
T)t>1€
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-9-Pasal 10Dalam rangka
pelaksanaan
sinkronisasi
kebijakanpengendalian
kuantitas
penduduk,
Pemerintah
DaerahKabupaten/Kota
dapat
menetapkan
kebijakan
denganmengacu
dan
berpedomankepada kebijakan
Pemerintahdan Pemerintah Daerah Provinsi.
Pasal 11
(1)
Dalam
rangka
pelaksanaan
sinkronisasi
kebijakanpengendalian
kuantitas
penduduk,
Pemerintahmenetapkan program
dan
kegiatan
penyelenggaraanpengendalian
kuantitas
penduduk
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal
8
ayat
(1)
huruf
a
sebagaiberikut:
perencanaan kependudukan;
penyedraan parameter kependudukan; analisis dampak kependudukan;
kerja sama pendidikan kependudukan; dan
penanganan
isu-isu
kependudukan
di
daerahprovinsi dan kabupaten/ kota.
(2) Penyelenggaraan
pengendalian
kuantitas
penduduksebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)dilakukan
sesuaidengan
daya
dukung
alam
dan
daya
tampunglingkungan melalui:
a.
pengendaliankelahiran;b.
penurunan angka kematian; danc.
pengarahan mobilitas penduduk. a.b.
d.
PRESIDEN
R EP UBL IK IN D ONES IA
-10-(3) Penyelenggaraan pengendalian
kelahiran
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(2)
huruf
a,
bertujuan
untuk
melembagakandan
membudayakan NKKBS
melalut Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana.Pasal 12
Pemerintah dalam memberikan pembinaan dan pemenuhan
pelayanan dasar dalam perkembangan kependudukan dan
pembangunan
keluarga,
Keluarga Berencana,
SistemInformasi Keluarga pada masyarakat
melalui KIE,
sertapenyediaan
prasarana bekerja sama dengan
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.Pasal 13
Penurunan
angka
kematian
dan
pengarahan
mobilitaspenduduk
sebagaimana dimaksuddalam
Pasal 1I
ayat
(2)huruf
b danhuruf
c dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
Bagian Kedua Penetapan Pedoman
Pasal
i4
( 1)
Pemerintah menetapkan
pedoman
penyelenggaraanperkembangan
kependudukan
dan
pembangunan keluarga meliputi:a.
perencanaan kependudukan
dan/atau
penyediaan parameter;b.
analisis dampak kependudukan;c.
kerja sama pendidikan kependudukan;s(*?
q*
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
i1-d,
penanganan isu-isu kependudukan;e.
penyelenggaraan Keluarga Berencana; danf.
pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.(2)
Ketentuan lebih lanjut
mengenai
pedomanpenyelenggaraan perkembangan kependudukan
danpembangunan
keluarga
sebagaimanadimaksud
pada ayat (1)diatur
dengan Peraturan Presiden.Bagian Ketiga
Pembinaan, Bimbingan, Supervisi, dan Fasilitasi
Pasal 15
Pemerintah
dalam
melakukan
pembinaan,
bimbingan,supervisi,
dan
fasilitasi
penyelenggaraan perkembangankependudukan dan
pembangunankeluarga
berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.Bagian Keempat
Sosialisasi, Advokasi, dan Koordinasi Pasal 16
Pemerintah dalam melakukan sosialisasi, advokasi,
dankoordinasi
melalui
peningkatan
akses
dan
kualitaspenyelenggaraan perkembangan kependudukan, pembangunan keluarga, dan pelayanan Keluarga Berencana
berkoordinasi dengan Pemerintah
Daerah
Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.. PR ES IDE N
REPUBLIK IN D ONES IA
-12-Pasal 17
( 1)
Dalam rangka
meningkatkan
akses
dan
kualitaspenyelenggaraan
perkembangan
kependudukan,pembangunan
keluarga
dan
pelayanan
KeluargaBerencana
sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
16, Pemerintah dan Pemerintah Daerah:a.
menyediakan saranadan
prasarana perkembangankependudukan, pembangunan
keluarga
dan pelayanan Keluarga Berencana;b.
memberikan pengayoman; danc.
memberikan
rujukan bagi
peserta
Keluarga Berencana yang membutuhkan.(2)
Penyediaan
sarana
dan
prasarana
penyelenggaraanperkembangan kependudukan, pembangunan keluarga
dan
pelayanan
Keluarga
Berencana
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
KIE;b.
alat dan obat kontrasepsi; danc.
Pencatatan
dan
Pelaporan Pelayanan
Keluarga Berencana.BAB III
KEBIJAKAN KELUARGA BERENCANA Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18
Kebijakan Keluarga Berencana bertujuan
untuk:
a.
mengatur kehamilan yang diinginkan; (1)(2\
PRESIDEN
R EPUBL
IK
INDONESIA-13-b.
menjaga
kesehatan
dan
menurunkan
angkakematian ibu, bayi, dan anak;
c.
meningkatkan
akses
dan
kualitas
informasi,pendidikan,
konseling,
dan
pelayanan
Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi;d.
meningkatkanpartisipasi dan
kesertaanpria
dalampraktek Keluarga Berencana; dan
e.
mempromosikan
penyusuan
bayi
sebagai
upayauntuk
menjarangkanjarak
kehamilan.Kebijakan
Keluarga Berencana
dilakukan
melalui upaya:a.
peningkatan keterpaduan
dan peran
serta masyarakat;b.
pembinaan keluar ga; danc.
pengaturan kehamilan
dengan
memperhatikanagama,
kondisi
perkembangansosial
ekonomi danbudaya,
serta
tata nilai
yang
hidup
dalam masyarakat.Upaya
kebijakan
Keluarga Berencana
sebagaimanadimaksud pada ayat (2) disertai dengan KIE.
Pasal 19
Upaya
Keluarga Berencana
sebagaimana dalam Pasal 18 ayat (2) dilakukan melalui:a.
promosi;b.
perlindungan;dan/atau
c.
bantuan sesuai dengan hak reproduksi.Upaya
Keluarga Berencana
sebagaimanapada
ayat (1)
dilaksanakan
oleh
tenaga daof ata.u tenaga lain yang terlatih.dimaksud dimaksud kesehatan (3) (1) (21 (3) Ketentuan
$L)
-rtaya€
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-14-(3)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
upaya
Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur
dengan Peraturan Kepala Badan.Bagian Kedua
Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta Masyarakat
Pasal 20
Pemerintah
dan
Pemerintah Daerah menyelenggarakanupaya
kebijakan
Keluarga
Berencana
secaramenyeluruh dan terpadu.
Penyelenggaraan
upaya kebijakan
Keluarga Berencana secara menyeluruh dan terpadu sebagaimana dimaksudpada ayat
(1).
dilakukan
secara
koordinatif
antarkementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian.
Dalam
menyelenggarakanupaya kebijakan
KeluargaBerencana sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),Pemerintah
dan
Pemerintah Daerahdapat
melibatkan peran serta masyarakat.Peran serta masyarakat
sebagaimanadimaksud
pada ayat (3) paling sedikit berupa:a.
penyrrluhan Keluarga Berencana; danb.
pembinaan kepesertaan Keluarga Berencana.(1)
(2\
(3)
(4)
PRESIDEN R EPIJBL IK IN D ONES IA _15_ Bagian Ketiga Pembinaan Keluarga Pasal 2 1
(1)
Pembinaan
keluarga
sebagaimana
dimaksud
dalamPasal
18
ayat (2)huruf b,
dilaksanakan dalam rangka mendukung:a.
pengembangan
ketahanan keluarga; dandan
kesejahteraanb.
pelaksanaan fungsi keluarga.(2) Pembinaan
keluarga
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) disertai dengan:A.
KIE;b.
penyediaan sarana dan prasarana; danc,
upaya pembinaan lainnya.Pasal 22
Pengembangan
ketahanan
dan
kesejahteraan
keluarga sebagaimanadimaksud dalam
Pasal2l
ayat (1)
huruf
adilakukan
dengan cara membentuk dan mengembangkan:pembinaan keluarga balita dan anak;
pembinaan ketahanan keluarga remaja
dan
pembinaanPusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja/ Mahasiswa;pembinaan ketahanan keluarga lansia; dan pemberdayaan ekonomi keluarga.
a. b.
d.
PRESIDEN R EPUBL IK IN D ONES IA
_16-Bagian Keempat Pengaturan Kehamilan Pasal 23Pengaturan Kehamilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2)
huruf
c,ditujukan
untuk
mewujudkan keluargakecil,
bahagia,
dan
sejahtera
menuju
NKKBS
dengan menyelenggarakan Keluarga Berencana.Pasal 24
(1)
Penyelenggaraan
Keluarga Berencana
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 18dan pasal 19
dilaksanakan dengan upaya peningkatan kepeduliandan
peran serta masyarakat melalui:a.
pendewasaan usia perkawinan;b.
pengaturan kehamilan yang diinginkan;c.
pembinaan kesertaan Keiuarga Berencana; dand.
peningkatan kesejahteraan keluarga.(2)
Upaya
peningkatan
kepedulian
dan
peran
sertamasyarakat
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)diarahkan kepada
tumbuh
kembang
kesadaran,kemauan,
dan
kemampuan keluarga secara
mandiridalam
membangun
keluarga
kecil,
bahagia,
dan sejahtera.pasal 25
(1)
Pendewasaanusia
perkawinan sebagaimana dimaksuddalam Pasal
24
ayat (1)huruf a
diselenggarakan dalamrangka
pembudayaansikap
dan perilaku
masyarakatuntuk
melaksanakan perkawinan
dalam
usia
ideal perkawinan.q,D
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-77-(2)
Usia ideal
perkawinan
sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) dipertimbangkan dengan memperhatikanfaktor-faktor antara lain:
kesiapan
fisik dan
mental
seseorang
dalam membentuk keluarga;kemandirian
sikap
dan
kedewasaan
perilakuseseorang;
derajat kesehatan termasuk reproduksi sehat;
pengetahuan
tentang
perencanaan
keluarga sejahtera; danperaturan perundang-undangan yang beriaku.
Pasal 26
Pengaturan
kehamilan
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1)huruf
b diselenggarakan dalam rangkameningkatkan
kesadaran masyarakatdalam
menundakehamilan
anak
pertama sampai
pada
usia
idealmelahirkan dan mengatur
jarak
kelahiran.Usia ideal
melahirkan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) adalah usia yangditentukan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor:risiko
akibat melahirkan;kemampuan tentang perawatan kehamilan,
pascapersalinan,
dan
masa
di luar
kehamilan
danpersalinan;
derajat kesehatan reproduksi sehat;
dan/atau
kematangan
mental, sosial,
dan
ekonomi
dalam keluarga. e. b. A (1) (2) a. b. d. Pasal 27(1) (2) (3) (1) (2\ PRESIDEN
R EPIJBL IK IND ONESIA
-18-Pasal 27
Menunda kehamilan
sebagatmanadimaksud
dalamPasal
26 ayat (1)
dilaksanakan
dalam
rangka perencanaanjumlah
dan
jarak
antara kelahiran
anakyang
dilakukan sendiri
oleh pasangan suamristri
atas dasar kesadaran dan kesukarelaan.Menunda kehamilan
sebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)
dilakukan
dengan menggunakan
alat,
obatdan/atau
cara
kontrasepsi
yang
dapat
diterimapasangan suami
istri
sesuai dengan pilihannya.Jenis alat, obat
dan/atau
cara kontrasepsi sebagaimanadimaksud
pada ayat (21
ditetapkan
dengan memperhatikan:a.
daya guna dan hasil guna;b.
risiko
terhadap kesehatan; danc.
nilai
agama dan nilai yanghidup
dalam masyarakatPasal 28
Penggunaan
alat, obat, dan/atau cara
kontrasepsidilakukan dengan cara
yang
daPat dipertanggungjawabkandari
segi agama, norma budaya,etika, serta segi kesehatan.
Penggunaan alat, obat,
dan/atau
cara kontrasepsi yangmenimbulkan
risiko
terhadap
kesehatanhanya
dapatdilakukan
oleh
tenaga kesehatan
yang
berwenang berdasarkan standar.PRESIDEN
R EPUBLIK INDONES IA
-t9-Pasal 29( 1
)
Penyampaianinformasi
dan /atau
peragaanalat,
obat,dan/atau
cara kontrasepsi hanya dapatdilakukan
olehtenaga kesehatan
dan
tenagalain
yang terlatih,
sertadilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.
(2)
Penentuan
tempat
dancara yang
layak
untuk
mempertunjukkan
dan
memperagakan
alat,
obat,dan/atau
cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud padaayat
(1), dilakukan
dengan memperhatikan
sasaran, norma agama, et.ik, dan sosial budaya masyarakat.Pasal 30
Pelayanan
obat,
alat, dan/atau cara
kontrasepsi untuk
pasangan
suami
istri,
dilakukan oieh
tenaga
kesehatandan/atau
tenaga
lain
yang
terlatih
sesuai
dengankewenangannya,
di
fasilitas
pelayanan kesehatan
atausarana
lain
yang
ditetapkan sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undan gan.
Pasal 3 1
Pemerintah,
PemerintahDaerah
Provinsi,
PemerintahDaerah
Kabupaten/Kota
menetapkan
kebijakan pengadaan dan penyebaranalat
serta obat kontrasepsi,meliputi
kegiatan perencanaankebutuhan,
penyediaan,dan penyebaran.
Pengadaan
alat dan obat
kontrasepsi
dilaksanakandengan
memperhatikan keseimbangan
antarakebutuhan, penyediaan, dan keinginan masyarakat.
Penyebaran
alat dan
obat
kontrasepsi
dilaksanakan dengan memperhitungkan:(1)
(2)
(s)
(1) (2t PRESIDEN R EPIJBL IK IN D ONES IA
-20-a.
jarak
an tarwilayah;b.
letak geografis;c.
kebutuhan masyarakat; dand.
pemerataan pelayanan.Bagian Kelima
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
Pasal 32
KIE
bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan,sikap,
dan
perilaku
masyarakat
dalam
rangkamendukung penyelenggaraan Keluarga Berencana.
Sasaran pelaksanaan KIE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
individu;b.
sekelompok orang; danc.
masyarakat umum.Pasal 33
KIE
dilakukan
melalui penyampaian informasidan/atau
peragaan alat, obat,
dan/atau
cara kontrasepsi.KIE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
di tempat dan dengan cara yang layak oleh:
a.
tenaga kesehatan;b.
peny'u1uh Keluarga Berencana;c.
petugas lapangan Keluarga Berencana; dand.
tenaga lain yang terlatih.(1)
(2t
PRESIDEN
REPUBLIK IN D ONES IA
-2t-Pasal 34Penyelenggaraan
KIE
sebagaimana 33dilakukan
melalui upaya:a.
Advokasi dan penggerakan;b.
konseling;pendampingan; dan pemberdayaan keluarga.
Pasal 35
Advokasi
dan
penggerakan sebagaimanadimaksud
dalamPasal
34
huruf
a
merupakan upaya pelayanan
kepadamasyarakat dalam
penyelenggaraanKeluarga
Berencanayang
dilakukan
oleh
Pemerintah,
pemerintah
DaerahProvinsi,
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
bersamaindividu,
lembaga
swadaya masyarakat,
organisasikemasyarakatan, organisasi profesi, dan pihak swasta.
Pasal 36
(1)
PelaksanaanAdvokasi
sebagaimanadimaksud
dalamPasal
35
ditujukan
untuk
mendukung
kebijakanpenyelenggaraan
Keluarga Berencana sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.(2) Sasaran pelaksanaan Advokasi sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1)dilakukan
terhadap pemangkudan/atau
penentu kebijakan nasional dan daerah.(3)Pelaksanaan
penggerakan sebagaimana
dimaksuddalam
Pasal35 dilakukan dalam rangka
berpartisipasi dalam penyelenggaraan Keluarga Berencana melalui:a.
pembimbingan;dimaksud dalam
Pasald.
PRESIDEN
R EPUBLIK IND ONESIA
/16
- -zz
-pembinaan; pengarahan; dan
menggerakkan pihak 1ain.
Pasal 37
Penggerakan penyelenggaraan
Keluarga
Berencanasebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
36
ayat
(3) dilaksanakan melalui mekanisme operasional pelayanandasar
Program PengendaiianPenduduk
dan
Keluarga Berencana.Mekanisme
operasional
pelayanan
dasar
ProgramPengendalian
Penduduk
dan
Keluarga
Berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a.
analisis data mikro keluarga;b.
penajaman sasaran pelayanan dasar;c.
penguatan koordinasi antarpihak
terkait
di
setiaptingkatan;
melakukan evaluasi dan rencana
tindak
lanjut;pembagian peran antarunsur terkait;
pelayanan terintegrasi dengan sektor pembangunan
Iain; dan
g.
pengendaiian dan pemantauan. Pasal 38Konseling sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal34 huruf
bdilaksanakan sebelum pelayanan kontrasepsr dan pada saat pelayanan kontrasepsi. b. d. (1) (2) d. f. Pasal 39
$*D
PRESIDEN
R EPUBL IK INDONESIA
-23-Pasal 39
Pendampingan
dan
pemberdayaankeluarga
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal
34 huruf c dan huruf
ddilaksanakan kepada keluarga tertentu.
BAB IV
PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI KELUARGA Bagian Kesatu
Umum
Pasal 40
Dalam rangka mendukung
penyelenggaraan perkembangan kependudukan, pembangunan keluarga,dan Keluarga Berencana diperlukan Data dan Informasi
keluarga
yang
dikelola
dalam
Sistem
Informasi Keluarga.Penyelenggaraan
Sistem Informasi
Keluarga
harus dilaksanakan secara bersinergi dengan sistem informasi kependudukan.Sistem informasi kependudukan sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
Pasal 4 1
(1)
Penyelenggaraan
Sistem Informasi
Keluargasebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
39
bertujuan
menyediakan
Data
dan
Informasi
Keluarga
melaluipendataan
keluarga,
untuk
dapat
digunakan
olehPemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
sebagai
dasarpenetapan kebijakan,
penyelenggaraan perkembangankependudukan, pembangunan
keluarga,
Keluarga Berencana, dan pembangunan lain.(1)
(2)
(3)
s{.Q
{*
PRESIDEN
R EP UBL IK IND ONES IA
-24-(2)
Data
dan
Informasi
Keluarga pada ayat (1) harus terinci dansebagaimana dimaksud
terklasifikasi.
Bagran Kedua Data Keluarga
Pasal 42
( 1) Data keluarga terdiri atas:
a.
datarutin;
danb.
data nonrutin.(2) Data
rutin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
adikumpulkan
secara
berkala sesuai
dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan.(3)
Data
nonrutin
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)huruf
bdikumpulkan
sewaktu-waktu sesuar kebutuhandan
prioritas
pembangunankeluarga yang
ditetapkan oleh Pemerintah.(4)
Data
nonrutin
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(3)terdiri
atas:a.
data khusus; danb.
dataluar
biasa.Pasal 43
Data keluarga harus terbuka
untuk
diakses olehunit
kerjainstansi
Pemerintah
da4
Pemerintah
Daerah
yangmengelola
Sistem Informasi
Keluarga
sesuai
dengan kewenangan masing-masing.PRESIDEN
R EP UBL IK IN D ONES IA
-25-Pasal 44
Data keluarga harus memenuhi standar, yang meliputi:
a.
data sesuai dengan Indikator Keluarga Sejahtera;b.
jenis,
sifat, format, basis data, kodefikasi, dan metadata yang dapat dengan mudah diintegrasikan;c.
akurat, je1as, dan dapat dipertanggungjawabkan; dand. mampu rekam pada
alat/sarana
pencatatan,pengumpulan, pengolahan, penyajian, pemanfaatan dan
penyimpanan
data yang
andaI,
aman, serta
mudah dioperasikan.Pasai 45
Ketintuan lebih lanjut
mengenaikriteria dan
standar datarutin
dan data nonrutin
diatur
dengan Peraturan Kepala Badan.Bagian Ketiga
Informasi Keluarga
Pasal 46
Informasi keluarga meliputi :
a.
data demografi;b.
data Keluarga Berencana;c.
data keluarga sejahtera; dand.
data anggota keluarga.Data
demografi sebagaimanadimaksud pada
ayat (i)
huruf
a paling sedikit meliputi:a.
data rumah tangga;b.
data kepala keluargamenurut
status perkawinan;(1)
(2)
$-,D
(3)
PRESIDEN
R EP UBLIK IN D ONES IA
-26-c.
data anggota keluarga menurutjenis
kelamin; dand.
data kelompok umur.Data
Keluarga Berencana sebagaimanadimaksud
padaayat (1) huruf
b
merupakan
data hasil
pendataan keluarga paling sedikit meliputi:a.
jumlah
pasangan usia subur;b.
jumlah
pasanganusia subur
yangsedang
menjadi peserta Keluarga Berencana; danc.
jumlah
pasanganusia
subur
yang
tidak
menjadi peserta Keluarga Berencana.Data
Keluarga Sejahtera sebagaimanadimaksud
padaayat (1) huruf
c
berdasarkan
Indikator
KeluargaSejahtera dengan variabel paling sedikit meliputi: (4) a. b. c. d. e. f. agama; sandang; pangan; papan; kesehatan; pendidikan;
kepesertaan dalam program Keluarga Berencana; tabungan;
interaksi dalam keluarga;
interaksi dalam lingkungan;
informasi; dan
peranan dalam masyarakat. h.
i.
j
k. l.
(5)
Data
anggotakeluarga
sebagaimanadimaksud
pada ayat (1)huruf
d paling sedikit
meiiputi:a.
jumlah
jiwa;b.
nama anggota keluarga;c.
alamat tempat tinggal;Etr$
$*
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-27
-hubungan dengan kepala keluarga; dan
jenis
kelamin, tanggal/ bulan /tahun
kelahiran.Bagian Keempat Sumber Data dan Informasi
Pasal 47
( 1)
Data dan Informasi
Keluarga bersumberdari
keluargadan fasilitas pelayanan kesehatan.
(2)
Data
dan
Informasi Keluarga
sebagaimana dimaksudpada
ayat
(i)
dikumpulkan
oleh
pembantu
pembina keluarga berencana desa,penlrrluh
Keluarga Berencanadan/atau
petugas lapangan Keluarga Berencana.Pasal 48
(1) Selain sumber sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 47ayat
( 1),Data dan Informasi
Keluargadapat
diperolehdari
institusi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.(2)
Data
dan informasi
sebagaimanadimaksud
pada ayat( 1)
dikumpulkan oleh
unit
pengelola Sistem InformasiKeluarga.
Pasal 49
Data dan Informasi Keluarga yang bersumber
dari
keluargadiperoleh
melalui
pendataan
keluarga
dan
survei,penelitian,
pelaporan,
dan/atau cara lain
yangdilaksanakan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturanperundang-undangan. d.
e.
PRESIDEN
R EPUBL IK IN DONES IA
-28-Pasal 50
Data
dan
Informasi Keluarga yang bersumberdari
fasilitas pelayanan kesehatan diperolehdari
pencatatan kunjungandan
pelayanan Keluarga Berencanadi
fasilitas
pelayanankesehatan
yang
dilaksanakan
sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undan gan.
Pasal 5 1
Data dan Informasi Keluarga yang telah
dikumpulkan
wajibdisampaikan kepada
unit
pengelola
Sistem
Informasi Keluarga.Bagian Kelima
Pengumpulan Data dan Informasi
Pasal 52
Pengumpulan
Data dan Informasi
Keluarga dilaksanakanmelalui kegiatan:
pendataan Keluarga;
pencatatan dan pelaporan
rutin
pelayanan kontrasepsi; pencatatan dan pelaporanrutin
Pengendalian Lapangan Program Keluarga Berencana;survei
dengan
menggunakanmetode
dan
perangkat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmrah;penelitian dan pengembangan;
pemanfaatan teknologi
dan
sumber
lain
yang
sesuaiperkembangan
ilmu
pengetahuandan
teknologi
serta dapat dipertanggungjawabkan; dana.
b.
e.
f.
(1)
PRESIDEN
R EPIJBLIK INDONESIA
_29_
g.
kegiatan
lain
sesuai dengan
ketentuan
peraturanperundang-undangan.
Pasal 53
Pendataan keluarga
wajib.,dilaksanakan
PemerintahDaerah Kabupaten/ Kota secara serentak setiap
5
(lima)tahun
untuk
mendapatkandata
keluarga yang akurat,valid,
relevan,
dan
dapat
dipertanggungawabkanmelalui
proses pengumpulan,
pengolahan, penyajian,penyimpanan, serta
pemanfaatandata
dan
informasikependudukan dan keluarga.
Pendataan
keluarga
sebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)
mencakup
data yang
bersifat nasional
dan daerah.Pendataan
keluarga
sebagaimanadimaksud
pada ayat (2)dilakukan
oleh Kader setempatdi
bawah pembinaanpeny.uluh Keluarga
Berencana
dan/atau
petugas lapangan Keluarga Berencana.Hasil
pendataan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan pemutakhiran setiap tahun.Hasil
Pendataan
Keluarga digunakan
untuk
pengendalian operasional penyelenggaraan
program pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana.Pasal 54
Pengumpulan
Data
dan
Informasi Keluarga
sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
52
harus
dilaksanakan
sesuaistandar data keluarga. (2t
(3)
(4)
(s)
ts's$
$.*
PRESIDEN R EP L-]BLIK INDONESIA -JU-Bagian KeenamPengolahan Data dan Informasi Keluarga Pasal 55
(1) Pengolahan
Data
dan
Informasi
Keluarga
dilakukansecara
berjenjang
untuk
menetapkan sasaran
dan rencana operasional.(2) Pengolahan
Data dan Informasi
Keluarga sebagaimanadimaksud
pada
ayat (1)
di
daerah provinsi
dan kabupaten/kota
dilakukan
melalui cara
elektronlkmaupun nonelektronik.
(3)
PengolahanData dan Informasi
Keluarga sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)dan
ayat (2)dilakukan
secaraberkala dalam rangka
pengendalian
pelaksanaanprogram
pengendalian
penduduk
dan
keluarga berencana.Pasal 56
Pengolahan
Data
dan
Informasi
Keluarga
dilakukandengan
berbasis teknologi
informasi
yang
memilikikemampuan
transaksi elektronik sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam
hal
pengelola SrstemInformasi
Keluarga belummemiliki
infrastuktur
berbasis teknologi
informasi,pengolahan
Data
dan
Informasi
Keluarga
dapatdilakukan
melalui sistem nonelektronik.Pasal 57
(1) Pengolahan Data dan Informasi Keluarga meliputi:
pemrosesan; analisis; dan penyajian. (1) (2t b. c. (2) Pemrosesan
ed-'(?
$,*
(2)
F,RESIDEN
R EP UBL IK IND ONES IA a1
Pemrosesan
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1)huruf
a dilakukan dengan cara:a.
validasi;b.
pengkodean;c.
perekaman data;d.
alih
bentuk (transforml;e.
pengelompokan; danf.
pengecekan konsistensi data.Analisis
sebagaimanadimaksud pada ayat
( 1)huruf
bdiiakukan
dengan cara:a.
menentukan rancangan analisis;b.
penggalian data (data miningl;c.
pelaksanaan analisis; dand.
interpretasi.Penyajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
cdilakukan
dalam bentuk:a.
tekstual;b.
numerik;
danc.
modellain
sesuai perkembanganilmu
pengetahuandan teknologi.
Penyajian sebagaimana
dimaksud pada ayat
(4) dapatdilakukan
melalui media
elektronik
dan/atau
nonelektronik,
Pasal 58
(1) Pengolahan
Data
dan
Informasi
Keluarga
drlakukan terhadap:a.
pendataan keluarga;b.
pencatatandan
pelaporan pengendalian lapangan; dan(3)
(4)
(s)
PRESIDEN
REPUELIK IN D ONES IA
-JZ-c.
pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.(2)
Pendataan
keluarga
sebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)
huruf
a
dilakukan
melalui
rekapitulasi
danpemutakhiran data.
Pasal 59
Penyajian
Data
dan
Informasi
Keluarga
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
57
ayat (1)huruf
cdilakukan
dalamrangka
pengendaliandan
evaluasi
pelaksanaan programpengendalian
penduduk
dan
Keluarga
Berencana secara berjenjang setiap bu1an.Pasal 60
Setiap
kelurahan/desa
wajib
menyajikan
data
mikrokeluarga
hasil
pendataan keluarga
yang
akurat
dan terpercaya.Pemerintah Daerah Provinsi
dan
Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota wajrb menyajikan data keluarga.Bagian Ketujuh
Penyimpanan Data dan Informasi
Pasal 61
Penyimpanan
Data dan Informasi
Keluarga dilakukandalam pangkalan
data
pada tempat yang aman
dantidak
rusak atau mudah hilang
dengan menggunakan media penyimpanan elektronikdan/atau
nonelektronik.Pangkalan
data
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)dapat berada di provinsi maupun kabupaten/kota.
(1)
(2)
(1)
(2\
(3)
PRESIDEN
REPUBLIK IN D ONES IA - .).)
-Pangkalan
data
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)dan ayat (2) harus
dikelola
oleh
pengelola
SistemInformasi
Keluarga sesuai denganketentuan
peraturan perundang-undangan.Pangkalan
data
sebagaimanadimaksud pada
ayat
( 1)dan ayat
(2)dapat terhubung
dengan pangkalan data yang dikelola oleh Kepala Badan.Penyimpanan Data dan Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di dalam negeri.
Penyimpanan
Data dan Informasi
Keluarga dilakukanpaling
singkat
10
(sepuluh)
tahun
untuk
Data
danInformasi
Keluarga nonelektronik dan paling singkat 25(dua
puluh
lima)
tahun
untuk
Data
dan
Informasi Keluarga elektronik sesuai jadwal retensi arsip.Bagian Kedelapan
Keamanan dan Kerahasiaan Informasi Pasal 62
Pengamanan
informasi keluarga
dilakukan
untuk
menjamin agar informasi keluarga:a.
tetap tersedia dan terjaga keutuhannya; danb.
terjaga
kerahasiaannyauntuk
informasi
keluarga yang bersifat tertutup.Pengamanan informasi keluarga harus
dilakukan
sesuaistandar pengamanan.
Kerahasiaan
informasi keluarga
dan
standar pengamanan sebagaimana dimaksud padaayat
(1) danayat (2)
dilaksanakan
sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan. (4) (s) (6) (1) (2) (3) Pasal 63
srnQ
*t
(1)
(2)
PRESIDEN
R EP UBLIK IND ONESIA
a/
-J'l-Pasal 63
Untuk
menjaga keamanan
dan
informasi
keluarga,Kepala Badan
menetapkankriteria dan
batasan
hakakses pengguna informasi keluarga.
Untuk
menjaga keamana.ndan
kerahasiaan informasi keluarga, setiap pengelola informasi keluarga harus:a.
melakukan
pemeliharaan, penyimpanan,
dan penyediaan cadanganData dan Informasi
Keluarga secara teratur; danb.
membuat sistem
pencegahankerusakan Data
danInformasi Keluarga.
Pasal 64
Ketentuan lebih
lanjut
mengenaitata cara
pengumpulan,pengolahan, penyimpanan,
dan
pengamanan
Data
danInformasi
Keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52sampai dengan Pasal
63 diatur
dengan Peraturan Kepala Badan.Bagian Kesembilan Sumber Daya Manusia
Pasal 65
(1)
Unit
pengelola Sistem
Informasi
I(eluarga
nasional,provinsi, dan
kabupaten/kota
harus
memiliki
sumberdaya
manusra
yang
mengelola
Sistem
Informasikeluarga.
(2)
Sumber daya manusia yang mengelola Sistem InformasiKeluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
harusmemiliki kompetensi di bidang:
PRESIDEN
R EP UBLIK IND ONESIA
-35-kependudukan
dan
Keluarga Berencana;komputer;
dan/atau
statistik.(3)
Jumlah
sumber dayamanusia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan.Pasal 66
Untuk
meningkatkan kompetensi sumber daya manusiayang mengeloia Sistem Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal65
ayat (2),dilakukan
pelatihan dan pengembangan.Pelatihan
dan
pengembangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
diselenggarakanoleh
institusi
pelatihanyang ditunjuk oleh
Kepala
Badan
sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 67
Setiap
unit
pengelolaSistem
Informasi
Keluarga
harusmelakukan
pendayagunaan, pembinaan,dan
pengawasansumber
daya
manusia Sistem
Informasi
Keluarga
dilingkungan
masing-masingmelalui
pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan sumber daya manusia.Pasal 68
Sumber daya manusia pengeiola Sistem Informasi Keluarga pada
instansi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berstatusAparatur
Sipil Negara.a.
b.
(1)
(2t
PRESIDEN
R EPUBL IK IN D ONES IA
-36-Pasal 69
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaisumber
dayadalam
penyelenggaraan
Sistem
lnformasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal
65,
PasalPasal 67
diatur
dengan Peraturan Kepala Badan.BAB V
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Pasal 70
(1)
Kepaia
Badan,
Gubernur,manusla Keluarga
66,
dan (2t (3)dan
Bupali/Walikota
melakukan
pemantauan
dan
evaluasi
PelaksanaanPerkembangan
Kependudukan
dan
PembangunanKeluarga,
PenyelenggaraanKeluarga Berencana,
dan Penyelenggaraan Sistem Informasi Keluarga.Pemantauan
dan
evaluasi
sebagaimana
dimaksudpada
ayat
(1), dilakukan
paling
sedikit
1
(satu)
kalisetiap 6 (enam) bulan.
Hasil
pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksudpada
ayat
(1) digunakan
sebagaibahan
pengambilankebijakan dan program.
Pasal 7 1
Bupati/Walikota melaporkan
hasil
pemantauan
danevaluasi
pelaksanaan Perkembangan
Kependudukandan
Pembangunan Keluarga, Penyelenggaraan KeluargaBerencana,
dan
PenyelenggaraanSistem
Informasi Keluarga di kabupaten/kota kepada Gubernur.Gubernur
menyampaikan
pelaporan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Badan.
(1)
(2)
(3)
(4)
PRESIDEN
R EP UBLIK IND ONESIA
-Jt
-Kepala Badan
menyampaikanpelaporan
sebagaimanadirnaksud pada ayat (2) kepada Presiden.
Laporan
hasil
pemantauandan
evaluasi
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1),
ayat
(2]r,
dan
ayat
(3)disampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali.
BAB VI
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 72
Untuk
mendukung
penyelenggaraan
perkembangankependudukan,
pembangunankeluarga,
dan
Keluarga Berencana drlakukan penelitian dan pengembangan.Penelitian
dan
pengembangan sebagaimana dimaksudpada
ayat
(1), meliputi penelitian
dan
pengembangan terhadap penyelenggaraan Kependudukan serta Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.Ketentuan
lebih lanjut
mengenai
penelitian
dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (21
diatur
dengan Peraturan Kepala Badan.(1) (2t (3) BAB VII PEMBINAAN Pasal 73
Menteri, menteri
terkait,
KePalaBupati/walikota
melakukanpelaksanaan
PerkembanganPembangunan Keluarga, Keluarga
Informasi
Keluarga sesuai dengan masing-masing.Badan, Gubernur,
danpembinaan
terhadapKependudukan
danBerencana,
dan
Sistemtugas dan
kewenangan(1)
PRESIDEN
REPUBLIK IN D ONES IA
-38-Pasal 74
Pembinaan
sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
73ditujukan untuk:
a.
memperkuat komitmen
para
pembuat
kebijakanterhadap
pelaksanaan
program
pengendalianpenduduk dan Keluarga Berencana;
b.
meningkatkan keterpaduan
dan
sinergitas
antarberbagai
program
untuk
meningkatkan
kualitaskeluarga;
c.
mendayagunakan berbagai potensl masyarakat danmedia sebagai
mitra kerja
dalam menyelenggarakanPerkembangan
Kependudukan
dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga; dand.
meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap danperilaku
masyarakat sehingga
dapat
mendukungprogram
pengendalian
penduduk
dan
Keluarga Berencana.Pembinaan sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)dilakukan
melalui kegiatan:a.
koordinasi pelaksanaan PerkembanganKependudukan
dan
Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluargaantarinstansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. advokasi
dansosialisasi
PerkembanganKependudukan
dan
Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasr Keluarga;c.
pelatihan
dan
peningkatan
kualitas
sumber
dayamanusia
untuk
menyelenggarakan PerkembanganKependudukan
dan
Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Inlormasi Keluarga; (2t(1)
PRESIDEN
R EPUBLIK IN DONES IA
-39-d.
monitoring dan evaluasi pelaksanaan PerkembanganKependudukan
dan
Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga; dan/ ataue.
pemberian penghargaan.(3)
Menteri, menteriterkait,
Kepala Badan,Gubernur,
danBupati/Walikota
dalam
meiaksanakan
pembinaansebagaimana
dimaksud
pada ayat (2)
dapatmengikutsertakan masyarakat.
BAB VIII PENDANAAN
Pasal 75
Pendanaan
yang
berkaitan dengan
PerkembanganKependudukan
dan
Pembangunan Keluarga, KeluargaBerencana,
dan
PenyelenggaraanSistem
InformasiKeluarga
yang
dilaksanakan
olbh
Pemerintah
dan Pemerintah Daerah bersumber dari:a.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;b.
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah; dan/ atauc.
sumber lain yang sah dantidak
mengikat.Pengelolaan dana yang bersumber
dari
sumber lain yangsah
dan tidak
mengikat
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)
huruf
c
dilakukan sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan.
(2)
PRESIDEN REPUBLIK IN D ONES IA
-40-BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 76Pada saat Peraturan Pemerintah
ini
mulai berlaku,
semuaperaturan perundang-undangan yang merupakan peraturan
pelaksanaan
dari
Peraturan Pemerintah Nomor21
TahunI994
tentang
PenyelenggaraanPembangunan
KeluargaSejahtera (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun1994 Nomor
30,
Tambahan Lembaran
Negara RepublikIndonesia Nomor 3553), dinyatakan masih tetap
berlakusepanjang
tidak
bertentangan dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.Pasal 77
Pada
saat
Peraturan
Pemerintah
ini
mulai
berlaku,Peraturan Pemerintah Nomor
21
Tahun
1994
tentangPenyelenggaraan
Pembangunan
Keluarga
Sejahtera(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
1994 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3553) dicabut dan dinyatakantidak
berlaku.Pasal 78
Peraturan Pemerintah
ini
mulai
berlaku pada
tanggal diundangkan.PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-4r-Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkanpengundangan
Peraturan pemerintah
ini
denganpenempatannya
dalam
Lembaran Negara
RepublikIndonesia.
P116t^pkan di Jakarta
pada tanggal 17 Olitober 2014 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangka-n di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESI.A TAHUN 2014 NOMOR 319
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETAzuAT
NEGAM
RI Perundang-undangan,PRESIDEN
R EPUBLIK IND ONES IA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
87
TAHUN
?014TENTANG
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA, KELUARGA BERENCANA, DAN SISTEM INFORMASI KELUARGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
I.
UMUMHakikat
pembangunannasional
sebagai pengamalan Pancasila danUndang-Undang
Dasar
NegaraRepublik
IndonesiaTahun
1945 adalahpcmbangunan
manusia
Indonesia seutuhnyadan
pembangunan seluruhmasyarakat Indonesia
yang
mencakup
semua
dimensi
dan
aspekkehidupan termasuk
perkembangankependudukan
dan
pembangunan keluargauntuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur.Sebagai
implementasi
dari
pelaksanaanHak
Asasi Manusia
(HAM)yang harus
dijunjung
tinggi sebagai hak yang secara kodrati melekat padadan
tidak
terpisahkan
dari
penduduk,
demi
peningkatan
martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilanpenduduk saat
ini
dan
generasi yang akan datang, maka kependudukanpada seluruh
dimensinya
harus
menjadi
titik
sentral
pembangunanberkelanjutan agar setiap penduduk dan
generasinya mendatang dapathidup
sehat, sejahtera,produktif, dan harmonis
dengan lingkungannyaserta menjadi sumber daya manusia yang berkualitas bagi pembangunan. Pembangunan harus
dilakukan
oleh penduduk danuntuk
penduduk, dankarenanya perencanaan pembangunan
harus
didasarkan pada
kondisiatau
keadaanpenduduk dan
pembangunanharus dapat dinikmati
olehseluruh penduduk bukan hanya oleh sebagian atau segolongan tertentu.
PRESIDEN
R EPUBL IK IN D ONES IA
Perkembangan
kependudukan
dan
pembangunan keluarga
harusmendapatkan
perhatian khusus
dalam kerangka pembangunan nasionalyang
berkelanjutan.
Perkembangankependudukan
dan
pembangunankeluarga
merupakan bagian integral
dari
pembangunanbudaya,
sosialekonomi bangsa
yang
tidak
dapat
dipisahkan dengan
pembangunansektor lainnya dalam rangka
pembangunanmanusia
dan
masyarakatIndonesia
sebagai pengamalan Pancasilayaitu
meningkatkan
kualitas hidupuntuk
semua penduduk.Perkembangan
penduduk
dan pembangunan keluarga pada dasarnyaditujukan
untuk
menjamin
keberlangsunganhidup
seluruh
manusiatidak lagi
hanya
berdimensi
lokal atau
nasional,
akan
tetapi
juga internasional. Perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga tidaklagi dipahami secara sempit sebagai usaha
untuk
mempengaruhi pola danarah
demografi semata,tetapi
sasarannyajauh
lebih
1uas,yaitu
untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat
baik
dalam
arti
fisik
maupunnonfisik
termasuk
spiritual. Oleh
karena
itu,
dalam
pembangunan keluarga diarahkanuntuk
memberdayakan fungsi-fungsi keluarga.Dampak perubahan
dinamika
kependudukan
akan
terasa
dalamjangka waktu
yanglama,
sehingga seringkali kepentingannya diabaikan.Luasnya
cakupan masalah
kependudukan menyebabkan pembangunankependudukan