• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari 2014 naik sebesar 0,23 persen dibandingkan bulan Desember 2013, yaitu dari 103,37 menjadi 103,61.

 Subsektor utama yang mendorong naiknya NTP bulan Januari 2014 adalah Subsektor Peternakan yang mengalami kenaikan sebesar 0,76 persen.

 Bila dibandingkan dengan Nasional, posisi daya tukar petani Bali pada Januari 2014 masih berada di atas angka Nasional, dimana NTP Bali sebesar 103,61 sedangkan NTP Nasional sebesar 101,95.  Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) di Provinsi Bali pada bulan Januari 2014 mengalami Inflasi

perdesaan sebesar 0,88 persen. Provinsi Bali menempati urutan ke-24 dari 33 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan. Secara Nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 1,16 persen.

 Dari 33 Provinsi yang diamati, semua provinsi mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 1,62 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Maluku sebesar 0,35 persen.

No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN

NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada bulan Januari 2014, NTP Bali mengalami kenaikan sebesar 0,23persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu dari 103,37 menjadi 103,61. Secara umum kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan nilai indeks yang diterima petani sebesar 0,96 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,73 persen. Kenaikan NTP tertinggi terjadi pada subsektor Peternakan sebesar 0,76 persen, disusul oleh subsektor Hortikultura (0,71%), Perikanan (0,37%), dan Tanaman Perkebunan Rakyat (0,18%). Sementara itu, subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan NTP sebesar 1,11 persen.

(2)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Bali Per Subsektor dan Perubahannya Januari 2014 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Desember 2013 Januari 2014 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 106,03 105,79 -0,23

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,09 111,05 0,87

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 96,32 95,26 -1,11

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 106,55 108,08 1,44

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 108,92 109,71 0,72

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 97,82 98,52 0,71

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 111,85 112,82 0,87

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 107,84 108,59 0,69

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 103,71 103,90 0,18

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 118,56 120,24 1,42

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 105,42 106,11 0,65

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 112,46 113,32 0,76

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 114,74 115,93 1,04

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 108,78 109,51 0,67

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 105,47 105,86 0,37

Provinsi Bali

a. Indeks yang Diterima (It) 111,48 112,55 0,96

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 107,84 108,62 0,73

c. Nilai Tukar Petani (NTP) 103,37 103,61 0,23

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompokkan dalam lima subsektor, yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan Perikanan. Pada bulan Januari 2014, indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,96 persen atau naik dari 111,48 pada bulan sebelumnya menjadi 112,55. Kenaikan nilai It didorong oleh naiknya It pada subsektor Hortikultura (1,44%), Peternakan (1,42%), Perikanan (1,04%), dan Tanaman Perkebunan Rakyat (0,87%), sedangkan untuk subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 1,11 persen. Kenaikan harga komoditas pertanian khususnya pada subsektor Hortikultura dipicu oleh menurunnya suplai produk akibat faktor musim penghujan sehingga harga produk terdorong naik.

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi lahan atau usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok;

(3)

bibit; obat-obatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; serta upah buruh tani.

Pada bulan Januari 2014, indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi Bali naik sebesar 0,73 persen terhadap bulan sebelumnya, yaitu dari 107,84 menjadi 108,62. Kenaikan Ib didorong oleh naiknya Ib pada semua subsektor, dimana kenaikan Ib tertinggi tercatat pada subsektor Tanaman Pangan (0,87%), disusul oleh subsektor Hortikultura (0,72%), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,69%), Perikanan (0,67%), dan Peternakan (0,65%). Secara umum kenaikan Ib didorong oleh kenaikan indeks harga barang-barang konsumsi rumahtangga sebesar 0,88 persen dan kenaikan indeks harga Barang Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,45 persen.

3. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

Pada bulan Januari 2014 NTP Subsektor Tanaman Pangan turun sebesar 1,11 persen yaitu dari 96,32 menjadi 95,26. Penurunan NTP terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,23 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok Padi-padian sebesar 0,83 persen. Sementara itu, kelompok Palawija mengalami kenaikan indeks sebesar 1,42 persen dimana kenaikan ini antara lain disebabkan oleh naiknya harga komoditas kacang kedelai (3,77%), ketela pohon (1,53%), dan jagung (1,33%). Sedangkan kenaikan Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,87 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura pada Januari 2014 naik sebesar 0,71 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu dari 97,82 menjadi 98,52. Naiknya NTP pada subsektor ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,44 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,72 persen. Kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat masing-masing sebesar 2,14 persen, 1,14 persen dan 0,35 persen. Naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran antara lain disebabkan oleh naiknya harga komoditas bawang daun (16,67%), cabai merah (8,13%), tomat (7,04%), dan kentang (4,98%). Sementara untuk kelompok buah-buahan antara lain dipicu oleh naiknya harga anggur (10,00%), salak (2,59%), dan papaya (2,14%). Berkurangnya pasokan di pasar akibat minimnya petani yang melakukan panen mendorong kenaikan harga komoditas-komoditas Hortikultura ini. Selanjutnya, kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,85 persen dan 0,37 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

Pada bulan Januari 2013 NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 103,71 menjadi 103,90. Kenaikan NTP pada subsektor ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,87 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,69 persen. Kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya harga komoditas kakao (2,73%) dan kopi (1,23%). Sementara itu, indeks

(4)

harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,85 persen dan 0,16 persen.

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Per Subsektor/Kelompok dan Perubahannya, Januari 2014 (2012=100)

Subsektor/Kelompok Bulan Persentase

Desember 2013 Januari 2014 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 106,03 105,79 -0,23

- Padi 105,07 104,21 -0,83

- Palawija 108,84 110,41 1,42

b. Indeks Dibayar Petani 110,09 111,05 0,87

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 110,47 111,44 0,87

- Indeks BPPBM 108,33 109,28 0,87

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 106,55 108,08 1,44

- Sayur-sayuran 105,04 107,29 2,14

- Buah-buahan 107,20 108,42 1,14

- Tanaman Obat 109,09 109,47 0,35

b. Indeks Dibayar Petani 108,92 109,71 0,72

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 109,81 110,74 0,85

- Indeks BPPBM 106,49 106,88 0,37

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 111,85 112,82 0,87

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 111,85 112,82 0,87

b. Indeks Dibayar Petani 107,84 108,59 0,69

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 109,93 110,86 0,85

- Indeks BPPBM 101,60 101,76 0,16

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 118,56 120,24 1,42

- Ternak Besar 122,69 124,46 1,44

- Ternak Kecil 115,77 117,55 1,54

- Unggas 114,78 115,81 0,90

- Hasil Ternak 104,66 106,21 1,48

b. Indeks Dibayar Petani 105,42 106,11 0,65

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 109,80 110,82 0,93

- Indeks BPPBM 101,58 101,98 0,39

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 114,74 115,93 1,04

- Penangkapan 122,30 124,27 1,61

- Budidaya 103,52 103,57 0,05

b. Indeks Dibayar Petani 108,78 109,51 0,67

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 110,99 111,79 0,73

- Indeks BPPBM 104,75 105,36 0,59

d.

Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan pada bulan Januari 2014 naik sebesar 0,76 persen, dari 112,46 menjadi 113,32.

(5)

Kenaikan NTP subsektor ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,42 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,65 persen. Naiknya indeks yang diterima petani dipicu oleh naiknya harga komoditas pada kelompok Ternak Besar (1,44%) yang didorong oleh naiknya harga sapi sebesar 1,44 persen. Sementara itu kelompok lainnya juga mengalami kenaikan indeks harga yaitu Ternak Kecil (1,54%), Unggas (0,90%), dan Hasil Ternak (1,48%). Pada kelompok Ternak Kecil, kenaikannya antara lain dipicu oleh naiknya harga babi (1,60%) dan kambing (0,45%). Semetara itu, kenaikan harga telur ayam buras dan telur ayam ras masing-masing sebesar 1,62 persen dan 1,52 persen mendorong naiknya indeks kelompok hasil ternak. Di sisi lain, kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,73 persen dan 0,59 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor yang terakhir adalah Perikanan, yang terdiri atas usaha penangkapan ikan dan usaha budidaya perikanan. Pada bulan Januari 2014, NTP-Pi mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 105,47 menjadi 105,86. Kenaikan NTP-Pi ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 1,04 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,67 persen. Kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya indeks pada kelompok Penangkapan dan Budidaya masing - masing sebesar 1,61 persen dan 0,05 persen. Komoditas pada kelompok penangkapan yang mengalami kenaikan harga antara lain ikan pari (4,00%), baronang (3,77%), cakalang (3,71%), kerapu (3,26%), dan cumi-cumi (3,13%) dimana kenaikannya dipicu oleh berkurangnya pasokan ikan di pasar akibat gelombang tinggi selama musim penghujan di perairan sekitar Bali. Sementara pada kelompok budidaya, kenaikan indeks harganya antara lain didorong oleh naiknya harga ikan mas (2,33%) dan lele (1,29%). Selanjutnya, indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan akibat naiknya indeks Konsumsi Rumahtangga dan BPPBM masing masing sebesar 0,73 persen dan 0,59 persen.

4. Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Pada bulan Januari 2014, NTP Bali naik sebesar 0,23 persen, sedangkan NTP Nasional mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Indeks yang diterima petani Bali naik sebesar 0,96 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani Bali sebesar 0,73 persen. Sementara itu, NTP secara Nasional turun tipis sebesar 0,01 persen, dimana indeks yang diterima petani naik sebesar 0,92 persen sedikit lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,93 persen seperti tampak pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Januari 2014 (2012=100)

Cakupan Wilayah It Ib NTP

Indeks % Perb Indeks % Perb Rasio % Perb

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Provinsi Bali 112.55 0.96 108.62 0.73 103.61 0.23

(6)

5. Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Dari 33 Provinsi yang diamati, semua provinsi mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 1,62 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Maluku sebesar 0,35 persen. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 1,16 persen. Meratanya kenaikan harga di perdesaan ini umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca yang buruk dan bencana alam seperti banjir yang menghambat distribusi barang dan jasa.

Pada Januari 2014, Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,88 persen dan menempati urutan ke-24 dari 33 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan di Bali didorong oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran. Kelompok Perumahan mengalami kenaikan tertinggi yaitu sebesar 1,35 persen yang dipicu oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti gas LPG (9,16%), pisau (8,11%), dan biaya air (4,75%). Kelompok Bahan Makanan mengalami kenaikan kedua tertinggi yaitu sebesar 0,94 persen yang antara lain disebabkan oleh naiknya harga sayur sayuran seperti tomat sayur (21,22%), kubis/kol (7,66%), wortel (6,92%), dan ketimun (5,71%). Sementara itu kelompok Makanan Jadi, Sandang, Kesehatan, Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga, dan Transportasi dan Komunikasi masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen, 0,56 persen, 0,57 persen, 0,64 persen, dan 0,87 persen (lihat tabel 4).

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Januari 2014

Kelompok

Perubahan IHK Perdesaan (%) Bali Nasional (1) (2) (3) Bahan Makanan 0,94 1,86 Makanan Jadi 0,64 0,74 Perumahan 1,35 1,10 Sandang 0,56 0,52 Kesehatan 0,57 0,52

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,64 0,25

Transportasi dan Komunikasi 0,87 0,39

(7)

 Pada umumnya petani produsen gabah di wilayah Provinsi Bali menjual gabah dalam bentuk gabah kering panen (GKP), namun berdasarkan observasi pada bulan Januari 2013 ditemukan 41,18 persen petani yang menjual gabah di luar kualitas (kualitas rendah) yaitu dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar hampa/kotoran diatas 10 persen.

 Di tingkat petani, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 3,33 persen pada bulan Januari 2014 dibanding bulan sebelumnya, sementara di tingkat penggilingan terjadi kenaikan sebesar 1,11 persen.

 Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Januari 2014 berada diatas HPP yaitu sebesar Rp 4.106,25 per kg di tingkat petani dan Rp 4.163,75 per kg di tingkat penggilingan.

 Transaksi Gabah Kering Panen (GKP), harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar Rp 4.265,00/Kg dengan varietas Ciherang, sementara harga terendah terjadi di Kabupaten Tabanan dengan harga Rp 4.000,00/Kg untuk varietas Cigenuk.

6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Pada Januari 2014 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,51 persen. Kenaikan NTUP didorong oleh naiknya NTUP pada 4 subsektor penyusun NTUP yaitu subsektor Hortikultura (1,07%), Peternakan (1,02%), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,70%), dan Perikanan (0,45%). Sedangkan NTUP pada subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 1,11 persen.

Tabel 5

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Januari 2014 (2012 = 100)

Subsektor Desember 2013 Bulan Januari 2014 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 97,88 96,81 -1,11

2. Hortikultura 100,05 101,12 1,07

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 110,09 110,86 0,70

4. Peternakan 116,72 117,91 1,02

5. Perikanan 109,54 110,03 0,45

a Perikanan Tangkap 115,00 115,93 0,81

b. Perikanan Budidaya 101,12 100,89 -0,23

Bali 106,93 107,47 0,51

(8)

Pemantauan harga produsen gabah pada bulan Januari dilakukan pada 34 responden yang tersebar di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, dan Buleleng. Meskipun umumnya petani produsen gabah menjual gabah dalam bentuk gabah kering panen (GKP), pada bulan ini 14 responden (41,18%) petani menjual gabah di luar kualitas (kualitas rendah) yaitu dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar hampa/kotoran diatas 10 persen. Tingginya curah hujan menyebabkan petani memanen gabah dengan kadar air yang cukup tinggi.

Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Januari mengalami kenaikan sebesar 3,33 persen, sementara di tingkat penggilingan terjadi kenaikan sebesar 1,11 persen.

Grafik 1

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Januari 2013 Januari 2014

Di tingkat petani, rata-rata harga gabah pada bulan Januari 2014 kualitas GKP adalah sebesar Rp 4.106,25 per kg, sementara itu ditingkat penggilingan adalah sebesar Rp 4.163,75 per kg. Kenaikan harga gabah didorong oleh berkurangnya pasokan gabah karena faktor musim penghujan sehingga menyebabkan beberapa daerah mengalami gagal panen. Selanjutnya, harga gabah tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar Rp 4.265,00/kg dengan varietas Ciherang, sementara harga terendah terjadi di Kabupaten Tabanan dengan harga Rp 4.000,00/kg untuk varietas Cigenuk.

(9)

Tabel 6

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Januari 2013 Januari 2014

No Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Penggilingan (Rp/Kg) Harga di Tingkat Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Januari ’13 3,708.67 -5.11 3,787.56 -4,23 2 Februari’13 3,829.33 3.25 3,880.67 2,46 3 Maret ‘13 3,738.27 -2.38 3,831.88 -1,26 4 April ‘13 3,515.82 -5.95 3,572.61 -6,77 5 Mei ‘13 3,435.70 -2.28 3,502.67 -1,96 6 Juni ‘13 3,616.25 5.26 3,667.09 4,69 7 Juli ‘13 3,716.66 2.78 3,803.32 3,71 8 Agustus ’13 3,865.48 4.00 3,926.35 3,23 9 September '13 3,821.96 -1.13 3,898.88 -0,70 10 Oktober '13 3,923.34 2.65 4,013.45 2,94 11 November '13 3,978.62 1.41 4,059.93 1,16 12 Desember '13 3,973.77 -0.12 4,118.04 1,43 13 Januari '14 4,106.25 3.33 4,163.75 1,11 *) HPP GKP (Mulai Maret 2012) Rp 3.300,00/kg di tingkat petani Rp 3.350,00/kg di tingkat penggilingan

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi: Amirudin, S.Si., MMSI. Kepala Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

1) Bila SPPT SNI dan regulasi yang digunakan sebagai acuan dalam dokumen ini mengalami revisi dan perubahan, LSPro IAPMO mempublikasikan perubahan serta masa transisi

Gambar digital merupakan suatu fungsi dengan nilai-nilai yang berupa intensitas cahaya pada tiap-tiap titik pada bidang yang telah diquantisasikan (diambil

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran BPD dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Program Pembangunan Infarstruktur Perdesaan (PPIP) di Desa Ciputih,

Selain sumber dana yang digunakan dari dana desa, kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan BUMDes juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.. Hal ini juga disampaikan oleh

Berdasarkan analisis temuan penelitian terkait relevansi sustainability, accountability dan transparency program pelatihan kewirausahaan Universitas Ciputra terhadap

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan