• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN SEPTEMBER 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN SEPTEMBER 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada September 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku Utara sebesar 103,68 atau mengalami peningkatan 0,13 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Agustus 2016) yang sebesar 103,54.

 Menurut subsektornya, Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP) tercatat sebesar 110,48 (naik 0,57 persen); Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 106,25 (naik 0,64 persen); Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 96,31 (turun 0,90 persen); Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 111,38 (naik 1,98 persen); dan untuk Nilai Tukar Perikanan (Nelayan dan Pembudidaya Ikan/NTNP) sebesar 102,15 (turun 1,11 persen), dimana untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar 101,63 (turun 1,35 persen) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) sebesar 107,55 (naik 1,35 persen).

 Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP September 2016 terhadap Agustus 2016 terjadi peningkatan NTP di empat provinsi, sementara enam provinsi mengalami mengalami penurunan NTP. Sulawesi Barat merupakan provinsi dengan peningkatan NTP terbesar di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar 0,62 persen. Sementara penurunan NTP terbesar terjadi di Maluku sebesar 0,74 persen.

 Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari Agustus 2016 ke September 2016 yaitu dari 101,56 menjadi 102,02 atau naik 0,45 persen.

 Pada September 2016, Provinsi Maluku Utara mengalami inflasi perdesaan sebesar -0,18 persen atau mengalami deflasi yang disebabkan oleh turunnya indeks pada tiga kelompok pengeluaran.

 Inflasi perdesaan Nasional pada bulan September 2016 sebesar 0,32 persen, yang disebabkan oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok pengeluaran.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku Utara September 2016 sebesar 113,27 atau turun 0,02 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya (Agustus 2016) yang sebesar 113,29.

No. 55/10/82/Th.XV, 03 Oktober 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

BULAN SEPTEMBER 2016

(2)

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di tujuh kabupaten se-Provinsi Maluku Utara pada September 2016, NTP Provinsi Maluku Utara naik 0,13 persen dibandingkan NTP Agustus 2016, yaitu dari 103,54 menjadi 103,68. Peningkatan NTP pada September 2016 disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian relatif tidak mengalami perubahan, sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang mengalami penurunan sebesar 0,14 persen.

Peningkatan NTP Provinsi Maluku Utara September 2016 disebabkan oleh naiknya NTP pada tiga subsektor yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan naik 0,57 persen, NTP Subsektor Hortikultura naik 0,64 persen, dan NTP Subsektor Peternakan mengalami peningkatan 1,98 persen. Sementara itu dua subsektor lainnya, yaitu NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan NTP Subsektor Perikanan masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,90 persen dan 1,11 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada September 2016, di Maluku Utara indeks harga yang diterima petani (It) secara umum tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan It pada Agustus 2016, yaitu sebesar 126,33. Akan tetapi jika dilihat menurut subsektornya terjadi peningkatan It pada tiga subsektor sementara 2 subsektor mengalami penurunan It.

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada September 2016, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Maluku Utara turun sebesar 0,14 persen bila dibanding Ib Agustus 2016, yaitu dari 122,01 menjadi 121,84.

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Maluku Utara Per Subsektor, Agustus – September 2016 (2012=100) Subsektor Bulan Perubahan (%) Agustus 2016 September 2016 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 135,47 136,16 0,51

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,32 123,25 -0,06

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 109,86 110,48 0,57

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 129,63 130,24 0,47

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,78 122,58 -0,16

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 105,58 106,25 0,64

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 119,10 117,78 -1,11

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,55 122,30 -0,21

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 97,18 96,31 -0,90

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 128,45 130,89 1,90

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,61 117,52 -0,07

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 109,22 111,38 1,98

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 125,40 124,01 -1,11

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,40 121,40 0,00

c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 103,29 102,15 -1,11 5.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) 124,99 123,30 -1,35 b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 121,32 121,32 0,00

c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 103,02 101,63 -1,35

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 129,72 131,47 1,35 b. Indeks yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 122,24 122,23 -0,01 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 106,12 107,55 1,35

Gabungan/Maluku Utara

a. Indeks yang Diterima (It) 126,33 126,33 0,00

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,01 121,84 -0,14

(4)

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada September 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) mengalami peningkatan sebesar 0,57 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Agustus 2016. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,51 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,06 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok palawija yaitu sebesar 0,77 persen (terutama kacang tanah, ketela pohon/ubi kayu dan kacang kedelai). Penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,06 persen disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,09 persen, sementara Indeks BPPBM naik 0,12 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada September 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Holtikultura (NTPH) mengalami peningkatan sebesar 0,64 persen dibandingkan dengan NTPH bulan Agustus 2016. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian mengalami peningkatan 0,47 persen, sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan 0,16 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Holtikultura ini disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok buah-buahan (terutama durian, jeruk, pisang dan alpukat) secara rata-rata sebesar 1,08 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Holtikultura sebesar 0,16 persen disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan Indeks BPPBM masing-masing sebesar -0,17 persen dan -0,13 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada September 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mengalami penurunan sebesar 0,90 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 1,11 persen, lebih besar daripada penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang sebesar 0,21 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,11 persen (terutama komoditi biji pala, kakao dan cengkeh). Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) turun sebesar 0,21 persen dikarenakan turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,26 persen, sementara Indeks BPPBM naik sebesar 0,03 persen.

(5)

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada September 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Peternakan (NTPT) mengalami peningkatan sebesar 1,98 persen. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,90 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,07 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok kelompok ternak besar sebesar 2,20 persen (terutama sapi potong dan kerbau), kelompok ternak kecil naik 1,58 persen (terutama kambing), kelompok unggas naik 1,35 persen (terutama ayam ras pedaging, ayam kampung dan itik/bebek), dan kelompok hasil ternak naik 1,82 persen (terutama telur ayam ras, telur ayam kampung dan telur itik). Penurunan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,21 persen, sedangkan indeks BPPBM mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,07 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada September 2016, NTNP mengalami penurunan sebesar 1,11 persen. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 1,11 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) tidak mengalami perubahan.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (Nilai Tukar Nelayan/NTN)

Pada September 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 1,35 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 1,35 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) tidak mengalami perubahan.

Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga secara rata-rata pada kelompok penangkapan laut sebesar 1,35 persen (terutama komoditas ikan cakalang, ikan tongkol, dan ikan layang). Sedangkan pada komponen penyusun Ib yaitu Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami penurunan 0,02 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan peningkatan sebesar 0,02 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (Nilai Tukar Pembudidaya Ikan/NTPi)

Pada September 2016, NTPi naik sebesar 1,35 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan 1,35 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan 0,01 persen.

Peningkatan It disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok budidaya air tawar dan kelompok budidaya air laut masing-masing sebesar 1,02 dan 1,43 persen (Terutama komoditas ikan nila, ikan mujair dan ikan kerapu). Sedangkan pada komponen penyusun Ib yaitu Indeks Konsumsi Rumah

(6)

Tangga (IKRT) mengalami penurunan 0,02 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan peningkatan sebesar 0,04 persen.

Tabel 2.

Indeks Diterima dan Dibayar Petani Per Subsektor dan Perubahannya, Agustus – September 2016 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) Agustus 2016 September 2016 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 135,47 136,16 0,51

- Padi 125,02 125,02 0,00

- Palawija 141,63 142,72 0,77

b. Indeks Dibayar Petani 123,32 123,25 -0,06

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,04 125,92 -0,09

- Indeks BPPBM 110,41 110,54 0,12

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 129,63 130,24 0,47

- Sayur-sayuran 143,27 142,72 -0,38

- Buah-buahan 123,06 124,39 1,08

- Tanaman Obat 132,81 131,22 -1,20

b. Indeks Dibayar Petani 122,78 122,58 -0,16

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125,08 124,87 -0,17

- Indeks BPPBM 110,57 110,42 -0,13

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 119,10 117,78 -1,11

- Tanaman Perkebunan Rakyat 119,10 117,78 -1,11

b. Indeks Dibayar Petani 122,55 122,30 -0,21

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,67 124,35 -0,26

- Indeks BPPBM 112,84 112,87 0,03

(7)

Lanjutan Tabel 2.

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) Agustus 2016 Septe mber 2016 (1) (2) (3) (4) 4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 128,45 130,89 1,90

- Ternak Besar 132,45 135,36 2,20

- Ternak Kecil 123,02 124,96 1,58

- Unggas 127,63 129,35 1,35

- Hasil Ternak 117,73 119,87 1,82

b. Indeks Dibayar Petani 117,61 117,52 -0,07

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125,73 125,46 -0,21

- Indeks BPPBM 110,11 110,19 0,07

5. Perikanan

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 125,40 124,01 -1,11 b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 121,40 121,40 0,00

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,65 126,63 -0,02

- Indeks BPPBM 112,90 112,93 0,03

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 124,99 123,30 -1,35

- Penangkapan Laut 124,99 123,30 -1,35

b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 121,32 121,32 0,00

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,64 126,62 -0,02

- Indeks BPPBM 112,96 112,99 0,02

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 129,72 131,47 1,35

- Budidaya Air Tawar 125,87 127,15 1,02

- Budidaya Air Laut 131,12 132,99 1,43

b. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 122,24 122,23 -0,01

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,84 126,82 -0,02

(8)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Kawasan Timur Indonesia

Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP September 2016 terhadap Agustus 2016 terjadi peningkatan NTP di empat provinsi, sementara enam provinsi mengalami mengalami penurunan NTP. Sulawesi Barat merupakan provinsi dengan peningkatan NTP terbesar di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar 0,62 persen. Sementara penurunan NTP terbesar terjadi di Maluku sebesar 0,74 persen. Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari Agustus 2016 ke September 2016 yaitu dari 101,56 menjadi 102,02 atau naik 0,45 persen.

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Persentase Perubahannya di Kawasan Timur Indonesia, September 2016 (2012=100)

No. Provinsi

It Ib NTP

Indeks Perubahan % Indeks Perubahan % Indeks Perubahan %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sulawesi Utara 118,73 -0,56 123,90 -0,20 95,82 -0,36 2 Sulawesi Tengah 122,76 0,05 123,69 0,58 99,24 -0,53 3 Sulawesi Selatan 130,29 -0,15 124,25 0,21 104,86 -0,35 4 Sulawesi Tenggara 123,42 0,36 123,23 0,53 100,15 -0,17 5 Gorontalo 130,93 -0,28 123,99 -0,31 105,60 0,03 6 Sulawesi Barat 129,44 1,11 119,19 0,49 108,60 0,62 7 Maluku 126,57 -0,56 124,68 0,19 101,52 -0,74 8 Maluku Utara 126,33 0,00 121,84 -0,14 103,68 0,13 9 Papua Barat 124,58 -0,18 124,01 -0,06 100,46 -0,12 10 Papua 117,50 0,56 122,18 0,32 96,17 0,24 Nasional 127,07 0,73 124,56 0,28 102,02 0,45 5. Inflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Provinsi Maluku Utara, pada September 2016 terjadi inflasi perdesaan sebesar -0,18 persen atau mengalami deflasi yang disebabkan oleh turunnya indeks pada tiga kelompok pengeluaran, yaitu Kelompok Bahan Makanan (-0,89 persen), Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (-0,01 persen) dan Kelompok Transportasi & Komunikasi (-0,31 persen). Sementara itu, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

(9)

Tabel 4.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Provinsi Maluku Utara dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran, September 2016 (2012=100)

Kelompok Pengeluaran

Maluku Utara Nasional

IKRT Inflasi Perdesaan IKRT Inflasi Perdesaan Agustus 2016 Septem ber 2016 Agustu s 2016 Septem ber 2016

Konsumsi Rumah Tangga 125,32 125,09 -0,18 129,04 129,46 0,32

Bahan Makanan 131,75 130,58 -0,89 139,45 140,07 0,44

Makan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau 122,88 124,03 0,93 126,44 126,86 0,34

Perumahan 118,21 118,72 0,43 121,02 121,22 0,16

Sandang 120,23 121,17 0,78 122,51 122,80 0,23

Kesehatan 118,82 118,89 0,06 117,99 118,38 0,33

Pendidikan, Rekreasi & Olah

Raga 109,15 109,14 -0,01 114,88 114,99 0,10

Transportasi & Komunikasi 117,97 117,60 -0,31 119,94 120,05 0,09 Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan Inflasi Perdesaan Menurut Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, September 2016 (2012=100)

Provinsi IKRT Inflasi Perdesaan Agustus 2016 September 2016 (1) (2) (3) (4) Sulawesi Utara 128,73 128,33 -0,31 Sulawesi Tengah 127,81 128,75 0,73 Sulawesi Selatan 129,63 129,88 0,19 Sulawesi Tenggara 126,21 127,01 0,63 Gorontalo 130,49 130,08 -0,31 Sulawesi Barat 121,43 122,17 0,61 Maluku 129,14 129,41 0,21 Maluku Utara 125,32 125,09 -0,18 Papua Barat 129,36 129,23 -0,10 Papua 127,27 127,75 0,38 Nasional 129,04 129,46 0,32

(10)

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang dihitung IKRT-nya pada September 2016, enam provinsi mengalami inflasi perdesaan sementara empat lainnya mengalami deflasi. Sulawesi Tengah merupakan provinsi dengan inflasi perdesaan tertinggi di Kawasan Timur Indonesia, sementara deflasi tertinggi terjadi di Sulawesi Utara dan Gorontalo yaitu sebesar 0,31 persen. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,32 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok pengeluaran.

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena merupakan hasil perbandingan antara hasil produksi pertanian dengan ongkos/biaya produksinya.

NTUP Provinsi Maluku Utara pada September 2016 secara umum mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada dua subsektor yang cukup besar, yaitu NTUP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 1,13 persen dan Subsektor Perikanan turun sebesar 1,13 persen yang disebabkan oleh turunnya NTUP Subsektor Perikanan Tangkap yang sebesar 1,38 persen. Sementara itu, Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,39 persen, NTUP Subsektor Hortikultura naik 0,61 persen, dan Subsektor Peternakan naik 1,83 persen,

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) per Subsektor, dan Persentase Perubahannya di Provinsi Maluku Utara, Agustus – September 2016 (2012=100)

Subsektor Agustus 2016 September 2016 Perubahan %

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 122,70 123,18 0,39

2. Holtikultura 117,24 117,95 0,61

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 105,55 104,35 -1,13

4. Peternakan 116,65 118,79 1,83

5. Perikanan 111,07 109,81 -1,13

a. Perikanan Tangkap 110,65 109,12 -1,38

b. Perikanan Budidaya 115,59 117,10 1,31

Referensi

Dokumen terkait

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

pabean, melakukan pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean, melakukan pelayanan dan pengawasan

memiliki gap yaitu ada temuan kepemimpinan yang tidak signifikan serta pada dimensi motivasi kerja dengan pola kepemimpinan memiliki hubungan yang kuat melatarbelakangi

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif

Kesesuaian ini menurut al-Faruqi didasarkan pada tiga prin- sip kesatuan kebenaran ( unity of truth ) yang mendasari semua pengetahuan Islam; a) Tidak ada pertentangan

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Konsumsi Rumah Tangga, yaitu, subkelompok Bahan Makanan naik sebesar 0,02 persen, subkelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau turun sebesar 0,05 persen,