• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gawok. Pasar yang menjual beraneka macam hewan, tumbuhan, perkakas dapur, pakaian, hingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Gawok. Pasar yang menjual beraneka macam hewan, tumbuhan, perkakas dapur, pakaian, hingga"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hari minggu pon, dimana beberapa lelaki desa Sangkal sudah siap dengan sepeda motornya saat jam masih menunjukkan pukul 8 pagi. Seperti biasa, mereka berangkat ke pasar Gawok. Pasar yang menjual beraneka macam hewan, tumbuhan, perkakas dapur, pakaian, hingga peralatan pertanian. Pasar ini juga menyediakan atraksi yang sangat digemari oleh para lelaki desa ini, tidak lain tidak bukan adalah atraksi sabung ayam. Orang berkerumun sambil berdesakan melihat ayam aduan dan terkadang bahkan sampai bertaruh demi rupiah. Bau keringat yang khas, berdesakan di kerumunan, dan suara gaduh banyak orang menandakan lokasi ini tidak pernah sepi oleh pengunjung.

Sabung ayam sebenarnya sebuah merupakan permainan yang berubah kategori menjadi tradisi atau kebudayaan. Perubahan itu bisa jadi disebabkan karena rutinitas dan kebiasaan masyarakat yang sering memainkan permainan tersebut. Dalam sabung ayam, ada dua ayam yang dipertemukan dalam satu kali kesempatan main. Dua Ayam tersebut berada dalam satu arena, dan biasanya ayam di adu hingga salah satu kabur atau kalah, bahkan hingga mati. Permainan menyabung ayam sering disebut juga sebagai adu ayam atau berlaga ayam.

Ayam yang sering diikutkan pada permainan sekaligus tradisi sabung ayam ini biasanya adalah ayam jago. Khususnya ayam jago yang sudah memiliki umur 7 bulan keatas. Diantara binatang lain, ayam memiliki keunikan dalam pertarungan. Dalam pertarungan dua ekor ayam yang berhadapan tidak langsung akan berkelahi begitu saja. Ada tiga tahap dalam pertarungan ayam, yaitu : tahap penjajagan (abar), tahap pertarungan, dan tahap penyelesaian.

(2)

Tahap Penjajagan (abar) merupakan tahap dimana kedua ayam saling berhadapan, pada tahap ini dua ekor ayam tersebut akan saling menyerang tetapi masih sama-sama menjaga jarak. Pertarungan yang terjadi lebih sering di udara, yaitu kedua ayam sama-sama melompat kemudian saling melepaskan pukulan, sehingga terjadi benturan dengan kaki lawan. Tahap ini berguna untuk mengukur tenaga dan kecepatan antara dua ekor ayam tersebut. Dalam prosesnyapun bervariasi, jika sudah dirasa cukup kedua ayampun akan memasuki pertarungan yang sesungguhnya.

Tahap pertarungan merupakan tahap kedua setelah tahap penjajagan (abar), dimana dua ekor ayam akan bertarung pada jarak dekat dan berusaha saling mengalahkan. Teknik tarung ayam baru akan kelihatan pada tahap ini. Dua ekor ayam tersebut saling menyerang dengan pola dan teknik pertarungan masing-masing, saling tukar pukulan dan jarang sekali terjadi adu kaki seperti pada tahap penjajagan (abar). Tahap ini adalah tahap dimana pertarungan terjadi sesungguhnya dan akan berlangsung lama jika kedua ayam mempunyai stamina yang seimbang.

Tahap penyelesaian merupakan tahap dimana kedua ekor ayam tersebut sudah sama-sama kelelahan akibat pertarungan, dan pertarunganpun akan berlangsung lebih lambat dan akan terlihat kedua ayam akan mencoba memukul dengan efisien dan akurat. Jika kedua ayam bertarung seimbang pada tahap sebelumnya, maka pada tahap ini akan teruji manakah ayam petarung yang bagus. Dapat dikatakan ini merupakan tahap penentu ayam mana yang lebih kuat. Ayam yang mempunyai teknik lebih baik, stamina lebih baik akan dapat menguasai pertarungan. Suatu kebudayaan tidak akan punah atau mati selama masih ada pendukungnya, yaitu manusia. Salah satu yang masih memegang teguh kebudayaan sabung ayam tersebut adalah para pelaku sabung ayam itu sendiri. Dalam masyarakat yang hidup di lingkungan pasar khususnya, tradisi dan tata cara kehidupan sehari-hari masih berjalan dengan mestinya dan dipelihara sampai

(3)

sekarang, termasuk kesenian tradisional yang hidup di dalamnya. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya permainan sabung ayam yang selalu digelar dan hampir tidak ada sepinya. Dari kalangan bawah sampai kalangan atas, dari anak kecil hingga dewasa membaur menjadi satu di pasar, untuk sekedar melihat permainan sabung ayam ataupun untuk mengadu ayam yang mereka bawa.

Namun, kegiatan sabung ayam sendiri masih menuai perdebatan di kalangan masyarakat. Ada pro kontra dalam menjalankan kegiatan sabung ayam sehingga tidak setiap orang mampu menikmati. Salah satu contoh adalah kegiatan sabung ayam dianggap sebagai ajang penyiksaan hewan sehingga banyak orang yang menolak. Bahkan di lokasi tempat penelitian, kegiatan ini dianggap bertentangan dengan norma agama. Meskipun demikian sebagian masyarakat masih mengerjakan kegiatan ini karena masyarakat merupakan orang yang aktif yang memiliki pemikiran atau gagasan terhadap sesuatu yang dikerjakannya.

Hal ini lah yang seringkali menyebabkan perbedaan pemaknaan dari para penikmat sabung ayam. Didalam bukunya Culture and Communication: The Logic by Which Symbols are Connected, Edmund Linch (Ahimsa-Putra, Heddy Shri.2008) mengatakan bahwa pandangan-pandangan atau persepsi kita tentang dunia sekitar kita sangat dipengaruhi oleh kategori verbal yang kita gunakan untuk menggambarkannya. Hal ini berlaku untuk semua kebudayaan manusia dan semua masyarakat manusia dan juga kita perlu menggunakan bahasa untuk mengikat unsur-unsur komponen bersama, untuk meletakkan hal-hal dan orang yang berada didalam suatu hubungan dengan satu sama lain atau untuk menyatukan kita meskipun kita berada diruang dan waktu yang berbeda.

Disinilah kita dapat menggunakan fungsi simbol itu sendiri yaitu sebagai operator dalam sebuah proses komunikasi yang juga bersifat deskriptif. Karena dari simbol-simbol inilah kita

(4)

mulai memaknai sesuatu yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Selain itu asal muasal simbol adalah sebuah benda atau alat yang digunakan untuk memperluas pengetahuan kita. Hal ini pulalah yang akan saya lihat dalam kegiatan sabung ayam yang memiliki latar pemikiran yang berbeda oleh para penikmatnya. Ini yang saya anggap menjadi penyebab utama kegiatan sabung ayam masih bertahan hingga saat ini.

Permainan sabung ayam sudah menjadi budaya atau tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Dengan mengatakan sabung ayam adalah suatu pelestarian seni tradisi seolah ketika sabung ayam dilakukan memang membuat hal tersebut menjadi sebuah hal yang wajar untuk sebagian orang, mereka menerimanya. Akan tetapi untuk sebagian orang hal tersebut dianggap tidak wajar dan dapat dikatakan tidak pantas dilakukan ataupun dipertontonkan. Mereka merasa keberatan akan hal tersebut (sabung ayam). Sebagai imbasnya, sebagai pihak yang merasa keberatan dengan tradisi ini, mungkin hanya bisa diam. Karena bagaimanapun, sabung ayam itu sendiri sudah menimbulkan dua sisi yang berbeda di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Sabung ayam merupakan kegiatan yang sudah berkembang sejak zaman dahulu. Kegiatan yang sudah dikerjakan secara turun temurun ini semakin berkembang hingga pelosok desa. Meski norma-norma juga mulai tumbuh sebagai bagian dari penolakan kegiatan sabung ayam, kegiatan ini tetap berjalan. Oleh sebagian orang, sabung ayam merupakan suatu hal yang sudah dianggap menjadi hal yang biasa. Sementara itu, orang yang lain menganggap ini sebagai bagian dari ide atau gagasan lain yang berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk mengungkapkan:

(5)

 Bagaimana orang-orang yang sering melakukan sabung ayam di pasar Gawok memaknai permainan tersebut?

 Mengapa permainan sabung ayam tersebut masih tetap bertahan di Pasar Gawok hingga saat ini?

C. Kerangka Konsep

Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan kebudayaan walaupun tidak setiap orang sadar akan hal itu. Setiap hari orang melihat, mendengar, dan mempergunakan kebudayaan. Kebudayaan tidak lepas dari masyarakat. Di dalam kehidupan nyata, keduanya tidak bisa dipisahkan dan selamanya merupakan dwitunggal. Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah pendukungnya.

Indonesia adalah suatu negara yang kompleks, yang mana terdapat berbagai kebudayaan didalamnya. Multikulturalisme merupakan sebuah realitas masyarakat Indonesia saat ini. Akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Melihat kebudayaan dalam perspektif tersebut dan karena itu melihat kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Yang juga harus kita perhatikan bersama untuk kesamaan pendapat dan pemahaman adalah bagaimana kebudayaan itu operasional melalui pranata-pranata sosial.

Sebagai sebuah ide atau ideologi multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya di

(6)

dalam masyarakat yang bersangkutan. Modal keanekaragaman kultur ini harus senantiasa dijaga agar imajinasi tentang keindonesiaan setiap orang hadir dalam benaknya. Satu sama lain akan menyadari betapa kayanya kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat. Dengan demikian dapat didefinisikan kebudayaan sebagai “sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara, dan dilestarikan”. Kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-gerik manusia (Nababan, 1984: 49).

Pengertian kebudayaan juga dapat dipandang dari sudut Ilmu Antropologi. Dalam hal ini, kebudayaan (budaya) diartikan sebagai keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan cara belajar dan kesemuanya tersusun dalam kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat Ed., 1985: 77). Kebudayaan suatu bangsa atau masyarakat terdiri dari beberapa unsur baik itu besar maupun kecil merupakan bagian dari kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi social, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian

Salah satu dari unsur kebudayaan adalah kesenian. Kesenian adalah ekspresi hasrat manusia akan keindahan. Menurut Selo Soemardjan (1980: 19), rasa keindahan ini dapat disentuh lewat panca indra, yaitu lewat indera penglihatan mata, indera pendengaran telinga, indera penciuman hidung, indera pengecap lidah, dan indera perasa adalah kulit. Akan tetapi bila dilihat lebih dalam, seni lebih dari sekedar hasil karya yang bila dinikmati dengan indra manusia,

(7)

seni merupakan nilai, dan mempunyai sifat subjektif. Dengan kata lain sesuatu yang dilihat baik bagi seseorang belum tentu baik bagi orang lain.

Seni itu sendiri sangat abstrak dan dapat berwujud macam-macam, seperti gambar, lukisan, pahatan, mode pakaian, body painting/seni melukis tubuh, karapan sapi, sabung ayam, dan lain-lain. Misalnya seperti dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu kala sudah dikenal yang namanya “Sabung Ayam”. Permainan sabung ayam sudah menjadi budaya atau tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Mungkin ada indikasi yang lebih jelas terlihat bahwa manusia dan budaya tumbuh bersama, karena adanya timbal balik antara keduanya. Orang-orang didalamnya juga saling berkaitan yang membentuk sebuah interaksi sosial.

Penelitian mengenai sabung ayam mungkin sudah banyak dilakukan. Penelitian ini secara khusus akan membahas mengenai sabung ayam yang ada didalam tulisan Clifford Geertz (1992), dimana pernah membahas hal tersebut dalam buku Tafsir Kebudayaan. Secara umum dituliskan sebagai sebuah gambaran, fiksi, sebuah model, sebuah metaphor, sabung ayam adalah sebuah sarana untuk ekspresi seakan-akan ayam aduan sebagai manusia. Tulisan Clifford Geertz tersebut menjadi acuan penelitian yang akan saya lakukan dipasar Gawok.

Selama ini masyarakat Indonesia lebih mengenal dan merasa aman dengan klaim-klaim kebenaran yang dianut kaum mayoritas. Kebenaran tunggal tersebut dikuatkan dalam kebijakan menyangkut kepentingan publik yang sesungguhnya penuh dinamika multikultur. Hal ini berakibat pada munculnya stereotip dan konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Perbedaan pemahaman terhadap persoalan ini yang menimbulkan adanya pro-kontra dalam kehidupan. Norma-norma yang dianggap oleh orang mayoritas seringkali dianggap benar, yang meminggirkan para orang-orang yang berlawanan. Dalam kasus sabung ayam, ada hegemoni yang berkembang dalam masyarakat bahwa kegiatan ini melanggar norma.

(8)

Ada beberapa asumsi yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat berkomunikasi dengan menggunakan berbagai macam tanda dan simbol, atau dalam istilah Ernst Cassirer (1940), manusia merupakan animal symbolicum. Artinya, walaupun secara biologis manusia memang termasuk hewan, yaitu hewan yang menyusui, manusia secara kualitatif berbeda dari binatang, dan perbedaan yang pokok antara manusia dan hewan adalah pada kemampuan manusia melakukan simbolisasi. Kegiatan sabung ayam memiliki pemaknaan simbolis para pelakunya yang harus dipahami oleh orang di sekitarnya.

Pemaknaan simbol-simbol ini bisa berbeda satu orang dengan orang yang lain. sabung ayam sering dipandang sebagai simbol dari kebutuhan individu dimana dia ingin memenuhi kebutuhannya yaitu kekuasaan dan kesenangannya. Selain itu mereka juga ingin dipandang ataupun untuk menunjukkan stratanya didalam masyarakat khususnya komunitasnya. Bahkan, kegiatan ini seringkali dijadikan sebagai bentuk resistensi sosial terhadap norma yang berlaku di masyarakat (Scott. 2000).

Saya berpikir bahwa keberagaman merupakan aset bangsa yang harus kita jaga dan lestarikan. Menyangkut hal tersebut, sabung ayam merupakan salah satu bentuk dari keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Walaupun banyak yang tidak setuju akan hal itu dalam kaitannya dengan agama, akan tetapi banyak pula yang menyukai bahkan menggemari sabung ayam dengan berbagai alasannya masing-masing. Berangkat dari hal tersebut sayapun tertarik untuk mengangkat tema sabung ayam untuk skripsi saya. Suatu kebudayaan tidak akan punah atau mati selama masih ada pendukungnya, yaitu manusia. Salah satu yang masih memegang teguh kebudayaan sabung ayam tersebut adalah para pelaku sabung ayam itu sendiri.

(9)

D. Tujuan Penelitian

Dibalik suatu kegiatan yang dilakukan terdapat pemahaman atau ide didalamnya. Demikian ini saya mencoba memaknai kebudayaan sebagai bagian yang didalamnya terdapat karya, perilaku, dan ide atau gagasan. Penelitian ini bertujuan: pertama, menjelaskan kegiatan sabung ayam sebagai bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh sebagian sebagian orang. Kedua, untuk mengetahui penikmat sabung ayam memaknai kegiatan sabung ayam yang dilakukannya. Ketiga, untuk mengetahui apa penyebab permainan sabung ayam tersebut masih tetap bertahan di Pasar Gawok hingga saat ini.

E. Metode Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pasar Gawok terletak di Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Dipilihnya Pasar Gawok sebagai lokasi penelitian, karena di Pasar Gawok inilah tempat dimana saya mulai mengenal dan menyukai permainan sabung ayam, selain itu Pasar Gawok sendiri adalah salah satu pasar yang masih menyelenggarakan permainan sabung ayam sampai dengan saat ini, selain letaknya yang strategis, tempatnya juga luas. Berbeda dengan pasar yang lain yang hanya memberikan lahan sedikit untuk permainan sabung ayam ini. Pertimbangan lain kenapa saya memilih pasar Gawok adalah jaraknya yang tidak terlalu jauh dari rumah saya, sehingga mudah dijangkau serta merupakan salah satu pasar yang sering saya kunjungi. b. Pemilihan Informan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pemilihan informan sangat menentukan keberhasilan dari penelitian ini. Setelah melakukan observasi dan melihat

(10)

proses berjalannya kegiatan di Pasar Gawok, maka didapat beberapa informan yang mampu menjadi sumber dan memberikan informasi tentang seluk beluk Pasar Gawok. Selain itu adanya informan kunci (key informan) yang mengetahui seluk beluk Pasar Gawok ini dari awal hingga saat ini.

c. Teknik Pengumpulan Data

Metode-metode penelitian yang akan saya gunakan antara lain:

 Metode observasi partisipasi yaitu dengan terjun langsung untuk melihat kegiatan sabung ayam dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

 Metode wawancara, wawancara kepada beberapa informan akan dilakukan untuk memperkuat data yang sudah ada.

 Studi literature dengan cara membaca buku, artikel maupun situs internet terkait dengan kegiatan sabung ayam.

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang bersifat kualitatif. Dalam pengumpulan data digunakan dua metode yaitu: pengamatan terlibat (participant observation) dan wawancara secara mendalam (indepth interview). Dengan tiga metode ini diharapkan dapat mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data.

Obsevasi partisipasi digunakan sebagai salah satu cara untuk mendengar dan mengamati obyek penelitian dalam keadaan yang sesungguhnya. Observasi partisipasi ini dilakukan dengan cara melihat dan terlibat langsung dalam proses berlangsungnya kegiatan di Pasar Gawok. Untuk lebih memahami dalam pengamatan tentang eksistensi sabung ayam di Pasar Gawok, maka penulis ikut melakukan kegiatan sebagai salah satu pelaku sabung ayam di pasar Gawok,

(11)

mendengarkan pendapat mereka tanpa memberikan pengaruh dalam bentuk apapun, dan untuk mendapatkan data yang lebih relevan.

Kemudian untuk memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan metode wawancara secara mendalam (indepth interview). Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan berbagai informan, informan kunci (key informan), dan peralatan yang mendukung yaitu tape recorder dan alat tulis. Wawancara ini bertujuan untuk merekam semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi pelaku dalam “sabung ayam”, dan dengan beberapa orang yang mengetahui tentang sejarah serta seluk-beluk mengenai perkembangan sabung ayam serta Pasar Gawok itu sendiri. Sejarah masa lalu mengenai perkembangan Pasar Gawok ini sangat penting, karena dalam tulisan ini akan dicoba memaparkan strategi yang digunakan oleh Pasar Gawok ini yang terbukti masih tetap eksis melestarikan seni sabung ayam.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik observasi partisipasi dan wawancara. Sementara untuk keperluan data sekunder, digunakan data yang didapatkan dari studi pustaka. Dengan menggunakan metode penelitian lapangan semacam ini, tentunya untuk melengkapi data yang ada juga dibutuhkan literatur yang berkaitan dengan konsep dan teori, serta juga literatur yang berisi laporan-laporan penelitian, kliping, skripsi, maupun literatur-literatur.

Referensi

Dokumen terkait

47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat menjadi dasar kebijaksanaan dalam upaya menjaga pemanfaatan dan pengelolaan danau dan waduk yang tetap

Dengan adanya sistem e-grocery maka konsumen yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu dapat memanfaatkan jaringan internet yang terhubung ke website untuk

D 23 April 2015 14:00 wib Yohanes Widodo - Yohanes Widodo LUKAS Nobertus Ribut Catherine Dianti 080903594 3. PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN ENDOSER IKLAN TERHADAP MINAT BELI

Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Kesehatan sangat diperlukan untuk mempertajam penentuan prioritas penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Oleh karena

Ada hubungan yang signifikan antara variabel perilaku konsumen (X 2 ) dengan variabel keputusan pembelian (Y) produk rokok Dunhill Mild di kawasan lesehan jalan dr

Maysuran sebenarnya berakar pada kata yasara, yang secara etimologi berarti mudah atau pantas. Sedangkan qaulan maysuran, menurut Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya

yang diakibatkan oleh terhambatnya sintesis prostaglandin dapat mengganggu homeostasis sistem kardiovaskular sehingga pasien yang memiliki penyakit kardiovaskular akan

Pada parameter panjang akar, hasil terbaik dicapai oleh perlakuan 15.3 hal ini dikarenakan merupakan dosis optimum bagi pemberian mikroba untuk beradaptasi dengan